Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH LEUKIMIA PADA ANAK


DOSEN PENGAMPU : Ns. Andri Yulianto, S.Kep.,M.Kes

Oleh : Kelompok 9
Dendi Fernando
Mega Nawang Ulan

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITA MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “MAKALAH LEUKIMIA PADA ANAK’’ makalah ini di susun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Anak Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Dalam menyusun makalah ini penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak.Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih pada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca umumnya.

Pringsewu, April 2021

Tim Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................. ii


Daftar Isi ........................................................................................................... iii
Bab 1 Pendahuluan .............................................................................................4
1. Latar Belakang ....................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
3. Tujuan .................................................................................................... 6
Bab II Pembahasan ............................................................................................ 7
1. Konsep penyakit Leukimia pada anak ....................................................7
a. Pengertian ........................................................................................6
b. Etiologi ............................................................................................7
c. Manifestasi klinis .............................................................................8
d. Pemeriksaan penunjang ...................................................................9
e. Penatalaksanaan ...............................................................................9
f. Masalah yang lazim muncul ..........................................................11
g. Patofisiologi ...................................................................................12
2. Konsep keperawatan Leukimia pada anak............................................13
a. Pengkajian .....................................................................................13
b. Diagnose keperawatan ...................................................................15
c. Interverensi ....................................................................................16
d. Implementasi ................................................................................ 24
e. Evaluasi ........................................................................................ 24
Bab III Penutup ................................................................................................ 26
Kesimpulan ............................................................................................... 26
Daftar Pustaka .......................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
mnyebabkan anemia, trombositopeni dan akhirnya dengan kematian (Hasan, R).
Secara sedehana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
asal yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang
di sertai dengan penyebaran ke organ–organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan
klnis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata–rata dalam 4–6
bulan. Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang di tandai proliferasi
neoplastic dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
Data penyakit keganasan di Amerika Serikat melaporkan bahwa terdapat 3.250
anak yang memiliki diagnosis leukemia setiap tahun. Penyakit leukemia di Amerika
Serikat pada tahun 2013 yaitu 48.610 kasus dan kematian akibat leukemia sebesar
23.720 kasus. Di Jepang, Singapura, dan Filipina kejadian leukimia per tahun pada
anak di bawah 14 tahun adalah 35-49 / 1000.000 anak Wolley, dkk (2016),
menyatakan bahwa di Indonesia insiden leukemia 2,5- 4,0 per 100.000 anak dengan
2000-3200 kasus LLA tiap tahunnya. Di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
sepanjang tahun 2008-2012 jumlah anak yang menderita LLA sekitar 60 anak yang
rawat inap. Di RSK Dharmais tahun 2004-2008 kasus LLA sebanyak 34 kasus dan
LMA 10 kasus. Pada tahun 2007-2009 di Departemen Kesehatan Anak FKUI/RSCM
telah dirawat pasien baru LLA sebanyak 198 kasus.
Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat
petekie atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan perdarahan, infeksi
sekunder maupun gagal organ. Gagal organ dapat terjadi karena sel – sel leukemia
dapat menginvasi testis, ginjal, prostat, ovarium, saluran gastro intestinal, dan paru –
paru. Lokasi invasi yang paling berbahaya adalah Sistem Saraf Pusat (SSP) karena
mengakibatkan tekanan intrakranial sehingga dapat menyebabkan kematian (Wong,
2009). Perlu dilakukan asuhan keperawatan secara tepat dan benar sehingga tidak
terjadi infeksi dan perdarahan pada anak.
4
Perdarahan dapat terjadi akibat dari trauma atau cedera, untuk menghindari
perdarahan, anak dianjurkan menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan trauma
atau cedera perdarahan seperti bersepeda, dan bermain ayunan. Perawatan mulut anak
seperti gosok gigi harus diperhatikan karena sering terjadi perdarahan pada gusi.
Komplikasi lain timbul yaitu mual, muntah, anoreksia atau penurunan nafsu makan.

B. Rumusan masalah
Penulis telah menyusun beberapa yang akan dibahas dalam makalah ini antaralain
1. Konsep penyakit Leukimia pada anak
2. Konsep keperawatan Leukimia pada anak

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Memahami konsep penyakit Leukimia pada anak
2. Memahami konsep keperawatan Leukimia pada anak

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT LEUKIMIA PADA ANAK


1. Pengertian
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat mnyebabkan
anemia, trombositopeni dan akhirnya dengan kematian (Hasan, R).
Secara sedehana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel
asal yaitu:
a. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang di sertai dengan penyebaran ke organ–organ lain. Leukemia akut memiliki
perjalanan klnis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata–rata
dalam 4–6 bulan.
 Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukima limfositik akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik
adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patofisiologis dari sistem limfopoetik
yang mengakibatkan organomegali (pembesaran organ dalam) dan kegagalan
organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur
dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun.
Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah
terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari susum tulang.
 Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia mielositik akut merupakan leukemia yang mengenai sel sistem
hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mandadak dan progresif dalam masa 1-3 bulan dengan gejala
yang singkat. Jika tidak di obati, LNLA fatal dalam 3-6 bulan.

6
b. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang di tandai proliferasi neoplastic
dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
 Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia limfositik kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang
pada limfosit T). perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi
progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK
cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang
berusia 50-70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
 Leukemia Granulositik / mielositik Kronik (LGK/LMK)
Leukemia granulositik / mielositik kronik adalah gangguan mieloproliferatif
yang di tandai dengan produksi berlebihan sel myeloid (seri granulosit) yang
relative matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering
dijumpai pada orang dewasa usia oertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas
genetic yang dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90=95%
penderita LGK/LMK. Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal
setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisi blastik yaitu produksi
berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai
produksi neutrophil, trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.

(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 195)

2. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (T
cell leukemia lymphoma virus/HTLV).
b. Tingkat radiasi yang sangat tinggi
c. Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down syndrome (Suriadi & Yuliani, 2010).
Leukemia biasanya mengenai sel – sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan

7
kimia tertentu (misalnya benzene) dan pemakaian obat anti kanker., meningkatkan
resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetic tertentu (misalnya
sinroma down dan sindroma fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.

(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 196)

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut :
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing,
sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu nyeri tulang bias dijumpai
terutama pada sternum, tibia, femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan biasanya terjasi dalam bentuk
purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari
100.000/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran sesak napas, nyeri dada
dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolism yaitu
hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penururnan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penururnan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin
parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK/LMK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi, fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan
limpa dan lambung. Penurunan berat badan yang terjadi setelah penyakit
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah
berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.
(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 196)
8
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah tepi : Adanya pensitopenia, limfosistosis yang kadang – kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang merupakan
gejala patogonomik untuk leukemia
b. Sum – sum tulang : Dari pemeriksaan sumsum tulang belakang akan ditemukan
gambaran yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis
sedangkan sistem lain terdesak ( apabila sekunder).

(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 197)

5. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
 Kemoterapi Pada Penderita LLA
Pengobatan pada umunya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase
yang digunakan untuk semua orang.
 Kemoterapi Pada Penderita LMA
Fase induksi : fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan
untuk mengeradikasi sel – sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai
remisi komplit.
Fase konsolidasi : fase konsolodasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase
induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau
lenih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi. Dengan pengobatan
modern, angka remisi 50 – 75 %, tetapi angka rata – rata hidup masih 2 tahun
dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10 %.
 Kemoterapi Pada Penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menentukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai :
- Stadium 0 : limfositosis darah tepid an sumsum tulang
- Stadium I : limfositosis dan limfadenopati
- Stadium II : limfositosis dan splenomegaly/hepatomegali
- Stadium III: limfositosis dan anemia (Hb < 11gr/dl)

9
- Stadium IV: limfositosis dan trombositopenia <100.000/m3 dengan/tanpa
hejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Tetapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvesional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak
diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup.
Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa.
Pada stadium II atau IV diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup
rata – rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10
tahun. Pasien dengan stadium 0 atau I dapat bertahan hidup rata – rata 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau Iv rata – rata dapat
bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
 Kemoterapi Pada Penderita LGK/LMK
- Fase kronik : Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan
fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi
sumsum tulang.
- Fase akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat
rendah.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar bersinergi tinggi untuk membunuh sel – sel
leukemia.
c. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi
sumsum tulang berguna untuk mengganti sel – sel darah yang rusak karena kanker.
d. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi mengatasi akibat – akibat yang ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfuse darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia., transfuse trombosit untuk mengatasi
pendarahan dan antibiotic untuk mengatasi infeksi.

(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 197)

10
6. Masalah Yang Lazim Muncul
a. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah keperifer
(anemia)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
c. Resiko pendarahan b.d penurunan jumlah trombosit
d. Resiko infeksi b.d menurunnya system pertahanan tubuh
e. Nyeri akut b.d filtrasi leukosit jaringan sistemik
f. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur fisik b.d kontraktur kerusakan integritas
struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum tulang)

(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 198)

11
7. Patofisiologi

Faktor pencetus Sel neoplasma


- Genetik - kelainan kromosom berproliferasi
- Radiasi - infeksi virus didalam sumsum
- Obat-obatan - paparan bahan kimia tulang

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen

Pertumbuhan
Mll system limfatik berlebih
Mll sirkulasindarah

Pembesaran hati dan Nodus limfe Kebutuhan nutrisi


limpa meningkat

Limfadenopati
Hepatosplenomegali hipermetabolisme

Peningkatan tekanan
Penekanan ruang Ketidakseimbangan
intra abdomen
abdomen nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan rasa
Sel normal digantikan nyaman nyeri
oleh sel kanker

Ketidakseimbangan
Depresi produksi Suplai oksigen perfusi jaringan
sumsum sel kanker kejaringan inadekuat perifer

Resiko pendarahan
Penurunan eritrosit Anemia

Kecenderungan
Penurunan trombosit Trombositopenia
perdarahan

Daya tahan tubuh Resiko infeksi


Penurunan fungsi leukosit menurun

Infiltasi periosteal Kelemahan tulang

12
Tulang lunak dan lemah Stimulasi saraf C
(nociceptor)

Fraktur fisiologi
Gangguan rasa
nyaman nyeri

Hambatan mobilitas

(Huda Nurarif Amin dan Hardhi Kusuma NANDA NIC-NOC Jilid 2, hal 199)

B. KONSEP KEPERAWATAN PADA KASUS LEUKEMIA


1. Pengkajian
a) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
penghasilan orang tua. Biasanya leukemia banyak diderita oleh anak yang
berusia 2 sampai 5 tahun, diamana penderita laki – laki lebih banyak
dibandingkan penderita perempuan.
b) Keluhan utama
1) Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan anak demam, nafas sesak, anak
tampak bernafas cepat, terdapat petekie pada tubuh anak, anak tampak
letih. Anak meneguluh nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam
hari, penurunan selera makan, sakit kepala dan perasaan tidak enak
badan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu juga mencakup riwayat kesehatan keluarga
yaitu keluarga juga mengalami leukemia.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran

13
Riwayat kesehatan ibu saat hamil adanya pemaparan sinarX saat hamil
muda, riwayat keluarga dengan Sindrom down karena kelainan
kromosom salah satu penyebab terjadinya leukemia.
4) Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan
karena keletihan, nyeri pada ekstremitas, anak mudah terserang infeksi.
5) Riwayat psikososial dan perkembangan
Kelainan juga dapat membuat anak mengalami gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, hal ini disebabkan karena aktivitas
bermain anak dibatasi.
c) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran composmentis sampai koma Tekanan darah hipotensi Nadi
takikardi Suhu tubuh tinggi Pernapasan takipnea sesak napas
2) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, kadang ditemukan
pembesaran Kelenjer getah bening.
3) Mata
Biasanya pada pasien dengan leukemia konjungtiva anemis,
perdarahan retina.
4) Hidung
Biasanya pada hidung terjadi epistaksis.
5) Mulut
Biasanya pada wajah klien leukemiasering terjadi perdarahan pada gusi
6) Thorax
Nyeri tekan pada tulang dada, terdapat efusi pleura.
7) Abdomen
Biasanya pasien mengalami hepatomegali, spenomegali,
limfadenopati, nyeri abdomen
8) Kulit
Biasanya pada klien leukemia terdapat petekie pada tubuh akibat
perdarahan.

14
9) Ekstremitas
Biasanya pada ekstremitas terasa nyeri terutama pada persendian
apabila digerakkan
d) Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah
Didapatkan Hb dan eritrosit menurun, leukosit rendah, trombosit
rendah.
2) Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan hampir selalu penuh dengan blastosit abnormal dan
sistem hemopoitik normal terdesak. Aspirasi sumsum tulang (BMP)
didapatkan hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3) Lumbal punksi
Untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
4) Biopsi limpa
Memperlihatkan proliferasi el leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal, RES, granulosit

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi,memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi.
a. Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer b.d penurunan suplai darah
keperifer (anemia)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan
proliferative gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi
c. Resiko pendarahan b.d penurunan jumlah trombosit
d. Resiko infeksi b.d menurunnya system pertahanan tubuh
e. Nyeri akut b.d filtrasi leukosit jaringan sistemik
f. Hambatan mobilitas fisik b.d kontraktur fisik b.d kontraktur kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot (depresi sumsum
tulang)

15
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarakan diagnosa yang ada maka dapat
disusun rencana tindakan sebagai berikut :

Intervensi Keperawatan Leukemia


No Diagnose kep. NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Observasi :
perfusi jaringan inteverensi maka perfusi 1. Periksa sirkulasi perifer
perifer b.d jaringan perifer meningkat 2. Identifikasi faktor risiko
penurunan suplai Kriteria hasil : 3. Monitor panas,
darah keperifer 1. Denyut nadi perifer kemerahan, nyeri, atau
(anemia) meningkat bengkak pada
2. Edema perifer menjadi ekstremitas pada anak
menurun Terapeutik :
3. Kelemahan otot 1. Lakukan kebersihan
menurun tangan sebelum dan
4. Warna kulit pucat setelah pemasangan atau
menurun perawatan selang dada
5. Tekanan darah sistolik 2. Pastikan sambungan
membaik selang tertutup
6. Tekanan darah diastolic 3. Klem selang saat
membaik penggantian tabung
7. Tekanan arteri rata-rata 4. Berikan selang yang
membaik cukup panjang untuk
8. Indeks ankle brancial mempermudah gerakan
membaik 5. Lakukan kultur cairan
dari selang dada, jika
perlu
6. Fasilitasi batuk, napas
dalam dan ubah posisi
setiap 2 jam
7. Lakukan perawatan di
area pemasangan selang
16
setiap 48 – 72 atau
sesuai kebutuhan
8. Lakukan penggantian
tabung (seal) secara
berkala
9. Lakukan pelepasan
selang dada, sesuai
indikasi
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemasangan
selang kepada pasien
atau orangtua pasien
2. Ajarkan cara perawatan
selang kepada orangtua
anak
3. Ajarkan mengenali tanda
– tanda infeksi

2 Ketidakseimbangan Seletah dilakukan Observasi :


nutrisi kurang dari interverensi maka porsi 1. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan tubuh makan yang dihabiskan 2. Identifikasi alergi dan
b.d perubahan meningkat intoleransi makanan
proliferative Kriteria hasil : 3. Identifikasi makanan
gastrointestinal dan 1. Kekuatan otot menelan yang disukai
efek toksik obat meningkat 4. Identifikasi kebutuhan
kemoterapi 2. Kekuatan otot kalori dan jenis nutrient
mengunyah meningkat 5. Identifikasi perlunya
3. Nyeri abdomen menurun pengginaan selang
4. Berat badan anak nasogastric
menjadi baik 6. Monitor asupan makanan
5. Frekuensi makan 7. Monitor berat badan

17
membaik 8. Monitor hasil
6. Nafsu makan membaik pemeriksaan
7. Bising usus membaik laboratorium
8. Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan serat
tinggi untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan
7. Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastric jika supan
oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan pasien untuk
duduk saat makan
2. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis

18
nutrient yang dibutuhkan
3 Resiko pendarahan Setelah dilakukan Observasi :
b.d penurunan interverensi maka jumlah 1. Monitor tanda dan
jumlah trombosit trombosit menjadi stabil gejala perdarahan
kembali 2. Monitor nilai
Kriteria hasil : hematocrit/hemoglobin
1. Kelembaban membran sebelum dan sesudah
mukosa meningkat kehilangan darah
2. Kelembaban kulit 3. Monitor tanda-tanda
meningkat vital ortostaltik
3. Hemoptisis menurun 4. Monitor koagulasi
4. Hemoglobin membaik Terapeutik :
5. Hematokrit membaik 1. Pertahankan bed rest
6. Tekanan darah membaik selama perdarahan
7. Denyut nadi apical 2. Batasi tindakan invasiv
membaik 3. Gunakan kasur
8. Suhu tubuh menjadi pencegah dekubitus
normal 4. Hindari pengukuran
suhu rektal
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan
gejala perdahan kepada
orang tua pasien
2. Anjurkan orantua untuk
memakaikan kaus kaki
saat ambulasi
3. Anjurkan orangtua
untuk meningkatkan
asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
pada anak
4. Anjurkan mrningkatkan
asupan makanan dan

19
vitamin K
5. Anjurkan orangtua
pasien untuk segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan
2. Kolaborasi pemberian
produk darah
3. Kolaborasi pemberian
pelunak tinja
4 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Observasi :
menurunnya system interverensi maka infeksi 1. Identifikasi riwayat
pertahanan tubuh yang terjadi pada anak kesehatan dan riwayat
menjadi menurun dengan alergi pada anak
pemberian imunisasi/vaksin 2. Identifikasi
pada anak kontraindikasi
Kriteria hasil : pemberian imunisasi
1. Kebersihan badan pada 3. Identifikasi status
anak meningkat imunisasi anak setiap
2. Demam serta kemerahan kunjungan ke pelayanan
menurun kesehatan
3. Nyeri dan bengkak Terapeutik :
menurun 1. Berikan suntikan vaksi
4. Kadar sel darah putih pada anak di bagain
menjadi membaik tertentu
2. Dokumentasikan
informasi vaksinasi
3. Jadwalkan imunisasi pad
interval waktu yang tepat
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan, manfaat,
20
reaksi yang terjadi, dan
efek samping pada orang
tua anak
2. Informasikan kepada
orang taua anak tentang
imunisasi yang di
wajibkan pemerintah
3. Informasikan imunisasi
yang melindungi
terhadap penyakit namun
saat ini tidak diwajibkan
pemerintah
4. Informasikan vaksinasi
untuk kejadin khusus
5. Informasikan penyedia
layanan pecan imunisasi
nasional yang
menyediakan vaksin
gratis
5 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Observasi :
filtrasi leukosit interverensi maka myeri 1. Observasi lokasi,
jaringan sistemik yang dirasakan pada anak karakteristik, durasi,
menajdi menurun frekuensi, kualitas, dan
Kriteria hasil : intensitas nyeri pada
1. Kemampuan anak
menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
menjadi meningkat 3. Identifikasi respons nyeri
2. Keluhan nyeri menurun non verbal
3. Sikap protektif menjadi 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
4. Kesulitan tidur menurun memperingan nyeri
5. Gelisah menurun 5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang

21
nyeri terhadap anak
6. Identifikasi pengaruh
budaya tentang respons
nyeri
7. Identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalan
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan pada orangtua
anak apa penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan pada orangtua
strategi untuk meredakan
nyeri pada anak
3. Anjurkan orangutan
untuk memonitor nyeri
secara mandiri
22
4. Anjurkan kepada
orangtua anak untuk
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan kepada
orangtua pasien untuk
melakukan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik
6 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan Observasi :
fisik b.d kontraktur interverensi maka mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri
kerusakan integritas fisik menjadi meningkat atau keluhan fisik
struktur tulang, Kriteria hasil : lainnya
penurunan kekuatan 1. Pergerakan ekstremitas 2. Identifikasi toleransi
otot (depresi menjadi meningkat fisik melakukan
sumsum tulang) 2. Kekuatan otot menjadi ambulasi
meningkat 3. Monitor frekuensi
3. Rentang gerak pada anak jantung dan tekanan
menajdi meningkat darah sebelum memulai
4. Kaku pada sendi menajdi ambulasi
menurun 4. Monitor kondisi umum
5. Kelemahan fisik selama melakukan
menurun ambulasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu
2. Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik
3. Libatkan orantua untuk
membantuk anak dalam
23
meningkatkan ambulasi
Edukasi :
1. Jelaskan aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu kepada oran tua
dan pasien
2. Anjurkan pasien untuk
melakukan ambulasi
3. Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan pasien

4. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhankeperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuanyang telah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki
perawat pada tahap implementasiadalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan salingpercaya dan saling bantu,
kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukanobservasi
sistematis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi,dan kemampuan evaluasi.
5. Evaluasi
Merupakan pernyataan kesimpulan yang menunjukkan tujuan dan
memberikan indikator kualitas dan ketepatan perawatan yang menghasilkan
hasil pasien yang positif.Standar perawatan pasien dapat digunakan oleh
perawat pelaksana untuk referensi bilamerawat pasien yang dirawat dirumah
sakit ; perawat primer, manajer kasus, kepalaruangan, atau spesialis klinis dapat
menggunakannya sebagai pedoman untuk rencanaperawatan pasien/pendidikan
keluarga; administrator, manajer perawat dan staf qualityassurance harus
mengetahui nilai pentingnya dalam menjamin kualitas dan ketepatan perawatan.
Hal ini harus membuktikannya menjadi alat penting penelitian untuk
pesertadidik perawat , memberikan pandangan ringkas tentang standar
perawatan yangberhubungan dengan kondisi pasien khusus. Evaluasi juga dapat

24
dikatakan sebagai pembandingkan suatu hasil atau perbuatan dengan standar
untuktujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
25
1. Pengertian
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat mnyebabkan
anemia, trombositopeni dan akhirnya dengan kematian (Hasan, R).
2. Penyebab
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
 Faktor genetik
 Tingkat radiasi yang sangat tinggi
 Obat – obatan imunosupresif, obat – obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol.
 Faktor herediter
 Kelainan kromosom,
3. Klasifikasi
 Akut Limfoblastik Leukemia (ALL)
 Akut Mieloid Leukemia (AML) atau Akut NonLymphoid
 Chronic Mielogenosa Leukemia (CML)
 Chronic Limfoblastik Leukemia (CLL/LLK)
 Leukemia Kongenital

DAFTAR PUSTAKA

26
Huda Nurarif A dkk. 2015. NANDA (Nort American Nursing Diagnosis Association).
Jogjakarta: MediAction
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Interverensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: DPP PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Interverensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
selatan: DPP PPNI
http//:pustaka.poltekes-pdg.ac.id/repository/yosi_oktavia_ningsih_keperawatan_2017.pdf

LEMBAR KONSULTASI

27
PEMBIMBING : Ns Andri Yulianto, S.Kep.,M.Kes.

No. Hari/Tanggal Uraian Konsul Paraf

28

Anda mungkin juga menyukai