Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN SOFT

TISSUE TUMOR LINGUA DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI EKCISI


DENGAN TINDAKAN ANESTESI GENERAL
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA
PADA TANGGAL 9 JANUARI 2023

Disusun Oleh:
Nama : Paksi Giat Lana
NIM : 200106120

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Amin Sutanto, S.Kep., Ns., M.S.N

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
2023
A. Konsep Teori Penyakit
1. Definisi

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang


abnormal yangdisebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).

STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya
tidak tumbuhseperti kanker (Price, 2006).

Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan


yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak
antara kulit dan tulang

2. Etiologi
1. Kondisi GenetikAda bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untukbeberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwagen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. RadiasiMekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yangmendorong transformasi neoplastik.
3. InfeksiInfeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah Inijuga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. TraumaHubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan
saja. Traumamungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak
tumor atau benjolantersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yangtidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam
tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan padasaraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, biladirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan disekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak yangrelatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringannormal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak.
4. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalahproliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh.Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah,terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan.Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally,
meskipun beberapa tumor jinak,sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai
batas anatomis dari tempatnya, maka tumormembesar melewati batas sampai ke
struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbuldi lokasi sepertilekukan-lekukan
tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh

5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan penunjang terkait


1.Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringanlunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jikabatasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak,
namun batas yang jelastetapimelihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai
tumor ganas jaringan lunak, situasiterjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2.Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumorjaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara
jinak atauganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas,
gema samar-samar,seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial,
sel tumor ganas berserathistiocytoma seperti. USG dapat membimbing
untuk tumor mendalami sitologiaspirasi akupunktur.
3.CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringanlunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan
lunak dalambeberapa tahun terakhir.
4.Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari
X-raydan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang
berbagai tingkatantumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak
retroperitoneal, tumor panggulmemperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa
poplitea serta gambar yang lebihjelas dari tumor tulang atau invasi
sumsum tulang, adalah untuk mendasarkanpengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
5.Pemeriksaan histopatologis
a. a.Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang
akurat.Dioptimalkan untuk situasi berikut:

1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan


untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya
untukmengambil spesimen segar harus segera konsentrasi
sedimentasisentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yangmendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau
kemoterapi,metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi

6. Penatalaksanaan Medis
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angkakeberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan
bedah ini bertujuan untukmengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi\
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untukmembunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambatpertumbuhan kerja sel tumor.Pada saat sekarang,
sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dankanker dirawat
menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dariradioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi
tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
pembedahan.

Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka
pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya
komplikasi atau potensial yang
akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

B. PERTIMBANGAN ANESTESI
1. Definisi Anestesi
Anestesiologi adalah ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga
atau mempertahankan hidup pasien selama mengalami “kematian” akibat obat
anestesia (Mangku, 2010). Anestesi merupakan suatu tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain
yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa takut perlu ikut dihilangkan untuk
menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan (Sabiston, 2011).
Menurut Boulton,anestesi berarti “hilangnya rasa ataupun sensasi”. Istilah yang
digunakan para ahli saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi
kehilangan rasa secara patologis pada bagian tubuh tertentu, atau bagian tubuh
yang dikehendaki (Boulton, 2012).

2. Jenis Anestesi
General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara
sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi
terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan
teknik intravena anestesi dan general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan
face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan
endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena (Latief,
2010).
3. Teknik Anestesi
a. General Anestesi
Menurut Mangku dan Senapathi (2010), General Anestesi dapat dilakukan
dengan 3 teknik, yaitu:
1) General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
anestesi parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
2) General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan
kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara
inspirasi.
3) Anestesi Imbang

Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan


baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi
teknik general anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias
anestesi secara optimal dan berimbang, yaitu:
a) Efek hipnosis, diperoleh dengan mempergunakan obat hipnotikum
atau obat anestesi umum yang lain.
b) Efek analgesia, diperoleh dengan mempergunakan obat analgetik
opiat atau obat general anestesi atau dengan cara analgesia regional.
c) Efek relaksasi, diperoleh dengan mempergunakan obat pelumpuh otot
atau general anestesi, atau dengan cara analgesia regional.
1. Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi dapat menggunakan antara lain obat pelumpuh otot, obat
analgetic opioid, obat hipnotik sedatif dan obat inhalasi sesuai kebutuhan. Obat
pelumpuh otot adalah obat yang dapat merelaksasio otot rangka dengan
menghambat transmisi implus saraf pada otot saraf. Analgesik adalah obat yang
digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat
penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgesik opioid merupakan
kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin.
Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri
seperti pada fraktura dan kanker. Contoh : Metadon, Fentanil, Kodein (Mita &
Husni, 2017). Hipnotik dan sedatif merupakan obat pendepresi susunan saraf
pusat (SSP). Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan yaitu menyebabkan
tenang atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan
anestesi, dan koma. Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat
dalam bentuk uap kepada pasien langsung melalui alat pernafasannya ( hidung ke
paru-paru). Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum
yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi.
2. Resiko
a. General anestesi
Pemberian anestesi umum dengan teknik inhalasi, intravena maupun
imbang mempunyai risiko komplikasi pada pasien. Kematian merupakan risiko
komplikasi yang dapat terjadi pada pasien pasca pemberian anestesi. Kematian
yang disebabkan anestesi umum terjadi < 1:100.000 kasus, selain kematian ada
komplikasi lain yaitu serangan jantung, infeksi paru, stroke, trauma pada gigi
atau lidah (Pramono, 2014). Risiko komplikasi pada anestesi umum minimal
apabila kondisi pasien sedang optimal, namun sebaliknya jika pasien
mempunyai riwayat kebiasaan yang kurang baik misalnya riwayat
penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan, alergi pada komponen obat,
perokok, mempunyai riwayat penyakit jantung, paru dan ginjal maka risiko
komplikasi anestesi umum akan lebih tinggi (Pramono, 2014).
C. Web of caution (WOC)
4. TINJAUAN TEORI ASKAN PEMBEDAHAN KHUSUS
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien /pasien
sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Data subjektif
adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya. Data
subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien,
perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat
diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya Secara
subjektif pada kasus nyeri akut pasien mengeluh nyeri. Sedangkan untuk
kasus hipotermia,pasien mengeluhkan kedinginan ataupun merasa
menggigil.
b. Data Objektif
Data objektif adalah data yang diobservasi dan diukur oleh
penata.Data Objektif, didasarkan pada fenomena yang dapat diamati secara
faktual. Data objektif dapat diamati dan diukur. Data objektif adalah hasil
observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien. Hal – hal yang
harus diperhatikan dalam pengkajian Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
1) Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual.
2) Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah
pasien dan menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3) Dilakukan secara sistematis dan terus menerus.
4) Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus menerus.
5) Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual.
6) Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relevan.
Pada kasus nyeri akut,secara objektif pasien tampak meringis, bersikap
protektif(misalkan seperti bersikap waspada, posisi menghindari nyeri),
gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur. Dan ditandai dengan tekanan
darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.
Sedangkan pada kasus hipotermia ,data objektif mayor pada pasien berupa
kulit teraba dingin ,terlihat menggigil dan suhu tubuh dibawah rentang normal.
Data data objektif minor pada pasien dapat berupa akrosianosis, bradikardi,
dasar kuku sianotik, hipoglikemia, hipoksia, pengisian kapiler > 3
detik,konsumsi oksigen meningkat, ventilasi menurun, piloereksi, takikardia,
dan vasokontriksi perifer.

2. Masalah Kesehatan Anestesi


Masalah kesehatan yang ada pada kasus yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri bersifat temporer kejadianya tiba – tiba dan tempat timbul nyeri
mudah dicari. Rasa sakit disebabkan menejemen nyeri yang kurang atau
karena ketidakadekuatan terapi atau stimulasi nociceptor nyeri
(Kalliomakki, et al., 2009). Perilaku verbal dan non verbal menunjukkan
klien mengalami nyeri akut antara lain kebutuhan istirahat berkurang
terutama kebutuhan tidur karena adanya nyeri, ketidakmampuan melakukan
konsentrasi pada sesuatu hal, denyut nadi cepat dan tekanan darah naik
serta ketidakmauan melakukan aktifitas secara dini. Nyeri kepala akut
memiliki durasi kurang dari 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan
ketegangan otot .
Nyeri akut merupakan signal bagi tubuh akancidera atau penyakit
yang akan datang namun nyeri akut akan menghilang dengan atau tanpa
pengobatan setelah area pulih kembali. Nyeri akut disebabkan oleh aktivitas
nosireeptor dan biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat atau
kurang dari 6 bulan, dan datang tiba tiba. Nyeri akut dianggap memiliki
durasi terbatas dan bisa diprediksi, seperti nyeri pasca operasi, yang
biasanya akan menghilang ketika luka klien sembuh. Klien sebagian besar
menggunakan kata kata “tajam”, “tertusuk”, dan “tertembak” untuk
mendeskripsikan nyerinya (Black & Hawks, 2014).
Penyebab dari nyeri akut adalah agen cidera fisiologis (misalnya:
inflamasi), agen pencedera kimiawi (misalnya : bahan kimia iritan), dan
agen pencedera fisik (misalnya : abses, prosedur operasi trauma). Kondisi
klinis terkait nyeri akut adalah kondisi pembedahan, cedera traumatis,
infeksi, sindrom coroner akut dan glaucoma. (PPNI, 2016).
b. Ansietas
Ansietas dapat diartikan sebagai suatu respon perasaan yang tidak
terkendali. Ansietas adalah respon terhadap ancaman yang sumbernya tidak
diketahui, internal, dan samar-samar. Ansietas berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan respon dari suatu ancaman yang asalnya diketahui,
eksternal, jelas, atau bukan bersifat konflik (Murwani, 2009).
Ansietas merupakan keadaan emosi dan pengalaman subyektif
individu. Keduanya adalah energi dan tidak dapat diamati secara langsung.
Seorang perawat menilai pasien ansietas berdasarkan perilaku tertentu.
Penting untuk diingat bahwa ansietas adalah bagian dari kehidupan sehari-
hari. Ansietas adalah dasar kondisi manusia dan memberikan peringatan
berharga. Bahkan, kapasitas untuk menjadi ansietas diperlukan untuk
bertahan hidup. Selain itu, seseorang dapat tumbuh dari ansietas jika
seseorang berhasil berhadapan, berkaitan dengan, dan belajar dari
menciptakan pengalaman ansietas (Stuart, 2016).
c. Hipotermia
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35˚C (atau
95˚F) secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh mencakup
rektal, esofageal, atau membran timpani, yang dilakukan secara benar
(Tanto, 2014). Menurut Hardisman (2014), hipotermia didefinisikan bila
suhu inti tubuh menurun hingga 35˚C (95˚F) atau dapat lebih rendah
lagi.Menurut Setiati (2014), hipotermia disebabkan oleh lepasnya panas
karena konduksi, konveksi, radiasi, atau evaporasi. Local cold injury dan
frostbite timbul karena hipotermia menyebabkan penurunan viskositas
darah dan kerusakan intraselular (intracellular injury). Hipotermia adalah
keadaan suhu tubuh di bawah 35˚C
d. Gangguan ventilasi spontan
Merupakan penurunan cadangan energy yang mengakibatkan individu
tidak mampu bernapas secara adekuat.(TIM Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).Penurunan cadangan energy yang mengakibatkan ketidakmampuan
individu untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat untuk
menyokong kehidupan Suatu keadaan ketika individu tidak dapat
memepertahankan pernapasan yang adekuat untuk mendukung
kehidupannya.Ini dilakukan karena penurunan gas darah arteri, peningkatan
kerja pernapasan dan penurunan energy (Hidayat 2013).

3. Rencana Intervensi
a. Masalah Kesehatan Anestesi (Nyeri akut)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x15 menit diharapkan
nyeri teratasi atau berkurang.
2) Kriteria Hasil
- Tingkat nyeri pada pasien berkurang dari skala 6 menjadi 2

- Pasien menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang


- Meningkatkan partisipasi pasien dalam kegiatan pemulihan nyeri
- TTV pasien normal yaitu TD: 90/60 mmHg hingga 120/80
mmHg,Nadi: 60-100 kali per menit,Pernafasan 12-20 x/menit,dan
Sp02 96%-100% (Smeltzer,Bare,Hinkle &Cheever ,2008)
3) Rencana Intervensi
- O : Observasi dan Kaji Tingkat Nyeri Pasien dengan PQRST
- T : Berikan Teknik relaksasi nafas dalam.
- E : Jelaskan penyebab nyeri kepada individu
- C : Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat pereda
nyeri yang optimal dengan analgesic yaitu Ketorolac 30 mg.
b. Ansietas
1) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kepenataan selama 1 x 15
menit diharapkan cemas klien dapat berkurang.
2) Kriteria hasil:
a. Pasien mengatakan cemas sudah hilang atau berkurang
b. Pasien tampak tenang dan kooperatif

3) Rencana intervensi
a. Observasi dan kajI tingkat ansietas
b. Dampingi pasien untuk mengurangi rasa cemas
c. Jelaskan tentang tindakan yang akan dilakukan
d. Kolaborasi untuk pemberian obat penenang
c. Diagnosa Intra ketidak mampuan mempertahankan ventilasi spontan
1) Tujuan : Tingkat energi dan fungsi otot adekuat untuk mendapatkan
ventilasi spontan
2) Kriteria Hasil :
a) Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
b) Tidak ada napas yang pendek dan dyspneu
c) Tidak ada gelisah, sianosis dan kelemahan
3) Rencana intervensi :
Memantau pertukaran oksigen dan karbondioksida, karbondioksida
yang bersifat limbah harus dikeluarkan dari darah melalui hembusan
napas.
a) Untuk mengetahui adanya suara yang dihasilkan tubuh normal
atau abnormal
b) Mencegah penurunan jumlah udara yang masuk ke paru-paru
karena ventilasi alveolar tidak adekuat untuk mencukupi
kebutuhan metabolik penyaluran O2 dan pembuangan CO2
c) Mempertahankan jalan napas tetap adekuat dengan pertahanan
fiksasi yang baik
d) Untuk membersihkan jalan napas pasca terpasang ETT
d. Risiko kecelakaan cidera
1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan kepenataan selama post
operasi diharapkan pasien tidak mengalami resiko kecelakaan
cidera.

2) Kriteria hasil:
a. Pasien aman dan tidak jatuh
b. Pasien bisa melakukan pergerakan dan komunikasi

3) Rencana intervensi
a. Observasi tanda tanda vital pasien
b. Pasang pengaman tempat tidur
c. Kolaborasi terkait penggunaan obat anestesi dan efek yang timbut
LAPORAN KASUS

LAPORAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA An. C


DIAGNOSA SOFT TISSUE TUMOR LINGUA DILAKUKAN TINDAKAN
OPERASI EXCISI DENGAN TINDAKAN GENERAL ANESTESI
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA
PADA TANGGAL 9 JANUARI 2023

I. PENGKAJIAN
a) Pengumpulan Data
1. Anamnesis
a. Identitas
1) Identitas Pasien

Nama : An. C
Umur : 6 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan` : Belum Menikah
Golongan darah :B
Alamat : JEMBANGAN 5/1
No. RM : 558062
Diagnosa medis : STT LINGUA
Tindakan Operasi : Eksisi
Tanggal MRS : 4 Januari 2023
Tanggal pengkajian : 6 Januari 2023
Jam Pengkajian : 09.00 WIB
Jaminan :-

2) Identitas Penanggung-Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 27 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Suku Bangsa : Jawa Indonesia
Hubungan dg pasien : Istri
Alamat : JEMBANGAN 5/1

a. Riwayat Kesehatan

3) Keluhan Utama
a. Saat Masuk Rumah Sakit
Terdapat benjolan kecil di sisi kanan lidah
b. Saat Pengkajian
Keluarga pasien mengatakan terdapat benjolan kecil disisi kanan
lidah yang sudah muncul berkisar 2 bulan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Gigi di RSUD Hj. ANNA LASMANAH
pada tanggal 4 Januari 2023. Keluarga pasien mengatakan bahwa
benjolan di lidah mulut sudah berkisar 2 bulan,, sudah diberikan
antibiotic oleh dokter namun benjolan tidak mengempis.

4) Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dahulu
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
seperti diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, perdarahan tidak
normal, asma.

3) Sebelumnya pernah masuk Rumah Sakit? :


Tidak
4) Riwayat operasi sebelumnya
Tahun : - Jenis : -
Komplikasi : -
5) Apakah pasien pernah mendapatkan transfusi darah?

6) Apakah pasien pernah didiagnosis penyakit menular? : Tidak


7) Khusus pasien perempuan
Jumlah kehamilan :-
Jumlah anak :-
Mensturasi terakhir : -
Menyususi :-
• Riwayat Pengobatan/ Konsumsi Obat
• Obat yang pernah dikonsumsi : -
• Obat yang sedang dikonsumsi : -
• Riwayat Alergi : Tidak
• Kebiasaan
Merokok : Ya/tidak,
Alkohol : Ya/tidak,
Kopi/teh/soda : Ya/tidak,
a. Pola Kebutuhan Dasar
1) Oksigenasi
Sebelum sakit
a. Gangguan pernafasan : tidak ada
b. Alat bantu pernafasan: tidak ada
c. Sirkulasi udara : baik
d. Keluhan : tidak ada
Saat ini
e. Gangguan pernafasan : tidak ada
f. Alat bantu pernafasan: tidak ada
g. Sirkulasi udara : baik
h. Keluhan : tidak ada
2) Air/Minuman
Sebelum sakit
- Frekuensi : 2 liter air mineral
- Jenis : Air mineral dan susu
- Cara : Mandiri tanpa pertolongan
- Minum Terakhir : Sampai pagi hari pada tanggal 7 Januari 2023
- Keluhan : Tidak ada
Saat ini
- Frekuensi : 1 liter air mineral
- Jenis : Air mineral
- Cara : Mandiri
- Minum Terakhir : Sampai malam hari sebelum jam puasa
pada tanggal 7 Januari 2023
- Keluhan : tidak ada
3) Nutrisi/Makanan
Sebelum sakit
a) Frekuens : 3x sehari
b) Jenis : nasi dengan lauk pauk
c) Porsi : sedang
d) Diet khusus : tidak ada
e) Makanan yang disukai : semua makanan
f) Napsu makan : baik
g) Puasa terakhir : tidak ada
h) Keluhan : tidak ada
Saat ini
i) Frekuensi : 1 x sehari
j) Jenis : diet menu dari ahili gizi
k) Porsi : sedang
l) Diet khusus : diet puasa dari ahli gizi dan anestesi
m) Makanan yg disukai : semua jenis makanan
n) Napsu makan : baik
o) Puasa terakhir : 6 jam yang lalu
p) Keluhan : tidak ada
4) Eliminasi
• BAB
Sebelum sakit
• Frekuensi : 2 x sehari
• Konsistensi : padat

• Warna : kuning gelap


• Bau : normal
• Cara : (spontan/ digalat)
• Keluhan : tidak ada
Saat ini
• Frekuensi : 1 x sehari
• Konsistensi : padat
• Warna : kuning gelap
• Bau : normal
• Cara : (spontan/ digalat)
• Keluhan : tidak ada
• BAK
Sebelum sakit
• Frekuensi : 3x sehari
• Konsistensi : cair
• Warna : bening
• Bau : normal
• Cara : (spontan/ digalat)
• Keluhan : tidak ada
Saat ini
• Frekuensi : 4x sehari
• Konsistensi : cair
• Warna : bening
• Bau : normal
• Cara : (spontan/ digalat)
• Keluhan : tidak ada
b. Pola Aktivitas dan Istirahat
1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Berpindah 

Keterangan: 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu


orang lain dan alat, 4: tergantung total
2) Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak

 Berapa jam anda tidur: malam 8 jam, Siang 1 jam


Saat ini
 Apakah anda pernah mengalami insomnia? Tidak
 Berapa jam anda tidur: malam 9 jam, Siang 1 jam
c. Pemeliharaan Kesehatan
a. Rasa aman : ya
b. Rasa nyaman : ya
c. Pemanfaatan pelayanan kesehatan : ya
d. Peningkatan Fungsi Tubuh dan Pengimbangan Manusia dalam Kelompok
Sosial Sesuai dengan Potensinya
 Konsumsi vitamin : tidak ada

 Imunisasi : tidak ada


 Olahraga : teratur di waktu luang

 Upaya keharmonisan keluarga : ya


 Stres dan adaptasi : normal

• Pemeriksaan Fisik
• Keadaan Umum
Kesadaran umum : Compos metis
GCS :E4V6M5
Penampilan : Tampak sakit sedang
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
SPO 2 : 100 x/menit
RR : 25 x/menit, Suhu : 36,5 C
BB : 30kg, TB: 110 cm,

• Pemeriksaan 6 B

1) B1 (BREATH
- Wajah:
☑ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu □ Gigi goyang □ Gigi maju
□ mikrognathia
□ Kumis/ jenggot □ Hilangnya gigi
Kemampuan membuka mulut < 3 cm□Ya ☑Tidak
Jarak Thyro - Mental < 6 cm □Ya ☑Tidak
Cuping hidung: normal
Mallampati Skor : ☑ I □ II □ III □ IV
Tonsil : Noemal
Kelenjar tiroid : Normal
- Obstruksi Jalan Napas
☑Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : ☑Simetris □ Asimetris
Mobilitas Leher : Baik
Leher pendek : □Ya ☑Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
☑ Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
☑ Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□Ya ☑ Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : Normal
 Pola napas : Baik
 Retraksi otot bantu napas : Tidak ada
 Perkusi paru : ☑ sonor □ hipersonor
□dullness
 Suara napas : □ ronchi □ wheezing
☑ vesikuler □ bronchial □ bronkovesikular

2) B2 (BOOD)
 Konjungtiva : □ anemis ☑ tidak
 Vena jugularis : pembesaran □ ya ☑ tidak
• BJ I : □ tunggal □ ganda
□ regular ☑ irreguler
 BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular
☑ irregular
 Bunyi jantung tambahan : BJ III □ murmur

3) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : ☑ kompomentis □ apatis □ delirium
□ somnolen □ sopor □ koma
- GCS : Verbal : Verbal 5 Motorik: 6 Mata : 4
- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep (+)
b. Reflek trisep (+)
c. Reflek brachiradialis (+)
d. Reflek patella (+)
e. Reflek achiles (+)
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus
tertentu.
a. Reflek babinski ( -)
b. Reflek chaddok ( -)
c. Reflek schaeffer ( -)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek gordon ( -)

4) B4 ( BOWEL )
 Frekuensi peristaltic usus : 20 x/menit
 Titk Mc. Burney : ☑ nyeri tekan □ nyeri lepas
 Borborygmi : □Ya ☑Tidak □ Nyeri menjalar
 Pembesaran hepar : □Ya ☑Tidak
 Distensi : □Ya ☑Tidak

5) B5 (BLANDER)
 Buang air kecil : ☑Spontan □Tidak
 Terpasang kateter : □Ya ☑Tidak
 Gagal ginjal : □Ya ☑Tidak
 Infeksi saluran kemih : □Ya ☑Tidak
 Produksi urine :- cc
 Retensi urine : □Ya ☑Tidak

6) B6 (BONE)
a) Pemeriksaan Tulang Belakang :
- Inspeksi : normal tidak terdapat kelainan
Kelainan tulang belakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-)
Perlukaan (-), infeksi (-), mobilitas (leluasa)
- Palpasi :normal tidak ada kelainan Fibrosis (-), HNP (-)

b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-) Fraktur (-),
lokasi fraktur (-)jenis fraktur (-)kebersihan luka (baik), terpasang
gips (-), Traksi (- ), atropi otot (-) IV line: terpasang di tangan
kiri, ukuran abocatch 22 G, tetesan: 20tpm ROM: Baik

 Palpasi
Perfusi: normal
CRT: kurang dari 2 detik
Edema : tidak terdapat edema pada ekstremitas atas
Lakukan uji kekuatan otat : 5 kanan dan 5 kiri
- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas (-)
Fraktur (-), lokasi fraktur (-), jenis fraktur (-), kebersihan luka
(-), terpasang gips (-), Traksi ( - ), atropi otot ( -)
IV line: terpasang di (-), ukuran abocatch (-), tetesan: (-) ROM:
Baik
 Palpasi -
 Perfusi: normal CRT: <2 detik
Edema : tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah Kekuatan
otot :5

Kesimpulan palpasi ekstermitas :


5 5
 Uji kekuatan otot :
5 5

2. Data Penunjang Diagnostik

a. Pemeriksaan Laboratorium 10 Juli 2022

Pemeriksaan Hematologi Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 8,4 g/dL 10.8-15.6 g/dl

Hematokrit 28.8 % 32-44 %

Leukosit 4.89 Ribu 5-14.5 ribu /uL

Trombosit 195 150-450

Eritrosit 4.01 3.7-5.7

CT 5.00 Menit 1-6

BT 2.10 Menit 1-3

b. Rontge
USG : -
3. Therapi Saat ini :
a. Terapi cairan
- Ringer lactat (RL) 20 tpm 200 cc

b. Terapi farmakologi
a. Dexametashon 5 mg
b. Ondansentron 4 mg
c. Fentanyl 50 mcg
d. Propofol 30 mcg
e. Midazolam 2 mg

4. Kesimpulan Status Fisik (ASA) :


 ASA 1 : Pasien normal yanng sehat

 ASA 2 : Pasien dengan penyakit sistemik ringan

 ASA 3 : Pasien dengan penyakit sistemik berat

 ASA 4 : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nyawa

 ASA 5 : Pasien sekarat yang tidak akertahaan b dalam 24 jam dengan


atau tanpa pembedahan

 ASA 6 : Pasien dengan mati otak yang organnya direncanakan untuk


didonorkan.

 EMERGENCY : Pasien dengan Emergency


5. Pertimbangan Anestesi

1. Faktor penyulit : Tidak terdapat faktor yang mempersulit anestesi

2. Jenis Anestesi : General Anestesi

3. Teknik Anestesi : Total Intravena (TIVA)


I. Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem


PRE ANESTESI
1. DS: Krisis situasi (prosedur tindakan Ansietas ( nanda
pembedahan) edisi 12 hal 409)
-Pasien mengatakan cemas
sebelum operasi.

-Pasien mengatakan baru


pernah menjalani operasi.

DO:

Pasien tampak tegang.

TD : 120/80 mmHg

HR : 73x/menit

RR : 20x/menit

SpO2 : 100%

Suhu : 36,5°C

INTRA ANESTESI
1 DS :- Penurunan tingkat kesadaran Resiko Aspirasi
akibat anestesi
DO :
- Pasien diinjeksikan
obat fentanyl dan
midazolam
- Pasien tampak
kehilangan
kesadaran
-
- Pada monitor
tampak nilai vital
sign klien sebagai
berikut :
-
- TD : 89/54 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- RR : 25x/menit

POST ANESTESI
1 Data Subjektif :- Pengaruh obat anestesia Ketidak efektifan jalan
nafas
Data Objektif :
- Pasien terlihat
belum sadar penuh
- Pasien terlihat
bergerak tak
terkontrol
- Tampak klien belum
sadar dan bernafas
menggunakan bantuan
otot perut
- Steward score = 4
- Pasien terlihat lemah
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 87x/menit
- RR : 25x/menit
II. Problem ( Masalah kepenataan anestesi )

Preanestesi
1. Ansietas berhubungan dengan Krisis situasi (prosedur tindakan pembedahan)
Intra anestesi
1. Resiko aspirasi berhubungan dengan Penurunan tingkat kesadaran akibat
anestesi
Pasca anestesi

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pengaruh obat


anestesia
III.Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
a) Pra Anestesi

Nama : An. C No. CM : 558062


Umur : 6 Tahun Dx : STT LINGUA
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : Kenanga
No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama
&
(Masalah) Tuju Intervensi
an Paraf
1 Ansietas Setelah dilakukan (manajemen alam perasaan  Mengevaluasi alam S: Pasien mengatakan
cemasnya berkurang
berhubungan Tindakan keperawatan NIC edisi 7 hal 136) perasaan O: wajah pasien
dengan Krisis 1x15 menit pasien  Evaluasi alam perasaan  Memulai (Tindakan) tampak lebih rileks
situasi menunjukan beberapa  Berikan kuesioner pencegahan yang TD: 120/70
(prosedur kriteria berikut : pelaporan diri diperlukan untuk mmHg
tindakan (Tingkat rasa takut  Mulai (Tindakan) mengamankan pasien N: 70x/menit
pembedahan) NOC edisi 6 hal 656) pencegahan yang resiko bunuh diri, Rr: 20x/menit
Indikasi Awal Akhir diperlukan untuk melarikan diri dan hal- Sp02: 100%
ketakut 2 5 mengamankan pasien hal yang membahayakan A: masalah teratasi
an resiko bunuh diri, P:
 Memerikan
Kekura 2 5 melarikan diri dan hal-hal Intervensi di
kesempatan pasien
ngan yang membahayakan lanjutkan
untuk membuat
keperca
 berikan kesempatan keputusan yang
yaan
diri
pasien untuk membuat membuat dirinya
Wajah 3 5
keputusan yang nyaman
tegang
membuat dirinya
nyaman

ASSESMEN PRA INDUKSI/ RE – ASSESMEN


Tanggal :
Kesadaran : compos mentis Pemasangan IV line : 1 buah
GCS: E:4 V:6 M:5 Kesiapan mesin anestesi : siap/baik
TD : 120/70 .mmhg Kesiapan Sumber gas medik : siap/baik
Nadi : 70x/mnt Kesiapan volatile agent : siap/baik
RR : 25x/mnt Kesiapan obat anestesi parenteral : siap/baik
Suhu : 36 c 0
Kesiapan obat emergensi : siap/baik
Saturasi O2 : 100%
Gambaran EKG : -
Penyakit yang diderita : STT LINGUA
Penggunaan obat sebelumnya: tidak ada
Gigi palsu : tidak ada
Alergi : tidak ada
Kontak lensa : tidak ada
Asesoris: tidak ada
BB : 30 kg
CATATAN LAINNYA : Makan minum terakhir/puasa pukul 01.00 WIB
b) Intra Anestesi

Nama : An. C No. CM : 558062


Umur : 6 Tahun Dx : STT LINGUA
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : Kenanga
No Problem (Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama
Tujuan Intervensi & Paraf
1 Resiko aspirasi Setelah dilakukan - monitor tingkat Pukul 09.30 WIB Pukul 09.45 WIB
- Mengkaji adanya
berhubungan tindakan kepenataan kesadaran reflek batuk S:-
penurunan tingkat
dengan Penurunan anestesi pada fase intra dan kemampuan menelan O:
kesadaran
tingkat kesadaran anestesi selama 1x 15 - monitor status paru -
- Melakukan auskultasi
akibat anestesi menit, diharapkan - Pelihara jalan nafas - Pasien tampak
bunyi napas, catat area
klien tidak terjadi Lakukan suction jika mengenakan nasal
penurunan dan adanya
aspirasi dengan kriteria diperlukan kanul dengan oksigen
bunyi napas tambahan
hasil: - Control penggunaan 100 persen
- Memonitor adanya
- klien dapat bernafas anestesi yang - TD : 125/70 mmHg
kegelisahan, napas
dengan mudah, tidak menyebaban penurunan - Nadi : 85x/menit
tersengal-sengal
irama, frekuensi tingkat kesadaran - RR : 25x/menit
- Memonitor spo2
pernafasan normal pasien - SpO2 100%
- jalan nafas paten, mudah - injeksikan ondansentron A : masalah teratasi
bernafas, tidak merasa sesuai instruksi DPJP P : lanjutkan intervensi:
tercekik dan tidak ada
suara nafas abnormal.
- Monitoring jalannya operasi
c) Pasca Anestesi

Nama : An. C No. CM : 558062


Umur : 6 Tahun Dx : STT LINGUA
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang : Kenanga
No Problem(Masalah) Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi Nama &
Tujuan Intervensi Paraf
1. Ketidak efektifan pola Setelah dilakukan a. Monitor tanda-tanda a. Memonitor tanda-tanda
S : klien menangis
nafas berhubungan tindakan kepenataan vital vital
O:
dengan pengaruh obat anestesi selama 1 x b. Ajarkan teknik b. Mengajarkan teknik

anestesia 15 menit diharapkan bernafas dan relaksasi bernafas dan relaksasi a. Klien lebih nyaman bernafas tanpa o2
masalah yang benar yang benar canul
Ketidak efektifan pola Monitor respirasi dan Memonitor respirasi dan
b. TTV:
nafas dapat teratasi status oksigenasi status oksigenasi
RR : 20x/mnt
dengan kriteria
-Pasien tampak SpO2 : 99%
bernafas dengan
TD : 130/80mmHg
normal
N: 95X/mnt
-Saturasi oksigen
meningkat tanpa A : masalah teratasi
bantua tambahan
oksigen dengan nasl
P : klien boleh pindah ke ruang bangsal
kanul
Tanda-tanda vital
dalam batas normal
RR : 12-25X/mnt
SpO2 : 95-99% tanpa
oksigen dengan canul
TD : 120/80-140/90
mmHg
N : 70-90X/mnt
IV. Hand Over recovery Room ke Ruang Rawat Inap
Nama : An. C No. CM : 558062
Umur : 6 Tahun Dx : STT
LINGU
A
Jenis kelamin : Laki-laki Ruang :
Kenanga

S (Situation) Nama : An. C


Masalah : STT LINGUA
TTV

GCS: E:4 V:6 M:5


TD : 120/70 .mmhg
Nadi : 70x/mnt
RR : 25x/mnt
SB : 36℃
SpO2 : 100%

B (Background) An. C tidak memiliki riwayat penyakit

A Adanya luka post operasi dan harus


(Assestment/Analisa) dipantau agar tidak terjadi infeksi

R Perawatan luka
(Recommendation)

Nama dan Paraf yang Nama Paraf


menyerahkan pasien

Nama dan paraf yang Nama Paraf


menerima pasien
INTRA ANESTESI

Infus perifer : Tempat dan ukuran Obat-obatan / Infus


1.
2.
CVC :
Posisi
□ Terlentang □ Lithotomi □ Perlindungan mata
□ Prone □ Lateral □ Ka □ Ki □ Lain-lain
Premedikasi
□ Oral :
□ I.M :
□ I.V:
Induksi N2O / O2 / Air
□ Intravena : Gas : Isof/Sevo/Des %
□ Inhalasi :
Tata Laksana Jalan nafas
Face mask No Oro/Nasopharing R N TD
ETT No Jenis Fiksasi cm R
28 22
LMA No Jenis 0
Trakhesotomi 20 20
0
Bronkoskopi fiberoptik 16 18
Glidescope 0
N 12 16
Lain-lain 0
Intubasi  Sis 8 18 14
□ Sesudah tidur □ Blind □ Oral □Nasal □ Ka□ 0 0
 16 12
Ki Dis 0 0
□ Trakheostomi + RR 14 10
□ Sulit ventilasi : 0 0
12 80
□ Sulit intubasi : 0
□ Dengan stilet □ Cuff □ Level ETT □ 10 60
Pack Ventilasi 0
80 40
□ Spontan □ Kendali □ Ventilator: TV RR PEEP 60 20
□ Konversi : 0

Tindakan Anestesi
Mulai anestesia X Selesai anestesia ←X Mulai pembedahan O→ Selesai pembedahan ←O
Teknik Regional/Blok Perifer Intubasi ↑ Ekstubasi ↓ Pemantauan
Jenis : SpO2 %
Lokasi : PE CO2 mm
Jenis Jarum / No : Hg FiO2
Kateter : □ Ya Lain-lain :
Cairan infus ml
□ Tidak Fiksasi cm Darah ml
Obat-obat: Urin ml
Komplikasi : Perdarahan ml
Hasil : □ Total Blok□Partial
□ Gagal
Lama pembiusan : jam
menit Lama pembedahan :
jam menit
Masalah Intra Anesstesi:
STEWARD SCORE (ANESTESI UMUM
PADA ANAK)
Tanda Kriteri Scor Saat
a e keluar

Bangun 2
Kesadaran
Respon terhadap rangsang 1
Tidak ada respon 0
Batuk/menangis 2
Respirasi Pertahankan jalan nafas 1
Perlu bantuan nafas 0
Gerak bertujuan 2
Motorik Gerak tanpa tujuan 1
Tidak bergerak 0
TOTAL
SCORE
Score ≥ 5 pasien diperbolehkan keluar dari Pasien dipindahkan ke ruang bangsal
RR

PASCA ANESTESI
CATATAN PASIEN DI KAMAR PEMULIHAN :
Waktu masuk RR: Pk…….
Penata anestesi pengirim :
Penata anestesi penerima :
Tanda Vital : □TD: mmHg□Nadi:x/menit □RR: x/menit □Temperatur : 0
C
Kesadaran : □ Sadar betul □Belum sadar □Tidur dalam
Pernafasan : □ Sponta □Dibantu □VAS
Penyulit Intra operatif :
Instruksi Khusus :

S S S
SKAL
C C C
Frekuensi napas

A ALDRET STEWAR BROMAGE


Tekanan darah
Frekuensi nadi

NYE TE SCORE
O D O O
RI SCORE
(Lingkar) SCORE
R R R

E E E
2 220 Gerakan penuh
8 Pergeraka
2 200 0 Saturasi dari
0 O2 n
2 180 1 tungkai
6
1 160 2 Tak mampu
2 Pernafasa
8 18 140 3 Pernapas ekstensi
0 an n
16 120 4 tungkai
0 5
14 100 Tak mampu
0 6 Kesadara
12 80 Sirkulasi fleksi
0 7 n
10 60 8 lutut
0
80 40 9
Aktifit Tak mampu
60 20 1 fleksi
0 0 as
motori pergelangn
k kaki
Kesadara
n
Lama Masa Pulih :
Menginformasikan keruangan untuk menjemput pasien :
1. Jam : Penerima : 2. Jam : Penerima : 3. Jam :
Penerima :

KELUAR KAMAR PEMULIHAN


Pukul keluar dar RR : Pk. ke ruang: □ rawat inap □ ICU □ Pulang □ lain-lain:
SCORE ALDRETTE :
SCORE STEWARD:
SCORE BROMAGE:
SCORE PADSS (untuk rawat jalan): □ not applicable
SCORE SKALA NYERI: □ Wong Baker:
Nyeri : □ tidak □ ada
Risiko jatuh : □ tidak beresiko □ resiko rendah □ resiko tinggi
Risiko komplikasi respirasi : □ tidak □ ada
Rsiko komplikasi kardiosirkulasi □ tidak □ ada
Rsiko komplikasi neurolgi : □ tidak □ ada
Lainya

INSTRUKSI PASCA BEDAH:


Pengelolaan nyeri :
Penanganan mual/ muntah :
Antibiotika :
Obat-obatan lain :
Infus :
INSTRUKSI PASCA BEDAH:
Pengelolaan nyeri : Penanganan mual/ muntah :
Antibiotika :
Obat-obatan lain :
Infus :
Diet dan nutrisi :
Pemantauan tanda vital : setiap : selama :
Hasil pemeriksaan penunjang/obat/barang milik pasien yang diserahkan melalui perawat ruangan/ICU :
1) 2) 3)
DAFTAR PUSTAKA

Putri, D. S., Kristiyawati, S. P., & Arif, S. (2014). Pengaruh terapi humor terhadap penurunan
kecemasan pada pasien pre operasi dengan general anestesi. STIKES Telogorejo.

rambe, F. adelina. (2019). Tujuan Dan Tahapan Pengkajian Dalam Proses Keperawatan.
https://doi.org/10.31227/osf.io/59jbz

Sari, K. P. (2017). Perbedaan Kualitas Hidup antara Berbagai Metode Manajemen Nyeri pada
Pasien Nyeri Kronis. Jurnal Psikologi, 44(2), 107.
https://doi.org/10.22146/jpsi.25208

Uskenat, M. D., Kristiyawati, S. P., & Solechan, A. (2012). Perbedaan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi Dengan General Anestesi Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Relaksasi Otot Progresif Di Rs Panti Wilasa Citarum Semarang. Karya
Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan, 0(0).

Carpenito, Lynda Jual. 2020. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Yasmi Asih,
Edisi ke - 10. Jakarta : EGC.

Smeltzer, S.C. Bare, B.G. Hinkle, J.L & Cheever , K.H. (2008). Text Book Of
SurgicalMedical Nursing. Ed12. Philadelpia: Lippincott William & Wilkins

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
DewasaTeori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medik
Nurarif Huda Amin. 2015. Aplikasi Ashuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Dan NANDA NIC-NOC Jilid 2. Tamantirto. Kasihan Bantul. Jogjaka

Anda mungkin juga menyukai