Anda di halaman 1dari 4

A.

Konsep dasar penyakit

1. Definisi

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakanyang abnormal yang disebabkan oleh
neoplasma dan non-neoplasma.STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana
selselnya tidak tumbuh seperti kanker (price, 2006). STT adalah suatu benjolan atau pembengkakan
abnormal yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang baru.

2. Etiologi

1) Kondisi genetic

Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor
jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa memiliki peran penting dalam
menentukan diagnosis. gen

2) Radiasi

Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi
neoplastik.

3) infeksi

infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini juga akan
meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.

4) Trauma

hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma mungkin menarik
perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. Patofisiologi

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferassi jaringan
mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana
saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas
atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun
beberapa tumor jinak, seperti serabut luka.

Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai
ke struktur neurovaskular. Tumor jaringan lunak timbuldi lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh. Proses
alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atus 4 fase yaitu:
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi

2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.

3. Invasi lokal.

4. Metastasis jauh

4. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan tersebut berada. Awal
mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibayah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit
penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor,
dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan
bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah
menyebar ke tempat jauh. Pada tahap asal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak

5. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan radiologi sangat penting dalam diagnosis awal karena pengkajian fisik biasanya tidak dapat
mendeteksi awal tumor hingga kanker mencapai ukuran yang cenderung menimbulkan risiko
bermetatasis. Proses diagnostik ini dapat melibatkan CT, MRI, USG, pencitraan nuklir, angiografi, dan
tomografi emisi positron(LeMone, P. dkk. 2015).

a. Computed Tomography (CT)


CT memungkinkan visualisasi penampang melintang anatomi. Karena CT Scan menunjukkan sedikit
perbedaan dalam densitas jaringan, CT Scan memberikan keakuratan yang lebih besar dalam diagnosis
tumor.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan instrument diagnostic pilihan untuk skirining dan
konsultasi lanjutan tumor. Selama MRI, pasien ditempatkan di dalam bidang magnetic, gelombang radio
yang berpulasi diarahkan pada mereka, dan dikirimkan sinyal berdasarkan karakteristik jaringan yang
dianalisis oleh komputer.
c. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) menilai gelombang suara ketika gelombang suara mencerminkan berbagai struktur
tubuh, menunjukkan abnormalitas yang mengindikasikan tumor.
d. Pencitraan Nuklir
Pencitraan nuklir ini merupakan metode diagnostik yang aman untuk mengidentifikasi tumor pada
berbagai jaringan tubuh. Prosedur ini sering digunakan untuk memeriksa kemungkinan tulang atau
metastasis organ lainnya.

e. Angiografi
Angiografi dilakukan ketika lokasi tumor yang tepat tidak dapat diidentifikasi atau terdapat keharusan
untuk memvisualisasikan perkembangan tumor sebelum pembedahan. Prosedur ini meliputi
penginjeksian pewarna radiopaque ke dalam pembuluh darah utama yang dekat ke organ atau jaringan
yang periksa. Pewarna dapat digunakan untuk mengidentifikasi pembuluh darah yang menyuplai tumor.

f. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu kedalam rongga tubuh
atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.

g. Ultrasound

Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,digunkan untuk mengkaji
jaringan yang dalam di dalam tubuh.

6. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft tissue tumor salah satunya pada ganglion
menimbulkan infeksi, kaku, nyeri, keloid, bau tak sedap serta terdapat keterbatasan gerak kerusakan
serabut saraf atau pembuluh darah (Erawati & dkk, 2018).

7. Penatalaksanaan

Menurut (LeMone, P. dkk. 2015), penatalaksanaan pada tumor yaitu :

1. Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utamadan digunakan baik untuk pengobatan maupun
paliasi. Pasien dengan tumor tanpa biopsy dan tidak ada bukti metastatis jauh harus menjalani
laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif
atau paliatif.

2. Kemoterapi
Kemoterapi melibatkan penggunaan obat sitotoksik untuk menyembuhkan kanker cairan dan padat,
untuk menurunkan ukuran tumor, penunjang untuk pembedahan atau terapi radiasi, atau untuk
mencegah atau menangani metastasis yang dicurigai. Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai
terapi tambahan untuk reseksi tumor.
3. Terapi Radiasi
Terapi radiasi masih menjadi pilihan bagi tumor atau beberapa spesialis onkologi, radiasi dapat
digunakan untuk membunuhtumor, mengurangi ukurannya, menurunkan nyeri, atau meredakan
obstruksi.
4. Terapi Fotodinamik

Terapi fotodinamik (photo dynamic therapy, PDT) merupakan metode penanganan tumor superfisial
tertentu. Terapi ini dikenal dengan beberapa nama yang berbeda: fototerapi, fotoradiasi, dan
fotokemoterapi. Pasien yang memiliki tumor dan tumbuh di permukaan kandung kemih, rongga
peritoneum, dinding dada, pleura, bronkus atau kepala dan leher merupakan calon yang mendapatkan
terapi ini. Pasien diberikan dosis senyawa fotosensitisasi per intravena, Photofrin, yang secara selektif
menyimpang konsentrasi yang lebih tinggi di jaringan maligna.

Anda mungkin juga menyukai