OLEH :
MUTMAINNAH SAID
OLEH :
MUTMAINNAH SAID
E311 12 277
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
segala alam semesta, atas segala nikmat hidup, kesehatan, rejeki, serta wawasan
yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai
mahasiswa. Tak lupa penulis ucapkan salam dan shalawat kepada Baginda
Rasulullah SAW, sosok yang menjadi suri tauladan bagi penulis, semoga
kebahagiaan selalu tercurah kepada beliau beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
Awal, Kak Uty, Kak Ira, Kak Amma, Kak Doko, Kak Puttung, Kak
Samad, Kak Acis, Kak Iqbal dan Kak Amar. You’re rock guys, walau
2. Ibu Dr. Jeanny Maria Fatimah, M.Si, pembimbing I, dan Bapak Drs.
v
menyerah, jalan masih panjang. Dan semua pasti punya waktunya masing-
masing.
penyusup dari prodi lain (fanya, endy, inna, michan, iin, disti, ayuni, ijul,
yusman, ical, salman, ida, Diana, ditambah cua dan echa). Teman makan
siang andalan, yang memegang teguh motto kuliah tidak kuliah harus tetap
masalah hati. Ada yang bilang kalau persahabatan sudah melewati tahun
ketujuh maka akan bertahan selamanya. Well, lets hope for the best. Thank
you so much.
Kak Hafid dan Kak Baba yang telah menemani penulis selama hampir dua
bulan di lokasi.
8. Kepada Ida dan Aya yang setia bersama mulai dari mengurus berkas,
peneliti.
vi
10. Rumah kedua penulis, KOSMIK UNHAS. Terimakasih sudah menjadi
11. Buat semua pihak-pihak yang mendukung yang tak bisa penulis sebutkan
satu per satu, segala semesta yang mendukung. Terima kasih banyak
Mutmainnah Said
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................viii
ABTRACT ........................................................................................................ ix
A. Komunikasi ....................................................................................... 21
B. Komunikasi Sosial . ........................................................................... 23
C. Komunikasi Interpersonal .................................................................. 24
D. Teori Dramaturgi ................................................................................ 25
E. Presentasi Diri ................................................................................... 29
x
B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................. 67
1. Panggung Pertunjukan Gay .......................................................... 70
a. Panggung Depan .................................................................... 71
b. Panggung Belakang................................................................ 77
C. Realitas Dramaturgi Kaum Gay ......................................................... 82
A. Kesimpulan ....................................................................................... 88
B. Saran .................................................................................................. 89
LAMPIRAN ...................................................................................................... 94
xi
BAB I
PENDAHULUAN
pasangan, dalam hal ini perempuan berpasangan dengan laki-laki. Idealnya seorang
lelaki akan berpasangan dan jatuh cinta pada seorang wanita begitu pula sebaliknya
wanita idealnya berpasangan dan jatuh cinta pada seorang lelaki. Seperti sebuah
keluarga terdiri dari seorang ayah yang berjenis kelamin lelaki, seorang ibu yang
berjenis kelamin wanita dan memainkan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya
(Budiarty, 2011). Tapi pada kenyataannya tak dapat dipungkiri jika masih ada juga
yang memilih berpasangan dengan sesama jenis (Homoseksual), yang artinya mereka
telah melenceng dari konteks hidup yang telah lama tertanam dimasyarakat. Hal ini
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual yang berjenis kelamin sama secara
istilah untuk menunjukkan gejala-gejala adanya dorongan seksual dan tingkah laku
menarik perhatian betina dimana pejantan harus memiliki daerah kekuasaan atau
Pejantan yang menang tentunya akan senang karena ia bisa mendapatkan banyak
1
2
perhatian betina dan melampiaskan nafsunya, sementara pejantan yang kalah harus
mencari daerah lain untuk dikuasai tetapi melalui sebuah pertarungan lagi dengan
pejantan lain. Di sisi lain, nafsu yang sudah memuncak tidak bisa ditahan lagi oleh
sang jantan, maka ketika itu sang jantan yang kalah akan mencari pejantan yang juga
Sekarang ini banyak mencuat nama LGBT atau dengan kata lain Lesbian,
Gay, Biseksual dan Trans Gender, mengingat banyak artis internasional maupun artis
Indonesia komunitas LGBT pun merajalela, sampai akhir 2013 terdapat dua jaringan
yakni Jaringan Gaya Warna Lentera Indonesia (GWL-INA) didirikan pada Februari
2007. Jaringan ini didukung organisasi internasional. Jaringan kedua, yaitu Forum
LGBTIQ Indonesia, didirikan pada 2008. Jaringan ini bertujuan memajukan program
hak-hak seksual yang lebih luas dan memperluas jaringan agar mencakup organisasi-
Fenomena homoseksual saat ini makin menjadi buah bibir diberbagai negara.
seksual yang belum secara umum dan belum diterima dimasyarakat (Puspitosari &
seksual menjadikan homoseksual dinilai negatif. Sampai saat ini masyarakat masih
menolak kaum homoseksual yang orientasi seksualnya berbeda dengan yang ada pada
masyarakat umumnya. Hal ini membuat kaum homoseksual cenderung menutup diri.
Homoseksual terdiri dari gay yaitu laki-laki yang secara seksual tertarik
terhadap laki-laki dan lesbi adalah perempuan yang secara seksual tertarik terhadap
membuahkan sikap negatif dari lingkungan sosial. Akan tetapi sikap negatif oleh
masyarakat lebih kuat terhadap kaum gay daripada kaum lesbian (Knox, 1984). Hal
ini disebabkan karena keberadaan kaum gay lebih teramati dan terlihat dalam
mereka hilang dari kehidupan sosial (Bonan, 2003 & Pace, 2002).
Data statistik menunjukkan 8-10 juta populasi pria di Indonesia pada suatu waktu
Nusantara) menunjukkan, ada 4000 hingga 5000 penyuka sesama jenis di Jakarta.
Sedangkan Gaya Nusantara memperkirakan, 260.000 dari enam juta penduduk Jawa
Timur adalah homo. Angka-angka itu belum termasuk kaum homo di kota-kota besar
lainnya. Dr. Dede Oetomo, aktivis gay dan telah hidup selama 18 tahun dengan
seperti yang ada dibeberapa film produksi anak bangsa. “Arisan” yang tayang pada
tahun 2003, aktor papan atas Tora Sudiro yang berperan sebagai Sakti seorang pria
yang berusaha menutupi identitasnya sebagai gay dan dia sendiri jatuh cinta dengan
tokoh yang juga gay bernama Nino diperankan Surya Saputra. Film berikutnya
tayang tahun 2007, film yang menceritakan kisah kehidupan remaja berjudul “Coklat
Strowberi”. Di film ini diceritakan mengenai kehidupan sepasang pria gay yang
tinggal satu rumah dan diperankan oleh aktor Nino Fernandez yang
Merditia memerankan tokoh gay yang ngondek, feminim dan kemayu, khas dan
Fenomena kaum gay di Kota Makassar sudah lama ada. Jumlah gay yang
tercatat sebanyak 500 orang, sementara itu waria terdata 15.000 orang (Mutmainnah
MB, 2012). Jumlah yang tidak sedikit, bahkan diperkirakan jumlah gay di kota
Makassar lebih dari yang terdata karena beberapa dari mereka masih malu untuk
menyatakan diri gay dan beberapa lagi mengalami kebingungan terhadap sexual
demikian).
tindakan yang mereka rasa menyelamatkan diri mereka sendiri. Seperti contoh
mendapatkan pengakuan yang baik dan tetap diterima menjadi bagian dari anggota di
lingkungan tempat dia berada. Apalagi saat ini pemeritah Kota Makassar mengadakan
Program Jagai Anak’ta yang salah satunya adalah menerima pengaduan Masyarakat
yang terganggu dengan perilaku Lesbian, Gay, Transgender dan Biseksual melapokan
hal tersebut ke pihak berwajib. Sehingga para kaum gay khususnya mencoba untuk
keluarga dan di depan umum. Karena mereka merasa bahwa mereka harus
masyarakat Bugis Makassar mengenal adanya lima identifikasi gender menurut Alwi
telunjuk adalah calabai (waria), jari manis adalah calalai (tomboi), dan jari tengah
khususnya di Kota Makassar. Masyarakat yang masih menjunjung tinggi norma yang
6
ada menganggap perilaku homoseksual khususnya gay sebagai hal yang salah dan
masih dianggap aneh, sehingga hal ini masih menjadi permasalahan yang sedikit
berkembang tetapi dari semuanya, banyak yang masih enggan menunjukkan jati diri
mereka yang sebenarnya dikarenakan norma-norma yang ada. Sehingga tanpa kita
sadari dalam realita kehidupan sehari-hari terdapat individu gay yang berinteraksi
dengan lingkungan sekitar kita. Karena keberadaan mereka yang tak tampak itulah,
Berangkat dari kecenderungan perilaku kaum gay dan latar belakang masalah
yang telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul :
B. Rumusan Masalah
lingkungan sosialnya?
1. Tujuan Penelitian
sosialnya.
7
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis
kaum gay
b. Secara Praktis
berikutnya sebagai media pembelajaran dan juga sebagai syarat meraih gelar
D. Kerangka Konseptual
Sesuatu yang terjadi berulang kali akan membentuk sebuah pola yang
sistematis. Dari pola tersebut, masyarakat dapat menilai sesuatu hal. Salah satunya
komunikasi, komunikasi sendiri terjadi saat ada dua orang atau lebih berinteraksi atau
informasi kepada penerima. Dalam hal ini sumber dan penerima harus
lengkap dan benar. Pola komunikasi dapat menentukan jenis hubungan yang dimiliki
komunikasi massa.
merupakan komunikasi yang mewakili suatuan terkecil intraksi manusia dan dalam
banyak hal yang berlaku sebagai suatu micrikosmos bagi semua kelompok yang
lebih besar. Komunikasi diadik mencakup semua jenis hubungan manusia mulai dari
hubungan yang paling singkat dan biasa, yang sering kali diwarnai oleh kesan
pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan langgeng (L. Tubbs, 2000)
Pemahaman serupa juga dikemukakan oleh (Beebe, S.A., Beebe, S.J., 2008)
manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Hubungan interpersonal
yang berkelanjutan dan terus menerus akan memberikan semangat, saling merespon
tanpa adanya manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam
bahwa komunikasi menembus faktor ruang dan waktu. Para pelaku komunikasi tidak
harus hadir pada waktu dan tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk
teknologi komunikasi seperti telpon, internet dan lain sebagainya. Faktor ruang dan
komunikasi interpersonal selalu mencakup dua unsur pokok yaitu isi pesan dan
bagaimana pesan tersebut disampaikan secara verbal maupun nonverbal. Dan ada tiga
prediksi analisis bertahap yang dilakukan dalam Komunikasi Antar Pribadi, yaitu
sebagainya), makan dengan tangan kanan, jangan melawan orang tua, duduklah
laki. Sedangkan pada analisis psikologis, sudah melibatkan aspek empati atau sama
ini bersifat heterophily (perbedaan dalam sifat dan tingkah laku tetapi mampu
interpersonal yang dilakukan oleh kaum gay dengan lingkungan keluarga, sosial dan
sesamanya dalam mempresentasikan jati dirinya. Pesan yang disampaikan pun dapat
berupa pesan verbal dan nonverbal, menyesuaikan situasi, kondisi, dan tujuan
penjelasan kepada pembaca guna memperjelas maksud penelitian. Dalam hal ini,
fokus permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Presentasi
heteroseksual yaitu homoseksual (gay dan lesbian). Karena orientasi seksual ini
bertentangan dengan nilai norma sosial serta agama yang ada di masyarakat
yang dianggap sah dan diakui di Indonesia hanyalah pernikahan antar lawan jenis.
Sehingga pilihan orientasi seksual yaitu homoseksual sampai saat ini masih tidak
diakui oleh masyarakat Indonesia. Pria berpakaian perempuan saja tidak dibolehkan
Adanya pro dan kontra di masyarakat mengenai keberadaan gay, pada akhirnya
mungkin dengan cara menyampaikan informasi berupa pesan verbal maupun simbol
nonverbal kepada penerima sesuai dengan yang mereka harapkan agar tetap dapat
Untuk meneliti fenomena tersebut, maka dalam kajian penelitian ini penulis
menggunakan teori dramaturgis dari Erving Goffman. Dalam teori tersebut Goffman
suatu gambaran diri yang akan diterima oleh orang lain (Ritzer & Goodman, 2007:
menumbuhkan kesan tertentu di hadapan orang lain dengan cara menata perilaku agar
orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia harapkan.
kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukkan di atas
orang lain, terdapat wilayah yang menjadi sasaran dari individu gay dalam melakukan
Menurut Goffman, kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi “wilayah depan”
(front region) dan wilayah belakang (back region). (Mulyana, 2010: 114). Wilayah
depan merujuk kepada peristiwa sosial yang memungkinkan individu gay bergaya
atau seperti sedang memainkan suatu peran diatas panggung sandiwara di hadapan
sandiwara bersantai dan bisa menjadi diri sendiri sesuai dengan identitas seksualnya
Dalam dialektika proses tersebut terjadilah realitas sosial individu gay dalam
Gambar 1.1
Kerangka konseptual :
Kaum Gay
Penerapan Teori
Presentasi Diri
di kota Makassar
13
E. Definisi Operasional
karena itu, defenisi ini juga disebut defenisi kerja karena dijadikan pedoman
2007:120)
1. Komunikasi adalah proses interaksi yang terjadi saat ada dua orang
agar orang lain memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang
ia inginkan.
14
F. Metode Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk
mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi adalah
suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian ( Mulayana, 2010: 115).
pada bulan Juli hingga September 2017. Lokasi penelitian akan dilakukan di
Kota Makassar dan dibeberapa tempat yang telah disetujui oleh informan.
15
2. Tipe Penelitian
atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri.
a. Primer
pertanyaan itu.
2. Observasi
b. Sekunder
jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya
tambahan informasi baru yang berarti. Sampel pada penelitian kualitatif bukan
pendukung. Informan utama yaitu berasal dari individu gay yang ada di kota
seorang sahabat dari salah satu informan utama. Informan ini masih bersifat
ambil akan bertambah atau berkurang pada saat peneliti mulai memasuki
yang diambil.
penelitian ini yaitu seorang sahabat dari salah satu informan utama dalam
Tahapan ini dimaksud untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil
dan terkumpul selanjutnya dianalisis sesuai dengan kelompok data baik data
menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang atau perilaku yang diamati (Moleong, 2003: 3). Dan
untuk mencari atau mendapatkan makna dan implikasi dan data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Oleh karena itu,
pengumpulan data dari berbagai sumber seperti yang tercantum dalam tehnik
pengumpulan data.
kemudian dituangkan (display data) dalam uraian atau laporan lengkap dan
rinci. Penyajian data juga diperlukan agar peneliti mudah untuk melihat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi
Kata Komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari kata
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah
istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan
akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu
pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Basrowi, 2002: 62). Carl
komunikasi adalah proses dimana suatu ide dilahirkan dari sumber kepada suatu
penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana,
2000: 62)
sesuai dengan objek kajian dalam penelitian ini yaitu kaum gay, yang menjadi
rangsangan berupa lambanglambang verbal dan non verbal, di mana ketika kaum gay
kesan tertentu yang sesuai dengan harapannya agar dapat mengubah perilaku
21
22
gay.
orang lain niscahaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh keterisolasian ini
akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan
keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West
Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia
seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi.
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat
dua kata kembar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa
lainnya. Teori dasar biologi menyebut adanya dua kebutuhan, yakni kebetuhan untuk
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai cara agar dapat
B. Komunikasi Sosial
suatu situasi integrasi sosial. Komunikasi sosial sebagai salah satu fungsi komunikasi
adalah suatu proses sosialisasi untuk pencapaian stabilitas sosial, tertib sosial, dan
penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh suatu masyarakat. Melalui
komunikasi sosial inilah kesadaran masyarakat dipupuk, dibina dan diperluas, melalui
itu penting untuk menbangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup,
Komunikasi sosial pada dasarnya adalah komunikasi kultur, karena dua istilah
sosial dan kultur bagaimana dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Budaya
tidak gampang menangis, dan tidak bermain boneka. Anak perempuan tidak bermain
C. Komunikasi Interpersonal
tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada
orang lain karena manusia merupakan makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itu peneliti memilih untuk mengkaji komunikasi interpersonal
terhadap presentasi diri gay di kota Makassar adalah untuk mengetahui tujuan tertentu
terhadap pesan yang disampaikan oleh gay tersebut kepada orang lain. Sehingga
seorang gay akan memperlihatkan sosok-sosok tertentu yang akan dipahami oleh
komunikasi yang dilakukan orang-orang secara tatap muka (face to face) yang
memungkinkan untuk mendapatkan respon secara langsung baik verbal maupun non-
verbal (Mulyana, 2008: 81). Ada 3 (tiga) prediksi analisis bertahap yang dilakukan
(Sihabuddin & Winangsih, 2012: 72) . Analisis sosiologi dan antropologi cenderung
sebagainya), makan dengan tangan kanan, jangan melawan orang tua, duduklah
laki. Sedangkan pada analisis psikologis, sudah melibatkan aspek empati atau sama
25
ini bersifat heterophily (perbedaan dalam sifat dan tingkah laku tetapi mampu
D. Teori Dramaturgi
Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori dramaturgi dari Erving
Goffman, salah satu pakar sosiologi yang terkenal pada abad ke-20 menggunakan
menghadirkan dirinya. Teori dramaturgi menurut Goffman yaitu, bahwa ketika orang-
orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima
orang lain sesuai dengan apa yang diharapkan (Ritzerdmgood, 2007: 298). Ia
menyebut upaya itu sebagai “pengelolaan kesan” yaitu teknik-teknik yang digunakan
aktor untuk memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Upaya pengelolaan kesan untuk membangun identitas dirinya dalam
upaya menjaga kerahasiaan yang ada di dalam dirinya tersebut. sehingga mereka
mengelola kesan sebaik mungkin agar orang lain menganggap mereka dengan
sebagaimana mestinya.
untuk presentasi diri ini, termasuk busana yang aktor pakai, tempat aktor tinggal, cara
aktor berjalan dan berbicara, dan juga pekerjaan yang aktor lakukan. Memang segala
26
sesuatu yang terbuka mengenai diri aktor atau pelaku komunikasi sendiri dapat
Aktor melakukan hal itu dari situasi ke situasi. Seperti halnya subjek dalam
penelitian ini yaitu kaum gay, mereka juga berusaha untuk menyesuaikan diri mereka
dengan menampilkan citra diri mereka kepada orang lain yang sesuai dengan
lingkungan sosialnya. Upaya penyesuaian diri itu disebut juga pengelolaan kesan.
lain agar menganggap aktor sesuai dengan apa yang aktor harapkan. Menurut
memainkan berbagai peran diatas suatu atau beberapa panggung. Dalam perspektif
dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan
aktor. Menurut Goffman, kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi “wilayah depan”
wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau
contohnya mereka akan merasa lebih santai dan menjadi diri mereka yang apa adanya
27
dengan gaya bicara, dan perilaku yang tidak ada yang disembunyikan, seperti halnya
menghadapi kesenjangan antara citra diri yang ia inginkan dilihat orang lain, dan
identitas yang sebenarnya, karena ia memiliki stigma (cacat), baik stigma fisik (orang
buta, orang lumpuh, orang pincang, bertangan atau berkaki satu) ataupun stigma
sosial (mantan pembunuh, mantan perampok, gay, lesbian, dan sebagainya). Buku
stigma dan orang-orang normal. Sifat interkasi itu bergantung pada jenis stigma.
Dalam kasus stigma fisik, aktor mengasumsikan bahwa khalayak mengetahui bahwa
aktor memang secara fisik berbeda dengan mereka, sedangkan dalam kasus stigma
sosial khalayak tidak mengetahui dan melihatnya, misalnya homoseksual. Bagi aktor
yang berasal dari fakta bahwa orang lain mengetahui cacat fisik sang aktor,
mengelola informasi agar stigma sosial tersebut tetap tersembunyi bagi khalayak,
mempelajari tingkah laku manusia, tentang bagaimana manusia itu menetapkan arti
28
kepada hidup mereka dan lingkungan tempat dia berada demi memelihara keutuhan
diri.
yang paling berpengaruh pada abad 20. Dalam bukunya yang berjudul The
Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan pada tahun 1959, Goffman
yang mirip dengan pertunjukan drama di panggung. Pikiran Goffman apa yang
disebutnya sebagai “ketidaksesuaiaan antara diri manusiawi kita dan diri kita
sebagai proses sosialisasi”. Misalnya menurut Goffman bahwa diri bukan milik sang
aktor tetapi lebih sebagai hasil interaksi dramatis antara aktor dengan penonton.
Berarti diri (self) merupakan pengaruh dramatis dari pementasan teatrikal yang
antara pementasan teater dan berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi
dan tindakan sehari-hari. Ada aktor dan penonton. Tugas aktor hanya mempersiapkan
dirinya dengan berbagai atribut pendukung dari peran yang ia mainkan, sedangkan
Individu tidak lagi bebas dalam menentukan makna tetapi konteks yang lebih
luas menentukan makna (dalam hal ini adalah penonton dari sang aktor). Karyanya
melukiskan bahwa manusia sebagai manipulator simbol yang hidup di dunia simbol.
di depan umum, maka tanpa terelakkan mereka merasa bahwa mereka harus
:299).
diri”, di mana Goffman menggambarkan pengertian diri yang lebih luas daripada
Mead (menurut Mead, konsep-diri seorang individu bersifat stabil dan sinambung
Sedangkan menurut Goffman, konsep-diri lebih bersifat temporer, dalam arti bahwa
diri bersifat jangka pendek, bermain peran, karena selalu dituntut oleh peran-peran
sosial yang berlainan, contohnya pada saat individu homoseksual berinteraksi dengan
keluarganya saja, akan tetapi dengan lingkungan sosial lainnya dengan situasi dan
peran-peran sosial yang berlainan. Berkaitan dengan interaksi, definisi situasi bagi
E. Presentasi Diri
oleh individu tertentu untuk memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi
para aktor dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan
tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada ( Mulyana, 2010 : 110-111).
30
kesan tertentu di depan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain
memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Dalam proses
mengenai atribut simbol yang hendak digunakan sesuai dan mampu mendukung
tujuan kepada orang lain melalui “pertunjukan dramanya sendiri”. Dalam mencapai
ketika perangkat simbol dan pemaknaaan identitas yang hendak disampaikan itu telah
siap, maka individu tersebut akan melakukan suatu gambaran-diri yang akan diterima
oleh orang lain. Upaya itu disebut Goffman sebagai “pengelolaan kesan” (impression
tertentu dalam situasi-situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyana, 2010:
112).
untuk presentasi diri, termasuk busana yang kita kenakan, tempat kita tinggal, rumah
yang kita huni berikut cara kita melengkapinya (furnitur dan perabotan rumah), cara
kita berjalan dan berbicara, pekerjaaan yang kita lakukan dan cara kita menghabiskan
waktu luang kita Lebih jauh lagi, dengan mengelola informasi yang kita berikan
31
kepada orang lain, maka kita akan mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri
kita. Hal itu digunakan untuk memberi tahu kepada orang lain mengenai siapa kitam
lain itu sebagai pertunjukkan (performance), yakni presentasi diri yang dilakukan
individu pada ungkapan-ungkapan yang tersirat, suatu ungkapan yang lebih bersifat
teateris, kontekstual, non-verbal dan tidak bersifat intensional. Dalam arti, orang akan
berusaha memahami makna untuk mendapatkan kesan dari berbagai tindakan orang
lain, baik yang dipancarkan dari mimik wajah, isyarat dan kualitas tindakan (Ibid:
114)
permainan informasi agar orang lain mempunyai kesan yang lebih baik. Kesan non-
verbal inilah yang menurut Goffman harus dicek keasliannya. Ketika individu akan
Goffman menyatakan bahwa hidup adalah teater, individunya sebagai aktor dan
panggung pertunjukkan, misalnya untuk subjek dalam penelitian ini yaitu kaum gay.
yang relevan untuk memperkuat identitas karakternya, namun ketika individu tersebut
32
telah habis masa pementasannya, maka di belakang panggung akan terlihat tampilan
1. Panggung Pertunjukan
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang
dimainkan para actor ( Mulyana, 2010 : 114). Menurut Goffman, kehidupan sosial itu
dapat dibagi menjadi “wilayah depan” (front region) dan “wilayah belakang” (back
region).
Goffman melihat ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas
panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage) drama kehidupan.
Kondisi akting di panggung depan adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan
kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha memainkan
peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita.
Perilaku kita dibatasi oleh konsep-konsep drama yang bertujuan membuat drama
yang berhasil. Sedangkan di panggung belakang adalah keadaan di mana kita berada
di belakang panggung dengan kondisi tidak ada penonton, sehingga kita dapat
berperilaku bebas tanpa memperdulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita
bawakan.
Lebih jauh untuk memahami konsep dramaturgi, analogi kaum gay adalah
sebagai contoh. Seorang gay senantiasa mempunyai dua sisi kehidupan yang berbeda
teknik pengelolaan kesan yang baik, sehingga dapat diterima dilingkungan sosial
33
tempat dia berada pada saat itu, meskipun dia seorang gay. Karena akan sangat
beresiko jika kuam gay tersebut tertangkap basah dengan identitas aslinya ketika
kesan negatif.
Terdapat suatu resiko yang besar ketika panggung belakang atau “privat” dari
seorang individu bisa diketahui orang lain. Mengingat dalam hal ini, panggung
tersebut bersifat rahasia, maka hal yang wajar bagi individu untuk menutupi
Lebih jelas akan dibahas dua panggung pertunjukan dalam kajian dramaturgi:
akan membangun dan menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan
dengan alasan:
kehidupan masa lalu, seperti pecandu alkohol, pecandu obat bius atau perilaku
membuat produk akhir itu dari khalayak. Kerja kotor itu mungkin meliputi
berlangsung.
Goffman membagi panggung depan ini menjadi dua bagian yaitu front
pribadi, dan setting yakni situasi fisik yang harus ada ketika aktor harus
seorang satpam memerlukan pos jaga, dan seorang pemain sepak bola
35
memerlukan lapangan bola. Front pribadi terdiri dari alat-alat yang dapat
untuk menutupi identitas aslinya. panggung ini disebut juga panggung pribadi,
Dalam arena ini individu memiliki peran yang berbeda dari front stage,
peran yang sama dengan panggung depan. Di panggung inilah individu akan
ataupun panggung belakang tidaklah merujuk kepada suatu tempat fisik yang
tetap. Misalnya kaum gay yang berinteraksi tidak hanya dengan lingkungan
dalam setiap tempat, mereka akan mengelola kesan sesuai dengan situasi-
Maka, melalui kajian mengenai presentasi diri yang dikemukakan oleh Goffman
dengan memperhatikan aspek front stage dan back stage, upaya untuk menganalisa
pengelolaan kesan yang dilakukan oleh homoseksual dapat semakin mudah untuk
A. Orientasi Seksual
ketertarikan dan memperoleh kenikmatan seksual dengan lawan jenis atau sesama
jenis.23 (Raho, 2014: 211) Pada umumnya orientasi seksual pada manusia bersifat
heteroseksual (hetero adalah kata Yunani yang berarti “yang lain”). Artinya orang
merasa tertarik dengan lawan jenis. Namun demikian ada orientasi seksual yang
bersifat homo-seksual di mana orang merasa tertarik dengan lawan jenis seks yang
sama (homo adalah kata Yunani yang berarti “sama”). Orientasi seksual secara garis
a. Heteroseksual, yaitu orang yang tertarik secara emosi dan seksual terhadap
b. Homoseksual, yaitu orang yang tertarik secara emosi dan seksual terhadap
sesama jenisnya. Gay adalah istilah untuk homoseksual laki-laki, dan lesbian
c. Biseksual, yaitu orang yang tertarik secara emosi dan seksual terhadap lawan
heteroseksual, namun ada juga orang-orang yang mentolerir atau bahkan mendukung
orientasi seksual yang homoseks atau dalam bahasa lainnya LGBT. Namun karena
37
38
kebudayaan yang menganggap kaum homo sebagai deviant. Dewasa ini secara
teoritis masyarakat umumnya sudah menerima adanya kaum waria. Tetapi dalam
Realitanya dalam kehidupan masyarakat Indonesia hanya ada dua jenis kelamin
yang diakui yaitu laki-laki dan perempuan. Dimana konsep jenis kelamin atau seks
mengacu pada perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki, pada perbedaan
Sinclair (1995:117). “sex refers to the biological differences between men and
Definisi konsep seks tersebut menekankan pada perbedaan yang disebabkan oleh
Dengan demikian, mana kala kita berbicara mengenai perbedaan Jenis kelamin
maka kita akan membahas perbedaan biologis yang umumnya dijumpai antara kaum
laki-laki dan perempuan, seperti perbedaan pada bentuk, tinggi, serta berat badan,
pada struktur organ reproduksi dan fungsinya, pada suara, pada bulu badan, dan lain
kekerabatan dan norma-norma sosial dan budaya yang berlaku dalam kelompok
yang mengorganisisir dan mengatur seksualitas dalam berbagai hal dan menjadikan
seseorang seksualis.
tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang halus
seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata termasuk
pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi. Jadi seksualitas manusia (human sexuality)
merupakan topik yang kompleks dan sensitif. Ruang lingkupnya meliputi perilaku,
Seksualitas adalah realitas yang dibangun secara sosial dan tidak sama pada
perilaku yang berhubungan dengan seksual serta dipelajari dari skrip yang ada di
b. Perilaku (peran) gender baik sebagaimana ditentukan oleh budaya atau berupa
pilihan sendiri atau berupa pilihan sendiri yang bertentangan dengan budaya
itu.
seksual yang dialami oleh seorang individu dengan menyukai sesama jenisnya.
Secara definitif pengertian dari homoseksual dapat dilihat dalam pengertian sebagai
berikut:
a. Homoseks dan Homophili adalah orang yang orientasi atau pilihan seks pokok
atau dasarnya, entah diwujudkan atau tidak, diarahkan kepada sesama jenis
memberi pengertian homophili adalah seseorang yang tertarik atau jatuh cinta
41
b. Pengertian yang lain tentang homoseks dapat dilihat dari Dede Oetomo, 2001
yang orientasi atau pilihan seks pokok atau dasarnya, entah diwujudkan atau
kata lain secara emosional dan secara seksual tertarik pada laki-laki.
2. Tipe-Tipe Homoseksual
tersebut. Dalam penelitian ini terdapat 6 (enam) tipe homoseksual yang ada.
sendiri. Baik itu dari tipe homoseksual yang telah berani mengungkapkan diri
mereka, sebaliknya juga terdapat tipe homoseksual yang masih tertutup dalam
masalah pengungkapan diri mereka. Berikut tipe-tipe homoseksual yang ada (Akbar,
2011 : 32)
Digambarkan sebagai pria yang lemah atau yang dianggap sebagai tipe sissy,
kata itu dimaksudkan untuk menunjukkan perilaku mereka yang secara aneh
42
kulit, rantai sepatu bot, dan lain-lain. Sedangkan kaum homoseks yang tidak
kurang suka untuk menjalin hubungan homoseksual yang serius untuk jangka
panjang. Setengah dari mereka diketaui telah menikah dan istrinya tidak
mengalami konflik batin dan tidak dapat menerima serta merasa tertekan
lama, sekitar satu tahun. Para ahli menyebut mereka dengan istilah ego-
syntonic homosexuality.
menjual jasa seksualnya kepada pasangan homoseks atau menjadi pelacur itu
telah berhasil secara finansial, biasanya mereka tidak akan berperilaku lagi
biasa di masyarakat.
44
Gay, istilah ini menunjuk pada homophili laki-laki. Gay berarti orang yang
memiliki rasa ketertarikan terhadap sesama jenis laki-laki. Istilah ini muncul ketika
lahir gerakan emansipasi kaum homoseks (laki-laki maupun perempuan) yang dipicu
oleh Peristiwa Stonewall di New York pada tahun 60-an. Istilah gay ini mengacu
pada gaya hidup, suatu sikap bangga, terbuka, dan kadang-kadang militan terhadap
masyarakat. Orang yang menyebut diri gay, ke-gay-annya itu dianggap mencakupi
homoseksualitas sebagai perilaku, orientasi erotic, dan sebagai identitas. Pada level
perilaku, homoseksualitas adalah kontak seksual antara dua orang berjenis kelamin
psikis antara dua individu yang berjenis kelamin sama (Iwan, 2001: 63).
atau ketertarikan fisik terhadapa seseorang berjenis kelamin sama. Orientasi erotis
dan perilaku merupakan dua hal yang berbeda. Seseorang bisa saja tertarik secara
erotis dengan sesama jenis tanpa melakukan kontak seksual untuk mewujudkan
ketertarikannya itu. Jika dilihat dalam orientasi erotis, seseorang yang tertarik dengan
erotis terhadap sesama jenis kelamin, namun identitas tak selalu membutuhkan kedua
faktor tersebut. Seseorang bisa saja melakukan kontak seksual ataupun tertarik
dengan sesama jenis, tanpa menganggap dirinya seseorang homoseksual. Di sisi lain,
dengan pemberian label tertentu oleh masyarakat, seseorang bisa saja menganggap
dirinya homoseksual walau ia tak melakukan kontak seksual atau tertarik dengan
sesama jenis.
Kata “homoseksual” pertama kali digunakan oleh ilmuwan zaman Victoria yang
merupakan gejala dari gangguan mental dan kemunduran moral. Kaum homoseksual
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dilihat makna antara gay dan
homoseks adalah sama, karena di masyarakat saat ini pengertian tentang homoseksual
sendiri berganti dengan gay. Biasanya gay digunakan untuk membedakan antara
Di dalam hubungan gay, terdapat dua peran yang pada dasarnya dipilih, yakni
Top adalah seorang laki-laki yang didalam hubungan berperan sebagai lelaki, bersifat
dan bergaya layaknya laki-laki pada umumnya. Dan Bot adalah seorang laki-laki
Di Kota Makassar sendiri telah banyak kaum gay yang berani menujukkan
dirinya, meskipun hanya ditempat-tempat tertentu. Dan dalam penelitian ini peneliti
Peneliti telah mencari tiga orang gay yang berdomisili di Makassar dan sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Tapi dikarenakan data diri informan bersifat
rahasia, peneliti tidak akan menyebutkan nama asli juga tidak akan memakai
dokumentasi informan dan hanya memakai inisial nama. Dan satu informan tambahan
dari orang biasa yang mempunyai hubungan dengan salah satu informan utama
1. Informan Utama
a. Informan Pertama
Nama : AR
Umur : 24 tahun
b. Informan Kedua
Nama : PM
Umur : 21 tahun
c. Informan Ketiga
Nama : AD
Umur : 33 Tahun
2. Informan Tambahan
Nama : KA
Umur : 25 Tahun
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian dalam penelitian ini berfokus pada presentasi diri kaum gay di
kota Makassar, yaitu tentang upaya seorang gay untuk menumbuhkan kesan tertentu
di depan orang lain dengan cara menata perilaku agar orang lain memaknai identitas
dirinya sesuai dengan apa yang ia inginkan. Homoseksual dipandang sebagai salah
satu orientasi seksual diluar nilai heteronormativitas yang masih menuai pro dan
kontra dalam budaya Indonesia, tidak terkecuali kota Makassar. Kota Makassar
merupakan salah satu kota di Indonesia yang masih menjaga budaya ketimurannya,
khususnya mengenai orientasi seksual. Di mana orientasi seksual yang diakui, dan
hubungan yang dianggap sah dan diterima yaitu hubungan antar lawan jenis, yaitu
hubungan antar laki-laki dengan perempuan dan sebaliknya perempuan dengan laki-
Adanya nilai dan norma sosial yaitu mengenai heteroseksual yang diterima oleh
menunjukkan jati diri mereka yang sesungguhnya sebagai gay. Untuk itulah peneliti
48
49
melakukan penelitian mengenai presentasi diri yang dilakukan kaum gay agar tetap
dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan apa yang ia harapkan meskipun mereka
adalah homoseksual. Kajian penelitian ini menggunakan teori dari Erving Goffman
diteliti dan telah disusun untuk diajukan kepada informan penelitian. Informasi yang
kemudian di analisis.
dan menanyai langsung kepada para informan mengenai hal-hal yang menjadi
informan pada penelitian ini berjumlah 4 (empat) orang yang terdiri dari 3 (tiga)
orang informan utama yaitu laki-laki yang pilihan orientasi seksualnya homoseksual
(gay), 1 (satu) orang informan tambahan yaitu sahabat dari salah satu informan
utama.
50
informan utama yaitu berkaitan dengan fenomena yang diteliti yaitu mengenai
presentasi diri yang ditampilkan oleh homoseksual gay kepada orang lain ketika
memperoleh sebuah realitas yang objektif dari pelaku secara langsung. Adapun ketiga
orang laki-laki yang menjadi key informan peneliti sudah mewakili kriteria informan
dalam mendapatkan informan yang bersedia untuk diteliti. Meskipun saat ini banyak
kaum gay di kota Makassar, namun tidak semua gay yang sesuai dengan kriteria
dalam penelitian bersedia untuk di wawancarai dan juga bersedia menjadi informan.
Hal tersebut karena homoseksual khususnya gay masih diaggap hal tabu oleh
Dalam penelitian ini, dikarenakan data diri informan utama bersifat rahasia,
untuk itulah peneliti tidak menyebutkan nama asli informan utama juga tidak
memakai dokumentasi informan utama dan hanya memakai inisial nama. Begitu pula
a. Informan Utama
1) Informan Pertama
dari empat bersaudara. AR baru saja menyelesaikan studinya di salah satu universitas
Saya kebetulan dekat sama saudara, tapi tidak ada orang dirumah yang tau
kalau seperti inika. Paling dirumah suka ji bercanda hal-hal yang biasa karena
dari kecil kebiasaanmi baku kumpul-kumpul sama saudara, kalau mau dibilang
dikeluarga itu beda sekali ka pembawaannya. Baru cerewet ka memang kalau
dikeluarga, diluar juga cerewetja tapi kalau dikeluarga, kaya langsung keluar
sifat cowokku mungkin karena sayaji anak cowo. Seperti kalau merasa mauka
lindungi keluargaku begitue.
Dari pernyataan di atas, dapat dilihat AR sangat dekat dengan keluarganya
terutama tiga saudara perempuannya dan sering bercanda dengan mereka. Meski
aslinya sebagai seorang gay. Ia merasa sebagai satu-satunya anak laki-laki, ia ingin
melindungi keluarganya.
Kalau bapak kebetulan jarang ada dirumah, dia biasanya pulang setelah
magribpi makanya jarangka juga ketemu. Kalau orang lain pasti nasalahkan
orang tuanya kalau begini, tapi menurutku mereka tidak salahji. Saya
mentongji yang mau seperti ini
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa ayah AR yang merupakan pekerja
kantoran sangat jarang berada dirumah. Meskipun ayahnya mempunyai sedikit waktu
dengan AR, tapi dia tidak serta merta menyalahkan ayahnya dengan kondisinya yang
saat ini memutuskan untuk menjadi seorang homoseksual. Banyak orang yang
homoseksual atau gay karena kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari
ayahnya. Tetapi AR tidak sama sekali menyalahkan orang tuanya dengan kondisinya
yang seperti ini. Menurutnya, dia bisa menjadi seorang gay karena itu pure dari
pilihannya sendiri.
nilai-nilai agama oleh orang tuanya, karena latar belakang keluarga yang memang
religius, orang tua menekankan pada pendidikan agama, sehingga AR mulai dari TK
yang Islami. Tetapi, prinsip AR dalam hidupnya lebih mendekatkan pada pendidikan
ilmu pengetahuan, karena dengan semakin tinggi ilmu pengetahuan yang di dapatkan
oleh seseorang, maka orang lain akan menghormati dan menghargainya. Pernyatan
melihat langsung AR meminta izin untuk melaksanakan shalat saat mendengar adzan
dikumandangkan.
Waktu SMPka kelas 1, lebih sukaka bergaul sama teman-teman yang cewe
ketimbang cowo. Tapi tidak kaya bencongja iya. Baru sukaka perhatikan
kakak-kakak kelas kalau main basketki. Kukiraji itu waktu masa-masa purber
toh. Sampe waktu kelas 3ka, mulaimi main-main fb baru ketemuka cowo yang
agak tua, baru sering-seringka baku chat di fb sama dia, sampe janjianka
ketemu di KFC di KDS.
tertarik dengan sesama jenisnya saat menginjak bangku SMP (Sekolah Menengah
Pertama) tepatnya saat duduk dikelas satu. Ia lebih tertarik bersosialisasi dengan
perempuan, tapi sikap yang ditampilkan AR pada saat itu tidak seperti perempuan
atau bahasa gaulnya “ngondek”. Dan suka memandangi laki-laki dewasa. Tapi AR
hanya menganggap hal tersebut sebagai masa puberitas, hingga ia berada dikelas tiga
SMP ia berkenalan dengan seorang laki-laki yang lebih dewasa disalah satu media
sosial, kemudian melalui media sosial tersebutlah mereka menjalin komunikasi yang
intens sehingga memutuskan untuk bertemu disalah satu tempat makan cepat saji
Ada beberapa temanku yang tauji sebenarnya saya begini, yang satu itu teman
kecilku cewe, kebetulan tetanggaja. Dia memang tempatku curhat apa, dia
seringji tegurka untuk berubah. Tapi kujawab mauja iya, cuma masih nda
yakinka. Sama ada teman SMAku cewe juga, kebetulan satu kampusja lagi
kemarin. Kalau dikampus, sukaki jalan sama-sama sampe sekarang juga iya.
Dia tidak permasalahkanji saya yang begini, mungkin nakira kedepannya akan
berubahka. Kalau sama mereka-mereka jadi begituka, kalau orang lain kapang
bilangnya kaya banci, mungkin karena melambaiki caraku bicara
Ppernyataan di atas menunjukan bahwa AR sebenarnya memiliki beberapa
temannya yang mengetahui jika sebenarnya dia adalah gay. Teman yang pertama
merupakan teman dari masa kecilnya yang juga adalah tetangganya, adalah tempat
AR mencurahkan isi hatinya. Terkadang teman masa kecilnya yang seorang wanita
54
tersebut menegurnya agar berubah, tapi AR masih belum yakin dengan hal itu. Dan
satu lagi teman perempuan dari SMA (Sekolah Menengah Akhir) yang juga
temannya ini tak mempermasalahkan AR yang seorang gay karena yakin suatu saat
AR akan berubah. Jika bersama sahabatnya tersebut AR merasa menjadi diri sendiri,
mungkin akan disebut seperti banci karena cara bicaranya yang kewanita-wanitaan.
Kalau didalam hubungan itu, saya yang jadi BOT karena sukaka diperhatikan.
Cuma gayaku kaya cowo yang biasanya ji. Lumayan lamama iya pacaran,
karena kalau nyamanka sama orang susahka lepaski. Kebetulan adama 8 tahun
ini sama yang ini, diami juga iya pacar pertamaku
memilih menjadi seorang BOT yang merupakan seorang yang feminim karena ia suka
Kalau diluar, saya tidak terlalu terbuka iya apalagi sudah jelasmi budayanya
saja beda, jadi harus ki pintar-pintar jaga image supaya tidak terlalu na
kentaraiki orang lain. Kayakji kalau ada 2 (dua) kepribadianta, apa lagi
didepannyaki teman-teman yang tidak na tau kalau beginiki. Jadi mau tidak
mau terpaksa haruski ikuti budaya yang ada dimasyarakat, disitu mi biasa
susahnya.
mengenai identitasnya sebagai seorang gay. Hal ini disebabkan karena lingkungan
gay masih tabu dan belum bisa diterima keberadaannya. Sehingga AR harus tetap
bahwa dia seperti mempunyai 2 (dua) kepribadian, dengan situasi sosial dan identitas
sebagai berikut:
Di komunitas lebih bebaska jadi diri sendiri iya, kaya bebaska mau bergaya
seperti apa. Bahkan kalau bicara juga tidak terlalu dipikirji mauki bilang apa,
karena tidak adaji yang baper kalau sembarang dibilang. Pokoknya jadi diri
sendirima kalau ketemu sama mereka. Saya ketemu mereka itu waktu SMA
kelas 2, tau dari temanji juga. Suka ikut-ikut kalau kumpul, jadi akrabmi baru
saling nyamanmi juga.
AR mengatakan jika dalam komunitas gay yang dia masuki, dia merasa bebas
sesamanya tidak ada yang mempermasalahkan jika ia berbicara yang mungkin bagi
orang akan menyinggung perasaannya. Dia merasa menjadi diri sendiri jika berada
saat dia duduk dibangku SMA (Sekolah Menengah Atas) kelas dua. AR mengetahui
2) Informan Kedua
tahun. PM saat ini masih menjadi mahasiswa di Universitas swasta di kota Makassar.
keluarga yang biasa, yang membebaskan pergaulan anaknya. Dan orang tuannya
orang tuanya.
berikut:
Di rumah lebih dekatka sama kakakku yang cewe karena kakakku yang cowo
tidak dirumahmi tinggal karena sudahmi berkeluarga, tidak dekat sekaliji jg.
Tapi sama diaja biasa bertanya soal kuliah atau kalau ada perluku. Dirumah
juga paling kalau kumpul-kumpul depan TV sanging sibuk semuaji sama hpnya,
biar bapak sama mamaku ta’bangka sosmedki
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa PM dirumah lebih dekat
dengan saudara perempuannya karena kakak laki-lakinya telah berkeluarga dan sudah
hasil wawancara diatas, peneliti juga mendapatkan informasi jika kedua orang tua PM
57
Kalau soal agama, tidak terlalu bagaimana sekaliji iya dikeluarga, cuma
bapakku sama mamaku pasti nakasi ingatji anak-anaknya untuk sholat.
Walaupun tetapji suka bolong-bolong shalatku. hehe
Menurut PM, pendidikan agama dikeluarganya tidak terlalu religius tapi bapak
Pernah waktu SDka kelas 6, nontonka film porno tapi lebih tertarikka lihat
cowonya. Waktu SMP bahkan pernah ada pacarku cewe, cuma cinta monyetji.
Mungkin karena saat itu masih mencari jati dirika. Tapi baruka betul-betul jadi
gay itu waktu SMA kelas sepuluh, temannya kakakku yang cowo sering datang
dirumah, setiap datang selaluka nalihat-lihati, baru dia minta nomorku sama
kakakku. Dari situmi sukaka nahubungi, na chatka apa soal masalah
keluarganya kadang juga napanggil sayangka, sukaka juga cerita sama dia
tentang masalahku, kaya nyamanka begitue sama dia. Baru itu hari naajakka
keluar makan di mekdi, dari sana naantarka pulang tapi singgahki
dirumahnya, katanya ada mau naambil. Itu hari, sunyi rumahnya iya baru dia
panggilka ke kamarnya, disitumi dia pegang-pegangka sampe naajakka
berhubungan baru tidak tau kenapa tidak bisaka melawan. Jadi sampe
sekarang mungkin bisa dibilang lebih nyamanka berhubungan sama cowo
Proses PM mulai merasa tertarik pada laki-laki saat ia duduk di bangku SD
kelas enam. Bahkan pada saat menonton film dewasa, ia hanya tertarik dengan
pemeran prianya. Dia pernah memiliki hubungan dengan perempuan sewaktu SMP
(Sekolah Menekah Pertama), tetapi itu hanyalah hubungan tanpa perasaan (cinta
monyet). Dan menurutnya saat itu ia sedang mencari jati diri. Akan tetapi ia baru
58
menyadari dan yakin bahwa dirinya adalah gay saat dia duduk dibangku SMA
(Sekolah Menengah Atas) kelas X. Ia diperkenalkan dengan dunia gay melalui teman
di salah satu restoran cepat saji yang ada di Makassar, perbincanganpun berlanjut
mengatakan, akan mampir sebentar dirumahnya untuk mengambil suatu barang yang
ketinggalan. Sesampainya disana dengan keadaan rumah yang sunyi tanpa ragu laki-
Tapi PM tak bisa menolak saat hal itu berlanjut hingga hubungan intim. Karena
wawancaranya:
Kalau di gay itu seperti ji kayak pasangan lain, kayak cewe sama cowo kalau
berhubungan. Di gay juga ada yang jadi cewenya, ada juga cowonya. Kalau
saya kebetulan jadi cowokka, biasa dibilang TOPnya. Tapi mungkin karena
kita cowo sama cowo jadi aneh kelihatannya. Apalagi di Makassar, nalihat
anehki orang, biar itu jalanki para-para cowoji. Padahal kalau nyamanki
mauki bagaimana.
59
sendiri mirip dengan pasangan heteroseksual pada umumnya. Dalam orientasi gay
PM berperan sebagai Laki-laki atau dalam kalau bahasa mereka disebut TOP. Karena
mereka merupakan kaum gay yang notabenenya merupakan sesama lelaki jadi tentu
aneh kelihatannya bagi masyarakat, khususnya di kota Makassar ketika melihat dua
orang laki-laki yang sedang berjalan berdua dengan tingkah laku yang berbeda
dengan laki-laki normal pada umumnya. Walaupun bagi mereka itu adalah hal yang
Ketika berada dilingkungan kampus tentu PM akan lebih berhati hati-hati dalam
bergaul untuk membunyikan identitas aslinya. Karena ketika berada pada tatanan
mengetahui kalau dia adalah seorang somo seksual (gay). Layaknya mahasiswa pada
khusus untuk identitas aslinya PM hanya dekat dengan tiga orang temannya
60
dikampus seorang laki-laki dan dua orang lainnya adalah perempuan tentu mereka
sudah mengetahui PM itu adalah seorang homo seksual (gay). Menurut PM, jika
bersama dengan tiga temannya tersebut ia merasa tidak menjadi orang yang munafik
untuk menyembuyikan identitas aslinya. Bahkan salah satu sahabat laki-lakinya lebih
Beda kalau sama di komunitas yang kumasuki dari SMA, kalau sama mereka-
mereka bisaka manja-manja, bisaka bicara tentang masalahku dengan pacarku.
Kadang sukaki jalan-jalan sama-sama, kadang pergiki clubbing apa. Tapi
kalau kumpul biasanya dirumahnya ki teman yang berduaji sama adeknya yang
cewe tinggal dirumahnya. Pacarku yang sekarang baruka setahun sama,
seringji ketemu apa, jalan sama-sama teman. Dia orangnya baikji, kadang suka
tanya butuh apa, tapi bukanja juga cowo matre.
menjadi dirinya sendiri. Dia dapat bercerita mengenai hubungannya dengan pacar
yang telah setahun lebih berhubungan, menurutnya pasangannya sangat baik dan
3) Informan Ketiga
bersaudara.
Saya tidak terlalu dekat dengan keluarga, dari dulu memang saya tertutup
sekali dengan saudara-saudara. Mungkin karena bapak sama ibuku itu
orangnya keras, jadi haruski bisa jaga nama baiknya keluarga. Dirumahpun
saya orangnya biasaji, kaya cowo pada umumnya
Dari pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa hubungan AD dengan keluarga
tidak terlalu dekat. Dan dari dulu dia sangat tertutup dengan saudara-saudaranya. AD
merasa mungkin itu hasil didikan orang tuanya yang keras sehinga dia harus bisa jaga
umumnya.
Keluargaku itu sangat keras namanya aib, yang berhubungan dengan aib.
Tidak boleh memalukan nama keluarga. Pernah itu sekali bocor ke bapakku,
sampe na ancam maka. Itu parang sudah dileher, terus bapak tanya kalau kau
begitu? Terus saya jawab nda, seandainya saya jawab iya. Hilang kepalaku
pada saat itu.
Menurut AD, dalam keluarga yang beretnis seperti keluarganya itu sangat
menjaga agar tidak ada yang namanya aib dalam keluarga. Harus menjaga nama baik
pertanyaan bapaknya.
62
Keluargaku itu termasuk keluarga yang religius. Ada suatu masa saya nda
maulah tau urusannya orang lain. Saya dapat kertas dilantai isinya
percakapannya kakakku dengan salah satu temanku di tempat ibadah. Saya
itukan ada diaryku, itu mau nabongkar. Itu hari subuh-subuh sekitar jam 3,
saya pergi ke halaman untuk bakar itu buku. Makanya saya lebih mendalami
saya punya agama supaya saya lebih rileks. Misalkan suatu saat ada orang
tau, atau orang baru yang tau. Saya sudah tidak terlalu no problem. Cuma
kenapa saya masih menjaga image karena nama keluarga
Dari hasil wawancara diatas, AD mengatakan jika keluarganya termasuk
keluarga yang religius. Pada suatu saat dia menjadi orang yang tidak peduli dengan
apa yang terjadi disekitarnya. Suatu hari dia mendapat percakapan kakaknya dengan
salah satu teman yang sering beribadah bersamanya. Dalam percakapan tersebut,
kakaknya ingin membongkar catatan pribadi yang dimiliki AD. Tapi AD yang
mengetahui hal tersebut, buru-buru membakar catatan tersebut pada jam tiga subuh
agamanya agar dia dapat tenang jika suatu saat masalahnya terbongkar. Tapi sampai
Kalau saya itu dari lingkungan, jadi saya itu waktu kecil dari kelas 5 SD
dikerjain sama karyawannya bapak. Itu ada sampe 3 orang kayaknya, yang
satu kerjai saya, yang satunya lihat dan satunya cuma kulihat pegang dia
punya anu. Pada saat itu belum mengerti, untungnya saya tidak sampe
diperkosa. Pada saat itu mereka lebih minta diraba-raba. Jadi ini itu kaya
kebiasaan begitue.
63
dipengaruhi oleh lingkungan. Dimulai saat ia duduk dibangku kelas lima SD (Sekolah
Dasar), AD dilecehkan oleh tiga orang yang bekerja sebagai karyawan bapaknya.
Pada saat itu AD belum mengerti dan berpikir hal tersebutlah yang menjadi awal
Lanjut ke jenis gay yang dilakonkan oleh AD, ia memberikan jawaban sebagai
berikut:
Di gay itu ada dua jenis, ada laki-lakinya (TOP) ada perempuannya (BOT)
kalau saya lebih ke perempuannya. Tapi caraku bersikap tidak bilang kayak
perempuan. Cuma kalau cara berpakain orangku beda dari pada yang lain,
maksudku dalam artian saya orangnya memang agak stylish. Saya kalau cari
baju saya selalu mau berbeda begitue. Bukan norak kaya pergi ke mall pake
baju bling-bling begitu. Tapi saya lebih formal lah, kaya harus pake ikat
pinggang. Lebih rapi begitue. Pakaianku seperti biasa, pake baju kaos, celana
panjang
Dari wawancara tersebut, AD menyebutkan jika ada dua jenis orang didalam
hubungan gay., yaitu yang menjadi laki-laki (TOP) dan yang menjadi perempuan
(BOT). AD termasuk gay yang menjadi perempuan. Tapi gaya berpakaian AD tidak
seperti layaknya perempuan. AD sangat suka tampil berbeda dari orang lain, dan
termasuk orang yang stylish . Dia menyukai tampil formal dan rapih. Dan AD juga
biasa mengenakan baju kaos dan celana panjang. Dan dari pengamatan peneliti saat
wawancara, AD memakai baju kaos abu-abu dan celana panjang hitam. Tapi yang
Saya sudah jalani hidup begini, dari masyarakat sudah pasti menganggap itu
jelek. Walaupun belum tentu. Tapi kalau saya yang pernah mendapat wawasan
64
dari agamaku menjadi manusia yang setia walaupun dalam kondisi apapun.
Kita mikirin orang, bantuin orang kaya begitu
Dan saya punya satu teman geng semuanya itu cewe tujuh orang dulu dari
SMA. Saya buka semuanya dan mereka tau dan mereka tetap nyaman sama
saya. Saya tidak kurang ajar, saya nda apa. Disatu sisi saya juga punya teman
yang lain dalam komunitas seperti itu. Mereka tidak menjudge saya
bagaimana-bagaimana
AD mengatakan dia mengetahui jika hidup yang dia jalani sudah dianggap jelek
di masyarakat, walaupun menurutnya belum tentu. Dalam agama yang dianut AD dia
mendapat pemahaman, jika dia harus menjadi pribadi yang setia dalam kondisi
apapun. Membantu orang yang bisa dibantu. AD memiliki sahabat semasa SMA
kepada sahabat perempuannya, dan mereka menerima pilihan AD yang menjadi gay.
Ditempat lain, AD juga memiliki teman yang merupakan kumpulan orang-orang gay.
Saya tidak pilih-pilihji terus terang, saya temaniji semua. Tapi kalau saya
menurutku dia mulai kelewatan saya jauhi. Kalau dikelompokku ini, kita
bertujuh. Saya berteman sama mereka sudah ada enam tahun. Kita ketemu
bukan membicarakan aktifitas seks atau apa, kita kadang suka tukar cerita,
liburan bareng, lucu-lucuan begitue. Teman main tapi komunitas begitu. Kita
orientasinya kumpul-kumpul bukan kaya seks lah apalah. Saya juga tidak mau
masuk kedalam lingkungan begitu maksudku. Tapi teman-temanku ini rata-
rata maksudnya yang didalam orang memang profesional kerja seperti saya
yang sangat menjaga privasinya begitu.
Saya punya pacar itu bule, ketemu di Bali itu waktu. Saya sudah 3 tahunanmi
sama, dia itu orangnya minta saya untuk serius. Tapi kendalaku itu dikeluarga,
saya tidak mungkinmi toh tinggalkan bapak mamaku. Dia sekarang tinggal di
Australi jadi kalau ketemu biasanya di Bali. Dia mau sekali kesini, tapi saya
larang, saya takut anaknya orang kenapa-kenapa kalau disini.
65
pilih namun dia akan menjauh jika menurutnya temannya tersebut sudah diluar batas.
Didalam AD telah enam tahun bergaul dengan kelompok atau komunitas gay yang
beranggotakan tujuh orang. Mereka kadang bertukar cerita dan liburan bersama.
AD juga mengakui memiliki pasangan seorang warga negara asing yang telah
serius tapi AD masih memikirkan kedua orang tuanya yang tidak bisa ia tinggalkan.
b. Informan Pendukung
tambahan dengan syarat, biodata asli berupa nama dan dokumentasi gambarnya tidak
menjaga rahasia akan jati diri teman dekatnya yang menjadi informan utama.
66
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Perempuan ini merupakan teman dekat
dari informan ketiga yang menjadi objek dalam penelitian ini, yakni AD.
Saya kebetulan kenal sama AD itu pada saat diacara-acara ibadah. Cuma
betul-betul tau itu pas saya stay di Makassar enam tahun yang lalu. Awalnya
saya tidak tau kalau dia begitu sampe saya lihat gayanya kalau lagi sama
teman-teman kelompok ibadah itu kaya jabe-jabe begitue apalagi sama teman-
teman cowo, tapi nda sembarang cowoji dia kasi begitu, diantara kita-kitaji.
Agak curigama, sampe teman-teman yang bilang kalau dia seperti itu. Tapi
dikasi tauji kalau harus jaga rahasia
Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa KA mengenal AD saat acara-
mengakui jika dia tidak mengetahui pasti kepribadian asli dari AD, hingga KA mulai
curiga saat melihat kelakuan sehari-hari AD yang terlihat manja pada teman-
temannya, khususnya pada teman lelakinya tapi hanya pada teman terdekatnya AD
seperti itu. Dan KA diberitahu kepribadian AD yang sebenarnya dengan teman yang
lainnya. KA juga diperingati agar merahasiakan hal tersebut kepada orang lain.
komunitas agamanya dan saat berada didepan para orang tua di komunitasnya pun
Pada pembahasan ini, peneliti akan memaparkan mengenai berbagai hal yang
terjadi dilapangan berdasarkan dengan hasil sebenarnya yang ditemui dan dirasakan
oleh peneliti dilapangan berkaitan dengan judul penelitian yaitu presentasi diri kaum
gay di kota Makassar. Berbagai data yang peneliti peroleh dilapangan berkaitan
dengan presentasi diri kaum gay, disusun dan dialokasikan sebagai suatu hasil dari
tambahan lainnya. Pemaparan proses penelitian ini dirasa penting sebagai jawaban
yang ingin disampaikan peneliti dalam upaya menentukan arah penelitian dengan
sikap dan tingkah laku ketika bersosialisasi dengan orang lain yang belum
kriteria penelitian. Untuk itu perlu waktu yang cukup lama untuk dapat menemukan
laki-laki yang bersedia menjadi informan, karena pembahasan yang dibahas sangatlah
sensitif. Penelitian dilakukan melalui kegiatan wawancara yaitu dimulai dari bulan
utama. Selain itu, peneliti melakukan wawancara secara langsung pada informan
utama dan juga pada informan tambahan untuk melengkapi data penelitian.
kepada para informan utama melalui aplikasi WA (What’s App). Untuk informan
tambahan peneliti mewawancarai seorang sahabat dari salah satu informan utama
sebagai saksi atau bukti untuk memperkuat data dalam kajian penelitian ini.
orang yang kenal dengan teman mengaku adalah seorang gay. Setelah meminta izin
utama. Atas dasar kesepakatan bersama, informan utama bersedia menjadi subjek
dalam penelitian ini dari akhir bulan Juli peneliti mulai dan melakukan pendekatan
terlebih dahulu pada informan utama, setelah itu barulah peneliti melakukan
dan di waktu yang berbeda. Wawancara dengan informan pertama yaitu dilakukan
pada tanggal 28 Juli 2017 bertempat disalah satu taman didalam kompleks
Universitas Hasanuddin, dimulai pukul 14.00 s.d 16.30 WITA. Wawancara dengan
informan kedua dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2017 di restoran cepat saji yang
terletak di Jalan A.P. Pettarani, dimulai pukul 18.30 s.d 20.00 WITA. Dan wawancara
ketiga dilakukan pada tanggal 5 September 2017 di salah satu tempat nongkrong
69
didalam Mall Panakukang pada pukul 19.00 s.d 20.30 WITA. Untuk informan
informan utama. Wawancara dengan salah satu teman dekat dari informan utama
dilakukan pada tanggal 23 September 2017 bertempat di Mall Ratu Indah Makassar.
Penelitian yang membahas tentang presentasi diri kaum gay dikota Makassar
ini menggunakan analisis teori Dramaturgi yang dikemukakan oleh Erving Goffman.
Teori ini menggambarkan proses pengelolaan kesan yang dilakukan kaum gay.
Bahwa pada saat individu gay berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin
menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain sesuai dengan apa
yang dia harapkan. Sehingga mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak
layak bagi kaum gay dalam situasi yang ada dan berupaya untuk menumbuhkan
kesan tertentu di depan orang lain. Dengan cara menata perilaku agar orang lain
memaknai identitas dirinya sesuai dengan apa yang ia harapkan. Menurut Goffman,
kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang mirip dengan pertunjukkan diatas
tempat aktor untuk memainkan fungsi dan perannya agar dapat dilihat oleh penonton,
yaitu ada panggung depan (front stage) dan panggung belakang (back stage). Dimana
panggung depan dan panggung belakang tersebut sebagai tempat kaum gay dalam
tahapan dalam Teori Dramaturgi dari Erving Goffman yaitu kegiatan presentasi diri
kaum gay di wilayah panggung depan dan panggung belakangnya, sehingga akan
dilihat bentuk realitas interaksi kaum gay dengan lingkungan sosialnya. Dimana
dalam kajian penelitian ini yang akan dibahas adalah lingkungan keluarga,
Dalam perspektif dramaturgis, kehidupan ini ibarat teater, interaksi sosial yang
dimainkan para aktor (Mulyana, 2010: 114). Panggung dalam kajian penelitian ini
adalah tempat atau setting di mana para kaum gay berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Di mana lingkungan sosial yang dihadapi oleh kaum gay ini tidak hanya di
dalam satu panggung atau wilayah interaksi, tetapi terdapat lingkungan sosial yang
lain yang di dalamnya terdapat situasi dan identitas sosial yang berbeda, sehingga
kaum gay disini dituntut untuk bermain peran dengan peran-peran sosial yang
berlainan.
Untuk memainkan peran sosial tersebut, biasanya kaum gay itu akan
menggunakan bahasa verbal dan dan menampilkan perilaku non verbal tertentu serta
dibagi menjadi wilayah depan (front region) dan wilayah belakang (back region).
Wilayah depan merujuk kepada peristiwa sosial yang memungkinkan kaum gay
71
merujuk kepada tempat dan peristiwa yang memungkinkannya untuk bersikap lebih
santai, dan memikirkan konsep ideal dirinya ketika dipanggung depan. Lebih jelas
akan dibahas dua panggung yaitu panggung depan dan panggung belakang kaum gay
di kota Makassar.
a. Panggung Depan
Panggung Depan adalah bagian dari pertunjukan yang secara umum berfungsi
secara agak tetap dan umum untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yang
memerhatikan pertunjukan tersebut (Ritzer & Goodman, 2012: 400). Panggung depan
merupakan peristiwa dimana kaum gay atau “performer” tampil dengan konsep diri
(backstage).
Di panggung inilah kaum gay membangun dan menunjukkan sosok ideal dari
identitas yang akan ditampilkan dalam interaksi sosialnya. Pengelolaan kesan yang
ditampilkan merupakan gambaran kaum gay mengenai konsep ideal dirinya yang
dalam pertunjukkan mereka (Ritzer & Goodman, 2007: 299). Seperti halnya informan
utama pada penelitian ini yaitu kaum gay di kota Makassar, mereka memiliki
Upaya kaum gay itu ketika bermain peran dengan peran-peran sosial yang
berlainan yang disesuaikan dengan lingkungan sosial yang dihadapi bertujuan untuk
memupuk kesan-kesan tertentu dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Seperti yang dikatakan oleh ketiga informan utama dalam penelitian ini, di mana di
sikap atau perilaku layaknya seperti kaum gay. Sehingga memungkinkan ketiga
informan utama ini yaitu AR, PM dan AD untuk mengelola sikap dan perilaku
mereka agar tidak terlihat atau nampak seperti pria homoseksual atau gay. dan
situasi dan identitas yang berbeda dalam masing-masing lingkungan sosialnya. AR,
yang cerewet tapi dia masih menyembunyikan identitas aslinya sebagai seorang gay.
warna yang tidak terlalu mencolok, karena menurutnya perilakunya sedikit mirip
73
dengan perempuan (ngondek) dan ia takut identitasnya akan terbongkar jika AR salah
memilih warna dan jenis pakaian. AR juga sangat menjaga wajah dan badannya,
terbukti saat ia menuturkan jika dia rajin ke tempat perawatan kulit wajah di kota
menyembunyikan pilihannya menjadi gay. PM berpikir, tidak ada orang tua yang
mau jika anaknya menjadi gay. Meski dekat dengan saudara perempuannya, ia tidak
akan mengatakan yang sebenarnya kepada saudaranya. Dan menurutnya orang tuanya
normal jika hanya dilihat sekilas. Memakai celana jeans hitam ketat, kemeja biru dan
sepatu sport hitam. PM mengakui jika dirinya termasuk orang yang menjaga
Berbeda sedikit dengan AD, yang mempunyai orangtua yang keras membuatnya
dirinya, tapi ia masih bersihkeras menjaga rahasianya kepada bapak ibunya. Karena
AD masih ingin menjaga nama baik keluarganya dan tidak ingin mengecewakan
celana pendek dengan baju kaus biasa. Menurut teman dekat AD, KA mengatakan
AD sering menggunakan pakaian dengan warna hitam dan merah. AD juga termasuk
orang yang merawat diri, mulai dari wajah AD memilih perawatan yang tergolong
mahal. Dia juga sering mendatangi tempat kebugaran yang ada disalah satu hotel di
Makassar.
Atribut yang ditampilkan oleh ketiga informan tersebut yaitu AR, PM dan AD
merupakan bentuk dari front stage agar orang lain dapat memandang dari sisi yang
dapat diterima oleh masyarakat. Menurut Goffman, kebanyakan atribut, milik atau
aktivitas manusia digunakan untuk presentasi diri, termasuk busana yang kita
kenakan, tempat kita tinggal, rumah yang kita huni berikut cara kita melengkapinya
(furnitur dan perabotan rumah), cara kita berjalan dan berbicara, pekerjaaan yang kita
lakukan dan cara kita menghabiskan waktu luang kita Lebih jauh lagi, dengan
mengelola informasi yang kita berikan kepada orang lain, maka kita akan
mengendalikan pemaknaan orang lain terhadap diri kita. Hal itu digunakan untuk
Informan di atas mengatakan hal yang hampir sama pada intinya. Mereka
memperhatikan sikap atau perilaku baik itu verbal maupun non verbal pada saat
yang merupakan panggung depan, hal tersebut guna menjaga agar rahasia mengenai
idenitas dirinya sebagai kaum gay tetap terjaga kerahasiaannya. Walaupun mereka
terkadang seperti melakukan upaya sandiwara agar identitasnya sebagai gay tidak
75
utama dalam penelitian ini ketika berada di lingkungan keluarga maupun lingkungan
sosial luarnya, mereka mengelola informasi yang mereka tampilkan kepada orang
lain. Karena penampilan yang mereka tampilkan tersebut ketika berada di lingkungan
sosialnya, dapat memandang kaum gay itu sebagai orang yang ingin kaum gay itu
tunjukkan.
peran sebagai makhluk sosial. Mereka melakukan kontak sosial dan berkomunikasi
dengan semua orang. Tidak terkecuali dengan masyarakat di sekeliling mereka yang
Mereka sadar terhadap nilai dan norma sosial agama yang ada di masyarakat.
berinterkasi, yakni lingkungan sosial luar dan dalam. Lingkungan sosial luar yang
termasuk dalam panggung depan yakni lingkungan yang para informan utama tidak
mengikuti budaya yang dari awal telah ada dimasyarakat kota Makassar. Layaknya
76
kampusnya, ia takut jika teman kampus khususnya teman laki-lakinya akan merasa
risih dan tidak ingin berteman lagi dengannya. AD yang merupakan informan ketiga,
merupakan salah satu pengurus inti dikomunitas keagamaan, jadi AD harus dapat
menyembunyikan jati dirinya kepada para orang tua yang berada dalam
komunitasnya. Tapi dia juga fokus kepada perilakunya terhadap orang lain yang
sebagai panggung depan (front stage) untuk menyembunyikan identitas dirinya yang
asli. Dan mempresentasikan dirinya sebagai anak laki-laki yang normal dimata
orangtuanya untuk menjaga agar keduanya tidak kecewa terhadap pilihan hidupnya.
Informan utama juga memilih untuk menjadikan lingkungan sosial luar sebagai
panggung depan (front stage) dimana mereka sebagai aktor juga menyembunyikan
identitasnya sebagai penyuka sesama jenis. Presentasi diri yang ditampilkan pun
sesuai dengan yang mereka inginkan. Mereka ingin kesan yang tampil di lingkungan
sosial luar yaitu mereka (informan utama) sebagai laki-laki normal yang bertujuan
untuk menjaga nama baik keluarga. Cara AR, PM dan AD berpakaian pun hampir
mirip dengan laki-laki pada umumnya, hanya mereka terlihat seperti laki-laki
77
b. Panggung Belakang
(Ritzer & Goodman, 2007: 301). Di panggung inilah segala persiapan mahasiwa gay
disesuaikan dengan apa yang akan dihadapi di lapangan, untuk menutupi identitas
aslinya sebagai seorang gay. Panggung ini disebut juga panggung pribadi, yang tidak
boleh diketahui oleh orang lain. Dalam area ini kaum gay mempunyai sebuah peran
yang berbeda dari panggung depan (front stage), karena terdapat alasan-alasan
tertentu di mana kaum gay tersebut menutupi atau tidak menampilkan peran yang
Di panggung belakang (back stage) inilah kaum gay akan tampil seutuhnya
dalam arti menjadi identitas aslinya sebagai seorang gay. Dan mungkin akan terdapat
beberapa perbedaan yang ditampilkan oleh kaum gay ini ketika bersosialisasi dengan
sesama gay-nya. Misalnya seperti dari peran, sikap, perilaku, bahasa tubuh, mimik
wajah dan cara bertutur kata. Di area panggung belakang inilah, kaum gay bertindak
dengan cara yang berbeda dibandingkan ketika berada dihadapan masyarakat yang
mayoritas heteroseksual.
78
Panggung belakang ini bersifat lebih santai, di mana kaum gay bisa menjadi
dirinya sendiri tanpa harus ada yang ditutup-tutupi. Karena dalam panggung belakang
ini, kaum gay berada di lingkungan yang menerimanya memiliki persamaan rasa dan
nasib.
dalam atau dengan kata lain teman heteroseksual yang telah mengetahui kepribadian
asli informan, karena dalam bersosialisasi dengan temannya tersebut, informan utama
juga menjadi dirinya sendiri dan terbuka mengenai orientasi seksualnya yang
berbeda.
belakang, informan pertama AR hanya mempercayai teman masa kecilnya dan teman
semasa ia masih di SMA yang mengetahui hal tersebut. Tapi tidak hanya itu, AR juga
memiliki teman komunitas sesamanya yang juga mengetahui jika AR adalah seorang
menampilkan panggung belakang, yang tidak hanya dari ceritanya yang sahabatnya
tau jika dia adalah seorang gay, tapi juga sikap dan perilakunya yang terlihat seperti
perempuan ketika bersama sahabatnya. Begitu juga ketika AR bersama teman yang
dia kenal dari SMA (Sekolah Menengah Akhir), pembawaannya mirip dengan jika
dia bersama sahabat kecilnya. AR yang juga memiliki komunitas yang ia masuki saat
masih di SMA, mulanya dia hanya ikut-ikutan tapi akhirnya merasa nyaman hingga
sekarang karena AR merasa bebas menjadi dirinya sendiri dan tidak akan ada yang
79
tersinggung jika ia berkata kasar. Di lingkungan ini, cara bepakaian AR hampir mirip
dengan cara ia berpakaian biasanya. Perbedaannya hanya pada gaya bicaranya yang
tidak sekaku pada saat ia berada di panggung depan. Menurut AR, ia tidak memiliki
panggung ini, ia menjadi lebih berani bergaya seperti perempuan (ngondek) dalam
hal gaya berbicara. AR juga mengatakan untuk mengetahui laki-laki adalah seorang
gay saat pertama kali bertemu, apalagi gay yang gaya berpakaiannya sama dengan
laki-laki normal adalah dengan menggunakan radar yang dimulai dengan saling
yang lain. Meski PM sendiri jika diperhatikan secara langsung amat sulit
mengenalinya jika dia adalah seorang gay. Panggung belakang (back stage) salah
satunya adalah sahabatnya yang dia kenal dari awal mula dia masuk kuliah, tapi PM
baru mengungkapkan identitasnya saat dia yakin ketiga teman tersebut adalah orang
yang dapat ia percaya. Pada posisi panggung belakang selanjutnya adalah komunitas
gay yang dikenal PM sejak SMA (Sekolah Menengah Atas). Dikomunitas tersebut
sebagai TOP, gaya berpakaiannya pun tidak ada bedanya dengan laki-laki pada
umumnya. Ia mengatakan jika gaya berpakaiannya lebih rapi jika berada dikampus
80
yang merupakan panggung depan dan lebih kasual jika dalam lingkungan sesamanya.
PM mengakui, ia lebih sering memakai baju kaus saat sedang bersama dengan teman
sesama gaynya. Dalam panggung belakang, PM tidak memiliki bahasa khusus untuk
Terjadi hal yang sama dengan informan ketiga, pada panggung belakang (back
teman saat dia SMA (Sekolah Menengah Atas), AD memiliki tujuh orang sahabat
yang semuanya adalah perempuan. AD merasa yakin dengan para sahabatnya saat ia
tersebut menerimanya. Tak hanya itu, AD juga diketahui adalah seorang gay
tersebut. Tingkah laku AD saat bersama dengan teman komunitas agamanya juga
tidak membuat risih mereka. Dan pada panggung belakang terakhir AD adalah
komunitas gay yang sudah selama enam tahun AD bergabung. Dalam komunitas gay
yang dimasuki AD memiliki tujuh orang anggota yang dimana semuanya memiliki
demi kehidupan yang normal. Dari penuturan AD mereka rutin bertemu yang kadang
hanya ingin bertukar cerita atau pergi liburan bersama. Pada panggung belakang ini
gaya berpakaian AD masih tetap seperti saat berada di panggung belakang. Menurut
yang bersambung antara baju dan celana yang biasa disebut baju monyet saat berada
81
tidak memiliki bahasa khusus saat berhubungan dengan teman sesama gay-nya. Dia
beranggapan hal tersebut hanya dilakukan oleh para laki-laki yang menyerupai
perempuan (banci).
Ketiga informan utama dalam penelitian ini yaitu AR, PM dan AD, supaya
rahasia mereka sebagai gay tetap aman, keluarga, teman dan masyarakat lain tidak
mengetahuinya. Maka tidak hanya dari segi teknik pengelolaan informasi berupa
bahasa tubuh, ekspresi wajah, gaya berbicara, atribut yang dipakai saja, akan tetapi
mereka juga mengelola informasi dari hal-hal yang kecil seperti membatasi ruang
lingkup pergaulan mereka dengan individu-individu gay, khususnya yang dari segi
penampilan seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, gaya berbicara, atribut yang dipakai
dapat mencirikan mereka sebagai seorang gay. Di sini bisa terlihat perbandingan
antara penampilan “palsu” dengan keseluruhan kenyataan diri seorang gay. Panggung
oleh karena itu, khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki panggung belakang,
Selain itu dengan mencari teman secara selektif, mereka dapat memiliki seorang
teman atau sahabat yang dapat mereka percayai. Dan teman dengan pilihan orientasi
seksual yang sama, yang dapat diajak untuk saling bertukar pendapat tanpa harus
khawatir memikirkan tanggapan aneh yang timbul akibat pilihan orientasi seksualnya.
82
tersebut. Dimana dalam hubungan pertemanan atau persahabatan itu terdapat kriteria
khusus yaitu adanya tingkat kepercayaan yang dimiliki satu sama lain. Tujuannya
adalah supaya jati diri mereka sebagai seorang gay, tetap terjaga kerahasiaanya dari
mayarakat luas.
Di area panggung belakang inilah, kaum gay bertindak dengan cara yang
heteroseksual. Panggung belakang ini bersifat lebih santai, di mana kaum gay bisa
menjadi dirinya sendiri tanpa harus ada yang ditutup-tutupi. Karena dalam panggung
belakang ini, kaum gay berada di lingkungan yang memiliki persamaan rasa dan
nasib khususnya bagi teman yang orientasi seksualnya sama dengan mereka.
Hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka peneliti akan membahas
mengenai Presentasi Diri Kaum Gay di Kota Makassar. Tipe-tipe homoseksual yang
menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu “the secret homosexual” yaitu
perilaku sehingga tidak nampak berbeda dari orang lain di lingkungannya, dengan
sifat yang ditampilkan masing-masing informan utama dalam penelitian ini. Karena
berbeda dan sesuai dengan situasi dan identitas sosial lingkungan sosialnya.
Hal ini terbukti dengan adanya peran yang mereka mainkan yaitu di wilayah
panggung depan (front stage), dan di wilayah panggung belakang (back stage).
Dalam front stage, Goffman membedakan antara setting dan front personal. Setting
mengacu pada pemandangan fisik yang biasanya harus ada disitu ketika kaum gay ini
memainkan perannya. Setting dalam panggung depan kaum gay ini terbagi menjadi
dua yaitu dilingkungan rumahnya dan di lingkungan sosial luarnya, tempat ia menjadi
seorang laki-laki normal. Sedangkan menurut Goffman front personal disini terbagi
menjadi penampilan dan gaya (Ritzer & Goodman, 2007). Penampilan meliputi
berbagai jenis barang yang mengenalkan kepada kita status sosial dari kaum gay
tersebut. Gaya mengenalkan kepada masyarakat, peran macam apa yang diharapkan
informan pendukung dan 1 (satu) orang narasumber dapat ditarik sebuah kesimpulan
bahwa kaum gay hampir semuanya memerankan peran sosial ketika berinteraksi
Ketiga key informan sepakat, bahwa mereka merupakan individu yang memiliki
peran sebagai makhluk sosial. Mereka melakukan kontak sosial dan berkomunikasi
84
dengan semua orang. Tidak terkecuali dengan masyarakat disekeliling mereka yang
Mereka sadar terhadap situasi sosial dalam lingkungan mereka, terutama mengenai
nilai dan norma sosial agama yang ada di masyarakat sekitar mengenai pilihan
orientasi seksual yang dapat diterima. Masyarakat kota Makassar yang mayoritas
menganggap pilihan orientasi seksual seperti homoseksual masih tabu dan masih
Sama seperti ketiga key informan dalam penelitian ini, di mana ketika mereka
terdekat bagi AR, PM dan AD akan tetapi, mereka tidak berani dan masih tidak bisa
untuk terbuka mengenai jati diri mereka yang sebenarnya sebagai seorang gay.
Padahal sejak kecil mereka dibesarkan dan kumpul bersama anggota keluarganya, hal
itu tidak bisa menjadi tolak ukur bagi mereka untuk terbuka mengenai rahasia akan
jati diri mereka yang sebenarnya kepada keluarga. Karena menjadi seorang gay
merupakan keputusan yang mereka anggap sebagai sesuatu yang sulit untuk
diberitahukan kepada orang lain, tidak terkecuali keluarga. Karena hal tersebut
merupakan aib yang tidak hanya menghancurkan nama baik dirinya sendiri, akan
tetapi juga dapat menjadi aib bagi keluarganya. Sehingga orang tua hanya perlu
mengetahui mereka dari segi mereka sebagai laki-laki normal dan sebagai anak baik-
Kaum gay akan menutup jati diri aslinya tersebut, meskipun terhadap keluarga
seksual yang dipilih merupakan perilaku yang dianggap menyimpang, dan tidak dapat
Atribut yang ditampilkan para kaum gay yang menjadi informan utama dalam
penelitian ini saat berada dipanggung depan juga tidak terlalu berbeda saat berada
dipanggung belakang. Perbedaan terlihat pada cara mereka berinteraksi saat berada
diantara panggung tersebut. Pada panggung depan, para informan utama memilih
untuk berpakaian rapi layaknya laki-laki normal dan ketiganya dapat dikategorikan
sebagai laki-laki metroseksual yang menjaga penampilannya mulai dari wajah, badan
hingga cara berpakaiannya yang modis. Pada panggung depan juga informan utama
memilih untuk menampilkan kesan bahwa mereka adalah laki-laki normal dengan
cara menjaga perilaku saat berinteraksi. Berbeda saat berada dipanggung belakang,
ketiga informan bebas untuk berperilaku layaknya seorang gay. Mereka merasa saat
dekatnya ketimbang saat berada dihadapan keluarga atau lingkungan sosial luarnya.
Dan ketiga informan mengatakan, mereka tidak memiliki bahasa khusus saat
Nilai dan norma yang ada di masyarakat berkaitan dengan peraturan dan
menjadi permasalahan individu gay secara umum, yaitu perasaan terkungkung atas
jati diri sebenarnya yang dimiliki. Karena apabila mereka secara terangterangan atau
terbongkar jati diri yang sebenarnya sebagai seorang gay, mereka akan merasa tidak
aman, dan mendapatkan tekanan psikis berupa rasa penolakan atau rasa kekecewaan
baik itu di lingkungan keluarganya sendiri selaku lingungan yang paling dekat
oleh anggota penonton, yaitu dalam penelitian ini kaum gay. Masalah dramaturgis
informasi sedemikian rupa sehingga masalahnya tetap tak diketahui oleh orang lain.
Stigma inilah yang membuat ketiga informan tersebut lebih cenderung untuk
menutupi identitas dan jati dirinya dari lingkungan khalayak. Pengungkapan identitas
diri hanya dilakukan pada tempat dimana ketiga informan ini merasa di terima seperti
komunitas khusus yang mereka ikuti dan orang-orang yang telah memahami kondisi
seksual mereka.
AR, PM dan AD sebagai seorang gay telah memainkan peran yang sangat baik
dalam pengungkapan diri mereka di front stage. Mereka mampu menutupi identitas
diri yang sebenarnya dengan begitu baik. Latar belakang budaya dan nilai keluarga
87
menjadi asumsi dan alasan bagi mereka untuk menamilkan jati diri palsu di hadapan
orang banyak. Sebaliknya, peran yang berbeda mereka lakonkan pada situasi dan
lingkungan yang dapat menerima perbedaan atau orientasi seksual yang mereka
alami. AR, PM dan AD lebih tampil terbuka dan apa adanya ketika berada pada
lingkungan komunitas “sejenis”. Selain itu, persamaan orientasi seksual dan rasa
aman dari ancaman berupa tekanan psikis menjadi alasan ketiga informan tersebut
menampilkan jati diri yang sebenarnya kepada orang di komunitas dan teman
terdekatnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut :
yang normal. Menjaga agar rahasia mereka sebagai gay tidak diketahui pihak
keluarga khususnya orang tua. Ketiga informan berusaha menutupi jati diri
sangat bertentangan dengan norma-norma yang telah ada. Tapi tidak menutup
88
89
homoseksual dalam penelitian ini termasuk dalam tipe the secret homosexual
lingkungan.
identitas aslinya karena merasa memiliki nasib dan perasaan yang sama. Di
memperoleh rasa aman dan nyaman serta afeksi (kasih sayang) dan
sebagainya.
B. Saran
komunikasi lainnya.
sosial.
90
DAFTAR PUSTAKA
Beebe, S.A., Beebe, S.J., & Redmond M.V. 2008. Interpersonal Communication :
Relating to Others. London: Pearson Education.
Bonan, J. A. 2003. Testimony Presented to The New York State Assembly Comitee on
Connection. New York: Aubry Press.
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
L. Tubbs, Stewart & Sylvia Moss. 2000. Human Communication. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Moleong, Lexy J. 2003. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya.
____________ . 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
____________ . 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Oetomo, Dede. 2001. Memberi Suara Pada yang Bisu.Yogyakarta: Galang Press
92
Pace, W. 2002. Promoting Lesbian and Gay Health and Well-Being. New York:
Funding Published.
Ritzer, George & J. Goodman, Douglas. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.
____________. 2012. Teori Sosiologi – Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Bantul: Kreasi
Wacana Offset.
Skripsi
Akbar, Ilham. 2011. Pola Komunikasi Antar Pribadi Kaum Homoseksual Terhadap
Komunitasnya Di Kota Serang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Serang:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
Budiarty, Asty. 2011. Gaya Hidup Lesbian (Studi Kasus Kota Makassar).Skripsi
Tidak Diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
Pranata, Tommy Dwi. 2015. Perilaku dan Realitas Sosial Kehidupan Gay Di Kota
Samarinda. Skripsi Tidak Diterbitkan. Samarinda: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.
93
Puspitosari, Hesti & Pujileksono, Sugeng. 2005. Waria dan Tekanan Sosial. Skripsi
Tidak Diterbitkan. Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Rizal Iwan. 2001. Representasi Kelompok Gay Pada Film Indonesia. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia.
Rosvita, Margaeta. 2004. Representasi Pria Dalam Arisan. Skripsi Tidak Diterbikan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Internet
LAMPIRAN
95
Matriks Penelitian
sesamanya untuk
dijadikan tempat
mereka menjadi
dirinya sendiri
sebagai seorang
gay.
97
PEDOMAN WAWANCARA
INFORMAN
1. Bagaimana proses anda bisa memutuskan pilihan anda menjadi seorang gay
5. Dengan latar belakang keluarga seperti itu, bagaimana cara anda bersikap dan
tinggal di rumah?
8. Apakah dari keluarga anda ada yang pernah mencurigai perilaku anda?
10. Apakah anda merasa kesulitan menjaga sikap dan perilaku dalam lingkungan
11. Suatu saat nanti apakah anda akan berusaha untuk jujur kepada keluarga
mengenai identitas diri anda sebagai seorang gay? Mengapa, bisa anda
menceritakan
98
keberadaan gay/homoseksual?
2. Dengan pandangan masyarakat di sekitar anda yang seperti itu, apakah anda
pertemanan?
6. Apakah ada rasa ketertarikan pada saat anda bersosialisasi dengan teman pria?
Mengapa?
7. Teman-teman anda ada yang pernah curiga tentang jati diri anda yg
sebenarnya?
menjadi lebih terbuka menjadi diri anda sendiri ketika bersosialisasi dengan
orang lain?
Reduksi Data
tinggal di rumah? orang tuanya kalau begini, tapi menurutku mereka tidak
7. Bagaimana berpakaian salahji. Saya mentongji yang mau seperti ini. Kalau didalam
anda ketika anda berada di hubungan itu, saya yang jadi BOT karena sukaka
rumah? diperhatikan. Cuma gayaku kaya cowo yang biasanya ji.
8. Apakah dari keluarga anda Lumayan lamama iya pacaran, karena kalau nyamanka sama
ada yang pernah orang susahka lepaski. Kebetulan adama 8 tahun ini sama
mencurigai perilaku anda? yang ini, diami juga iya pacar pertamaku
Bagaimana mereka bisa
curiga? Bisakah anda PM : Keluargaku termasuk keluarga yang biasaji, dan
menceritakannya? orang tuaku na bebaskan ji pergaulan anak laki-lakinya.
9. Lalu bagaimana sikap atau Karena menurutnya bisaji na jaga dirinya. Tapi biar begitu,
tindakan anda ketika tidak mungkin maka mau jujur sama mereka kalau beginika.
mendapatkan sinyal Karena tidak ada orang tua yang mau kalau begini anaknya.
kecurigaan dari saudara Di rumah lebih dekatka sama kakakku yang cewe karena
anda? kakakku yang cowo tidak dirumahmi tinggal karena sudahmi
10. Apakah anda merasa berkeluarga, tidak dekat sekaliji jg. Tapi sama diaja biasa
kesulitan menjaga sikap bertanya soal kuliah atau kalau ada perluku. Dirumah juga
dan perilaku dalam paling kalau kumpul-kumpul depan TV sanging sibuk semuaji
lingkungan keluarga sama hpnya, biar bapak sama mamaku ta’bangka sosmedki.
dengan jati diri anda yang Kalau soal agama, tidak terlalu bagaimana sekaliji iya
sebenarnya? dikeluarga, cuma bapakku sama mamaku pasti nakasi ingatji
11. Suatu saat nanti apakah anak-anaknya untuk sholat. Walaupun tetapji suka bolong-
anda akan berusaha untuk bolong shalatku. Pernah waktu SDka kelas 6, nontonka film
jujur kepada keluarga porno tapi lebih tertarikka lihat cowonya. Waktu SMP bahkan
mengenai identitas diri pernah ada pacarku cewe, cuma cinta monyetji. Mungkin
anda sebagai seorang gay? karena saat itu masih mencari jati dirika. Tapi baruka betul-
Mengapa, bisa anda betul jadi gay itu waktu SMA kelas sepuluh, temannya kakakku
menceritakan? yang cowo sering datang dirumah, setiap datang selaluka
nalihat-lihati, baru dia minta nomorku sama kakakku. Dari
102
Di 12. Menurut anda bagaimana AR : Ada beberapa temanku yang tauji sebenarnya saya
lingkungan tanggapan masyarakat di begini, yang satu itu teman kecilku cewe, kebetulan
sosial sekitar anda mengenai tetanggaja. Dia memang tempatku curhat apa, dia seringji
keberadaan tegurka untuk berubah. Tapi kujawab mauja iya, cuma masih
gay/homoseksual? nda yakinka. Sama ada teman SMAku cewe juga, kebetulan
13. Dengan pandangan satu kampusja lagi kemarin. Kalau dikampus, sukaki jalan
masyarakat di sekitar anda sama-sama sampe sekarang juga iya. Dia tidak
yang seperti itu, apakah permasalahkanji saya yang begini, mungkin nakira
anda menemukan kedepannya akan berubahka. Kalau sama mereka-mereka jadi
kesulitan ketika begituka, kalau orang lain kapang bilangnya kaya banci,
berinteraksi dengan mungkin karena melambaiki caraku bicara. Kalau diluar, saya
mereka? tidak terlalu terbuka iya apalagi sudah jelasmi budayanya saja
14. Bagaimana sikap anda beda, jadi harus ki pintar-pintar jaga image supaya tidak
ketika berinteraksi dengan terlalu na kentaraiki orang lain. Kayakji kalau ada 2 (dua)
teman-teman di kepribadianta, apa lagi didepannyaki teman-teman yang tidak
lingkungan pertemanan? na tau kalau beginiki. Jadi mau tidak mau terpaksa haruski
15. Untuk gaya berpakain ikuti budaya yang ada dimasyarakat, disitu mi biasa susahnya.
sendiri di lingkungan
sosial anda bagaimana? PM : Kalau diluar kaya dikampus, lebih banyak ku
16. Ketika anda di lingkungan sembunyikan identitas asliku. Apalagi sama teman-teman yang
pertemanan, anda lebih cowo. Karena rata-rata kalau dikampus orang pandangannya
tertarik untuk itu aneh lihat gay, bisa-bisa dia jauhi ki klo ditau. jadi mau
bersosialisasi dengan tidak mau haruski bisa sembunyikan. Tapi pastilah komunikasi
siapa? Mengapa ? sama teman-teman yang lain. Cuma tidak terlalu bagaimana
17. Apakah ada rasa sekaliji juga. Tapi saya lebih dekat sama tiga orang teman
ketertarikan pada saat kalau dikampus, yang satu orang itu cowo yang agak kemayu
anda bersosialisasi dengan baru yang duanya itu cewe. ketiga-tiganya tauji kalau gayka.
teman pria? Mengapa? Bahkan kalau sama mereka tidak munafikka begitue, apalagi
18. Teman-teman anda ada temanku yg cowo bahkan lebih hebohji dari saya kalau
105
yang pernah curiga kumpulki. Orang mungkin kiranya diaji yang gay. Gaya
tentang jati diri anda yg pakaianku kayaji cowo biasa, karena saya yang jadi TOP toh.
sebenarnya?
AD : Kalau saya itu dari lingkungan, jadi saya itu waktu
kecil dari kelas 5 SD dikerjain sama karyawannya bapak. Itu
ada sampe 3 orang kayaknya, yang satu kerjai saya, yang
satunya lihat dan satunya cuma kulihat pegang dia punya anu.
Pada saat itu belum mengerti, untungnya saya tidak sampe
diperkosa. Pada saat itu mereka lebih minta diraba-raba. Jadi
ini itu kaya kebiasaan begitue. Saya sudah jalani hidup begini,
dari masyarakat sudah pasti menganggap itu jelek. Walaupun
belum tentu. Tapi kalau saya yang pernah mendapat wawasan
dari agamaku menjadi manusia yang setia walaupun dalam
kondisi apapun. Kita mikirin orang, bantuin orang kaya begitu
Dan saya punya satu teman geng semuanya itu cewe tujuh
orang dulu dari SMA. Saya buka semuanya dan mereka tau
dan mereka tetap nyaman sama saya. Saya tidak kurang ajar,
saya nda apa. Disatu sisi saya juga punya teman yang lain
dalam komunitas seperti itu. Mereka tidak menjudge saya
bagaimana-bagaimana.
Di 19. Apakah ada komunitas AR : Kalau didalam hubungan itu, saya yang jadi BOT
komunitas gay (perkumpulan) di kota karena sukaka diperhatikan. Cuma gayaku kaya cowo yang
sesama Makassar ? biasanya ji. Lumayan lamama iya pacaran, karena kalau
20. Bagaimana cara kalian nyamanka sama orang susahka lepaski. Kebetulan adama 8
sesama gay bertemu untuk tahun ini sama yang ini, diami juga iya pacar pertamaku. Di
saling berkomunikasi? komunitas lebih bebaska jadi diri sendiri iya, kaya bebaska
21. Bagaimana cara anda mau bergaya seperti apa. Bahkan kalau bicara juga tidak
memilih teman sesama terlalu dipikirji mauki bilang apa, karena tidak adaji yang
gay? baper kalau sembarang dibilang. Pokoknya jadi diri sendirima
106
22. Seperti apa topik kalau ketemu sama mereka. Saya ketemu mereka itu waktu
pembicaraan yang menjadi SMA kelas 2, tau dari temanji juga. Suka ikut-ikut kalau
bahan pembicaraan kumpul, jadi akrabmi baru saling nyamanmi juga.
diantara teman-teman
sesama gay anda? PM : Kalau di gay itu seperti ji kayak pasangan lain,
23. Di lingkungan mana anda kayak cewe sama cowo kalau berhubungan. Di gay juga ada
bisa mendapatkan rasa yang jadi cewenya, ada juga cowonya. Kalau saya kebetulan
kenyamanan dan bisa jadi cowokka, biasa dibilang TOPnya. Tapi mungkin karena
menjadi lebih terbuka kita cowo sama cowo jadi aneh kelihatannya. Apalagi di
menjadi diri anda sendiri Makassar, nalihat anehki orang, biar itu jalanki para-para
ketika bersosialisasi cowoji. Padahal kalau nyamanki mauki bagaimana. Beda
dengan orang lain? kalau sama di komunitas yang kumasuki dari SMA, kalau
24. Apakah anda pernah sama mereka-mereka bisaka manja-manja, bisaka bicara
mempunyai kekasih tentang masalahku dengan pacarku. Kadang sukaki jalan-
(gay)? Bisa anda jalan sama-sama, kadang pergiki clubbing apa. Tapi kalau
menceritakannya? kumpul biasanya dirumahnya ki teman yang berduaji sama
adeknya yang cewe tinggal dirumahnya. Pacarku yang
sekarang baruka setahun sama, seringji ketemu apa, jalan
sama-sama teman. Dia orangnya baikji, kadang suka tanya
butuh apa, tapi bukanja juga cowo matre.