Anda di halaman 1dari 70

PERAN KESEPIAN TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU

NARSISTIK PADA REMAJA PENGGUNA MEDIA SOSIAL

Oleh
Mardaniah 1873201110017

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
BARITO KUALA
2022
PERAN KESEPIAN TERHADAP KECENDERUNGAN PERILAKU
NARSISTIK PADA REMAJA PENGGUNA MEDIA SOSIAL

Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Sebagaian Syarat
Untuk Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Oleh
Mardaniah 1873201110017

PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
BARITO KUALA
MEI 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini berjudul Peran Kesepian Terhadap Kecenderungan Perilaku Narsistik


Pada Remaja Pengguna Media Sosial yang dibuat oleh Mardaniah (NPM.
1873201110017), telah diseminarkan di depan tim penguji pada Seminar Proposal
Skripsi Program Studi S1 Psikologi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin pada tanggal 31 Januari 2022.

DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

Dyta Setiawati H, M.Psi., Psikolog


NIDN. 1123128602

Penguji 1 Penguji 2

Aziza Fitriah, M.Psi., Psikolog Fikrie, S.Psi., M.Si


NIDN. 1130068401 NIDN. 1127029101

Disahkan di : Barito Kuala


Tanggal : 16 Februari 2022

Mengetahui
Dekan Fakultas Psikologi Kaprodi S1 Psikologi

Hj. Ceria Hermina, M.Psi., Psikolog Fikrie, S.Psi., M.Si


NIDN. 1131088301 NIDN. 1127029101

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Mardaniah
NPM : 187320111017
Program Studi i : S1 Psikologi
Fakultas Psikologi : Psikologi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi ini yang berjudul “Peran Kesepian
Terhadap Kecenderungan Perilaku Narsistik Pada Remaja Pengguna Media
Sosial” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
saya sendiri

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Proposal Skripsi
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi dari perbuatan
tersebut.

Barito Kuala, 25 Mei 2022


Saya yang membuat pernyataan,

Mardaniah
NPM. 1873201110017

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Peran Kesepian Terhadap Kecenderungan Perilaku Narsistik
Pada Remaja Pengguna Media Sosial” sebagai salah satu syarat iuntuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin.
Dalam proses penyusunan skripsi, penulis menyadari mendapatkan
bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ceria Hermina, M.Psi., Psikologi, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
2. Fikrie, S.Psi., M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Psikologi serta Dosen
Pembimbing I dan Dyta Setiawati H, M.Psi., Psikolog, selaku Dosen
Pembimbing II yang telah membimbing serta mendukung penulis sehingga
mampu menyelesaikan proposal skripsi dengan lancar.
3. Seluruh dosen yang telah sabar mendidik, membimbing, dan memberi
pengarahan serta banyak pengalaman berharga kepada penulis selama masa
perkuliahan.
4. Keluarga itercintaiyaitu Ibu Isnah, S.Pd, iKakak Rahmawati, SKM dan Adik
Nurwinda. Terimkasih atasisegala cinta, do’a, perhatian, motivasi, nasihat, dan
jerih payah yang luar biasa selama proses pembuatan proposal skripsi.
5. Seluruh teman-teman seperjuangan yang telah membantu banyak dan
mendorong semangat serta kebersamaannya dalam pembuatan proposal skripsi.
6. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi iangkatan 2018, 2019, 2020, dan
2021. Terima kasih banyak yang tidak terhingga karena telah memberikan
do’a, motivasi, semangat, dan hiburan selama proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang sesuai atas segala amal yang
telah diberikan Aamiin.

iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga
proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut. Aamiin yaa rabbal ‘alamin
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Barito Kuala, 25 Mei 2022


` Penulis,

Mardaniah

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I - PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
BAB II - PEMBAHASAN.............................................................................. 9
A. Kecenderungan Perilaku Narsistik..................................................... 9
B. Kesepian............................................................................................. 14
C. Dinamika Hubungan Antara Kesepian dengan Kecenderungan Perilaku
Narsistik.............................................................................................. 18
D. Landasan Teori................................................................................... 20
BAB III - METODE PENELITIAN............................................................. 22
A. Desain Penelitian................................................................................ 22
B. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel......................................... 22
C. Subjek dan Tempat Penelitian............................................................ 23
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 23
E. Analisis Data....................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30
LAMPIRAN.................................................................................................... 34

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Kesepian ................................................................. 24


Tabel 2. Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik ......................... 25

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konseptual...................................................................... 20

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan ....................................................................... 35


Lampiran 2. Skala Kesepian .............................................................................. 37
Lampiran 3. Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik ...................................... 40
Lampiran 4. Data Jumlah Penduduk dari Badan Pusat Statistik Provinsi
Kalimantan selatan ......................................................................... 45

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan zaman di era modernisasi memberikan pengaruh bagi

kehidupan masyarakat dunia termasuk Indonesia terutama dalam bidang teknologi

informasi dan komunikasi (Dewi, 2019). Teknologi ini membantu manusia untuk

memudahkan dalam penggunakan internet untuk mengakases apa saja sesuai

keinginan mereka. Saat ini kebanyakan orang dengan mudah melihat video,

mencari informasi, membuka portal berita online, menonton olahraga, menonton

film, dan lain sebagainya hanya lewat genggaman. Berdasarkan data survei dari

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII) tahun 2019-2020 terjadi kenaikan

penetrasi internet di Indonesia yang digunakan oleh 196,71 Juta jiwa dari total

populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 266,91 juta jiwa dengan persentase

sebesar 73,7% dari keseluruhan masyarakat di Indonesia tahun 2020. Internet pun

kini dilengkapi dengan fitur-fitur terbaru yang tidak hanya dapat digunakan untuk

berkomunikasi namun juga dapat digunakan untuk mencari hiburan dan mencari

informasi yang dibutuhkan. Fitur tersebut kini disebut dengan media sosial

(Djunu, 2016). Media sosial menjadi urutan pertama dengan persentase 51,5 %

alasan mengapa seseorang menggunakan internet (APJII, 2020).

Hariyanti (dalam Widiantari, 2013) mengemukakan berdasarkan data

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI tahun 2011 sebesar 64% pengguna

media sosial di Indonesia adalah remaja. Media sosial digunakan untuk

2
berkomunikasi, interaksi, saling berkirim pesan (chatting), saling berbagi

(sharing), dan membangun (sharing), dan jaringan (networking) (Rahman, 2019).

Media sosial memiliki banyak variasi diantaranya seperti twitter, facebook, line,

whatsapp, youtube, snapchat, instagram, tiktok dan lain sebagainya. Setiap

aplikasi media sosial mempunyai keunikan dan fasilitas yang berbeda antara satu

sama lain (Engkus, 2017). Media sosial yang paling populer dikalangan remaja

adalah facebook, twitter, whatsapp, instagram, dan tiktok, (Rahman, 2019).

Usia merupakan salah satu penentu yang kuat dari frekuensi dan kualitas

penggunaan jejaring sosial media (Sembiring, 2017). Grant (dalam Mazman &

Uzluel, 2011) mengatakan bahwa jejaring sosial media sebagian besar digunakan

oleh remaja dan dewasa awal. Menurut Survei yang dilakukan APJJI (2017),

kelompok remaja dengan usia 13-18 tahun mengalami peningkatan yang paling

tinggi dalam penggunaan dengan persentase 75,50%. Selain itu, hasil survei

APJII tahun 2017 menunjukkan penetrasi pengguna internet pada usia 15-19

tahun mencapai 91%.

Santrock (2007) menjelaskan bahwa fase remaja merupakan masa transisi

dari kanak-kanak menuju dewasa dengan berbagai perubahan baik secara biologis,

kognitif dan sosioemosional. Pada aspek sosioemosional perubahan yang muncul

pada remaja adalah adanya keinginan untuk selalu bersama teman sebayanya.

Selain itu, fase remaja juga merupakan fase pencarian identitas diri, dimana pada

fase ini remaja sangat membutuhkan peran teman sebaya karena belum mampu

menentukan aktivitas yang bermanfaat serta memiliki keingintahuan yang tinggi

terhadap berbagai hal yang belum diketahuinya (Sarwono, 2011). Salah satunya

3
remaja menggunakan media sosial untuk memenuhi keingintahuan terhadap

berbagai hal yang terdapat di media sosial dan juga karena media sosial sedang

menjadi trend dikalangan teman sebayanya. Kebanyakan dari remaja beranggapan

bahwa semakin aktif dirinya di media sosial, maka mereka akan semakin

dianggap keren dan gaul serta remaja yang tidak memiliki media sosial biasanya

dianggap kurang gaul atau ketinggalan zaman (Suryani dalam Aprilia 2020).

Penggunaan media sosial membawa dampak positif yaitu mudahnya

komunikasi serta arus informasi yang semakin cepat (Juwita, 2015). Media sosial

memberikan banyak kemudahan bagi remaja, seperti sebagai media sosialisasi dan

komunikasi dengan teman, keluarga ataupun guru. Menjadi media diskusi terkait

tugas di sekolah dengan teman dan mendapatkan informasi terkait kesehatan

secara online (Aprilia, 2020). Media sosial memang memberikan banyak dampak

positif bagi remaja, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan

remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja tidak mampu dalam mengontrol

penggunaan media sosial. Jika remaja tidak mampu dalam mengontrolnya, maka

waktu dalam penggunaannya akan meningkat dan dapat menyebabkan kecanduan

terhadap media sosial (Thakkar dalam Aprilia, 2020).

Remaja yang mengalami kecanduan akan menjadi sangat tergantung terhadap

media sosial, sehingga mereka rela menghabiskan waktu yang lama hanya untuk

mencapai kepuasan (Fauziawati, 2015). Ketergantungan terhadap media sosial

tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif yang akan dialami remaja. Media

sosial membuat remaja menjadi acuh dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar

yang berdampak pada keterlambatan dalam pengumpulan tugas-tugas sekolah,

4
waktu belajar berkurang dan prestasi di sekolah mengalami penurunan yang

drastis dikarenakan remaja sibuk menghabiskan waktunya untuk mengakses

media sosial (Mim, 2018).

Hal ini diperkuat berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti

menggunakan teknik wawancara pada subjek RF, SRB, dan DVV pada remaja di

kota Banjarmasin, bahwa terdapat dampak negatif dari penggunaan media sosial

bagi remaja. Dampak yang terjadi mereka sering mengupload foto, video ataupun

status berbagi aktivitas keseharian yang mengundang orang lain untuk melihat

agar mendapatkan perhatian ataupun pengakuan dari orang lain.

Hasil studi pendahuluan pada subjek RF yang berusia 16 tahun menunjukkan

bahwa dalam menggunakan media sosial subjek sering memposting foto-foto

dirinya baik foto selfie ataupun secara keseluruhan. Subjek sering pergi ke tempat-

tempat yang sedang trend seperti kedai kopi untuk berfoto. Subjek berfoto untuk

menunjukkan style fashion yang sedang ia gunakan agar mendapatkan perhatian

dari orang lain baik secara langsung maupun di media sosial. Dalam mengupload

sebuah foto subjek harus mengeditnya terlebih dahulu dan mempertimbangkan

lagi mana yang layak untuk di posting. Subjek merasa iri jika like pada

postingannya lebih sedikit dari pada temannya padahal berada di tempat maupun

pakaian yang sama. Akan tetapi, subjek tidak senang jika mendapatkan komentar

yang tidak baik dari pengikutnya. Selain untuk mendapatkan like dari pengikutnya

subjek mengupload foto dirinya dengan tujuan menambah followers agar menjadi

terkenal. Subjek merasa ia harus bisa menciptakan atau mengikuti setiap trend

yang sedang hangat agar orang lain dapat mengikutinya.

5
Selanjutnya hasil studi pendahuluan pada subjek SRB yang berusia 18 tahun

menunjukkan bahwa subjek sering membuat konten bernyanyi untuk

menampilkan kelebihan dirinya yaitu mempunyai suara yang bagus. Subjek

merasa konten yang dirinya miliki lebih berkualitas dibandikan teman-temannya.

Subjek senang mengikuti trend ataupun kegiatan yang mendukung hobinya

kemudian mengupload aktivitas serta pencapaian yang ia dapatkan di media

sosialnya agar disukai dan mendapatkan komentar dari pengikutnya. Subjek

membagikan aktivitasnya tidak hanya dalam satu media sosial saja seperti

instagram tetapi juga menguploadnya ke youtube, tiktok ataupun whatsapp. Ketika

merasa bosan subjek bisa mengupload 10 hingga 20 instastory dalam sehari untuk

mendapatkan perhatian dari pengikutnya di media sosial. Subjek juga kerap

membagikan postingan dirinya bersama teman-temannya lalu memention ataupun

tag agar dilihat, mendapatkan perhatian dari orang lain serta mendapatkan

followers baru.

Hasil studi pendahuluan subjek terakhir yaitu DVV yang berusia 18 tahun

menunjukkan bahwa subjek sering memposting foto dirinya dengan menunjukkan

apa yang sedang ia pakai. Subjek mengatakan ia berteman dalam lingkup

pertemanan kalangan high class yang kerap berpakian branded. Seperti subjek

RF, subjek DVV juga menyukai fashion dan sering pergi ke tempat-tempat kedai

kopi yang sedang trend untuk berfoto kemudian diupload di media sosial agar

mendapatkan pengakuan dari orang lain. Subjek juga sering membuat konten

tiktok agar tidak ketinggalan trend yang sedang viral atau hitz. Hasil studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti mengarah kepada kecenderungan perilaku

6
narsistik.

Kecenderungan perilaku narsistik merupakan suatu gangguan kepribadian

yang dialami oleh individu yang memiliki kecintaan berlebihan terhadap dirinya,

sehingga memiliki anggapan bahwa dirinya sangat penting dan selalu ingin

dikagumi oleh orang lain dengan cara mencari perhatian melalui media sosial

(Fauziah, 2020). Adi dan Yudiati (2009) menambahkan berdasarkan penelitian

yang telah dilakukan individu dikatakan cenderung narsisistik ketika seseorang

tersebut cenderung pamer akan kelebihan-kelebihannya dengan memposting hal-

hal mengenai diri nya sendiri pada akunnya dan tidak mau berbagi tips-tips

bahkan ketika orang lain meminta bantuan. Dampak negatif dari kecenderungan

perilaku narsistik adalah gangguan relasi yang buruk dengan orang lain. Ia juga

akan mudah depresi karena kebutuhannya akan harga diri tidak terpenuhi

(Hardika, 2019). Pada perempuan yang mempunyai kepribadian narsisistik

cenderung lebih mengarah kepada masalah body image agar merasa unggul dan

mendapat kekaguman dari orang lain. Mereka memamerkan keindahan fisik dan

seksualitas untuk mendapatkan kekaguman dari laki-laki. Sedangkan, laki-laki

yang narsisistik biasanya lebih berfokus pada inteligensi, kekuatan, agresi, uang

dan status sosial untuk memenuhi rasa keunggulan dari citra diri mereka yang

salah (Goodman & Leff dalam Sembiring, 2017).

Kecenderungan perilaku narsistik biasanya ditunjukkan melalui aktivitas di

media sosial. Media sosial adalah alat bagi individu kecenderungan perilaku

narsistik untuk mengaktualisasikan dirinya sendiri, membesar-besarkan diri

mereka dengan memposting foto atau video prestasi dan berbagai potensi ke

7
media sosial dengan harapan mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari orang

lain (Santi, 2017). Individu yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik tinggi

cenderung lebih aktif di situs jejaring media sosial untuk menunjukkan dirinya

agar disukai banyak orang, karena media sosial mampu memfasilitasi individu

membentuk dirinya sesuai dengan yang ia harapkan (Mehdizadeh, 2010).

Sadikides dkk. (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kecenderungan perilaku narsisistik adalah kesepian. Individu yang

mengalami kecenderungan perilaku narsistik biasanya banyak melakukan aktivitas

di media sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh individu yang

mengalami kesepian. Hasil riset yang dilakukan oleh Ryan & Xenos (dalam

Sembiring, 2017) individu yang merasa kesepian cenderung lebih banyak

menghabiskan waktunya di media sosial. Individu yang mengalami kesepian

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan aktivitas di media sosial.

Mereka merasa dapat mengekspresikan dirinya lebih baik di media sosial daripada

didunia nyata. Individu yang mengalami kesepian berpotensi mengalami

kecenderungan perilaku narsistik (Kim & Peng, 2009). Hal ini diperkuat

berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan keterkaitan antara

kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik.

Penelitian yang dilakukan oleh Jazilah (2017) menunjukkan hasil adanya

hubungan antara kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik. Seseorang

yang mengalami kesepian tidak bisa menerima dirinya apa adanya, sehingga ingin

tampak lebih baik lagi dengan cara memposting foto dirinya untuk meminta

pujian, perhatian dari orang lain terkait penampilannya, prestasinya, dan

8
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya. Penelitian yang dilakukan oleh

Hardika, dkk (2019), menyatakan bahwa adanya hubungan antara kesepian

dengan kecenderungan perilaku narsistik. Remaja yang mengalami kesepian

memiliki permasalahan karena merasa tidak dianggap, tidak diperhatikan, serta

merasa tidak ada yang mau berteman dengannya. Adanya permasalahan tersebut

menjadikan seseorang tersebut mencari perhatian dari orang melalui media sosial

untuk mendapatkan pengakuan atas apa yang ia miliki. Penelitian yang dilakukan

Aqilah (2021) juga menujukkan bahwa adanya hubungan antara kesepian dengan

kecenderungan perilaku narsistik. Remaja merasakan kesepian pada saat pandemi

karena aktivitas dan hubungan sosial mereka menjadi terbatas. Mereka

menghabiskan hari-harinya untuk mengakases media sosial agar tidak merasa

jenuh dan bosan. Sehingga semakin tinggi kesepian pada remaja maka akan

semakin tinggi tingkat kecenderungan perilaku narsistik.

Menurut Peplau & Perlman, kesepian adalah perasaan emosi yang dirasakan

ketika individu beranggapan bahwa kehidupan sosialnya lebih kecil daripada apa

yang mereka inginkan, atau ketika individu merasa tidak puas dengan kehidupan

sosialnya (Oguz & Cakir, 2014). Cosan (2014) menyatakan bahwa beberapa

dampak negatif kesepian adalah mudah merasa bosan, merasa tidak diterima, sulit

membangun komunikasi dengan orang-orang sekitar, menutup diri, dan tidak

mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, kesepian juga dapat

menimbulkan masalah kesehatan seperti penyakit jantung dan menurunnya sistem

kekebalan tubuh (Bernard, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2019), menyatakan bahwa cara

9
seseorang untuk menyelesaikan atau mengakhiri perasaan kesepian adalah dengan

mengkases media sosial. Dari penelitian itu dinyatakan bahwa, seseorang yang

memiliki rasa kesepian yang tinggi sulit untuk berkomunikasi maupun

bersosialisasi dalam dunia nyata. Ketika media sosial lebih sering diakses

otomatis intensitas untuk narsis juga akan semakin tinggi. Kesepian merupakan

suatu emosi negatif, untuk itu perlu diminimalisir sebanyak mungkin dengan cara

lebih mudah membuka pikiran untuk bisa beradaptasi dan bersosialisasi di

lingkungan manapun. Ketika seseorang merasa diterima dan berarti di lingkungan

keluarga maupun sosial, maka kecenderungan kesepian yang tinggi akan

cenderung menurun dan sekaligus menurunkan tingkat narsistik remaja di media

sosial (Hardika, 2019).

Beradasarkan uraian latar belakang, fenomena dan penelitian-penelitian

terdahulu, peneliti melihat belum ada isu mengenai peran kesepian terhadap

kecenderungan perilaku narsistik pada penelitian sebelumnya. Oleh karena itu,

peneliti tertarik ingin melakukan penelitian mengenai “Peran Kesepian Terhadap

Kecenderungan Perilaku Narsistik Pada Remaja Pengguna Media Sosial”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada peranan kesepian

terhadap kecenderungan perilaku narsistik pada remaja pengguna media sosial?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kesepian terhadap

kecenderungan perilaku narsistik pada remaja pengguna media sosial.

10
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan kajian pengetahuan

dalam bidang psikologi khususnya dalam bidang psikologi sosial, psikologi

perkembangan dan psikologi klinis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Subjek Penelitian

Diharapkan untuk lebih bisa mengaktualisasikan diri terhadap hal

yang positif dan memberikan informasi penting terkait media sosial.

b. Bagi Orangtua

Memberikan informasi pada orang tua agar tetap mengawasi

penggunaan media sosial bagi anak-anak mereka.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi

atau bahan dan juga pembanding pada penelitiian sejenis yang dilakukan

dimasa yang mendatang

11
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecenderungan Perilaku Narsistik

1. Pengertian Kecenderungan Perilaku Narsistik

Raskin & Terry (1988) mendefinisikan kecenderungan perilaku narsistik

sebagai kekaguman diri yang ditandai dengan kecenderungan terhadap ide-ide

muluk, bakat fantasi, eksibisionisme, dan pembelaan diri dalam menanggapi

kritik; hubungan interpersonal yang dicirikan oleh perasaan berhak, eksploitatif,

dan kurangnya empati. Kecenderungan perilaku narsistik adalah rasa cinta yang

berlebih terhadap dirinya sendiri sehingga ingin dipuji serta memiliki kepercayaan

diri yang tinggi hingga kurang memiliki empati terhadap orang lain di sekitarnya

(Paramboukis dalam Liang, 2021). Durand dan Barlow (2007), menjelaskan

bahwa kecenderungan perilaku narsistik adalah seseorang yang cenderung

memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri mereka sendiri sehingga mereka

tidak memiliki kepekaan dan empati yang kurang terhadap orang lain.

Menurut American Psychology Association kecenderungan kepribadian

narsistik adalah suatu pola kepribadian yang menetap ditandai dengan adanya

fantasi atau perilaku berlebihan terhadap kesuksesan, kekuatan, kecerdasan,

kecantikan, dan cinta ideal, kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang lain serta

kurangnya kemampuan untuk berempati (APA, 2013). Seseorang dengan

kecenderungan perilaku narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai

keunikan dan kemampuan mereka. Mereka terfokus dengan berbagai fantasi

10
keberhasilan besar. Orang yang mengalami kecenderungan perilaku narsistik dari

luar tampak memiliki perasaan luar biasa akan pentingnya dirinya (Davidson,

2014).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan

perilaku narsistik merupakan kecenderungan dimana seseorang mempunyai rasa

cinta yang berlebih terhadap dirinya sendiri sehingga ingin dipuji, memiliki

kepercayaan diri yang tinggi serta kurang memiliki empati terhadap orang lain di

sekitarnya.

2. Aspek-Aspek Kecenderungan Perilaku Narsistik

Adapun tujuh aspek kecenderungan perilaku narsistik menurut Raskin &

Terry (1988) yaitu :

a) Authority

Individu dengan kecenderungan perilaku narsistik akan lebih terlihat

mendominasi, dapat terlihat saat perannya lebih senang memimpin atau yang

lebih sering mengambil keputusan sendiri.

b) Self-sufficienc

Merasanya dirinya memiliki kemampuan diri yang tinggi untuk

memenuhi kebutuhan dirinya. Aspek ini juga termasuk dengan sikap

ketegasan, kemandirian, kepercayaan diri dan kebutuhan untuk berprestasi.

c) Superiority

Seseorang dengan kecenderungan perilaku narsisitk menilai dirinya lebih

dari orang lain, memiliki perasaan bahwa dirinya yang paling hebat dan

sempurna.

11
d) Exhibitionism

Sering memperlihatkan penampilan fisiknya supaya mendapatkan

pengakuan dari orang lain terhadap identitas dirinya.

e) Exploitativeness

Mengekspolitasi seseorang sesuai dengan kehendaknya sendiri untuk

menaikkan harga dirinya, seperti merendahkan orang lain untuk mendapatkan

kekaguman dari orang lain.

f) Vanity

Rasa megah diri seseorang dan merasa angkuh atau sombong kepada

orang lain. Kurang dapat menerima masukan atau kritikan dari orang lain

terhadap dirinya.

g) Entitlement

Merasa bahwa dirinya berhak mendapatkan keistimewaan dari orang lain

tanpa memperhatikan lingkungan disekitarnya meskipun itu akan

membuatnya mendapat pertentangan dari orang sekitarnya.

Pendapat lain mengenai aspek-aspek kecenderungan perilaku narsistik

menurut Kristanto (2012) antara lain :

a) Terobsesi penampilan fisik

Kategori ini menunjukkan individu mampu menunjukkan keadaan

dirinya dengan penampilan yang mencolok dan mampu menempatkan dirinya

dengan penampilan yang terlihat ekspresif.

12
b) Selalu ingin jadi pusat perhatian

Individu yang merasa selalu ingin menjadi pusat perhatian ataupun

menjadi sosok yang diidolakan bagi teman-temannya, mereka cenderung

mampu menerima keadaannya sendiri dan berusaha menonjolkan dirinya

dihadapan banyak orang.

c) Senang difoto

Pada setiap kesempatan individu memfoto dirinya sendiri dengan kamera

handphone. Mengikuti keinginan pribadinya untuk memotret dirinya sendiri

dengan pose atau gaya yag terlihat lucu dan imut pada setiap kesempatan,

baik dengan background pemandangan atau tempat lainnya yang terlihat

menarik baginya.

d) Pandangan yang dibesar-besarkan mengenai pentingnya diri sendiri

Individu yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik adalah individu

yang senang membanggakan diri sendiri secara berlebihan dan senang

membicarakan kehebatannya dan ingin dipuji oleh orang lain.

e) Terfokus pada keberhasilan, kecerdasan dan kecantikan diri

Individu merasa bahwa orang lain juga perlu mengetahui kesuksesannya

dan sering menceritakan keberhasilannya pada orang lain.

f) Kebutuhan ekstrim untuk dipuja dan dikagumi

Hal ini mungkin terjadi sebagai proses dalam pencarian jati diri, sehingga

individu menganggap pujian sebagai hal yang pantas untuk dirinya ketika

berhasil melakukan sesuatu.

13
g) Iri pada orang lain

Individu merasa bahwa dirinya belum cukup dan merasa bahwa apa yang

dimilikinya belum cukup dan masih mengharapkan sesuatu yang berlebihan

atas apa yang dimiliki oleh orang lain.

h) Memanfaatkan orang lain

Individu berusaha memanfaatkan orang lain sebagai penunjang dirinya,

ia melakukan hal itu untuk kepentingan dirinya sendiri dengan menunjukkan

hanya sedikit empati terhadap orang lain.

3. Ciri-Ciri Kecenderungan Perilaku Narsistik

Menurut The Diagnostic Statistical and Manual Mental Disorder V (DSM-V)

dari American Psychology Association (2013), seseorang dapat dikatakan

memiliki kecenderungan narsistik apabila dirinya mempunyai minimal lima dari

sembilan ciri sebagai berikut :

a) Melebihkan bakat dan prestasinya, serta merasa menjadi yang paling hebat;

b) Selalu menginginkan pujian dan keterpukauan terhadap orang lain;

c) Berimajinasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecantikan, serta ketenaran yang

tak terbatas

d) Merasa unik dan istimewa hingga dirinya hanya mau menggauli orang-orang

yang berkelas tinggi atau memiliki status yang tinggi;

e) Orang lain harus selalu mengikuti keinginannya atau merasa bahwa dirinya

berhak untuk mendapatkan perlakuan khusus;

f) Memanfaatkan orang lain dengan tujuan mendapatkan apa yang ia kehendaki;

g) Kurang mampu berempati pada perasaan orang lain;

14
h) Selalu memiliki rasa iri hati pada kepemilikan dan kesuksesan orang lain;

i) Berperilaku kasar, angkuh, serta congkak.

Menurut Barlow dan Durand (2007) ciri-ciri kecenderungan perilaku narsistik

yaitu:

a) Kurang memiliki empati

b) Suka foto selfie

c) Bersikap arogan dengan memakai aksesoris yang berlebihan, seperti gelang,

kalung, anting-anting, dll.

d) Mempunyai fantasi-fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan,

kecantikan, atau cinta ideal yang tanpa batas.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan seseorang yang memiliki

kecenderungan perilaku narsistik memiliki rasa percaya diri yang kuat, namun

rasa percaya diri tersebut adalah rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya

memandang dirinya yang paling hebat dari orang lain.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Perilaku Narsistik

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecenderungan perilaku narsistik adalah

sebagai berikut (Lubis dalam Apsari, 2012) :

a) Faktor biologis

Secara biologis gangguan narsistik cenderung banyak dialami oleh

individu yang orang tuanya mengalami penderita neurotik. Selain itu jenis

kelamin, usia, struktur-struktur fisik dan fungsi hormonal memiliki hubungan

dengan narsistik.

15
b) Faktor psikologis

Narsistik muncul akibat tingkat aspirasi pada diri seseorang yang tidak

realistis atau berkurangnya penerimaan terhadap diri sendiri.

c) Faktor sosiologis

Narsistik dialami oleh kalangan orang-orang yang berbagai lapisan dan

golongan terhadap perbedaan yang nyata antara kelompok sosial budaya

tertentu dan reaksi narsistik yang dialaminya.

Selain itu, menurut Sedikides (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi

narsistik, sebagai berikut :

a) Self- esteem (Harga Diri)

Bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan narsistik memiliki

harga diri yang sangat tinggi dan cenderung tidak stabil, juga cenderung

terlalu bergantung pada interaksi sosialnya.

b) Depression (Depresi)

Depresi merupakan kondisi terganggunya mood dan emosional yang

melibatkan proses berfikir dengan pemikiran negatif tentang dirinya, dalam

berkecenderungan dan berperasaan yang pada umumnya dikarenakan

hilangnya harapan ataupun perasaan tidak berdaya.

c) Loneliness (Kesepian)

Kesepian merupakan suatu kondisi perasaan yang kurang

menyenangkan, yang biasanya disebabkan oleh kurang adanya ketertarikan

untuk memiliki hubungan dengan orang lain.

16
d) Subjective well being (Kesejahteraan Subjekif)

Individu yang cenderung meyakini pandangan dalam penilaian dirinya

bahwa dirinya merasa seakan-akan menjadi seseorang yang sempurna.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecenderungan perilaku narsistik adalah faktor biologis, faktor

psikologis (self-esteem, depression, loneliness, Subjektive well being) dan faktor

sosiologis.

B. Kesepian

1. Pengertian Kesepian

Daniel W. Russell (1996) menjelaskan bahwa kesepian merupakan

pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan perasaan

kekosongan, kecanggungan, dan kebosanan. Caplan (2003) menyatakan bahwa

kesepian merupakan perasaan hampa yang dirasakan seseorang, sehingga

seseorang merasa bahwa dirinya tidak memiliki orang lain yang dapat memahami

perasaan yang sedang dirasakannya.

Myers (2012) berpendapat bahwa kesepian adalah perasaan yang

menyedihkan ketika suatu hubungan sosial tidak sesuai dengan apa yang ia

harapkan. Kassin dan Brehm (dalam Dayakisni, 2015) berpendapat, kesepian

merupakan perasaan kurang memiliki hubungan sosial yang diakibatkan

ketidakpuasan dengan hubungan sosial.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan oleh para ahli diatas

peneliti menyimpulkan bahwa kesepian adalah perasaan tidak menyenangkan

17
yang dialami oleh individu karena kegagalannya dalam menjalin suatu hubungan

sosial baik secara kuantitas maupun secara kualitas.

2. Aspek-Apek Kesepian

Aspek kesepian menurut Russell (1996) adalah :

a) Personality, yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang

terkadang berubah dalam situasi tertentu, atau individu yang mengalami

kesepian karena disebabkan kepribadian mereka. Kepribadian yang dimaksud

adalah seseorang yang memiliki kepercayaan yang kurang dan ketakutan

akan orang asing

b) Social desirability, yaitu terjadinya kesepian karena individu tidak

mendapatkan kehidupan sosial yang diinginkan pada kehidupan di

lingkungannya

c) Depression loneliness, yaitu terjadinya kesepian karena terganggunya

perasaan seseorang seperti perasaan sedih, murung, tidak bersemangat,

merasa tidak berharga dan berpusat pada kegagalan yang dialami oleh

individu

Pendapat lain mengenai aspek-aspek kesepian juga diungkapkan oleh Bruno

(dalam Wardayanti, 2019) yang memiliki delapan aspek antara lain :

a) Isolasi

Individu mengalami keadaan dimana dia memiliki rasa tersisih atau

tersingkan dari nilai-nilai dan tujuan dalam bermasyarakat. Hal hal seperti

18
agresivitas, menang atas suatu hal, manipulasi yang dapat memicu munculnya

rasa isolasi.

b) Penolakan

Penolakan merupakan kondisi individu dimana dirinya merasa diusir,

dihadang dan tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya. Individu yang

mengalami kesepian merasa bahwa dirinya diabaikan dan tidak diterima

meski dia tengah berada pada keramaian.

c) Merasa disalah mengerti

Kondisi individu dimana dirinya merasa seakan selalu disalahkan dan

tidak ada gunanya oleh lingkungan. Individu yang mengalami perasaan salah

dimengerti akan menyebabkan perasaan tidak percaya diri, memiliki rasa

rendah diri dan merasa dirinya tidak dapat meakukan apapun.

d) Perasaan tidak dicintai

Individu memiliki keadaan bahwa dirinya tidak memperoleh rasa kasih

dan sayang, merasa bahwa dirinya tidak dihormati, tidak ada yang

memperlukannya dan merasa bahwa tidak ada yang mencintai yang

menjauhkan dari pertemanan, kerjasama dan perahabatan.

e) Tidak mempunyai sahabat

Individu merasa bahwa dia hidup sendiri karena tidak memiliki orang

lain yang selalu ada di sebelahnya, baik hubungan pertemanan, persahabatan,

kekasih serta keluarga, sehingga merasa dia tidak mampu untuk berbagi.

f) Malas membuka diri

19
Individu mengalami suatu kondisi bahwa dirinya tidak ada keinginan

untuk menjalin hubungan dengan orang lain, merasa takut dilukai dan terluka

oleh orang lain.

g) Bosan

Kondisi saat individu memiliki perasaan jenuh, tidak ada suatu yang

membuatnya tertarik dan senang, berperasa bahwa dirinya tidak kuat, dan

orang yang bosan adalah orang yang tidak bersyukur dan merasakan

kenikmatan dengan keadaannya.

h) Gelisah

Kondisi dimana individu selalu merasakan kekhawtiran atau keresahan,

tidak ada kenyamanan dan kondisi tentram dalam hati, sehingga ada perasaan

bimbang, tidak senang dan selalu cemas.

Berdasarkan uraian mengenai aspek-aspek kesepian maka dapat disimpulkan

aspek-aspek kesepian adalah personality, social desirability, despression

loneliness, isolasi, penolakan, merasa disalah mengerti, perasaan tidak dicintai,

tidak mempunya sahabat, malas membuka diri, bosan dan gelisah.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesepian

Empat faktor yang bisa mempengaruhi seseorang terkena rasa kesepian

menurut Brehm (dalam Wardayanti, 2019) yaitu sebagai berikut :

a) Ketidakmemadai saat individu memiliki hubungan yakni hubungan seseorang

yang tidak memdai akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan

yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan

20
hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan hubungan yang tidak

memadai

b) Adanya perubahan pada keinginan yang diinginkan individu pada suatu

hubungan. Kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa

yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan

sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan. Sehingga orang tersebut

tidak mengalami loneliness. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi

memuaskan karena orang itu telah merubah apa yang diinginkannya dari

hubungan tersebut.

c) Self-esteem, kesepian atau loneliness memiliki hubungan dengan harga diri

yang, rendah. Secara sosial orang yang punya harga diri rendah akan selalu

tidak nyaman pada lingkungannya, sehingga timbullah kondisi orang yang

mengidap kesepian menjauhkan diri dari lingkungan sosialnya secara terus-

menerus.

d) Keberhasilan seseorang ketika menjalin suatu hubungan yang diinginkan

didapat dari sikap interpersonalnya. Individu yang mengalami kesepian akan

selalu berfikir negatif terhadap orang lain, tidak adanya kepercayaan terhadap

orang lain, tidak suka, dan selalu menilai sikap seseorang secara negatif, dan

berpegang pada kondisi yang ingin selalu bermusuhan.

Selain itu, menurut Dayakisni dan Hudaniah (2009) terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kesepian yaitu:

a) Presdiposing factors yaitu faktor-faktor pembawaan yang membuat orang

rentan atau mudah mengalami kesepian, seperti malu, stigma, kurangnya

21
keterampilan sosial, isolasi sosial, dan norma-norma budaya seperti

individualisme.

b) Precipitating events yaitu pemicu awal kemunculan dari kesepian, seperti

perceraian, pergi jauh untuk sekolah, dan pindah ke komunitas baru.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kesepian adalah presdiposing factor (faktor pembawaan),

precipitating events (pemicu awal), ketidakmemadai saat individu memiliki

hubungan, adanya perubahan pada keinginan yang diinginkan individu pada suatu

hubungan, harga diri yang rendah dan keberhasilan seseorang ketika menjalin

suatu hubungan yang diinginkan.

C. Dinamika Peran Kesepian Terhadap Kecenderungan Perilaku Narsistik

Kecenderungan perilaku narsistik adalah rasa cinta yang berlebih terhadap

dirinya sendiri sehingga ingin dipuji, memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta

kurang memiliki empati terhadap orang lain di sekitarnya (Paramboukis dalam

Liang, 2021). Orang yang kecenderungan perilaku narsistik memiliki perasaan

yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting serta merupakan

individu yang unik (Putri, 2021). Mereka memiliki pandangan yang berlebihan

mengenai keunikan dan kemampuan mereka serta terfokus dengan berbagai

fantasi keberhasilan besar (Davidson, 2014).

Kecenderungan perilaku narsistik ditunjukkan melalui aktivitas di media

sosial. Media sosial adalah alat bagi individu kecenderungan perilaku narsistik

untuk mengaktualkan dirinya sendiri, membesar-besarkan diri mereka dengan

22
memposting foto atau video prestasi dan berbagai potensi ke media sosial dengan

harapan mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari orang lain (Santi, 2017).

Selain itu, individu kecenderungan perilaku narsistik memanfaatkan hubungan

sosial untuk mencapai popularitas dan hanya tertarik dengan hal-hal yang

menyangkut kesenangan diri sendiri (Widyastuti, 2017).

Menurut Buffardi dan Campbell (2008) ada beberapa ciri individu yang

mengalami kecenderungan perilaku narsistik dalam media sosial, pertama, tingkat

aktivitas sosial yang lebih tinggi dalam komunitas online daripada offline. Kedua,

banyak konten membanggakan diri dalam berbagai aspek (dalam Sakinah., dkk,

2019). Kecenderungan perilaku narsistik individu akan meningkat jika banyaknya

orang lain melihat atau mengapresiasi konten yang dipostingnya. Individu yang

memiliki kecenderungan perilaku narsistik tinggi cenderung lebih aktif di situs

jejaring media sosial untuk menunjukkan dirinya agar disukai banyak orang,

karena media sosial mampu memfasilitasi individu membentuk dirinya sesuai

dengan yang ia harapkan (Mehdizadeh, 2010).

Kecederungan perilaku narsistik dapat berdampak negatif bagi seseorang,

orang yang mengalami kecenderungan perilaku narsistik berpotensi mengalami

depresi dan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh gangguan fungsional yang

berdampak pada tekanan psikologis bagi penderita (Miller., et.al 2010). Ketika

seseorang yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik sudah terjebak dalam

pemikiran bahwa segalanya harus sempurna (perfect) dan semuanya tidak boleh

ada yang salah, maka hal tersebut bisa menimbulkan masalah bagi kehidupan dan

lingkungan sekitarnya. Dampaknya hubungan di sekolah, tempat kerja, atau

23
hubungan-hubungan interaksi yang lain menjadi sangat terganggu. Orang-orang di

sekitarnya merasa tidak nyaman dan tidak akan merasa bahagia. Akibat

terburuknya jika seseorang yang memiliki kecenderungan perilaku naristik

tersebut dijauhi, maka ia akan merasa kebutuhan interaksinya dengan manusia

lain tidak terpenuhi (Engkus, 2017).

Sadikides dkk. (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kecenderungan perilaku narsisistik adalah kesepian. Individu yang

mengalami kecenderungan perilaku narsistik biasanya banyak melakukan

aktivitas di media sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh individu

yang mengalami kesepian. Hasil riset yang dilakukan oleh Ryan & Xenos (dalam

Sembiring, 2017) individu yang merasa kesepian cenderung lebih banyak

menghabiskan waktunya di media sosial. Individu yang mengalami kesepian

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan aktivitas di media sosial.

Mereka merasa dapat mengekspresikan dirinya lebih baik di media sosial daripada

didunia nyata. Sehingga individu yang mengalami kesepian berpotensi mengalami

kecenderungan perilaku narsistik (Kim & Peng, 2009).

Hal ini diperkuat berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang

menunjukkan keterkaitan antara kesepian dengan kecenderungan perilaku

narsistik. Penelitian yang dilakukan oleh Jazilah (2017) menunjukkan hasil

adanya hubungan antara kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik.

Penelitian yang dilakukan oleh Hardika, dkk (2019), menyatakan bahwa adanya

hubungan antara kesepian dengan gangguan kepribadian narsistik. Dan penelitian

yang dilakukan Aqilah (2021) juga menujukkan bahwa adanya hubungan antara

24
kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik. Artinya semakin tinggi

kesepian pada remaja maka akan semakin tinggi tingkat kecenderungan perilaku

narsistik, begitupun sebaliknya.

Berdasarkan uraian dinamika peran kesepian terhadap kecenderungan

perilaku narsisitik diatas, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah

terdapat peranan kesepian terhadap kecenderungan perilaku narsistik pada remaja

pengguna media sosial. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep

penelitian sebagai berikut:

Kesepian Perilaku Narsistik

Gambar 1. Kerangka Konseptual

Keterangan :

X : Variabel Bebas/Independen

Y : Variabel Terikat/Dependen

D. Landasan Teori

Definisi kecenderungan perilaku narsistik yang mengacu pada Raskin &

Terry (1988) mendefinisikan bahwa kecenderungan perilaku narsistik sebagai

kekaguman diri yang ditandai dengan kecenderungan terhadap ide-ide muluk,

bakat fantasi, eksibisionisme, dan pembelaan diri dalam menanggapi kritik;

hubungan interpersonal yang dicirikan oleh perasaan berhak, eksploitatif, dan

kurangnya empati. Aspek kecenderungan perilaku narsistik oleh Raskin dan Terry

(1988) yang terdiri dari 7 aspek yaitu, Authority, Self-sufficiency, Superiority,

Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity, Entitlement.

25
Definisi kesepian yang mengacu pada Russell (1996) menjelaskan bahwa

kesepian merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan terkait

dengan perasaan kekosongan, kecanggungan, dan kebosanan. Seseorang yang

kesepian sering mengalami perasaan depresi, tidak bahagia, kurang puas dengan

hubungan sosialnya, dan merasa penampilannya kurang menarik jika

dibandingkan dengan orang lain. Aspek kesepian yang dijabarkan oleh Russell

(1996) terdiri atas aspek personality, social desirability, dan depression.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan ada atau tidaknya

peranan kesepian terhadap kecenderungan perilaku narsistik pada remaja

pengguna media sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif

dengan desain penelitian korelasional. Penelitian kuantitatif adalah sebuah metode

yang menekankan analisisnya pada data-data berupa angka yang dikumpulkan

melalui sebuah prosedur pengukuran dan kemudian diolah dengan metode analisis

statistika (Azwar, 2017). Desain koresional digunakan untuk mengetahui kekuatan

dan arah hubungan yang ada diantara variabel, sejauh mana variasi pada satu

variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lainnya

berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2017).

B. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X) : Kesepian

Kesepian merupakan perasaan emosional yang tidak menyenangkan serta

merasa sendiri, yang disebabkan oleh tidak tercapainya hubungan sosial yang

diinginkan, sehingga individu tidak merasakan kepuasan dari hubungan sosial

yang sedang dia jalani dengan orang-orang di lingkungannya. Aspek-aspek yang

30
digunakan untuk membuat skala kesepian menggunakan aspek dari Russell (1996)

yang terdiri dari tiga aspek yaitu; personality, social desirability, dan depression.

2. Variabel Terikat (Y) : Kecenderungan Perilaku Narsistik

Kecenderungan perilaku narsistik adalah rasa cinta yang berlebih terhadap

dirinya sendiri sehingga ingin dipuji, memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta

kurang memiliki empati terhadap orang lain di sekitarnya. Aspek-aspek yang

digunakan untuk membuat skala kecenderungan perilaku narsistik menggunakan

aspek dari Raskin & Terry (1988) yang terdiri dari tujuh aspek yaitu, Authority,

Self-sufficiency, Superiority, Exhibitionism, Exploitativeness, Vanity, Entitlement

C. Subjek dan Tempat Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah sekelompok subjek yang hendak dikenakan generalisasi dari

hasil penelitian (Azwar, 2017). Populasi dapat berbentuk karakteristik pribadi,

perkembangan dan daerah (Periantalo, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah

remaja madya di kota Banjarmasin yang menggunakan media sosial. Berdasarkan

data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan remaja madya kota

Banjarmasin berjumlah 58.827 jiwa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik non

probability sampling dengan metode purvosive sampling, yaitu metode

pengampilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus dan disesuaikan

31
dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2019). Adapun jumlah sampel dalam

penelitian ini mengacu pada rumus tabel Isaac dan Michael sebanyak 346 sampel

dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2013). Kriteria sampel dalam penelitian ini

yaitu, remaja usia 15-18 tahun berdomisili di kota Banjarmasin.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Skala Kesepian

Skala kesepian disusun berdasarkan aspek kesepian dari Russel (1996) yang

terdiri dari tiga aspek yaitu personality, social desirability, dan depression. Skala

ini memuat item favorable dan unfavorable. Item favorable merupakan item yang

berisi pernyataan yang sesuai dengan objek sikap yang akan diukur dan item

unfavorable atau tidak favorable adalah item yang berisi pernyataan yang tidak

sesuai dengan objek maupun sikap yang akan ukur dalam penelitian (Azwar,

2021).

Skala ini menggunakan model respon penskalaan likert. Model skala likert

terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),

netral (N), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Rentang skor secara jelas dirincikan

sebagai berikut: pada favorable menggunakan skor 1 untuk pilihan jawaban

“Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 4

untuk “Sesuai”, dan skor 5 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada item unfavorable

menggunakan skor 5 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 4 untuk

“Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk

“Sangat Sesuai” (Periantalo, 2015). Berikut rincian blue print skala kesepian:

32
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kesepian

Nomor Item Jumlah


No. Aspek Indikator
Favorable Unfavorable Item
- Perasaan kurang
percaya terhadap 1, 13, 25, 37, 49 7, 19, 31, 43, 55
orang lain
1. Personality - Perasaan berlebihan 20
akan ketakutan 2, 14, 26, 38, 50 8, 20, 32, 44, 56
terhadap orang lain
- Perasaan tidak
mampu menjalin 3, 15, 27, 39, 51 9, 21, 33, 45, 57
hubungan
Social
2. interpersonal 20
desirability
- Merasa kurang 4, 16, 28, 40, 52 10, 22, 34, 46,
diterima di 58
lingkungan sosial
- Tidak bersemangat 5, 17, 29, 41, 53 11, 23, 35, 47,
Depression menjalani kehidupan 59
3. 20
loneliness - Merasa diri sendiri 6, 18, 30, 42, 54 12, 24, 36, 48,
tidak berharga 60
TOTAL 60

2. Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik

Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik disusun berdasarkan aspek

kecenderungan perilaku narsistik dari Raskin dan Terry (1988) yang terdiri dari 7

aspek yaitu, Authority, Self-sufficiency, Superiority, Exhibitionism,

Exploitativeness, Vanity, Entitlement. Skala ini memuat item favorable dan

unfavorable. Item favorable merupakan item yang berisi pernyataan yang sesuai

dengan objek sikap yang akan diukur dan item unfavorable atau tidak favorable

adalah item yang berisi pernyataan yang tidak sesuai dengan objek maupun sikap

yang akan ukur dalam penelitian (Azwar, 2021).

Skala ini menggunakan model respon penskalaan likert. Model skala likert

terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),

netral (N), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Rentang skor secara jelas dirincikan

33
sebagai berikut: pada favorable menggunakan skor 1 untuk pilihan jawaban

“Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 4

untuk “Sesuai”, dan skor 5 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada item unfavorable

menggunakan skor 5 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 4 untuk

“Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk

“Sangat Sesuai” (Periantalo, 2015). Berikut rincian blue print skala

kecenderungan perilaku narsistik:

Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik

Nomor Item Jumlah


No. Aspek Indikator
Favorable Unfavorable Item
- Keinginan menjadi otoritas dalam 1, 29, 57 15, 43, 71
segala hal
1. Authority 12
- Keinginan untuk mempengaruhi 2, 30, 58 16, 44, 72
orang lain
- Percaya diri berlebihan 3, 31, 59 17, 45, 73
2. Self-sufficiency - Keinginan untuk melebihi orang 4, 32, 60 18, 46, 74 12
lain
- Merasa paling hebat 5, 33, 61 19, 47, 75
3. Superiority - Perasaan iri atas kelebihan orang 6, 34, 62 20, 48, 76 12
lain
- Keinginan untuk menjadi pusat 7, 35, 63 21, 49, 77
perhatian
4. Exhibitionism 12
- Keinginan untuk mendapatkan 8, 36, 64 22, 50, 78
pengahuan
- Eksploitasi hubungan pertemanan 9, 37, 65 23, 51, 79
5. Exploitativeness - Perasaan kurang empati kepada 12
orang lain 10, 38, 66 24, 52, 80
- Merendahkan orang lain (angkuh) 11, 39, 67 25, 53, 81
6. Vanity 12
- Anti menerima kritikan 12, 40, 68 26, 54, 82
- Membutuhkan perlakuan khusus 13, 41, 69 27, 55, 83
dari orang lain
7. Entitlement 12
- Keinginan untuk menjadi 14, 42, 70 28, 56, 84
prioritas
TOTAL 84

3. Validitas dan Reliabitas

34
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian, skala kesepian

dan skala kecenderungan perilaku narsistik dilakukan uji properti psikometri.

Adapun beberapa uji properti psikometri yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity. Validitas diartikan sejauh mana alat ukur

mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Validitas melihat sejauh mana

ketepatan alat ukur melakukan fungsi pengukurannya. Alat ukur dikatakan valid

saat memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai fungsi ukurnya. Validitas

merupakan syarat utama alat ukur yang baik. Uji validitas yang digunakan dalam

pengujian skala penelitian ini menggunakan uji validitas isi. Validitas isi

menunjukkan sejauh mana seperangkat item dalam suatu alat ukur

menggambarkan apa yang hendak diukur. Validitas isi didapat melalui penurunan

konstruk ke dimensi, indikator perilaku sampai ke item (Periantalo, 2015).

Validitas isi terdiri dari validitas tampang dan logis. Validitas tampang

mengacu pada tampang suatu alat ukur baik bentuk maupun instruksi. Tujuannya

untuk mencapai apresiasi subjek. Sementara validitas logis memastikan bahwa

terdapat definisi yang jelas dari konstruk, kemudian memastikan bahwa

komponen pembentuk konstruk tersebut sudah mencerminkan kontsruk yang ada.

Skala dikatakan valid jika item sesuai dengan konstruk yang hendak diungkap

(Periantalo, 2015).

b. Uji Daya Beda Item / Uji Diskriminasi Item

Setelah dilakukan pengujian secara kualitatif melalui pengujian validitas isi,

tahapan berikutnya item akan dianalisis secara kuantitatif. Analisis kuantitatif

35
yang dilakukan berupa indeks diskriminasi item (daya beda item). Daya beda item

bertujuan untuk memastikan item memiliki daya beda yang bagus. Item dapat

membedakan individu yang memiliki atribut atau tidak. Hasil Analisis item

kuantitatif bisa dijadikan batu pijakan dalam penyusunan skala final (Periantalo,

2015).

Apabila item memiliki nilai ≥ 0,300, item tersebut memuaskan (diterima).

Item tersebut akan menjadi bagian dari skala final kelak. Item tersebut

dimasukkan ke dalam analisis berikutnya (validitas dan reliabilitas). Apabila item

memiliki nilai 0,250 – 0,299, item tersebut dapat dipertimbangkan. Item tetap

lolos seleksi item. Item dipakai jika item yang memiliki nilai ≥ 0,300 terbatas.

Item dengan ≤ 0,249 tidak disarankan untuk digunakan. Apalagi item dengan nilai

(-) berarti gagal/ditolak. Kedua jenis item ini tidak lolos seleksi (Periantalo, 2015).

Uji coba (tryout) yang dilakukan pada tanggal 21 Febuari 2022 sampai

dengan tanggal 28 Febuari 2022. Penelitian menggunakan 60 responden sebagai

subjek untuk mengisi skala. Subjek yang terlibat dalam uji coba merupakan

Remaja usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin.

Berikut ini merupakan hasil seleksi item dari kedua variabel:

1) Hasil Uji Daya Beda Item Skala Kesepian

Skala kesepian memiliki 3 aspek yang terdiri dari 60 item dengan 40 item

lolos. Aspek-aspek tersebut adalah personality yang terdiri dari 13 item lolos dan

7 item gugur, social desirability yang terdiri dari 15 item lolos dan 5 item gugur,

dan depression loneliness yang terdiri dari 12 item lolos dan 8 item gugur. Total

pengeliminasi item oleh peneliti sebanyak 20 item. Item-item yang lolos

36
berdasarkan beda daya item dengan nilai ≥ 0,300 yaitu berkisar dari rentang 0,347

- 0,634. 40 item yang lolos daya beda item yaitu nomor 3, 4, 5, 7, 9, 13, 14, 16,

17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 35, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46,

47, 48, 50, 51, 53, 55, 56, 58, 59, 60

Tabel 3.3 Sebaran Item Lolos dan Gugur Seleksi Daya Beda Item Skala Kesepian

Nomor Item Jumlah Jumlah


No. Aspek Favorable Unfavorable Item Item
Lolos Gugur Lolos Gugur Lolos Gugur
7, 20, 31,
13, 14, 25, 1, 2, 37,
1. Personality 32, 43, 44, 8, 19 13 7
26, 50 38, 49
55, 56
3, 4, 16, 9, 21, 22,
Social 10, 34,
2. 27, 28, 39, 15, 52 33, 45, 46, 15 5
desirability 57
40, 51 58
Depression 5, 17, 18, 6, 30, 42, 24, 35, 47, 11, 12,
3. 12 8
loneliness 29, 41, 53 54 48, 59, 60 23, 36
Total 19 11 21 9 40 20

Berdasarkan hasil seleksi uji daya diskriminasi item maka blue print skala

kesepian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Blue Print Skala Kesepian Setelah Uji Daya Diskriminasi Item

Nomor Item Jumlah


No. Aspek Indikator
Favorable Unfavorable Item
- Perasaan kurang 7 (4), 31 (20),
percaya terhadap 13 (6), 25 (15)
43 (27), 55 (36)
orang lain
1. Personality - Perasaan berlebihan 13
akan ketakutan 14 (7), 26 (16),
20 (11), 32 (21),
terhadap orang lain 50 (33)
44 (28), 56 (37)
- Perasaan tidak 3 (1), 27 (17), 9 (5), 21 (12),
mampu menjalin 39 (24), 51 (34) 33 (22), 45 (29)
hubungan
Social
2. interpersonal 15
desirability
- Merasa kurang
diterima di 4 (2), 16 (8), 28 22 (13), 46 (30),
lingkungan sosial (18), 40 (25) 58 (38)
- Tidak bersemangat 5 (3), 17 (9), 29 35 (23), 47 (31),
menjalani kehidupan (19), 41 (26), 53 59 (39)
Depression
3. - Merasa diri sendiri (35) 12
loneliness
tidak berharga 24 (14), 48 (32),
18 (10) 60 (40)
TOTAL 40

37
2) Hasil Uji Daya Beda Item Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik

Skala kesepian memiliki 7 aspek yang terdiri dari 84 item dengan 57 item

lolos. Aspek-aspek tersebut adalah authority yang terdiri dari 8 item lolos dan 4

item gugur, self-sufficiency yang terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur,

superiority yang terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur, exhibitionism yang

terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur, exploitativeness yang terdiri dari 8 item

lolos dan 4 item gugur, vanity yang terdiri dari 9 item lolos dan 3 item gugur dan

entitlement yang terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur. Total pengeliminasi

item oleh peneliti sebanyak 27 item. Item-item yang lolos berdasarkan beda daya

item dengan nilai ≥ 0,300 bersikar dari rentang 0,302 - 0,7,98. 57 item yang lolos

daya item yaitu nomo 1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25,

26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 44, 47, 49, 50, 51, 54, 55, 56,

57, 58, 59, 61, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 73, 75, 77, 80, 81, 82, 83.

Tabel 3.5 Sebaran Item Lolos dan Gugur Seleksi Daya Beda Item
Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik
Nomor Item Jumlah Jumlah
No Aspek Favorable Unfavorable Item Item
Lolos Gugur Lolos Gugur Lolos Gugur
1, 2, 29, 16, 43,
1. Authority - 15, 44 8 4
30, 57, 58 71, 72
3, 4, 31, 17, 18, 45, 46,
2. Self-sufficiency 60 8 4
32, 59 73 74
5, 33, 34, 19, 20,
3. Superiority 6, 62 48, 76 8 4
61 47, 75
35, 36, 63, 21, 49,
4. Exhibitionism 7, 8 22,b78 8 4
64 50, 77
10, 37, 38, 24, 51, 23, 52,
5. Exploitativeness 9 8 4
65, 66 80 79
6. Vanity 11, 40, 67, 12, 39 25, 26, 53 9 3
68, 54, 81,

38
82
13, 14, 41, 27, 55,
7. Entitlement 42, 70 28, 84 8 4
69, 56, 83
Total 32 10 25 17 57 27

Berdasarkan hasil seleksi uji daya diskriminasi item maka blue print skala

kesepian adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik Setelah


Uji Daya Diskriminasi Item

No. Aspek Indikator Nomor Item Jumlah


Favorable Unfavorable Item
- Keinginan menjadi otoritas dalam
1, 29, 57 15
segala hal
1. Authority 8
- Keinginan untuk mempengaruhi
2, 30, 58 44
orang lain
- Percaya diri berlebihan 3, 31, 59 17, 73
2. Self-sufficiency - Keinginan untuk melebihi orang 8
lain 4, 32 18
- Merasa paling hebat 5, 33, 61 19, 47, 75
3. Superiority - Perasaan iri atas kelebihan orang 8
lain 34 20
- Keinginan untuk menjadi pusat
35, 63 21, 39, 77
perhatian
4. Exhibitionism 8
- Keinginan untuk mendapatkan
36, 64 50
pengahuan
- Eksploitasi hubungan pertemanan 37, 65 51
5. Exploitativeness - Perasaan kurang empati kepada 8
orang lain 10, 38, 66 24, 80
- Merendahkan orang lain (angkuh) 11, 67 25, 81
6. Vanity - Anti menerima kritikan 9
40, 68 26, 54, 82
- Membutuhkan perlakuan khusus
13, 41, 69 27, 55, 83
dari orang lain
7. Entitlement 8
- Keinginan untuk menjadi
14 56
prioritas
TOTAL 57

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability. Reliabilitas adalah tingkat

kepercayaan hasil suatu pengukuran. Reliabilitas diartikan sejauh mana hasil dari

suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas suatu alat dapat diketahui jika alat

tersebut mampu menunjukkan sejauh mana pengukurannya dapat memberikan

39
hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada objek yang sama

(Periantalo, 2015). Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan oleh

suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien korelasi

antara hasil ukur dari dua alat yang paralel berarti konsistensi antara keduanya

semakin baik. Biasanya koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0

sampai 1,00. Jika koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin

reliabel pengukuran tersebut (Periantalo, 2015). Uji reliabilitas menggunakan uji

reliabilitas Cronbach’s Alpha.

Dari uji reliabilitas dengan menggunakan software JASP (Jeffreys’s Amazing

Program) versi 0.14.0.0 for windows, skala kesepian dengan item 40 diperoleh

hasil skala kesepian 0,934 dan untuk skala kecenderungan perilaku narsistik

dengan item 57 diperoleh hasil skala kecenderungan perilaku narsistik 0,957.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesepian Dan Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik
Koefisien
No. Skala N of Item Keterangan
Cronbach-Alpha
1. Kesepian 0.934 40 Reliabel
Kecenderungan
2. 0,957 57 Reliabel
Perilaku Narsistik

d. Prosedur Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul Data

Prosedur pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan melalui dua tahap

pengujian, yaitu pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian secara

kualitatif merupakan pengujian validitas isi alat pengumpul data. Validitas isi

terdiri dari dua jenis yaitu validitas tampang dan validitas logis. Untuk memenuhi

validitas tampang, peneliti menyajikan alat pengumpul data semenarik mungkin

40
terkait instruksi dan informasi yang dimuat di dalam alat pengumpul data. Jenis

kedua dari validitas isi adalah validitas logis. Untuk memenuhi validitas logis,

peneliti memastikan apakah item-item yang disusun telah sesuai dengan

konstruk/variabel yang hendak diungkap (Periantalo, 2015).

Untuk memenuhi validitas logis, maka peneliti dapat melakukan beberapa

cara, yaitu item yang disusun oleh peneliti harus melakukan review oleh dosen

pembimbing skripsi. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah item yang telah

disusun sesuai dengan konstruk/variabel yang hendak diungkap. Pengujian

kuantitatif validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer software JASP (Jeffreys’s Amazing Program)

versi 0.16.0.0 for windows.

E. Analisis Data

Untuk mengetahui prediksi perubahan nilai pada variabel terikat berdasarkan

perubahan nilai pada variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan analisis

regresi linear sederhana. Sebelum melakukan uji analisis data maka dilakukan uji

prasyarat sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistibusi

normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji statistik Kolmogorov

Smirnov dengan aturan yang digunakan bahwa apabila nilai signifikansi

> 0,05 maka dapat dikatakan data berdistribusi normal, sebaliknya jika

signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal

41
(Azwar, 2021).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah kesepian (X) dan

kecenderungan perilaku narsistik (Y) memiliki hubungan linear. Uji linearitas

dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan bantuan aplikasi

JASP (Jeffreys’s Amazing Statistics Program) versi 0.14 for Windows dengan

melihat nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 aka

dapat dikatakan bahwa kedua variabel penelitian yakni variabel X dan

variabel Y memiliki hubungan yang linear (Periantalo, 2019).

c. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik. Untuk menguji korelasi

kedua variabel dalam penelitian ini akan digunakan teknik korelasi Product

Moment Pearson. (Sugiyono, 2019).

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja di Kota Banjarmasin yang berusia

15-18 tahun. Adapun gambaran karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Karakteristik Jumlah Persentase


Laki-laki 129 37,4%
Jenis Kelamin Perempuan 217 62,6%
TOTAL 346 100%
15 116 33,6%
16 155 44,5%
Usia 17 32 9,2%
18 43 12,6%
TOTAL 346 100%
Facebook 44 12,6%
Instagram 285 81,9%
Twitter 93 26,7%
Media sosial yang
TikTok 211 60,6%
sering digunakan
WhatsApp 306 87,9%
Youtube 212 60,9%
Lainnya 16 4,7%
0-2 jam 31 9%
Lamanya mengakses 3-4 jam 86 24,9%
media sosial dalam 5-6 jam 86 24,9%
sehari > 6 jam 143 41,3%
TOTAL 346 100%

Berdasarkan tabel diatas, hasil yang diperoleh dari jumlah total responden

yaitu 346 remaja. Dalam penelitian ini didominasi oleh responden berjenis

kelamin perempuan yaitu terdapat 217 remaja dengan persentase 62,6% dan 129

remaja berjenis kelamin laki laki dengan persentase 37,4%. Adapun hasil yang

diperoleh berdasarkan usia dari jumlah total responden yaitu 346 remaja di kota

Banjarmasin terdapat 116 remaja usia 15 tahun dengan persentase 33,6%, 155

43
remaja usia 16 tahun dengan persentase 44,5%, 32 remaja usia 17 tahun dengan

persentase 9,2% dan 43 remaja usia 18 tahun dengan persentasi 12,6%.

Berdasarkan karakteristik media sosial yang sering digunakan, hasil yang

diperoleh dari data tersebut, sebanyak 44 remaja dengan persentase 12,6%

menggunakan facebook, 285 remaja dengan persentase 81,9% menggunakan

instagram, 93 remaja dengan persentase 26,7% menggunakan twitter, 211 remaja

dengan persentase 60,6% menggunakan TikTok, 306 remaja dengan persentase

87,9% menggunakan WhatsApp, 212 remaja dengan persentase 60,9%

menggunakan Youtube dan 16 remaja dengan persentase 4,7% menggunakan

media sosial lainnya.

Berdasarkan karakteristik lamanya mengakses media sosial dalam sehari,

hasil yang diperoleh dari data tersebut, dari jumlah total responden yaitu 346

remaja yang sangat bervariasi. Durasi 0-2 jam dalam sehari sebanyak 31 remaja

dengan persentase 9%, durasi 3-4 jam dalam sehari sebanyak 86 remaja dengan

persentase 24,9%, durasi 5-6 jam dalam sehari sebanyak 86 remaja dengan

persentase 24,9% dan durasi lebih dari 6 jam dalam sehari sebanyak 143 remaja

dengan persentase 41,3%.

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari bulan Maret 2022 sampai

April 2022. Peneliti mulai menyebarkan skala kesepian dan kecenderungan

perilaku narsistik kepada remaja usia 15-18 yang ada di Kota Banjarmasin.

44
Pengambilan data penelitian dilakukan selama 23 hari dari tanggal 30 Maret 2022

sampai 21 April 2022.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 346 subjek berdasarkan kriteria penelitian yang

sudah ditetapkan oleh peneliti yaitu remaja usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin.

3. Prosedur dan Administrasi Pengambilan Data

Hal pertama yang dilakukan untuk pengambilan data adalah mempersiapkan

alat ukur yang digunakan oleh peneliti, dalam penelitian terdapat dua alat ukur

yang digunakan yaitu skala kesepian dan skala kecenderungan perilaku narsistik.

Skala kesepian dalam penelitian ini mengacu 3 aspek yaitu personality, social

desirability, dan depression. Skala kecenderungan perilaku naristik mengacu pada

7 aspek yaitu authority, self-sufficiency, superiority, exhibitionism,

exploitativeness, vanity dan entitlement. Kedua skala tersebut terdiri dari 144 item.

Peneliti menggunakan bantuan software JASP (Jeffreys’s Amazing Statistics

Program) versi 0.16 for Windows untuk menguji uji daya beda item dan

reliabilitas.

Tahap pertama adalah proses pengambilan data try out. Pada penelitian ini try

out dilakukan secara online melalui Google Form, sehingga mekanisme

pengerjaan dan kesediaan responden sudah dijekaskan secara rinci pada link

berikut: https://forms.gle/fbs3EgopjhL7NbDaA yang disebarkan melalui media

sosial peneliti. Jumlah subjek dalam try out ini adalah sebanyak 60 responden,

yang dilaksanakan selama 8 hari, pada tanggal 21 Februari 2022 sampai 28

Fabruari 2022.

45
Setelah selesai melakukan pengambilan data try out, tahap kedua adalah

melakukan pengambilan data penelitian. Item yang digunakan dalam pengambilan

data terdiri dari 97 item (item akhir serelah seleksi item). Proses pengambilan data

penelitian ini dilakukan secara online melalui melalui link yang dibagikan di

media sosial peneliti. Penelitian dilakukan di kota Banjarmasin dengan

membagikan skala kepada para subjek penelitian melalui Google Form yang

diakses pada link berikut: https://forms.gle/QPRspKpxPNiR5RDW7 yang

disebarkan melalui media sosial peneliti. Jumlah responden dalam pengambilan

data ini adalah 346 subjek, selama 23 hari dimulai dari tanggal 30 Maret 2022

sampai 21 April 2022.

4. Hambatan dan Keterbatasan Peneliti

Adapun hambatan dalam penelitian adalah dalam proses pengambilan data

peneliti mendapatkan respon yang lambat dari responden sehingga mengulur

waktu yang lumayan panjang, tetapi peneliti mengupayakan untuk selalu

memfollow up responden setelah mengirimkan link penelitian.

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Data Deskriptif

Pada bagian ini akan dijelaskan data deskriptif dari variabel Kesepian

(independent variable) dan variable Kecenderungan Perilaku Narsistik (dependent

variable). Data yang digunakan dari penelitian ini berdasarkan data dari 350

responden yang merupakan remaja di kota Banjarmasin. Deskripsi data penelitian

menggunakan data hipotetik, lalu melakukan kategorisasi ke dalam tiga

46
kategorisasi. Deskripsi data penelitian berdasarkan kategorisasi dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian

Data Hipotetik
Variabel
Min Max Mean SD
Kesepian 40 200 120 27
Kecenderungan Perilaku Narsistik 57 285 171 38

Dari nilai skala yang di atas, selanjutnya dikategorisasikan ke dalam tiga

kategori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi. Dilakukannya kategori ini bertujuan

untuk menempatkan individu ke dalam kelompok yang berbeda berdasarkan

nilainya. Kategorisasi skala dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.3 Rumusan Norma Kategorisasi

Kategori Kriteria Kategorisasi


Rendah X < M - 1SD
Sedang M - 1SD ≤ X < M + 1SD
Tinggi M + 1SD <= X

Berdasarkan kriteria kategorisasi yang telah ditulis, kemudian seluruh

responden dikelompokkan ke dalam tiga kategori pada masing-masing variabel.

Kategorisasi responden penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kategorisasi Skala Kesepian

Distribusi frekuensi skala Kesepian sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skala Kesepian

Kategori Skor ⅀Subjek Persentase


Rendah X < 93 65 19%
Sedang 93 ≤ X < 147 277 80%
Tinggi X ≥ 147 4 1%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui apabila subjek penelitian

mempunyai skor kurang dari 93 maka subjek memiliki kesepian dalam kriteria

rendah. Subjek penelitian yang mempunyai skor 93 sampai dengan 147 maka

47
subjek memiliki kesepian dalam kriteria sedang. Subjek penelitian yang

memperoleh skor lebih dari 147 maka subjek penelitian memiliki kesepian

dalam kategori tinggi.

Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yang

memiliki kesepian masuk dalam kategori sedang sebesar 80% atau 277 remaja.

Subjek yang memiliki kesepian dengan kategori rendah sebesar 19% atau 65

remaja dan subjek yang memiliki kesepian dengan kategori tinggi sebesar 1%

atau 4 remaja.

b. Kategorisasi Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik

Distribusi frekuensi skala kecenderungan perilaku narsistik sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik

Kategori Skor ⅀Subjek Persentase


Rendah X < 133 80 23%
Sedang 133 ≤ X < 209 265 76%
Tinggi X ≥ 209 1 1%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui apabila subjek penelitian

mempunyai skor kurang dari 133 maka subjek memiliki kecenderungan

perilaku narsistik dalam kriteria rendah. Subjek penelitian yang mempunyai

skor 133 sampai dengan 209 maka subjek memiliki kecenderungan perilaku

narsistik dalam kriteria sedang. Subjek penelitian yang memperoleh skor lebih

dari 209 maka subjek penelitian memiliki kecenderungan perilaku narsistik

dalam kategori tinggi.

Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yang

memiliki kecenderungan perilaku narsistik masuk dalam kategori sedang

sebesar 76% atau 265 remaja. Subjek yang memiliki kecenderungan perilaku

48
narsistik dengan kategori rendah sebesar 23% atau 80 remaja dan subjek yang

memiliki kecenderungan perilaku narsistik dengan kategori tinggi sebesar 1%

atau 1 remaja.

2. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Menurut Mayers (2013), untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal

atau tidak dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu visualisasi data, pengujian

statistik dan menghitung Z-skor (terbesar dan terkecil). Adapun dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan pengujian statistik untuk pengecekan normalisasi data.

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengecekan yaitu dengan

Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Pengujian statistik yang digunakan

peneliti adalah Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikasi > 0.05 maka dapat

dikatakan data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikasi < 0,05 berarti

data yang diuji tidak berdistribudi normal (Mayers, 2013). Berdasarkan pengujian

secara statistik dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, variabel yang diteliti

berdistribusi normal. Adapun tabel dari uji normalitas pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova
Variabel
Sig.
Kesepian .198
Kecenderungan Perilaku Narsistik .200*

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai signifikasi dari variabel X

(kesepian) diperoleh nilai sebesar 0.198 dan dari variabel Y (kecenderungan

perilaku narsistik) diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,200, yang berarti bahwa

49
sebaran data dari kedua variabel berdistribusi normal dengan signifikasi lebih dari

0.05 (sig. > 0,05).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai

hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Uji linearitas ini merupakan

syarat atau asumsi sebelum dilakukannya analisis regresi linear. Apabila nilai

signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel

penelitian yakni variabel X dan variabel Y memiliki hubungan yang linear

(Periantalo, 2019). Berikut hasil uji linearitas kedua variabel:

Tabel 4.7 : Hasil Uji Linearity (Anova Tabel)

Kesepian*Kecenderungan Perilaku Narsistik Sig.


Linearity 0.007

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai siginifikansi yang

didapat adalah sebesar 0.007 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang linear secara signifikan antara Variabel X (kesepian) dan Variabel

Y (kecenderungan perilaku narsistik).

c. Uji Korelasi

Uji korelasi pada penelitian ini untuk menguji dan membuktikan secara

statistik ada tidaknya hubungan antara kesepian dengan kecenderungan perilaku

narsistik menggunakan analisis korelasi product moment dengan bantuan sofware

JASP (Jeffreys’s Amazing Statistics Program) versi 0.16 for Windows. Kedua

variabel dinyatakan memiliki hubungan jika taraf signifikansinya p < 0,05

(Azwar, 2018). Di bawah ini adalah hasil uji korelasi yang menggunakan analisis

korelasi product moment:

50
Tabel 4.8: Hasil Uji Korelasi
Kecenderungan
Variabel Kesepian Sig
Perilaku Narsistik
Kesepian 1 -.142 .008
Kecenderungan Perilaku Narsistik -.142 1 .008

Berdasarkan hasil uji korelasi hipotesis yang telah dilakukan, menghasilkan

nilai koefisien korelasi sebesar -0,142 dan nilai signifikansi 0,008 < 0,05 (r = -

0,128 p < 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat korelasi negatif antara kesepian

dengan kecenderungan perilaku narsistik.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi

linear sederhana. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peranan

kesepian terhadap kecenderungan perilaku narsistik pada remaja. Analisis regresi

linier sederhana adalah penilaian yang didalamnya terdapat ketergantungan antara

variabel yang satu dengan variabel lainnya. Kedua variabel memiliki hubungan

kasual atau mempunyai hubungan sebab akibat, yaitu saling berpengaruh

(Periantalo, 2015). Tabel uji hipotesis regresi dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.9 : Hasil Uji Model Summary

Model Summary
Model R R² Adjusted R² RMSE
H₁ 0.142 0.020 0.017 19.865

Tabel 4.10 : Hasil ANOVA

ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F P
H₁ Regression 2278.131 1 2278.131 7.040 0.008
Residual 135754.054 344 394.634
Total 138532.185 345
 

51
Tabel 4.11 : Hasil Uji Coefficients

Model Unstandardized Standard Error Standardized T P


H₁ (Intercept) 165.682 7.066 22.449 < .001
Kesepian -0.174 0.065 -0.142 -2.653 0.008

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa variabel bebas (kesepian) dapat

memprediksi variabel terikat (kecenderungan perilaku narsistik) dengan

signifikan, dimana kesepian menjelaskan variasi kecenderungan perilaku narsistik

sebesar 2% (R2 = 0,020; F(1,344) = 7.040; p < 0,008). Dengan demikian, maka

hipotesis peneliti yang berbunyi ada peranan kesepian terhadap kecenderungan

perilaku narsistik diterima. Kemudian dapat dibuat garis persamaan regresi

sebagai berikut:

Kecenderungan Perilaku Narsistik = (-0,174) Kesepian + 165.682

Garis persamaan regresi ini menyatakan bahwa jika seseorang subjek tidak

memiliki kesepian maka skor kecenderungan perilaku narsistik adalah 165.682.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peranan kesepian

terhadap kecenderungan perilaku narsistik pada remaja pengguna media sosial.

Penelitian ini melibatkan 346 remaja usia 15-18 di kota Banjarmasin. Hipotesis

yang diajukan oleh peneliti adalah adanya peranan kesepian terhadap

kecenderungan perilaku narsistik pada remaja pengguna media sosial. Hasil

pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kesepian dapat memprediksi

kecenderungan perilaku narsistik dengan signifikan sebesar 2% (R2=0,020;

F(1,344) = 7.040; p < 0,008). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang

52
diajukan oleh peneliti diterima yaitu adanya peranan kesepian terhadap

kecenderungan perilaku narsistik.

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa koefisien regresi bernilai

negatif yaitu sebesar -0,174. Koefisien bernilai negatif artinya adanya peranan

negatif antara kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik. Hasil penelitian

ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erlina (2015),

Sembiring (2017) dan Natasya (2021), bahwa terdapat hubungan negatif antara

kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik, sehingga semakin rendah

kesepian maka semakin tinggi kecenderungan perilaku kecenderungan perilaku

narsistik pada remaja di kota Banjarmasin, begitupun sebaliknya.

Hasil penelitian ini berbeda dengan kebanyakan temuan yang menyatakan

ada hubungan posistif antara kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik.

Hal tersebut dapat di jelaskan melalui dinamika peran kesepian terhadap

kecenderungan perilaku narsistik. Kecenderungan perilaku narsistik ditunjukkan

melalui aktivitas di media sosial. Individu yang memiliki kecenderungan perilaku

narsistik tinggi cenderung lebih aktif di situs jejaring media sosial untuk

menunjukkan dirinya agar disukai banyak orang, karena media sosial mampu

memfasilitasi individu membentuk dirinya sesuai dengan yang ia harapkan

(Mehdizadeh, 2010).

Sadikides dkk. (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi kecenderungan perilaku narsisistik adalah kesepian. Individu yang

mengalami kecenderungan perilaku narsistik biasanya banyak melakukan

aktivitas di media sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh individu

53
yang mengalami kesepian. Hasil riset yang dilakukan oleh Ryan & Xenos (dalam

Sembiring, 2017) individu yang merasa kesepian cenderung lebih banyak

menghabiskan waktunya di media sosial. Individu yang mengalami kesepian

memiliki kecenderungan yang tinggi untuk melakukan aktivitas di media sosial.

Mereka merasa dapat mengekspresikan dirinya lebih baik di media sosial daripada

didunia nyata. Sehingga individu yang mengalami kesepian berpotensi mengalami

kecenderungan perilaku narsistik (Kim & Peng, 2009).

Tetapi pada kenyataannya hasil penelitian ini berkorelasi sebaliknya, hasil ini

dapat di tinjau dari sudut pandang waktu pengambilan data di masa new normal.

Semua orang beraktivitas dengan normal, namun masih terpaku dengan kebiasaan

sebelumnya yang dilakukan secara online sehingga intensitas penggunaan internet

semakin tinggi dengan persentase 73,7% (APJII, 2021). Zaman sekarang

kecenderungan perilaku narsistik seperti mengupload foto maupun video aktivitas

yang dilakukan sehari-hari di media sosial dipandang sebagai hal yang lumrah di

masyarakat. Hal tersebut berarti intensitas penggunaan internet yang tinggi tidak

tentu menunjukkan bahwa seseorang mengalami kesepian.

Menurut Nurdiana, (2018) seseorang dengan kecenderungan perilaku

narsistik menggunakan aktivitas menggunggah foto maupun video kesehariannya

sebagai sarana untuk menutupi hal-hal negatif dalam dirinya dengan cara

melakukan tindakan untuk meningkatkan citra dirinya dengan cara menunjukkan

kelebihan dirinya sendiri, kemampuan yang dimiliki, serta mengharapkan balasan

berupa pujian, dan sesuatu yang berhubungan dengan penerimaan diri dan

penghormatan orang tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi

54
kesepian terhadap kecenderungan narsisitk sebesar 2%, sehingga sisanya

menunjukkan bahwa kecenderungan perilaku narsistik pada pengguna media

sosial dipengaruhi oleh faktor lain selain kesepian.

Raskin & Terry (1988) mendefinisikan bahwa kecenderungan perilaku

narsistik sebagai kekaguman diri yang ditandai dengan kecenderungan terhadap

ide-ide muluk, bakat fantasi, eksibisionisme, dan pembelaan diri dalam

menanggapi kritik; hubungan interpersonal yang dicirikan oleh perasaan berhak,

eksploitatif, dan kurangnya empati. Dampak negatif dari kecenderungan perilaku

narsistik adalah gangguan relasi yang buruk dengan orang lain (Hardika, dkk.,

2019). Orang yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik juga berpotensi

mengalami depresi dan kecemasan (Miller et al., 2010). Dari hasil pengkategorian

data penelitian, pada variabel kecenderungan perilaku narsistik menunjukkan

bahwa 23% (80 remaja) usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin memiliki kesepian

pada kategori rendah, 76% (265 remaja) dalam kategori sedang dan 1 remaja (1%)

pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja usia 15-18 tahun di kota

Banjarmasin memiliki kesepian dalam kategori sedang dengan persentasi 76%.

Russell (1996) menjelaskan bahwa kesepian merupakan pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan perasaan kekosongan,

kecanggungan, dan kebosanan. Seseorang yang kesepian sering mengalami

perasaan depresi, tidak bahagia, kurang puas dengan hubungan sosialnya, dan

merasa penampilannya kurang menarik jika dibandingkan dengan orang lain. Dari

hasil pengkategorian data penelitian, pada variabel kesepian menunjukkan bahwa

19% (65 remaja) usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin memiliki kesepian pada

55
kategori rendah, 80% (277 remaja) dalam kategori sedang dan 4 remaja (1%) pada

kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja usia 15-18 tahun di kota

Banjarmasin memiliki kesepian dalam kategori sedang dengan persentasi 80%.

56
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh

peneliti dengan judul “Peran Kesepian Terhadap Kecenderungan Perilaku

Narsistik Pada Remaja Pengguna Media Sosial” yang melibatkan 346 remaja usia

15-18 tahun di Kota Banjarmasin. Maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti

diterima yaitu adanya peranan kesepian terhadap kecenderungan perilaku narsistik

pada remaja pengguna media sosial.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan peneliti yaitu

sebagai berikut:

1. Teoritis

Peneliti berharap penelitian berikutnya dapat mengembangkan dan

memperdalam penelitian yang terdapat dalam penelitian ini, sehingga penelitian

selanjutnya bisa menjadi acuan yang lebih sempurna lagi dari penelitian ini

terutama dalam bidang keilmuan psikologi sosial dan klinis yang membahas

tentang kesepian terhadap kecenderungan perilaku narsistik pada remaja.

57
2. Praktis

a. Bagi Subjek Penelitian

Remaja pengguna media sosial dapat terus menggunakan media sosial

secara lebih positif, dapat memilah konten apa saja yang pantas untuk

dibagikan kepada khalayak umum, menyaring informasi yang didapatkan dari

berbagai media sosial, serta bisa saling menghormati dan menghargai para

pengguna media sosial yang lain dengan menghindari memberikan komentar

negatif di media sosial yang dapat menyinggung perasaan orang lain.

b. Bagi Orang Tua

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui tingkat kesepian dan

kecenderungan perilaku narsistik berada pada tingkat kategori sedang

sehingga diperlukan pengawasan orang tua dalam penggunaan media sosial

dan memberikan edukasi tentang kesepian dan kecenderungan perilaku

narsisitik. Orang tua disarankan untuk dapat menjaga hubungan komunikasi

agar subjek mendapatkan hubungan sosial yang baik dilingkungan keluarga

maupun pertemanan.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya meneliti dengan 1 faktor saja, yaitu faktor kesepian

yang hanya berkontribusi sebesar 2% terhadap kecenderungan perilaku

narsistik. Selain kesepian masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

kecenderungan perilaku narsistik._Peneliti selanjutnya bisa mengambil

referensi-referensi yang lebih baru lagi mengenai teori kesepian dan

kecenderungan perilaku narsistik yang menurut peneliti masih terbatas.

58
DAFTAR PUSTAKA

Aljawiy, A. Y & Mukhlason, A. (2012). Jejaring Sosial dan Dampak Bagi


Penggunanya. Teknologi: Jurnal Ilmiah Sistem Informasi, 1(1)

American Psychiatric Association. (2013). The Diagnostic and Statistical Manual


of Mental Disorder Fifth Edition (DSM-V). Washington DC: American
Psychiatric Publishing

APJII. (2015). Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Jakarta Puskakom UI

APJII. (2017). Hasil Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. https://apjii.or.id/survei

APJII. (2020). Laporan Survei Internet APJII 2019-2020. Asosiasi Penyelenggara


Jasa Internet Indonesia. https://apjii.or.id/survei

Aprilia, R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat kecanduan media sosial
pada remaja. Journal of Nursing Care, 3(1)

Apsari, F. (2012). Hubungan Antara Kecenderungan Narsisme Dengan Minat


Membeli Kosmetik Merek Asing Pada Pria Metroseksual. Talenta Psikologi,
1(2), 183-202

Aqilah, T.M. (2021). Hubungan Kesepian Dengan Kecenderungan Perilaku


Narsisme Siswa Pengguna Instagram Pada Masa Pandemi Covid-19 Di
Madrasah Aliyah Negeri Kota Batu. (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim).

Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi Edisi II. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Azwar, S. (2021). Penyusunan Skala Psikologi Edisi II. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Bernard, S. (2013). Loneliness and social isolation among older people in North
Yorkshire. Social Policy Research Unit. University of York: York

Caplan, S. E. (2003). Preference For Online Social Interaction: A Theory of


Problematic Internet Use and Psychosocial Well-being. Communication
Research, 30(6), 625-648. https://doi.org/10.1177/009365020325784

Coşan, D. (2014). An evaluation of loneliness. The European Proceedings of


Social & Behavioural Sciences, 1, 103-110

Davidson, Gerald C., John M.N., & Ann M. Kring. (2014). Psikologi Abnormal.
Edisi ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

59
Dayakisni, T & Hudaniah. (2015). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press

Dewi, C. G., & Ibrahim, Y. (2019). Hubungan Self-Esteem (Harga Diri) Dengan
Perilaku Narsisme Pengguna Media Sosial Instagram Pada Siswa SMA.
Jurnal Neo Konseling, 1(2)

Djunu, A. (2016). Pemanfaatan Fitur Internet Pada Smartphone Oleh Masyarakat


(Studi Pada Ibu-Ibu Rumah Tangga Kelurahan Tidore Kecamatan Tahuna
Timur). Acta Diurna Komunikasi, 5(5)

Durand, M.V & Barlow, H. D. (2007). Psikologi abnormal. Jakarta: Penerbit.


Pustaka belajar

Engkus, dkk. (2017). Perilaku Narsis Pada Media Sosial Di Kalangan Remaja Dan
Upaya Penanggulangannya. Jurnal Penelitian Komunikasi, 20(2)

Fauziawati, W. (2015). Upaya Mereduksi Kebiasaan Bermain Game Online


Melalui Teknik Diskusi Kelompok. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan
Dan Konseling, 4(2), 115-123

Hardika, Jelang., dkk. (2019). Hubungan Self-Esteem Dan Kesepian Dengan


Kecenderungan Gangguan Kepribadian Narsistik Pada Remaja Pengguna
Sosial Media Instagram. Psikosains, 14(1)

Jazilah, N & Kamsih, A. (2017). Hubungan Antara Kesepian Dengan Ciri-Ciri


Narsistik Pada Pelaku Selfie Di Media Sosial. Naskah Publikasi, Prodi
Psikologi. Universitas mercu Buana Yogyakarta

Juwita, E. P., Budimansyah, D., & Nurbayani, S. (2015). Peran media sosial
terhadap gaya hidup siswa. SOSIETAS, 5(1)

Kim, J., LaRose, R., & Peng, W. (2009). Therelationship between internet use and
psychological well-being. Rapid Communication, 12, 451-452

Kristanto, S. (2012). Tingkat kecenderungan narsistik pengguna facebook.


Journal of social and industrial psychology, 1(1).

Liang, Shania (2021). Kecenderungan Perilaku Narsistik Dengan Intensitas


Penggunaan Media Sosial Instagram. Jurnal Experentia, 9(1)

Mazman, S. G. & Usluel, Y. K. (2011). Gender differences in using social


networks. TOJET: The Turkish Online Journal of Educationa echnology, 10,
133-137

Mehdizadeh, S. (2010). Self-Presentation 2.0: Narcissism and Self-Esteem on


Facebook. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 13(4), 357-
364

35
Miller, J. D., Widiger, T. A., & Campbell, W. K. (2010). Narcissistic personality
disorder and the DSM-V. Journal of Abnormal Psychology, 119(4), 640

Mim, F.N., Islam, M.A., & Paul, G.K. (2018). Impact Of The Use Of Social
Media On Students’ Academic Performance And Behavior Change.
International Journal of Statistics and Applied Mathematics, 3(1), 299–302

Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial (Edisi ke-10, Buku ke-2). Jakarta: Salemba
Humanika

Oguz, E., & Cakir, O. (2014). Relationship between the levels of loneliness and
internet addiction. The Anthropologist, 18(1), 183-189

Periantalo, J. (2015). Penyusunan Skala Psikilogi: Asyik, Mudah & Bermanfaat.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Periantalo, J. (2016). Penelitian Kuantitatif untuk Psikilogi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Putri, L. H., & Isrofins, B. (2021). Perilaku Narsisme dan Harga Diri Terhadap
Penggunaan Media Sosial Tiktok Pada Siswa SMA. Empati-Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 8(1), 49-73

Rahman, T. G., & Ilyas, A. (2019). Perilaku Narsistik Pengguna Media Sosial di
Kalangan Mahasiswa dan Implikasi dalam Layanan Bimbingan Dan
Konseling. E-Journal Pembelajaran Inovasi, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 7(4), 1-8

Raskin, R & Terry, H. (1988). A Principal-Components Analysis of the


Narcissistic Personality Inventory and Further Evidence of Its Construct
Validity. Journal of Personality and Social Psychology, 54(5), 890-902

Russell, D.W. (1996). UCLA Loneliness Scale Version -3: Reliability, Validity,
and Factor Structure. Journal of Personality Assessment. 20-40

Sadikides, C., dkk. (2004). Are normal narcissists psychologically healthy. Self-
esteem matters. Journal of Personality and Social Psychology, 87, 400–416

Sadikides, C., Gregg, A. P., Rudich, E. A., Kumashiro, M., & Rusbult, C. (2004).
Are normal narcissists psychologically healthy. Self-esteem matters. Journal
of Personality and Social Psychology, 87, 400–416

Sakinah, U., Zatrahadi, M. F., & Darmawati, D. (2019). Fenomena Narsistik di


Media Sosial Sebagai Bentuk Pengakuan Diri. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, 2(1), 34-43.

36
Santi, Novi Nitya. (2017). Dampak Kecenderungan Narsiscisme Terhadap Self
Esteem Pada Pengguna Facebook Mahasiswa PGSD UNP. Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran, 5(1)

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak (Edisi Kesebelas). Jakarta: Erlangga

Sarwono, S.W. (2011). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sembiring, K. D. R. (2017). Hubungan Antara Kesepian Dan Kecenderungan


Narsistik Pada Pengguna Jejaring Sosial Media Instagram. Jurnal Psikologi,
16(2), 147-154

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Wardayanti, F. (2019). Hubungan Antara Kesepian Dengan Problematic Internet


Use Pada Mahasiswa Pengguna Facebook. (Skripsi, Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel. Surabaya)

Widiantari, K. S., & Herdiyanto, Y. K. (2013). Perbedaan Intensitas Komunikasi


Melalui Jejaring Sosial Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert
Pada Remaja. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 106-115

Widyastuti, F. (2017). Perbedan Tingkat Kecenderungan Narsistik Pada Siswa


Introvert Dan Ekstrovert Di Sma Piri 1 Yogyakarta. Jurnal Riset Mahasiswa
Bimbingan Dan Konseling, 3(3), 273-283

37

Anda mungkin juga menyukai