Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKELETAL : STT (SOFT TISSUE TUMOR) DI
RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMANGKAT

DISUSUN OLEH :

NUR AYU
NIM.231133068

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : STT (SOFT TISSUE TUMOR) DI
RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMANGKAT

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik (Clinical


Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).

Telah disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

NUR AYU
NIM.231133068

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

____________________________ ______________________________
BAB I
KONSEP DASAR STT (SOFT TISSUE TUMOR)

A. Pengertian

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang


abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer,
2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel
selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006). Tumor jaringan lunak adalah
kelompok heterogen lesi jinak dan ganas yang berkembang dari berbagai
elemen nonepitel, ekstraskeletal, termasuk jaringan adiposa, otot polos dan
rangka, tendon, tulang rawan, jaringan fibrosa, pembuluh darah, dan struktur
limfatik (Razek & Huang, 2011). Soft Tissue Sarcomas (STS) merupakan salah
satu jenis sarkoma, yaitu kelompok tumor heterogen yang berasal dari
mesoderm embrio, dan merupakan tumor ganas yang jarang terjadi (Wirawan
& Gonhowiardjo, 2014).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan
yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak
antara kulit dan tulang.

B. Etiologi
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan
diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan
sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan
bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak.

D. Komplikasi
Komplikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang terjadi sebelum dan sesudah
terapi. Komplikasi yang dapat timbul sebelum terapi adalah:
1. Luka pada kulit
2. Kelainan darah
3. Perdarahan
4. Kerusakan jaringan sekitar
5. Patah tulang (jika tumor melibatkan tulang)
Komplikasi yang dapat timbul setelah terapi adalah:
1. Luka operasi yang terinfeksi dan tidak sembuh
2. Infeksi akibat kemoterapi dan radioterapi yang menimbulkan
penurunan sistem imun
3. STT jinak biasanya tidak sering kambuh. Jika kambuh, biasanya tidak
bersifat merusak dan dapat diterapi dengan operasi pengangkatan
tumor. Pola kekambuhan umumnya dapat diprediksi. Kebanyakan
tumor kambuh dalam 2 sampai 3 tahun. Terapi radiasi dan kemoterapi
tambahan akan meminimalisis kekambuhan. Kekambuhan lebih sering
terjadi pada STT ganas
4. Penyebaran tumor. STT ganas banyak mengalami penyebaran. Lokasi
paling sering penyebaran tumor adalah paru-paru

E. Klasifikasi
F. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang
yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor
jinak, namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat
didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
b. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak
tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot
lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma
seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
c. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa
tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
d. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar
penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor
jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul
atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari
tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
e. Pemeriksaan histopatologis
1) Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
i. Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
ii. Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
iii. Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
2) Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak
dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
3) Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4) Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh
tumor untuk pemeriksaan histologis.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan
bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan
zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan
dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan
terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan
juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi
setelah dilakukan operasi.

H. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue
Tumors (STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi
dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas
atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak
tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut
luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka
tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular.
Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase
yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
BAB II
Web Of Caussation (WOC)

Kondisi genetik, radiasi, infeksi,


trauma
Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah

Soft Tissuekulit
Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya
Terputusnya Adanya luka post
inflamasi
kontinuitas jaringan
op
Perubahan fisik Menstimulasi Peradangan
Tempat masuk
respon nyeri pada kulit
mikroorganisme
Anatomi kulit
abnormal Bercak –
Nyeri bercak merah Resiko
Kurang terpapar infeksi
informasi
Gangguan
integritas kulit
Ansietas
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Biasanya identitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
perkerjaan, pendidikan, alamat , penanggung jawaban juga terdiri dari
nama, umur penanggung jawab , hubungan keluarga, dan perkerjaan.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama Klien mengeluhkan rasa nyeri pada anggota tubuh
atau bagian tubuh akibat luka operasi
b. Riwayat penyakit sekarang biasanya masalah yang muncul pada saat
dikaji yaitu adanya luka operasi dan pasien mengeluh nyeri pada luka
(PQRS) kesulitan beraktifitas akibat luka yang diderita.
c. Riwayat penyakit dahulu Adanya memiliki kecelakaan atau
terbenturnya salah satu organ tubuh waktu dulu, adanya mengalami
penyakit yang sama waktu dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga kaji apakah ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi atau pun diabetes militus dan penyakit yang lain-
lain
3. Pola aktivitas
Pada bagian ini perawat harus mengkaji nutrisi, cairan, elimiinasi, pola
istirahat tidur, personal hygiene, pola aktivitas.
4. Data psikologis
Pada bagian data psikologis perawat harus mengkaji Status mental pasien,
Kecemasan, Pola koping, Gaya komunikasi.
5. Data sosial
Pada bagian data sosial pasien perawat perlu mengkaji bagaimana
hubungan pasien dengan keluarganya.
6. Data spiritual
Pada bagian ini perawat perlu mengkaji:
a. Falsafah hidup: apakah pasien mempercayai akan adanya sehat dan
sakit, apakah pasien percaya bahwa sakit yang dideritanya merupakan
bagian dari ujian yang diberikan oleh Allah SWT.
b. keyakinan akan sembuh: apakah pasien yakin dan optimis akan
beraktivitas seperti biasa dan Allah akan selalu memberikan yang
terbaik bagi dirinya.
c. konsep ketuhanan: apakah pasien beragama islam dan yakin adanya
Allah SWT, menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah
yaitu sholat 5 waktu.
7. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran umum: perawat perlu mengkaji Tekanan darah, Nadi,
Respirasi , suhu, GCS, SpO2.
b) Sistem panca indra
Inspeksi: kaji kepala dan wajah, mata, telinga, hidung, mulut
Palpasi: kaji kepala dan wajah, mata, telinga, hidung, mulut
c) Sistem pernafasan
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau tidaknya
retrasi dada, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan
Palpasi: apakah ada pergerakan dinding dada, taktil fremitus teraba
jelas
Perkusi: sonor
Auskultasi: vesikuler
d) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi: Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi diarea jantung atau tidak,
pembengkakan pada jantung atau tidak
Palpasi: Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula untuk
menentukan batas jantung, tidak terjadi pembesaran pada jantung
Perkusi: redup
Auskultasi: Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada bunyi
jantung II, tidak adanya bunyi tambahan seperti mur-mur. S2 (dub)
terdengar pada ICS II ketika katup aorta dan pulmonal menutup pada
saat awal sistolik, terdengar suatu split yang mengakibatkan dua suara
katup, ini 57 diakibatkan penutupan aorta dan pulmonal berbeda pada
waktu respirasi. S1( lub) terdengar pada ICS V ketika katup mitral dan
katup trikuspidalis tetutup pada saat awal sistolik. Terdengar bagus
pada apex jantung dan didengar dengan diafragma stetostokop dimana
terdengar secara bersamaan
e) Sistem pencernaan
Inspeksi: tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites
Palpasi: tidak adanya distensi pada abdomen
Perkusi: tympani
Auskultasi: bising usus normal
f) Sistem endokrin: kaji apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, getah
bening
g) Sistem integumen: kaji CRT, keadaan kulit, warna, adanya luka/lesi
h) Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas: kaji bentuk, luka, lesi, reflel bisep dan trisep, apakah
ada edema, pergerakan fleksi ekstensi dan apakah terpasang infus.
Ekstremitas bawah: kaji bentuk, luka, lesi, apakah ada edema,
pergerakan fleksi ekstensi dan apakah terpasang infus, reflek patella
dan babinski. Kekuatan otot: ekstremitas atas dan bawah normal nilai
masing-masing 5: bisa menahan tekanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal.
i) Sistem genitourinaria
Pada bagian ini perawat perlu mengkaji: pengeluaran urine dan feses,
keadaan bersih/tidak, apakah terpasang selang kateter, apakah ada
luka, lesi, apakah ada kelainan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Op
1) D.0080 Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa
bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah dan tegang.
b. Post Op
1) D.0077 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
d.d mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
2) D.0129 Gangguan integritas kulit b.d faktor elektris
(elektrodiatermi) d.d kerusakan jaringan atau lapisan kulit.
3) D.0142 Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif

I. Perencanaan Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 D.0080 Ansietas b.d L.09093 Setelah dilakukan I.09314 Reduksi ansietas
kurang terpapar tindakan keperawatan Observasi ;
informasi d.d selama 3x24 jam diharapkan - Identifikasu saat tingkat
Ds ; merasa bingung, Tingkat ansietas menurut ansietas berubah
merasa khawatir dengan dengan kriteria hasil ; - Identifikasi kemampuan
akibat dari kondisi yang - Verbalisasi menerima mengambil keputusan
dihadapi, sulit kehilangan meningkat - Monitor tanda-tanda
berkonsentrasi - Verbalisasi harapan ansietas
Do ; tampak gelisah, meningkat Terapeutik :
tampak tegang, sulit tidur - Verbalisasi perasaan sedih - Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
- Panik menurun - Gunakan pendekatan yang
- Pola tidur membaik tenang dan meyakinkan
- Konsentrasi membaik - Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan,
jika memungkinkan
Edukasi :
- Jelaskan prosedur operasi,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
- Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosa, pengobatan, dan
prognosis
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
- Latih teknik relaksasi
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Kolaborasi ;
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
2 D.0077 Nyeri akut b.d L.08066 Setelah dilakukan I.08238 Manajemen Nyeri
agen pencedera fisik tindakan keperawatan Observasi
(prosedur operasi) d.d selama 3x24 jam diharapkan - Identifikasi lokasi,
DS: mengeluh nyeri, tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi,
tampak meringis, dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
bersikap protektif - Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
Do : gelisah, frekuensi - Meringis menurun - Identifikasi skala nyeri
nadi meningkat, dan sulit - Sikap protektif menurun - Identifikasi respon nyeri
tidur - Gelisah menurun non berbal
- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi faktor yang
- Frekuensi nadi membaik memperberat dan
memperingan nyeri
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3 D.0129 Gangguan L.14125 Setelah dilakukan I.14564 Perawatan Luka


integritas kulit b.d tindakan keperawatan Observasi
adanya luka post operasi selama 3x24 jam diharapkan - Monitor karakteristik luka
d.d integritas kulit meningkat - Monitor tanda-tanda
Ds : - dengan kriteria hasil : infeksi
Do : kerusakan jaringan - Elastisitas meningkat Terapeutik
atau lapisan kulit - Hidrasi meningkat - Lepaskan balutan dan
- Perfusi jaringan meningkat plester secara perlahan
- Kerusakan jaringan - Bersihkan dengan cairan
menurun Nacl, sesuai kebutuhan
- Kerusakan lapisan kulit - Bersihkan jaringan
menurun nekrotik
- Nyeri menurun - Berikan salep yang sesuai
- Kemerahan menurun ke kulit
- Pasang balutan sesuai
jenis luka
- Pertahankan teknik steril
saat melakukan perawatan
luka
- Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
- Anjurkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
-
Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
4 D.0142 Risiko infeksi b.d L.14137 Setelah dilakukan I.14539 Pencegahan Infeksi
luka post operasi tindakan keperawatan Observasi
Ds :- selama 3x24 jam diharapkan - Monitor tanda dan gejala
Do : - tingkat infeksi menurun infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan menurun - Berikan perawatan kulit
- Nyeri menurun pada area edema
- Bengkak menurun - Pertahankan teknik
- Kadar sel darah putih aseptik pada pasien
membaik berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.
Jakarta : Sagung Seto
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Razek, A.A., Huang, B.Y. (2011). Soft Tissue Tumors of the Head and Neck :
Imagingbased Review of the WHO Classification 1.35512. Google Scholar
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China :
Mosby Elsevier
Wirawan S., Gondhowiardjo SA. (2014). Peranan radioterapi Terhadap Soft
Tissue Sarcoma (STS) di Ekstremitas Sigit Wirawan , Soehartati A .
Gondhowiardjo

Anda mungkin juga menyukai