Oleh:
DWI HANDOKO
NIM. 2019205201012
Disusun Oleh:
DWI HANDOKO
NIM. 2019205201012
Proposal penelitian ini telah diperiksa dan diluluskan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metodologi Penelitian
Pada tanggal: 29 November 2021
Pembimbing:
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Allah SWT berkat limpahan
rahmat dan hidayah-nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhamad SAW
sehingga dapat mengerjakan penelitian ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronis di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021”. KTI ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi mata kuliah KTI.Penulis Menyelesaikan Penelitian ini
banyak dibantu oleh berbagai pihak antara lain:
1. Drs. H. Wanawir AM, MM, M.pd. selaku Rektor Universitas
Muhammdiyah PringsewuLampung.
2. Elmi Nuryanti, M.Epid, selaku dekan FKES Univeritas Muhammdiyah
Pringsewu Lampung.
3. Nur Fadilah, M.Kes, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ns. Nuria Muliani, M.kep Sp.Kep.J selaku Dosen pembimbing I yang telah
membimbing, banyak membantu dan berbagi ilmu dalam penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
6. Orang tua saya tercinta ibu dan ayah yang selalu men-support saya dalam
mengerjakan penelitian ini.
7. Rekan rekan seperjuangan angkatan 24 yang telah membantu dan support
dalam penulisan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan maka dari itu mohon untuk kritik
dan saran yang sifatnya membangun. Semoga amal baik Bapak, dan ibu dibalas
Allah SWT dengan pahala yang setimpal.Atas perhatian semua pihak saya
ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Dwi Handoko
2019205201012
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN........................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR BAGAN................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Batasan Masalah......................................................................................6
C. Rumusan Masalah...................................................................................6
D. Tujuan......................................................................................................7
E. Manfaat....................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan menurut WHO adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik
maupun mental sosial dan spiritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit
maupun kecacatan. Oleh karena itu empat aspek kesehatan (fisik, mental,
sosial dan spiritual) ini merupakan aspek yang dinamis dan terintegrasi.
Individu tidak dikatakan sehat jika hanya fisik saja dan sebaliknya.
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
kepuasan, aktualisasi diri dan mampu optimis atau berfikir positif di segala
situasi baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dengan kata lain
sehat jiwa adalah orang yang tidak beresiko atau mengalami gangguan
kejiwaan (Stuart, 2013 dalam (Sari, 2021). Orang dengan masalah kejiwaan
(ODMK) adalah orang yang memliki masalah fisik, mental maupun sosial,
1
adalah orang yang mengalami gangguan berfikir, prilaku dan perasaan yang
mencapai 450 juta jiwa diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa, 35 juta
skizofrenia dan 47,5 juta jiwa mengalami demensia (WHO, 2016). Sedangkan
gangguan jiwa berat di Indonesia sebanyak 1,7 per mil dan 7,0 per mil.
Prevalensi tertinggi pada tahun 2013 ada pada provinsi Aceh dan DI
Barat dengan persentase 0,7% (Riskesdas 2013). Sedangkan pada tahun 2018
3%, (Kemenkes RI 2018 dalam Fahrudin, 2018). Hasil riset kesehatan tahun
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang memiliki ciri ciri yaitu
2
pengunduran diri dari kehidupan sosial yaitu berdampak pada rendahnya
harga diri orang dengan skizofrenia (Safitri, 2020 dalam Sari, 2021).
Hawari, (2012) mengemukakan bahwa gejala gejala dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi
kekacauan alam pikir dimana orang lain tidak dapat mengerti alur berfikirnya,
gaduh, gelisah, tidak dapat diam, sering mondar mandir, pikirannya penuh
negatif dapat terlihat dari wajah penderita yang tidak menunjukan ekspresi
(alam perasaan atau efek tumpul), suka melamun, suka mengasingkan atau
menarik diri, sulit melakukan kontak emosional, pasif dan apatis, kehilangan
Berdasarkan data dari kunjungan pasien yang di dapat di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Lampung bulan januari 2020 sampai dengan bulan desember
2020 terdapat sejumlah 693 pasien rawat inap dan sebanyak 35.607 pasien
rawat jalan. Sedangkan pada bulan januari hingga februari 2021 ada 92 pasien
dengan rawat inap dan sejumlah 6.662 pasien rawat jalan (Rekam Medik
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, 2021) dalam Dewi, 2021).
Berdasarkan pra survey sebelumnya yang di dapat dari Rekam Medik Ruang
Nuri Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung 2021 pada bulan januari
hingga maret 2021 didapat 15 orang (15 %), dengan harga diri rendah, 5
3
orang (6 %) dengan masalah isolasi sosial, 20 orang (30 %) resiko prilaku
(4%) mengalami defisit perawatan diri. Dari data prevalensi tersebut yang di
dapat pada Rekam Medik Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung
harga diri rendah menempati posisi ketiga setelah masalah halusinasi dan
resiko prilaku kekerasan (Rekam Medik Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
Harga diri rendah terdiri dari dua, yaitu harga diri rendah situasional dan
harga diri rendah kronis Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem)
merupakan perasaan yang timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang
diri atau kemampuan diri negatif yang sudah berlangsung lama (Townsend,
2009 dalam Sutejo, 2021). Harga diri rendah kronis merupakan evaluasi diri
atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama
(NANDA, 2016). Harga diri rendah kronis merupakan gangguan yang terjadi
pada diri klien akibat harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan
atau ketiadaan feed back (umpan balik) positif dari lingkungan mengenai
perilaku klien sebelumnya. Selain itu, respon negatif dari lingkungan juga
tidak tuntas. Hal ini menimbulkan pikiran bahwa ia tidak mampu atau gagal
ini merupakan kondisi harga diri rendah situasional yang kemudian menjadi
4
harga diri rendah kronis akibat ketiadaan dukungan positif atau penyalahan
Tanda dan gejala harga diri rendah seperti perasaan malu terhadap diri sendiri
akibat penyakit dan akibat tindakan, memiliki sifat rasa bersalah terhadap diri
diri klien cenderung tidak ingin bertemu dengan orang lain lebih suka
dalam Hermawan, 2015) dampak dari harga diri rendah yang tidak segera
akan merasa diasingkan dan enggan berkomunikasi dengan orang lain, sebab
mengalami harga diri rendah kronis lebih suka menyendiri dan berhalusinasi,
Intervensi yang dilakukan oleh perawat adalah bina hubungan saling percaya,
rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan, beri
pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien berharga diri
5
rendah, bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Dengan
perawatan diri nya, percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau
Diri Rendah Kronis untuk di kaji lebih jauh dan memberikan intervensi
evaluasi keperawatan.
B. Batasan Masalah
Masalah studi kasus ini dibatasi pada “asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan gangguan harga diri rendah kronis di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung.
C. Rumusan Masalah
6
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
rendah kronis.
rendah kronis.
rendah kronis.
rendah kronis.
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini, secara teoritis diharapkan dapat digunakan dalam
kronis”.
7
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Perawat
intervensi yang akan dilakukan pada klien dengan harga diri rendah
3) Bagi pasien
rendah kronis.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir,
sendiri, dengan orang terdekat, dan realistis dunia (Stuart, 2006 dalam
Damaiyanti & Iskandar, 2012). Menurut Stuart, 2006 harga diri merupakan
beberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi
adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
sebagai seorang yang penting dan berharga (Damaiyanti & Iskandar, 2012).
Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem) merupakan perasaan yang
timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
negatif yang sudah berlangsung lama (Townsend, 2009 dalam Sutejo 2021).
Harga diri rendah kronis juga merupakan evalusasi diri atau kemampuan diri
yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016).
evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien
9
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam
Harga diri rendah kronis merupakan gangguann yang terjadi pada diri klien
akibat harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau ketiadaan
feed back (umpan balik) positif dari lingkungan mengenai prilaku klien
sebelumnya. Selain itu, respon negatif dari lingkungan juga turut berperan
terhadap gangguan harga diri rendah kronis. Beberapa faktor yang mendasari
harga diri rendah kronis, klien awalnya dihadapkan pada stressor (kris) dan
kondidi harga diri rendah situasional yang kemudian menjadi harga diri
rendah kronis akibat ketiadaan dukungan positif atau penyalahan secara terus
1) Faktor Predisposisi
1
a. Faktor Biologis
b. Faktor Psikologis
menjalankan peran dan fungsi. Dari segi psikologis, hal hal yang
yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak,
1
c. Faktor Sosial
2) Faktor Presipitasi
2021).
sendiri.
1
d) Merasionalisasi penolakan atau adanya penolakan terhadap
2021).
b. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan
1
d) Identitas kacau adalah kegagalan individu dalam
c. Mekanisme Koping
adalah:
menerus.
1
koping jangka panjang ini, individu menutup identitas, keadaan
d. Sumber Koping
(beliefs).
ruangan.
1
b) Dukungan sosial (social support)
Rutin berobat
d) Kepercayaan (beliefs)
1. Pengkajian
keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven & Hirnle, 2000
dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012). Oleh karena itu suatu format
pengkajian yang dapat menjadi alat bantu perawat dalam pengumpulan data.
pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber dan Kelly, 2009 dikutip Nanda-I,
1
2012). Pengkajian keluarga meliputi kelengkapan irformasi spesifik dari
anggota keluarga (data subjektif) dan hasil observasi interaksi keluarga (data
pemberi informasi utama dalam komunitas (data subjek) dan data statistik
3) Isolasi sosial
3. Pohon masalah
Isolasi sosial
Effect
Care problem
Causa
1
4. Diagnosa Keperawatan Yang Diangkat Berdasarkan Pohon Masalah
Masalah kosep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa
Respon ini dapat terlihan pada berbagai macam individu yang mengalami
ancaman integritas fisik atau sistem diri (Stuart, 2006 dalam Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
c. Isolasi sosial
5. Intervensi
1
untuk dilatih positif pada pasien
4. Latih kegiatan yang 5. Latih keluarga memberi
dipilih (alat dan cara tanggung jawab kegiatan
melakukannya) pertama yang dipilih
5. Masukan pada jadual pasien; bimbing dan beri
kegiatan untuk latihan pujian
dua kali perhari 6. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dam
memberikan pujian
1
3. Latih kegiatan keempat melatih pasien
4. Masukan pada jadual melakukan kegiatan
kegiatan untuk latihan; keempat yang dipilih
empat kegiatan masing 3. Jelaskan folowup ke
masing dua kali perhari RSJ/PKM, tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberi pujian
6. Implementasi
2
tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan pada klien baik secara
perawat memiliki jadwal harian untuk masing masing klien sehingga waktu
kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien (Keliat dan Akemat, 2009
7. Evaluasi
yang telah dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut yang akan dilaksanakan
oleh pasien. Penugasan atau kegiatan ini dimasukan ke dalam jadwal kegiatan
mandiri (M), dengan bantuan sebagai (B), atau dengan bantuan total (T)
kemampuan melakukan tugas atau aktivitas dievaluasi setiap hari (Keliat &
2
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pada penyelesaian masalah yang sedang dikaji. Bagian ini sangat penting
mengumpulkan data, alat ukur, dan penggunaan alat analisis yang sesuai
Desain penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Studi Kasus ialah suatu
mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat
dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life
events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat (Mudjia,
2017).
Jiwa yang mengalami Harga Diri Rendah kronik Di Rumah Sakit Jiwa
2
B. Batasan Istilah
rendah kronik.
C. Partisipan
harga diri rendah kronik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Subjek
yang digunakan pada karya tulis ini adalah klien dengan masalah
keperawatan harga diri rendah kronis di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Lampung.
2
E. Pengumpulan Data
1) Wawancara
data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita
2) Observasi partisipan
3) Studi dokumentasi
kita (Sujarweni,2014).
4) Pemeriksaan fisik
2018).
2
F. Analisa Data
1. Pengumpulan Data
penelitian dimana data yang terkumpul adalah untuk menguji hipotesis yang
2. Penyajian Data
tabel silang, dan berbagai grafik yang disesuaikan dengan data yang diperoleh
3. Kesimpulan
serta untuk menjawab tujuan penelitian tujuan umum maupun tujuan khusus.
G. Etika Penelitian
hal, diantaranya:
2
3) Terhadap subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitian
2. Manfaat (Beneficience)
besarnya dan mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek peneliti. Oleh
subjek peneliti.
kerugian atau resiko bagi subjek peneliti. Sangatlah penting bagi peneliti
penelitian
4. Keadilan (Justice)
Makna keadilan dalam hal ini adalah tidak membedakan subjek. Perlu
Resiko yang dihadapi sesuai dengan pengertian sehat, yang mencakup: fisik,
2
DAFTAR PUSTAKA
Kusumo K.L. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PUSAT PENELITIAN
DAN PENERBITAN LP2M INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG.
WHO, 2016. Skizofrenia and publich health. Genawa: Division of Mental health
and Prevention of Susbtance Abuse, World Health Organization.
LAMPIRAN-LAMPIRAN