2 Desember 2021
172
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
173
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
174
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
Included
Identification
Gambar 1. Proses pemilihan dan eliminasi jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
berdasarkan usia, konteks penelitian, tujuan meningkatkan kesejahteraan penderita
penelitian, dan jumlah sesi yang diberikan. terminal illness dan keluarga dengan
Data lengkap dari setiap penelitian yang anggota terminal illness. Lalu, 2 penelitian
digunakan dapat dicermati pada Tabel 1. dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas
psikologi partisipan berkaitan dengan berat
Usia badan. Hasil menunjukkan ACT layak dan
Usia sampel dari masing-masing penelitian efektif untuk diterapkan.
berbeda-beda. Terdapat 2 penelitian
dilakukan penelitian pada partisipan yang Tujuan Penelitian
rata-rata adalah remaja, 6 penelitian dengan Tujuan dari kumpulan penelitian
partisipan rata-rata dewasa muda, dan tiga yang digunakan adalah untuk
penelitian pada partisipan dewasa akhir. mengintervensi masalah partisipan (n = 11
Dari 11 penelitian, hanya satu penelitian penelitian). Hasil dari 9 penelitian
yang menunjukkan terapi tidak memberikan menunjukkan efektifitas terapi dan
pengaruh yang signifikan dan penelitian menyarankan penerapan terapi. Namun,
tersebut memiliki sampel partisipan dewasa terdapat 1 penelitian dengan hasil medium
muda. atau menunjukkan pengaruh yang moderate,
serta 1 penelitian dengan terapi ACT dalam
Konteks Penelitian bentuk self-help program yang
Konteks permasalahan dari 11 penelitian menunjukkan hasil kurang signifikan dan
yang digunakan juga cukup beragam di perlu modifikasi.
mana 4 penelitian berusaha membantu
subjek dengan masalah klinis, 2 penelitian Jumlah Sesi dan Durasi
menolong remaja dengan masalah sosial, Jumlah sesi yang dilakukan pada
dan emosional, serta 3 penelitian membantu setiap penelitian cukup beragam. Terdapat 4
175
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
penelitian yang memberikan intervensi dikatakan hasil ini selaras dengan hasil
dalam bentuk program. Penelitian yang penelitian Brown dkk. (2016) yang
memberikan intervensi secara tatap muka menemukan bahwa terapi secara offline
(offline) dilakukan dengan 2 sesi (n=1), 3 lebih efektif dibandingkan dengan terapi
sesi (n=1), 4 sesi (n=1), 6 sesi (n=1), 10 sesi secara online.
(n=2), dan 12 sesi (n=1). Kemudian,
penelitian dengan penerapan program Hasil Analisis Bias
dijalankan dengan durasi waktu yang juga Dari 11 penelitian yang telah dipilih,
beragam, dari 2 minggu (n=1), 6 minggu dilakukan analisis bias menggunakan
(n=1), 10 minggu (n=1), dan 2 bulan (n=1). JAMOVI dengan melihat egger’s
regression. Hasil menunjukkan adanya bias
Intervensi publikasi dengan p=0.004 (Francis, 2013).
Berdasarkan 11 penelitian yang Dapat dikatakan, hasil penelitian yang
digunakan, 4 penelitian menerapkan ACT menunjukkan bahwa ACT merupakan terapi
secara individual pada masing-masing yang efektif lebih mudah ditemui
partisipan, sedangkan 3 penelitian dibandingkan dengan hasil penelitian yang
memberikan ACT dalam bentuk kelompok menunjukkan tidak adanya pengaruh atau
dan 4 penelitian memberikan intervensi pengaruh terapi kurang efektif.
ACT secara online melalui program yang
dibuat. Secara keseluruhan, ACT dapat DISKUSI
dikatakan efektif dalam membantu Dari 11 jurnal yang digunakan dalam
partisipan, tetapi 1 penelitian yang penelitian ini, 9 penelitian menunjukkan
menerapkan terapi ACT melalui self-help perubahan atau peningkatan yang signifikan
program pada penderita IBS tidak pada partisipan yang mendapatkan
menunjukkan adanya peningkatan pada intervensi ACT daripada partisipan
partisipan. Kemudian, terdapat 1 penelitian kelompok kontrol. Hanya satu penelitian
yang juga menunjukkan tingkat perubahan yang tidak menunjukkan perubahan yang
medium setelah pemberian ACT signifikan dan 1 penelitian memperoleh hasil
menggunakan matrix app. perubahan yang medium atau moderate.
Perbedaan dari kedua jurnal ini dengan
Kelompok pembanding jurnal lainnya terletak pada cara penerapan
Kelompok pembanding yang banyak intervensi. Kedua jurnal ini menerapkan
digunakan yaitu kelompok waiting list ACT tanpa adanya kontak langsung antara
(n=7), lalu kelompok treatment as usual terapis dan klien dengan menggunakan self-
(TAU) (n=2), dan program edukasi (n=2). help program (Ito & Muto, 2020) dan app
matrix (Levin dkk., 2017). Demikian
Hasil Intervensi diketahui proses penerapan ACT akan lebih
Jumlah jurnal penelitian yang akan baik diterapkan dengan adanya tatap muka
digunakan setelah disesuaikan dengan antara terapis dan klien terlepas dari segala
kriteria inklusi dan eksklusi, diputuskan kelebihan terapi menggunakan program atau
jurnal yang akan digunakan adalah sebanyak online. Hasil penelitian ini mendukung hasil
11 jurnal. Berdasarkan 11 jurnal penelitian penelitian Brown dkk. (2016) yang juga
yang digunakan, ditemukan 1 jurnal yang menunjukkan bahwa terapi tatap muka
mendapatkan hasil bahwa ACT tidak memberikan pengaruh yang lebih besar
memberikan pengaruh yang signifikan pada daripada terapi online.
responden, dan butuh modifikasi terapi, serta Hasil penelitian ini berbeda dengan
1 penelitian yang menunjukkan pengaruh hasil yang ditemukan oleh Thompson dkk.
medium. Kedua jurnal ini dilakukan secara (2020), bahwa terapi online tetap dapat
online, tanpa ada sesi tatap muka (offline) memberikan pengaruh yang signifikan pada
antara klien dan terapis, sehingga dapat hidup individu dalam jangka panjang.
176
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
Artinya efektivitas terapi tidak langsung (2021), penelitian ini melihat perbandingan
terlihat, namun membutuhkan waktu untuk efektivitas metode penerapan terapi ACT
merasakan atau melihat dampaknya. Maka secara online dan secara tatap muka (offline).
dari itu, di tengah situasi pandemik Covid- Namun, keterbatasan dari penelitian ini yaitu
19 yang tidak memungkinkan untuk ditemukannya bias publikasi sehingga bagi
dilakukan terapi tatap muka, terapi online para terapis yang ingin menggunakan terapi
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan ACT perlu berhati-hati dalam penerapannya
individu dan mempertimbangkan dan mempertimbangkan situasi klien
karakteristik individu. sehingga terapi dapat menjadi efektif dan
Setiap metode dalam penerapan bermanfaat bagi klien.Hasil penelitian ini
terapi tentunya memiliki kelebihan dan juga menunjukkan bahwa teknik ACT dapat
kekurangan masing-masing. Untuk dapat diterapkan pada individu remaja, hingga
dikatakan terapi yang telah dilakukan dewasa akhir. Pada individu dewasa, ACT
berhasil, diperlukan keterlibatan klien dalam sudah banyak ditemukan efektif (Öst, 2014;
menjalani atau melaksanakan tugasnya (Ong Ong dkk., 2018; Fang & Ding, 2020). Untuk
dkk., 2019). Jadi, tidak heran apabila suatu individu remaja, ACT juga dapat diterapkan
terapi menjadi tidak berhasil apabila untuk membantu mereka bertumbuh
partisipan kurang berpartisipasi. Dalam menjadi pribadi yang mandiri. ACT dapat
penelitiannya, Ito dan Muto (2020) juga membantu remaja untuk berani menjelajahi
menyadari bahwa faktor yang alam, dan meningkatkan kemampuan
mempengaruhi kegagalan dari penerapan berpikir abstrak sesuai dengan tahapan
ACT adalah karena intervensi yang perkembangan remaja mengingat remaja
diterapkan kurang menuntun partisipan berada dalam masa transisi yang sangat
dalam melakukan latihan yang konsisten memungkinkan memiliki fleksibilitas
setiap harinya. Kemudian Levin dkk. (2017) psikologis yang tinggi (Greco dkk., dalam
juga mengakui bahwa penerapan terapi Fang & Ding, 2020). Lalu, selaras dengan
menggunakan aplikasi menuntut ketaatan pendapat Levin dkk., dimana terapis ACT
partisipan berlatih mandiri untuk bersikap fleksibel dan terbuka dengan
mendapatkan hasil yang efektif. apapun pengalaman klien sehingga ACT
Namun, penelitian ini menggunakan dapat dilakukan pada individu dengan latar
4 penelitian yang memanfaatkan belakang yang beragam (Luoma dkk., 2017).
perkembangan teknologi dan kedua hasil Oleh karenanya, ACT juga dapat diterapkan
penelitian lainnya menunjukkan hasil pada remaja untuk menolong mereka
perubahan pada klien yang tergolong bertumbuh lebih optimal.
signifikan. Perbedaan yang ditemukan yaitu Berdasarkan konteks masalah, ACT
durasi terapi yang lebih lama dibandingkan memberikan pengaruh yang signifikan pada
dengan penelitian oleh Ito & Muto (2020), individu dengan masalah klinis, terminal
dan Levin dkk. (2017). Penelitian oleh illness, dan body image. Hal ini sangat
Sairanen dkk. (2019), dan Weineland dkk., memungkinkan dikarenakan ACT
(2012) dijalankan dalam kurun waktu lebih diterapkan menggunakan berbagai strategi
dari 6 minggu yang tergolong cukup lama. yang dimana setiap strategi dilakukan
Levin dkk. (2017) pun berpendapat sama, dengan penuh kasih dan kehangatan untuk
yaitu dibutuhkan waktu yang lebih lama menerima masalah dan pengalaman yang
dalam menerapkan ACT yang tidak tidak diinginkan. Seringkali individu
melibatkan kontak langsung antara terapis berusaha untuk segera menyingkirkan
dan klien untuk mendapatkan hasil yang perasaan dan pikiran yang membuat mereka
maksimal, serta penetapan target yang lebih tidak nyaman akibat suatu situasi tertentu.
spesifik. Namun, semakin dihindari, tanpa sadar
Berbeda dengan penelitian perasaan dan pikiran tersebut semakin
sebelumnya oleh Prajogo & Yudiarso melekat sehingga upaya tersebut menjadi
177
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
sia-sia. ACT hadir untuk membantu individu klien, terapi dapat diberikan dalam bentuk
menerima pengalaman tersebut, bukan individual maupun kelompok. Dengan
menyingkirkannya. Dengan demikian, membentuk kelompok, setiap anggota dapat
terbentuk psikologis yang fleksibel yang belajar memberikan penerimaan dan kasih
dapat membantu individu hidup lebih bebas kepada sesama anggota lain. Selain itu,
(Luoma dkk., 2017). dengan berkelompok, individu dapat melatih
Jumlah sesi dalam penelitian ini juga diri untuk fokus pada kepentingan bersama,
cukup bervariasi dan memang penerapan dan bukan kepentingan diri sendiri, sehingga
ACT bersifat fleksibel sesuai kebutuhan individu dapat belajar untuk tidak egois
subjek sehingga tidak kaku menentukan (Luoma dkk., 2017).
jumlah sesi (Hayes dkk., 1999; Luoma dkk.,
2017). Hanya saja, untuk penerapan SIMPULAN
intervensi ACT tanpa adanya sesi tatap ACT dapat diterapkan secara tatap
muka antara klien dan terapis, nampaknya muka (offline) antara terapis dan klien secara
diperlukan waktu yang lebih banyak untuk individual maupun berkelompok. Namun,
menjadi efektif (Levin dkk., 2017). Bagi keterbatasan di masa pandemik Covid-19
beberapa orang, penerapan intervensi yang tidak memungkinkan untuk bertatap
dengan memanfaatkan teknologi dan muka, ACT dapat dilakukan dengan
internet memang membuat waktu menggunakan program online. Hanya saja,
pelaksanaan intervensi menjadi lebih dalam penerapannya, diperlukan modifikasi
fleksibel, tidak terbatas pada waktu dan yang cermat agar tetap dapat membantu
tempat sehingga memudahkan klien dalam klien dan terapi menjadi efektif. Terutama
mengakses ACT dalam kesehariannya dalam hal ini yaitu penetapan durasi waktu
(Sairanen dkk., 2019). Namun, dengan terapi dan mempertimbangkan ketaatan
demikian klien juga dapat menghindari klien dalam menjalani program.
intervensi dan menjadi kurang berpartisipasi
ketika merasa beban mereka terlalu berat SARAN
dan tidak ada sesi tatap muka dimana mereka Peneliti selanjutnya dapat
dapat memperoleh tuntutan langsung dari melakukan meta-analisis untuk mengetahui
terapis (Levin dkk., 2017). Tujuan yang efektivitas ACT. Adanya bias publikasi pada
spesifik dan modifikasi perlu dicermati penelitian ini juga menjadi penting bagi
dengan lebih baik lagi untuk bisa peneliti selanjutnya mencari penelitian
memperoleh perubahan atau hasil yang dengan hasil intervensi yang lebih beragam,
optimal dan efektif sesuai kebutuhan klien atau dapat dikatakan kurang signifikan.
mengingat terlalu lama juga klien dapat Selain itu, peneliti selanjutnya dapat
menghentikan sesi apabila mereka mengeksplorasi kemungkian ACT dapat
merasakan beban dan usaha yang diterapkan bersama teknik yang lain seperti
dibutuhkan terlalu besar (Ong dkk., 2018). compassion-focused therapy, atau cognitive
Berkaitan dengan penerapan ACT behavioral therapy.
secara tatap muka (offline) antara terapis dan
178
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
179
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
180
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
181
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
182
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
183
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
184
Jurnal Psikogenesis Volume 9 No.2 Desember 2021
185