Oleh
Mardaniah 1873201110017
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Sebagaian Syarat
Untuk Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Oleh
Mardaniah 1873201110017
i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Penguji 1 Penguji 2
Mengetahui
Dekan Fakultas Psikologi Kaprodi S1 Psikologi
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi ini yang berjudul “Peran Kesepian
Terhadap Kecenderungan Perilaku Narsistik Pada Remaja Pengguna Media
Sosial” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
saya sendiri
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa Proposal Skripsi
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi dari perbuatan
tersebut.
Mardaniah
NPM. 1873201110017
iii
KATA PENGANTAR
iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga
proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua serta bisa
dikembangkan lagi lebih lanjut. Aamiin yaa rabbal ‘alamin
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Mardaniah
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... ix
BAB I - PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7
BAB II - PEMBAHASAN.............................................................................. 9
A. Kecenderungan Perilaku Narsistik..................................................... 9
B. Kesepian............................................................................................. 14
C. Dinamika Hubungan Antara Kesepian dengan Kecenderungan Perilaku
Narsistik.............................................................................................. 18
D. Landasan Teori................................................................................... 20
BAB III - METODE PENELITIAN............................................................. 22
A. Desain Penelitian................................................................................ 22
B. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel......................................... 22
C. Subjek dan Tempat Penelitian............................................................ 23
D. Teknik Pengumpulan Data................................................................. 23
E. Analisis Data....................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 30
LAMPIRAN.................................................................................................... 34
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
informasi dan komunikasi (Dewi, 2019). Teknologi ini membantu manusia untuk
keinginan mereka. Saat ini kebanyakan orang dengan mudah melihat video,
film, dan lain sebagainya hanya lewat genggaman. Berdasarkan data survei dari
penetrasi internet di Indonesia yang digunakan oleh 196,71 Juta jiwa dari total
populasi penduduk Indonesia yang berjumlah 266,91 juta jiwa dengan persentase
sebesar 73,7% dari keseluruhan masyarakat di Indonesia tahun 2020. Internet pun
kini dilengkapi dengan fitur-fitur terbaru yang tidak hanya dapat digunakan untuk
berkomunikasi namun juga dapat digunakan untuk mencari hiburan dan mencari
informasi yang dibutuhkan. Fitur tersebut kini disebut dengan media sosial
(Djunu, 2016). Media sosial menjadi urutan pertama dengan persentase 51,5 %
2
berkomunikasi, interaksi, saling berkirim pesan (chatting), saling berbagi
Media sosial memiliki banyak variasi diantaranya seperti twitter, facebook, line,
aplikasi media sosial mempunyai keunikan dan fasilitas yang berbeda antara satu
sama lain (Engkus, 2017). Media sosial yang paling populer dikalangan remaja
Usia merupakan salah satu penentu yang kuat dari frekuensi dan kualitas
penggunaan jejaring sosial media (Sembiring, 2017). Grant (dalam Mazman &
Uzluel, 2011) mengatakan bahwa jejaring sosial media sebagian besar digunakan
oleh remaja dan dewasa awal. Menurut Survei yang dilakukan APJJI (2017),
kelompok remaja dengan usia 13-18 tahun mengalami peningkatan yang paling
tinggi dalam penggunaan dengan persentase 75,50%. Selain itu, hasil survei
APJII tahun 2017 menunjukkan penetrasi pengguna internet pada usia 15-19
dari kanak-kanak menuju dewasa dengan berbagai perubahan baik secara biologis,
pada remaja adalah adanya keinginan untuk selalu bersama teman sebayanya.
Selain itu, fase remaja juga merupakan fase pencarian identitas diri, dimana pada
fase ini remaja sangat membutuhkan peran teman sebaya karena belum mampu
terhadap berbagai hal yang belum diketahuinya (Sarwono, 2011). Salah satunya
3
remaja menggunakan media sosial untuk memenuhi keingintahuan terhadap
berbagai hal yang terdapat di media sosial dan juga karena media sosial sedang
bahwa semakin aktif dirinya di media sosial, maka mereka akan semakin
dianggap keren dan gaul serta remaja yang tidak memiliki media sosial biasanya
dianggap kurang gaul atau ketinggalan zaman (Suryani dalam Aprilia 2020).
komunikasi serta arus informasi yang semakin cepat (Juwita, 2015). Media sosial
memberikan banyak kemudahan bagi remaja, seperti sebagai media sosialisasi dan
komunikasi dengan teman, keluarga ataupun guru. Menjadi media diskusi terkait
secara online (Aprilia, 2020). Media sosial memang memberikan banyak dampak
positif bagi remaja, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan
penggunaan media sosial. Jika remaja tidak mampu dalam mengontrolnya, maka
media sosial, sehingga mereka rela menghabiskan waktu yang lama hanya untuk
tersebut dapat mengakibatkan dampak negatif yang akan dialami remaja. Media
sosial membuat remaja menjadi acuh dengan tanggung jawabnya sebagai pelajar
4
waktu belajar berkurang dan prestasi di sekolah mengalami penurunan yang
menggunakan teknik wawancara pada subjek RF, SRB, dan DVV pada remaja di
kota Banjarmasin, bahwa terdapat dampak negatif dari penggunaan media sosial
bagi remaja. Dampak yang terjadi mereka sering mengupload foto, video ataupun
status berbagi aktivitas keseharian yang mengundang orang lain untuk melihat
dirinya baik foto selfie ataupun secara keseluruhan. Subjek sering pergi ke tempat-
tempat yang sedang trend seperti kedai kopi untuk berfoto. Subjek berfoto untuk
dari orang lain baik secara langsung maupun di media sosial. Dalam mengupload
lagi mana yang layak untuk di posting. Subjek merasa iri jika like pada
postingannya lebih sedikit dari pada temannya padahal berada di tempat maupun
pakaian yang sama. Akan tetapi, subjek tidak senang jika mendapatkan komentar
yang tidak baik dari pengikutnya. Selain untuk mendapatkan like dari pengikutnya
subjek mengupload foto dirinya dengan tujuan menambah followers agar menjadi
terkenal. Subjek merasa ia harus bisa menciptakan atau mengikuti setiap trend
5
Selanjutnya hasil studi pendahuluan pada subjek SRB yang berusia 18 tahun
membagikan aktivitasnya tidak hanya dalam satu media sosial saja seperti
merasa bosan subjek bisa mengupload 10 hingga 20 instastory dalam sehari untuk
tag agar dilihat, mendapatkan perhatian dari orang lain serta mendapatkan
followers baru.
Hasil studi pendahuluan subjek terakhir yaitu DVV yang berusia 18 tahun
pertemanan kalangan high class yang kerap berpakian branded. Seperti subjek
RF, subjek DVV juga menyukai fashion dan sering pergi ke tempat-tempat kedai
kopi yang sedang trend untuk berfoto kemudian diupload di media sosial agar
mendapatkan pengakuan dari orang lain. Subjek juga sering membuat konten
tiktok agar tidak ketinggalan trend yang sedang viral atau hitz. Hasil studi
6
narsistik.
yang dialami oleh individu yang memiliki kecintaan berlebihan terhadap dirinya,
sehingga memiliki anggapan bahwa dirinya sangat penting dan selalu ingin
dikagumi oleh orang lain dengan cara mencari perhatian melalui media sosial
hal mengenai diri nya sendiri pada akunnya dan tidak mau berbagi tips-tips
bahkan ketika orang lain meminta bantuan. Dampak negatif dari kecenderungan
perilaku narsistik adalah gangguan relasi yang buruk dengan orang lain. Ia juga
akan mudah depresi karena kebutuhannya akan harga diri tidak terpenuhi
cenderung lebih mengarah kepada masalah body image agar merasa unggul dan
mendapat kekaguman dari orang lain. Mereka memamerkan keindahan fisik dan
yang narsisistik biasanya lebih berfokus pada inteligensi, kekuatan, agresi, uang
dan status sosial untuk memenuhi rasa keunggulan dari citra diri mereka yang
media sosial. Media sosial adalah alat bagi individu kecenderungan perilaku
mereka dengan memposting foto atau video prestasi dan berbagai potensi ke
7
media sosial dengan harapan mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari orang
lain (Santi, 2017). Individu yang memiliki kecenderungan perilaku narsistik tinggi
cenderung lebih aktif di situs jejaring media sosial untuk menunjukkan dirinya
agar disukai banyak orang, karena media sosial mampu memfasilitasi individu
di media sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh individu yang
mengalami kesepian. Hasil riset yang dilakukan oleh Ryan & Xenos (dalam
Mereka merasa dapat mengekspresikan dirinya lebih baik di media sosial daripada
kecenderungan perilaku narsistik (Kim & Peng, 2009). Hal ini diperkuat
yang mengalami kesepian tidak bisa menerima dirinya apa adanya, sehingga ingin
tampak lebih baik lagi dengan cara memposting foto dirinya untuk meminta
8
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya. Penelitian yang dilakukan oleh
merasa tidak ada yang mau berteman dengannya. Adanya permasalahan tersebut
menjadikan seseorang tersebut mencari perhatian dari orang melalui media sosial
untuk mendapatkan pengakuan atas apa yang ia miliki. Penelitian yang dilakukan
Aqilah (2021) juga menujukkan bahwa adanya hubungan antara kesepian dengan
jenuh dan bosan. Sehingga semakin tinggi kesepian pada remaja maka akan
Menurut Peplau & Perlman, kesepian adalah perasaan emosi yang dirasakan
ketika individu beranggapan bahwa kehidupan sosialnya lebih kecil daripada apa
yang mereka inginkan, atau ketika individu merasa tidak puas dengan kehidupan
sosialnya (Oguz & Cakir, 2014). Cosan (2014) menyatakan bahwa beberapa
dampak negatif kesepian adalah mudah merasa bosan, merasa tidak diterima, sulit
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Selain itu, kesepian juga dapat
9
seseorang untuk menyelesaikan atau mengakhiri perasaan kesepian adalah dengan
mengkases media sosial. Dari penelitian itu dinyatakan bahwa, seseorang yang
bersosialisasi dalam dunia nyata. Ketika media sosial lebih sering diakses
otomatis intensitas untuk narsis juga akan semakin tinggi. Kesepian merupakan
suatu emosi negatif, untuk itu perlu diminimalisir sebanyak mungkin dengan cara
terdahulu, peneliti melihat belum ada isu mengenai peran kesepian terhadap
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada peranan kesepian
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran kesepian terhadap
10
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Orangtua
atau bahan dan juga pembanding pada penelitiian sejenis yang dilakukan
11
BAB II
PEMBAHASAN
dan kurangnya empati. Kecenderungan perilaku narsistik adalah rasa cinta yang
berlebih terhadap dirinya sendiri sehingga ingin dipuji serta memiliki kepercayaan
diri yang tinggi hingga kurang memiliki empati terhadap orang lain di sekitarnya
memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri mereka sendiri sehingga mereka
tidak memiliki kepekaan dan empati yang kurang terhadap orang lain.
narsistik adalah suatu pola kepribadian yang menetap ditandai dengan adanya
kecantikan, dan cinta ideal, kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang lain serta
10
keberhasilan besar. Orang yang mengalami kecenderungan perilaku narsistik dari
luar tampak memiliki perasaan luar biasa akan pentingnya dirinya (Davidson,
2014).
cinta yang berlebih terhadap dirinya sendiri sehingga ingin dipuji, memiliki
kepercayaan diri yang tinggi serta kurang memiliki empati terhadap orang lain di
sekitarnya.
a) Authority
mendominasi, dapat terlihat saat perannya lebih senang memimpin atau yang
b) Self-sufficienc
c) Superiority
dari orang lain, memiliki perasaan bahwa dirinya yang paling hebat dan
sempurna.
11
d) Exhibitionism
e) Exploitativeness
f) Vanity
Rasa megah diri seseorang dan merasa angkuh atau sombong kepada
orang lain. Kurang dapat menerima masukan atau kritikan dari orang lain
terhadap dirinya.
g) Entitlement
12
b) Selalu ingin jadi pusat perhatian
c) Senang difoto
dengan pose atau gaya yag terlihat lucu dan imut pada setiap kesempatan,
menarik baginya.
Hal ini mungkin terjadi sebagai proses dalam pencarian jati diri, sehingga
individu menganggap pujian sebagai hal yang pantas untuk dirinya ketika
13
g) Iri pada orang lain
Individu merasa bahwa dirinya belum cukup dan merasa bahwa apa yang
a) Melebihkan bakat dan prestasinya, serta merasa menjadi yang paling hebat;
tak terbatas
d) Merasa unik dan istimewa hingga dirinya hanya mau menggauli orang-orang
e) Orang lain harus selalu mengikuti keinginannya atau merasa bahwa dirinya
14
h) Selalu memiliki rasa iri hati pada kepemilikan dan kesuksesan orang lain;
yaitu:
kecenderungan perilaku narsistik memiliki rasa percaya diri yang kuat, namun
rasa percaya diri tersebut adalah rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya
a) Faktor biologis
individu yang orang tuanya mengalami penderita neurotik. Selain itu jenis
dengan narsistik.
15
b) Faktor psikologis
Narsistik muncul akibat tingkat aspirasi pada diri seseorang yang tidak
c) Faktor sosiologis
harga diri yang sangat tinggi dan cenderung tidak stabil, juga cenderung
b) Depression (Depresi)
c) Loneliness (Kesepian)
16
d) Subjective well being (Kesejahteraan Subjekif)
sosiologis.
B. Kesepian
1. Pengertian Kesepian
seseorang merasa bahwa dirinya tidak memiliki orang lain yang dapat memahami
menyedihkan ketika suatu hubungan sosial tidak sesuai dengan apa yang ia
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan oleh para ahli diatas
17
yang dialami oleh individu karena kegagalannya dalam menjalin suatu hubungan
2. Aspek-Apek Kesepian
a) Personality, yaitu adanya pola yang lebih stabil dari perasaan kesepian yang
lingkungannya
merasa tidak berharga dan berpusat pada kegagalan yang dialami oleh
individu
a) Isolasi
tersingkan dari nilai-nilai dan tujuan dalam bermasyarakat. Hal hal seperti
18
agresivitas, menang atas suatu hal, manipulasi yang dapat memicu munculnya
rasa isolasi.
b) Penolakan
tidak ada gunanya oleh lingkungan. Individu yang mengalami perasaan salah
dan sayang, merasa bahwa dirinya tidak dihormati, tidak ada yang
Individu merasa bahwa dia hidup sendiri karena tidak memiliki orang
kekasih serta keluarga, sehingga merasa dia tidak mampu untuk berbagi.
19
Individu mengalami suatu kondisi bahwa dirinya tidak ada keinginan
untuk menjalin hubungan dengan orang lain, merasa takut dilukai dan terluka
g) Bosan
Kondisi saat individu memiliki perasaan jenuh, tidak ada suatu yang
membuatnya tertarik dan senang, berperasa bahwa dirinya tidak kuat, dan
orang yang bosan adalah orang yang tidak bersyukur dan merasakan
h) Gelisah
tidak ada kenyamanan dan kondisi tentram dalam hati, sehingga ada perasaan
yang tidak memdai akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan
yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan
20
hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan hubungan yang tidak
memadai
hubungan. Kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa
yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan
tidak mengalami loneliness. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi
memuaskan karena orang itu telah merubah apa yang diinginkannya dari
hubungan tersebut.
yang, rendah. Secara sosial orang yang punya harga diri rendah akan selalu
menerus.
selalu berfikir negatif terhadap orang lain, tidak adanya kepercayaan terhadap
orang lain, tidak suka, dan selalu menilai sikap seseorang secara negatif, dan
Selain itu, menurut Dayakisni dan Hudaniah (2009) terdapat dua faktor yang
21
keterampilan sosial, isolasi sosial, dan norma-norma budaya seperti
individualisme.
hubungan, adanya perubahan pada keinginan yang diinginkan individu pada suatu
hubungan, harga diri yang rendah dan keberhasilan seseorang ketika menjalin
dirinya sendiri sehingga ingin dipuji, memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta
yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting serta merupakan
individu yang unik (Putri, 2021). Mereka memiliki pandangan yang berlebihan
sosial. Media sosial adalah alat bagi individu kecenderungan perilaku narsistik
22
memposting foto atau video prestasi dan berbagai potensi ke media sosial dengan
harapan mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari orang lain (Santi, 2017).
sosial untuk mencapai popularitas dan hanya tertarik dengan hal-hal yang
Menurut Buffardi dan Campbell (2008) ada beberapa ciri individu yang
aktivitas sosial yang lebih tinggi dalam komunitas online daripada offline. Kedua,
banyak konten membanggakan diri dalam berbagai aspek (dalam Sakinah., dkk,
orang lain melihat atau mengapresiasi konten yang dipostingnya. Individu yang
jejaring media sosial untuk menunjukkan dirinya agar disukai banyak orang,
depresi dan kecemasan. Hal ini disebabkan oleh gangguan fungsional yang
berdampak pada tekanan psikologis bagi penderita (Miller., et.al 2010). Ketika
pemikiran bahwa segalanya harus sempurna (perfect) dan semuanya tidak boleh
ada yang salah, maka hal tersebut bisa menimbulkan masalah bagi kehidupan dan
23
hubungan-hubungan interaksi yang lain menjadi sangat terganggu. Orang-orang di
sekitarnya merasa tidak nyaman dan tidak akan merasa bahagia. Akibat
aktivitas di media sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh individu
yang mengalami kesepian. Hasil riset yang dilakukan oleh Ryan & Xenos (dalam
Mereka merasa dapat mengekspresikan dirinya lebih baik di media sosial daripada
Penelitian yang dilakukan oleh Hardika, dkk (2019), menyatakan bahwa adanya
yang dilakukan Aqilah (2021) juga menujukkan bahwa adanya hubungan antara
24
kesepian dengan kecenderungan perilaku narsistik. Artinya semakin tinggi
kesepian pada remaja maka akan semakin tinggi tingkat kecenderungan perilaku
perilaku narsisitik diatas, maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah
pengguna media sosial. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep
Keterangan :
X : Variabel Bebas/Independen
Y : Variabel Terikat/Dependen
D. Landasan Teori
kurangnya empati. Aspek kecenderungan perilaku narsistik oleh Raskin dan Terry
25
Definisi kesepian yang mengacu pada Russell (1996) menjelaskan bahwa
kesepian sering mengalami perasaan depresi, tidak bahagia, kurang puas dengan
dibandingkan dengan orang lain. Aspek kesepian yang dijabarkan oleh Russell
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan ada atau tidaknya
melalui sebuah prosedur pengukuran dan kemudian diolah dengan metode analisis
dan arah hubungan yang ada diantara variabel, sejauh mana variasi pada satu
variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lainnya
merasa sendiri, yang disebabkan oleh tidak tercapainya hubungan sosial yang
30
digunakan untuk membuat skala kesepian menggunakan aspek dari Russell (1996)
yang terdiri dari tiga aspek yaitu; personality, social desirability, dan depression.
dirinya sendiri sehingga ingin dipuji, memiliki kepercayaan diri yang tinggi serta
aspek dari Raskin & Terry (1988) yang terdiri dari tujuh aspek yaitu, Authority,
1. Populasi Penelitian
perkembangan dan daerah (Periantalo, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah
data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan remaja madya kota
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik non
31
dengan tujuan penelitian (Sugiyono, 2019). Adapun jumlah sampel dalam
penelitian ini mengacu pada rumus tabel Isaac dan Michael sebanyak 346 sampel
dengan taraf kesalahan 5% (Sugiyono, 2013). Kriteria sampel dalam penelitian ini
1. Skala Kesepian
Skala kesepian disusun berdasarkan aspek kesepian dari Russel (1996) yang
terdiri dari tiga aspek yaitu personality, social desirability, dan depression. Skala
ini memuat item favorable dan unfavorable. Item favorable merupakan item yang
berisi pernyataan yang sesuai dengan objek sikap yang akan diukur dan item
unfavorable atau tidak favorable adalah item yang berisi pernyataan yang tidak
sesuai dengan objek maupun sikap yang akan ukur dalam penelitian (Azwar,
2021).
Skala ini menggunakan model respon penskalaan likert. Model skala likert
terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),
netral (N), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Rentang skor secara jelas dirincikan
“Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 4
untuk “Sesuai”, dan skor 5 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada item unfavorable
menggunakan skor 5 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 4 untuk
“Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk
“Sangat Sesuai” (Periantalo, 2015). Berikut rincian blue print skala kesepian:
32
Tabel 3.1 Blue Print Skala Kesepian
kecenderungan perilaku narsistik dari Raskin dan Terry (1988) yang terdiri dari 7
unfavorable. Item favorable merupakan item yang berisi pernyataan yang sesuai
dengan objek sikap yang akan diukur dan item unfavorable atau tidak favorable
adalah item yang berisi pernyataan yang tidak sesuai dengan objek maupun sikap
Skala ini menggunakan model respon penskalaan likert. Model skala likert
terdiri dari 5 pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai (STS), tidak sesuai (TS),
netral (N), sesuai (S), dan sangat sesuai (SS). Rentang skor secara jelas dirincikan
33
sebagai berikut: pada favorable menggunakan skor 1 untuk pilihan jawaban
“Sangat Tidak Sesuai”, skor 2 untuk “Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 4
untuk “Sesuai”, dan skor 5 untuk “Sangat Sesuai”. Adapun pada item unfavorable
menggunakan skor 5 untuk pilihan jawaban “Sangat Tidak Sesuai”, skor 4 untuk
“Tidak Sesuai”, skor 3 untuk “Netral”, skor 2 untuk “Sesuai”, dan skor 1 untuk
34
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian, skala kesepian
Adapun beberapa uji properti psikometri yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity. Validitas diartikan sejauh mana alat ukur
mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Validitas melihat sejauh mana
ketepatan alat ukur melakukan fungsi pengukurannya. Alat ukur dikatakan valid
saat memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai fungsi ukurnya. Validitas
merupakan syarat utama alat ukur yang baik. Uji validitas yang digunakan dalam
pengujian skala penelitian ini menggunakan uji validitas isi. Validitas isi
menggambarkan apa yang hendak diukur. Validitas isi didapat melalui penurunan
Validitas isi terdiri dari validitas tampang dan logis. Validitas tampang
mengacu pada tampang suatu alat ukur baik bentuk maupun instruksi. Tujuannya
Skala dikatakan valid jika item sesuai dengan konstruk yang hendak diungkap
(Periantalo, 2015).
35
yang dilakukan berupa indeks diskriminasi item (daya beda item). Daya beda item
bertujuan untuk memastikan item memiliki daya beda yang bagus. Item dapat
membedakan individu yang memiliki atribut atau tidak. Hasil Analisis item
kuantitatif bisa dijadikan batu pijakan dalam penyusunan skala final (Periantalo,
2015).
Item tersebut akan menjadi bagian dari skala final kelak. Item tersebut
memiliki nilai 0,250 – 0,299, item tersebut dapat dipertimbangkan. Item tetap
lolos seleksi item. Item dipakai jika item yang memiliki nilai ≥ 0,300 terbatas.
Item dengan ≤ 0,249 tidak disarankan untuk digunakan. Apalagi item dengan nilai
(-) berarti gagal/ditolak. Kedua jenis item ini tidak lolos seleksi (Periantalo, 2015).
Uji coba (tryout) yang dilakukan pada tanggal 21 Febuari 2022 sampai
subjek untuk mengisi skala. Subjek yang terlibat dalam uji coba merupakan
Skala kesepian memiliki 3 aspek yang terdiri dari 60 item dengan 40 item
lolos. Aspek-aspek tersebut adalah personality yang terdiri dari 13 item lolos dan
7 item gugur, social desirability yang terdiri dari 15 item lolos dan 5 item gugur,
dan depression loneliness yang terdiri dari 12 item lolos dan 8 item gugur. Total
36
berdasarkan beda daya item dengan nilai ≥ 0,300 yaitu berkisar dari rentang 0,347
- 0,634. 40 item yang lolos daya beda item yaitu nomor 3, 4, 5, 7, 9, 13, 14, 16,
17, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 35, 39, 40, 41, 43, 44, 45, 46,
Tabel 3.3 Sebaran Item Lolos dan Gugur Seleksi Daya Beda Item Skala Kesepian
Berdasarkan hasil seleksi uji daya diskriminasi item maka blue print skala
Tabel 3.4 Blue Print Skala Kesepian Setelah Uji Daya Diskriminasi Item
37
2) Hasil Uji Daya Beda Item Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik
Skala kesepian memiliki 7 aspek yang terdiri dari 84 item dengan 57 item
lolos. Aspek-aspek tersebut adalah authority yang terdiri dari 8 item lolos dan 4
item gugur, self-sufficiency yang terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur,
superiority yang terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur, exhibitionism yang
terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur, exploitativeness yang terdiri dari 8 item
lolos dan 4 item gugur, vanity yang terdiri dari 9 item lolos dan 3 item gugur dan
entitlement yang terdiri dari 8 item lolos dan 4 item gugur. Total pengeliminasi
item oleh peneliti sebanyak 27 item. Item-item yang lolos berdasarkan beda daya
item dengan nilai ≥ 0,300 bersikar dari rentang 0,302 - 0,7,98. 57 item yang lolos
daya item yaitu nomo 1, 2, 3, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25,
26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 44, 47, 49, 50, 51, 54, 55, 56,
57, 58, 59, 61, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 73, 75, 77, 80, 81, 82, 83.
Tabel 3.5 Sebaran Item Lolos dan Gugur Seleksi Daya Beda Item
Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik
Nomor Item Jumlah Jumlah
No Aspek Favorable Unfavorable Item Item
Lolos Gugur Lolos Gugur Lolos Gugur
1, 2, 29, 16, 43,
1. Authority - 15, 44 8 4
30, 57, 58 71, 72
3, 4, 31, 17, 18, 45, 46,
2. Self-sufficiency 60 8 4
32, 59 73 74
5, 33, 34, 19, 20,
3. Superiority 6, 62 48, 76 8 4
61 47, 75
35, 36, 63, 21, 49,
4. Exhibitionism 7, 8 22,b78 8 4
64 50, 77
10, 37, 38, 24, 51, 23, 52,
5. Exploitativeness 9 8 4
65, 66 80 79
6. Vanity 11, 40, 67, 12, 39 25, 26, 53 9 3
68, 54, 81,
38
82
13, 14, 41, 27, 55,
7. Entitlement 42, 70 28, 84 8 4
69, 56, 83
Total 32 10 25 17 57 27
Berdasarkan hasil seleksi uji daya diskriminasi item maka blue print skala
c. Uji Reliabilitas
kepercayaan hasil suatu pengukuran. Reliabilitas diartikan sejauh mana hasil dari
suatu pengukuran dapat dipercaya. Reliabilitas suatu alat dapat diketahui jika alat
39
hasil yang relatif sama bila dilakukan pengukuran kembali pada objek yang sama
suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas. Semakin tinggi koefisien korelasi
antara hasil ukur dari dua alat yang paralel berarti konsistensi antara keduanya
semakin baik. Biasanya koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka dari 0
sampai 1,00. Jika koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin
Program) versi 0.14.0.0 for windows, skala kesepian dengan item 40 diperoleh
hasil skala kesepian 0,934 dan untuk skala kecenderungan perilaku narsistik
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Kesepian Dan Skala Kecenderungan Perilaku Narsistik
Koefisien
No. Skala N of Item Keterangan
Cronbach-Alpha
1. Kesepian 0.934 40 Reliabel
Kecenderungan
2. 0,957 57 Reliabel
Perilaku Narsistik
kualitatif merupakan pengujian validitas isi alat pengumpul data. Validitas isi
terdiri dari dua jenis yaitu validitas tampang dan validitas logis. Untuk memenuhi
40
terkait instruksi dan informasi yang dimuat di dalam alat pengumpul data. Jenis
kedua dari validitas isi adalah validitas logis. Untuk memenuhi validitas logis,
cara, yaitu item yang disusun oleh peneliti harus melakukan review oleh dosen
pembimbing skripsi. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah item yang telah
E. Analisis Data
perubahan nilai pada variabel bebas dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear sederhana. Sebelum melakukan uji analisis data maka dilakukan uji
a. Uji Normalitas
normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan uji statistik Kolmogorov
> 0,05 maka dapat dikatakan data berdistribusi normal, sebaliknya jika
signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan data tidak berdistribusi normal
41
(Azwar, 2021).
b. Uji Linearitas
JASP (Jeffreys’s Amazing Statistics Program) versi 0.14 for Windows dengan
melihat nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 aka
c. Uji Korelasi
kedua variabel dalam penelitian ini akan digunakan teknik korelasi Product
42
BAB IV
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja di Kota Banjarmasin yang berusia
15-18 tahun. Adapun gambaran karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan tabel diatas, hasil yang diperoleh dari jumlah total responden
yaitu 346 remaja. Dalam penelitian ini didominasi oleh responden berjenis
kelamin perempuan yaitu terdapat 217 remaja dengan persentase 62,6% dan 129
remaja berjenis kelamin laki laki dengan persentase 37,4%. Adapun hasil yang
diperoleh berdasarkan usia dari jumlah total responden yaitu 346 remaja di kota
Banjarmasin terdapat 116 remaja usia 15 tahun dengan persentase 33,6%, 155
43
remaja usia 16 tahun dengan persentase 44,5%, 32 remaja usia 17 tahun dengan
hasil yang diperoleh dari data tersebut, dari jumlah total responden yaitu 346
remaja yang sangat bervariasi. Durasi 0-2 jam dalam sehari sebanyak 31 remaja
dengan persentase 9%, durasi 3-4 jam dalam sehari sebanyak 86 remaja dengan
persentase 24,9%, durasi 5-6 jam dalam sehari sebanyak 86 remaja dengan
persentase 24,9% dan durasi lebih dari 6 jam dalam sehari sebanyak 143 remaja
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan dari bulan Maret 2022 sampai
perilaku narsistik kepada remaja usia 15-18 yang ada di Kota Banjarmasin.
44
Pengambilan data penelitian dilakukan selama 23 hari dari tanggal 30 Maret 2022
2. Subjek Penelitian
sudah ditetapkan oleh peneliti yaitu remaja usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin.
alat ukur yang digunakan oleh peneliti, dalam penelitian terdapat dua alat ukur
yang digunakan yaitu skala kesepian dan skala kecenderungan perilaku narsistik.
Skala kesepian dalam penelitian ini mengacu 3 aspek yaitu personality, social
exploitativeness, vanity dan entitlement. Kedua skala tersebut terdiri dari 144 item.
Program) versi 0.16 for Windows untuk menguji uji daya beda item dan
reliabilitas.
Tahap pertama adalah proses pengambilan data try out. Pada penelitian ini try
pengerjaan dan kesediaan responden sudah dijekaskan secara rinci pada link
sosial peneliti. Jumlah subjek dalam try out ini adalah sebanyak 60 responden,
Fabruari 2022.
45
Setelah selesai melakukan pengambilan data try out, tahap kedua adalah
data terdiri dari 97 item (item akhir serelah seleksi item). Proses pengambilan data
penelitian ini dilakukan secara online melalui melalui link yang dibagikan di
membagikan skala kepada para subjek penelitian melalui Google Form yang
data ini adalah 346 subjek, selama 23 hari dimulai dari tanggal 30 Maret 2022
C. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan data deskriptif dari variabel Kesepian
variable). Data yang digunakan dari penelitian ini berdasarkan data dari 350
46
kategorisasi. Deskripsi data penelitian berdasarkan kategorisasi dilihat pada tabel
di bawah ini:
Data Hipotetik
Variabel
Min Max Mean SD
Kesepian 40 200 120 27
Kecenderungan Perilaku Narsistik 57 285 171 38
kategori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi. Dilakukannya kategori ini bertujuan
mempunyai skor kurang dari 93 maka subjek memiliki kesepian dalam kriteria
rendah. Subjek penelitian yang mempunyai skor 93 sampai dengan 147 maka
47
subjek memiliki kesepian dalam kriteria sedang. Subjek penelitian yang
memperoleh skor lebih dari 147 maka subjek penelitian memiliki kesepian
Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yang
memiliki kesepian masuk dalam kategori sedang sebesar 80% atau 277 remaja.
Subjek yang memiliki kesepian dengan kategori rendah sebesar 19% atau 65
remaja dan subjek yang memiliki kesepian dengan kategori tinggi sebesar 1%
atau 4 remaja.
skor 133 sampai dengan 209 maka subjek memiliki kecenderungan perilaku
narsistik dalam kriteria sedang. Subjek penelitian yang memperoleh skor lebih
Hasil dari tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar subjek yang
sebesar 76% atau 265 remaja. Subjek yang memiliki kecenderungan perilaku
48
narsistik dengan kategori rendah sebesar 23% atau 80 remaja dan subjek yang
atau 1 remaja.
2. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
atau tidak dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu visualisasi data, pengujian
statistik dan menghitung Z-skor (terbesar dan terkecil). Adapun dalam penelitian
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk melakukan pengecekan yaitu dengan
peneliti adalah Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikasi > 0.05 maka dapat
dikatakan data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikasi < 0,05 berarti
data yang diuji tidak berdistribudi normal (Mayers, 2013). Berdasarkan pengujian
berdistribusi normal. Adapun tabel dari uji normalitas pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Kolmogorov-Smirnova
Variabel
Sig.
Kesepian .198
Kecenderungan Perilaku Narsistik .200*
perilaku narsistik) diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,200, yang berarti bahwa
49
sebaran data dari kedua variabel berdistribusi normal dengan signifikasi lebih dari
b. Uji Linearitas
hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Uji linearitas ini merupakan
syarat atau asumsi sebelum dilakukannya analisis regresi linear. Apabila nilai
signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel
didapat adalah sebesar 0.007 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang linear secara signifikan antara Variabel X (kesepian) dan Variabel
c. Uji Korelasi
Uji korelasi pada penelitian ini untuk menguji dan membuktikan secara
JASP (Jeffreys’s Amazing Statistics Program) versi 0.16 for Windows. Kedua
(Azwar, 2018). Di bawah ini adalah hasil uji korelasi yang menggunakan analisis
50
Tabel 4.8: Hasil Uji Korelasi
Kecenderungan
Variabel Kesepian Sig
Perilaku Narsistik
Kesepian 1 -.142 .008
Kecenderungan Perilaku Narsistik -.142 1 .008
nilai koefisien korelasi sebesar -0,142 dan nilai signifikansi 0,008 < 0,05 (r = -
0,128 p < 0,05). Hal ini menunjukkan terdapat korelasi negatif antara kesepian
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi
linear sederhana. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peranan
variabel yang satu dengan variabel lainnya. Kedua variabel memiliki hubungan
(Periantalo, 2015). Tabel uji hipotesis regresi dapat dilihat sebagai berikut:
Model Summary
Model R R² Adjusted R² RMSE
H₁ 0.142 0.020 0.017 19.865
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F P
H₁ Regression 2278.131 1 2278.131 7.040 0.008
Residual 135754.054 344 394.634
Total 138532.185 345
51
Tabel 4.11 : Hasil Uji Coefficients
sebesar 2% (R2 = 0,020; F(1,344) = 7.040; p < 0,008). Dengan demikian, maka
sebagai berikut:
Garis persamaan regresi ini menyatakan bahwa jika seseorang subjek tidak
D. Pembahasan
Penelitian ini melibatkan 346 remaja usia 15-18 di kota Banjarmasin. Hipotesis
F(1,344) = 7.040; p < 0,008). Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang
52
diajukan oleh peneliti diterima yaitu adanya peranan kesepian terhadap
negatif yaitu sebesar -0,174. Koefisien bernilai negatif artinya adanya peranan
ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Erlina (2015),
Sembiring (2017) dan Natasya (2021), bahwa terdapat hubungan negatif antara
narsistik tinggi cenderung lebih aktif di situs jejaring media sosial untuk
menunjukkan dirinya agar disukai banyak orang, karena media sosial mampu
(Mehdizadeh, 2010).
aktivitas di media sosial. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh individu
53
yang mengalami kesepian. Hasil riset yang dilakukan oleh Ryan & Xenos (dalam
Mereka merasa dapat mengekspresikan dirinya lebih baik di media sosial daripada
Tetapi pada kenyataannya hasil penelitian ini berkorelasi sebaliknya, hasil ini
dapat di tinjau dari sudut pandang waktu pengambilan data di masa new normal.
Semua orang beraktivitas dengan normal, namun masih terpaku dengan kebiasaan
yang dilakukan sehari-hari di media sosial dipandang sebagai hal yang lumrah di
masyarakat. Hal tersebut berarti intensitas penggunaan internet yang tinggi tidak
sebagai sarana untuk menutupi hal-hal negatif dalam dirinya dengan cara
berupa pujian, dan sesuatu yang berhubungan dengan penerimaan diri dan
54
kesepian terhadap kecenderungan narsisitk sebesar 2%, sehingga sisanya
narsistik adalah gangguan relasi yang buruk dengan orang lain (Hardika, dkk.,
mengalami depresi dan kecemasan (Miller et al., 2010). Dari hasil pengkategorian
bahwa 23% (80 remaja) usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin memiliki kesepian
pada kategori rendah, 76% (265 remaja) dalam kategori sedang dan 1 remaja (1%)
pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja usia 15-18 tahun di kota
perasaan depresi, tidak bahagia, kurang puas dengan hubungan sosialnya, dan
merasa penampilannya kurang menarik jika dibandingkan dengan orang lain. Dari
19% (65 remaja) usia 15-18 tahun di kota Banjarmasin memiliki kesepian pada
55
kategori rendah, 80% (277 remaja) dalam kategori sedang dan 4 remaja (1%) pada
kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa remaja usia 15-18 tahun di kota
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Narsistik Pada Remaja Pengguna Media Sosial” yang melibatkan 346 remaja usia
15-18 tahun di Kota Banjarmasin. Maka hipotesis yang diajukan oleh peneliti
B. Saran
Dari hasil penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan peneliti yaitu
sebagai berikut:
1. Teoritis
selanjutnya bisa menjadi acuan yang lebih sempurna lagi dari penelitian ini
terutama dalam bidang keilmuan psikologi sosial dan klinis yang membahas
57
2. Praktis
secara lebih positif, dapat memilah konten apa saja yang pantas untuk
berbagai media sosial, serta bisa saling menghormati dan menghargai para
maupun pertemanan.
Penelitian ini hanya meneliti dengan 1 faktor saja, yaitu faktor kesepian
narsistik. Selain kesepian masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
58
DAFTAR PUSTAKA
APJII. (2017). Hasil Survey Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. https://apjii.or.id/survei
Aprilia, R., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat kecanduan media sosial
pada remaja. Journal of Nursing Care, 3(1)
Bernard, S. (2013). Loneliness and social isolation among older people in North
Yorkshire. Social Policy Research Unit. University of York: York
Davidson, Gerald C., John M.N., & Ann M. Kring. (2014). Psikologi Abnormal.
Edisi ke-9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
59
Dayakisni, T & Hudaniah. (2015). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press
Dewi, C. G., & Ibrahim, Y. (2019). Hubungan Self-Esteem (Harga Diri) Dengan
Perilaku Narsisme Pengguna Media Sosial Instagram Pada Siswa SMA.
Jurnal Neo Konseling, 1(2)
Engkus, dkk. (2017). Perilaku Narsis Pada Media Sosial Di Kalangan Remaja Dan
Upaya Penanggulangannya. Jurnal Penelitian Komunikasi, 20(2)
Juwita, E. P., Budimansyah, D., & Nurbayani, S. (2015). Peran media sosial
terhadap gaya hidup siswa. SOSIETAS, 5(1)
Kim, J., LaRose, R., & Peng, W. (2009). Therelationship between internet use and
psychological well-being. Rapid Communication, 12, 451-452
35
Miller, J. D., Widiger, T. A., & Campbell, W. K. (2010). Narcissistic personality
disorder and the DSM-V. Journal of Abnormal Psychology, 119(4), 640
Mim, F.N., Islam, M.A., & Paul, G.K. (2018). Impact Of The Use Of Social
Media On Students’ Academic Performance And Behavior Change.
International Journal of Statistics and Applied Mathematics, 3(1), 299–302
Myers, D. G. (2012). Psikologi Sosial (Edisi ke-10, Buku ke-2). Jakarta: Salemba
Humanika
Oguz, E., & Cakir, O. (2014). Relationship between the levels of loneliness and
internet addiction. The Anthropologist, 18(1), 183-189
Putri, L. H., & Isrofins, B. (2021). Perilaku Narsisme dan Harga Diri Terhadap
Penggunaan Media Sosial Tiktok Pada Siswa SMA. Empati-Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 8(1), 49-73
Rahman, T. G., & Ilyas, A. (2019). Perilaku Narsistik Pengguna Media Sosial di
Kalangan Mahasiswa dan Implikasi dalam Layanan Bimbingan Dan
Konseling. E-Journal Pembelajaran Inovasi, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 7(4), 1-8
Russell, D.W. (1996). UCLA Loneliness Scale Version -3: Reliability, Validity,
and Factor Structure. Journal of Personality Assessment. 20-40
Sadikides, C., dkk. (2004). Are normal narcissists psychologically healthy. Self-
esteem matters. Journal of Personality and Social Psychology, 87, 400–416
Sadikides, C., Gregg, A. P., Rudich, E. A., Kumashiro, M., & Rusbult, C. (2004).
Are normal narcissists psychologically healthy. Self-esteem matters. Journal
of Personality and Social Psychology, 87, 400–416
36
Santi, Novi Nitya. (2017). Dampak Kecenderungan Narsiscisme Terhadap Self
Esteem Pada Pengguna Facebook Mahasiswa PGSD UNP. Jurnal Dimensi
Pendidikan dan Pembelajaran, 5(1)
37