Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN MASALAH

HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH


PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2022

Oleh:
DWI HANDOKO
NIM. 2019205201012

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMADYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2021
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN MASALAH
HARGA DIRI RENDAH KRONIS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2022

Disusun Oleh:

DWI HANDOKO
NIM. 2019205201012

Proposal penelitian ini telah diperiksa dan diluluskan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metodologi Penelitian
Pada tanggal: 29 November 2021

Pembimbing:

Ns. Nuria Muliani, M.Kep., Sp.Kep.J.


NBM.

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis ucapkan terimakasih kepada Allah SWT berkat limpahan
rahmat dan hidayah-nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhamad SAW
sehingga dapat mengerjakan penelitian ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah Harga Diri Rendah Kronis di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Lampung Tahun 2021”. KTI ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi mata kuliah KTI.Penulis Menyelesaikan Penelitian ini
banyak dibantu oleh berbagai pihak antara lain:
1. Drs. H. Wanawir AM, MM, M.pd. selaku Rektor Universitas
Muhammdiyah PringsewuLampung.
2. Elmi Nuryanti, M.Epid, selaku dekan FKES Univeritas Muhammdiyah
Pringsewu Lampung.
3. Nur Fadilah, M.Kes, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ns. Nuria Muliani, M.kep Sp.Kep.J selaku Dosen pembimbing I yang telah
membimbing, banyak membantu dan berbagi ilmu dalam penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung
6. Orang tua saya tercinta ibu dan ayah yang selalu men-support saya dalam
mengerjakan penelitian ini.
7. Rekan rekan seperjuangan angkatan 24 yang telah membantu dan support
dalam penulisan laporan ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan maka dari itu mohon untuk kritik
dan saran yang sifatnya membangun. Semoga amal baik Bapak, dan ibu dibalas
Allah SWT dengan pahala yang setimpal.Atas perhatian semua pihak saya
ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Pringsewu, Desember 2021


Penulis

Dwi Handoko
2019205201012

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN........................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR BAGAN................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Batasan Masalah......................................................................................6
C. Rumusan Masalah...................................................................................6
D. Tujuan......................................................................................................7
E. Manfaat....................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis...............................................9
B. Konsep Dasar Keperawatan..................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian...................................................................................22
B. Batasan Istilah.......................................................................................23
C. Partisipan...............................................................................................23
D. Lokasi dan Waktu..................................................................................23
E. Pengumpulan Data.................................................................................24
F. Analisa Data..........................................................................................25
G. Etika Penelitian......................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Intervensi...............................................................................................18


Tabel 3.1. Batasan Istilah.......................................................................................23

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Rentang Respon...................................................................................13


Bagan 2.2. Pohon Masalah.....................................................................................17

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pengajuan Judul


Lampiran 2. Lembar Konsul

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan menurut WHO adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik

maupun mental sosial dan spiritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit

maupun kecacatan. Oleh karena itu empat aspek kesehatan (fisik, mental,

sosial dan spiritual) ini merupakan aspek yang dinamis dan terintegrasi.

Individu tidak dikatakan sehat jika hanya fisik saja dan sebaliknya.

Berdasarkan Undang Undang RI No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa,

kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kesehatan jiwa

merupakan kondisi individu yang sejahtera.

Artinya individu tersebut mampu mencapai kebahagiaan, ketenangan,

kepuasan, aktualisasi diri dan mampu optimis atau berfikir positif di segala

situasi baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan dengan kata lain

sehat jiwa adalah orang yang tidak beresiko atau mengalami gangguan

kejiwaan (Stuart, 2013 dalam (Sari, 2021). Orang dengan masalah kejiwaan

(ODMK) adalah orang yang memliki masalah fisik, mental maupun sosial,

pertumbuhan dan perkembangan atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko

gangguan jiwa (UU RI No 18 tahun 2018 dalam Wuryaningsih, 2020).

Menurut UU RI No 18 Tahun 2014 orang dalam gangguan jiwa (ODGJ)

1
adalah orang yang mengalami gangguan berfikir, prilaku dan perasaan yang

termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan pola prilaku

yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan halangan dalam

menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Wuryaningsih, 2020).

Berdasarkan data dari World Healt Organization (WHO) diperkirakan

mencapai 450 juta jiwa diseluruh dunia mengalami gangguan jiwa, 35 juta

mengalami depresi, 60 juta jiwa mengalami bipolar, 21 juta jiwa mengalami

skizofrenia dan 47,5 juta jiwa mengalami demensia (WHO, 2016). Sedangkan

berdasarkan Riskesdas tahun 2013 dan 2018 menyatakan prevalensi

gangguan jiwa berat di Indonesia sebanyak 1,7 per mil dan 7,0 per mil.

Prevalensi tertinggi pada tahun 2013 ada pada provinsi Aceh dan DI

Yogyakarta dengan persentase 2,7% dan terendah pada provinsi Kalimantan

Barat dengan persentase 0,7% (Riskesdas 2013). Sedangkan pada tahun 2018

Provinsi Bali menduduki prevalensi tertinggi dengan persentase sebesar 11%

dan Provinsi Riau menduduki prevalensi terendah dengan persentase sebesar

3%, (Kemenkes RI 2018 dalam Fahrudin, 2018). Hasil riset kesehatan tahun

(2015), penderita gangguan jiwa atau skizofrenia cukup banyak mencapai

1.193.151 jiwa atau sekitar 0,467% dari penduduk yang mengalami

skizofrenia (Sudarmana & Lestari, 2018).

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang memiliki ciri ciri yaitu

pengunduran diri dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan afektif

disertai dengan halusinasi serta prilaku yang negatif. Dampak dari

2
pengunduran diri dari kehidupan sosial yaitu berdampak pada rendahnya

harga diri orang dengan skizofrenia (Safitri, 2020 dalam Sari, 2021).

Penderita skizofrenia dapat dikenali dari gejala gejala yang ditampilkan.

Hawari, (2012) mengemukakan bahwa gejala gejala dapat dibagi dalam dua

kelompok, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi

(keyakinan yang salah), halusinasi (persepsi tanpa rangsang panca indra),

kekacauan alam pikir dimana orang lain tidak dapat mengerti alur berfikirnya,

gaduh, gelisah, tidak dapat diam, sering mondar mandir, pikirannya penuh

dengan kecurigaan, dan menyimpan rasa permusuhan. Sedangkan gejala

negatif dapat terlihat dari wajah penderita yang tidak menunjukan ekspresi

(alam perasaan atau efek tumpul), suka melamun, suka mengasingkan atau

menarik diri, sulit melakukan kontak emosional, pasif dan apatis, kehilangan

dorongan kehendak, malas, bersifat monoton, serta tidak ada spontanitas,

inisiatif, maupun usaha (Hawari 2012, dalam Sovitriana 2019).

Berdasarkan data dari kunjungan pasien yang di dapat di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Lampung bulan januari 2020 sampai dengan bulan desember

2020 terdapat sejumlah 693 pasien rawat inap dan sebanyak 35.607 pasien

rawat jalan. Sedangkan pada bulan januari hingga februari 2021 ada 92 pasien

dengan rawat inap dan sejumlah 6.662 pasien rawat jalan (Rekam Medik

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, 2021) dalam Dewi, 2021).

Berdasarkan pra survey sebelumnya yang di dapat dari Rekam Medik Ruang

Nuri Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung 2021 pada bulan januari

hingga maret 2021 didapat 15 orang (15 %), dengan harga diri rendah, 5

3
orang (6 %) dengan masalah isolasi sosial, 20 orang (30 %) resiko prilaku

kekerasan, 30 orang (45 %) dengan masalah halusinasi, dan sebanyak 3 orang

(4%) mengalami defisit perawatan diri. Dari data prevalensi tersebut yang di

dapat pada Rekam Medik Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung

harga diri rendah menempati posisi ketiga setelah masalah halusinasi dan

resiko prilaku kekerasan (Rekam Medik Ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Lampung 2021).

Harga diri rendah terdiri dari dua, yaitu harga diri rendah situasional dan

harga diri rendah kronis Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem)

merupakan perasaan yang timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang

diri atau kemampuan diri negatif yang sudah berlangsung lama (Townsend,

2009 dalam Sutejo, 2021). Harga diri rendah kronis merupakan evaluasi diri

atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama

(NANDA, 2016). Harga diri rendah kronis merupakan gangguan yang terjadi

pada diri klien akibat harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan

atau ketiadaan feed back (umpan balik) positif dari lingkungan mengenai

perilaku klien sebelumnya. Selain itu, respon negatif dari lingkungan juga

turut berperan terhadap gangguan harga diri kronis. Klien awalnya

dihadapkan pada stresor (krisis) dan berusaha untuk menyelesaikannya, tetapi

tidak tuntas. Hal ini menimbulkan pikiran bahwa ia tidak mampu atau gagal

dalam menjalankan fungsi dan perannya. Penilaian negatif atas kegagalannya

ini merupakan kondisi harga diri rendah situasional yang kemudian menjadi

4
harga diri rendah kronis akibat ketiadaan dukungan positif atau penyalahan

secara terus-menerus pada klien (Sutejo,2021).

Tanda dan gejala harga diri rendah seperti perasaan malu terhadap diri sendiri

akibat penyakit dan akibat tindakan, memiliki sifat rasa bersalah terhadap diri

sendiri, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial seperti menarik

diri klien cenderung tidak ingin bertemu dengan orang lain lebih suka

menyendiri,kurang percaya diri (Muhith, 2015). Menurut (Sudrajat, 2004

dalam Hermawan, 2015) dampak dari harga diri rendah yang tidak segera

ditangani pasien cenderung sulit berkembang dalam kehidupannya, pasien

akan merasa diasingkan dan enggan berkomunikasi dengan orang lain, sebab

individu tidak mempunyai rasa percaya diri. Akibatnya pasien yang

mengalami harga diri rendah kronis lebih suka menyendiri dan berhalusinasi,

dan dapat merusak lingkungan dan tindak kekerasan (Hermawan, 2015).

Intervensi yang dilakukan oleh perawat adalah bina hubungan saling percaya,

berikan kesempatan waktu untuk mengungkapkan perasaan, diskusikan

dengan klien kemampuan yang masih bisa digunakan selama sakit,

rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan, tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi klien, beri

kesempatan cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan, beri

kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan, beri

pujian atas keberhasilan klien, diskusikan rencana tindak lanjut. berikan

pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien berharga diri

5
rendah, bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Dengan

hasil yang diharapkan antara lain klien mampu mengungkapkan perasaan

terhadap penyakit yang di derita, klien menyebutkan aspek dan kemampuan

dirinya (fisik, intelektual, sistem pendukung), klien berperan serta dalam

perawatan diri nya, percaya diri klien dengan menetapkan keinginan atau

tujuan yang realistis (Muhith, 2015).

Berdasarkan fenomena dan uraian data di atas maka penulis tertarik

mengambil masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Harga

Diri Rendah Kronis untuk di kaji lebih jauh dan memberikan intervensi

secara tepat dan komprehensif kepada pasien. Dengan harapan mampu

mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah harga diri

rendah kronis meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan

evaluasi keperawatan.

B. Batasan Masalah

Masalah studi kasus ini dibatasi pada “asuhan keperawatan jiwa pada klien

dengan gangguan harga diri rendah kronis di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Lampung.

C. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan harga

diri rendah kronis di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung?

6
D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menerapkan“Asuhan

keperawatan klien dengan harga diri rendah kronis”.

2. Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian keperawatan klien dengan gangguan harga diri

rendah kronis.

2) Menetapkan diagnosis keperawatan klien dengan gangguan harga diri

rendah kronis.

3) Menyusun rencana keperawatan klien dengan gangguan harga diri

rendah kronis.

4) Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan gangguan harga diri

rendah kronis.

5) Melakukan evaluasi klien dengan gangguan harga diri rendah kronis.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini, secara teoritis diharapkan dapat digunakan dalam

upaya meningkatkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan

dengan“asuhan keperawatan klien dengan gangguan harga diri rendah

kronis”.

7
2. Manfaat Praktis

1) Bagi Perawat

Hasil penelitian ini di harapkan sebagai bahan standar acuan dari

intervensi yang akan dilakukan pada klien dengan harga diri rendah

kronis untuk meningkatkan asuhan keperawatan.

2) Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan dalam melakukan asuhan

keperawatan bagi klien dengan gangguan jiwa yang mengalami harga

diri rendah kronis.

3) Bagi pasien

Klien dapat mengetahui cara mengatasi masalah gangguan harga diri

rendah kronis.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Harga Diri Rendah Kronis

1. Pengertian

Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang

merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi

hubungannya dengan orang lain. Konsep diri tidak terbentuk sejak lahir,

tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya

sendiri, dengan orang terdekat, dan realistis dunia (Stuart, 2006 dalam

Damaiyanti & Iskandar, 2012). Menurut Stuart, 2006 harga diri merupakan

penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis

beberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi

adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,

walaupun melakuakn kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa

sebagai seorang yang penting dan berharga (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem) merupakan perasaan yang

timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri

negatif yang sudah berlangsung lama (Townsend, 2009 dalam Sutejo 2021).

Harga diri rendah kronis juga merupakan evalusasi diri atau kemampuan diri

yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016).

Sedangkan berdasarkan SDKI, 2016 harga diri rendah kronis merupakan

evaluasi atau perasaan negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan klien

9
seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam

waktu lama dan terus menerus (SDKI, 2016).

2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis

Harga diri rendah kronis merupakan gangguann yang terjadi pada diri klien

akibat harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan atau ketiadaan

feed back (umpan balik) positif dari lingkungan mengenai prilaku klien

sebelumnya. Selain itu, respon negatif dari lingkungan juga turut berperan

terhadap gangguan harga diri rendah kronis. Beberapa faktor yang mendasari

harga diri rendah kronis, klien awalnya dihadapkan pada stressor (kris) dan

berusaha untuk menyelesaikannya, tetapi tidak sampai tuntas. Hal ini

menimbulkan pikiran bahwa ia tidak mampu atau gagal dalam menjalankan

fungsi dan perannya. Penilaian negatif atas kegagalannya ini merupakan

kondidi harga diri rendah situasional yang kemudian menjadi harga diri

rendah kronis akibat ketiadaan dukungan positif atau penyalahan secara terus

menerus kepada klien (Sutejo, 2021).

3. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi

1) Faktor Predisposisi

Gangguan konsep diri harga diri rendah kronis dipengaruhi oleh

beberapa faktor predisposisi, seperti faktor biologis, psikologis, sosial

dan kultural (Sutejo, 2021).

1
a. Faktor Biologis

Dari faktor biologis harga diri rendah biasanya terjadi karena

adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja

hormon secara umum. Hal ini juga berdampak pada

keseimbangan neurotransmitter di otak, seperti menurunnya

kadar serotonin yang dapat mengakibatkan klien mengalami

depresi. Pada klien depresi, kecendrungan harga diri rendah

kronis semakin besar karena lebih dikuasai oleh pikiran- pikiran

negatif dan tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin

mengalami gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah

sistem limbik (pusat emosi); hipotalamus yang mengatur mood

dan motifasi; thalamus sebagai sistem pengatur arus informasi

sensori yang berhubungan dengan perasaan; dan amigdala yang

berhubungan dengan emosi.

b. Faktor Psikologis

Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis

berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu dalam

menjalankan peran dan fungsi. Dari segi psikologis, hal hal yang

dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah

kronis dapat meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya pada anak,

tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis

kelamin, serta peran dalam pekerjaan.

1
c. Faktor Sosial

Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga

diri rendah kronis adalah status ekonomi, lingkungan, kultur

sosial yang berubah. Faktor kultural dapat dilihat dari tuntutan

peran sesuai kebudayaan yang sering menjadi pemicu

meningkatnya kejadian harga diri rendah kronis, seperti pada

kasus wanita harus sudah menikah jika umur mencapai dua

puluhan atau perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.

2) Faktor Presipitasi

Hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk

tubuh, kegagalan atau menurunnya produktivitas menjadi faktor

presipitasi gangguan konsep diri harga diri rendah kronis (Sutejo,

2021).

a. Tanda Dan Gejala

Klien dengan gangguan harga diri rendah kronis memiliki batasan

karakteristik berikut ini:

a) Ucapan ucapan negatif atau kritik negatif terhadap diri

sendiri.

b) Ekspresi rasa malu atau bersalah.

c) Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidak

mampuan menghadapi kejadian.

1
d) Merasionalisasi penolakan atau adanya penolakan terhadap

umpan balik positif serta melebih lebihkan umpan balik

negatif tentang diri sendiri.

e) Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru (Sutejo,

2021).

b. Rentang Respon

Bagan 2.1. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep Harga diri Keracunan Depersonalisasi

diri diri positif rendah identitas

(Stuart, 2013 dalam Sutejo,2021)

Keterangan

a) Aktualisasi diri merupakan pernyataan diri tentang konsep

diri yang positip dengan latar belakang pengalaman yang

nyata, sukses, dan diterima.

b) Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang

memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.

c) Harga diri rendah adalah transisi atau peralihan respon

konsep diri adaptif dengan konsep maladaptif.

1
d) Identitas kacau adalah kegagalan individu dalam

mengintegrasikan aspek aspek identitas masa kanak kanak

kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada

masa dewasa yang harmonis.

e) Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis

dan asing terhadap diri sendiri yang memiliki kaitan dengan

ansietas, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya

dengan orang lain.

c. Mekanisme Koping

Mekanisme jangka pendek harga diri rendah yang biasa dilakukan

adalah:

a) Tindakan lari sementara dari kritis, misalnya pemakainan

obat obatan, kerja keras, atau menonton televisi secara terus

menerus.

b) Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut

kelompok sosial, keagamaan, atau politik.

c) Kegiatan yang memberikan dukungan sementara, seperti

mengikuti suatu kompetisi atau kontes.

d) Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara,

seperti penyalahgunaan obat obatan.

Apabila mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil

pada individu, maka individu akan mengembangkan mekanisme

1
koping jangka panjang ini, individu menutup identitas, keadaan

ketika individu terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi

oleh orang orang yang berarti tanpa memperhatikan hasrat atau

potensi diri sendiri. Selain penutupan identitas, mekanisme

koping jangka panjang yang dilakukan adalah identitas negatif,

asumsi identitas yang tidak sesuai dengan perasaan ansietas,

bermusuhan, dan rasa bersalah (Stuart, 2007 dalam Sutejo 2021).

Mekanisme pertahanan ego yang juga dilakukan adalah fantasi,

regresi, desasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah

berbalik pada diri sendiri dan orang lain (Sutejo, 2021)

d. Sumber Koping

Sumber koping harga diri rendah mencakup empat aspek, yaitu

kemampuan personal (personal ability), dukungan sosial (social

support), asset material (material assets), dan kepercayaan

(beliefs).

a) Kemampuan personal (personal ability)

 Klien mampu mengenal dan menilai aspek positif

(kemampuan yang dimiliki).

 Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat

dilakukan di rumah sakit.

 Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin di

ruangan.

1
b) Dukungan sosial (social support)

 Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan

harga diri rendah.

 Klien mendapatkan dukungan dari masyarakat.

c) Asset material (material assets)

 Sosial ekonomi rendah

 Rutin berobat

 Adanya kader kesehatan jiwa

 Jarak ke pelayanan kesehatan mudah dijangkau

d) Kepercayaan (beliefs)

 Klien mempunyai keinginan untuk sembuh

 Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program

pengobatan (Sutejo, 2021)

B. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam keperawatan, pengkajian merupakan pengumpulan data subjek dan

objek secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan

keperawatan bagi individu, keluarga dan komunitas (Craven & Hirnle, 2000

dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012). Oleh karena itu suatu format

pengkajian yang dapat menjadi alat bantu perawat dalam pengumpulan data.

Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjek) dan

pemeriksaan fisik (data objektif) (Weber dan Kelly, 2009 dikutip Nanda-I,

1
2012). Pengkajian keluarga meliputi kelengkapan irformasi spesifik dari

anggota keluarga (data subjektif) dan hasil observasi interaksi keluarga (data

objektif) (Wright dan Leahey), 2009 dikutip Nanda-I 2012). Pengkajian

komunitas terdiri atas kelengkapan informasi dari pemberi informasi dari

pemberi informasi utama dalam komunitas (data subjek) dan data statistik

(Anderson & McFarlen, 2010 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012)

2. Masalah kesehatan yang lazim muncul

1) Koping individu tidak efektif

2) Harga diri rendah kronik

3) Isolasi sosial

(Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

3. Pohon masalah

Bagan 2.2. Pohon Masalah

Isolasi sosial

Effect

Harga diri rendah kronik

Care problem

Koping individu tidak efektif

Causa

(Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

1
4. Diagnosa Keperawatan Yang Diangkat Berdasarkan Pohon Masalah

Masalah kosep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan dan rasa

bersalah. Masalaha ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan

sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan respon koping maladaptif.

Respon ini dapat terlihan pada berbagai macam individu yang mengalami

ancaman integritas fisik atau sistem diri (Stuart, 2006 dalam Damaiyanti &

Iskandar, 2012).

Diagnosa yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah:

a. Harga diri rendah kronik

b. Koping individu tidak efektif

c. Isolasi sosial

(Stuart, 2006 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

5. Intervensi

Tabel 2.1 Intervensi

Pertemuan pasien keluarga


1 1. Identifikasi kemampuan 1. Diskusikan masalah yang
melakukan kegiatan dan dirasakan dalam merawat
melakukan kegiatan dan pasien
aspek positif pasien 2. Jelaskan pengertian,
(buat daftar kegiatan) tanda dan gejala, &proses
2. Bantu pasien menilai terjadinya harga diri
kegiatan yang dapat rendah (gunakan booklet)
dilakukan saat ini (pilih 3. Diskusikan kemampuan
dari daftar kegiatan); atau aspek positif pasien
buat daftar kegiatan yang pernah dimiliki
yang dapat dilakukan sebelum dan setelah sakit
saat ini 4. Jelaskan cara merawat
3. Bantu pasien memilih harga diri rendah
salah satu kegiatan yang terutama memberikan
dapat dilakukan saat ini pujisn semua hal yang

1
untuk dilatih positif pada pasien
4. Latih kegiatan yang 5. Latih keluarga memberi
dipilih (alat dan cara tanggung jawab kegiatan
melakukannya) pertama yang dipilih
5. Masukan pada jadual pasien; bimbing dan beri
kegiatan untuk latihan pujian
dua kali perhari 6. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dam
memberikan pujian

2 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan


pertama yang telah keluarga dalam
dilatih dan berikan membimbing pasien
pujian melaksanakan kegiatan
2. Bantu pasien memilih pertama yang dipilih dan
kegiatan kedua yang dilatih pasien. beri pujian
akan dilatih 2. Bersama keluarga
3. Latih kegiatan kedua melatih pasien dalam
yang dipilih pasien melakukan kegiatan ke
4. Masukan pada jadual dua yang dipilih pasien
kegiatan untuk latihan; 3. Anjurkan membantu
dua kegiatan masing pasien sesuai jadual
masing 2 kali perhari

3 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan


pertama dan kedua yang keluarga dalam
telah dilatih dan berikan membimbing pasien
pujian melaksanakan kegiatan
2. Bantu pasien memilih pertama dan kedua yang
kegiatan ketiga (alat telah dilatih. Berikan
dan cara) pujian
3. Latih kegiatan ketiga 2. Bersama keluarga
(alat dan cara) melatih pasien untuk
4. Masukan pada jadual melatih kegiatan ketiga
kegiatan untuk latihan; yang dipilih
tiga kegiatan, masing 3. Anjurkan membantu
masing dua kali perhari pasien dan sesuai jadual
dan berikan pujian

4 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan


pertama, kedua dan keluarga dalam
ketiga yang telah dilatih membimbing pasien
dan berikan pujian dalam melakukan
2. Bantu pasien memilih kegiatan pertama, kedua
kegiatan keempat yang dan ketiga. Beri pujian
telah dilatih 2. Bersama keluarga

1
3. Latih kegiatan keempat melatih pasien
4. Masukan pada jadual melakukan kegiatan
kegiatan untuk latihan; keempat yang dipilih
empat kegiatan masing 3. Jelaskan folowup ke
masing dua kali perhari RSJ/PKM, tanda
kambuh, rujukan
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberi pujian

5 1. Evaluasi kegiatan dan 1. Evaluasi kegiatan


beri pujian keluarga dalam
2. Latih kegiatan membimbing pasien
dilanjutkan sampai tak melakukan kegiatan
terhingga yang telah dipilih oleh
3. Nilai kemampuan yang pasien. Beri pujian
telah mandiri 2. Nilai kemampuan
4. Nilai apakah harga diri keluarga dalam
pasien meningkat membimbing pasien
3. Nilai kemampuan
keluarga melakukan
kontrol ke RSJ / PKM

(Kusumo, dkk, 2015).

6. Implementasi

Tindakan keperawatan merupakan standar dari standar asuhan yang

berhubungan dengan aktifitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh

perawat, dimana implementasi dilakukan pada pasien, keluarga dan

komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Dalam

mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan

intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit meningkatkan,

mempertahankan, dan memulihkan kesehatan fisik dan mental. Kebutuhan

klien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan

kebutuhannya melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Pedoman

2
tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan pada klien baik secara

individual, kelompok maupun yang terkait dengan ADL (Actifity Daily

Living). Dengan adanya perincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap

perawat memiliki jadwal harian untuk masing masing klien sehingga waktu

kerja perawat menjadi lebih efektif dan efisien (Keliat dan Akemat, 2009

dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

7. Evaluasi

Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai

hasil yang diharapkan asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang

melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu

kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa keperawatan, dan

memodifikasi rencana asuhan sesuai dengan kondisi klien. Semua

keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat didokumentasikan dalam

format implementasi dan dievaluasi dengan menggunkan pendekatan SOAP

(subjektif, objektif, analisis, perencanaan). Disamping itu terkait dengan

pendekatan SOAP setiap selesai yang terkait dengan tindakan keperawatan

yang telah dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut yang akan dilaksanakan

oleh pasien. Penugasan atau kegiatan ini dimasukan ke dalam jadwal kegiatan

aktivitas klien dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara

mandiri (M), dengan bantuan sebagai (B), atau dengan bantuan total (T)

kemampuan melakukan tugas atau aktivitas dievaluasi setiap hari (Keliat &

Akemat, 2009 dalam Damaiyanti & Iskandar, 2012).

2
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bagaian yang menggambarkan kerangka kerja

pada penyelesaian masalah yang sedang dikaji. Bagian ini sangat penting

diperhatikan oleh peneliti karena sangat berkaitan dengan karakteristik

penelitian. Desain penelitian semacam pedoman (cetak biru) dalam

mengumpulkan data, alat ukur, dan penggunaan alat analisis yang sesuai

untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya (Sekaran &

Bougie, 2016 dalam Jayanti, 2021).

Desain penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Studi Kasus ialah suatu

serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan

mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat

perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh

pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya, peristiwa yang

dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang aktual (real-life

events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat (Mudjia,

2017).

Desain yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan asuhan keperawatan

Jiwa yang mengalami Harga Diri Rendah kronik Di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Provinsi Lampung

2
B. Batasan Istilah

Menganalisis asuhan keperawatan terhadap klien dengan masalah harga diri

rendah kronik.

Tabel 3.1. Batasan Istilah


Variabel Batasan Masalah Cara Ukur
Harga Diri Perasaan yang timbul Wawancara, observasi
Rendah akibat evaluasi diri atau partisipan, studi
Kronis perasaan tentang diri atau dokumentasi, dan
kemampuan diri negativf pemeriksaan fisik.
yang sudah berlangsung
lama (Sutejo, 2021).

C. Partisipan

Subjek yang digunakan 1 klien (1 kasus) dengan asuhan keperawatan yaitu

harga diri rendah kronik di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Subjek

yang digunakan pada karya tulis ini adalah klien dengan masalah

keperawatan harga diri rendah kronis di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Lampung.

D. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Lampung, waktu penelitian pada pasien selama 3 hari dari tanggal 06

desember – 09 desember tahun 2021.

2
E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu:

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menggali

data secara lisan. Hal ini haruslah dilakukan secara mendalam agar kita

mendapatkan data yang valid dan detail (Sujarweni,2014).

2) Observasi partisipan

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala dan tampak pada objek penelitian (Sujarweni,2014).

3) Studi dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang lebih

mengarah pada bukti yang konkret.dengan instrumen ini kita diajak

untuk menganalisis isi dari dokumen yang dapat mendukung penelitian

kita (Sujarweni,2014).

4) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan tanda objektif yang perlu dilengkapi

untuk mengafirmasi berbagai perubahan fungsional atau struktural yang

terjadi pada pasien dalam rangka penegakan diagnosa (Fernandes,

2018).

2
F. Analisa Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses atau pengadaan untuk keperluan

penelitian dimana data yang terkumpul adalah untuk menguji hipotesis yang

telah dirumuskan (Rukajat, 2018).

2. Penyajian Data

Penyajian data pada umumnya dilakukan dalam bentuk distribusi frekuensi,

tabel silang, dan berbagai grafik yang disesuaikan dengan data yang diperoleh

dan tujuan penelitian (Adiputra et al., 2021).

3. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan pernyataan yang singkat dan jelas yang dijabarkan

dari hasil penelitian pada pembahasan untuk menjawab rumusan masalah

serta untuk menjawab tujuan penelitian tujuan umum maupun tujuan khusus.

Dalam menyusun suatu kesimpulan, dapat menggunakan nomor atau ditulis

sebagai satu kesatuan uraian (Simbolon, 2021).

G. Etika Penelitian

1. Menghormati atau Menghargai Subjek (Respect for Person).

1) Menghormati atau menghargai orang perlu memperhatikan beberapa

hal, diantaranya:

2) Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam terhadap

kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian.

2
3) Terhadap subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitian

maka diperlukan perlindungan.

2. Manfaat (Beneficience)

Dalam penelitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang sebesar

besarnya dan mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek peneliti. Oleh

karenanya desain penelitian harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan

subjek peneliti.

3. Tidak membahayakan subjek penelitian (Non malefisience).

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian harus mengurangi

kerugian atau resiko bagi subjek peneliti. Sangatlah penting bagi peneliti

memperkirakan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi dalam

penelitian sehingga dapat mencegah resiko yang membahayakan bagi subjek

penelitian

4. Keadilan (Justice)

Makna keadilan dalam hal ini adalah tidak membedakan subjek. Perlu

diperhatikan bahwa penelitian seimbang antara manfaat dan resikonya.

Resiko yang dihadapi sesuai dengan pengertian sehat, yang mencakup: fisik,

mental dan sosial (Masturoh & Anggita, 2018).

2
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., Munthe, S. A., Hulu,


V. T., Budiastutik, I., Faridi, A., Ramdany, R., Fitriani, R. J., & Tania, P.
O. A. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

Ansri Jayanti, S. S. 2021. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN. Metodologi


Penelitian Bidang Muamalah, Ekonomi Dan Bisnis, 37.

Damaiyanti, Mukhiripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan


Jiwa.Bandung:PT Refika Aditama.

Dr. Demsa Simbolon, S. K. M. M. K. M. 2021. Literature Review untuk


Penelitian Kesehatan: Bintang Pustaka. Bintang Pustaka Madani.

Fahrudin, H. W. 2018. Efektivitas Penyuluhan Penanganan Dan Penatalaksanaan


Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Kecamatan Karangjati.
Surakarta.

Kusumo K.L. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. PUSAT PENELITIAN
DAN PENERBITAN LP2M INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG.

Mudjia, R. 2017. Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan


Prosedurnya. 53(4), 130.

Muhith, A. (n.d.). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Penerbit


Andi. https://books.google.co.id/books?id=Yp2ACwAAQBAJ

Ns. Emi Wuri Wuryaningsih, M. K. S. K. J., Dr. Heni Dwi Windarwati, M. K. N.


S. K. J., Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M. K. S. K. J., Ns. Fitrio Deviantony,
M. K., Ns. Enggal hadi, M. K., D, N. W., Fahriza, R., Rokhim, F., & Dr.
M. Fathul Mubin, S. K. N. M. K. S. K. J. 2020. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa 1. UPT Percetakan & Penerbitan, Universitas Jember.
https://books.google.co.id/books?id=PFnYDwAAQBAJ

Nur arif, H, A & Kusuma, H.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan NANDA-Nic Noc Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction Yogya.

Rukajat, A. 2018. Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research


Approach. Deepublish.

Sari, Y. P. 2021. Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan


Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.
Sudarmana, L., & Lestari, F. 2018. Sistem Pakar Untuk mendiagnosis Gangguan
Jiwa Schizophrenia. Jurnal Informatika: Jurnal Pengembangan IT, 3(1),
40–44.

Sutejo.2021.Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Pustaka baru press

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator


Diagnostic, Edisi I.Jakarta: DPP PPNI.

WHO, 2016. Skizofrenia and publich health. Genawa: Division of Mental health
and Prevention of Susbtance Abuse, World Health Organization.
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai