Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KULIAH KERJA PRAKTIK (KKP)

Oleh
Brigitta Tungawi
1771019

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR
2020

1
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Praktik (KKP) dengan
baik. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Starat 1 (S1)
Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Makassar dan dilaksanakan
selama situasi pandemik covid-19.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Diah Sastaviana, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen
pembimbing dalam program KKP ini, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis dalam penyusunan laporan KKP. Kiranya
Tuhan selalu melimpahkan kasih karunia dan kesehatan.
Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Meidy Marsella Lorence Panglewai, S.Psi., M. Psi., Psikolog,
selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Makassar.
2. Segenap Dosen Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Makassar
yang telah memberikan ilmu dan saran selama penyusunan laporan
KKP.
3. Kedua Orangtua penulis atas segala dukungan yang diberikan
selama penyusunan laporan KKP.
4. Saudari I dan Saudara K atas kesediaan dan partisipasinya dalam
memberikan data untuk menyelesaikan penyusunan laporan KKP.
5. Sahabat penulis yaitu Miranda, Delisya, dan Ivana yang telah
memberi dukungan, motivasi, serta ilmu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan KKP.
6. Seluruh teman-teman kelompok KKP yang sudah saling mendukung
dan membantu selama penyusunan laporan KKP.
7. James Evans yang telah memberikan dukungan dan motivasi
selama penyusunan laporan KKP.

i
ii

8. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Angkatan


2017.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
membantu dan mendukung penulis dalam menyusun laporan KKP
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki kekurangan dan
kelemahan, sehingga penulis berharap adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun agar laporan selanjutnya lebih baik lagi.

Makassar, 31 Januari 2021

Brigitta Tungawi

ii
iii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................... 1
B. TUJUAN KULIAH KERJA PRAKTIK ............................................. 1
C. MANFAAT KULIAH KERJA PRAKTIK .......................................... 1
BAB II KASUS INDIVIDU I ........................................................................ 2
A. IDENTITAS SUBJEK ...................................................................... 2
B. KELUHAN ....................................................................................... 3
C. HASIL OBSERVASI ....................................................................... 3
D. HASIL WAWANCARA .................................................................... 3
1. Latar Belakang Keluarga ...................................................... 3
2. Riwayat Pendidikan .............................................................. 4
3. Riwayat Pengasuhan ............................................................ 4
4. Riwayat Medis ...................................................................... 4
5. Riwayat Perkembangan Psikis ............................................. 4
E. PERMASALAHAN .......................................................................... 5
F. PENANGANAN MASALAH ............................................................ 6
1. Sasaran Pelaksanaan .......................................................... 6
2. Rancangan Strategi Penanganan Masalah .......................... 6
G. HASIL PELAKSANAAN ................................................................. 8
1. Penerapan Strategi Penanganan Masalah ........................... 8
2. Kajian Pustaka...................................................................... 9
BAB III KASUS INDIVIDU II .................................................................... 11
A. IDENTITAS SUBJEK .................................................................... 11
B. KELUHAN ..................................................................................... 12
C. HASIL OBSERVASI ..................................................................... 12
D. HASIL WAWANCARA .................................................................. 12
1. Latar Belakang Keluarga .................................................... 12
2. Riwayat Pendidikan ............................................................ 13

iii
iv

3. Riwayat Pengasuhan .......................................................... 13


4. Riwayat Medis .................................................................... 13
5. Riwayat Perkembangan Psikis ........................................... 13
E. PERMASALAHAN ........................................................................ 13
F. PENANGANAN MASALAH .......................................................... 14
1. Sasaran Pelaksanaan ........................................................ 14
2. Rancangan Strategi Penanganan Masalah ........................ 14
G. HASIL PELAKSANAAN ............................................................... 16
1. Penerapan Strategi Penanganan Masalah ......................... 16
2. Kajian Pustaka.................................................................... 17
BAB IV KASUS KELOMPOK/KOMUNITAS ........................................... 19
A. LATAR BELAKANG KELOMPOK/KOMUNITAS......................... 19
B. PERMASALAHAN ........................................................................ 19
C. SASARAN KEGIATAN ................................................................. 19
D. TUJUAN KEGIATAN .................................................................... 20
E. RANCANGAN KEGIATAN ........................................................... 20
F. KAJIAN PUSTAKA....................................................................... 21
BAB V PENUTUP .................................................................................... 23
A. FAKTOR PENDUKUNG PELAKSANAAN KULIAH KERJA
PRAKTIK ...................................................................................... 23
B. FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KULIAH KERJA
PRAKTIK ...................................................................................... 23
C. KOMPETENSI YANG DIPEROLEH ............................................. 23
D. KESIMPULAN .............................................................................. 23
E. SARAN ......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 25
LAMPIRAN .............................................................................................. 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kuliah Kerja Praktik (KKP) diadakan di Kota Makassar, Sulawesi
Selatan. Lokasi pelaksanaan KKP tersebut yaitu di rumah subjek,
alasan pemilihan tempat pelaksanaan KKP di rumah subjek yaitu agar
dapat juga langsung berinteraksi dengan keluarga subjek yang tinggal
di rumah subjek serta dalam rangka kondisi yang sedang pandemik,
sehingga rumah subjek merupakan pilihan untuk melaksanakan KKP
tersebut.
B. TUJUAN KULIAH KERJA PRAKTIK
Tujuan dari dilaksanakannya KKP tersebut yaitu untuk
memenuhi persyaratan lulus S1 Fakultas Psikologi Universitas Atma
Jaya Makassar, serta sebagai bentuk bantuan untuk memberikan
layanan psikologi terhadap masyarakat dalam menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi.
C. MANFAAT KULIAH KERJA PRAKTIK
Manfaat KKP tersebut yaitu dapat membantu mahasiswa untuk
meningkatkan kemampuan analisanya dengan langsung
menerapkan ilmu-ilmu psikologi yang telah dipelajari secara teori
kepada masyarakat yang membutuhkan. Manfaat KKP tersebut juga
dapat membantu masyarakat terlepas dari masalah yang sedang
dihadapi.

1
2

BAB II
KASUS INDIVIDU I
A. IDENTITAS SUBJEK
Identitas Subjek I
Nama :I
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Makassar, 8 Februari 2000
Usia : 20 tahun
Suku bangsa : Makassar
Agama : Islam
Alamat : Jl. Domba
Pendidikan terakhir/saat ini : Sedang menjalani studi S1
Anak ke- : 1 dari 1 bersaudara

Identitas Keluarga Subjek I


Identitas Orangtua Ayah Ibu
Nama M R
Jenis Kelamin Pria Wanita
Tempat/Tanggal Lahir Makassar Makassar
Usia 52 tahun 50 tahun
Anak ke- 1 3
Alamat Jl. Domba Jl. Domba
Suku Bangsa Makassar Makassar
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SMA SMA
Pekerjaan Ojek Online Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan Menikah Menikah
Pernikahan ke- 1 1
Usia saat menikah 27 tahun 25 tahun

2
3

B. KELUHAN
1. Subjek merasa tertekan akibat perlakuan kedua orang tuanya
yang bagi subjek over protective.
2. Subjek terkadang menangis di dalam kamar pada malam hari.
3. Subjek merasa minder terhadap dirinya sendiri saat bertemu
dengan orang baru.
4. Subjek terkadang membandingkan dirinya dengan teman-
temannya.
5. Subjek ingin merasakan punya seorang pacar.
6. Subjek merasa sendirian.
7. Subjek takut mendapat penolakan dari orang yang baru ia temui.
C. HASIL OBSERVASI
1. Kondisi Fisik
a. Subjek memakai baju kaos berwarna hitam dan celana
pendek bermotif.
b. Subjek memiliki rambut berwarna hitam dan dikuncir.
c. Terdapat sebuah meja, 1 sofa , dan kipas angin.
d. Subjek dan intervieweer duduk di lantai saling berhadapan, di
tengah-tengah nya tedapat meja
2. Kondisi Psikologis
a. Saat sedang diwawancara, subjek sesekali memegang
handphone.
b. Subjek sesekali menggoyangkan kakinya.
c. Saat sedang menjawab pertanyaan dari interviewer, subjek
terkadang menjawab sambil menunduk ke bawah.
D. HASIL WAWANCARA
1. Latar belakang keluarga
Subjek berasal dari latar belakang keluarga yang sederhana,
subjek tinggal di Kota Makassar bersama kedua orang tuanya
dan dibesarkan di Kota Makassar bersama kedua orang tuanya
juga. Ibu subjek saat 1 tahun perkawinan sempat hamil, namun

3
4

saat kehamilan barlangsung, ibu subjek mengalami keguguran,


kedua orang tua subjek mencoba cara apapun agar ibu subjek
dapat hamil kembali, 4 tahun kemudian, Ibu subjek hamil kembali
dan melahirkan seorang anak perempuan, dimana anak
perempuan tersebut yaitu subjek sendiri. Ayah subjek sebelum
menjadi ojek online, pernah berjualan bakso di depan sekolah
subjek sendiri, namun dikarenakan usia Ayah subjek yang sudah
mulai tua, Ayah subjek tidak mampu lagi membuat bakso dalam
jumlah yang banyak, sehingga Ayah subjek beralih menjadi ojek
online. Ibu subjek pernah bekerja di sebuah toko, menjadi
karyawan, tetapi karena usia Ibu subjek yang juga sudah mulai
tua, Ibu subjek tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dan
memilih menjadi Ibu Rumah Tangga.
2. Riwayat pendidikan
Subjek berasal dari SD Monginsidi, SMP Monginsidi, dan
SMK Negeri 8 jurusan perhotelan. Ketiga sekolah subjek berada
dekat dari rumahnya. Subjek sekarang menempuh studi S1 di
Universitas Hasanuddin Fakultas Hukum.
3. Riwayat pengasuhan
Subjek dibesarkan dan diasuh oleh kedua orang tuanya
sendiri dari kecil hingga sekarang.
4. Riwayat medis
Saat subjek berumur 5 tahun, subjek menderita penyakit
paru-paru. Subjek harus diterapi selama 6 bulan, agar paru-paru
subjek menjadi bersih kembali. Setelah itu subjek sembuh dan
hingga sekarang subjek tidak pernah mengalami sakit lagi.
5. Riwayat perkembangan psikis
Subjek sedari kecil di rumah sendirian dan tidak bermain
dengan tetangga-tetangga sekitarnya, subjek merasa sangat
sendirian di rumah saat orang tuanya pergi bekerja. Hingga saat
ini subjek masih merasa sendiri walaupun ibunya sudah di rumah,

4
5

tapi subjek membutuhkan untuk dapat bersosialisasi dengan


baik.

E. Permasalahan
Subjek sangat dijaga oleh kedua orang tuanya, subejk tidak
diperbolehkan untuk keluar rumah jika tidak ada keperluan.
Akibatnya, subjek sulit untuk berinteraksi dengan orang yang baru,
subjek hanya memiliki sedikit teman di sekolahnya. Saat subjek SMP
kelas 8, subjek mengatakan kepada seoarang laki-laki bahwa subjek
menyukainya, setelah itu laki-laki tersebut menolak dan mengatakan
bahwa subjek jelek dan hitam. Hal tersebut merupakan yang subjek
sangat ingat karena sangat membekas di ingatan subjek. Semenjak
itu, subjek menjadi sangat pendiam bahkan di rumahnya ia menjadi
pendiam, subjek juga mulai minder terhadap dirinya sendiri, selalu
mengatakan bahwa dirinya jelek dan hitam. Subjek ingin berubah
menjadi perempuan yang cantik, tapi subjek memiliki kendala di
ekonomi, hal tersebut yang membuat subjek menjadi semakin
terpuruk. Pada tahun 2018, subjek sering bermain dan berinteraksi
bersama teman-teman online nya, subjek mulai menggunakan
aplikasi yang bernama discord, subjek bertemu banyak orang di
aplikasi tersebut dan yang awalnya subjek sulit berinteraksi dengan
orang lain, namun di discord tersebut, subjek menjadi lebih percaya
diri untuk berkenalan dengan orang-orang lain di media sosial,
karena menurut subjek, teman-teman dari media sosial tersebut
tidak dapat melihat atau mengetahui wajah asli subjek. Dari teman
yang didapatkan dalam aplikasi discord tersebut, teman subjek
memperkenalkan twitter kepada subjek, dan memperkenalkan
subjek terhadap akun “alter ego”. Dimana akun “alter ego” tersebut,
menunjukkan sisi lain dari subjek, di akun twitter tersebut, subjek
menunjukkan tubuhnya dengan tidak memakai sehelai kain sedikit
pun. Subjek hingga saat ini masih bermain akun twitter tersebut dan

5
6

merasa senang dalam memperlihatkan tubuhnya sendiri, namun


subjek berkata masih sulit untuk berinteraksi dengan orang-orang
baru yang ada di sekitarnya, dan masih minder jika bertemu dengan
orang-orang baru di sekitar.

F. Penanganan Masalah
1. SASARAN PELAKSANAAN
Tujuan dari penanganan masalah yaitu meningkatkan tingkat
kepercayaan diri subjek, tidak minder dengan diri sendiri dan
dapat bersosialisasi dengan baik terhadap orang-orang di
sekitarnya bukan hanya di media sosial saja. Target dari
penanganan masalah tersebut yaitu, subjek yang berjenis
kelamin perempuan dan berusia 20 tahun.
2. RANCANGAN STRATEGI PENANGANAN MASALAH
Rancangan penanganan masalah untuk menyelesaikan
masalah yaitu dengan menerapkan pendekatan terapi rasional
emosi perilaku atau REBT (rational emotive behavior therapy).
Alasan menggunakan metode pendekatan REBT sebagai
penanganan masalah karena berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Nusuki (2014) bahwa pendekatan REBT
memiliki tujuan untuk memperbaiki serta mengubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan individu yang
irrasional menjadi rasional. Jones (Solikhah,2018) menyatakan
bahwa pendekatan REBT merupakan salah satu pendekatan
dalam teknik konseling yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada
tahun 1955. Pendekatan REBT berfokus pada perilaku individu,
namun REBT menekankan bahwa perilaku yang bermasalah
disebabkan oleh pemikiran yang tidak rasional. Latipun
(Solikhah, 2018) menyatakan bahwa terdapat tiga tahap dalam
REBT, yaitu tahap pertama proses dimana konseli diperlihatkan
dan disadarkan bahwa mereka memiliki pemikiran yang tidak

6
7

logis dan irasional, tahap kedua yaitu konseli dibantu untuk


mengembangkan pemikiran konseli secara rasional, dan tahap
ketiga yaitu konseli dibantu untuk mengembangkan pikiran
rasional agar tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh
pemikiran irasional. Pemilihan metode tersebut diharapkan
mampu mengubah pikiran subjek terhadap dirinya dan juga dapat
mengubah perilaku subjek dengan bersosialisasi dengan baik
bagi lingkungan sekitarnya dan juga di media sosial.
Tahapan rancangan strategi penanganan masalah:
1) Tahapan pertama: dilakukannya persiapan, yaitu
menyiapkan tempat dan lingkungan sekitar menjadi
nyaman bagi subjek dan penulis.
2) Tahapan kedua: membangun rapport, yaitu membangun
hubungan antara subjek dan penulis, agar subjek
mendapatkan rasa aman serta saling percaya satu sama
lain.
3) Tahapan ketiga: penulis memberikan tugas kepada
subjek untuk menuliskan hal-hal apa yang akan dilihat
orang lain di dalam diri subjek.
4) Tahapan keempat: pada tahap keempat subjek diiring
penulis untuk bisa mengubah pemikiran-pemikiran dan
perasaan negatif yang dirasakan.
5) Tahapan kelima: pada tahap kelima subjek diberikan
tugas untuk menuliskan di satu lembar mengenai lawan
kata dari hal-hal yang telah ditulis pada tahap ketiga.
6) Tahapan keenam: pada tahap keenam ini yaitu tahap
evaluasi, dimana penulis menanyakan perasaan subjek
setelah dilakukannya penanganan tersebut

7
8

G. HASIL PELAKSANAAN
1. PENERAPAN STRATEGI PENGANAN MASALAH
Penarapan strategi penanganan masalah tersebut dilakukan
pada hari Minggu, 24 Januari 2021 pukul 15.00, berlangsung di
rumah subjek. Jadi pada sesi I dilakukannya konseling individual
kepada subjek, yang pertama penulis ingin subjek berada dalam
kondisi yang nyaman, sehingga subjek menyalakan kipas angin
serta menyalakan lampu agar mendapatkan penerangan.
Kemudian pada tahap kedua, penulis membangun rapport
dengan menanyakan bagaimana kabar subjek dan kegiatan yang
dilakukan selama ini, subjek mengatakan bahwa perasaannya
sama saja seperti dulu dan kehidupannya begitu-begitu saja tidak
ada yang berubah.
Pada tahap ketiga, penulis memberikan tugas kepada subjek
untuk menuliskan hal-hal apa saja yang akan dilihat dari orang
lain terhadap dirinya. Setelah itu, subjek menulis sebanyak 7 hal
yaitu jelek, hitam, kusam, burik, cengeng, pemalu, dan tidak suka
tersenyum. Selanjutnya, penulis membacakan 7 hal tersebut
kepada subjek. Saat membacakan 7 hal tersebut, subjek terlihat
sedih dan menundukkan kepalanya terus selama penulis
membacakan isi kertas tersebut.
Pada tahap keempat, penulis memberikan dorongan
dorongan motivasi kepada subjek agar subjek dapat
menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya selama ini, penulis
mengatakan bahwa semua perempuan memiliki kecantikanya
masing-masing dan tidak ada perempuan yang jelek, saat penulis
sedang memberikan motivasi kepada subjek, air mata subjek
mulai keluar, dan penulis mulai menenangkan subjek sejenak
hingga subjek mulai merasa tenang, penulis melanjutkan ke
tahapan selanjutnya.

8
9

Pada tahap kelima, penulis memberikan tugas kembali


kepada subjek untuk menuliskan kembali lawan kata dari 7 hal
yang subjek telah tuliskan di kertas, kemudian subjek menuliskan
cantik, putih, bersih, tidak burik, kuat, tidak pemalu, dan suka
tersenyum. Selanjutnya, penulis kemudian menyuruh subjek
untuk membacakan ketujuh hal tersebut dengan menyebutkan
kata pertama saya. Setelah menyebutkan ketujuh hal tersebut,
subjek mulai tersenyum kepada penulis.
Pada tahap terakhir, penulis menanyakan bagaimana
perasaan subjek setelah menuliskan apa yang ditugaskan oleh
penulis, subjek mengatakan bahwa ia menjadi lebih lega dan
menjadi lebih semangat untuk bisa memperbaiki diri sendiri dan
menjadikan motivasi dalam dirinya agar bisa mengubah pikiran-
pikiran negatif sebelumnya. Subjek juga mengatakan bahwa ia
berterimakasih karena ia akhirnya bisa menceritakan semuanya
kepada seseorang yang ia percaya.
2. KAJIAN PUSTAKA
Solikhah (2018) menyatakan bahwa Rational Emotive
Behavior Therapy (REBT) merupakan terapi kognitif perilaku
yang dapat mengubah pemikiran, emosi, serta perilaku individu
yang salah mengenai suatu gagasan yang dilandaskan dari
pikiran-pikiran yang tidak rasional. Corey (Tari dkk, 2020)
menyatakan bahwa pendekatan REBT menekankan pada
tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang
irasional, serta fokus penanganannya yaitu pada pemikiran
individu. Berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi oleh
individu yang memiliki rasa percaya diri rendah, perlunya
dilakukan upaya untuk membangun rasa percaya diri individu.
Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan
dengan cara berpikir yang rasional dan logis. Cara membangun
rasa percaya diri pada individu dapat dilakukan dengan cara

9
10

menerapkan pendekatan REBT untuk meningkatkan percaya diri


individu.
Latipun (Siahaan & Karneli, 2019) menyatakan bahwa REBT
membantu individu mengenali dan memahami perasaan,
pemikiran, dan perilaku. Proses dalam REBT dapat membantu
individu untuk menerima bahwa perasaan, pemikiran, dan
perilaku diciptakan dan diverbalisasi oleh individu sendiri. Hasil
penanganan dengan menggunakan metode REBT menunjukkan
bahwa subjek lebih bisa mengubah pemikiran irasional menjadi
pemikiran yang rasional dan menjadikan pemikiran irasional
tersebut menjadi motivasi subjek.

10
11

BAB III
KASUS INDIVIDU II
A. IDENTITAS SUBJEK
Identitas Subjek I
Nama :K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Makassar, 21 September 1999
Usia : 21 tahun
Suku bangsa : Makassar
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Urip Sumoharjo
Pendidikan terakhir/saat ini : Sedang menjalani studi S1
Anak ke- : 3 dari 3 bersaudara

Identitas Keluarga Subjek I


Identitas Ayah Ibu Saudara I Saudara II
Orangtua
Nama Y K A V
Jenis Kelamin Pria Wanita Pria Wanita
Tempat/Tanggal Makassar Makassar Makassar Makassar
Lahir
Usia 63 tahun 60 tahun 32 tahun 31 tahun
Anak ke- 3 2 1 2
Alamat Jl. Urip Jl. Urip - Jl. Urip
Sumoharjo Sumoharjo Sumoharjo
Suku Bangsa Makassar Makassar Makassar Makassar
Agama Kristen Kristen Kristen Kristen
Pendidikan SMA SMA S1 S1
Terakhir
Pekerjaan Pensiun Pensiun - -

11
12

Status Pernikahan Menikah Menikah Menikah -


Pernikahan ke- 1 1 1 -
Usia saat menikah 31 tahun 28 tahun 31 tahun -

B. KELUHAN
1. Subjek sering merasa cepat marah.
2. Saat sedang marah, subjek terkadang mengalami sakit kepala.
3. Saat sedang marah, subjek sulit mengontrol emosinya
4. Subjek mengalami tekanan jika di berada di rumah
C. HASIL OBSERVASI
1. Kondisi Fisik
a. Subjek memakai baju kaos berwarna biru tua dan celana
panjang hitam.
b. Subjek memiliki rambut berwarna hitam dan pendek.
c. Terdapat dua buah meja, 1 sofa , dan kipas angin.
d. Subjek dan intervieweer duduk di lantai saling berhadapan.
e. Pencahayaannya sangat terang karena pintu rumah terbuka
sehingga sinar matahari dapat masuk.
f. Terdapat sebuah gitar di ujung ruangan.
2. Kondisi Psikologis
a. Subjek sesekali memperbaiki rambutnya.
b. Subjek terkadang memegang handphone saat sedang
menjawab pertanyaan.
c. Subjek terkadang menggaruk kakinya saat sedang menjawab
pertanyaan.
d. Subjek sesekali menggoyangkan kakinya.
D. HASIL WAWANCARA
1. Latar belakang keluarga
Subjek berasal dari latar belakang keluarga yang sederhana,
subjek sekarang tinggal bersama kedua orangtuanya, namun

12
13

saat kecil subjek dibesarkan oleh ibu angkat yang merupakan


tetangga subjek. Hal tersebut dikarenakan Ayah dan Ibu subjek
bekerja, sehingga subjek dititipkan pada siang hari kepada
tetangga dan pada malam hari subjek kembali ke rumahnya.
Subjek memiliki 2 saudara kandung yaitu laki-laki dan
perempuan. Subjek dan kedua saudaranya memiliki jarak umur
yang sangat jauh.
2. Riwayat pendidikan
Subjek berasal dari SD Budi Kasih, SMP Ujung Pandang, dan
SMA negeri 16. Subjek sekarang menempuh studi S1.
3. Riwayat pengasuhan
Subjek dibesarkan dan diasuh oleh kedua orang tuanya
sendiri, namun subjek juga memiliki ibu dan ayah angkat yang
merupakan tetangga subjek, dimana subjek telah dibesarkan
oleh kedua orang tua angkat saat kecil.
4. Riwayat medis
Saat subjek berumur 5 tahun, subjek menderita penyakit
paru-paru. Subjek harus diterapi selama 6 bulan, agar paru-paru
subjek menjadi bersih kembali. Setelah itu subjek sembuh dan
hingga sekarang subjek tidak pernah mengalami sakit lagi.
5. Riwayat perkembangan psikis
Subjek sedari kecil telah ditinggal kerja oleh kedua orang
tuanya, dan kedua saudara kandungnya juga memiliki kehidupan
masing-masing karena saat subjek kecil, kedua saudaranya telah
menempuh Pendidikan SMA.
E. Permasalahan
Subjek sedari kecil selalu dibanding-bandingkan oleh kedua
saudaranya, dari segi akademik maupun fisik dan penampilan.
Walaupun subjek sudah berusaha untuk memiliki akademik yang
bagus, tapi tetap saja orang tuanya masih membandingkan dengan
kedua saudaranya. Perlakuan orang tua juga sangat berbeda, kedua

13
14

saudaranya diberikan les akademik saat masih sekolah, sedangkan


subjek tidak sama sekali diberikan les akademik. Saat memasuki
usia remaja, subjek mulai jarang di rumah dan lebih sering keluar
bersama teman-temannya. Subjek merasa rumah merupakan
tempat yang tidak nyaman, sehingga subjek tidak betah di rumah.
Subjek sulit mengontrol emosi yang ia rasakan, saat sedang marah,
subjek sering membanting pintu, memukul tembok, membanting
barang-barang yang ada disekitar, subjek juga selalu berbicara
dengan nada yang tinggi kepada orang tua subjek. Awalnya, subjek
hanya sulit mengontrol emosi terhadap keluarganya, namun
semakin lama subjek sulit mengontrol emosinya walaupun sedang
berinteraksi dengan teman-temannya. Hal tersebut berkaitan
dengan masalah regulasi emosi subjek yang sulit mengontrol emosi

F. Penanganan Masalah
1. SASARAN PELAKSANAAN
Tujuan dari penanganan masalah yaitu meningkatkan
regulasi emosi pada diri subjek. Target dari penanganan masalah
tersebut yaitu, subjek yang berjenis kelamin laki-laki dan berusia
21 tahun.
2. RANCANGAN STRATEGI PENANGANAN MASALAH
Rancangan penanganan masalah untuk menyelesaikan
masalah yaitu dengan melakukan relaksasi autogenik. Alasan
penggunaan metode relaksasi autogenik dalam menangani
masalah subjek yaitu karena berdasarkan teori dari Klott (Fitriani
& Alsa, 2015) bahwa relaksasi autogenik efektif untuk
mengendalikan emosional dan perilaku, relaksasi autogenik
berarti merilekskan diri dengan membangun kekuatan dari dalam
diri dan mencegah pengaruh eksternal. Pemilihan metode
tersebut diharapkan mampu untuk subjek dapat mengendalikan

14
15

emosi dengan baik serta mengurangi ketegangan dengan cara


melatih otot-otot tubuh menjadi rileks.
Tahapan rancangan strategi penanganan masalah:
1) Tahapan pertama: subjek mengambil posisi yang nyaman
untuk melakukan relaksasi. Setelah itu atur napas hingga
napas menjadi lebih teratur, tutup kedua mata, kemudian
Tarik nafas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-
lahan sambil katakana dalam hati “saya damai dan
tenang”.
2) Tahapan kedua: tahapan kedua yaitu, merasakan berat.
Subjek memfokuskan perhatian pada lengan dan
bayangkan kedua lengan terasa berat, setelah itu secara
perlahan subjek membayangkan kedua lengan terasa
ringan hingga terasa sangat ringan sambil mengatakan
dalam hati “saya merasa damai dan tenang sepenuhnya”
hal tersebut juga dilakukan pada bahu, punggung, leher,
dan kaki.
3) Tahapan ketiga: tahapan ketiga yaitu merasakan
kehangatan. Subjek membayangkan darah mengalir ke
seluruh tubuh dan rasakan hawa hangat aliran darah,
sambil mengatakan dalam hati “saya merasa senang dan
hangat”. Ulangi selama enam kali
4) Tahapan keempat: pada tahap keempat yaitu merasakan
denyut jantung. Tempelkan tangan kanan pada dada kiri
dan tangan kiri pada perut, dan bayangkan serta rasakan
jantung berdenyut dengan teratur dan tenang. Sambil
mengatakan dalam hati “jantung berdenyur dengan
teratur dan tenang”. Ulangi selama enam kali
5) Tahapan kelima: pada tahap kelima yaitu Latihan
pernafasan. Posisi kedua tangan tetap seperti tahap

15
16

keempat. Ucapkan dalam hati “nafasku longgar dan


tenang”. Ulangi selama enam kali.
6) Tahapan keenam: pada tahap keenam ini yaitu Latihan
abdomen. Posisi kedua tangan tetap seperti pada tahap
sebelumnya. Subjek rasakan pembuluh darah dalam
perut mengalir dengan teratur dan terasa hangat.
Ucapkan dalam hati “darah yang mengalir dalam perut
terasa hangat”. Ucapkan sebanyak enam kali.
7) Tahapan ketujuh: pada tahap ketujuh ini yaitu Latihan
kepala. Kedua tangan kembali pada posisi awal, dan
berkata dalam hati “kepala saya terasa dingin”, ucapkan
sebanyak enam kali.
8) Tahapan kedelapan: tahapan akhir yaitu mengepalkan
lengan bersamaan dengan mengambil nafas yang dalan,
lalu buang nafas perlahan-lahan sambil membuka mata.
G. HASIL PELAKSANAAN
1. PENERAPAN STRATEGI PENGANAN MASALAH
Penarapan strategi penanganan masalah tersebut dilakukan
pada hari Senin, 25 Januari 2021 pukul 13.00, berlangsung di
rumah subjek. Jadi sebelum melakukan relaksasi autogenik,
penulis menanyakan kabar subjek, subjek mengatakan bahwa ia
baik-baik saja, hanya tetap sensitif terhadap sekitarnya dan sulit
mengendalikan emosi yang ia rasa. Sebelum melakukan
relaksasi autogenik, penulis bertanya kepada subjek dampak apa
saja yang dirasakan setelah subjek tidak dapat mengontrol
emosinya saat sedang marah, subjek berkata bahwa setelah
meluakan emosinya saat marah dengan berteriak dan melempar
barang, subjek akan merasa sakit kepala dan merasa tubuh
menjadi lelah. Selanjutnya, penulis menyuruh subjek untuk
mengambil posisi yang nyaman sebelum melakukan relaksasi.
Setelah itu, relaksasi autogenik dimulai sesuai dengan tahapan

16
17

yang sudah ada, sambil penulis memberikan relaksasi autogenik


kepada subjek, penulis memutarkan sebuah instrumental yang
menenangkan diputar melalui handphone penulis, untuk
menambah rasa dan sensasi tenang selama berlangasungnya
relaksasi autogenik tersebut.
Setelah dilakukannya relaksasi autogenik, penulis
menanyakan kepada subjek mengenai apa yang subjek rasakan.
Subjek mengatakan bahwa, ia lebih tenang dan rileks, serta otot-
otot pada tubuhnya terasa lebih rileks dari sebelumnya.
2. KAJIAN PUSTAKA
Relaksasi dan kemarahan adalah reaksi yang saling
berlawanan. Relaksasi dan kemarahan melibatkan gelombang
otak dan reaksi tubuh yang berbeda sehingga tidak mungkin
terjadi secara bersamaan. Riset menunjukkan bahwa
kemampuan individu agar dapat mengendalikan emosi melalui
kegiatan seperti meditasi, hipnotis diri, umpan balik biologis, dan
Latihan relaksasi. Pelatihan relaksasi secara signifikan dapat
mengurangi denyut nadi yang tinggi serta mengatasi masalah
fisik maupun masalah psikologis (Ningsih & Diplan, 2018)
Bernstein dan Bercovec (Fitriani & Alsa, 2015) menyatakan
bahwa relaksasi autogenik pertama kali diperkenalkan pada
tahun 1932 oleh seorang psikiater asal Jerman yaitu Johannes
Schultz. Relaksasi mengandung makna suatu prosedur dan
teknik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan dengan cara melatih agar dapat membuat otot-otot
rileks setiap dibutuhkan atau diinginkan, sedangkan autogenik
merupakan sesuatu yang dihasilkan sendiri atau dari dalam diri.
Hasil penanganan dalam menggunakan metode relaksasi
autogenik, subjek merasa otot-otot pada tubuh menjadi lebih
rileks dari sebelumnya dan subjek merasa dirinya lebih tenang
serta subjek menjadi lebih paham mengenai penyebab jika tidak

17
18

dapat mengontrol emosinya dengan baik maka hal tersebut


berdampak pada fisik dan pikiran subjek. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanafi, Hashim, dan
Yusof (Fitriani & Alsa, 2015) bahwa tujuan dari relaksasi
autogenik merupakan menekankan sugesti pada diri sendiri
untuk lebih tenang, ringan, dan hangat sehingga tubuh menjadi
rileks. Murad dan Luiselli (Fitriani & Alsa, 2015) menyatakan
bahwa tujuan dari relaksasi autogenik yaitu diharapkan
perubahan pemikiran di otak mengenai penyebab dan dampak
dari masalah psikologis yang muncul.

18
19

BAB IV
KASUS KOMUNITAS
A. LATAR BELAKANG KOMUNITAS
Komunitas yang akan menjadi sasaran intervensi yaitu, komunitas di
satu gereja yang terletak di kota Makassar. Komunitas tersebut
merupakan komunitas pemuda pada gereja X. Anggota dari komunita s
tersebut yaitu sebanyak 19 orang. Pada komunitas tersebut terbagi
menjadi 4 bidang, yaitu bidang kerohanian, bidang minat & bakat, bidang
pelayanan sosial, dan bidang kaderisasi. Setiap bidang terdiri dari 4
orang anggota. Terdapat pula anggota inti dari komunitas tersebut yang
terdiri dari ketua, bendahara, dan sekretaris.

B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang terdapat pada komunitas tersebut yaitu
kurangnya kekompakan, dimana jika terdapat suatu kegiatan. Anggota
umum dan anggota inti akan saling berdebat mengenai kegiatan tersebut
sehingga sulit untuk mendapatkan jalan keluar atau solusi dari masalah
yang diperdebatkan. 1-3 bulan terbentuk komunitas tersebut sangat
kompak, setelah berlangsung lama. Komunitas tersebut akhirnya tidak
berjalan dengan kompak, dan dalam komunitas tersebut terdapat lagi
kelompok dalam kelompok, dimana beberapa anggota komunitas
membentuk kelompok sendiri yang membuat komunitas tersebut
akhirnya tidak dapat mencapai tujuan dari komunitas. Hal tersebut
berkaitan dengan masalah tidak adanya perasaan saling memiliki dan
kebersamaan dalam kelompok atau sense of community.
C. SASARAN KEGIATAN
Sasaran pada kegiatan ini yaitu anggota komunitas gereja X yang
terdiri dari 19 orang diantaranya 10 berjenis kelamin wanita dan 9
berjenis kelamin perempuan.

19
20

D. TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan tersebut untuk membangun sense of community
yang dimiliki oleh anggota komunitas.
E. RANCANGAN KEGIATAN
Rancangan kegiatan yang akan dibuat yaitu berupa Focus Group
Discussion (FGD) dengan penerapan metode appreciative inquiry.
Tempat kegiatan : Aula gereja
Tanggal dan hari pelaksanaan : Minggu, 24-1-2021
Durasi kegiatan : 100 menit
Rundown Kegiatan
Waktu Durasi Kegiatan Deskripsi
13.00-13.05 5’ Pembukaan: Fasilitator
-Doa Pembuka memperkenalkan diri serta
-Perkenalan diri dan menyampaikan menyampaikan tujuan dari
tujuan kegiatan kegiatan.
13.05-13.15 10’ Anggota komunitas memperkenalkan diri Setiap angota komunitas
menyebutkan nama dan
hobi
13.15-14.15 Penerapan metode appreciative inquiry:
20’ Discovery Anggota menyampaikan
keadaan komunitas saat
ini
20’ Dream Anggota menyampaikan
harapan untuk komunitas
kedepannya
20’ Design Anggota merencanakan
kegiatan-kegiatan untuk
komunitas yang akan
dilakukan kedepannya.

20
21

14.15-14.30 15’ Games kekompakan Games kekompakan yaitu


berupa escape room,
dimana anggota
komunitas harus bekerja
sama untuk keluar dari
escape room tersebut.
14.30-14.40 10’ Penutupan:
-Doa Penutup
-Ucapan terimakasih kepada semua
anggota komunitas

F. KAJIAN PUSTAKA
Memillan dan Chavis (Lukito, Lidiawati, & Matahari, 2018)
menyatakan bahwa sense of community merupakan suatu perasaan
yang dimiliki oleh individu bahwa dirinya merupakan bagian dari
suatu kelompok, penting bagi satu sama lain dan untuk kelompok,
serta kepercayaan yang dibagikan oleh setiap anggota kelompok
untuk memenuhi kebutuhan melalui komitmen bahwa mereka akan
selalu bersama. Terdapat 4 elemen dalam sense of community,
yaitu:
1. Membership: perasaan individu bahwa dirinya menjadi bagian
dari sebuah komunitas dan memiliki ketertarikan dengan
komunitas tersebut.
2. Influence: kekuatan yang dimiliki oleh individu untuk
memengaruhi anggot lain dan kekuatan komunitas untuk
memengaruhi individu itu sendiri.
3. Intregration and fulfillment of needs: pemenuhan akan kebutuhan
yang diinginkan oleh individu, dan juga adanya proses pertukaran
nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap individu di dalam kelompok
4. Shared emotional connection: adanya ikatan secara emosi yang
diperoleh melalui interaksi secara personal didalam anggota

21
22

kelompok, kualitas dari interaksi, adanya hal yang hamper sama


terjadi pada beberapa anggota, suatu kejadian yang dibagikan
dalam kelompok, menghormati setiap anggota kelompok, serta
adanya hubungan spiritual yang dekat satu sama lain.
Dalam membangun sense of community pada anggota
komunitas pemuda di gereja X, penulis menggunakan metode
appreciative inquiry untuk mengali hal-hal apa saja yang dapat
menjadi kekuatan dan potensi untuk meningkatkan sense of
community setiap anggota. Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Sito Resmi Putrisnawati (2018) dengan judul
meningkatkan sense of community muda-mudi karang taruna
melalui metode appreciative inquiry. Namun, dalam rancangan
tersebut, penulis hanya melakukan tiga langkah dari empat Langkah
pada metode appreciative inquiry, yaitu:
1. Discovery, anggota komunitas menyampaikan mengenai
keadaan komunitas pada saat ini.
2. Dream, anggota komunitas menyampaikan harapan
komunitas untuk masa depan.
3. Design, anggota komunitas merencanakan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan oleh komunitas kedepannya (Azaria,
2016).

22
23

BAB V
PENUTUP
A. FAKTOR PENDUKUNG PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTIK
Faktor pendukung pelaksanaan kuliah kerja praktik, yaitu:
1. Subjek bersedia untuk menjadi subjek dalam penanganan
masalah kuliah kerja praktik yang dilakukan oleh penulis.
2. Adanya dukungan dari keluarga, teman-teman, dan lingkungan
penulis untuk melaksanakan kuliah kerja praktik.
B. FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KULIAH KERJA
PRAKTIK
Faktor penghambat pelaksanaan kuliah kerja praktik, yaitu:
1. Kuliah kerja praktik dilakukan saat pandemic covid-19 sehingga
penulis sedikit terhambat saat melakukan observasi,
wawancara, serta penanganan yang diberikan.
2. Waktu yang singkat dalam memberikan penanganan.
C. KOMPETENSI YANG DIPEROLEH
Kompetensi yang diperoleh setelah melakukan kuliah kerja praktik,
yaitu:
1. Penulis meningkatkan kemampuan dalam wawancara serta
menganalisa permasalahan yang ada.
2. Penulis meningkatkan kemampuan dalam menganalisa dan
memberikan penanganan terhadap masalah yang ada.
D. KESIMPULAN
Kuliah kerja praktik merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Atma Jaya Makassar untuk
menyelesaikan studi strata 1 (S1). KKP tersebut dilakukan selama
masa pandemik covid-19, dengan memberikan penanganan masalah
yang sedang dihadapi oleh individu serta komunitas. Pelaksanaan KKP
tersebut diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi oleh individu serta komunitas.

23
24

E. SARAN
Saran yang diberikan oleh penulis, yaitu:
1. Waktu yang disediakan untuk KKP lebih panjang dan lama
2. Bagi mahasiswa, meningkatkan kemampuan observasi,
wawancara, serta menganalisis permasalahan lebih jelas.

24
25

DAFTAR PUSTAKA

Azaria, S. 2016. Penerapan Appreciative Inquiry Di Departemen Mata


Kuliah Umum (DMU) Di Universitas XYZ. Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental. 1 (2). 125-133.
Fitriani, Y., & Alsa, A. 2015. Relaksasi Autogenik untuk Meningkatkan
Regulasi Emosi pada Siswa SMP. Gadjah mada journal of professional
psychology. 1 (3). 149-162.
Lukito, A., Lidiawati, K., & Matahari, D. 2018. Sense Of Community Dan
Self-Efficacy Pada Mahasiswa Yang Mengikuti Komunitas Kesenian.
Jurnal Psikologi. 4 (1).
Ningsih,A.& Diplan. 2018. Konseling Kelompok Dengan Teknik Relaksasi
Kesadaran Indera Untuk Meningkatkan Kontrol Diri Terhadap Emosi
Marah Pada Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja Palangka Raya.
Jurnal Bimbingan dan Konseling. 3 (2). 12-18.
Nusuki. 2014. Penggunaan Pendekatan Konseling Rational Emotiv
Behavioral Therapy Melalui Layanan Konseling Individual Untuk
Mengatasi Siswa Yang Mengalami Kesurupan Di Sman 2 Aikmel.
Jurnal Educatio. 9 (1). 99-124.
Siahaan, D. & Karneli, Y. 2019. Rational Emotive Behavior Therapy
Untuk Mengatasi Rendah Diri Siswa.Jurnal Pendidikan dan Keislaman. 2
(2).
Sito, R. 2018. Meningkatkan Sense Of Community Muda-Mudi Karang
Taruna Melalui Metode Appreciative Inquiry. Skripsi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Solikhah. 2018. Efektivitas Pendekatan Rational Emotive Behaviour
Therapy Untuk Mengurangi Kecanduan Game Online Pada Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Al Isyraq. 1 (1).
Tari, I., Karpika, I., Sapta, I., Suhardhita, K., & Arman, V. 2020. Pendekatan
Konseling Rational Emotive Behavioral Therapy (Rebt) Dengan Teknik
Dispute Kognitif Untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas

25
26

Vii.F Smp Negeri 12 Denpasar. Indonesian Journal of Educational


Development. 1 (3).

26
27

LAMPIRAN
➢ SK KKP

27
28

28
29

29
30

➢ Informed Consent

30
31

31
32

➢ Dokumentasi

32

Anda mungkin juga menyukai