Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.

2 Desember 2021

Efektivitas Penerapan Acceptance and Commitment


Therapy (ACT): Sebuah Tinjauan Sistematis

A Systematic Review: Effectiveness of the


Implementation of Commitment Therapy (ACT)
Irene Angela1, Marselius Sampe Tondok2
1Program Studi Magister Profesi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya
2Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya
Email: marcelius@staff.ubaya.ac.id

KATA KUNCI ACT, Efektivitas, Intervensi, Systematic Literature Review


KEYWORDS ACT, Effectiveness, Intervention, Systematic Literature Review

ABSTRAK Acceptance and commitment therapy (ACT) merupakan intervensi yang


dapat diterapkan secara individual maupun kelompok; secara tatap muka
(offline) atau online. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi
informasi perlu dilakukan kajian tentang ACT jika diterapkan secara
online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan efektivitas
penerapan ACT yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya baik yang
dilakukan secara individual atau kelompok; tatap muka (offline) atau
online. Penelitian ini menggunakan metode systematic literature review
pada artikel jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
review terhadap 11 artikel jurnal yang terpilih menunjukkan bahwa ACT
dapat diterapkan melalui pertemuan tatap muka (offline) maupun online
dengan kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal, dengan mempertimbangkan kelebihan dan
keterbatasan pendekatan individual dan kelompok atau metode offline
dan online, terapis dapat memodifikasi ACT menjadi metode campuran
(blended methods) antara metode individual–kelompok serta metode
offline–online, dengan memperhatikan faktor lain seperti jumlah
sesi/durasi terapi, dan ketaatan klien dalam menjalani program.

ABSTRACT Acceptance and commitment therapy (ACT) is an intervention that can


be implemented in individual or even group through face-to-face meeting
or online method. However, along with recent technology development,
ACT needs to be studied futher. The purpose of this research is to find
out the comparison of the effectiveness of ACT implementation toward
individual or group; face-to-face or online programs. This research is
utilizing systematic literature review method with regard to a prior
journal article based on determined inclusive and exclusive criterias.
The review result of 11 articles shows that ACT can be implemented
through face-to-face meetings or online programs with the advantages
and limitations of each method. Therapists can use blended methods
(individual-group; face-to-face meeting-online) to get maximum result
by considering the advantages and limitations while take note of other
factors such as therapy duration and client's discipline in following the
program.

172
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

PENDAHULUAN Mengingat perkembangan zaman


Acceptance and commitment therapy dan keterbatasan di masa pandemik Covid-
(ACT) merupakan intervensi kognitif 19, para terapis dituntut mencari cara lain
perilaku dengan berdasarkan kepada bukti untuk menjalankan terapi agar tetap bisa
untuk meningkatkan fleksibilitas psikologis mendukung perubahan dalam diri klien
individu. ACT merupakan third wave dari melalui panduan latihan dengan
CBT yang baru berkembang bersamaan memanfaatkan aplikasi, internet, website,
dengan psikologi positif (Prajogo & rekaman video maupun suara (Luoma dkk.,
Yudiarso, 2021), sehingga terapi yang 2017). Penerapan terapi yang pada
merupakan evolusi dari CBT ini dapat umumnya dilakukan melalui pertemuan
dikatakan tergolong baru, dan perlu lebih tatap muka antara terapis dan klien akhirnya
banyak dikaji untuk memperkaya harus diterapkan secara online. Brown dkk.
pengetahuan (Utami dkk., 2020). Perspektif (2016), menemukan bahwa dari 10
ACT berkaitan dengan psikopatologis penelitian penerapan ACT dengan
individu, dan ketidakbahagiaan individu memanfaatkan program dan internet yang
yang berasal dari inflexibility. ACT juga dilakukan di Sweden, United States,
berbicara mengenai proses dan cara kerja Finland, dan Netherlands, ACT tidak
kognitif individu untuk memiliki hidup memberikan pengaruh signifikan pada
bermakna dan berharga. Terdapat beberapa kualitas hidup individu. Thompson dkk.
cara atau strategi untuk meringankan (2020) juga menemukan bahwa hasil terapi
masalah individu dan memenuhi ACT yang dilakukan secara online
perkembangannya. ACT menganut enam memberikan pengaruh yang lebih kecil
prinsip, yaitu acceptance (penerimaan), dibandingkan dengan terapi tatap muka.
cognitive defusion (difusi kognitif), Namun, meski demikian, ACT yang
mindfulness (perhatian saat ini), observing dilakukan secara online dapat memberikan
self (mengamati diri), value (nilai) dan pengaruh positif dalam jangka panjang.
committed action (komitmen). Setiap Kelebihan dari pelaksanaan ACT
prosesnya diterapkan dengan menghadirkan secara online juga dapat dibuat dalam bentuk
kehangatan, dan penerimaan terhadap self-guided yang ditemukan dapat
masalah klien. ACT bertujuan membantu meningkatkan keterlibatan partisipan dalam
individu belajar menerima pengalaman menerapkan intervensi ACT sehingga
mereka dengan penuh kasih untuk keberhasilan dari terapi secara online
membangun perilaku yang sesuai dengan menjadi mungkin terjadi. Tentunya hal ini
nilai yang dianut oleh individu. Dengan membutuhkan keterlibatan dan ketaatan
demikian, fokus utama dari ACT adalah agar partisipan selama menjalani terapi
klien memiliki hidup yang lebih baik (Thompson dkk., 2020).
(Luoma dkk., 2017). Di Indonesia sendiri, ACT disebut
ACT juga mendorong terapis untuk sebagai terapi penerimaan dan komitmen
mengembangkan teknik masing-masing, dan sudah cukup banyak digunakan, seperti
mengembangkan penggunaan metafora, dan menangani kecemasan (Joseph, 2018), klien
lain-lain. Bertambahnya terapis yang tertarik skizofrenia (Pardede dkk., 2015), hingga
pada ACT, sehingga ACT berevolusi dan pasien gagal ginjal (Handayani dkk., 2017).
dapat digunakan untuk berbagai gangguan Terapi secara online juga tentu sudah
dan di berbagai situasi. Sesi untuk ACT, dilakukan di Indonesia (Arjadi dkk., 2018),
rata-rata dilakukan sebanyak 4 hingga 5 hanya saja penelitian yang ada tidak secara
pertemuan, dan diisi dengan serangkaian spesifik melihat efektifitas ACT. Penelitian
kegiatan berkaitan dengan enam hal yang yang melihat efektivitas ACT di Indonesia
menjadi poin utama dari ACT (Luoma dkk., masih terbatas pada penerapan secara tatap
2017). muka. Peneliti tidak menemukan penelitian
yang menerapkan ACT secara online.

173
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

Meskipun sudah banyak ditemukan internal eksperimen (Payadnya & Jayantika,


efektif dalam membantu individu dengan 2018). Selain itu juga jurnal penelitian harus
gangguan klinis, tetapi penerapan terapi berbahasa inggris yang paling lama terbit 10
yang masih terbatas secara tatap muka di tahun terakhir, dan merupakan hasil peer-
Indonesia, perlu kembali dipertimbangkan review, serta merupakan penelitian
untuk kesehatan klien di tengah situasi kuantitatif. Jadi, penelitian yang terbit di
pandemik Covid-19. Penerapan terapi dapat bawah 2012 tidak dipilih dan jurnal
mulai diberikan secara online. Namun, penelitian yang dipilih dalam bentuk full
efektivitas terapi tetap penting untuk text.
diperhatikan sebelum menentukan metode
penerapan terapi. Oleh karenanya, penelitian Prosedur
ini bertujuan untuk melihat perbandingan Pemilihan artikel dilakukan oleh dua
efektivitas penerapan terapi ACT yang telah orang berdasarkan kriteria inklusi dan
dilakukan oleh penelitian sebelumnya secara eksklusi yang telah ditetapkan. Pemilihan
tatap muka dan secara online. Hasil dari artikel dilakukan kedua penilai secara
penelitian ini diharapkan dapat menjadi independen. Jika terdapat hasil pemilihan
pertimbangan bagi para terapis khususnya di yang berbeda, maka dilakukan diskusi untuk
Indonesia, dalam menentukan metode memutuskan apakah artikel terpilih atau
penerapan terapi yang efektif bagi klien. tidak. Terhadap artikel yang terpilih
dilakukan penggalian data berdasarkan
METODE PENELITIAN karakteristik partisipan, metode penerapan
Sumber Informasi dan Kriteria terapi, jenis terapi yang digunakan, usia
Pencarian partisipan, ukuran sampel, tujuan penelitian,
Penelitian systematic literature konteks penelitian, jumlah sesi dan durasi
review ini menggunakan protokol PRISMA terapi. Kelompok kontrol dalam setiap
(Preferred Reporting Items for Systematic penelitian terdiri dari waitlist, treatment as
Reviews and Meta-Analyses) (Shamseer usual, program edukasi biasa yang berbeda
dkk., 2015). Pencarian artikel jurnal pada dengan terapi pada kelompok eksperimen.
penelitian ini dilakukan dengan menyelidiki
berbagai database yaitu EBSCO, Google Kodifikasi dan Analisis Informasi
Scholar, JSTOR, Pubmed, dan Informasi berikut diperoleh dengan
ScienceDirect. Kata kunci yang digunakan meninjau penulis, tahun publikasi, sampel
adalah “acceptance and commitment yang digunakan, alat ukur yang digunakan
therapy” OR “ACT” AND “randomized sebelum dan sesudah penerapan treatment,
controlled trial”. Pencarian dilakukan pada usia sampel, jumlah sesi dan durasi per sesi,
bulan Mei 2021 dan diperoleh 51 artikel perlakuan yang diberikan pada kelompok
jurnal yang diterbitkan selama 10 tahun kontrol, total sampel penelitian dan hasil
terakhir, dari tahun 2012 hingga pada tahun penelitian dari setiap penelitian.
2021. Setelah menyesuaikan artikel jurnal
penelitian yang ditemukan dengan kriteria HASIL
penelitian, artikel jurnal yang dapat Hasil Kodifikasi
digunakan hanyalah sebanyak 11 jurnal. Artikel jurnal yang digunakan dalam
Proses pencarian jurnal penelitian dapat penelitian ini merupakan artikel jurnal yang
dilihat pada bagan pada Gambar 1. telah dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan
Kriteria Inklusi dan Eksklusi eksklusi. Sebelumnya, diperoleh sejumlah
Jurnal penelitian yang digunakan 86 artikel. Kemudian barulah dilakukan
haruslah jurnal penelitian eksperimen yang seleksi hingga tinjauan sistematis dilakukan.
menerapkan intervensi ACT, dan memiliki Total partisipan dari 11 artikel jurnal
satu kelompok pembanding atau kontrol tersebut, yaitu sebanyak 827 partisipan.
untuk meminimalisir ancaman validitas Penggunaan jurnal kemudian dikategorikan

174
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

Included
Identification

Artikel yang tidak disertakan (tidak


Jumlah total artikel teridentifikasi berbahasa Inggris, dan bukan
(n=125) penelitian kuantitatif)
n=35

Artikel yang tidak disertakan (tidak


Screening

Seleksi artikel berdasarkan judul menggunakan ACT, bukan


(n=51) penelitian eksperimen)
n=27

Artikel yang tidak disertakan


Eligibility

Artikel full-text berdasarkan


(membagi partisipan ke dalam
kelayakan kriteria inklusi dan
eksklusi (n=24) lebih dari 2 kelompok)
n=13
Indcluded

Artikel yang digunakan


n=11

Gambar 1. Proses pemilihan dan eliminasi jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
berdasarkan usia, konteks penelitian, tujuan meningkatkan kesejahteraan penderita
penelitian, dan jumlah sesi yang diberikan. terminal illness dan keluarga dengan
Data lengkap dari setiap penelitian yang anggota terminal illness. Lalu, 2 penelitian
digunakan dapat dicermati pada Tabel 1. dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas
psikologi partisipan berkaitan dengan berat
Usia badan. Hasil menunjukkan ACT layak dan
Usia sampel dari masing-masing penelitian efektif untuk diterapkan.
berbeda-beda. Terdapat 2 penelitian
dilakukan penelitian pada partisipan yang Tujuan Penelitian
rata-rata adalah remaja, 6 penelitian dengan Tujuan dari kumpulan penelitian
partisipan rata-rata dewasa muda, dan tiga yang digunakan adalah untuk
penelitian pada partisipan dewasa akhir. mengintervensi masalah partisipan (n = 11
Dari 11 penelitian, hanya satu penelitian penelitian). Hasil dari 9 penelitian
yang menunjukkan terapi tidak memberikan menunjukkan efektifitas terapi dan
pengaruh yang signifikan dan penelitian menyarankan penerapan terapi. Namun,
tersebut memiliki sampel partisipan dewasa terdapat 1 penelitian dengan hasil medium
muda. atau menunjukkan pengaruh yang moderate,
serta 1 penelitian dengan terapi ACT dalam
Konteks Penelitian bentuk self-help program yang
Konteks permasalahan dari 11 penelitian menunjukkan hasil kurang signifikan dan
yang digunakan juga cukup beragam di perlu modifikasi.
mana 4 penelitian berusaha membantu
subjek dengan masalah klinis, 2 penelitian Jumlah Sesi dan Durasi
menolong remaja dengan masalah sosial, Jumlah sesi yang dilakukan pada
dan emosional, serta 3 penelitian membantu setiap penelitian cukup beragam. Terdapat 4

175
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

penelitian yang memberikan intervensi dikatakan hasil ini selaras dengan hasil
dalam bentuk program. Penelitian yang penelitian Brown dkk. (2016) yang
memberikan intervensi secara tatap muka menemukan bahwa terapi secara offline
(offline) dilakukan dengan 2 sesi (n=1), 3 lebih efektif dibandingkan dengan terapi
sesi (n=1), 4 sesi (n=1), 6 sesi (n=1), 10 sesi secara online.
(n=2), dan 12 sesi (n=1). Kemudian,
penelitian dengan penerapan program Hasil Analisis Bias
dijalankan dengan durasi waktu yang juga Dari 11 penelitian yang telah dipilih,
beragam, dari 2 minggu (n=1), 6 minggu dilakukan analisis bias menggunakan
(n=1), 10 minggu (n=1), dan 2 bulan (n=1). JAMOVI dengan melihat egger’s
regression. Hasil menunjukkan adanya bias
Intervensi publikasi dengan p=0.004 (Francis, 2013).
Berdasarkan 11 penelitian yang Dapat dikatakan, hasil penelitian yang
digunakan, 4 penelitian menerapkan ACT menunjukkan bahwa ACT merupakan terapi
secara individual pada masing-masing yang efektif lebih mudah ditemui
partisipan, sedangkan 3 penelitian dibandingkan dengan hasil penelitian yang
memberikan ACT dalam bentuk kelompok menunjukkan tidak adanya pengaruh atau
dan 4 penelitian memberikan intervensi pengaruh terapi kurang efektif.
ACT secara online melalui program yang
dibuat. Secara keseluruhan, ACT dapat DISKUSI
dikatakan efektif dalam membantu Dari 11 jurnal yang digunakan dalam
partisipan, tetapi 1 penelitian yang penelitian ini, 9 penelitian menunjukkan
menerapkan terapi ACT melalui self-help perubahan atau peningkatan yang signifikan
program pada penderita IBS tidak pada partisipan yang mendapatkan
menunjukkan adanya peningkatan pada intervensi ACT daripada partisipan
partisipan. Kemudian, terdapat 1 penelitian kelompok kontrol. Hanya satu penelitian
yang juga menunjukkan tingkat perubahan yang tidak menunjukkan perubahan yang
medium setelah pemberian ACT signifikan dan 1 penelitian memperoleh hasil
menggunakan matrix app. perubahan yang medium atau moderate.
Perbedaan dari kedua jurnal ini dengan
Kelompok pembanding jurnal lainnya terletak pada cara penerapan
Kelompok pembanding yang banyak intervensi. Kedua jurnal ini menerapkan
digunakan yaitu kelompok waiting list ACT tanpa adanya kontak langsung antara
(n=7), lalu kelompok treatment as usual terapis dan klien dengan menggunakan self-
(TAU) (n=2), dan program edukasi (n=2). help program (Ito & Muto, 2020) dan app
matrix (Levin dkk., 2017). Demikian
Hasil Intervensi diketahui proses penerapan ACT akan lebih
Jumlah jurnal penelitian yang akan baik diterapkan dengan adanya tatap muka
digunakan setelah disesuaikan dengan antara terapis dan klien terlepas dari segala
kriteria inklusi dan eksklusi, diputuskan kelebihan terapi menggunakan program atau
jurnal yang akan digunakan adalah sebanyak online. Hasil penelitian ini mendukung hasil
11 jurnal. Berdasarkan 11 jurnal penelitian penelitian Brown dkk. (2016) yang juga
yang digunakan, ditemukan 1 jurnal yang menunjukkan bahwa terapi tatap muka
mendapatkan hasil bahwa ACT tidak memberikan pengaruh yang lebih besar
memberikan pengaruh yang signifikan pada daripada terapi online.
responden, dan butuh modifikasi terapi, serta Hasil penelitian ini berbeda dengan
1 penelitian yang menunjukkan pengaruh hasil yang ditemukan oleh Thompson dkk.
medium. Kedua jurnal ini dilakukan secara (2020), bahwa terapi online tetap dapat
online, tanpa ada sesi tatap muka (offline) memberikan pengaruh yang signifikan pada
antara klien dan terapis, sehingga dapat hidup individu dalam jangka panjang.

176
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

Artinya efektivitas terapi tidak langsung (2021), penelitian ini melihat perbandingan
terlihat, namun membutuhkan waktu untuk efektivitas metode penerapan terapi ACT
merasakan atau melihat dampaknya. Maka secara online dan secara tatap muka (offline).
dari itu, di tengah situasi pandemik Covid- Namun, keterbatasan dari penelitian ini yaitu
19 yang tidak memungkinkan untuk ditemukannya bias publikasi sehingga bagi
dilakukan terapi tatap muka, terapi online para terapis yang ingin menggunakan terapi
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan ACT perlu berhati-hati dalam penerapannya
individu dan mempertimbangkan dan mempertimbangkan situasi klien
karakteristik individu. sehingga terapi dapat menjadi efektif dan
Setiap metode dalam penerapan bermanfaat bagi klien.Hasil penelitian ini
terapi tentunya memiliki kelebihan dan juga menunjukkan bahwa teknik ACT dapat
kekurangan masing-masing. Untuk dapat diterapkan pada individu remaja, hingga
dikatakan terapi yang telah dilakukan dewasa akhir. Pada individu dewasa, ACT
berhasil, diperlukan keterlibatan klien dalam sudah banyak ditemukan efektif (Öst, 2014;
menjalani atau melaksanakan tugasnya (Ong Ong dkk., 2018; Fang & Ding, 2020). Untuk
dkk., 2019). Jadi, tidak heran apabila suatu individu remaja, ACT juga dapat diterapkan
terapi menjadi tidak berhasil apabila untuk membantu mereka bertumbuh
partisipan kurang berpartisipasi. Dalam menjadi pribadi yang mandiri. ACT dapat
penelitiannya, Ito dan Muto (2020) juga membantu remaja untuk berani menjelajahi
menyadari bahwa faktor yang alam, dan meningkatkan kemampuan
mempengaruhi kegagalan dari penerapan berpikir abstrak sesuai dengan tahapan
ACT adalah karena intervensi yang perkembangan remaja mengingat remaja
diterapkan kurang menuntun partisipan berada dalam masa transisi yang sangat
dalam melakukan latihan yang konsisten memungkinkan memiliki fleksibilitas
setiap harinya. Kemudian Levin dkk. (2017) psikologis yang tinggi (Greco dkk., dalam
juga mengakui bahwa penerapan terapi Fang & Ding, 2020). Lalu, selaras dengan
menggunakan aplikasi menuntut ketaatan pendapat Levin dkk., dimana terapis ACT
partisipan berlatih mandiri untuk bersikap fleksibel dan terbuka dengan
mendapatkan hasil yang efektif. apapun pengalaman klien sehingga ACT
Namun, penelitian ini menggunakan dapat dilakukan pada individu dengan latar
4 penelitian yang memanfaatkan belakang yang beragam (Luoma dkk., 2017).
perkembangan teknologi dan kedua hasil Oleh karenanya, ACT juga dapat diterapkan
penelitian lainnya menunjukkan hasil pada remaja untuk menolong mereka
perubahan pada klien yang tergolong bertumbuh lebih optimal.
signifikan. Perbedaan yang ditemukan yaitu Berdasarkan konteks masalah, ACT
durasi terapi yang lebih lama dibandingkan memberikan pengaruh yang signifikan pada
dengan penelitian oleh Ito & Muto (2020), individu dengan masalah klinis, terminal
dan Levin dkk. (2017). Penelitian oleh illness, dan body image. Hal ini sangat
Sairanen dkk. (2019), dan Weineland dkk., memungkinkan dikarenakan ACT
(2012) dijalankan dalam kurun waktu lebih diterapkan menggunakan berbagai strategi
dari 6 minggu yang tergolong cukup lama. yang dimana setiap strategi dilakukan
Levin dkk. (2017) pun berpendapat sama, dengan penuh kasih dan kehangatan untuk
yaitu dibutuhkan waktu yang lebih lama menerima masalah dan pengalaman yang
dalam menerapkan ACT yang tidak tidak diinginkan. Seringkali individu
melibatkan kontak langsung antara terapis berusaha untuk segera menyingkirkan
dan klien untuk mendapatkan hasil yang perasaan dan pikiran yang membuat mereka
maksimal, serta penetapan target yang lebih tidak nyaman akibat suatu situasi tertentu.
spesifik. Namun, semakin dihindari, tanpa sadar
Berbeda dengan penelitian perasaan dan pikiran tersebut semakin
sebelumnya oleh Prajogo & Yudiarso melekat sehingga upaya tersebut menjadi

177
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

sia-sia. ACT hadir untuk membantu individu klien, terapi dapat diberikan dalam bentuk
menerima pengalaman tersebut, bukan individual maupun kelompok. Dengan
menyingkirkannya. Dengan demikian, membentuk kelompok, setiap anggota dapat
terbentuk psikologis yang fleksibel yang belajar memberikan penerimaan dan kasih
dapat membantu individu hidup lebih bebas kepada sesama anggota lain. Selain itu,
(Luoma dkk., 2017). dengan berkelompok, individu dapat melatih
Jumlah sesi dalam penelitian ini juga diri untuk fokus pada kepentingan bersama,
cukup bervariasi dan memang penerapan dan bukan kepentingan diri sendiri, sehingga
ACT bersifat fleksibel sesuai kebutuhan individu dapat belajar untuk tidak egois
subjek sehingga tidak kaku menentukan (Luoma dkk., 2017).
jumlah sesi (Hayes dkk., 1999; Luoma dkk.,
2017). Hanya saja, untuk penerapan SIMPULAN
intervensi ACT tanpa adanya sesi tatap ACT dapat diterapkan secara tatap
muka antara klien dan terapis, nampaknya muka (offline) antara terapis dan klien secara
diperlukan waktu yang lebih banyak untuk individual maupun berkelompok. Namun,
menjadi efektif (Levin dkk., 2017). Bagi keterbatasan di masa pandemik Covid-19
beberapa orang, penerapan intervensi yang tidak memungkinkan untuk bertatap
dengan memanfaatkan teknologi dan muka, ACT dapat dilakukan dengan
internet memang membuat waktu menggunakan program online. Hanya saja,
pelaksanaan intervensi menjadi lebih dalam penerapannya, diperlukan modifikasi
fleksibel, tidak terbatas pada waktu dan yang cermat agar tetap dapat membantu
tempat sehingga memudahkan klien dalam klien dan terapi menjadi efektif. Terutama
mengakses ACT dalam kesehariannya dalam hal ini yaitu penetapan durasi waktu
(Sairanen dkk., 2019). Namun, dengan terapi dan mempertimbangkan ketaatan
demikian klien juga dapat menghindari klien dalam menjalani program.
intervensi dan menjadi kurang berpartisipasi
ketika merasa beban mereka terlalu berat SARAN
dan tidak ada sesi tatap muka dimana mereka Peneliti selanjutnya dapat
dapat memperoleh tuntutan langsung dari melakukan meta-analisis untuk mengetahui
terapis (Levin dkk., 2017). Tujuan yang efektivitas ACT. Adanya bias publikasi pada
spesifik dan modifikasi perlu dicermati penelitian ini juga menjadi penting bagi
dengan lebih baik lagi untuk bisa peneliti selanjutnya mencari penelitian
memperoleh perubahan atau hasil yang dengan hasil intervensi yang lebih beragam,
optimal dan efektif sesuai kebutuhan klien atau dapat dikatakan kurang signifikan.
mengingat terlalu lama juga klien dapat Selain itu, peneliti selanjutnya dapat
menghentikan sesi apabila mereka mengeksplorasi kemungkian ACT dapat
merasakan beban dan usaha yang diterapkan bersama teknik yang lain seperti
dibutuhkan terlalu besar (Ong dkk., 2018). compassion-focused therapy, atau cognitive
Berkaitan dengan penerapan ACT behavioral therapy.
secara tatap muka (offline) antara terapis dan

178
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

179
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

180
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

181
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

182
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

DAFTAR PUSTAKA and commitment therapy to reduce


eating disorder symptoms and body
Arjadi, R., Nauta, M. H., Scholte, W. F.,
image problems in patients with
Hollon, S. D., Chowdhary, N.,
residual eating disorder symptoms:
Suryani, A. O., Uiterwaal, C. S. P. M.,
A randomized controlled trial. Body
Bockting, C. L. H. (2018). Internet-
Image, 32, 155–166.
based behavioural activation with lay
https://doi.org/10.1016/j.bodyim.20
counsellor support versus online
20.01.002
minimal psychoeducation without
Han, J., Liu, J.-E., Su, Y.-L., & Qiu, H.
support for treatment of depression: A
(2019). Effect of a group-based
randomised controlled trial in
acceptance and commitment therapy
Indonesia. The Lancet Psychiatry,
(ACT) intervention on illness
5(9), 707-716.
cognition in breast cancer patients.
https://doi.org/10.1016/S2215-
Journal of Contextual Behavioral
0366(18)30223-2
Science, 14, 73–81.
Bernal-Manrique, K. N., García-Martín, M. https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2019.0
B., & Ruiz, F. J. (2020). Effect of 9.003
acceptance and commitment therapy Handayani, B., Hamid, A. Y., &
in improving interpersonal skills in Mustikasari. (2017). Penurunan
adolescents: A randomized waitlist tingkat depresi klien gagal ginjal
control trial. Journal of Contextual kronik yang menjalani hemodialisa
Behavioral Science, 17, 86–94. dengan logoterapi medical ministry
https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2020.0 dan terapi komitmen penerimaan.
6.008 Jurnal Jumantik, 2(2), 78–88.
Brown, M., Glendenning, A. C., Hoon, A. Hayes, S. C., Strosahl, K. D., & Wilson,
E., & John, A. (2016). Effectiveness Kelly G. (1999). Acceptance and
of web-delivered acceptance and commitment therapy: An
commitment therapy in relation to experiential approach to behavior
mental health and well-being: A change. The Guilford Press.
systematic review and meta-analysis. Ito, M., & Muto, T. (2020). Effectiveness of
Journal of Medical Internet acceptance and commitment therapy
Research, 18(8). for irritable bowel syndrome non-
https://doi.org/10.2196/jmir.6200 patients: A pilot randomized waiting
Crosby, J. M., & Twohig, M. P. (2016). list controlled trial. Journal of
Acceptance and Commitment Contextual Behavioral Science, 15,
Therapy for Problematic Internet 85–91.
Pornography Use: A Randomized https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2019.1
Trial. Behavior Therapy, 47(3), 355– 1.009
366. Joseph, M. C. (2018). Penerapan terapi
https://doi.org/10.1016/j.beth.2016.0 penerimaan dan komitmen untuk
2.001 mengurangi kecemasan pada
Fang, S., & Ding, D. (2020). A meta- narapidana menjelang pembebasan
analysis of the efficacy of acceptance bersyarat di lapas X. Jurnal Muara
and commitment therapy for Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni,
children. Journal of Contextual 1(2), 239–247.
Behavioral Science, 15, 225–234. https://doi.org/10.24912/jmishumse
https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2020.0 n.v1i2.965
1.007 Komala, E. P. E., Keliat, B. A., & Wardani,
Fogelkvist, M., Gustafsson, S. A., Kjellin, I. Y. (2018). Acceptance and
L., & Parling, T. (2020). Acceptance commitment therapy and family

183
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

psycho education for clients with Jurnal Keperawatan Indonesia,


schizophrenia. Enfermería Clínica, 18(3), 157–166.
28, 88–93. https://doi.org/10.7454/jki.v18i3.41
https://doi.org/10.1016/S1130- 9
8621(18)30044-5 Payadnya, I. P. A. A., & Jayantika, I. G. A.
Levin, M. E., Pierce, B., & Schoendorff, B. M. (2018). Panduan penelitian
(2017). The acceptance and eksperimen beserta analisis statistik
commitment therapy matrix mobile dengan SPSS. Deepublish.
app: A pilot randomized trial on Prajogo, S. L., & Yudiarso, A. (2021).
health behaviors. Journal of Metaanalisis Efektivitas Acceptance
Contextual Behavioral Science, 6(3), and Commitment Therapy untuk
268–275. Menangani Gangguan Kecemasan
https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2017.0 Umum. Psikologika: Jurnal
5.003 Pemikiran dan Penelitian Psikologi,
Luoma, J. B., Hayes, S. C., & Walser, R. D. 26(1), 85–100.
(2017). Learning ACT: An https://doi.org/10.20885/psikologika
acceptance and commitment therapy .vol26.iss1.art5
skills training manual for therapist Sairanen, E., Lappalainen, R., Lappalainen,
(2nd ed.). New Harbinger P., Kaipainen, K., Carlstedt, F.,
Publications. Anclair, M., & Hiltunen, A. (2019).
Ong, C. W., Lee, E. B., Krafft, J., Terry, C. Effectiveness of a web-based
L., Barrett, T. S., Levin, M. E., & Acceptance and Commitment
Twohig, M. P. (2019). A randomized Therapy intervention for wellbeing
controlled trial of acceptance and of parents whose children have
commitment therapy for clinical chronic conditions: A randomized
perfectionism. Journal of Obsessive- controlled trial. Journal of
Compulsive and Related Disorders, Contextual Behavioral Science, 13,
22, 1–12. 94–102.
https://doi.org/10.1016/j.jocrd.2019. https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2019.0
100444 7.004
Ong, C. W., Lee, E. B., & Twohig, M. P. Shamseer, L., Moher, D., Clarke, M.,
(2018). A meta-analysis of dropout Ghersi, D., Liberati, A., Petticrew,
rates in acceptance and commitment M., Shekelle, P., & Stewart, L. A.
therapy. Behaviour Research and (2015). Preferred reporting items for
Therapy, 104, 14–33. systematic review and meta-analysis
https://doi.org/10.1016/j.brat.2018.0 protocols (PRISMA-P) 2015:
2.004 Elaboration and explanation. Bmj,
Öst, L.-G. (2014). The efficacy of 349.
Acceptance and Commitment Takahashi, F., Ishizu, K., Matsubara, K.,
Therapy: An updated systematic Ohtsuki, T., & Shimoda, Y. (2020).
review and meta-analysis. Behaviour Acceptance and commitment
Research and Therapy, 61, 105–121. therapy as a school-based group
https://doi.org/10.1016/j.brat.2014.0 intervention for adolescents: An
7.018 open-label trial. Journal of
Pardede, J. A., Keliat, B. A., & Yulia, I. Contextual Behavioral Science, 16,
(2015). Kepatuhan dan komitmen 71–79.
klien skizophrenia meningkat https://doi.org/10.1016/j.jcbs.2020.0
serelah diberikan acceptance and 3.001
commitment therapy dan pendidikan Utami, R., Iswinarti, I., & Djudiah, D.
kesehatan kepatuhan minum obat. (2020). Membangun Body Image

184
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021

Melalui Acceptance and Weineland, S., Arvidsson, D., Kakoulidis, T.


Commitment Therapy (ACT) pada P., & Dahl, J. (2012). Acceptance
Pasien Kanker Payudara. Jurnal and commitment therapy for
Intervensi Psikologi (JIP), 12(1), bariatric surgery patients, a pilot
13–26. RCT. Obesity Research & Clinical
https://doi.org/10.20885/intervensip Practice, 6(1), 21–30.
sikologi.vol12.iss1.art2 https://doi.org/10.1016/j.orcp.2011.
04.004

185

Anda mungkin juga menyukai