Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OPP STT (SOFT TISSUE TUMOR)

DI RUANG K.H. WAHAB HASBULLAH RSI NU DEMAK

DisusunOleh:

Diana Zulfa

30901602031

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya
tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang
abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara
kulit dan tulang.

B. Etiologi
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di
ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala
dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally,
meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai
batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke
struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi sepertilekukan-
lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh

D. Pathways

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan
sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan
dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau
bengkak.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah
ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang,
sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker
dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber
dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal.
Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun
batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor
ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma,
dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara
jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas,
gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor
ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor
mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan
lunak dalam beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan
dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang
berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak
retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa
poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum
tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang
lebih baik.

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian

Nama Klien : Tn. S

Usian : 60 Tahun

Jam / MRS : O9:00/ 31 Maret 2014

Alamat : Sri Dalam

Diagnosa Medis: SST Ragio Abdomen

No Rm : 427145

Alasan MRS : Beberapa Bulan Yang Terdapat Benjolan Di Perut

B. Penangung Jawab

Nama Penanggung Jawab : Ny A

Status : Istri

Usia : 52 Tahun

Alamat :Sri Dalam

C. Riwayat penyakit sekarang


a. Keluhan utama : klien mengatakan terdapat luka benjolan pada

bagian perut

Dan terdapat nyeri tkan pada bagian abdomen

b. Riwayat penyakit masa lalu : klien mengatakan tidak pernah

mempunyai

Penyakit yang sama pada masa lalu

c. Riwayat penyakit sekarang : klien mengatakan ada benjolan sejak

beberapa

bulan yang lalu

D. Keadaan saat ini

1. Diagnosa medis : Tn. S

2. No. Cm : 427145

3. Tanggal MRS : 31 maret 2014

4. Tanggal operasi : 01 april 2014

E. Pemeriksaan fisik

a. Keluahan umum: klien mengtakan merasakan nyeri tekan pada

bagian abdomen

b. Keluhan pasca operasi : meraskan nyeri pada bagian bekas operasi

c. TTV :

Keadaaan umum : K.U lemah

TD : 130/80 MmHg
RR : 84×/ menit

P : 24 ×/ menit

F. Pemeriksaan

1. Kepala : bentuk simetris

2. Keadaan rambut : rambut berwarna putih

3. Hidung : bentuk simetris

4. Telinga : bentk simetris , bersih

5. Mulut : entk simetris, tidak ada radang

6. Dada : simetris

7. Genetelia : anus : normal

Penis : normal

G. Hasil laboraturium

No

Jenis pemeriksaan

hasil

Normal

HB

14,1

L: 14-16

Leokosit

6.900 m3

5000-10000 m3
3

Monosit

Trombosit

198.000 mm3

150.000-400.000 mm3

H. Terapi yang di berikan

No

Nama obat

Golongan

Indikasi

Dosis

Ceftriaxone

Antibiotik

Anti infeksi

2×1 vial

Kataralog

Antipiretik

Mengurangi rasa nyeri

3×1 amp
3

Ranitidin

Anti tuka lambung

Mengurangi rasa mual

3×1 amp

B. Diagnosa Keperawatan

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat post

operasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

masalah gangguan perfusi jaringan teratasi.

Dengan kriteria hasil :

Ds. Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi

Do. skala nyeri berkurang (skala 2)

klien bisa melakukan teknik relaksasi mandiri

Intervensi

Ø Kaji nyeri PQRST

Rasional : dapat mengetahui penyebaran dan respon nyeri

Ø Observasi keluhan utama

Rasional :mengetahui perubahan dan kondisi klien agar dapat

menentukan tindakan selanjutnya.

Ø Manajemen nyeri
Rasional : dengan menejemen nyeri yang baik, dapat mengontrol nyeri

Ø Atur posisi nyaman

Rasional : posisi yang benar dapat mengurangi penyebab nyeri

Ø Kolaborasi dalam pemberian analgetik

Rasional : analgetik dapat mengurangi nyeri secara faramakologi

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi.

Kriteria hasil : Agar kondisi kulit klien dapat kembali normal.

INTERVENSI

RASIONAL

- Kaji TTV pada klien.

- Untuk mengetahui kondisi klien sekarang.

- Perawatan luka pada pasien.

- Agar kondisi luka pada pasien tetap steril dan bersih.

- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat.

- Untuk mengembalikan bentuk anatomi kulit pada.


DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :


Sagung Seto

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai