Anda di halaman 1dari 96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FALKUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT


MEMILIH PENGOBATAN MEDIS KE LUAR NEGERI
(Study Terhadap Masyarakat Kota Medan yang Berobat
Ke Penang, Malaysia)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:
ISMI SARASSATI
040901053

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
2008

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pada dasarnya melakukan pengobatan medis dipengaruhi oleh tindakan yang


pilihan rasional aktor dalam masyarakat yang beradaptasi dengan nilai-nilai budaya
dan pengalaman yang terjadi serta lingkungan disekitarnya, pengobatan medis pada
dokter juga dibarengi adanya rasa kepercayaan antara pasien kepada dokter sehingga
seorang pasien yakin bahwa dengan si pasien berobat kepada dokter tersebut, dia
dapat sembuh seperti sediakala.
Seseorang dituntut untuk lebih bertindak cermat dan kritis khususnya
menyangkut tentang kebutuhan dasar seseorang seperti: pendidikan, kebutuhan hidup,
dan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan memiliki peranan penting sebagai
sarana distribusi kesehatan kepada masyarakat. Akan tetapi pelayanan kesehatan yang
ada di Indonesia saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan
kesehatan yang baik.
Sehingga masyarakat Indonesia khususnya didominasi oleh masyarakat kota
Medan dan Aceh banyak melakukan pengobatan medis ke luar negeri yaitu ke
Penang, Malaysia. Bukan Karena peralatan dan teknologi medis di Penang, Malaysia
yang menjadi faktor utama membanjirnya masyarakat kota Medan di rumah sakit di
Penang, Malaysia. Akan tetapi pelayanan yang baik dan interaksi yang baik antara
pasien, dokter, dan perawat menjadi faktor utama mengapa masyarakat kota Medan
lebih nyaman berobat di negeri jiran ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Medis Ke Luar Negeri”. Untuk
memperoleh data peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif terhadap 8 informan. Masing-masing informan merupakan pasien yang
melakukan perjalanan medis sebanyak 3 kali. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara mendalam untuk mendapatkan informasi lebih banyak
.Berdasarkan analisa data bahwa informan yang melakukan perjalanan medis
ke Penang, Malysia adalah berasal dari ekonomi menegah keatas dan berpendidikan
tinggi. Informan rata-rata memiliki pengalaman medis yang tidak memuaskan di
rumah sakit di kota medan. Banyak informan mengatakan bahwa pelayanan di rumah
sakit Penang, Malaysia sangat baik, memanjakan pasien memberikan kenyaman serta
kinerja pamedisnya yang sangat professional.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Pengobatan Medis Keluar

Negeri (Study Terhadap Masyarakat Kota Medan Yang Berobat Ke PENANG,

Malaysia)” guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Serta

tidak lupa solawat beriring salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW

yang safa’atnya sangat diharapkan di hari kelak.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengahadapi hambatan, hal ini

disebabkan oleh keterbatasan wawasan peneliti, kurangnya pengalaman, serta

sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti.

Akan tetapi, berkatNya semua hambatan tersebut dapat dilalui, sehingga penulisan

skripsi ini selesai. Hal ini tidak luput dari teman-teman yang selalu memberikan

motivasi dan dorongan serta do’a. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam penulisan skripsi ini. Dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Arif Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Juga sebagai dosen wali penulis yang telah membimbing penulis semenjak

semester pertama sampai akhir dengan selalu mengkoreksi penulis setiap

semester berganti dan selalu memberikan masukan jika ada masalah.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, Selaku sekretaris Departemen Sosiologi,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Nurman Ahmad, S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu kepada penulis untuk membimbing dalam penulisan
skripsi ini.
5. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si sebagai dosen yang mengasuh mata kuliah
Sosiologi Pembangunan karenanya penulis banyak termotivasi untuk
lebih giat belajar.
6. Bapak Drs. Sismujito.M.si sudah banyak memberi nasehatnya kepada
penulis.
7. Teristimewa buat kedua orang tua penulis, Ayahanda M. Sarmin dan
Ibunda Marsudariyati yang selalu mendidik dan mengajari penulis dengan
kasih sayang semenjak kecil, dan selalu memberikan do’a-do’a dan
pengorbanannya yang tiada bandingannya dengan apapun, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat saudara-saudaraku tersayang yang selalu mendo’akan dan
memotivasi penulis, Buat Mas Dedek yang paling males, Buat Wiwid
Yang paling cerewet tapi paling perhatian, buat Uul yang sok cantik dan
sok mirip Nia Ramadhani, Tia Ndut sepupu kecil penulis yang paling
lucu. Terima kasih atas dukungan dan do’anya.
9. Buat seseorang “Faldy Yasseff”, terima kasih atas cinta dan kasih
sayangnya serta perhatiannya selama ini, makasih sudah banyak
membantu penulis mengetik skripsi waktu penulis sakit.

Universitas Sumatera Utara


10. Buat teman-teman stambuk ’04 yang selalu ceria. Meipa, kakakku
selama kuliah selalu perhatian dengan penulis dan sebagai temap penulis
mencurahkan keluh kesahnya. Nita S.sos, terima kasih atas saran, dan
kritiknya untuk penulis dari pertama kali mengajukan judul, pembuatan
proposal, hingga pembuatan skripsi, Imay yang selalu memotivasi
penulis, semoga Imay cepat wisuda. Kak Reni dan Rini, Titin terima
kasih pertemanannya dari semester pertama hingga semester akhir. Buat
Dini semoga langgeng dengan Azis ampe kakek nenek. Buat Ibu Kasiati
S.sos terima kasih sudah banyak memberikan solusi pada penulis jika
penulis menghadapi kendala dan masalah. Buat Tuit semoga makin
cantik. Buat Weni terima kasih sudah banyak memberikan informasi
terbaru untuk penulis. Buat Kak Yanti yang selalu modis, Buat Devi,
Juni, Florence, Herna, Rabanta, Rosma, Renova, Ferika, Ika, Rudi, Udin,
Ardiansyah, Wildan,Benny, Tika, Faisal, dan lain – lain, maaf penulis
tidak dapat menyebutnya satu persatu, terima kasih atas dukungannya dan
semua kenangan yang tidak terlupan. “Caiyoo!!!! Buat senior-senior ’02,
serta junior Sos’05 dan 06, terima kasih atas segala dukungannya.
11. Buat semua informan, khususnya ibu Zaidar dan ibu Azmanizar terima
kasih telah meluangkan waktunya dan memberikan informasi-informasi
kepada penulis.
12. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa disebutkan satu
persatu .
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Akan
tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.

Penulis

Ismi Sarassati

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan
Lembar
Pengesahan
Abstrak…....................................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................v
Daftar Tabel.................................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang…...........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah........................................................................................10
1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................10
1.4. Manfaat Penelitian........................................................................................11
1.5. Defenisi Konsep….........................................................................................11

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1. Teori Pilihan Rasional Weber........................................................................23
2.2. Teori Trust Fukuyama................................................................................27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian..............................................................................................32
3.2. Lokasi Penelitian...........................................................................................33
3.3. Unit Analisa Data dan Informan................................................................33
3.4. Teknik Pengupulan Data................................................................................34
3.5. Temuan Interprestasi data............................................................................36
3.6. Keterbatasan Penelitian................................................................................37
3.7. Jadwal Kegiatan...........................................................................................38

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN


4.1 Sejarah Kota Medan........................................................................................40
4.2. Gambaran Umum Kota Medan.....................................................................41
4.3. Karakteristik Informan................................................................................46
4.4. Analisa Data..................................................................................................67
4.4.1. Pasien Yang Berobat Ke Penang, Malysia...................................67
4.4.2. Proses Masyarakat Kota Medan Berobat Ke Penang Malysia........68
4.3.3. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Medan
Yang Berbat Ke Penang................................................................70
4.3.4. Hubungan Sosial Pasien Dokter dan Pasien...............................71

Universitas Sumatera Utara


4.3.4. Fakor-Faktor Yang Mempengarui Masyarakat Kota Medan
Banjiri RS di Penang Malaysia........................................................72
4.3.5. Faktor-Faktor Secara Sosiologis....................................................76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan....................................................................................................83
5.2. Saran.............................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perbandingan Beberapa Indikator


Kesehatan Antara Beberapa Negara….........................................................5
Tabel 1.2. Pertumbuhan Kepemilikan Rumah Sakit di Indonesia................................6
Tabel 1.3. Jumlah Pasien Yang Berobat Ke Rumah Sakit di Penang, Malaysia..........7
Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................................34
Tabel 4.1. Jumlah Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Penduduk
Di Kota Medan Tahun 2001-2007….......................................................38
Tabel 4.2. Jumlah Kecamatan, Kelurahan Dan Lingkungan Kota Medan Dalam
Angka Tahun 2007…..............................................................................39
Tabel 4.3. Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Sekolah Dan Status Tahun 2007….....40
Tabel 4.4. Jumlah Perguruan Tinggi Pada Tahun 2007….........................................40
Tabel 4.5. Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2007…...................41
Tabel 4.6. Jumlah Informan Menurut Karakteristik…................................................64

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidak ada orang yang tidak mau sehat, bila anda tidak sehat, anda banyak
kehilangan, kehilangan pikiran, juga kehilangan segalanya. Sehat tidak hanya berarti
detak jantung yang teratur dan pembuangan yang lancar. Sehat mencakup sikap yang
positif, kreatif, harapan, pengakuan diri, rela bekerja dan mampu menghargai orang
lain.
Akan tetapi tidak selamanya manusia mendapati keadaan yang sehat selalu.

Disadari atau tidak, sejak seseorang merasa dirinya secara fisik, mental, sosial, tidak

mampu menjalankan peran sosial, ia mulai menjalankan yang namanya sakit.

Dikalangan biomedis, seseorang yang fisik atau mentalnya sakit berarti ia menderita

penyakit (disease). Dikalangan sosiolog, seseorang yang berprilaku menyimpang

dari perilaku yang biasa dijalankan dikatakan berada dalam keadaan sakit (illness).

Dalam peran sakit itu ia menunjukkan perilaku khas, sesuai dengan ajaran yang

diperolehnya maupun kebiasaan sosial budaya dan lingkungan hidupnya. Ia akan

mengobatkan diri kepada pengobat, mengobati sendiri atau berprilaku sakit demi

keuntungan tertentu, misalnya untuk mencari belas kasihan orang lain atas

kegagalan yang dilakukan dalam tugasnya. Kalau ia memutuskan untuk berobat ke

dokter, dukun atau pengobat lain, ia menerima peran pasien bukan lagi peran sakit,

dan menjalankan peran ketergantungan kepada pengobatnya (Lumenta, 1989:12).

Universitas Sumatera Utara


Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat

dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai

kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Penyakit merupakan suatu fenomena

kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara

hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit baik di

zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan

kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai

organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap

sebagai penyimpangan perilaku sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat

disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi

juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional psikososial individu bersangkutan.

Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari

lingkungan hidup atau ekosisitem manusia dan adat kebiasaan manusia dan

kebudayaan.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh

individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat

adalah tindakan yang dilakukan oleh individu untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan

kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi.

Perilaku sehat diperlihatkan individu yang merasa dirinya sehat meskipun


secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang
sakit dan penyakit. Maka perilaku sakit dan perilaku sehat pun subjektif sifatnya.
Orang yang sakit tersebut akan mencari konfirmasi mengenai gejala sakitnya pada
keluarga dan kerabatnya, yaitu bahwa mereka benar-benar memahami keadaannnya.

Universitas Sumatera Utara


Kemudian akan meminta nasihat dan kepastian mereka bahwa mereka akan
menerima keadaannya dan membantunya menerima peran sakit dan menanggalkan
banyak fungsi sosial atau pekerjaannya sehari-hari. Yang terakhir ini seakan-akan
merupakan suatu pengumuman berlakunya gangguan terhadap peran sosialnya, agar
semua orang yang berinteraksi dengannya mengetahui keadaannya.
Orang yang sakit tidak hanya mencari konfirmasi mengenai penyakitnya
dan mengumumkan dirinya sakit. Akan tetapi seseorang yang sakit akan memutuskan
untuk mencari pertolongan pengobatan dan secara nyata dicapai pihak yang akan
memberikan pertolongan pengobatan, yaitu dokter, klinik, rumah sakit ataupun
pengobatan sendiri. Individu yang sakit akan mencari penetapan diagnosis secara
medis dan suatu rencana pengobatan “ilmiah”sebagai pengga nti nasihat awam yang
diperolehnya dalam diskusi fase sebelumnya.
Semua reaksi terhadap keadaan sakit ini, tergantung pada berbagai faktor,
seperti pendidikan, faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor komunikasi
dan lain-lain. Seseorang yang kurang berpendidikan mungkin karena
ketidaktahuannya akan memilih tidak berobat selama ia masih dapat menahan
sakitnya. Seseorang dengan kebudayaan tertentu mungkin berobat ke pengobat
tradisional tertentu. Seseorang yang bertempat tinggal di daerah terpencil dan
transportasi sangat sulit, mungkin memilih mengobati dirinya sendiri. Berbagai
kemungkinan lain akan memberikan reaksi yang berlainan terhadap keadaan sakit
seseorang.

Menurut DR James R. Marzof dalam tahun 2002 dalam tulisannya “Peluang

Untuk Reformasi Analisis Mengenai Hambatan Dan Kendala Dalam Pertumbuhan

Sektor Kesehatan” bagi kita di Indonesia, banyak berbagai kalangan lebih memilih

pengobatan dengan menggu nakan pelayanan kesehatan, akan tetapi sistem pelayanan

kesehatan di Indonesia tidak cukup memadai untuk memenui kebutuhan penduduk

Indonesia. Indikator kesehatan Indonesia lebih rendah dibandingkan indikator

Universitas Sumatera Utara


kesehatan negara-negara ASEAN lainnya, dan sumberdaya kesehatan pemerintah

tidak memadai. Pertumbuhan pelayanan kesehatan tidak dapat mengikuti

pertumbuhan penduduk atau perubahan demografis selama dasawarsa terakhir. Aset

pelayanan kesehatan Indonesia pada saat ini relatif lebih rendah

(http://wbln0018.worlbank.org/eap/eap.nsf/Attachments/PHS/$Private+Healt+Sector

_Aug02ind.pdf).

Rendahnya kapabilitas pelayanan kesehatan di Indonesia dibarengi dengan


meningkatnya biaya kesehatan di Indonesia. Dengan adanya biaya kesehatan di
Indonesia yang cenderung meningkat akan mengakibatkan kesulitan masyarakat
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga tingkat kesehatan di Indonesia
menjadi rendah. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara
tingkat kesehatan penduduk Indonesia masih relatif rendah. Angka kematian ibu
masih 390 per 100.000 kelahiran hidup, sementara di Philiphina 170, Vietnam 160,
Thailand 44 dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini berkaitan secara
langsung maupun tidak langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
pemerintah ataupun masyarakat untuk kesehatan dan besarnya cakupan asuransi
kesehatan. Kontribusi pemerintah untuk biaya kesehatan hanya sebesar 26,1 persen.
Sedangkan kontribusi dari swasta mencapai 74,9 persen yang sebagian besar
dikeluarkan langsung dari saku masyarakat (direct payment out of pocket) pada waktu
mereka jatuh sakit, hanya sedikit biaya kesehatan yang dikeluarkan dengan
menggunakan mekanisme asuransi atau perusahaan (16-19%).
(www.geocities.com/unicityid/FeelBetter.in.HTM+defenisi+sehat&hl+id&ct+clnk&c
d+3&gl+id )

Universitas Sumatera Utara


Tabel. 1.1 Perbandingan Beberapa Indikator Kesehatan Antara Beberapa
Negara.
Negara MMR Biaya Urutan Biaya Cakupan
GNP/Kapita Kesehatan/Kapita Kesehatan Asuransi
(US$) (US$)
Malaysia 39 3400 110 93
Thailand 44 1960 133 64
Srilangka 60 820 25 138
Vietnam 160 370 17 182
Philipine 170 1020 40 124
Myanmar 230 220 100 136
Indonesia 390 580 18 154
(Sumber Departemen Kesehatan, 2000 )

Sistem Pelayanan Kesehatan dapat diidentifikasi dalam berbagai komponen

yaitu: Pemerintah, masyarakat, pihak ketiga yang menjadi sumber pembiayaan

miasalnya PT.Askes, Perusahaan Asuransi, Penyedia Pelayanan, termasuk industri

obat dan tempat-tempat pendidikan tenaga kesehatan serta bantuan luar negeri.

Peran pemerintah sebagai pelaksana di sektor rumah sakit dilakukan oleh

rumah sakit pemerintah pusat dan pemerintah daerah, di sektor rumah sakit

Indonesia, jumlah rumah sakit milik pemerintah sejak tahun 1995 berkurang sedikit,

sedangkan di sektor swasta mulai antara tahun 1995-2000 terdapat penambahan

sekitar 73 rumah sakit swasta baru. Dengan adanya pertumbuhan ini maka

diperkirakan mengalami kenaikan 15 % dan krisis ekonomi yang terjadi tidak

mempengaruhi peningkatan jumlah rumah sakit swasta. Seperti yang ditulis Nani

Iriyanti, SKM, AAK tabel di bawah ini

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.2.Pertumbuhan Kepemilikan Rumah Sakit Di Indonesia.
Pemerintah Swasta
Tahun Pemilik Jumlah Jumlah Pemilik Jumlah Jumlah
RS RS TT RS RS TT

1995 598 477 79.443 599 491 38.863


1997 602 511 80.490 595 550 41.506
1998 607 556 80.629 601 578 44.837
2000 615 585 80.667 615 580 48.204
(Sumber : Departemen Kesehatan 2000 )

Akan tetapi kecenderungan orang Indonesia berobat ke luar negeri semakin

meningkat. Setiap tahun sekitar 5.000 pasien berobat ke luar negeri dan devisa yang

dikeluarkan mencapai 400 juta dolar atau 3,6 triliun. Umumnya pasien yang berobat

ke Malaysia berasal dari Medan, Aceh dan Riau.

Sudah diketahui, warga Sumut menjadikan Penang sebagai tempat berobat

favorit. Tidak heran jika dalam lima hari penerbangan Medan-Penang selalu penuh.

Singapura yang selama ini menjadi pilihan berobat perlahan mulai ditinggalkan.

Kecuali penyakit yang susah sembuh dan sebahagian kecil orang kaya di Sumut

masih berobat ke Singapura.

Masyarakat Sumut ternyata sudah tidak asing lagi dengan Rumah Sakit di

Penang. Setiap tahun sedikitnya 250.000 orang berobat ke Penang. Kalau di total

dengan warga yang melakukan cek kesehatan, jumlahnya bisa membengkak menjadi

dua kali lipat.

Ada banyak data menyebutkan tingginya migrasi pasien Indonesia ke Rumah

Sakit luar negeri. Yang salah satunya adalah Negara jiran kita, Malaysia yaitu di kota

Penang. www.mail.orchive.com/dokter@itb.ac.id/msg13175.html menyebutkan

bahwa “terdapat kurang lebih 300.000 pasien / tahun atau beribu-ribu orang / bulan

Universitas Sumatera Utara


masyarakat Indonesia berobat ke Penang, dan 80% diantaranya adalah masyarakat

Medan dan Sumut serta sebagian kecil NAD ( Nanggore Aceh Darussalam)”.

Tingginya migrasi pasien ke luar ke luar negeri menjadi suatu fenomena bagi

bangsa Indonesia sendiri, dan jika ini berlanjut maka tidak menutup kemungkinan

Indonesia hanya menjadi konsumer di Era Globalisasi ini. Pada data yang saya kutip

www.kompas.co.id/read.php?ctn+2008.02.0315414342&channel+1&mm+20&idx+9

7 bahwa setiap tahunnya dilaporkan terjadi peningkatan jumlah penduduk Indonesia

yang berobat ke luar negeri (Penang / Malaysia dan Singapura. Seperti yang dapat

kita lihat pada tabel di bawah ini

Tabel 1.3.Untuk Rumah Sakit Di Penang, Malaysia.


Tahun Rumah Sakit Jumlah Jumlah
Pasien/Tahun Pasien/Hari
2003 Lam Wah Ee 12.000 32
Adventist 14.000 38
2004 Lam Wah Ee 22.000 62
Adventist 24.000 68

Lebih lanjut diperkirakan bahwa rata-rata 1000 orang warga kota Medan

berobat ke Penang setiap bulannya dan dilaporkan bahwa setiap tahunnya kedua

negara ini mendapat devisa 400 juta dollar AS dari warga kota Medan yang Berobat.

Hal ini dikarenakan kurang siapnya Propinsi Sumatera Utara menghadapi era

globalisasi khususnya di bidang sektor kesehatan dan tingginya kesadaran

masyarakat terhadap mutu kesehatan serta krisis kepercayaan karena adanya isu

malpraktek.(www.kompas.co.id/read.php?ctn+2008.02.0315414342&channel+1&m

m+20&idx+97)

Universitas Sumatera Utara


Padahal dalam situs http://www.desentralisasi-kesehatan.net, menuliskan

bahwa pemerintah sudah mengeluarkan dana Askeskin Rp 7,8 triliun sejak tahun

2005 hingga 2007 yakni Rp1,9 triliun pada tahun 2005, Rp 2,5 triliun pada 2006 dan

Rp 3,4 triliun pada 2007. Untuk 2008, pemerintah mengangarkan Rp 4,8 triliun untuk

Askeskin. Di harapakan dengan ini pemerintah dapat menampung banyaknya

masyarakat yang butuh pelayanan kesehatan karena dibarengi tingkat pertumbuhan

penduduk yang meningkat setiap tahunnya. Maka pemerintah berharap hal ini

merupakan langkah awal untuk membenahi mekanisme pelayanan .

Jika kita perhatikan managemen pelayanan kesehatan di tanah air masih jauh

dari optimal dan efesien, bahkan cenderung birokratis, konvensional (kuno),

Pelayanan kesehatan di tanah air masih belum berfokus pada sistem pelayanan yang

bersifat consumer oriented. Tidak seperti Penang dan Rumah Sakit luar negeri

lainnya justru lebih fokus kepada pada sistem pelayanan yang bersifat Consumer

Orineted, hal ini dilakukan untuk menarik para pasien dari luar negeri, karena untuk

mendapatkan pasien dari dalam negeri sangat susah dan kurang menguntungkan

akibat adanya asuransi kesehatan yang diberikan pemerintah setempat kepada

masyarakat.

Oleh karena pada rumah sakit di Indonesia permasalahan yang sering

terlihat adalah :

 Peralatan terbatas

 Birokratif

 Pelayanan kurang

 Tenaga ahli yang kurang professional

Universitas Sumatera Utara


Selain poin – poin di atas, anggaran kesehatan yang diberikan oleh pemerintah

juga berperan dalam menunjang tingginya biaya pengobatan medis. Pada periode

tahun 1999-2005 anggaran kesehatan hanya 1 % - 3 % dari APBN, sedangkan pada

tahun 2006 hanya 2,9 % atau sekitar Rp 10,8 triliun (www.antikorupsi

.org/docs/anggaran militer danang.pdf). Keterbatasan anggaran ini membuat

pelayanan kesehatan semakin mahal, sehingga pada akhirnya masyarakat harus

menanggung sepenuhnya pengeluaran kesehatan sebab pada saat yang sama

masyarakat juga masih dikenakan berbagai macam pajak yang tanpa mereka sadari.

Akan tetapi setelah peneliti berusaha mewawancarai pasien yang pernah

berobat ke Penang, peneliti mengetahui bahwa, alasan untuk berobat ke luar negeri

bukan hanya seperti tercakup pada poin-poin di atas, akan tetapi sifatnya lebih

kompleks dan secara sosiologis hal ini sangatlah menarik untuk diteliti.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

deskriptif terhadap masalah tersebut. Adapun yang menjadi perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

“Faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi masyarakat (pasien) kota Medan

berobat ke luar negeri secara sosiologis”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini disamping sebagai persyaratan akademis, juga

diharapkan akan bertujuan:

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi masyarakat (pasien) kota

Medan berobat ke luar negeri secara sosiologis

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat teoritis

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap

pengambil kebijakan khususnya pemerintah atau instansi terkait yang menangani

bidang sosial (kesehatan), dengan melihat apa keinginan masyarakat terhadap Rumah

Sakit itu sendiri serta subsisstem di dalamnya, karena pada dasarnya kemajuan dan

pembangunan suatu negara tidak terlepas dari sektor kesehatan masyarakatnya

sendiri.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

kepustakaan dan dapat membantu peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian

lanjutan.

1.5. Defenisi Konsep

Konsep adalah unsur penting dalam suatu penelitian. Konsep merupakan

defenisi yang dipakai oleh para peneliti dalam memnggambarkan secara abstrak suatu

fenomena sosial atau fenomena alami. Menurut R. K. Merton konsep adalah defenisi

dari apa yang perlu diamati. Konsep merupakan variabel-variabel mana kita

menetukan adanya hubungan empiris. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


kerangka konseptual adalah rangkaian pengertian logis, yang dipakai untuk

menentukan jalan pemikiran dalam penelitian guna memperoleh permasalahan yang

tepat.

Adapun konsep-konsep penting dalam penelitian ini adalah:

1. Masyarakat, yaitu organisasi hidup (kumpulan manusia) dimana mengalami

perubahan, saling mempengaruhi satu sama lain dan setiap sistem mempunyai

fungsi dan peranan yang berbeda-beda tetapi saling mendukung (Spencer, 436-

506 : 1985), yang dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Medan

2. Berobat, yaitu suatu tindakan yang dilakukan individu dengan pertimbangan

rasional, yang bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang

diderita oleh individu tersebut. Dan dalam penelitian ini yang dimaksud berobat

adalah dengan memakai pengobatan moderen berupa obat-obatan dari pabrik

( bukan ramuan tradisional)

3. Faktor yaitu hal yang ikut menyebabkan terjadinya sesuatu. Yang dalam

penelitian ini adalah alasan-alasan yang menyebabkan masyarakat memilih

berobat ke luar negeri.

4. Pengaruh yaitu daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda ) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan atau perilaku seseorang .

5. Rumah Sakit adalah tempat bagi orang-orang yang sakit untuk berobat,

sedangkan dokter dan perawat menyebutkan sebagai lahan untuk mencari nafkah

hidup. Rumah sakit di Indonesia dapat dikemukakan seperti berikut :

 Rumah Sakit Swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh pihak

swasta, yaitu non Pemerintahan yaitu beberapa orang yang sepakat

Universitas Sumatera Utara


untuk mendirikan suatu badan hukum atau perusahaan hukum, dan

badan hukum ini melakukan kegiatan dalam bidang pendirian dan

menjalankan rumah sakit.

 Rumah Sakit Pemerintah adalah rumah sakit yang biaya

pengelolaannya tersebut didanai oleh Pemerintahan, yaitu dengan cara

mengganggarkannya dalam APBN, APBD, dan lain-lainnya. Karena

dana pengelolaan rumah sakit ini berasal dari pemerintah maka segala

pendapatan yang diperoleh oleh rumah sakit tersebut juga harus

distorkan ke Kas Negara. (Dr.H.Dalmy Iskandar, Rumah Sakit,

Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, 1998:6-8).

 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga

kesehatan meliputi : Dokter, Apoteker, Perawat, dan Bidan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Sehat tidak hanya berarti detak jantung yang teratur dan pembuangan yang
lancar. Sehat mencakup sikap yang positif, kreatif, harapan, pengakuan diri, rela
bekerja dan mampu menghargai orang lain. Menurut WHO defenisi sehat adalah
keadaan sejahtera baik dari segi badan, mental, spiritual (dirinya sendiri) maupun
segi sosial budaya (lingkungannya). Dan juga menurut UU No.23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan Pasal 1 ayat 1 : “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis”(//www.google.com/search?q+cache:Gakd611zJwj:Gindah.blogspot.com/2
007_09_01)
Persepsi masyarakat tentang sehat atau sakit sangat dipengaruhi oleh unsur

pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan

atau dokter dalam hal ini juga akan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria

media yang objektif berdasarkan hal yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik

seorang individu.

Marshal dan Lois (1995), mengatakan bahwa orang terlibat kegiatan medis

karena tiga alasan pokok, yaitu:

a. Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala sakit

belum dirasakan (perilaku sehat)

b. Untuk mendapatkan diagnosa penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada

gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit)

c. Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh

dan sehat seperti sediakala, atau agar penyakit tidak pertambah parah (peran

sakit).

Universitas Sumatera Utara


Seorang individu dapat merasakan sakit dan itu akan dapat merubah

perilakunya, Menurut Foster (1986:184-190) tahapan sakit yaitu:

 Tahap pengalaman gejala, pada tahap ini akan terdapat gejala-gejala terhadap

perubahan fisik atau psikis

 Asumsi dari keadaan peranan sakit, pada tahap ini akan muncul suatu

perubahan baik dalam fisik maupun psikis dan kecenderungan terjadi

perubahan perilaku demi mengatasi rasa sakit yang ada

 Tahap kontak perawatan medis. Pada tahap ini, individu akan mencari

perawatan medis, baik tradisional maupun modren atau bersifat alternatif

 Tahap peranan ketergantungan pasien, pada tahap ini akan ada

ketergantungan pasien terhadap tenaga kesehatan (dokter, dukun, tabib dan

lain-lain), serta apa yang disuruh oleh tanga keseahtan semaksimal mungkin

akan dilakukan, seiring dengan sikap rasionalitas yang dimiliki individu.

 Kesembuhan atau keadaan rehabilitas, pada tahap ini merupakan tahap akhir

dari tahap sakit, dimana kesembuhan akan mulai diperoleh atau jika tidak,

pengantisipasian agar penyakit tidak berkembang akan dilakukan pada tahap

ini. Dalam sosiologi kesehatan, penyakit mempunyai peranan sosial yakni:

 Penyakit merupakan pelepasan dari tekanan yang tak tertahan

 Penyakit membantu untuk menanggung kegagalan pribadi

 Sakit dapat digunakan untuk memperoleh perhatian

 Masuk Rumah Sakit dapat sebagai liburan

 Penyakit dapat digunakan sebagai alat kontrol sosial

 Penyakit dapat dijadikan alat untuk menghapus perasaan bersalah.

Universitas Sumatera Utara


Keadaan sakit diungkapkan Parsons (1951) keadaan sakit dianggap sebagai

suatu penyimpangan dari keadaan sosial di mana perilaku normal terkoyak oleh

penyakit atau keadaan biologis yang abnormal. Parsons melihat keadaan sakit sebagai

suatu gangguan terhadap keadaan normal seseorang, baik secara sosiologis

(Lumenta,1989 : 21 ).

Berbagai aspek spesifik dalam konsep Parsons tentang peran sakit

digolongkan dalam empat kategori dasar yaitu :

1. Orang sakit dibebaskan dari peran social normatif. Pembebasan ini sebenarnya

relatif, tergantung pada sifat dan tingkat keparahan keadaan sakit tersebut.

2. Orang sakit tidak bertanggungjawab atas keadaannya. Keadaan sakit seseorang

dianggap di luar kendali.

3. Orang sakit harus berupaya untuk sembuh.

4. Orang sakit harus mencari pengobat dan bekerja sama denganya selama proses

penyembuhan. (Lumenta, 1989 : 23)

Sejak seseorang merasakan suatu rasa sakit, sebenarnya ia mulai menjalani

proses panjang, yaitu proses kesakitan, dan pengobatan, dan dimulailah siklus peran

sakit, peran sakit, peran pasien, peran rehabilitas dan peran sehat kembali. Peran

pasien telah dikemukakan oleh sosiolog Talcott Parsons pada awal tahun 1950-an.

Parsons meninjau peran sakit dan peran pasien dari segi ilmu perilaku dan menyusun

semacam aksioma bahwa seseorang yang berada dalam keadaan sakit wajib berusaha

untuk sembuh dengan mengobatkan diri dan tunduk kepada pengobatnya (Lumenta,

1989 : 12).

Universitas Sumatera Utara


Pada dasarnya fungsi sosial Rumah Sakit dan laboratorium klinik sesuai

dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu sesuai

peraturan yang berlaku.

2. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam tanpa dipungut

uang muka dahulu baik pasien mampu atau tidak mampu.

3. Ikut membantu pelaksanaan program pemerintah di bidang kesehatan

masyarakat .

4. Di bawah koordinasi dinas kesehatan setempat dan rumah sakit pemerintah di

wilayahnya.

Sedangkan fungsi rumah sakit pada hikikatnya adalah menyediakan dan

menyelenggarakan :

1. Pelayanan medis

2. Pelayanan penunjang medis dan non medis

3. Pelayanan asuhan keperawatan

4. Pelayanan rehabilitas

5. Pelayanan rujukan

6. Pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan realisasi di lapangan, atau malah dapat

berbeda 180 derajat

(http:www..go.id/en/file/PenKesehatan4.doc+fungsi+rumah+sakit&hl=id&ct=

clnk&cd=2&gl=id)

Universitas Sumatera Utara


Dalam teori Health Belief Model mengatakan bahwa terdapat tiga faktor

esensial dalam menetapkan suatu perilaku, yaitu:

 Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu

penyakit atau memperkecil resiko kesehatan

 Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah

perilaku

 Perilaku itu sendiri justru menyebabkan suatu penyakit tertentu

Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berimbangan

dengan kepribadian dan lingkungan individu, dan pengalaman yang berhubungan

dengan suasana dan petugas kesehatan

(http//202.155.5.44/indekx.php?optm=article&task=viewarticle&ortid=168&

itemid=3)

Selain situasi dan keadaan Rumah sakit, hubungan atau interaksi dokter-

pasien sangat penting dan pada dasarnya seorang dokter menurut Schepers ( ibid, hal

41) mempunyai 5 fungsi yaitu:

1. Menerapkan peraturan umum atau khusus yang harus diataati oleh pasien

(universal versus khusus)

2. Membina interaksi dengna pasien secara luas dan membaur, atau terbatas

(membaur versus spesifik)

3. Melibatkan emosi/perasaaannya atau bersikap netral dalam hubungan dengan

sang pasien (spesifik versus netral)

4. Mengutamakan kepentingan diri sendiri atau keputusan bersama (orientasi versus

kelompok)

Universitas Sumatera Utara


5. Memandang manusia berdasarkan kualitasnya atau prestasinya (kualitas versus

prestasi)

Kemudian, dokter dalam tugas pelayanan medisnya juga mempunyai

kewajiban-kewajiban. Adapun kewajiban-kewajiban dokter menurut Leenen meliputi

sebagai berikut :

1. Kewajiban yang timbul dari sifat pelayanan medis di mana dokter harus

bertindaksesuai dengan standar profesi medis atau menjalankan praktek

kedokterannya secara legal.

2. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hak asasi

dalam bidang kesehatan.

3. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan.

Kewajiban - kewajiban dokter lebih rinci dapat dipedomani seperti yang

dikemukakan oleh Pengurus Besar IDI dalam buku Panduan Aspek Hukum Praktek

Swasta Dokter, yakni seperti berikut :

 Memberikan informasi tentang tindakan medis yang akan dilakukannya.

 Kewajiban untuk bekerja sewsuai dengan standar profesi medis.

 Kewajiban menyimpan rahasia jabatan/pekerjaan dokter.

 Kewajiban untuk menolong pasien dalam keadaan gawat darurat tanpa

terpengaruh oleh imbalan/honorarium.

Secara umum yang menjadi hak seorang dokter dalam menjalankan tugas

profesinya adalah sebagai berikut ini :

Universitas Sumatera Utara


 Hak untuk menolak bekerja di luar standar profesi medis.

 Hak untuk menolak tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik

profesi medis.

 Hak untuk memilih pasien dan mengakhiri hubungan dengan pasien,

kecuali dalam keadaan gawat darurat.

 Hak atas privacy dokter.

 Hak untuk menerima imbalan balas jasa/honorarium. (Iskandar

Dalmy,1998:28)

Menurut David dalam (Lumenta,1989:51) adapun hak dan kewajiban pasien dalam

rumah sakit adalah :

 Hak Pasien :

1. Memperoleh pelayanan kesehatan yang manusiawi sesuai standar profesi.

2. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dan menolak

keikutsertaan dalam penelitian kedokteran.

3. Kerahasiaan atas catatan mediknya.

4. Hak rujuk kalau diperlukan.

5. Memperoleh penjelasan tentang penelitian klinik.

6. Memperoleh perawatan lanjutan dengan informasi tentang nama/alamat

dokter selanjutnya.

7. Berhubungan dengan keluarga, rohaniawan, dsb.

8. Penjelasan tentang rincian rekening (rawatan, obat, pemeriksaan laboratorium,

rontgen, ultrasonografi (USG), biaya kamar bedah, imbalan jasa, dan

sebagainya).

Universitas Sumatera Utara


9. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.

10. menarik diri dari kontrak terapik.

 Kewajiban Pasien

1. Memeriksakan diri pada dokter sedini mungkin.

2. Memberikan informasi lengkap tentang penyakitnya.

3. Berobat ulang sesuai anjuran dokter.

4. Menandatangani surat-surat izin untuk diagnosis dan terapi (termasuk infomed

consent)

5. Mematuhi peraturan – peraturan rumah sakit (jam tamu, barang-barang

berharga, radio, TV, dan sebagainya.

2.1. Teori Pilihan Rasional


Menurut Bachtiar (2006) Aksi adalah zweckrational (berguna secara rasional)

manakala ia terapkan dalam suatu situasi dengan pluralitas cara-cara dan tujuan-

tujuan dimana si pelaku bebas memilih cara-caranya secara murni untuk keperluan

efisiensi. Kedudukan dalam suatu kelas sosial tertentu mempunyai arti penting bagi

seseorang. Kita telah melihat bahwa Max Weber mengaitkan kedudukan dalam suatu

kelas dengan Life Chances, yaitu peluang untuk hidup. Kekayaan dan kepemilikan

yang dimiliki seseorang dan keluarganya memang mempunyai pengaruh besar

terhadap peluang hidupnya, nasibnya. Seseorang warga masyarakat yang

berpenghasilan tinggi secara finansial mampu menjalani pemeriksaan dan perawatan

medis di luar negeri, misalnya di Taiwan, Tokyo atau Singapura dan menarik

manfaat dan perkembangan terakhir di dunia medis sehingga dapat memperpanjang

harapan hidupnya, seseorang yang termasuk golongan berpenghasilan terendah

Universitas Sumatera Utara


banyak yang mendadak meninggal dunia tanpa sebabnya karena tidak mengenal

manfaat upaya medis modern andaikan mereka tahu pun tidak akan mampu

membiayai pemeriksaan dan perawatan madis yang paling sederhana (Sunarto,

Kamanto, 2000:102). Dari pernyataan Max Weber diatas dalam pemilihan tempat

pemeriksaan atau perawatan medis, para pasien bebas untuk mencari tempat

penyembuhan penyakit yang diderita oleh pasien dengan pertimbangan secara

rasional.

Parson mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif, aktif dan

evaluatif dalam memilih alternative tindakan dalam mencapai tujuan (Rizer,

2004:71). Begitu juga dalam menentukan rumah sakit mana yang mereka tuju jika

dalam kondisi sakit atau gawat darurat dengan pengambilan keputusan secara rasional

melalui pertimbangan-pertimbangan. Karena mereka juga mempertimbangkan

bagaimana profesionalisme paramedisnya, bagaimana pelayanannya, kualitas

obatnya, biaya rawat inapnya.

Begitu juga dalam teori aksi yang dikenal sebagai teori bertindak pada

mulanya dikembangkan oleh Max Weber berpendapat bahwa tindakan didasarkan

atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu objek stimulus

atau sistuasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial akan situasi

tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu

mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat ( Sarwono,

1997: 30). Begitu juga dengan pemilihan tempat penyembuhan penyakit, para pasien

bebas untuk mencarinya dengan pertimbangan rasional

Universitas Sumatera Utara


Weber mengatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial,

sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai

tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas

dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Tidakan rasional menurut

Weber pertimbangan sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber

membagi rasionalitas tindakan ini ke dalam empat macam, yaitu rasionalitas

intrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan

afektif. Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang

dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadra dalam melakukan

tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas

yang beroeientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan

pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam

hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau nilai akhir

baginya (www.geocities.com/jurnal indonesia/sosiologi-profetik.htl)

Dalam keadaan ekonomi yang carut marut saat ini, masyarakat harus

menyikapi dengan tepat. Sikap cerdas yang harus kita dilakukan ialah berpola piker

secara rasional dan berpola tindak ekonomis. Strategi yang paling sederhana adalah

melakukan penghematan di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan. “Harga

kesehatan sangat mahal”. Ungkapan itu terasa sangat tepat di saat ekonomi Indonesia

lagi mendapat cobaan ini. Bayangkan, biaya jasa dokter, khususnya dokter spesialis,

masih belum terjangkau sebagian masyarakat. Belum lagi harga obat yang cukup

mahal dan semakin lama pasti semakin menggila. Ditambah lagi beban biaya

Universitas Sumatera Utara


pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan patologis, dan

pemeriksaan penunjang lainnya yang akan semakin tidak terjangkau. Biaya akan

semakin melangit bila pasien divonis rawat inap atau operasi.

Jalan terbaik dalam menyikapi beban psikologis itu adalah melakukan

tindakan mawas diri serta berpikiran jernih dan positif dan bertindak secara rasional.

Secara sadar manusia harus menerima fakta dan fenomena alam bahwa sumber energi

bumi akan berkurang dan akan semakin mahal. Meskipun sulit, dalam jangka

panjang, manusia harus berinovasi dalam berteknologi. Dalam jangka pendek,

tindakan rasional yang dapat dilakukan adalah mawas diri untuk memilih mana yang

terbaik khususnya dalam memilih rumah sakit, klinik, kita harus berpikir secara

rasional sesuai kenyataan yang sedang terjadi saat ini.

2.2. Teori Trust/ Kepercayaan


Menurut Fukuyama, 1995 bahwa Kepercayaan merupakan produk dari

komunitas-komunitas yang telah ada sebelumnya yang memilliki norma-norma atau

nilai-nilai moral bersama. Ada beberapa elemen utama yang terkait dengan isu Trust,

yakni kebajikan social dan modal sosial.

 Kepercayaan

Sebagaimana dijelaskan Fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang

tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya prilaku jujur,

teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan

sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini, bahwa dalam masyarakat yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif;

hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-

harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok

orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-

standar sekuler, seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan

berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk

mendukung iklim kerjasama (Fukuyama, 2002). Norma-norma dapat merupakan

prakondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

Fukuyama memandang Trust sebagai komponen ekonomi yang melekat pada

kultur yang ada pada masyarakat. Qianhong Fu membagi tiga tingkatan Trust yaitu :

pada tingkat individual, relasi sosial dan pada tingkatan sistem sosial.

a. Pada tingkat individual, trust merupakan kekayaan individual,

merupakan variable personal sebagai karakteristik individu.

b. Pada tingkat hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk

mencapai tujuan-tujuan kelompok.

c. Pada tingkat sistem sosial, trust merupakan nilai yang bekembang

menurut sistem sosial yang ada ( Jausari, 2006:12).

Trust disedepankan dengan istilah kepercayaan, didefenisikan oleh Fukuyama

sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang

muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang

dianut bersama oleh anggota-anggota komunitas.

Universitas Sumatera Utara


Begitu juga dalam bidang kesehatan, seorang pasien memiliki kepercayaan

terhadap dokter yang timbul dari pengalaman-pengalaman yang telah didefenisikan

secara langsung dalam berinteraksi dengan dokter. Penelitian ini juga pernah

dilakukan oleh Yuni Manthovani tentang bagaimana fenomena pencarian pengobatan

ke Penang-Malaysia pada masyarakat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang

meliputi model kepercayaan kesehatan, kepuasan terhadap

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian deskriptif


dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai
pendekatan yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dari apa
yang diamati. Pendekatan kualitatif juga dimaksudkan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh). Metode ini
digunakan unuk memperkuat dalam penyelesaian penelitian ini. Metode penelitian
kualitatif digunakan karena ( Moleong, 2005 :8 ) :
1. Pendekatan ini melihat individu secara utuh

2. pendekatan ini mengutamakan latar ilmiah dengan maksud menggambarkan

fenomena yang terjadi dengan melibatkan metode wawancara.

3. Pendekatan ini bersifat emik, maksudnya peneliti dapat membangun

pendangannya sendiri tentang apa yang diteliti secara ilmiah.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci suatu

fenomena social secara menyeluruh dalam menganalisa perilaku orang mulai dari

skala kelembagaan keluarga atau kelompok atau masyarakat dan interaksinya. Dalam

deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisisnya, menginterpretasi

kondisi-kondisi yang terjadi.

Penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif akan mengumpulkan data-data


yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan
penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumen resmi
lainnya (Moleong, 2005:11) .
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif peneliti akan dapat memperoleh

informasi atau data yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang

Universitas Sumatera Utara


mempengaruhi masyarakat kota Medan memilih pengobatan medis ke luar negeri

(Penang).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah:
a. Masyarakat Indonesia yang berobat ke Penang didominasi sekitar 80 % oleh

masyarakat Kota Medan .

b. Lokasi Penelitian merupakan tempat tinggal peneliti sehingga memudahkan

peneliti dalam melakukan pengumpulan data yang diperlukan.

c. Masyarakat Medan setiap setahun sedikitnya 250.000 orang yang berobat ke

Penang, belum lagi di hitung dari yang hanya melakukan cek kesehatan, hasilnya

bisa menjadi 2 kali lipat.

3.3. Unit Analisis Data dan Informan

Unit Analisis

Analisa data secara umum adalah untuk mempertajam masalah dan

merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori,

dan satuan uraian data. Keseluruhan data yang diperoleh akan menjadi dasar dalam

memperoleh jalinan hubungan dan kaitan masalah.

Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian ( Arikunto, 1999 : 22). Adapun yang

menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Medan yang

pernah berobat ke Penang, Malaysia:

Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Medan yang pernah berobat

Ke Penang, Malaysia sebanyak lebih dari 3 kali, yang sebelumnya telah berobat di

Universitas Sumatera Utara


rumah sakit Indonesia. Dan untuk mendapatkan informan yang dibutuhkan peneliti

melakukan observasi secara aksidental di bandara Polonia Medan, khususnya

bahagian keberangkatan dan kedatangan tujuan Malaysia, kemudian peneliti

melakukan wawancara seputar alasan keberangkatan yang dilanjutkan dengan

menanyakan nomor telepon beserta alamat rumah informan, seterusnya dilakukan

wawancara mendalam di tempat tinggal informan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah

Field Research, yaitu:


1. Data Primer
o Wawancara Mendalam, yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung (face to

face) kepada informan. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh bersifat akurat

dan terpercaya. Pengumpulan data dilakukan dengan metode “wawancara

mendalam”(in-depth interview) terhadap para informan. Wawancara mendalam

berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari informan yang

diawali dengan sosialisasi. Dengan teknik ini akan digali riwayat hidup dari

informan sebagai pasien yang melakukan pengobatan medis di Penang, sehingga

di harapkan dapat mengungkap baik pengalaman dan pengetahuan eksplisit

maupun yang tersembunyi.

Dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat

informan lebih terbuka dan leluasa dalam memberi informasi atau data, untuk

mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan

informasi sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian sehingga menjadi

Universitas Sumatera Utara


semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas atau alamiah dengan subjek peneliti

sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai pemancing timbulnya

permasalahan agar muncul wacana yang detail. Disini wawancara diharapkan

berjalan secara tidak berstruktur ( terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang

terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian). Agar wawancara lebih

terarah maka digunakan instrument berupa pedoman

Wawancara ( interview guide) yakni urutan-urutan daftar pertanyaan sebagai

acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini

digunakan juga instrument penunjang lainnya dalam wawancara yaitu alat bantu

rekam ( tape recorder) yang membantu peneliti dalam menganalisis data dari

hasil wawancara.

o Observasi, adapun pengamatan langsung terhadap gejala sosiologis yang tampak

pada saat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan

langsung di lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi ini terdiri dari

rincian tentang kegiatan, perilaku, tindakan orang serta keseluruhan interaksi

interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman

manusia yang dapat diamati. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam

bentuk catatan lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyek

penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakuka n dengan cara

studi pustaka dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dari buku-

Universitas Sumatera Utara


buku referensi. Dokumen, majalah, jurnal dan internet yang dianggap relevan dengan

masalah yang diteliti. .

3.5. Temuan dan Interpretasi Data

Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola

kategori dan satuan rincian sehingga dapat ditemukan dan dapat dianalisa selanjutnya

( Moleong, 1993:103).

Analisa data ditandai dengan pengolahan dan penfsiran data yang diperoleh dari

setiap informasi baik secara pengamatan, wawancara ataupun catatan-catatan

lapangan, dipelajari dan ditelaah kemudian tahap selanjutnya adalah mereduksi data

yaitu melalui pembuatan abtraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman inti.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan – satuan itu kemudian

dikategorikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lainnya

dan interprestasikan secara kualitatif.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya

ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi. Abstraksi

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan yang perlu

dijaga, sehingga tetap berada didalam fokus penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-

satuan itu kemudian dikategorisasikan, berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya

satu dengan lainnya dan dinterpretasikan secara kualitatif, Sesungguhnya proses

analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal hingga

selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif

Universitas Sumatera Utara


Setiap data yang diperoleh akan direkam, dan dicatat baik itu dari hasil

wawancara atau telaah pustaka. Kemudian data akan dikumpul dan dilanjutkan

dengan menganalisanya dan menginterpretasikannya dalam bentuk kalimat dan

paragraf yang sistematis sehingga memudahkan untuk dimengerti terhadap

permasalah yang diteliti. Sedangkan hasil observasi diuraikan untuk memperkaya

hasil wawancara sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh

diinterpretasikan untuk menggambarkan secara jelas keadaan melalui kata

berdasarkan dukungan teori dan tinjauan pustaka.

Interpretasi data maksudnya adalah ketika peneliti mulai menangkap “benang

merah” yang semakin lama semakin jelas sehingga peneliti dengan perbendaharaan

data yang diperole “berani” memberi penjelasan terhadap tema-tema cerita informan

berupa pernyataan apa yang sebenarnya telah dialami para informan dan keinginan

apa yang sesungguhnya tersembunyi dibalik pandangan dan tindakan mereka.

3.6 Keterbatasan Penelitian

Adapun kendala-kendala yang dihadapi di dalam proses pelaksanaan penelitian


ini adalah :
1. Faktor Internal merupakan kendala yang berasal dari dalam peneliti

yang meliputi, keterbatasan waktu penelitian dan sedikitnya literatur.

Dalam hal ini peneliti belum dapat mendiskripsikan penelitian ini

secara komprehensif dan mendalam sehingga penyajian data dan

analisis masih belum maksimal ( seadanya ).

2. Faktor Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar selama

proses penelitian, seperti peneliti belum maksimal dalam

Universitas Sumatera Utara


mewawancarai para informan. Salah satu contohnya peneliti tidak

dapat mewawancai pihak rumah sakit maupun paramedis.

3.7 Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan dilakukan selama 3 bulan, yaitu dimulai dari bulan

Maret 2008 sampai Mei 2008. Adapun jadwal kegiatan penelitian ini di bagi kedalam

empat bahagian, yaitu pertama, pra penelitian yang melputi penyusunan proposal

penelitian, seminar / presentasi proposal dan perbaikan proposal untuk lebih

menyempurnakan proposal peneliti

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

NO Jadwal Kegiatn Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Observasi

2. ACC Judul X

3. Penyusunan Proposal X X

4. Seminar Proposal X

5. Revisi Proposal Penelitian X

6. Penyerahan Hasil Seminar Penelitian X

7. Operasional penelitian X

8. Bimbingan X X

9. Penulisan Laporan Akhir X

10. Sidang Meja Hijau X

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Lahirnya Kota Medan

Kota Medan berkembang dari sebuah kampung bernama Kampung Medan Putri, yang

didirikan oleh Guru Patimpus sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus adalah seorang putra

Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datuk Pulo Brayan.

Dalam bahasa Karo, kata "Guru" berarti "Tabib" ataupun "Orang Pintar", kemudian kata

"Pa" merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang,

sedangkan kata "Timpus" berarti bundelan, bungkus, atau balut. Dengan demikian, maka

nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang Tabib yang memiliki kebiasaan

membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang

bawaannya. Hal ini dapat diperhatikan pada Monumen Guru Patimpus yang didirikan di

sekitar Balai Kota Medan

 Asal Usul Nama

Disebabkan letaknya yang berada di Tanah Deli, Kampung Medan juga sering

dikenal sebagai Medan-Deli. Lokasi asli Kampung Medan adalah sebuah tempat di mana

Sungai Deli bertemu dengan Sungai Babura. Dari catatan penulis-penulis Portugis yang

berasal dari awal abad ke-16, disebutkan bahwa Kota Medan berasal dari nama "Medina",

sedangkan dari sumber lainnya menyatakan bahwa Medan Berasal dari bahasa India

"Meiden", yang lebih kacau lagi bahwa ada sebagian masyarakat yang menyatakan

bahwa disebutkannya kata “ Medan" karena Kota ini merupakan tempat atau area

bertemunya berbagai suku sehingga disebut sebagai medan pertemuan.

Universitas Sumatera Utara


4.1.2. Gambaran Umum Kota Medan

Letak kota medan memang strategis, kota ini dilalui sungai Deli dan Sungai Babura.

Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagagangan yang culup ramai. Keberadaan

Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup Modern sebagai pintu masuk

wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestic maupun luar

negeri ( ekspor–impor), menjadikan Medan sebagai gerbang Indonesia bagian barat

Medan berpenduduk 2 juta orang yang memiliki areal 26.510 hektar yang secara

administrative dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Adapun batas –

batas wilayah kota Medan adalah secara geografis, wilayah kota Medan berada antara

3”30-3”4’ LU dan 98”44” BT dengan luas wilayah 265,10 km petsegi dengan batas-

batas sebagai berikut:

 Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

 Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

 Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

 Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian

2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Struktur perekonomian kota Medan didominasi

oleh empat lapangan usaha utama yaitu industri pengolahan (14,28) %Perdagangan,

Hotel, dan Restoran 28,10% Pengangkutan dan Telekomunikasi (19,83 %), serta

keuangan, persewaan dan jasa ( 14,42% ). Keempat sektor ini memberikan kontribusi

sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah.

Pendapatan perkapita masyarakat kota medan atas dasar harga berlaku pada tahun

2000 mencapai Rp.6.264.429,65 atau mengalami kenaikan yang cukup besar bila

Universitas Sumatera Utara


dibandingkan dengan pendapatan perkapita pada tahun 1993 yang hanya mencapai

2.402.155,05.

Penduduk

Garis-garis Besar Haluan Negara mengatakan bahwa jumlah penduduk yang besar dan

berkualitas akan menjadi modal dasar yang efektif bagi pembangunan nasional. Namun

dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan

kesejahteraan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar

dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai. Program kependudukan di

Kota Medan seperti halnya di daerah Indonesia lainnya meliputi pengendalian kelahiran,

penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran

penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal

pembangunan yang terus ditingkatkan.

Komponen kependudukan umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial

yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat

kelahiran (fertalitas) dan tingkat kematian (mortalitas) mempengaruhi kebijakan

kependudukan yang diterapkan

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Tahun
2001 – 2007

Tahun Jumlah Laju Luas Kepadatan


Penduduk Pertumbuhan Wilayah Penduduk
Penduduk (km2) (jiwa/km2)

2001 1.926.052 1.17 265.10 7.267

2002 1.963.086 1.94 265.10 7.408


2003 1.993.060 1.51 265.10 7.520

2004 2.006.014 0.63 265.10 7.567


2005 2.036.018 1.50 265.10 7.681

2006 2.076.050 1.66 265.10 7.772


2007 2.115.016 1.85 265.10 7.883

Sumber: BPS Kota Medan Tahun 2007

Berdasarkan data tabel di atas dikatakan bahwa selama tahun 2001 – 2005 jumlah

penduduk kota Medan cenderung mengalami peningkatan yaitu dari 1.92 juta jiwa pada

tahun 2001 menjadi 2.03 juta jiwa pada tahun 2005, demikian juga kepadatan penduduk

kota Medan, meningkat dari 7.267 jiwa/km2 pada tahun 2001 menjadi 7.681 jiwa/km2

tahun 2005. Pada tahun 2007 masyarakat di Kota Medan bertambah padat menjadi 7883

jiwa/km

Pemerintahan

Administratif pemerintah kota Medan yang dipimpin oleh seorang Walikota pada

saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2002.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.1.
Jumlah Kecamatan, Kelurahan Dan lingkungan Kota Medan Tahun 2007

Kecamatan Kelurahan Lingkungan


Medan Tuntungan 9 75
Medan Johor 9 81
Medan Amplas 6 77
Medan Area 7 82
Medan Kota 12 172
Medan Maimun 12 146
Medan Polonia 6 66
Medan Baru 5 46
Medan Selayang 6 63
Medan Sunggal 6 63
Medan Helvetia 6 88
Medan Petisah 7 88
Medan Barat 7 70
Medan Timur 6 98
Medan Perjuangan 11 128
Medan Tembung 9 128
Medan Deli 7 95

Medan Labuhan 6 105


Medan Marelan 6 100
Medan Belawan 5 88

Jumlah 151 2002


Sumber : BPS kota Medan 2007

Universitas Sumatera Utara


Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat kota Medan cukup baik tentunya tidak terlepas dari

tersedianya prasaranan dan sarana pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga

pendidikan tinggi.

Tabel 4.3.

Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Sekolah Dan Status Tahun 2007

Tingkat Sekolah Negeri Swasta Jumlah

SD 523 435 958

SLTP Umum 56 365 421

SMU 24 178 202

SMK 19 145 164

Jumlah 621 1123 1745

Sumber:BPS Kota Medan dalam angka 2007


Tabel 4.4.
Jumlah perguruan tinggi pada tahun 2007
No Perguruan Tinggi Jumlah

1. Universitas 17

2. Institute 2

3. Sekolah Tinggi 50

4. Akademi 36

5. Politeknik 5

Jumlah 110

Sumber: BPS kota Medan dalam angka 2007

Universitas Sumatera Utara


Fasilitas Kesehatan

Sebagai kota metropolitan, fasilitas kesehatan di kota medan cukup memadai dan

relatif tersebar sehingga memudahkan masyarakat untuk mencapainya.Fasilitas

kesehatan tersebut meliputi Puskemas, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin dan Rumah

Sakit, secaralengkap dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Jenisnya Tahun 2007
Kecamatan Puskemas Pustu BPU Rumah Bersalin Rumah Sakit
Medan Tuntungan 2 4 3 5 2
Medan Johor 2 3 8 9 -
Medan Amplas 1 3 10 12 1
Medan Denai 4 - 19 30 -
Medan Area 3 - 10 6 2
Medan Kota 3 - 12 6 4
Medan Maimun 1 - 6 1 -
Medan Polonia 1 - 4 1 2
Medan Baru 1 - 5 4 7
Medan Selayang 1 2 7 5 -
Medan Sunggal 2 3 12 8 4
Medan Helvetia 1 2 8 6 1
Medan Petisah 3 - 5 5 4
Medam Barat 3 1 11 8 6
Medan Timur 1 1 10 3 2
Medan Perjuangan 1 2 7 10 1
Medan Tembung 2 4 10 13 3
Medan Deli 2 4 10 7 -
Medan Labuhan 3 3 8 2 2
Medan Marelan 1 3 6 - 2
Medan Belawan 1 5 20 6 4
Jumlah 39 40 191 147 47

Universitas Sumatera Utara


4.2. Karakteristik Masyarakat Kota Medan Yang Berobat Ke Penang

Malaysia Karakteristik Informan I

1. Nama : N.Sitepu
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Alamat :JL.Harapan No 24.Medan
4. Umur : 55 Tahun
5. Pekerjaan : PNS ( Pegawai Negeri Sipil) dan Petani Jeruk
6. Penghasilan : 2000.000,00
7. Jumlah Tanggungan :2 orang
8. Pendidikan :SMU
9. Penyakit yang dialami : Struk dan Ginjal
10. Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu: pertama. chek up dan operasi, kedua
chek up dan terapi, ketiga chek up dan terapi.

Biaya yang sudah dikeluarkan selama masa pengobatan adalah pada waktu berobat di

rumah sakit Bina Kasih = 14.000.000,00 selama 1 bulan rawat inap di kelas VIP dan di

rumah sakit Herna = 1.500.000,00 selama 1 minggu di kelas III.

Sedangkan biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang

(Malaysia) operasi ginjal = 32.000.000,00, obat dan penginapan 6.500.000,00 pesawat

pulang pergi untuk 3 orang @ 850.000,00 x 3 = 2.550.000,00 =7.560.000,00. Kemudian

chek-up dan terapi = 1.500.000,00 x 3 = 4.500.000,00. Yang menganjurkan Bapak N

Sitepu berobat ke Rumah Sakit di Penang adalah dari adek ipar beliau .

Pengalaman Bapak N sitepu pada saat berobat di Rumah Sakit di Medan Bina Kasih

baik karena pada saat itu anak perempuan beliau bekerja sebagai perawat di rumah sakit

tersebut maka waktu beliau sakit pertama kali dibawa ke rumah sakit Bina Kasih dan di

Universitas Sumatera Utara


tempatkan di Ruangan VIP dan langsung ditangani, kalau di rumah sakit Herna, Bapak N

Sitepu berkata:

“ waktu dari Rumah Sakit Bina Kasih saya gak sembuh juga lalu anak-
anak saya bawa masuk ke rumah sakit Herna tapi disana juga tidak
mendapat kepastian malah saya hanya di Infus selama seminggu tidak
ada penangan dari dokter sama sekali. Pada saat berobat di Rumah
sakit Bina Kasih prosesnya cepat mungkin karena anak bapak N sitepu
bekerja sebagai perawat di sana sedangkan di Herna saya mesti
menunggu 2 jam dalam keadaan sakit dan tidak bisa apa-apa alasannya
tidak ada ruangan”.

Pada saat berobat di Rumah sakit di Penang yaitu di rumah sakit Adventis

“saya tidak menunggu lama untuk mendaftar cukup 5 menit langsung


diperiksa siap itu kata dokternya saya sakit struk dan ginjal tetapi waktu
berobat, tap kata dokternya waktu di Rumah sakit di Medan banyak
obat yang sudah di makan dan kualitas obatnya tidak bagus juga tidak
sesuai dengan dosis obat dengan sakit yang di derita saya derita jadi
obat dan cairan infus waktu berobat di rumah sakit waktu itu semuanya
dikeluarkan semuanya barulah di operasi ginjal selama 2 minggu,
Kemudian saya disarankan dokter untuk kembali berobat di Penang
untuk chek up dan terapi. Fasilitas Rumah Sakit Advent sangat baik
disana pasiennya itu benar-benar dibuat nyaman serasa berada di
rumah sendiri pelayanan yang baik dan dokter yang berkualitas
membuat saya percaya untuk tetap memilih berobat ke Penang saja
apalagi trauma yang saya alami waktu berobat di Herna akibat
malpraktek dan salah pemberian obat”.

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik Informan 2

1. Nama : Heldawati

2. Jenis Kelamin : perempuan

3. Alamat :JL.Pasar Merah Gg Pendidikan no 2 Medan

4. Umur : 40 tahun

5. Pekerjaan : Pengusaha Salon Kecantikan

6. Penghasilan :+7.500.000,00

7. Jumlah Tanggungan : 1 orang

8. Pendidikan : Sekolah Kecantikan

9. Penyakit yang dialami : Cedera Mata

10. Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1. Berobat

2. Check Up sekalian beli obat lagi

3. Tes kesehatan sekalian beli obat lagi.

Biaya yang dikeluarkan ibu Heldawati adalah Klinik mata Yose sekali berobat

dengan obat Rp.685.000, tiap berobat naek seratus ribu sebanyak 10 kali berobat.

Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang ( Malaysia)

pertama kali berobat kena sekalian obat kena 3.500.000,-chek up kena

150.000,- 0bat 350.000,-dan yang menganjurkan berobat ke Rumah

Sakit di Penang dari adek iparnya.

“Aku pertama kali berobat ke klinik mata Yose, kemudian kata


dokternya sakit mataku karena katarak jadi makan obat dulu jika
sakitnya tidak menunjukkan kemajuan sedikitpun baru dioperasi. Tapi

Universitas Sumatera Utara


yang membigungkan aku tiap berobat biayanya naek sebanyak
100.000,- alasannya karena obat yang diberikan kepada saya bagus
kualitasnya kemudian saya merasa kok ada yang tidak benar karena
sakit mata saya tidak kunjung sembuh-sembuh berair terus, karena saya
takut dan biaya yang begitu mahal kata adik iparku, mengusulkan
untuk berobat ke Penang karena kemaren adik ipar aku juga berobat di
sana karena sakit jantung beliau mengusulkan untuk berobat ke Rumah
Sakit Advent di Penang sekalian chek up adik ipar aku biar sama-sama
perginya. Setelah mendaftar selama 5 menit saya langsung diagnosa
bahwa mata saya sakit akibat cedera karena pernah jatuh sekitar 20
tahun lalu sehingga mata saya luka dan membengkak pada saraf
kornea mata. Cuma di kasih obat saja dan berobat sebanyak 3 kali
berobat mata saya sudah tidak berair lagi. jadi saya kesana bolak balik
sekedar chek up mata sekalian beli obat aja. Malah kalo saya hitung-
hitung pun berobat di sana jauh lebih murah daripada berobat di
Medan”.

Karakteristik Informan 3

1. Nama : Zaidar

2. Jenis Kelamin : perempuan

3.Alamat :JL.Medan Area Gg Rahayu no 21 A. Medan

4. Umur : 43 Tahun

5. Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri Sipil

6. Penghasilan :+ 2..300.0000,00

7. Jumlah Tanggungan : 2 orang

8. Pendidikan : Sarjana Pendidikan

9. Penyakit yang dialami : Kelenjer Leher, Hipertensi, kolesterol, jantung,

10. Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1. Operasi kelenjer leher

2. Check Up

3. Berobat hipertensi, kolesterol.jantung

Universitas Sumatera Utara


4. Ambil obat, kontrol

Pertama kali berobat di Rumah Sakit IBNU SALEH , Dr.Budi spesialis kelenjer

(Patologi) biayanya sebanyak 4.500.000,-. Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat

di Rumah Sakit Penang ( Malaysia) adalah operasi kelenjar = Rp.4.000.000,-.chek up =

Rp.750.000,-.berobat =2.500.000,-ambil obat control= 800.000, yang menganjurkan

berobat ke Rumah Sakit di Penang adalah suami ibu Zaidar sendiri..Nama Rumah Sakit

yang pernah di kunjungi di Penang 1 dan 2 di Lam Wah EE dan 3 dan 4 ADVENT.

Pertama kali berobat ke IBNU SALEH karena kata teman kantor saya di sana bagus

dokter kelenjarnya, jadi di IBNU SALEH cuma berobat jalan memang di sarankan

dokternya operasi saja kebetulan karena suami Ibu Zaidar seorang dosen kedokteran di

salah satu universitas swasta jadi beliau lebih selektif milih dokternya karena untuk

operasi kelenjar di leher resiko nya besar karena dekat tenggorokan dan merasa dokter di

Kota Medan kurang professional dan merasa takut akan adanya tindak malpraktek maka

suami ibu Zaidar membawa Ibu Zaidar ke Penang setiba di rumah sakit, kata dokternya

besok sudah bisa dilakukan operasi dan bius nya bius umum, sebelum dioperasi pihak

rumah sakit membuat pasien untuk senyaman mungkin contohnya pada saat di ruangan

operasi semasa ki ta menunggu dipedengarkan musik agar lebih rileks.

“ Jangan takut jika kalau kita berobat di Rumah Sakit Penang sendirian,
karena barang-barang yang kita bawa akan dijaga dengan baik selama
kita menjalani proses pengobatan . Menu makanan yang disesuaikan
dengan selera kita , pelayanan yang bagus membuat kita tidak perlu
merasa kekurangan pelayanan dan kwatir jika ada kebutuhan yang tidak
terpenuhi. Kalau saya dan Keluarga saat ini untuk chek up kesehatan
ataupun berobat lebih nyaman berobat di rumah sakit di Penang selain
lebih murah biayanya juga dokter yang professional serta pelayanan
yang berkualitas” .

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik Informan 4

1. Nama : Azmanizar Bin Abdul Manan

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Alamat :JLPelajar No 58.Medan Teladan

4. Umur : 42 Tahun

5. Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri Sipil)

6.Penghasilan :+ 2..000.0000,00

7. Jumlah Tanggungan : 1 orang

8. Pendidikan : Sarjana Pendidikan

9. Penyakit yang dialami : Tulang Kaki

10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1.Pemeriksaan penyakit, terapi

2.Check Up , terapi, ambil obat

1. Chek up, ambil obat, terapi

Karena ibu Azmanizar merasa berobat di Penang lebih efektif dan efesien,

ibu Azmanizar memang tidak melakukan penngobatan di rumah sakit medan

terlebih dahulu karena dia sudah yakin untuk berobat ke Penang atas

permintaan adek-adek da suaminya maka ibu azmanizar mendaftarkan diri

sebagai peserta rombongan Tour Ke Kuala Lumpur-Penang melalui

Universitas Sumatera Utara


penerbangan Air Asia.. Biaya nya sekali pengobatan 1500 Ringgit Malaysia

yaitu Rp.4.500.000,-Kemudian Bu Azmanizar langsung ditempatkan di

Rumah Sakit Lam Wah Eee.

Ibu Azmanizar mengatakan bahwa:

“ Rumah Sakit Di Penang kualitasnya pada dasarnya terletak pada ketertiban


perawat dan dokter menangani pasien. Karena dokter dan perawat di
rumah sakit Lam Wah Eee menangani pasien dengan teliti dan serius
berbeda dengan cara paramedis di rumah sakit di Medan.yang proses
administrasinya terlalu sulit dan merepotkan. Sebaiknya pasien yang
ingin berobat tidak baik dipersulit dan direpotkan karena pasien itu kan
membutuhkan pengobatan yang cepat apalagi pasien yang dalam
keadaan darurat kalau di rumah sakit di Medan mesti bayar uang muka
dulu baru pasien ditangani, keadaan di rumah sakit Lam Wah Eee
sangat bersih dan terawat dari kamar mandi, tempat tidur kebersihan
lantai, karena pelayanan di rumah sakit Lam Wah Eee tertib, baik
sehingga memuaskan para pasien dan keluarga pasien di rumah sakit
Lam Wah Eee dokter dan perawatnya masing-masing berada di kamar
kerjanya menanti pasien sampai sore sesuai dengan bidangnya
kemudian dalam perawatannya mereka melayani dengan senyum dan
hati riang maka pasien pun tidak takut dengan jarum suntik atau
pengobatan serius seperti operasi pasien dibuat senyaman mungkin
layak seperti di rumah sendiri dan dengan keluarga sendiri, dalam
sekali pengobatan di Rumah Sakit Lam Wah Eee sudah menunjukkan
hasil yang maksimal”.

Karakteristik Informan 5

1. Nama : Misni Binti Sanuji

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Alamat :Jl.Perumnas By Pass Gg Selam No 2

Medan

4. Umur : 35 Tahun

Universitas Sumatera Utara


5. Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga

6. Penghasilan : Dari Suami Yang Bekerja sebagai

Kontraktor penghasilan Rp.5000.000,-

7. Jumlah Tanggungan : 3 orang

8. Pendidikan : Sarjana Hukum

9.Penyakit yang dialami : Alergi pada Kulit

Wajah

10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1.Pemeriksaan penyakit, pengobatan

2.Chek Up Dan Beli Obat

3.Chek Up Beli Oabt.

Ibu Misni salah saeorang anggota Rombongan Tour Air Asia ke Penang Malaysia

bersama Ibu Azmanizar. Ibu Misni adalah seorang ibu Rumah Tangga yang pada saat

berobat ke dokter kecantikan dan ahli kulit di Medan diagnosa terkena kanker kulit pada

wajah karena kesalahan pemakaian kosmetik pemutih wajah. Pertama kali Ibu Misni

berobat ke Dr.Chen ahli kecantikan kulit hingga menghabiskan biaya 25.000.000,- untuk

5 kali pengobatan gejala kulit wajah Ibu Misni memerah. Maka setiap sebulan sekali Ibu

Misni harus melakukan pengobatan dan suntikan untuk merawat wajahnya , sekali

berobat ibu Misni menghabiskan biaya Rp.5.000.000, termasuk obat dan suntikan

penawar agar wajah Ibu Misni tidak memerah. Akan tetapi selama 5 bulan tidak ada

menunjukkan kemajuan sehingga temannya Ibu Azmanizar menyarankan untuk

melakukan pengobatan ke Rumah Sakit Lam Wah Eee di Penang bersamanya.Setelah

sampai di Rumah Sakit Lam Wah Ee ternyata ibu Misni hanya diagnosa alergi kosmetik

Universitas Sumatera Utara


pemutih wajah.karena kulit wajah Ibu Misni cenderung amat sensitif sehingga terkena

sinar matahari akan menimbulkan kemerah-merahan dan panas pada kulit wajah.Maka

pada saat pertama kali berobat Ke Penang Ibu Misni hanya melakukan pemeriksaan dari

darah, jantung, kulit dan ginjal dan semuanya baik. Kemudian setelah d idapat hasil

pemeriksaan dokter hanya memberikan resep obat dan melakukan penyuntikan selama ini

suntikan yang diberikan dokter di Medan hanya vitamin C untuk kulit wajah.maka. Mulai

sekarang Ibu melakukan perawatan wajah nya sudah 3 kali ke Penang untuk membeli

pelembab wajah, obat sesuai resep dokter dan chek up. Biayanya pengobatan yang

pertama 7.788 Ringit Malaysia berarti 23.364.000,- pengobatan kedua dan ketiga 2.300

Ringgit Malaysia berarti 6.900.000,-.

Ibu Misni menyatakan:

“Pelayanan di Rumah Sakit Lam Wah Eee sangat baik, saya tidak perlu
menunggu lama untuk melakukan pemeriksaan dan menunggu hasil
pemeriksaan kesehatan kesehatan, selama seminggu saya melakukan
perawatan wajah di Rumah Sakit Lam Wah Eee seperti spa di Salon
Kecantikan tapi lebih spesifik kepada kulit wajah. Pada proses
perawatan saya dilayani dengan cukup baik semula saya datang dengan
beban stress yang cukup berat karena diagnosa kanker kulit pada masa
pengobatan di Penang semua kegelisahan dan ketakutan hilang”.

Karakteristik Informan 6

1. Nama : Maya Sari

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Alamat :Jl.Gedung Arca Gg Jawa no 5 Medan

4. Umur : 28 Tahun

Universitas Sumatera Utara


5. Pekerjaan :Pegawai Bank Swasta

6. Penghasilan : Rp.3.000.000

7. Jumlah Tanggungan : 2 orang

8. Pendidikan : Sarjana Akutansi

9.Penyakit yang dialami : Kanker Paru-

Paru 10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali yaitu:

1.Pemeriksaan penyakit, pengobatan

2.Chek Up Dan Beli Obat

3.Chek Up Beli Obat.

Joanna Lin, nama medical oncologist yang dikunjungi, ibu Maya disambut oleh dua

orang resepsionis cantik yang juga merangkap sebagai perawat. Menariknya, kedua

perawat tersebut berpakaian tidak selayaknya perawat lengkap dengan atributnya, namun

mereka berpakaian layaknya akan jalan ke mall. Seorang berpakaian tank top, busana

dengan satu tali di pundak dan yang satu lagi berpakaian back less, yang pundak,

punggung dan dada terbuka. Padahal ruang klinik dokter sangat dingin. Walau begitu,

mereka sangat cekatan menangani pasien. Ketika datang, beliau segera diukur berat dan

tinggi badan, serta diambil sampel darah dan urine. Kedua perawat cantik tersebut dengan

cekatan juga melakukan chemotherapy pada pasien warga negara India.

Universitas Sumatera Utara


Setelah bertemu dengan dokter, Ibu Maya Berkata:

saya disarankan untuk general ceck up. Walau tidak dalam satu gedung,
laboratorium klinik untuk penanganan general check up juga cukup
dekat. Saya tinggal menyeberang jalan, memasuki gedung yang sangat
bersih, yang juga sebagai pusat perbelanjaan berkelas, Paragon.Proses
general ceck up juga tidak memakan waktu yang lama. Semua
profesional dan tidak berbelit. Semua dapat kami selesaikan hari itu
juga, begitu pula dengan hasilnya. Sehingga hari itu juga ibu Maya
dapat kembali menemui dokter Lin untuk mendapatkan saran lebih
lanjut dengan membawa hasil foto rontgen, ct scan, serta hasil cek
darah dan urin.Setelah melihat data klinis dan membandingkan dengan
data klinis yang dibawa dari Indonesia, dokter tersebut menyarankan
untuk menemui dokter ahli paru, untuk penanganan lebih lanjut. Setelah
mendapatkan persetujuandari beliau, Dr. Lin segera menelpon dokter
ahli paru yang juga memiliki klinik di MEMC, hanya berbeda lantai,
untuk membuatkan janji agar kami bisa bertemu hari itu juga. Dengan
rekomendasi dari dr. Lin, Ibu Maya segera menemui dr.Theo sore itu
juga.
Apabila saya setuju, penanganan dapat dilakukan dua hari kemudian,
berikut biaya yang harus dikeluarkan untuk dokter, penanganan dan
tindakan medis, dengan 3 (tiga) hari rawat inap (rumah sakit). Total
biaya untuk semua tindakan tersebut adalah 72.000.000 Berarti .
Karena dianggap mahal, saya menawar harga yang disodorkan. Dan
ternyata berhasil, biaya dapat diturunkan hingga menjadi 58.000.000,
dengan alasan bahwa yang dikurangi adalah biaya dokter. Rupanya di
Malaysia-Penang pun kita harus tawar menawar, tanpa harus merasa
gengsi.

Hari itu juga telah menyelesaikan tahap awal pemeriksaan dengan


perasaan puas. Puas karena tindakan profesionalisme dan pelayanan
memuaskan yang telah saya terima yang tidak berbelit serta tidak
menyulitkan. Hari itu, total biaya yang keluarkan untuk biaya general
ceck up dan menemui 2 (dua) orang dokter ahli adalah 4..200.000
Memang, kesehatan sangat mahal harganya. Berapapun biayanya,
biasanya orang rela mengeluarkan demi mendapatkan kesehatan.
Namun seandainya kenyamanan, kemudahan, tepat waktu, pelayanan
yang memuaskan dapat saya terima sama baiknya, sama memuaskannya
dengan yang saya alami di Malaysia-Penang, juga dilengkapi dengan
berbagai peralatan tehnik yang paling canggih, menyajikan pelayanan
yang terbaik dari para profesional medis berpengalaman yang
semuanya berdedikasi tinggi, mungkin saya akan tetap memilih
melakukannya di Indonesia”.

Universitas Sumatera Utara


Karakteristik Informan 7

1. Nama : Dicky Sanjaya

2. Jenis Kelamin : laki-laki

3. Alamat :Jl.Jermal IV no 11 Medan Denai

4. Umur : 34 Tahun

5. Pekerjaan :Wiraswasta

6. Penghasilan : Rp.5.000.000

7. Jumlah Tanggungan : 3 orang

8. Pendidikan : Sarjana Ekonomi

9. Penyakit yang dialami : Kolesterol

10.Berapa kali berobat ke Penang : 3 kali

yaitu:

1.Pemeriksaan penyakit, pengobatan

2.Chek Up

3.Chek Up.

Pertengahan Februari 2006 lalu mendapat kesempatan untuk berkunjung ke

Malaysia, tepatnya Penang. Pulau yang eksotis namun infrastrukturnya terbangun rapi ini

terdapat beberapa rumah sakit kelas dunia. Island Hospital, Adventist Hospital, Mount

Miriam Hospital, Lam Wah Ee Hospital, Gleneagles Medical Centre, atau Loh Guan Lye

Specialists Centre, untuk menyebut beberapa.

Sebagaimana layaknya RS yang profesional, mereka menawarkan layanan medis yang

lengkap, mutakhir, dan berorientasi pada pasien. Mulai dari sekadar pelayanan general

check up, operasi penyakit serius seperti jantung, kanker, dan penyakit dalam lainnya,

Universitas Sumatera Utara


hingga pelayanan yang berurusan dengan penampilan, mulai dari sedot lemak, lasik

(operasi mata dengan memakai teknologi laser), bahkan bedah kosmetik.

Bapak Dicky sendiri melakukan general check up dengan paket executive screening

programme di Island Hospital.

“Dokter ahli mewawancarai saya untuk mengetahui riwayat penyakit,


memeriksa, dan mengetesnya dengan peralatan paling mutakhir. Ada Chest
X-Ray dan Ultrasound Examination of Upper Abdomen yang memeriksa
paru-paru dan rongga tubuh, ada tes jantung dengan memakai treadmil dan
peralatan lainnya, serta pemeriksaan urine dan darah. Hasil check up
seharga RM 600 (1 RM setara dengan Rp 3000 berarti 1.800.000,- ) itu bisa
diketahui hari itu juga, tepatnya memakan waktu total 5,5 jam.
Alhamdulillah, tidak terdeteksi penyakit yang serius dalam tubuhnya. Hanya
saja, kandungan kolesterol yang cukup tinggi. Kandungan kolestrol dalam
darah orang normal berkisar 50.26 – 201.03 mg/dl, tapi saya 243.94 mg/dl.
Tidak usah risau, orang kota penyakitnya rata-rata memang begitu.
Kelebihan kolesterol. Sebenarnya, kolestreol tinggi bisa diturunkan asal
pola makan kita benar, menghindari makanan berlemak dan banyak
mengonsumsi sayur serta buah-buahan. Jangan lupa, rajin berolah raga,”
ujar DR. Chong Keat Foong, Consultant Physicia yang menangani
menangani Bapak dicky, menghibur.
Selain berobat medis, biasanya orang yang memilih berobat ke luar negeri
akan memanfaatkan kesempatan untuk berbelanja atau berwisata. Penang
sebagai salah satu tujuan berobat mungkin belum begitu banyak diketahui
orang Indonesia,. Tapi bagi orang Medan, Penang sebagai twin city begitu
dekat, baik secara psikis maupun fisik – hanya 40 menit dicapai dengan
pesawat terbang. Yang menarik, jika Anda ber-KTP atau paspor Medan,
tidak perlu lagi membayar fiskal jika ke Malaysia. lebih murah ke Penang
ketimbang ke Jakarta, misalnya. Bahkan sebuah masakapai penerbangan
asal Malaysia yang kini sedang gencar-gencarnya berpromosi menawarkan
tiket hemat Medan – Penang hanya Rp 29.999”.

Orang yang belum pernah mengunjungi Malaysia, khususnya Penang , dalam

lima tahun terakhir mungkin tidak akan menyangka bahwa negara bagian ini sudah

sedemikian maju di segala bidang, termasuk dunia pelayanan kesehatan. Island Hospital,

misalnya, yang didirikan pada 1996, melayani berbagai pelayanan kesehatan. Menurut

DR. Chan Kok Ewe, Chief Executive Officer Island Hospital, rumah sakit yang berlokasi

di George Town dan mampu menampung kunjungan 400 pasien dan 140 pasien tinggal

Universitas Sumatera Utara


ini, memiliki kapasitas untuk pembedahan jantung dengan dokter yang berkompeten.

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah operasi pembuatan by pass jantung

(CABG-Coronary Artery By-Pass Graft) dan perbaikan penggantian katup (off pumps and

valve

replacement).

Selain pelayanan untuk pasien penyakit jantung, rumah sakit yang memiliki 40 dokter

spesialis ini juga melayani penderita kanker (oncology centre), pembuatan bayi tabung

(fertility centre), unit layanan bedah tangan dan microsurgery (hand dan microsurgery

unit), klinik insomnia (sleep laboratory), unit pelayanan general chek up, pelayanan

wanita dan anak-anak, dan lain-lain. “Seperti shopping centre, semuanya ada,” ujar DR.

Chan Kok Ewe, sambil tertawa. Dengan konsep seperti itu tidak aneh kalau Island

Hospital menjadi pilihan banyak pasien, termasuk pasien asing – jangan kaget, mayoritas

pengunjung asing (72%) berasal dari Indonesia. Selain pelayannya yang prima, unsur

kemewahan juga mewarnai rumah sakit ini. Ketika memasuki salah satu kamar rawat

inap, langsung tersingkir gambaran ruang perawatan yang penuh dengan aksen peralatan

medis. Tidak ada bau rumah sakitnya, bahkan boleh dibilang mirip hotel berbintang.

Memang, harga sewa ruangnya juga tidak murah, untuk ruangan super deluxe, yang

paling mewah, pasien harus merogoh kocek RM 6.000 per orang per malam berarti

18.000.000, di bawahnya ada kelas single deluxe RM 3.500 berarti 10.500.000,-. Tapi

ada juga yang murah, dalam satu ruangan dipakai berempat, sekitar RM 150 per orang

per malam – mirip di rumah sakit umum berarti 450.000, meski fasilitas dan pelayanan

hotelnya tetap dipertahankan.

Universitas Sumatera Utara


Mengingat pasien internasional rumah sakit ini berasal dari Indonesia, Island

Hospital yang menyasar segmen atas ini menyiapkan personel yang bisa berbahasa

Melayu. Di guest relation, seperti layaknya di hotel, ada petugas khusus yang melayani

orang Indonesia. Menurut Nora Hamid, Head of PR/Marketing Department Island

Hospital, tujuan pelayanan seperti ini agar pasien merasa nyaman selama tinggal di sana,

senyaman di negara sendiri, bahkan di rumah sendiri. “Pasien tidak perlu merasa sakit,

tapi sebaliknya, termotivasi untuk sembuh,”

Rumah sakit ini juga menyediakan pelayanan di luar urusan utama kesehatan, misalnya

penjemputan pasien di bandara, bahkan mencarikan hotel untuk keluarga pasien.

Pilihannya dari yang murah hingga hotel berbintang. Begitulah, di Penang, berobat pada

akhirnya bukan lagi perkara yang menakutkan. Dan yang menarik, selain berobat pasien

bisa menikmati keindahan alam sekitar layaknya berlibur saja!,

Karakteristik Informan 8

1. Nama : Kiki Rizki Nanda Binti Segar

2. Jenis Kelamin : perempuan

3. Alamat :Jl.Ismailiyah Gg Bersama No 2 medan

4. Umur : 21 Tahun

5. Pekerjaan :Mahasiswa

6. Penghasilan :

7. Jumlah Tanggungan : -2 orang

8. Pendidikan : Perguruan Tinggi

9. Penyakit yang dialami : Jantung

10. Berapa kali berobat ke Penang : 4 kali yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Pemeriksaan penyakit, pengobatan,

2. Pemasangan alat Picu Jantung

3. Chek Up.

4. Chek Up

Biaya di Medan : Rs Elizabeth : 2.500.000,-Rs Materna : 15.000.000,- di

Penang di Rumah Sakit Lam Wah Eee Rp. 25.000.000, chek up .3.900.000,-Ketika

masih di Sekolah Mengah atas ketika duduk di bangku kelasa 3, Kiki sering mengeluh

terasa nyeri pada dadanya. Hal ini sering dianggap sepele dan disangka hanya sekedar

masuk angin saja. Sementara itu, keluhan nyari dada masih terus sering dirasakan

olehnya. Akhirnya kiki melakukan check-up kesehatan. Namun ketika di RS Elizabeth

dimana beliau melakukan check-up. Hanya seingatnya, semua test yang dilakukan

diarahkan pada kondisi jantung Kiki. Dokter menyatakan bahwa kondisi jantung beliau

baik, sehat tanpa ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Menonton film, terutama film

action, merupakan hobby keluarga. Kecurigaan Ibu terhadap penyakit jantung Kiki mulai

timbul kembali, yaitu ketika melihat kedua betis Kiki berkeringat tidak

sebagaimanabiasanya ketika Kiki menonton film action. Keadaan ini terus berlangsung,

sehingga Ibu mendesak Kiki untuk berobat kembali ke seorang Professor ahli Penyakit

jantung di Rumah Sakit Materna. Setelah pemeriksaan kedua ini, Kiki dinyatakan positif

menderita kelainan pada Jantung , tepatnya penyakit janutng koroner dan harus segera

dioperasi kalau tidak ingin kehilangan nyawanya. Kiki berujar :

Maka Ibu Menyarankan berobat ke Penang- Malaysia Setelah melakukan


pemeriksaan-pemeriksaan, dokter di sana mengatakan bahwa benar Kiki
mengidap penyakit jantung koroner dimana terdapat sebagian pembuluh
darah ke jantung tersumbat. Katanya, ada 3 bagian yang tersumbat, salah
satunya adalah pembuluh darah (nadi) utama. Namun demikian, dokter
tidak menyarankan untuk dilakukan tindakan operasi mengingat usia Kiki

Universitas Sumatera Utara


yang relatif masih terlalu muda untuk dilakukan operasi karena tubuhnya
masih mampu bertahan sekalipun ada kelainan pada pembuluh darah
jantungnya. Dokter menasehati Kiki agar menjaga pola makan dengan
meninggalkan kebiasaan makan yang merugikan kesehatan. Memang, kiki
mempunyai kebiasaan makan yang boleh dikatakan berlebihan. Semua itu
harus ditinggalkan. Dokter menganjurkan kiki hanya makan daging putih,
sedangkan minyak sayur yang biasa harus diganti dengan minyak jagung.
Keadaan ini terus berlanjut sampai bertahun-tahun. Sementara Kiki juga
menjalani kehidupannya secara normal seperti tidak mengalami sakit.
Sampai pada tahun 2006 ketika kiki pergi bersama temannya naik motor
mereka jatuh kendati keadaan fisik kiki tidak parah, hanya penyakit
jantung semula tidak pernah kambuh, mendadak kambuh lagi. Akhirnya,
Kiki dibawa ke rumah sakit Materna, pada saat itu masih ditangani oleh
Professor ahli semula yang semula menanganinya.

Keberhasilan dari operasi yang akan dilaksanakan. Sangat disayangkan sekali

jawaban yang keluar dari mulut dokter tidak seperti yang kami harapkan. Dokter tersebut

menyatakan: "Kalau dilakukan operasi, begitu masuk kamar operasi, kemungkinan

berhasilnya adalah 50-50! Berarti keluar dari kamar operasi kalau tidak hidup, berarti

mati."Mendengar itu kami sangat terpukul sekali, terutama kiki langsung menemui

dokter tersebut untuk meminta penjelasan kata-kata yang barusaja ia ucapkan. Dokter

tersebut lalu mengulangi kata-kata yg sama. Lalu tanpa pamit kami membatalkan operasi

Kebetulan juga, ketika kami dalam perjalanan pulang, bertemu denga salah seorang

pasien yg terus menerus menghujat dokter-dokter di rumah sakit tersebut, operasi

berikutnya lagi karena adanya KLIP yang tertinggal di dalam tubuhnya. Mendengar hal

ini, Kiki semakin bulat tekadnya untuk pulang dan membatalkan operasi yg akan

dilaksanakan dalam waktu kurang dari 12 jam kedepan. Dan Ibu mengusulkan untuk

berobat kembali ke Penang, Malaysia. Setibanya di Penang, kiki langsung dimasukkan

ke ruang ICU Rumah Sakit Lam Wah Eee. Dokter meminta hasil katerisasi dari Medan

dalam bentuk film yang menunjukkan tempat terjadinya penyumbatanpada pembuluh

darah jantung, hal itu diminta karena kondisi Kiki yang semakin melemah yang tidak

Universitas Sumatera Utara


memungkinkan lagi untuk dilakukan katerisasi ulang. Dr. Cherian menyatakan bahwa

masalah operasi jantung tsb adalah keberhasilan dari operasi yg akan dilakukan adalah

80-20. 20% yang tidak berhasil adalah mereka yg tergolong telah berusia lanjut dengan

kondisi yang benar-benar sulit. Dr. Cherian selanjutnya mengatakan bahwa operasi yang

akan dilakukan sangat mudah dan tidak perlu ditakutkan. "Masalah sepele tidak dapat

menjadi besar!" tambahnya. Sangat berbeda degan yang dikatakan dokter Medan

lakukan. Hal ini membuat kami tenang. Kiki berkata:

“Banyak sekali perbedaan yg menyolok antara Dokter Medan dan


Dokter Penang. Di sana Ibu tidak perlu mencari-cari darah untuk
keperluan operasi Hal yg paling dipentingkan dokter sebelum operasi
adalah kesiapan mental pasien. Di Medan, pembiusan baru dilakukan
setelah pasien benar- benar masuk kamar operasi, jadi sebelumnya
pasien telah melihat dan merasakan dinginnya kamar operasi yang
membuat pasien menjadi takut. Sedang di Penang pembiusan dilakukan
pada malam hari sebelum keesokannya dilakukan operasi, tanpa
pemberitahuan lagi kepada pasien. pembiusan yang dilakukan ini bukan
pembiusan total, hanya setengah yang membuat pasien fly, sehingga
yang ada dalam pikiran pasien adalah hal-hal indah, dengan demikian
saya masuk kamar operasi tanpa rasa takut”.

Selanjutnya, setelah keluar dari kamar operasi, pasien diwajibkanMasuk ke

ruang ICU selama 3 hari. Sementara itu, kiki tetap dibuat masih berada dlm keadaan fly

oleh dokter, dgn harapan agar pasien tidak merasakan sakit dan dapat beristirahat dengan

baik sehingga lebih menunjang keberhasilan proses pemulihan pasca operasi. Di ruang

ICU, seorang pasien dijaga oleh 2 orang perawat khusus,sedang seorang dokter

menangani 2 orang pasien. Berbeda sekali dengan ruang ICU di Medan. Di Penang,

benar-benar perawatan intensif! Setelah 3 hari dalam perawatan di ruang ICU, Kiki

disuruh meniup balon sampai besar dan diwajibkan untuk berlatih jalan serta menghisap

semacam "opium" dengan alat khusus berbentuk pipa panjang dgn tabung di pangkalnya

Universitas Sumatera Utara


untuk kepentingan medis dalam rangka membantu proses penyembuhan. Yang juga

mengherankan adalah, bahwa selesai operasi dokter langsungmempersilakan pasien

makan dan minum apa saja yang disukai, tidak ada pantangan.

Setelah 10 hari dirawat di rumah sakit, Kiki diwajibkan keluar dari rumah sakit,

sekalipun kiki telah membayar biaya rumah sakit untuk 10 hari lagi ke depan. Jadi

pihak rumah sakit tidak mengijinkan kiki tinggal lebih lama dari 10 hari di RS. Berbeda

sekali dengan perawatan di rumah sakit Medan yang memungkinkan pasien untuk tinggal

di rumah sakit paling sedikit satu bulan setelah operasi by pass dilakukan. Fasilitas2

ibadah tersebut sengaja disediakan agar keluarga- keluarga pasien yang berobat, dapat

berdoa sesuai agama dan kepercayaannya. Di rumah sakit itu dapat melihat berbagai

bangsa : ada orang Korea, Afrika, China, Filipina, Nepal, Thailand, mulai dari orang

dewasa sampai anak-anak. Semua bangsa dapat ditemui di sana.

4.3 Analisa data

4.3.1 Pasien Yang Berobat Ke Penang Malaysia

Pasien yang berobat ke Penang Malaysia rata –rata berasal dari berbagai kalangan

baik tua, muda, dan dewasa. Pasien yang berobat Ke Penang rata-rata memiliki

pengalaman medis yang panjang seperti mereka sudah berkali-kali melakukan perjalanan

berobat ke Penang, Malaysia.

Latar belakang masyarakat Medan berobat ke rumah sakit di Penang, Malaysia

adalah berawal dari kekecewaan dan ketidakpuasan akan layanan kesehatan di rumah

sakit di Medan serta hilangnya kepercayaan akan kinerja para dokter di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


Semakin pesatnya informasi, pendidikan dan komunikasi, membuat masyarakat

lebih cermat dan kritis dalam memilah-milah rumah sakit mana yang patut di tuju jika

pasien, atau keluarga pasien dalam keadaan sakit atau gawat darurat.

Maka banyak pasien mencari- cari informasi tentang pengobatan medis, baik

browsing lewat internet dan surat kabar atau mendapat rujukan dari rumah sakit atau

dokter di Medan agar berobat ke Penang, Malaysia

Kebanyakan informasi tentang pengobatan medis ke Penang, Malaysia adalah

berasal dari pihak keluarga pasien sendiri yang juga pernah melakukan pengobatan medis

ke Penang, Malaysia. Tipe perjalanan medis para pasien ini saya bagi dalam dua tipe

yaitu melakukan perjalanan perobatan dengan keluarga, kemudian melalui agen

perjalanan yang yang sudah ada saat ini seperti agen perjalanan pengobatan medis ke

Penang Malaysia yang diadakan Air Asia ( dapat dilihat dalam lampiran).

4.3.2. Proses Pengobatan Masyarakat Kota Medan Yang Berobat Ke Penang

Malaysia

4.3.2.1 Pengobatan Medis Ke Penang Malaysia Secara Langsung

Dari data yang saya dapat bahwa tidak semua pasien melakukan pengobatan medis ke

Penang Malaysia karena memiliki latar belakang medis yang sudah pernah berobat di

rumah sakit di kota Medan. Banyak pasien sudah menanamkan nilai-nilai

ketidakpercayaan terhadap rumah sakit di kota Medan jadi tidak perlu melakukan

pengobatan medis di kota Medan jika ada pelayanan kesehatan yang lebih baik dan

terjangkau harganya dan dijamin kesembuhannya.

Contohnya seperti yang dikatakan pada informan ibu Azmanizar:

Universitas Sumatera Utara


“ Saya memang dari dulu kalaupun chek kesehatan di Penang aja lebih lengkap
lagi, dengan biaya 500.000,- totalnya itu., saya sudah di chek hati, jantung,
darah, tulang, pokoknya lengkap. Jadi kan efisien kesana kita satu paket
pemeriksaan, gak kayak di Medan kalau mau periksa darah harus ke poly
darah, periksa paru harus ke poly paru-paru trus masing-masing poly saya
harus mendaftar, merepotkan sekali saya rasa. Jadi kalau pun sakit yang
dialami anggota keluarga serius dan harus dibawa ke rumah sakit, maka kami
langsung bawa ke rumah sakit di Penang aja, karena sama aja biaya
pengobatannya dengan di Medan beda sedikit, yang mahal karena biaya paspor
dan pesawat tapi di sana kita tidak kecewa sekali berobataja sudah
mendapatkan kemajuan.”
Faktor penyebab terjadinya peningkatan kebiasaan berobat ke luar negeri sangat

bervariasi. Pada umumnya masyarakat beranggapan hal itu terjadi karena kecanggiahn

sarana medis dan kemampuan tenaga media di Indonesia yang kurang. Sebagian besar

indikasi berobat ke luar negeri adalah bukan karena keterbatasan alat dan kemampuan

dokter, tetapi karena permintaan keluarga pasien Secanggih apapun sarana medis atau

sepintar apapun dokternya tidak akan berarti bila tidak ada rasa percaya. Kepercayaan

pasien terhadap dokter adalah kunci utama keberhasilan penanganan suatu penyakit.

Banyak opini menyebutkan, cara berkomunikasi dengan pasien dokter di Indonesia

kalah jauh dibandingkan dokter di luar negeri. Padahal pasien dan dokter Indonesia

berbahasa yang sama, bahasa Indonesia. Beberapa pasien mengungkapkan berobat di

Singapura sangat puas, karena dapat berkonsultasi dengan dokter hingga 1 jam. Di

Indonesia, seorang pasien dapat masuk ruang praktek dokter 15 menit saja sudah menjadi

hal yang langka.

Menurut Bapak N. Sitepu :


“Waktu di rumah sakit Herna, jangan kan dokter yang datang, waktu saya
sedang sekarat pun di bel-bel 20 menit baru datang itu pun kata perawatnya
“tunggu ya pak dokternya belum datang, eh perawatnya sudah tau saya
kesakitan entah apa kek tindakan yang dia lakukan malah cerita-cerita dia,
mentang-mentang saya ini pasien di kelas III, kalau di Penang lain, mau kita
pasien kelas berapa semuanya dilayani dengan baik”.

Universitas Sumatera Utara


4.3.2.2 Pengobatan Medis Ke Penang Malaysia Adalah Pengobatan Lanjutan dari

Rumah Sakit di Kota Medan.

Proses peralihan pengobatan medis ke Penang yang kedua ini adalah pasien sudah
melakukan pengobatan di kota Medan, akan tetapi pasien tidak mendapatkan hasil yang
memuaskan. Bukan kesembuhan yang didapat malah penyakit yang bertambah dan uang
yang banyak terbuang.
Pasien yang melakuka n pengobatan lanjutan pengobatan ke Penang Malaysia ini
memiliki pengalaman yang buruk dan kekecewaan atas diagnosis penyakit yang didapat
dari hasil pengobatan di rumah sakit-rumah sakit di kota medan. Permasalahan yang
dicurigai malpraktek yang dilakukan para dokter karena memberikan resep obat yang
salah, pelayanan dan komunikasi yang tidak baik di dalam rumah sakit antara perawat
dan pasien banyak menjadi alasan bagi pasien yang melakukan pengobatan lanjutan ke
Penang Malaysia.
Menurut Bapak N. Sitepu:

“saya tidak menunggu lama untuk mendaftar cukup 5 menit langsung


diperiksa siap itu kata dokternya saya sakit struk dan ginjal tetapi waktu
berobat, tap kata dokternya waktu di Rumah sakit di Medan banyak
obat yang sudah di makan dan kualitas obatnya tidak bagus juga tidak
sesuai dengan dosis obat dengan sakit yang di derita saya derita jadi
obat dan cairan infus waktu berobat di rumah sakit waktu itu semuanya
dikeluarkan semuanya barulah di operasi ginjal selama 2 minggu,
Kemudian saya disarankan dokter untuk kembali berobat di Penang
untuk chek up dan terapi. Fasilitas Rumah Sakit Advent sangat baik
disana pasiennya itu benar-benar dibuat nyaman serasa berada di
rumah sendiri pelayanan yang baik dan dokter yang berkualitas
membuat saya percaya untuk tetap memilih berobat ke Penang saja
apalagi trauma yang saya alami waktu berobat di Herna akibat
malpraktek dan salah pemberian obat”

4.3.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kota Medan Yang Berobat Ke Penang

Malaysia

Kondisi sosial kemasyarakatan menyangkut berbagai aspek kehidupan. Di antaranya

adalah hubungan antarwarga, antarkelompok, antargolongan, dan sebagainya.

Kemampuan adaptasi dan toleransi terhadap setiap perubahan kondisi merupakan factor

yang sangat menentukan kondusifitas dan soliditas di tengah masyarakat. Ketertiban

sosial rasa nyaman dan harmonis di tengah masyarakat merupakan tolok ukur yang

Universitas Sumatera Utara


umum digunakan. Potensi masalah sosial lain yang patut dicatat di Sumatera Utara dapat

bersumber dari tingginya pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan kesenjangan sosial

ekonomi masyarakat. Pengendalian peredaran narkoba dan pemulihan korban serta

penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (seperti anak-anak terlantar,

gelandangan, pengemis) perlu ditangani lebih serius bersama tokoh-tokoh masyarakat.

Selain itu, gerakan reformasi dan demokrasi, telah membawa perubahan sikap perilaku

masyarakat sehingga semakin kritis dan berani, yang pada gilirannya berpengaruh

terhadap tata nilai dan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Ini berarti bahwa kebijakan

Pemerintah Daerah perlu lebih peka, responsif, aspiratif, lebih transparan dan

komunikatif, dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Pelayanan kesehatan dan

pendidikan yang semakin tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya. Di satu

sisi, masyarakat menanggung beban biaya yang terus meningkat, sementara pelayanan

semakin rendah. Jumlah Rumah Sakit, termasuk jumlah paramedis dan kamar / tempat

tidur di setiap Kabupaten/ kota masih sangat terbatas, sehingga banyak warga

masyarakat yang terpaksa berobat ke Malaysia dan Singapore. Demikian halnya sektor

pendidikan, mulai tingkat TK/ SD hingga Perguruan Tinggi, masih jauh tertinggal baik

dari sisi sarana/ prasarana maupun jumlah dan kualitas para pendidik. Di samping itu,

berbagai jenis bantuan yang bersumber dari APBN yang disalurkan oleh Pemerintah

Pusat melalui Pemda, sering tidak sampai kepada mereka yang berhak dan kalaupun

sampai tetapi jumlah dan mutunya sering berkurang. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

telah berulang kali melaporkan temuannya tetapi sampai saat ini belum ada kemajuan

yang signifikan. Untuk itu ke depan, tugas dan tanggungjawab Pemerintah Sumut agar

semua bantuan tersebut sampai kepada sasaran baik jumlah maupun mutunya.

Universitas Sumatera Utara


Selanjutnya, menurut data BPS dari hasil Survey sosioal ekonomi (Susenas), pada tahun

2006, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara sebesar 1.979.702 orang. Jumlah ini

menunjukkan bahwa penduduk miskin di Sumatera Utara masih cukup tinggi khususnya

di daerah pedesaan. Salah satu akar tumbuhnya keresahan hingga konflik sosial di

masyarakat adalah kemiskinan. Bagaimanapun, agar SUMUT dapat menjadi tempat

tinggal yang terjangkau, nyaman, dan tertib, maka kemiskinan harus dikurangi

semaksimal mungkin, jika tidak dapat dihapus. Sejalan dengan itu, jumlah orang buta

huruf, busung lapar, dan anak terlantar harus ditekan semaksimal mungkin.

Kondisi sosial ekonomi para pasien dari data yang di dapat penulis bahwa semua pasien

berasal dari kalangan ekonomi atas yang memiliki pendapatan lebih dari 200.000,-

perbulan dengan jumlah tanggungan anak 2 orang rata-rata.Pasien juga memiliki latar

belakang pendidikan sarjana maka memungkinkan pasien untuk lebih cermat, kritis dan

berpikir ekonomis dan efesien terhadap layanan kesehatan karena bagi mereka kesehatan

amat penting artinya. Mereka sanggup membayar mahal layanan kesehatan jika dibarengi

dengan tingakat kualitas dan kuantitas yang baik dari rumah sakit tersebut baik dokter,

perawat, ataupun pelayanan farmasi. Seperti yang dikatakan Ibu Maya :

“ saya puas karena tindakan profesionalisme dan pelayanan


memuaskan yang telah saya terima yang tidak berbelit serta tidak
menyulitkan di rumah sakit di Penang. Hari itu, total biaya yang
keluarkan untuk biaya general ceck up dan menemui 2 (dua) orang
dokter ahli adalah 4..200.000 Memang, kesehatan sangat mahal
harganya. Berapapun biayanya, biasanya orang rela mengeluarkan
demi mendapatkan kesehatan. Namun seandainya kenyamanan,
kemudahan, tepat waktu, pelayanan yang memuaskan dapat saya terima
sama baiknya, sama memuaskannya dengan yang saya alami di
Malaysia-Penang, juga dilengkapi dengan berbagai peralatan tehnik
yang paling canggih, menyajikan pelayanan yang terbaik dari para
profesional medis berpengalaman yang semuanya berdedikasi tinggi,
mungkin saya akan tetap memilih melakukannya di Indonesia”.

Universitas Sumatera Utara


4.3.4. Hubungan Sosial Pasien, Dokter dan Perawat

4.3.4.1 Di Rumah Sakit Penang, Malaysia

Kualitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi

kesehatan hampir selalu dapat memuaskan pasien, maka dari itu sering disebut sebagai

pelayanan kesehatan yang berkualitas. Salah satu definisi menyatakan bahwa kualitas

pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi

pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh

pasiennya.

Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan dirumah

sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting. Berdasarkan standar

tentang evaluasi dan pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan

menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus

melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit. Menurut

Wiedenback (Lumenta, 1989) perawat adalah seseorang yang mempunyai profesi

berdasarkan pengetahuan ilmiah, ketrampilan serta sikap kerja yang dilandasi oleh rasa

tanggung jawab dan pengabdian. Tanpa perawat kesejahteraan pasien juga terabaikan

karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien mengingat

pelayanan keperawatan berlangsung terus menerus selama 24 jam sehari.

Kerjasama tim di rumah sakit di Penang berjalan dengan baik, maka jika untuk

mendapatkan hasil diagnosis tidak perlu menunggu waktu yang lama .Sehingga pasien

memiliki waktu yang luang untuk berkonsultasi tentang langkah-langkah yang akan

dilakukan dalam menangani penyakitnya.Contohnya seperti bapak Dicky Sanjaya

katakan:

Universitas Sumatera Utara


“Dokter ahli mewawancarai saya untuk mengetahui riwayat penyakit,
memeriksa, dan mengetesnya dengan peralatan paling mutakhir. Ada Chest
X-Ray dan Ultrasound Examination of Upper Abdomen yang memeriksa
paru-paru dan rongga tubuh, ada tes jantung dengan memakai treadmil dan
peralatan lainnya, serta pemeriksaan urine dan darah. Hasil check up
seharga RM 600 (1 RM setara dengan Rp 3000 berarti 1.800.000,- ) itu bisa
diketahui hari itu juga, tepatnya memakan waktu total 5,5 jam.
Alhamdulillah, tidak terdeteksi penyakit yang serius dalam tubuhnya. Hanya
saja, kandungan kolesterol yang cukup tinggi. Kandungan kolestrol dalam
darah orang normal berkisar 50.26 – 201.03 mg/dl, tapi saya 243.94 mg/dl.
Tidak usah risau, orang kota penyakitnya rata-rata memang begitu.
Kelebihan kolesterol. Sebenarnya, kolestreol tinggi bisa diturunkan asal
pola makan kita benar, menghindari makanan berlemak dan banyak
mengonsumsi sayur serta buah-buahan. Jangan lupa, rajin berolah raga,”
ujar DR. Chong Keat Foong, Consultant Physicia yang menangani
menangani Bapak dicky, menghibur.

4.3.4.1 Di Rumah Sakit Kota Medan

Pelayanan rumah sakit di kota Medan sangat berbeda dengan rumah sakit di

Penang. Perawat menunjukkan sikap yang tidak ramah dan tidak peduli sudah menjadi

karakteristik perawat dirumah sakit Kota Medan. Hal ini tampak dilihat apabila pasien

berada pada ruangan rawat inap kelas III, dengan kelas I maka pelayanan yang diberikan

para pasien memiliki perbedaan yan mencolok sekali. Padahal hal ini amat penting dalam

proses pengobatan pasien, sikap manis dan senyum yang ramah merupakan hal yang

langka yang terjadi rumah sakit di kota Medan.

Kemudian dalam melakukan administarasi dan pengambilan obat maka kita harus

memiliki banyak waktu hanya untuk mendapatkan obat, padahal apotek adalah salah satu

layanan publik yang harus memberikan informasi penting pada pasien, bagaimana pasien

bisa mendapatkan informasi jika untuk mengambil obat saja kita harus mengantri cukup

lama. Contohnya kasus yang saya kutip dari internet http://www.depkes.go.id/index.php?


option=news&task=viewarticle&sid=2467&Itemid=2

yang direkam pada 15 Jun 2008 21:30:49 GMT.

Universitas Sumatera Utara


Dari nona MM “ Buat Bapak- Bapak Birokrasi saya mohon tolong perhatikan
nasib- nasib kami pemengang kartu ASKES, kenapa si saya harus mendaftar
administrasi yang begitu panjang padahal saya sudah kesakitan dan saya harus
membayar uang dulu baru saya bisa masuk ruangan rawat inap di rumah sakit HJ
Medan, terus kenapa yah perawat nya kok mukanya seram-seram sekali, apalagi
pada saat saya melakukan operasi, saya kan masih muda (15 tahun) wajar donk
kalau saya malu pada saat itu saya mau di bius lokal saya menjalani operasi usus
buntu, sebelum saya di bius saya masuk ruangan operasi dalam keadaan telanjang
saya dikelilingi 10 orang koas yang siap merekam jalannya operasi saya, apa
menurut bapak operasi saya pantas untuk bahan pembelajaran mereka, saya kan
malu…….apalagi waktu di bius saya malah di marah-marahi gara-gara saya
menutup-nutupi kemaluan saya. Maunya kan bius jangan rame-rame donk pak yang
nyuntik kan cuma satu orang. Apalagi mau ambil obat ibu saya mesti antri 2 jam
buat dapat giliran ambil obat……….tolong dok pak perbaiki managemen rumah
sakit kita”.

4.3.5 Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat Sumut Banjiri Rumah Sakit


di Penang Malaysia

Sudah umum diketahui, warga Sumut menjadikan Penang sebagai tempat berobat

favorit. Tidak heran jika dalam lima hari penerbangan Medan-Penang selalu penuh.

Singapura yang selama ini menjadi pilihan berobat perlahan mulai di tingggalkan.

Kecuali penyakit yang susah sembuh dan sebahagian kecil orang kaya di Sumut masih

berobat ke Singapura.

Membanjirnya warga Sumut berobat ke Penang tidak lain disebabkan rendahnya

mutu pelayanan kesehatan rumah sakit lokal. Walaupun sudah ada UU pembatasan

praktik dokter, maksimal hanya bisa buka praktek di tiga tempat, ternyata belum

membantu peningkatan pelayanan ksehatan di berbagai rumah sakit di Sumut. Para

dokter di Medan lebih mengutamakan kerja praktiknya , dibandingkan dengan tempat

tugasnya di rumah sakit .jadi tidak heran manakala ada dokter di Medan memberikan

resep kepada pasiennya hanya lewat telepon melalui petugas para medis di rumah sakit

tempatnya bekerja.

Universitas Sumatera Utara


4.3.4.1. Biaya.

Tidak sedikit dokter yang memberikan rekomendasi pada pasiennya untuk memiih

rumah sakit di luar negeri karena dengan memberikan rujukan pada salah satu rumah

sakit itu, si dokter memperoleh fee 30 persen dari rumah sakit di luar negeri. Di sisi lain,

rumah sakit di luar negeri pun melihat Indonesia sebagai pasar pengguna jasa yang sangat

potensial. Tidak sedikit dari rumah sakit itu mengemas perawatan kesehata ke luar negeri

dengan harga yang sangat terjangkau.

Rumah sakit dapat menyediakan tiket pesawat termasuk sewa hotel dan biaya

perawatan kesehatan dalam satu paket harga.dibandingkan dengan biaya perawatan

pengobatan di Medan , penawaran dari rumah sakit di Penanng lebih menggiurkan.

Sebagai contoh, berobat ke Penang –Medan mengeluarkan ongkis sebesar 1,4 juta, visa

sebesar 1 juta, biaya hotel 7 hari sebesar 1.850.0000,00, biaya operasi 4.000.000,-

kunjungan berikutnya chek up 50-60 ringgkit berarti 125.000-150,000,00 harga obat buat

satu bulan 1 juta.

4.3.4.2. Minim Peralatan.

Persoalan lain yang dihadapi para pasien yang berobat ke rumah sakit di Medan

adalah minimnya peralatan operasional. Banyak pasien harus di tandu atau dinaikkan

di mobil ambulan hanya untuk melakukan USG atau foto torach dengan alasaan tidak

ada alat di rumah sakit tersebut.akibatnya pasien yang sudah parah penyakitnya

bertambah parah karena terguncang-guncang dalam mobil .tentu tidak nyaman bagi

pasien.

Universitas Sumatera Utara


4.3.4.3. Kualitas Obat

Berkaitan dengan kualitas obat yang diresepkan oleh dokter. Sudah tidak rahasia lagi,

seorang dokter hanya memberikan resep ibat keluaran pabrik tertentu karena dokternya

mendapatkan fee dari setiap resep yang dikeluarkan, padahal , obat yang direseokan

dokter belum tentu cocok untuk kondisi pasien.Obat-obatan antibiotic batan pabrik

tertentu, misalnya, sering tidak pas untk seorang pasien.

Akibat kesalahan memberikan resep obat tersebut, mengakibatkan pasien

mendapatkan penyakit tambahan. Artinya, penyakitnya bukan sembuh tapi mendapatkan

penyakit baru. Seorang dokter di Penang pernah mengatakan pasiennya dari Medan harus

menjalani terapi agak lama ( satu bulan), karena harus mengeluarkan obat-obatan yang

sudah dimakan selama ini. Obat yang diberikan dokter di Medan ternyata menjadi racun

di tubuh pasien. Racun tersebut harus dikeluarkan dulu dari tubuh pasien, baru di berikan

obat yang cocok untuk penyakitnnya.

4.3.4.5. Pelayanan Rumah Sakit di Medan

Rumah sakit di medan sebagaimana disebutkan ratusan pasien, ternyata kurang

memanusiakan manusia. Pelayanan diberikan hanya mengejar uang semata, bukan atas

dasar kemanusiaan.seorang pasien bisa terlantar berjam-jamkarena tidak membawa uang

muka. Atau pasien dibiarkan menunngu di ruang tunggu tanpa pengobatan dari dokter

Pasien merasa di telantarkan oleh dokter. Hal ini membuat pasien merasa tidak di

hargai dan lari berobat ke luar negeri. Apalagi biaya yang dikeluarkan untuk berobat di

Universitas Sumatera Utara


Penang ternyata lebih murah dibandingkan dengan berobat di rumah sakit Medan, cek

kesehatan lebih murah dibandingkan di Medan cek kesehatan paling murah 2 juta.

4.3.4.6. Pelayanan Prima Rumah Sakit di Penang

Alasan warga mencari pengobatan di luar negeri ke seluruh belahan dunia adalah

karena keraguan duagnosis dokter dalam negeri, mahalnya biaya kesehatan di rumah

sakit Medan, pelayanan tidak ramah, waktu tunggu yang lama, obat banyak dan berganti-

ganti, dokter bekerja tidak satu rumah sakit, pasien merasa tidak punya kesempatan

berkomunikasi dengan dokter

Di Luar negeri, pasien merasa lebih murah karena diagnosis dan tindakannya

tepat dan system pembayarannya di rumah sakit adalah system paket yaitu ( paket : obat,

laboratorium, dokter, roentgen, dan tindakan lainnya). Pasien juga merasa di berikan

kebebasan untuk mendapatkan second opinion sebelum dilakukan tindakan dan

memperoleh kepastian diagnosis, tindakan, dan biaya.

4.3.5 Faktor- Factor Yang Melatarbelakangi Masyarakat Kota Medan Memilih


Pengobatan Medis Ke Penang Malaysia Secara Sosiologis

4.3.5.1 Raionalitas Paisen Dalam Memilih Tempat Pengobatan Medis


Dalam keadaan ekonomi yang carut marut saat ini, masyarakat harus menyikapi

dengan tepat. Sikap cerdas dan berpikir secara rasional yang harus dilakukan ialah

berpola pikir dan berpola tindak ekonomis. Strategi yang paling sederhana adalah

melakukan pemilihan secara benar di segala bidang, termasuk di bidang kesehatan.

“Harga kesehatan sangat mahal.” Ungkapan itu terasa sangat tepat di saat ekonomi

Indonesia lagi mendapat cobaan ini. Bayangkan, biaya jasa dokter, khususnya dokter

spesialis, masih belum terjangkau sebagian masyarakat. Belum lagi harga obat yang

cukup mahal dan semakin lama pasti semakin menggila. Ditambah lagi beban biaya

Universitas Sumatera Utara


pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis, pemeriksaan patologis, dan

pemeriksaan penunjang lainnya yang akan semakin tidak terjangkau. Biaya akan semakin

melangit bila pasien divonis rawat inap atau operasi. Jalan terbaik dalam menyikapi

beban psikologis itu adalah melakukan tindakan mawas diri serta berpikiran jernih dan

positif. Secara sadar manusia harus menerima fakta dan fenomena alam bahwa sumber

energi bumi akan berkurang dan akan semakin mahal.

Meskipun sulit, dalam jangka panjang, manusia harus berinovasi dalam

berteknologi. Dalam jangka pendek, tindakan rasional dapat dilakukan adalah mawas diri

untuk mengantisipasi terjadinya sesuatu yang tidak terduga seperti sakit. Di bidang

kesehatan, secara tidak disadari selama ini dalam kehidupan sehari-hari terjadi

pemborosan dalam pembiayaan kesehatan.

Pilihan jenis rumah sakit pun harus jadi pertimbangan yang tak kalah penting,

dari rumah sakit pemerintah sampai rumah sakit yang paling megah. Biaya tinggi

kesehatan tidak harus mencerminkan hasil yang optimal. Penggunaan terapi alternatif

yang “unconvensional” dan tidak terbukti secara ilmiah ternyata terbukti hanya

menimbulkan “lost cost” dalam pembiayaan pengobatan. Pengeluaran di bidang

kesehatan pun harus dibuat cermat dengan perhitungan yang tepat. Bila ditinjau dari segi

medis sebenarnya banyak hal yang masih bisa dilakukan penghematan atau pengurangan

biaya tinggi dalam setiap transaksi pelayanan medis. Upaya itu harus melibatkan kerja

sama dan komunikasi yang baik antara pasien sebagai pengguna jasa medis dan dokter

atau rumah sakit sebagai penyedia jasa medis. Pasien yang kurang memahami sisi medis

dengan baik harus mengetahui potensi biaya tinggi yang akan dihadapi selama dalam

proses pengobatan. Dokter juga harus mempertimbangkan setiap rencana pengobatan dan

Universitas Sumatera Utara


tindakan medis dengan menjauhkan potensi baiaya tinggi pengobatan terhadap pasiennya.

Potensi biaya tinggi pengobatan tersebut dapat terjadi dalam cara pemilihan jasa layanan

medis, pengobatan, atau tindakan

Biaya tinggi ialah pemilihan jenis obat. Obat generik harus jadi pertimbangan

utama. Promosi dan informasi yang benar tentang efektivitas serta keampuhan obat

generik harus didukung pihak dokter dan rumah sakit. Sehingga seseorang harus berpikir

cermat untuk memilih dokter mana yang akan dituju

Biaya tinggi lain yang dihadapi pasien adalah biaya rawat inap di rumah sakit.

Potensi awal yang dihadapi pasien adalah keputusan perlunya rawat inap. Tampaknya,

semakin banyak keluhan pasien terungkap bahwa dokter terlalu cepat mengambil

keputusan untuk merawat pasien. Untuk mengurangi risiko biaya tinggi, sebaiknya

indikasi rawat inap harus lebih cermat dan selektif diberikan terhadap pasien.

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya merupakan biaya sangat

tinggi bagi pasien. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan laboratorium, radiologis,

patologis, dan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan darah

sangat bervariasi jenis dan kepentingan medisnya. Sedangkan pemeriksaan radiologis

seperti foto rontgen, ultrasonografi, CT Scan, MRI, dan sebagainya. Pasien sebaiknya

sangat selektif untuk menentukan indikasi dan jenis pemeriksaan tambahan yang harus

dilakukan terhadap pasiennya. Kalaupun harus melakukan pemeriksaan laboratorium, itu

harus dilakukan demi kepentingan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


4.3.5.2. Kepercayaan Yang Dimiliki Pasien Yang Melakukan Pengobatan Medis Ke

Penang Malaysia

Masalah malpraktik medis masih menjadi perbincangan hangat di media-media

nasional. Permasalahan ini seakan-akan memang meledak setelah sekian lama menjadi

bom waktu, dan walaupun banyak yang mencapai permukaan tetapi hanya sedikit yang

dapat kita ketahui bagaimana penyelesaiannya lebih lanjut serta duduk perkara

sebenarnya.

Hal tersebut tidaklah baik bagi masyarakat karena perlu diingat bahwa tidak semua

kasus dugaan malpraktek adalah benar demikian yaitu karena kelalaian dokter maupun

kesalahan prosedur, namun karena ujung penyelesaian tidak pernah diungkapkan ke

publik, maka wajar kalau masyarakat menilai kecenderungan malpraktek semakin

menjadi-jadi di bumi pertiwi ini. Masyarakat pun menjadi ngeri, menunjukkan mosi tidak

percaya terhadap pihak medis di dalam negeri, akibatnya ekspor mata uang asing semakin

banyak menjadi pilihan ke negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura dalam hal

perawatan medis

Kondisi ini tentunya sangat memilukan bagi dunia medis tanah air bukannya ‘bisnis’

melainkan eksistensi dan perkembangan dunia medis di sini. Satu yang perlu diingat,

hubungan antara dokter-pasien itu didasarkan pada unsur utama kepercayaan, jika tidak

ada kepercayaan lagi maka diobati macam-macam pun kesembuhan tidak akan pernah

mencapai optimal.

Malpraktek yang dilontarkan pasien sebenarnya lebih memuat unsur ketidakpuasan

pada pelayanan medis , dari biaya yang mahal tapi tidak mendapatkan hasil yang

Universitas Sumatera Utara


diharapkan, merasa penjelasan dari dokter kurang, dokter yang sulit dihubungi, orang

sakit yang tidak kunjung sembuh bahkan mengalami komplikasi kecacatan hingga

meninggal dan sebagainya. Selama ini pihak yang paling disorot adalah dokter, padahal

harusnya dalam sebagian besar kasus pihak rumah sakit harusnya tetap perlu

diperhatikan.

Ada banyak ketidakprofesionalan – jika tidak mau disebut amburadul- dalam

manajemen sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Kita tahu ada banyak sekali cerita di

masyarakat tentang rumah sakit A atau B yang terkenal karena sisi gelapnya, seperti

misalnya adanya manipulasi biaya perawatan sehingga membengkak, pelayanan petugas

yang tidak informatif dan kasar, birokrasi yang berbelit, manajemen rujukan yang stagnan

maupun fasilitas yang menyedihkan.

Masyarakat Medan sudah hilang kepercayaan akan pelayanan kesehatan di sana,

sehingga jika sakit sembelit saja mending mereka nyebrang ke negeri jiran untuk

berobat. Dikarenakan beberapa pengalaman yang mengiris hati dan melubangi kantong

tersebut pada rumah sakit di Medan yang berobat tak kunjung sembuh, maka hilanglah

kepercayaan untuk berobat di negeri sendiri mak banyak masyarakat kota Medan bersama

keluarga hingga sekarang jika ada yang menderita sakit yang cukup berat segera memilih

mengambil passport dan mengisi dompet dengan Ringgit untuk lalu terbanglah ke

Penang. Ternyata hal semacam ini tidak hanya sekedar ketakutan segelintir orang di

Medan, tetapi sudah menjadi ketakutan massal yang merupakan bentuk ketidakpercayaan

lagi terhadap pelayanan kesehatan setempat.

Universitas Sumatera Utara


Memang banyak orang Medan yang sakit cukup berat lebih memilih berobat ke

Penang dikarenakan jarak tempuh dan akses yang mudah ke sana, biaya yang relatif

lebih murah dan terutama yang terpenting dokter-dokter di sana terkesan lebih care dan

friendly dengan didukung birokrasi rumah sakitnya yang tidak rumit serta transparan.

Tapi tentunya mereka yang saya sebut diatas adalah golongan orang kalangan

menengah ke atas, sedangkan kalangan bawah tentunya masih mengandalkan pelayanan

kesehatan lokal, bukan karena mereka tidak merasakan ketidakpuasan seperti demikian,

tetapi terlebih karena mereka terpaksa dan tidak punya pilihan karena ekonomi mereka

yang pas-pasan boro –boro punya passport, punya bahan yang dapat dimakan 3 kali

sehari saja mereka sudah bersyukur. Coba seandainya Penang itu untuk mencapainya

tidak pakai ongkos, bayar rumah sakitnya sangat murah, pakai rupiah lagi serta

bahasanya bahasa Indonesia juga, pasti mereka semua yang kalangan bawah tidak bakal

ketinggalan berobat ke negeri tetangga tersebut. Hal ini harusnya mendapat perhatian

besar dari pemerintah, jika tidak ketidakpercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan

dalam negeri akan terus meruak.

Gambaran situasi di atas menunjukkan ada segi lain yang membangkitkan

ketidakpuasan dan ketidakpercayaan publik terhadap pelayanan kesehatan dalam negeri,

tidak semata pihak dokter yang bermasalah, malah jika melihat bagaimana penjelasan

teman saya itu, sebenarnya kekecewaan itu justru diarahkan terhadap pihak rumah sakit.

Manajemen rumah sakit harus ditinjau kembali, terutama mengenai visi dan misi awal

pendiriannya. Walaupun profit adalah hal sangat penting dalam target rumah sakit, tapi

sangatlah tidak etis jikalau hal tersebut dijadikan tujuan utamanya.

Universitas Sumatera Utara


Tampaknya masalah mata duitan ini sangat umum dijumpai di rumah sakit-sakit di

tanah air, khususnya rumah sakit-rumah sakit swasta papan atas. Hal semacam ini secara

tidak langsung tentunya berimbas pada dokter-dokter yang bekerja di dalamnya karena

dicap mata duitan dan kurang informatif terhadap pasien, padahal birokrasi rumah

sakitlah yang telah mencetak dokter-dokternya menjadi sedemikian kaku. Adalah wajar

dokter sebagai pihak yang digaji rumah sakit tersebut untuk mematuhi prosedur yang

telah ditetapkan dalam manajemen rumah sakit tersebut, termasuk mengenai biaya

perawatan. Tentunya tidak menutup kemungkinan pribadi dokter itu sendiri juga kurang

baik seperti ceroboh, terlalu sibuk sehingga kurang care terhadap pasiennya yang banyak,

sikapnya yang emosional dan keras sehingga tidak nyaman diajak berbicara dan

sebagainya

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Membanjirnya warga Sumut berobat ke Penang tidak lain disebabkan rendahnya

mutu pelayanan kesehatan rumah sakit lokal. Walaupun sudah ada UU pembatasan

praktik dokter, maksimal hanya bias buka praktik di tiga tempat, ternyata belm membantu

peningkatan pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit di Sumut. Para dokter di

Medan lebih mengutamakan kerja di praktiknya, dibandingkan dengan tempat tugasnya

di rumah sakit. Jadi tidak heran manakala ada dokter di Medan memberikan resep kepada

pasiennya hanya lewat telepon melalui petugas paramedis di rumah sakit tempatnya

bekerja.

Rumah sakit di Medan sebagaimana disebutkan ratusan pasien, ternyata kurang

memanusiakan manusia. Pelayanan diberikan hanya mengejar uang semata, bukan atas

dasar kemanusiaan. Seorang pasien bias telantar berjam-jam karena tidak membawa uang

muka. Atau pasien dibiarkan menunggu di ruang tunggu tanpa pengobatan dari dokter.

Banyak alasan bagi sebagian masyarakat Indonesia yang memutuskan untuk

mendapatkan pengobatan di luar negeri.

Malpraktek yang dilontarkan pasien sebenarnya lebih memuat unsur ketidakpuasan

pada pelayanan medis , dari biaya yang mahal tapi tidak mendapatkan hasil yang

diharapkan, merasa penjelasan dari dokter kurang, dokter yang sulit dihubungi, orang

sakit yang tidak kunjung sembuh bahkan mengalami komplikasi kecacatan hingga

meninggal dan sebagainya. Selama ini pihak yang paling disorot adalah dokter, padahal

Universitas Sumatera Utara


harusnya dalam sebagian besar kasus pihak rumah sakit harusnya tetap perlu

diperhatikan.

Ada banyak ketidakprofesionalan – jika tidak mau disebut amburadul- dalam

manajemen sebagian besar rumah sakit di Indonesia. Kita tahu ada banyak sekali cerita di

masyarakat tentang rumah sakit A atau B yang terkenal karena sisi gelapnya, seperti

misalnya adanya manipulasi biaya perawatan sehingga membengkak, pelayanan petugas

yang tidak informatif dan kasar, birokrasi yang berbelit, manajemen rujukan yang stagnan

maupun fasilitas yang menyedihkan.

Memang, kesehatan sangat mahal harganya. Berapapun biayanya, biasanya orang

rela mengeluarkan demi mendapatkan kesehatan. Namun seandainya kenyamanan,

kemudahan, tepat waktu, pelayanan yang memuaskan dapat kita terima sama baiknya,

sama memuaskannya dengan yang kita alami di Penang, juga dilengkapi dengan berbagai

peralatan tehnik yang paling canggih, menyajikan pelayanan yang terbaik dari para

profesional medik berpengalaman yang semuanya berdedikasi tinggi, pasti kita semua

tidak akan memilih berobat keluar negeri melainkan di negeri kita sendiri.

5.2. Saran

Adapun saran bagi pihak Rumah Sakit Dalam Negeri ataupun pihak Pemerintah

hendaknya mulai saat ini kita membenahi pelayanan kesehatan negeri kita yang kini

banyak ditinggalkan masyarakat Indonesia sendiri karena alasan memudarnya

akepercayaan masyarakat terhadap dokter di Indonesia. Pelayanan yang tidak baik

ataupun komunikasi dan interaksi yang tidak menyenangkan antara dokter, perawat, dan

pasien . Maka perlu bagi kita membangkitkan kepercayaan itu kembali dengan

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan keramahan dan pelayanan yang baik kepada semua pasien dari lapisan

strata manapun dia berasal, tunjukkanlah bahwa negara kia memang Ramah seperti

orang-orang bilang. Adapun saran yang ingin saya ajukan adalah :

Manajemen

”Asuransi Kesehatan - Program antikecurangan sudah sangat mendesak”. Masalah

kecurangan atau freud dalam bidang pelayanan kesehatan merupakan masalah serius.

Untuk menjawab permasalahan yang terkait dengan asuransi kesehatan tersebut, perlu

dikembangkan segera berbagai program antikecurangan yang secara cepat dan tepat dapat

mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan. Menkes Siti Fadilah Supari mengatakan

dengan program anti-freud diharapkan dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap

kerugian yang lebih besar. Beberapa contoh praktik medis yang sering terjadi adalah

dilakuka nnya tes diagnosis yang berlebihan (overutilisation), pemberian pengobatan yang

tidak terbukti khasiatnya secara ilmiah (unproventreatment), memecah-mecahkan paket

pelayanan kesehatan (unbundling services), kecurangan dalam penulisan kode klaim

diagnosis (upcoding), penggelembungan biaya (inflated charges), sampai bentuk-bentuk

tagihan pada pelayanan yang sesungguhny

Pelayanan Medik

Masyarakat Indonesia, terutama yang tergolong kelas menengah atas, lebih

memilih berobat ke luar negeri. Oleh karenanya, pihak rumah sakit di dalam negeri harus

melakukan pembenahan dan inovasi guna meningkatkan kepercayaan pasien agar

memilih pengobatan domestik. Misalnya pada Rumah sakit Ibu dan Anak dengan

pengembangan jasa evakuasi bagi bayi, anak, maupun Rumah Sakit Umum dengan nama

Universitas Sumatera Utara


emergency response (ER). Tidak hanya jasa evakuasi, suatu program yang merupakan

hasil kerja sama dengan keluarga pasien menawarkan pengurusan kebutuhan pasien

mulai dari dokumen biaya perawatan , pengobatan hingga penginapan.

Pelayanan Farmasi

Sebut saja alasan pelayanan rumah sakit yang di Indonesia dirasakan kurang baik.

Atau, obat-obat yang dari apotik yang dianggap mahal serta tarif dokter yang tergolong

tinggi, ataupun obat-obatan yang tidak sesuai dengan penyakkit si pasien. Selain itu,

pelayanan Farmasi di Rumah Sakit dalam negeri terkesan lambat dan menyulitkan. Maka

perlu bagi Rumah Sakit memberikan layanan Farmasi yang lebih cepat karena obat amat

penting bagi pasien.

Aspek-aspek mutu atau kualitas pelayanan yang baik adalah :

A. Keandalan(reliability)

Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat

dan memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan

dengan kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.

B. Ketanggapan(responsiveness)

Yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu konsumen dan

memberikan pelayanan itu dengan tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat

memperhatikan dan memenuhi kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara


C. Jaminan(assurance)

Mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopana dan sifat dapat dipercaya yang

dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki kompetensi,

percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (obyektif).

D. Empati Atau Kepedulian (emphaty)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan

memahami kebutuhan konsumen yang terwujud dalam penuh perhatian terhadap setiap

konsumen, melayani konsumen dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi

konsumen, berkomunikasi yang baik dan benar serta bersikap dengan penuh simpati.

E. Bukti Langsung Atau Berujud (tangibles)

Meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai, kebersihan (kesehatan), ruangan baik

teratur rapi, berpakaian rapi dan harmonis, penampilan karyawanatau peralatannya dan

alat komunikasi.Sedangkan menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan

bahwa pelayanan perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam

memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan.

Aspek dasar tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komuniksi

dan kerjasama. Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya.

Pasien yang membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan

kondisi yang nyaman sehinggapasien akan merasakan kenyamanan dalam proses

penyembuhannya.

Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan

adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien saling kerjasama, meliputi sikap

perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga

Universitas Sumatera Utara


pasien, tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas, mampu

mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam

bertindak

Berobat ke luar negeri perlu persiapan khusus agar hasil yang diperoleh tidak

mengecewakan dan sebanding dengan pengorbanan yang dikeluarkan. Berikut beberapa

langkah yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan berobat ke luar negeri Langkah-

langkah ini berdasarkan pengalaman penulis yang sudah belasan kali berobat ke luar

negeri

1. Pastikan dahulu tujuan dan alasan mengapa kita berobat ke luar negeri

Sepanjang tujuan dan alasan yang diinginkan tidak dapat dipenuhi di

Indonesia, berobat ke luar negeri adalah pilihan yang dapat

dipertimbangkan. Alasan terbaik adalah jika ada kelebihan yang dapat

diperoleh dari berobat ke luar negeri itu.

2. Kumpulkan informasi selengkap mungkin tentang Rumah Sakit /klinik

/dokter yang akan dituju di luar negeri melalui internet atau dari orang

yang pernah berobat tempat itu. Bisa juga melalui perwakilan dari

RS/klinik setempat. Usahakan agar dapat memperoleh informasi seobjektif

mungkin & tidak terjebak oleh informasi yang bersifat persuasif semata.

3. Pastikan dokter yang akan menangani memang ahlinya (secara keilmuan

dan pengalaman), dengan cara mengumpulkan data/informasi dari

berbagai sumber. Dapat pula ditanyakan dan dikonfirmasikan kepada

dokter dengan keahlian sejenis di Indonesia yang umumnya juga

tergabung dalam asosiasi internasional.

Universitas Sumatera Utara


4. Pertimbangkan jarak dan waktu tempuh perjalanan dengan kondisi pasien

yang akan diobati serta konsultasikan dengan dokter tentang perlu

tidaknya menggunakan prosedur evakuasi. Jangan sampai kondisi

kesehatan pasien justru memburuk karena waktu tempuh terlalu lama .

5. Biaya berobat ke luar negeri umumnya akan jauh lebih besar dari biaya

berobat di dalam negeri karena selain biaya standar pengobatan yang

umumnya lebih tinggi juga ada biaya tambahan lainnya seperti biaya

evakuasi bagi pasien yang kondisinya parah, biaya transportasi dan

akomodasi bagi pasien dan pengantar. Maka pertimbangkan secara matang

perkiraan anggaran dan dana yang tersedia.

6. Perhatikan pula kelancaran dan kenyamanan komunikasi antara

pasien/keluarga dengan dokter/RS/klinik agar tak terjadi kesalahpahaman,

sehingga terapi dapat berjalan dengan baik selama berobat di luar negeri

maupun setelah kembali ke tanah air.

7. Kumpulkan semua catatan medis dan instruksi pascaoperasi dan

perawatan yang dibutuhkan untuk dilanjutkan di tanah air. Akan lebih baik

jika dokter di luar negeri mengenal teman sejawatnya di Indonesia atau

mau membuka komunikasi dengan dokter di tanah air untuk kelanjutan

perawatan dan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Wardi, 2006, Sosiologi Klasik dari Comte Hingga Parsons, Bandung: PT
Remaja Rosda Karya

Baharuddin, 2006, Pasien Sumut Membanjiri RS di Penang, www.mail-


archive.com/dokter@itb.ac.id/msg.13175.html, (14 Juli 2007), (15:05)

Foster, 1986, Antropologi Kesehatan, Jakarta: University Press.

Hamidi,Dr,Msi,2004,Metode Penelitian Kualitatif,Jakarta:UMM Press

Iskandar, dr.H. Dalmy, 1998, Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan, Dan Pasien, Medan, Sinar
Grafika.
Lumenta,Benyamin, Pasien, Citra, Peran dan Perilaku,Tinjauan Fenomena
Sosial,Kanisius,Yogyakarta,Indonesia,1989.

Marshal dan Lois ed Fauzi Muzaham, 1995, Memperkenalakan Sosiologi Kesehatan,


Jakarta: UI Press

Marzof,.DR. James R . MS.MPH, 2002, Sektor Kesehatan Indonesia : Peluang untuk Reformasi
Analisis Mengenai Hambatan Dan Kendala Dalam Pertumbuhan,
http ://wbln0018.worlbank.org/eap.nsf/Attachments/PHS/$File/Private+Sector-
Aug02ind.pdf, (19 November 2007) (16.00 ).

Moleong, Lexy, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya

Ningtyas, Henni Rahayu, 2006, Liberalisasi Jasa Kesehatan,http://www.pikiran-


rakyat.com/cetak/2006/042006/29/10-wacana02.htm, 22 Juli 2007

Ritzer, Gorge – Douglas J. Goodman , 2005, Teori Sosiologi Modern , Jakarta,Prenada


Media.

Sarwono, Solita, 1997, Sosiologi Kesehatan, Yogyakarta: Gadjah Mada Unipersity Press.

Sunarto, Kamanto,2000,Pengantar Sosiologi Edisi ke II,Jakarta: Lembaga Falkutas Ekonomi


Universitas Indonesia

Widoyoko, J. Danang, 2006, MenyoalAnggaran Pertahanan,


www.antikorupsi.org/docs/anggaran militer danang.pdf),(15 Juni 2007) (17:30)

Yasyin,Sulchan , 1997,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ,Surabaya : Amanah .

Universitas Sumatera Utara


Waterman , Barbara , 1993 , Sosiologi Kesehatan Mengekploitasi Penyakit Mencari Keuntungan,
Jakarta , Prima Aksara ,
……,2007, Penjelasan Khusus Sektor Kesehatan,
http://:www.bkpm.go.id/en/file/PenKesehatan4.doc+fungsi+rumah+sakit&hl=id&
ct=clnk&cd=2&gl=id, (20 juli 207) ( 13:22)

…….,2006 Health Belief Model (http//202.155.5.44/ indekx.php?optm


=article&task=view article&ortid=168&itemid=3), (12 Juli 2007) (11:54)
(//www.google.com/search?q+cache:Gakd611zJwj:Gindah.blogspot.com/2007_0
9_01) (01 Maret 2008) (19 :30)
(www.geocities.com/unicityid/FeelBetter.in.HTM+defenisi+sehat&hl+id&ct+clnk&cd+3
&gl+id ) (01 Maret 2008) (20.00) www.kompas.co.id/read.php?
ctn+2008.02.0315414342&channel+1&mm+20&idx+97 (01 Maret 2008) (21.00)

http://www.desentralisasi-kesehatan.net ( 29 Februari 2008) (20.00)

Universitas Sumatera Utara


DRAFT WAWANCARA UNTUK PASIEN YANG BEROBAT KE PENANG

( MALAYSIA)

I . Karakteristik Informan

11. Nama :

12. Jenis Kelamin :

13. Alamat :

14. Umur :

15. Pekerjaan :

16. Penghasilan :

17. Jumlah Tanggungan :

18. Pendidikan :

19. Penyakit yang dialami :

II. Biaya

1. Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Dalam Negeri ?

2.Biaya yang sudah di keluarkan untuk berobat di Rumah Sakit Penang

( Malaysia) 3.Siapa yang menganjurkan berobat ke Rumah Sakit di Penang?

4.Sudah berapa kali berobat ke Rumah Sakit Di Penang ( Malaysia) ?

II.Rumah Sakit

II.1.A. Rumah Sakit Dalam Negeri

2. Nama Rumah Sakit yang pernah di kunjungi di Medan ?

3. Bagaimana kulitas Rumah Sakit di Medan?

Universitas Sumatera Utara


4. Bagaimana proses administrasinya?

5. Apakah ada peraturan tertentu yang diterapkan di Rumah Sakit yang menyulitkan

pihak pasien?

1.B .Fasilitas Rumah Sakit Dalam Negeri

1. Bagaiman keadaan kebersihan Rumah Sakit tersebut dari kamar mandi dan kamar

pasien?

2. Bagaimana kualitas jenis makanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada para

pasien?

3. Apakah setiap kelas berbeda makanan yang diberikan?

4. Bagaimana jam besuk nya?

5. Bagaimana kondisi tempat tidur yang disediakan pihak rumah sakit?

6. Bagaimana peraturan yang diberikan Rumah Sakit bagi pihak keluarga pasien

yang ikut menginap di Rumah Sakit?

1.C .Paramedis di Rumah Sakit Dalam Negeri

1. Bagaimana kinerja paramedis seperti dokter dan perawat di Rumah Sakit?

2. Apakah paramedis memberikan layanan berbeda bagi pasien yang setiap

kelasnya?

3. Bagaimana sikap yang ditujukan perawat rumah sakit jika ingin memberi obat,

memberi makan, dan menyuntik?

4. Bagaiamana perawat memberikan pelayanan rawatan bagi pasien yang menderita

penyakit tertentu ?

5. Apakaah layanan yang diberikan perawat hanya seputar kegiatan medis saja?

6. Bagaimana profesionalisme dokter di Rumah Sakit Negeri?

Universitas Sumatera Utara


7. Bagaimana kualitas obat yang diberikan bagi pasien?

8. Apa ada kemajuan setelah berobat di Rumah Sakit Negeri?

II.2.A. Rumah Sakit Di Penang ( Malaysia)

1. Nama Rumah Sakit yang pernah di kunjungi di Penang?:

2. Bagaimana kulitas Rumah Sakit di Penang?

3. Bagaimana proses administrasinya?

4. Tolong ceritakan kronlogis dari anda pertama kali diagnosa penyakit tersebut

hingga tahap pengobatan di Rumah Sakit di Penang Malaysia?

5. Apakah ada peraturan tertentu yang diterapkan di Rumah Sakit di Penang

yang menyulitkan pihak pasien?

II.B .Fasilitas Rumah Sakit Penang

1. Bagaiman keadaan kebersihan Rumah Sakit tersebut dari kamar mandi dan

kamar pasien?

2. Bagaimana kualitas jenis makanan yang diberikan pihak rumah sakit kepada

para pasien?

3. Apakah setiap kelas berbeda makanan yang diberikan?

4. Bagaimana jam besuk nya?

5. Bagaimana kondisi tempat tidur yang disediakan pihak rumah sakit?

6. Bagaimana peraturan yang diberikan Rumah Sakit bagi pihak keluarga pasien

yang ikut menginap di Rumah Sakit?

7. apakah ada tempat khusus bagi keluarga yang menjaga pasien?

8. apakah pihak keluarga juga diberikan pelayanan yang sama dengan pasien

seperti disediakan makanan?

Universitas Sumatera Utara


I1.C .Paramedis di Rumah Sakit di Penang

1. Bagaimana kinerja paramedis seperti dokter dan perawat di Rumah Sakit?

2. Bagaimana sikap yang ditujukan perawat rumah sakit jika ingin memberi obat,

memberi makan, dan menyuntik?

3. Bagaiamana perawat memberikan pelayanan rawatan bagi pasien yang menderita

penyakit tertentu ?

4. Apakaah layanan yang diberikan perawat hanya seputar kegiatan medis saja?

5. Bagaimana profesionalisme dokter di Rumah Sakit di Penang ?

6. Bagaimana kualitas obat yang diberikan bagi pasien ?

7. Apa ada kemajuan setelah berobat di Rumah Sakit Penang ?

8. Apakah ada anjuran dari dokter untuk berobat kembali ke Penang? Sehingga anda

berkali-kali berobat ke Penang ?

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai