Anda di halaman 1dari 100

1

KEDUDUKAN LEGAL PERSONALITY UNI EROPA DENGAN ASEAN

SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

MELZA NOVA ARISYA

160200192

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara


2

KEDUDUKAN LEGAL PERSONALITY UNI EROPA DENGAN ASEAN

SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

MELZA NOVA ARISYA

160200192

DISETUJUI OLEH,

Universitas Sumatera Utara


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya serta kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan baik. Salawat beriring salam diberikan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kebaikan dari zaman jahiliyah ke zaman

yang terang benderang seperti sekarang ini.

Penelitian yang berjudul “Kedudukan Legal Personality Uni Eropa

Dengan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional” adalah guna memenuhi

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada ayahanda Syamsidi, SE

dan ibunda Sri Murani yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga

berupa perhatian yang tak mengenal waktu, pengorbanan walaupun permintaan

saya banyak, nasehat dan solusi di saat saya jatuh dan membangkitkan saya

kembali dengan motivasi yang bijak dan terus mendukung saya untuk melangkah

mencapai cita-cita serta materi yang diberikan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan pendidikan formal hingga strata satu (S1). Dan tak lupa juga my

only one younger sister Nawa Aulia Nakessa, walaupun bandel tapi tetap turut

membantu mengambilkan kebutuhan saya selagi saya berada didepan laptop.

Hidup bersama keluarga selama 21 tahun telah membuat mereka yang

paling mengerti saya dan tetap mau menerima saya dalam keadaan apapun.

Universitas Sumatera Utara


4

Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II Universitas

Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III

Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen

Hukum Internasional. Penulis mengucapkan terima kasih banyak

kepada Bapak atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama masa

perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III

sekaligus Dosen di Departemen Hukum Intenasional terima kasih telah

memberikan inspirasi judul skripsi saya dan bersedia memberi

masukan atas pertanyaan saya.

8. Bapak Arif, S.H., M.Hum selaku Dosen di Departemen Hukum

Internasional terima kasih telah memberikan semangat untuk

mengembangkan judul dari skripsi saya. Masukan bapak memberi

semangat mendalam buat saya.

Universitas Sumatera Utara


5

9. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, S.H., M.Ll., selaku Dosen

Pembimbing I penulis. Thank you for checked every single word and

page in my research. Thank you for being so generous encompasses all

your usefull guidance, times, thoughts and knowledges.

10. Bapak Dr. Sutiarnoto, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II

penulis. Terima kasih banyak kepada Bapak atas arahan, bimbingan

dan waktu yang diberikan pada penulis demi terciptanya penelitian

yang baik oleh penulis.

11. Seluruh dosen di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

terkhusus dosen Departemen Hukum Internasional. Terima kasih atas

ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

12. Kakanda Syaravina Lubis, S.H., selaku alumni Fakultas Hukum USU

Depatemen Internasional terimakasih telah memberikan bantuan dan

masukan dalam penulisan skripsi, bantuan serta masukan kakanda

sangat berart buat saya.

13. Bulek Atik, selaku saudara jauh dari keluarga ibunda saya. Terima

kasih telah menjadi saudara yang teramat sangat peduli dengan

pendidikan saya, menjadi orang yang mengerti tentang kebutuhan saya

selama masa perkuliahan, selalu memberi semangat saya hingga

akhirnya saya dapat menyelesaikan pendidikan saya. How lucky I am

having a family like you.

14. Sepupu terbaik saya Pipit Sintia, Rere Ariska dan Mitha Widayanti.

Different with another family, they always support me even from when

Universitas Sumatera Utara


6

I was in Senior High School. They always there in my happy and sad

conditions. Every year in my birthday, they always give surprise and

hold a party for me. Thank you so much.

15. My boy Dicky Dwi Andhika, who always accompany me since my

Senior High School, always be there in my urgency time. In the first

time I started my college, he was the one that busy with all my

documents. He is a caring, dicipline, and protecting. I do not know

how to say everything about his kindly. He always suppots all my

willing, whatever I want, never give me limitation to spend my time

with everything I want. In writing this paper, he is always busy with all

of my needed and accompany me in searching every books that related

in this paper. He can replace many status in my life, when i have no

brother, he‟s such a brother for me, when all my friends are busy with

their life, he‟s become a really friend for me. There‟s so many things

that cannot be mentioned in this paper. Hope that we always together

so that we can share more about our life story till our success day and

having a little family.

16. Sahabat saya sejak SMP, Siska Rani dan Vannya Dani Syahfitri, A.Md

terima kasih telah menjadi bagian dari hidup saya dan memberikan

dukungan, semangat, kebahagiaan serta mendengarkan cerita setiap

kami berjumpa.

17. Sahabat, adik, teman les bahkan kolega dalam satu kursus mengajar

yang akhirnya bertemu kembali dalam satu Universitas walaupun beda

Universitas Sumatera Utara


7

jurusan, Indah Muharani terima kasih sudah selalu ada didalam setiap

langkah saya, menemani suka duka, teman mencari promo makanan

disenggang waktu perkuliahan dan teman mencari job tambahan

disenggang waktu libur perkuliahan, terima kasih sudah mengisi hidup

saya dengan sejuta cerita lucu, aneh, sedih dan lain-lain yang tak

terkira.

18. Sahabat les saya semenjak SD, SMP, SMA Ahmad Pramudja dan

Haditya Rahman yang mengisi kehidupan akademik non-formal saya

dengan segala tingkah yang diluar nalar, selalu menjadi best listener,

motivator (walaupun ngawur), mengerti disetiap keadaan suka dan

duka, terima kasih untuk selalu hadir dan tetap menjadi sahabat yang

baik.

19. Sahabat-sahabat saya sejak awal perkuliahan Desy Indah Kartika dan

Natasya Sakinah terima kasih telah melalui suka duka bersama selama

masa perkuliahan, saya sangat senang mengenal kalian berdua,

terkhusus kepada Natasya teringat kerjasama kita yang solid saat

menjalani tiga mata kuliah klinis, terima kasih atas semuanya.

20. Sahabat saya di depatemen internasional, Shabila Firda dan Meilisya

Beby terima kasih telah menemani hari-hari saya selama berada di

departemen internasional.

21. Sahabat saya sejak SMA Fifi Yuspita Mn, terima kasih banyak telah

hadir dalam hidup saya dan memenuhi memori dengan suka cita dan

membuat saya lebih semangat walaupun di akhir-akhir ini kita selalu

Universitas Sumatera Utara


8

sibuk dengan kegiatan masing-masing, namun tetap selalu menjaga

komunikasi.

22. Teman-teman ILSA (International Law Student Association) terima

kasih selama berada di Departemen Internasional kalian selalu

menyambut baik, mengerti serta mensupport kegiatan saya. Senang

bisa bergabung dan mengenal kalian, walaupun dengan waktu yang

singkat.

23. Terima kasih kepada teman-teman kuliah lainnya, Ardo Sirait, Fauza

Afgara, Monica Rianda, Hilbert Wau, Hady Hidayat Tambunan, Nurul

Ramadani, Rifodita, Elsya Dwi Kurnia dan teman-teman lain yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih telah bersedia

menjadi teman baik saya selama masa perkuliahan. Saya senang bisa

mengenal kalian.

Tiada kesempurnaan yang utuh, begitu pun dengan hasil penelitian dari

penulis, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, oleh sebab itu besar

harapan Penulis kepada semua pihak agar memberikan kritik dan saran yang

konstruktf guna menghasilkan sebuah penelitian yang lebih baik lagi, sempurna

dari segi materi maupun cara penulisan.

Demikian kata pengantar ini Penulis sampaikan dan dengan bantuan dan

dukungan yang telah Penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan diri dan

senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan Allah SWT semoga amalan dan

Universitas Sumatera Utara


9

perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang lebih baik. Aamiin ya

Robbalalamin. Wassalam.

Medan, Juli 2020

Penulis

Universitas Sumatera Utara


10

KEDUDUKAN LEGAL PERSONALITY UNI EROPA DENGAN ASEAN


SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

Melza Nova Arisya.*1


Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLl.**2
Dr. Sutiarnoto, SH, M.Hum.***3

ABSTRAKSI

Pada hakekatnya, hubungan internasional timbul akibat kebutuhan


berbagai negara yang tidak terpernuhi. Hubungan internasional tidak hanya
menyangkut dua negara saja, namun bisa lebih karena pada dasarnya kepentingan
dua negara saja tidak mampu untuk menampung kebutuhan banyak negara.
Organisasi internasional dibentuk dengan tujuan menggabungkan berbagai
negara untuk menciptakan hubungan internasional yaitu dengan bentuk kerjasama
internasional dalam berbagai bidang. Namun, disetiap organisasi internasional
harus melewati verifikasi agar dapat menjadi subjek hukum internasional yang
memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
Legal Personality adalah hal yang harus dimiliki oleh organisasi
internasional agar organisasi internasioal menjadi subjek hukum internasional.
Pentingnya subjek hukum internasional ini ialah agar organisasi internasional
dapat melakukan hak dan kewajiban selayaknya negara. Sehingga, ada
konsekuensi hukum yang harus ditanggung oleh setiap negara yang terlibat
kerjasama apabila melanggar perjanjian kerjasama internasional.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis legal personality Uni Eropa
dengan ASEAN dalam bidang perdagangan dengan membuktikan apakah kedua
organisasi internasional ini memang benar telah memiliki legal personality.
Metode penelitian ini yaitu metode penelitian yuridis normatif yaitu
metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim dalam proses
persidangan. Sedangkan sifatnya yaitu deskriptif analitis, merupakan suatu
penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu
peraturan hukum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik organisasi Uni Eropa maupun
ASEAN keduanya sudah terbukti memiliki legal personality dengan
menyelesaikan berbagai perselisihan sebagai subjek hukum internasional.

Kata Kunci: Organisasi Internasional, Legal Personality, Subjek Hukum


Internasional.

*
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara


11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejatinya manusia memang tidak dapat hidup sendiri dimana pun berada

dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Manusia dengan hakikat sebagai

makhluk sosial adalah bukti kecil yang nyata yang terjadi pada kita di kehidupan

sehari-hari. Bukti lainnya dalam skala yang lebih besar yakni adanya hubungan

sosial antar Negara. Sebuah negara yang terdiri dari pemimpin, pemerintahan dan

rakyat serta adanya pengakuan dari negara lain tidak serta merta dapat berjalan

sendiri. Sama halnya seperti manusia yang membutuhkan bantuan dan hidup

berdampingan dengan orang lain maka sebuah negara pun demikian. Hidup

berdampingan yang dilakukan antar negara yakni dengan menjalin kerjasama

dalam bidang-bidang tertentu.

Selain itu, kebutuhan manusia yang terus meningkat berdampak kepada

sumber daya yang terdapat di dalam wilayah negaranya sendiri menjadi tidak

mencukupi. Hal ini mendorong manusia untuk mencari pemenuhan kebutuhannya

di luar wilayah negaranya sendiri. Karena itu, dimulai adanya pergaulan manusia

antar negara, di mana terbentuk suatu komunitas internasional atau hubungan

internasional.

Timbulnya hubungan internasional secara umum tersebut pada hakekatnya

merupakan proses perkembangan hubungan antar negara, karena kepentingan dua

Universitas Sumatera Utara


12

negara saja tidak dapat menampung kehendak banyak negara. 4Saling

membutuhkan antara bangsa-bangsa di berbagai lapangan kehidupan yang

mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus menerus antara bangsa-

bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk memelihara dan

mengatur hubungan tersebut.5 Untuk mengaturnya agar mencapai tujuan bersama

yang merupakan kepentingan bersama, negara-negara membutuhkan

pembentukan wadah, yaitu organisasi internasional. Organisasi internasional yang

dimaksud mempunyai fungsi, yaitu:

1. Menyediakan hal-hal yang dibutuhkan bagi kerjasama yang dilakukan

antar negara dimana kerjasama itu menghasilkan keuntungan yang

besar bagi seluruh bangsa.

2. Menyediakan banyak saluran-saluran komunikasi antar pemerintah

yang dilakukan antar pemerintah sehingga ide-ide dapat bersatu ketika

masalah muncul ke permukaan.

Selain fungsi, ada juga peranan dari organisasi internasional yaitu

organisasi internasional dalam hubungan internasional saat ini telah diakui karena

keberhasilannya dalam memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh

suatu negara, kehadiran organisasi internasional mencerminkan kebutuhan

manusia untuk bekerjasama, sekaligus sebagai sarana untuk menangani masalah-

masalah yang timbul melalui kerjasama.6Dalam membentuk organisasi

4
Hasnil Basri Siregar, SH, Hukum Organisasi Internasional. (Medan: Kelompok Studi
Hukum dan Masyarakat, 1994), hlm. 3.
5
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional,
(Bandung: PT Alumni, 2003), hlm. 13.
6
A.A, Perwita dan Y. M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005)

Universitas Sumatera Utara


13

internasional, negara-negara melalui organiasasi itu akan berusaha untuk

mencapai tujuan yang menjadi kepentingan bersama dan kepentingan ini

menyangkut bidang kehidupan internasional yang sangat luas. Karena bidang-

bidang tersebut menyangkut kepentingan banyak negara, maka diperlukan

peraturan internasional (international regulation) agar kepentingan masing-

masing negara dapat terjamin.7 Peraturan internasional itupun tertuang dalam

sebuah traktat atau konvensi yang mengatur masing-masing dari organisasi

internasional itu sendiri.

Organisasi internasional ini hanya memiliki hak-hak dan kewajiban selama

ketentuannya ditegaskan dalam traktat atau konvensi internasional. Agar suatu

organisasi internasional mempunyai status pemerintah (publik), organisasi itu

harus dibentuk dengan suatu persetujuan internasional, mempunyai badan-badan

dan itu dibawah hukum internasional. Organisasi-organisasi internasional yang

tidak memenuhi syarat-syarat bagi organisasi internasional, dimasukkan dalam

jenis organisasi internasional privat.8Dalam masyarakat modern, organisasi

merupakan suatu kebutuhan setiap anggota masyarakat baik untuk skala lokal,

nasional, regional maupun internasional.9Subjek dari organisasi internasional

meliputi semua organisasi internasional, termasuk organisasi regional dan

organisasi lainnya yang dapat digolongkan sebagai organisasi internasional. 10

7
Hasnil Basri Siregar, SH, op.cit hlm. 3
8
Ibid
9
Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional Dalam
Perspektif Hukum dan Globalisasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 23.
10
Hasnil Basri Siregar, SH, op.cit hlm. 13

Universitas Sumatera Utara


14

Organisasi internasional diperhitungkan sebagai salah satu subjek dari

hukum internasional pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.11 Tiap

organisasi internasional mempunyai personalitas hukum dalam hukum

internasional. Tanpa personalitas hukum maka suatu organisasi internasional tidak

akan mampu untuk melakukan tindakan yang bersifat hukum. Subyek hukum

dalam yurisprudensi secara umum dianggap mempunyai hak dan kewajiban yang

menurut ketentuan hukum dapat dilaksanakan. Dengan demikian subjek hukum

yang ada dibawah sistem hukum internasional merupakan personalitas hukum

yang mampu untuk melaksanakan hak dan kewajiban tersebut.12

Dengan diterimanya organisasi internasional sebagai subjek hukum

internasional, berarti organisasi itu mempunyai hak dan kewajiban menurut

hukum internasional. Setiap subjek hukum internasional memiliki tingkat hak dan

kewajiban yang berbeda. Untuk menentukan derajat hak dan kewajiban suatu

subjek hukum internasional dapat dilihat dari tiga indikator yaitu:

1. Subjek yang bersangkutan memiliki hak untuk membuat perjanjian


internasional.
2. Subjek yang bersangkutan memiliki hak untuk mengirim dan menerima
perwakilan.
3. Subjek yang bersangkutan dapat mengajukan dan menerima tuntutan
internasional.13

Apabila salah satu indikator itu terpenuhi, maka subjek hukum

internasional tersebut dapat dianggap sebagai subjek hukum internasional.Untuk

11
Justisia Sabaroedi, Ketentuan Hukum Internasioanl Mengenai Pengunduran diri dari
Keanggotaan Organisasi Internasional: Studi kasus Association of Southeast Asian Nations,
Jakarta Fakultas hukum Universitas Indonesia 2012, hlm 16.
12
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional, Bandung: Universitas
Padjajaran, 2006 hlm 46.
13
Jan Klabbers, Introduction to internasional Intitutional Law Cambridge: Cambridge
University Press, 2002, hlm 42.

Universitas Sumatera Utara


15

mengetahui apakah suatu organisasi internasional mempunyai status sebagai

subjek hukum internasional, maka harus dilihat dari anggaran dasar organisasi

internasional. Dalam anggaran dasar organisasi internasional juga diketahui

apakah organisasi tersebut mempunyai organ/alat perlengkapan yang mempunyai

wewenang menurut hukum internasional

Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian

dengan bentuk-bentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai suatu

kepribadian hukum di dalam hukum internasional.14 Maka dilengkapi dengan

sejumlah kapasitas yuridik dalam orde internasional.Yang dimaksudkan dengan

kapasitas disini ialah kesanggupan untuk melaksanakan sejumlah hak dan

kewajiban yang lekat pada kepemilikan personalitas dan yang diatur oleh

ketentuan- ketentuan akte konstitutif. Organisasi internasional yang memiliki

legal personalityatau kepribadian hukum internasional, artinya dibawah hukum

internasional mereka dapat mengambil tindakan hukum atas negara atau individu

lain.

Personalitas dari suatu subjek hukum organisasi internasional adalah

tindakan dalam kapasitasnya sebagai organisasi internasional untuk melakukan

tindakan-tindakan sesuai dengan ketentuan yang termuat didalam instrumen dasar

yang dimiliki oleh organisasi internasional tersebut.15Kepribadian hukum ini

mutlak dimiliki dalam pergaulan hubungan internasional guna memungkinkan

organisasi internasional itu melaksanakan fungsi hukum, seperti membuat

kontrak, perjanjian, mengajukan tuntutan hukum, memilki imunitas dan hak-hak

14
Ade Maman Suherman, op.cit hlm. 71
15
Ibid. hlm. 13

Universitas Sumatera Utara


16

tertentu lainnya. Kepribadian hukum tersebut diperlukan oleh organisasi ketika

menjalin hubungan eksternal baik dengan negara anggota, negara tuan rumah,

negara non anggota maupun organisasi internasional lainnya. 16

Organisasi internasional sering menghadapi beberapa masalah, yang

menarik adalah kasus terbunuhnya bangsawan Swedia, Count Folke Bernadotte

yang saat itu diutus oleh organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk

mendamaikan perang di Yerusalem. Dalam kasus ini PBB sebagai organisasi

internasional menuntut ke Mahkamah Internasional layaknya sebuah negara.

Mahkamah Internasional pun memutuskan bawa PBB mempunyai hak untuk

menyelesaikan kasus ini. Hal inila yang menjadi awal mula diakuinya bahwa

organisasi internasional memiliki personalitas hukum dan dapat bertindak sebagai

subjek hukum internasional.

Legal personalityantara organisasi yang satu dengan yang lainnya sudah

pasti berbeda. Dengan semakin banyaknya organisasi internasional yang ada saat

ini menimbulkan banyak ragam pandangan terhadap peranan dan kapasitas dari

organisasi internasional itu sendiri. Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas

mengenai legal personalityantara Uni Eropa dengan ASEAN yang dikhususkan

dalam bidang perdagangan. Apakah kedua organisasi ini layak memiliki legal

personality yang dimaksud dan akan dikaitkan dengan aktivitas kedua organisasi

internasional ini dalam bidang perdagangan.

Uni Eropa merupakan salah satu organisasi antar-pemerintahan yang

terbentuk pada tahun 1951 dengan Perjanjian Paris dan menciptakan European

16
Ade Maman Suherman, op.cit

Universitas Sumatera Utara


17

Coal dan Steel Community (ECSC).17Sebagai salah satu organisasi regional, Uni

Eropa bisa dikatakan memiliki kestabilan politik yang baik. 18Uni Eropa berhasil

menjadi wadah bagi anggota-anggotanya dalam meningkatkan integrasi ekonomi

dan memperkuat hubungan antara negara-negara anggotanya. Ketika kondisi

perekonomian mulai stabil dan hubungan antar negara semakin kuat, perluasan

kerjasama tidak lagi di bidang ekonomi saja melainkan diperluas ke bidang

politik, sosial, pertahanan dan lainnya.Selain itu yang terjadi juga tidak lama ini

adalah keluarnya United Kingdom (UK) dari keanggotaan Uni Eropa

(Brexit).19Dampak yang diakibatkandari keluarnya UK tentu sangat berpengaruh

bagi stabilitas perekonomianmaupunpolitik di Eropa, yang kemudian mengarah

pada permasalahan pemotongan tenagakerja, hilangnya pekerjaan dan

ketidakpastian finansial.20 Masalah lain jugatentang perbedaan identitas dan

kebudayaan yang kemudian mengarah padamultikulturisme di Uni Eropa. Belum

lagi permasalahan kemanusiaan seperti imigran yang bebas keluar masuk antar

negara Eropa karena akibat integrasi yang membebaskan perbatasan negara.

Perkembangan dalam putusan di Pengadilan Eropa.

17
European Coal dan Steel Community adalah Badan administratif yang dibentuk melalui
perjanjian yang diratifikasi pada tahun 1952, dirancang untuk mengintegrasikan industri batu bara
dan baja di Eropa Barat. Para anggota asli dari ECSC adalah Perancis, Jerman Barat, Italia,
Berlgia, Belanda dan Luksemburg. Kemudian organisasi diperluas dan mencakup semua anggota
European Economic Community kemudian berganti nama menjadi European Union. Perjanjian
ECSC berakhir pada tahun 2002.
18
Tentang kestabilan politik negara-negara Uni Eropa dapat dilihat dalam The Global
Economy. Political stability - country data from around the world diakses dari
http://www.theglobaleconomy.com/rankings/wb_political_stability/ pada tahun 2018
19
Pada tanggal 23 Juni 2016 Inggris mengadakan referendum dimana seluruh warga
negara Inggris memberikan suara terhadap keputusan “iya” atau “tidak” Inggris keluar dari Uni
Eropa. Hasil perhitungan suara menunjukkan sebagian besar warga negara Inggris menginginkan
Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa.
20
Denny Armandhanu, Apa yang Perlu Diketahui soal Brexit? diakses dari
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160621133252-134-139780/apa-yang
perludiketahui-soal-brexit/ diakses pada 20 September 2016.

Universitas Sumatera Utara


18

Meluasnya keanggotaan organisasi ini hampir mencakup seluruh wilayah

benua Eropa, hal ini membuktikan bahwa Uni Eropa merupakan organisasi yang

sangat besar. Sejak pertama kali organisasi ini terbentuk, telah banyak

menghasilkan peraturan-peraturan hukum untuk diimplementasikan di masing-

masing negara anggota. Menyebarnya keanggotaan ini menyebabkan munculnya

masalah-masalah di beberapa negara Eropa dalam hal menginterpretasikan

regulasi Uni Eropa. Hal ini sering menimbulkan kekeliruan dalam menegakkan

hukum Uni Eropa itu sendiri. Peristiwa ini dapat terjadi disebabkan oleh

kewajiban dari negara anggota untuk tunduk kepada hukum Uni Eropa dan hukum

nasional negara anggota tidak dapat menggugurkan Uni Eropa.

Organisasi selanjutnya yang akan dibahas yaitu ASEAN yang dibentuk

tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand oleh lima negara pendiri, yaitu

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand melalui penandatanganan

Deklarasi Bangkok. Saat ini ASEAN terdiri dari 10 negara-negara anggota yang

berdasarkan tanggal menjadi anggota, adalah Indonesia (8 Agustus 1967);

Malaysia (8 Agustus 1967); Singapura (8 Agustus 1967); Thailand (8 Agustus

1967); Filipina (8 Agustus 1967); Brunei Darussalam (8 Januari 1984);

Vietnam (28 Juli 1995); Laos (23 Juli 1997); Myanmar (23 Juli

1997); Kamboja (30 April 1999).21

Didirikannya Organisasi ASEAN mempunyai tujuan dalam bidang

ekonomi, keamanan, dan kerjasama lainnya terhadap anggota-anggotanya.

Berdirinya ASEAN dilatar belakangi oleh beberapa persamaan yang dimiliki oleh

21
Sekretariat Nasional ASEAN-INDONESIA, diakses dari http://setnas-asean.id/tentang-
asean

Universitas Sumatera Utara


19

negara-negara Asia Tenggara. Di dalam Deklarasi Bangkok pada tanggal 8

Agustus 1967, lahirlah tujuan ASEAN yaitu mempercepat pertumbuhan,

kemajuan sosial dan pertumbuhan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara,

memelihara perdamaian dan stabilitas dengan menjunjung tinggi hukum dan

hubungan Negara di Asia Tenggara, meningkatkan kerja sama yang aktif dan

saling menolong dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi dan

administrasi, saling membagikan bantuan dalam bidang fasilitas latihan dan

penelitian di bidang pendidikan, teknik, kejuruan, dan administrasi, bekerja sama

lebih efektif untuk menggapai daya guna lebih besar di bidang industri, pertanian,

dan perkembangan perdagangan. Di dalamnya juga termasuk pendalaman dalam

hal perdagangan komoditi internasional, perbaikan pengangkutan dan fasilitas

komunikasi plus meningkatkan taraf hidup rakyat, meningkatkan pendalaman

tentang masalah-masalah di Asia Tenggara, memelihara kerja sama yang erat dan

bermanfaat dengan berbagai organisasi internasional dan regional lain

yangmemiliki tujuan sama dan mencari kesempatan untuk menjalin kerja sama

dengan mereka.22

Permasalahan Uni Eropa dengan ASEAN yang fokus dalam penelitian ini

ialah mengenai legal personalitydalam bidang perdagangan sebagai organisasi

internasional.Dan akan dijelaskan beberapa permasalahan sehingga terjawab

apakah Uni Eropa dan ASEAN layak sebagai organisasi internasional yang

memiliki personalitas hukum. Sebab ada beberapa organisasi internasional yang

belum mempunyai personalitas hukum karena personalitas hukum ini tidak


22
Ahmad Manarul, Latar Belakang Berdirinya ASEAN secara Singkat, diakses dari
https://www.yuksinau.id/latar-belakang-berdirinya-asean/#Latar_Belakang_Berdirinya_ASEAN
diakses pada 26 Februari 2019.

Universitas Sumatera Utara


20

semata-mata diberikan begitu saja kepada setiap organisasi internasional,

melainkan harus melalui pembuktian nyata bagaimana organisasi internasional itu

bertindak dan tentu juga melalui konvensi yang mengaturnya. Oleh sebab itu

penulis akan menjabarkan mengenai perbadingan keduanya sehingga dapat

menarik kesimpulannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan yang telah diuraikan diatas maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini

yaitu:

1. Bagaimanakah tinjauan umum mengenai legal personalityorganisasi

internasional dalam Hukum Organisasi Internasional?

2. Bagaimanakah legal personalityUni Eropa dalam bidang perdagangan?

3. Bagaimanakah legal personalityASEAN dalam bidang perdagangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dalam membahas skripsi ini tentu ada tujuan dan manfaat yang ingin

dicapai, tujuan dari pembuatan skripsi mengenai judul ini antara lain:

1. Untuk mengetauhi tinjauan umum mengenai legal

personalityorganisasi internasional dalam Hukum Organisasi

Internasional.

2. Untuk mengetahui legal personalityUni Eropa dalam bidang

perdagangan.

3. Untuk mengetahui legal personalityASEAN dalam bidang

perdagangan.

Universitas Sumatera Utara


21

Selain tujuan dari pada penelitian ini, perlu pula diketahui bersama bahwa

manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pengetahuan Hukum

Internasional secara umum dan Hukum Organisai Internasional secara

khusus. Dapat memberi masukan secara umum bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan secara khusus bagi ilmu hukum itu sendiri dan

juga dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya pada bidang

yang sama.

2. Secara Praktis

Melalui penelitian ini, kiranya dapat memberi pemahaman mendalam

dan masukan bagi pemerintah Republik Indonesia, berkenaan dengan

apa yang menjadi perbedaan spesifik antaralegal personality Uni

Eropa dan ASEAN.

D. Keaslian Penulisan

Penelitian ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman

selama berada di bangku kuliah terutama saat berada di Jurusan Departemen

Hukum Internasional. Penelitian ini berupaya untuk menuangkan ide atau gagasan

dari sudut pandang Hukum Organisasi Internasional terhadap legal personalityUni

Eropa dan ASEAN khususnya dalam bidang perdagangan. Referensi penulis

didapat diantaranya dari peraturanperaturan, bukubuku, jurnal ilmiah, bantuan

dari pihakpihak yang dalam bidangnya memiliki keterkaitan daripada penulis

Universitas Sumatera Utara


22

skripsi ini, media cetak dan media elektronik. Sepanjang penelusuran dalam

lingkup FH USU bahwa penulisan tentang “Studi Komparatif Legal personality

Uni Eropa dengan ASEAN Sebagai Organisasi Internasional” belum pernah

ditulis sebelumnya. Namun demikian, dalam beberapa literatur penulisan

sebelumnya dalam lingkup FH USU khususnya departemen hukum internasional

dapat dijumpai persamaan dalam hal substansi seperti dasar mengenai Organisasi

Internasional, Organisasi Uni Eropa dan Organisasi ASEAN dalam bidang

perdagangan.Untuk menghindari kesamaan penelitian, maka dilakukan

penelusuran terlebih dahulu. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berupa

karya tulis terkait dengan penelitian ini:

1. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang disusun

oleh Syaravina Lubis dengan judul “Tinjauan Yuridis Atas Hukum Uni

Eropa Terkait Pembentukan Hukum Nasional Di Inggris Dalam

Perspektif Hukum Organisasi Internasional.” Dengan rumusan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana transformasi Hukum Uni Eropa menjadi Hukum di

negaranegara anggoa Uni Eropa?

b. Bagaimana proses transformasi Hukum Uni Eropa menjadi Hukum

Nasional di Inggris?

c. Bagaimana tindakan challenge sebagai suatu upaya hukum

terkaittransformasi Hukum Uni Eropa di Inggris?

2. Skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang disusun

oleh Syaravina Lubis dengan judul “Tinjauan Hukum Internasional

Universitas Sumatera Utara


23

Mengenai Peranan Uni Eropa dan International MonetaryFund

Sebagai Organisasi Internasional Dalam Penanganan Krisis Uni

Eropa.” Terkait Pembentukan Hukum Nasional Di Inggris Dalam

Perspektif Hukum Organisasi Internasional.” Dengan rumusan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah personalitas Uni Eropa dan International

MonetaryFund﴾IMF﴿ menurut Hukum di Internasional yang

berlaku?

b. Bagaimanakah Lisbon Treaty mengatur mengenai kewenangan Uni

Eropa dalam partisipasinya terkait penanganan krisis ekonomi Uni

Eropa?

c. Bagaimanakah kewenangan International MonetaryFund ﴾IMF﴿

dalam penanganan krisis ekonomi global dikaitkan dengan

keberadaan kewenangan Uni Eropa dalam penanganan krisis

ekonomi regional?

E. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, laporan-

laporan, jurnal hukum dan informasi dari internet.

Untuk menghindari penafsiran ganda, maka penulis memberikan

penegasan batasan pengertian dari judul penelitian yang diambil dari sudut ilmu

hukum, penafsiran secara etimologi, maupun pendapat dari para sarjana terhadap

beberapa pokok pembahasan maupun materi yang akan dijabarkan dalam skripsi

ini antara lain:

Universitas Sumatera Utara


24

Hukum Internasional: adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas yang

mnegatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, antar negara

dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain yang bukan negara.

Organisasi Internasional: adalah suatu perhimpunan negara-negara yang berdaulat

yang didirikan atas dasar suatu perjanjian internsaional tertentu, untuk mencapai

kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan tersebut.

Uni Eropa: suatu organisai internasional regional yang berada di kawasan Eropa

yang anggota dari organisasi ini adalah negara-negara Eropa dan memiliki tujuan

untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, penegakan hukum, penghormatan

HAM dan untuk menjalin kerjasama di bidang ekonomi, budaya, politik di

negara-negara yang berada di kawasan Eropa.

ASEAN: suatu organisasi internsional yang berada di kawasan Asia Tenggara

yang memiliki tujuan deklarasi yaitu meningkatkan kerjasama yang aktif dan

saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di

bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.

Perjanjian Internasional: adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu, yang

diatur dalam Hukum Internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan

hak dan kewajiban dibidang hukum publik.

Legal personality: adalah karakteristik bagi suatu organisasi internasional untuk

mempunyai hak dan kewajiban dalam hukum internasional dan mengajukan klaim

internasional.

Universitas Sumatera Utara


25

Konvensi: adalah bentuk Perjanjian Internasional yang mengatur hal-hal yang

penting dan resmi yang bersifat multilateral, bersifat law making treaty dan

meletakkan norma hukum bagi masyarakat internasional.

F. Metode Penelitian

Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang

dipergunakan merupakan metode penelitian yuridis normatif yang akan dijabarkan

sebagai berikut:

1. Tipe Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam membahas rumusan masalah dalam

skripsi ini adalah melalui tipe pendekatan yuridis normatif. Penelitian

yuridis normatif yaitu metode penelitian yang mengacu pada norma-norma

hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-

putusan hakim dalam proses persidangan.23 Penelitian ini menggunakan

metode yuridis normatif untuk meneliti norma-norma Hukum

Internasional yang berlaku tentang Uni Eropa dam ASEAN, yang terdapat

dalam Konvensi Internasional seperti Treaty on European Union,

European Communities Act 1972 dan Dekalarasi Bangkok.

23
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: Raja Perindo
Persada, 2004) hal. 14

Universitas Sumatera Utara


26

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, merupakan suatu penelitian yang

menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan

hukum.24

3. Sumber Data

Oleh karena penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yuridis

normatif, maka sumber data yang digunakan merupakan data sekunder

yang dapat diverifikasi sebagai berikut:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah hukum yang terdiri dari aturan hukum

yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan

perundang-undangan.25 Peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan objek penelitian antara lain:

1. Deklarasi Bangkok

2. Treaty on European Union

3. European Communities Act 1972

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks, jurnal-jurnal, pendapat sarjana hasil-hasil penelitian dan

internet.26

c. Bahan Hukum Tersier

24
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta:UI Press, 1986) hal. 63
25
Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Normatif (Surabaya: Bayumedia,
2006) hal. 192
26
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


27

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder

seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.27

4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan

dengan meneliti bahan pustaka atau yang disebut data sekunder.

Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

berasal dari buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari

perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil dari media cetak

maupun media elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk

peraturan perundang-undangan dan perjanjian internasional.

Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan inventaris Hukum Positif dan bahan-bahan hukum

lainnya yang relevan dengan objek kajian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui artikel-artikel media

cetak dan elektronik, dokumen pemerintahan dan peraturan

perundang-undangan.

c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan.

d. Menganalisis data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikn

masalah yang menjadi objek penelitian dan menarik kesimpulan.

27
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


28

5. Metode Analisi Data

Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian yang

bersifat deskriptif analisis, maka analisis data yang dipergunakan adalah

analisis secara pendekatan kualitatif terhadap data sekunder.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran umum untuk memudahkan pemahaman materi yang

disampaikan, skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab yang berhubungan erat satu

sama lain, dengan perincian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Merupakan dasar-dasar dalam pembuatan skripsi ini, dalam bab ini

membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan skripsi ini, tinjauan kepustakaan, metode penelitian apakah yang

digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI LEGAL PERSONALITY

DALAM SUATU ORGANISASI INTERNASIONAL

Mengenai tinjauan umum mengenai legal personalitydalam suatu

organisasi internasional menjelaskan tentang bagaimana latar belakang dan

pengertian legal personality itu sendiri, kriteria legal personality bagi suatu

organisasi internasional dan konsekuensi hukum dari international legal

personality.

BAB III: LEGAL PERSONALITYUNI EROPA DALAM BIDANG

PERDAGANGAN

Universitas Sumatera Utara


29

Berisi tentang legal personalityUni Eropa dalam bidang perdagangan

serta menjelaskan tentang sejarah singkat perkembangan Uni Eropa sebagai

organisasi internasional, peranan Uni Eropa dalam melakukan kerjasama bidang

perdagangan dan pengaruh terjadinya perselisihan dalam bidang perdagangan

dengan Uni Eropa berdasarkan studi kasus tentang sengketa kelapa sawit antara

Indonesia-Uni Eropa.

BAB IV: LEGAL PERSONALITYASEAN DALAM BIDANG

PERDAGANGAN

Membahas tentang legal personalityASEAN dalam bidang perdagangan

yang menjelaskan tentang peranan ASEAN dalam menjadikan ASEAN sebuah

subjek hukum, sejarah dan perkembangan ASEAN dalam bidang perdagangan

dan bagaimana ASEAN dalam menyelesaikan konflik perdagangan.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan Kesimpulan dan Saran yang memberikan semua kesimpulan

jawaban atas rumusan masalah serta saran yang berupa masukan-masukan untuk

organisasi Uni Eropa dan ASEAN.

Universitas Sumatera Utara


30

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI LEGAL PERSONALITY ORGANISASI

INTERNASIONAL DALAM HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL

A. Latar Belakang dan Pengertian Legal personality

Legal personality adalah konsep yang masih belum memiliki arti yang

tetap. Ketika suatu keberadaan memiliki kepribadian hukum internasional,

implikasinya akan berbeda dari entitas28 ke entitas lainnya. Sebagai akibatnya,

seseorang harus melampaui definisi belaka dan akhirnya melihat hasil praktis dari

menghubungkan kepribadian hukum internasional dengan keberadaan seperti

organisasi internasional.

Meskipun tidak ada arti yang tepat, dapat dikatakan bahwa kepribadian

hukum internasional dimiliki oleh suatu entitas jika: capable of possessing

international rights and duties and [has] the capacity to maintain its rights by

bringing international claims.29(mampu memiliki hak dan tugas internasional dan

[memiliki] kapasitas untuk mempertahankan haknya dengan mengajukan klaim

internasional.)Sejak pertengahan abad ke-17, perkembangan organisasi

internasional tidak hanya diwujudkan dalam berbagai konferensi

internasional yang kemudian melahirkan persetujuan-persetujuan, tetapi

lebih dari itu telah melembaga dalam berbagai variasi dari komisi (comission),

serikat (union),dewan (council), liga (league), persekutuan (association),

28
Entitas (entity) adalah sebuah objek yang keberadaannya dapat dibedakan terhadap
objek lain.
29
Tim Hilier, LLB, MA, Sourcebook on Public International Law (London:
Cavendish Publishing, 1998) hal. 185.

Universitas Sumatera Utara


31

perserikatan bangsa-bangsa (united nations), masyarakat (community), dan lain-

lain.30

Pada abad kesembilan belas, Negara merupakan satu satunya subjek

hukum internasional yang memiliki secara penuh hak dan kewajiban yang diakui

oleh hukum internasional. Seiring dengan perkembangan hukum internasional,

khususnya dengan berdirinya Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), maka entitas

non-negara, seperti organisasi internasional31 telah bermunculan sehingga

sekarang negara bukanlah satu-satunya subjek hukum internasional.

Subjek hukum internasional didefinisikan sebagai „an entity capable of

possessing international rights and duties and endowed with the capacity to take

legal action in the international plane‟.32 Merujuk kepada definisi ini, maka

negara merupakan subjek hukum internasional penuh, yang mempunyai

personalitas hukum (legal personality) dan kapasitas hukum (legal capacity) yang

tidak terbatas. Dalam artian seluruh hak dan kewajiban internasional melekat pada

Negara yang merupakan „the original, primary, and universal subjects of

international law‟.

Subjek hukum Internasional secara singkat dapat dikatakan sebagai

pemegang atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum Internasional.

30
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Organisasi Internasional (Jakarta: UI Press, 1990),
hal. 2.
31
Organisasi internasional adalah sebuah entitas yang dibentuk berdasarkan perjanjian
internasional dan anggota utamanya adalah negara, yang biasanya disebut sebagai inter-
governmental organization (untuk member akan dengan non-governmental organization yang
dibentuk oleh individu atau perusahaan /swasta), lihat Rebecca MM Wallace dan Olga Martin-
Ortega, International Law, Sweet & Maxwell, Sixth Ed, 2009, hal. 87. Contoh dari NGO, Amnesty
International, Greenpeace karena kiprahnya sangat menonjol dalam masalah-masalah
internasional, lihat juga Peter Malanczuk, Akehurst‟s: Modern Introduction to International Law,
Seventh Revised Edition, Routledge, 2002, hal. 96.
32
P R Menon, The Legal Personality of International Organization, 4 SJIL (1992), hal.
79.

Universitas Sumatera Utara


32

Setiap pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional adalah subjek

hukum Internasional yang termasuk salah satunya organisasi Internasional.

Sedangkan apa yang dimaksud subjek hukum adalah entitas yang memiliki

personalitas hukum (legal personality). Dengan dimilikinya personalitas hukum

(legal personality) oleh subjek hukum mengakibatkan subjek hukum dapat

menjalankan fungsinya sebagaimana layaknya subjek hukum (international

organization). Sedangkan yang dimaksud dengan personalitas hukum (legal

personality) adalah yang menentukan hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh

subjek hukum. Dengan beragamnya subjek hukum internasional, yaitu:

1. Negara;
2. Organisasi Internasional;
3. Palang Merah Internasional;
4. Tahta Suci Vatikan;
5. Pemberontak;
6. Individu;

maka definisi dari personalitas hukum (legal personality) tidak bersifat

absolut, sebab personalitas hukum (legal personality) itu sendiri mengikuti

pengakuan yang diberikan oleh masing-masing instrumen hukum. Disamping itu

personalitas hukum (legal personality) memberikan kewenangan untuk

mengajukan klaim di Mahkamah Internasional, menikmati hak dan menjalankan

kewajiban dalam lapangan hukum internasional, untuk berpartisipasi dalam

pembentukan hukum internasional, dan membentuk traktat.

Munculnya personalitas hukum dapat dilihat pada International Court of

Justice yang selanjutnya disebut ICJ dimintai pendapatnya dalam kasus

terbunuhnya pegawai PBB di Yerussalem pada 20 Mei 1948 yaitu Count Folke

Bernadotte yang merupakan seorang anak dari Putra Mahkota Kerajaan

Universitas Sumatera Utara


33

Swedia.Pada saat Bernadotte melakukan negosiasi dengan pimpinan Israel,

banyak demonstrasi terjadi di wilayah Yerusalem. Demonstrasi tersebut

merupakan ungkapan ketidaksukaan masyarakat yahudi dengan adanya

Bernadotte yang melakukan lobi-lobi wilayah, terutama berkenaan dengan

Yerusalem. Hingga akhirnya pada 17 September 1948 mobil rombongan

Bernadotte dicegat oleh sekelompok orang bersenjata. Sekelompok orang

adalah para teroris yahudi dari organisasi Lehi yang tidak suka dengan

Bernadotte dan berniat untuk membunuhnya. Pada hari itu juga Bernadotte

terbunuh.Apakah PBB memiliki kapasitas untuk mengajukan klaim internasional

terhadap Israel?ICJ kemudian menyatakan bahwa PBB bisa melakukan klaim

internasional, baik itu kepada negara anggota maupun tidak., yang mana menurut

ICJ sangat penting bagi PBB dalam menjalankan tugasnya secara efektif. Hal

tersebut dikarenakan walaupun PBB bukan negara, akan tetapi PBB selama ini

memiliki personalitas internasional yang serupa dengan negara. Adapun akibat

hukum yang timbul dari kasus tersebut yaitu bahwa organisasi internasional

sekarang telah diakui memiliki hak dan kewajiban serta personalitas legal

sendiriyang sejajar dengan negara walaupun tetap saja tidak dapat

digolongkan sebagi negara. 33

Untuk menjawab apakah sebuah institusi atau organisasi memiliki

personalitas hukum internasional (international legal personality), ini sangat

merujuk pada fungsi, kekuasaan, keistimewaan, dan kekebalan yang dimilikinya

yang juga sering disebut sebagai the indicia of personality yang pada umumnya

33
Shaw, M. N. (2008). International Law (6th ed.). New York: Cambridge
University Press.

Universitas Sumatera Utara


34

terdapat dalam konstitusi dari organisasi yang bersangkutan. Contohnya adalah

dalam konstitusi atau piagam PBB yang menyatakan:

The Organization shall enjoy in the territory of each of its Members such

legal capacity as may be necessary for the exercise of its funcions and the

fulfillment of its purposes. (Organisasi ini dalam wilayah Anggota-anggotanya

masing-masing akan memperoleh kedudukan hukum yang sah apabila diperlukan

untuk pelaksanaan fungsi dan perwujudan tujuan-tujuannya).34Misalnya, utusan

dari organisasi dapat menikmati keistimewaan dan kekebalan sebagaimana

layaknya pejabat tinggi atau diplomat negara asing, Atau pada konstitusi ILO

yang menyatakan:

The International Labour Organisationshall possess full juridical


personality and in particular the capacity- (Organisasi Perburuhan Internasional
memiliki status hukum yuridis penuh dan khususnya, kapasitas-)
(a) to contract;(untuk membuat kontrak/perjanjian;)
(b) to acquire and dispose of immovableand movable property;(untuk
memiliki dan melepaskan kepemilikan atas harta tidak bergerak;)
(c) to institute legal proceedings.(untuk melakukan pengaduan ke
pengadilan.)35

Semua ini diharapkan untuk menjadikan organisasi tersebut dapat

berfungsi sebagaimana diharapkan oleh tujuan pembentukannya.Dalam hal

konstitusi organisasi internasional tidak menyatakan secara eksplisit akan

personalitas hukum dari organisasi tersebut, maka personalitas hukum masih akan

dinikmati oleh organisasi tersebut sebab dengan adanya kesediaan dari suatu

negara atau organisasi untuk mengadakan sebuah perjanjian (traktat) dengan

organisasi tersebut, maka dapat diasumsikan sebagai pengakuan terhadap

personalitas hukumnya. Secara yuridis, organisasi internasional memiliki legal


34
Pasal 104 Konstitusi ILO.
35
Pasal 39 Konstitusi ILO.

Universitas Sumatera Utara


35

personality. Legal personality ini berkaitan dengan legal personality dalam

konteks hukum nasional dan dalam konteks hukum internasional.

1. Legal personality dalam konteks hukum nasional

Personalitas hukum organisasi internasional dalam konteks hukum

nasional pada hakikatnya menyangkut keistimewaan dan kekebalan bagi

organisasi itu sendiri yang berada di wilayah suatu negara anggota, bagi wakil-

wakil dari negara anggotanya dan bagi pejabat-pejabat sipil internasional tersebut.

Hampir semua instrumen pokok mencantumkan ketentuan bahwa organisasi

internasional yang di bentuk itu mempunyai kapasitas hukum dalam rangka

menjalankan fungsinya atau memiliki personalitas hukum.36

2. Legal personality dalam konteks hukum internasional

Personalitas hukum dari suatu organisasi internasional dalam konteks

hukum internasional pada hakikatnya menyangkut kelengkapan organisasi

internasional tersebut dalam memiliki kapasitas untuk melakukan prestasi hukum,

baik dalam kaitannya dengan negara lain maupun negara-negara anggotanya,

termasuk kesatuan lainnya. Kapasitas itu telah diakui dalam hukum internasional.

Pengakuan tersebut tidak saja melihat bahwa organisasi internasional itu sendiri

sebagai subjek hukum internasional, tetapi juga karena organisasi itu harus

menjalankan fungsinya secara efektif sesuai mandat yang telah dipercayakan oleh

para anggotanya.

Dari segi hukum, organisasi internasional sebagai kesatuan yang telah

memiliki kedudukan personalitas tersebut, sudah tentu memiliki wewenangnya

36
Sumaryo Suryokusumo, Op.Cit, hal. 2

Universitas Sumatera Utara


36

sendiri untuk mengadakan tindakan-tindakan sesuai dengan kesatuan yang telah di

tetapkan dalam instrumen pokoknya maupun keputusan organisasi internasional

tersebut yang telah disetujui para anggotanya. Namun, hal ini banyak

menimbulkan perselisihan karena secara eksplisit tidak disebutkan dalam

instrumen pokok.

Subjek hukum Internasional secara singkat dapat dikatakan sebagai

pemegang atau pendukung hak dan kewajiban menurut hukum Internasional.

Setiap pemegang hak dan kewajiban menurut hukum internasional adalah subjek

hukum Internasional yang termasuk salah satunya organisasi Internasional.

Sedangkan apa yang dimaksud subjek hukum adalah entitas yang memiliki

personalitas hukum. Dengan dimilikinya personalitas hukum oleh subjek hukum

mengakibatkan subjek hukum dapat menjalankan fungsinya sebagaimana

layaknya subjek hukum (organisasi internasional).

Maryan Green berpendapat bahwa pemberian suatu personalitas hukum

kepada suatu organisasi internasional pada hakekatnya merupakansine qua

non untuk mencapai tujuan organisasi internasional yang telah dibentuk

tersebut.37Sedangkan yang dimaksud dengan personalitas hukum adalah yang

menentukan hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh subjek hukum.

B. Kriteria Legal Personality Bagi Suatu Organisasi Internasional

Pada intinya,legal personality diperlukan bagi suatu organisasi agar dapat

dikategorikan sebagai sebuah organisasi internasional yang merupakan subjek dari

hukum internasional. Legal personalityadalah karakteristik bagi suatu organisasi

37
Ibid. hal. 17

Universitas Sumatera Utara


37

internasional untuk mempunyai hak dan kewajiban dalam hukum internasional

dan mengajukan klaim internasional. Suatu organisasi dapat dikategorikan sebagai

organisasi internasional jika memang dalam anggaran dasar pembentukannya (the

constituent treaty)38 secara eksplisit mengatakan demikian. Akan tetapi, seringkali

hal tersebut tidak secara eksplisit tercantum sehingga memerlukan penelusuran

lebih jauh untuk menentukan apakah suatu organisasi tersebut merupakan

organisasi internasional. Pada umumnya, hukum internasional diidentikkan

dengan hukum internasional publik, sehingga suatu organisasi internasional harus

memiliki kriteria sebagai public international organization dan harus memiliki

kriteria juga sebagai legal personality. Ian Brownlie mengemukakan pendapat nya

tentang legal personalitydengan memberikan kriteria sebagai berikut:

The criteria of legal personality in international organization may be


summarized as follows: (kriteria mengenai personalitas hukum dalam organisasi
internasional dapat dirumuskan sebagai berikut)
a) a permanent association of states with lawful objects, equiped with
organs; (merupakan suatu kumpulan negara yang bersifat permanen
dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum,
dilengkapi dengan badan-badan)
b) a distinction, in terms of legal powers and purposes between the
organization and it‟s member state; (adanya suatu perbedaan dalam
kekuasaan hukum dan maksud-maksud serta tujuan dari organisasi
internasional itu pada satu pihak dengan negara-negara anggotanya
pada pihak lain)
c) the existance of legal power exercisable on the international plane and
not solely within the system of one or more state. (adanya suatu
kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan organisasi internasional itu
tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum nasional dari satu
atau lebih negara, tetapi juga dalam tingkat internasional)39

38
Constituent treaty (perjanjian konstituen) adalah perjanjian yang membentuk dan
mengatur jalannya suatu organisasi internasional.
39
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: CV Mandar Maju,
1990) hal. 70-71

Universitas Sumatera Utara


38

Selanjutnya dapat dipaparkan lebih lanjut mengenai maksud dari kriteria

yang dikemukan oleh Ian Brownlie sebagai berikut:

1. Kumpulan negara yang bersifat permanen yaitu merupakan organisasi

internasional publik yang sifatnya tetap. Organisasi tersebut dibentuk

oleh perjanjian internasional, dilengkapi dengan organ, dan diatur

menurut hukum internasional.

2. Adanya perbedaan dalam kekuasaan hukum dan maksud-maksud serta

tujuan dari organisasi internasional itu pada satu pihak dengan negara-

negara anggotanya pada pihak lain. Maksud adanya pembagian

kewenangan hukum yaitu organisasi itu mempunyai kewenangan

untuk mengambil keputusan yang mengikat anggotanya, dan bisa

mewakili kepentingannya sendiri dalam forum internasional, misalnya

untuk ikut dalam suatu perjanjian internasional.

3. Maksud dari adanya suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan

organisasi internasional itu tidak saja dalam hubungannya dengan

sistem hukum nasional dari satu atau lebih negara, tetapi juga dalam

tingkat internasional yaitukewenangan hukum tersebut berlaku tidak

hanya di sistem nasional satu atau beberapa negara, tetapi juga berlaku

di lingkup internasional. Artinya organisasi tersebut mempunyai

kapasitas untuk bertindak dalam lingkup internasional.

Untuk melengkapi kriteria-kriteria yang diungkapkan oleh Ian Brownlie,

lebih jauh kaitannya dengan hal-hal yang lebih khusus, Teuku May Rudy

menambahkan beberapa syarat, diantaranya sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


39

a) Kemampuan mengadakan perjanjian (the treaty making power)40


b) Adanya hak dan kewenangan secara hukum untuk memiliki aset
berupa barang-barang, seperti bangunan, peralatan (milik organisasi
tersebut), serta status khusus bagi personalia yang diberi kepercayaan
atau amanat (diakreditasi) atas nama organisasi.
c) Kemampuan mengajukan tuntutan (claim) terhadap negara anggota
dan juga negara bukan anggota terhadap hal yang merugiakan
organisasi.
d) Tempat kedudukan (locus standi)untuk mengajukan perkara ke
pengadilan internasional dan berdasarkan yurisdiksi internasional.
e) Adanya perlindungan fungsional terhadap staf dan personalia.
f) Hak organisasi yang disertai pengakuan atau penerimaan oleh negara
atau organisasi lain untuk mengirim perwakilan dalam menghadiri
berbagai konferensi internasional yang berkenaan.41

C. Konsekuensi Hukum dari International Legal Personality

Penting untuk menentukan dalam setiap kasus dasar hukum untuk kegiatan

spesifik organisasi, baik itu kapasitas yang diperoleh dari memiliki kepribadian

internasional atau hasil dari kekuatan khusus organisasi.

Organisasi berbeda dari Negara pada saat ini. Negara adalah subyek utama

dan asli dari hukum internasional. Kekuatan hukum mereka melekat dan sama

tidak peduli ukuran, pemerintah, populasi, atau faktor lain yang membedakan

negara. 'Kekuatan super' memiliki kekuatan yang persis sama yang berasal dari

kenegaraan itu sendiri sebagai negara kecil yang secara praktis tidak dikenal.

Kekuasaan ini merupakan konsekuensi dari menjadi Negara, dan termasuk

kedaulatan teritorial, hak untuk menjalankan yurisdiksi atas warga negaranya,

kapasitas membuat perjanjian, kapasitas untuk melembagakan proses pengadilan,

hak untuk terlibat dalam hubungan diplomatik dan konsuler dll.

40
“Treaty Making Powers” berdasarkan Konvensi Wina 1969 berada ditangan “the big
three”, yaitu: Kepala Negara (Head of State); Kepala Pemerintahan (Head of Government);
Menteri Luar Negeri (Ministry for Foreign Affairs). Sehingga tanpa menggunakan Surat Kuasa
“Full Powers” mereka dapat menandatangani suatu perjanjian internasional.
41
Teuku May Rudy, Administrasi dan Organisasi Internasional, (Bandung: PT Refika
Aditama, 1993) hal. 23

Universitas Sumatera Utara


40

Sejauh organisasi internasional berada, kepribadian hukum mereka

mungkin memiliki fungsional, yaitu kepribadian yang cocok dengan kebutuhan

individu mereka dan terbatas untuk memenuhi tujuan organisasi yang

bersangkutan melalui fungsi-fungsi tertentu.Negara-negara pendiri telah

memberikan tujuan organisasi, dan dengan demikian membatasi ruang lingkup

tindakannya. Tujuan membatasi kapasitas hukum organisasi; ia tidak memiliki

kapasitas hukum untuk melakukan tindakan di luar ruang lingkup yang ditentukan

oleh tujuannya.

Oleh karena itu tidak ada keraguan bahwa kepribadian hukum organisasi

lebih terbatas daripada negara. Kepribadian hukum internasional Negara

didasarkan pada kriteria tertentu dari mana kenegaraan disimpulkan, dan salah

satunya adalah keberadaan suatu wilayah. Dengan demikian, salah satu prinsip

paling penting dan mendasar dari hukum internasional adalah prinsip kedaulatan

wilayah. Sisi lain dari prinsip ini adalah unsur non-intervensi dalam urusan

internal Negara lain. Prinsip-prinsip ini jelas tidak dapat diterapkan pada

organisasi internasional. Meskipun suatu organisasi dapat berada dalam situasi

yang melibatkan administrasi suatu wilayah,42 ini bukan kriteria atau alasan untuk

keberadaan organisasi.

Pengadilan dalam kasus Reparasi menyatakan bahwa PBB memiliki

"kepribadian internasional yang besar".43 Pernyataan itu menyiratkan bahwa

kepribadian adalah gagasan dengan konten yang berbeda untuk setiap organisasi.

42
Contohnya yurisdiksi teritorial organisasi internasional; lihat Seyersted I hal. 10-12,
dan untuk ulasan lebih lanjut; lihat Wilde, Ralph: From Danzig to East Timor and Beyond: The
Role of International Territorial Administration, American Journal of International Law, Vol.
95, No. 3 (July, 2001), hal. 583-606.
43
ICJ Reports 1949, hal. 179

Universitas Sumatera Utara


41

Fungsi dan tujuan harus dianalisis untuk menentukan sejauh mana kepribadian

dalam setiap kasus. Namun, pertanyaan mengenai kepribadian hukum

internasional telah dilihat oleh beberapa orang, sebagai pertanyaan dengan

jawaban 'ya' atau 'tidak'. Setelah menjawab 'ya' atau 'tidak', seseorang dapat

melanjutkan untuk menentukan kekuatan organisasi. Karena itu perbedaan yang

jelas dibuat antara kepribadian dan kekuatan. Menurut pendapat ini, memiliki

kepribadian hukum hanya berarti memiliki kemampuan memikul hak dan

kewajiban.44

Pendekatan mana yang harus diambil tampaknya tidak penting; apakah itu

'kepribadian hukum' atau 'kekuatan' organisasi yang harus dianalisis secara khusus

untuk setiap organisasi akan memberikan hasil yang sama.Akan tetapi, tampaknya

berguna, pertama-tama berfokus pada kepemilikan kepribadian hukum itu sendiri,

untuk memastikan apakah ia memerlukan kekuatan tertentu yang sama untuk

semua organisasi internasional.

Sebelum menganalisis jika ada kekuatan yang berasal dari kepribadian

hukum, ada dua aspek yang perlu dipisahkan dalam hal ini. Salah satu aspek

menyangkut fungsi hukum organisasi. Fungsinya adalah jenis tindakan yang

berhak dilakukan organisasi. Aspek lain menyangkut tujuan organisasi. Meskipun

sebuah organisasi harus dilihat memiliki kapasitas untuk melakukan semua jenis

tindakan, masih akan dibatasi oleh tujuannya. Ini bisa lebih mudah dijelaskan

dengan sebuah contoh. Dalam kasus Reparasi, Pengadilan menyamakan

kepemilikan kepribadian hukum dengan kapasitas untuk mengajukan klaim. Ini


44
SJ Gudbrandsen, Legal Personality of International Organisations, artikel diakses di
website https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/18865/2304AvhSJG.pdf?sequence=3
legalconsequencesofinternationallegalpersonality pada tahun 2003, hal. 28

Universitas Sumatera Utara


42

tidak mengherankan, kepemilikan hak dan kewajiban menjadi inti dari gagasan

umum tentang menjadi subjek hukum dalam tatanan hukum apa pun, dan

kemungkinan untuk mempertahankan hak-hak ini hampir merupakan konsekuensi

yang perlu. Kapasitas penyajian klaim dengan demikian merupakan salah satu

fungsi hukum dari PBB. Namun, pertanyaan selanjutnya menyangkut hak-hak

mana yang memiliki kapasitas untuk dipertahankan. Di sinilah tujuan organisasi

menjadi signifikan. Klaim yang diajukan oleh organisasi harus terbatas pada yang

muncul dari pelaksanaan kekuasaan yang berada dalam batas-batas tujuan.

Meskipun Mahkamah dalam kasus Reparasi tidak membahas fungsi PBB secara

panjang lebar, yaitu kapasitas penyajian klaim secara umum, dan sebaliknya

menekankan pentingnya tujuan, kasus-kasus lain akan menimbulkan masalah

mengenai interpretasi fungsi organisasi yang dimaksud. Kesulitan dalam masalah-

masalah menyangkut penentuan yang tepat dari kedua fungsi dan tujuan.

Pertanyaan pertama adalah apakah ada kapasitas hukum sebagai

konsekuensi langsung dari kepribadian hukum internasional. Kapasitas seperti itu

sering disebut inheren. Dalam doktrin hukum, ada berbagai pendapat tentang

masalah ini. Beberapa komentator menyatakan bahwa meskipun beberapa

kapasitas mungkin melekat pada organisasi, subjeknya memberikan dasar untuk

kapasitas-kapasitas ini tidak. Pendapat lain adalah bahwa kepemilikan kepribadian

hukum mencakup semua kapasitas Negara, hanya dibatasi oleh tindakan-tindakan

yang dihalangi oleh dokumen konstituen mereka atau tindakan-tindakan yang

tidak dapat dilakukan karena keterbatasan faktual. Pendapat ketiga tidak

meninggalkan ruang untuk kapasitas yang melekat dan mendasarkan seluruh

Universitas Sumatera Utara


43

penentuan kekuatan suatu organisasi pada doktrin kekuatan yang didelegasikan

dan tersirat.

Sebagaimana disebutkan di atas, ICJ dalam kasus Reparasi menegaskan

bahwa hak untuk mengajukan klaim adalah intrinsik bagi kepribadian hukum. Ia

juga menyatakan bahwa kepemilikan kepribadian hukum tidak menyamakan

organisasi internasional dan Negara dalam hal hak dan kewajiban.45 Untuk

memberi organisasi kekuatan yang sama dengan Negara karenanya sangat tidak

sesuai dengan pandangan ICJ. Juga, fakta bahwa organisasi diciptakan oleh

Negara untuk bekerja sama dalam bidang tertentu, lebih menyukai pendekatan

yang lebih ketat. Untuk menuntut penghalang tegas dalam dokumen konstituen

untuk tindakan di luar lingkup ini tampaknya terlalu jauh.46

Fungsi potensial organisasi termasuk kapasitas membuat perjanjian, hak

istimewa dan kekebalan organisasi dan agen-agennya, kapasitas untuk

mengajukan klaim, dll. Hanya fungsi-fungsi ini, atau tindakan-tindakan, dari

organisasi yang dapat dilihat sebagai konsekuensi langsung dari kepemilikan

kepribadian hukum, mengingat sifat umum mereka. Namun, tindakan tertentu dari

suatu organisasi, baik itu kapasitas yang melekat atau dikaitkan secara tersurat

maupun tersirat, akan selalu dibatasi oleh tujuannya. Telah dinyatakan

bahwa:“Dapat dianggap 'melekat' dalam kepribadian organisasi internasional

kemampuan untuk mewujudkan kehendaknya berhadap-hadapan dengan subjek

hukum internasional lainnya, melalui perjanjian, atau pengakuan atau klaim;

tetapi penerapan kehendak itu, misalnya untuk penciptaan angkatan bersenjata,

45
ICJ Reports 1949, Op.cit, hal. 179
46
SJ Gudbrandsen, Op.cit, hal. 31

Universitas Sumatera Utara


44

atau administrasi suatu wilayah, atau perolehan wilayah oleh pendudukan, atau

penggunaan laut lepas oleh armada, atau partisipasi dalam kegiatan internasional

lainnya organisasi, tidak 'melekat' dalam kepribadiannya tetapi berkaitan dengan

ruang lingkup fungsi atau kekuasaannya yang dinyatakan atau tersirat.”47

Ini berarti bahwa bahkan jika organisasi dapat menyebut kapasitas tertentu

'melekat', baik itu kapasitas untuk menyimpulkan perjanjian atau untuk

menyajikan klaim, alasan di balik penggunaan kapasitas harus dianalisis dalam

setiap kasus untuk menentukan apakah itu sesuai dengan tujuandari organisasi.

Yang terakhir ini tampaknya didukung oleh ICJ dan kebanyakan komentator.

Tujuannya kurang lebih merupakan dasar bagi organisasi, dan karena itu harus

selalu memainkan peran penting meskipun interpretasi dari apa yang termasuk

dalam ruang lingkup mereka mungkin berubah.

Pertanyaan tentang kapasitas yang melekat memiliki jawaban yang tidak

pasti. Tampaknya benar untuk memberi organisasi kemampuan untuk mengajukan

klaim guna mempertahankan hak mereka. Kapasitas lain kurang jelas. Namun,

faktor yang paling penting adalah penetapan batas kekuasaan sesuai dengan

tujuannya. Ini akan selalu menjadi dasar bagi tindakan organisasi.48

Dengan beragamnya subjek hukum internasional maka definisi dari

personalitas hukum tidak bersifat absolut, sebab personalitas hukum itu sendiri

mengikuti pengakuan yang diberikan oleh masing-masing instrumen hukum.

Disamping itu personalitas hukum memberikan kewenangan untuk mengajukan

klaim di Mahkamah Internasional, menikmati hak dan menjalankan kewajiban

47
Ibid, hal. 32
48
Ibid

Universitas Sumatera Utara


45

dalam lapangan hukum internasional, untuk berpartisipasi dalam pembentukan

hukum internasional, dan membentuk traktat.

Adapun organisasi internasional harus memiliki kriteria agar mendapatkan

personalitas hukum. Personalitas hukum disini sebagai bukti bahwasannya

organisasi tersebut telah berkekuatan hukum sehingga organisasi tersebut mampu

memperrtanggungjawabkan seluruh kegiatannya dan menyelesaikan persoalan-

persoalan yang akan terjadi di kemudian harinya. Kriteria yang dimaksud tersebut

antara lain organisasi tersebut harus bersifat permanen dengan dibuktikan dengan

perjanjian internasional sebagai anggaran dassar bagi organisasi tersebut. Tak

hanya itu, organisasi internasional juga dibentuk dengan beranggotakan negara-

negara yang memiliki tujuan yang sama, artinya ketika berada di suatu forum

internasional, organisasi tersebut mampu mewakili aspirasi para anggotanya. Serta

kewenangan hukum yang dimiliki oleh organisasi internasional itu juga tak hanya

cakupan nasional saja, tetapi juga sampai pada tingkat internasional agar

organisasi tersebut mampu bertindak sampai pada lingkup internasional.

Berdasarkan paparan diatas,kasus Reparation for injures memiliki dampak

walaupun sebagai organisasi internasional, tetapi sudah diakui memiliki hak dan

kewajiban serta personalitas hukum. Personalitas hukum yang diberikan kepada

suatu organisasi internasional harus sudah memenuhi kriteria sehingga organisasi

tersebut dapat bertindak layaknya suatu negara yaitu menjalankan kewajiban serta

memiliki hak dan kapasitas mengajukan klaim internasional guna

mempertahankan haknya dengan tujuan organisasi tersebut dapat menjalankan

fungsinya secara efektif.

Universitas Sumatera Utara


46

Dengan ini, dapat dikatakan bahwa pentingnya suatu legal personalitybagi

suatu organisasi internasional karena dapat menentukan kemampuan hak dan

kewajiban suatu organisasi internasional. Tidak semua yang dikatakan organisasi

internasional secara langsung memiliki legal personality. Untuk memiliki legal

personality tersebut, dilihat dari kriteria-kriteria organisasi internasional dan cara

organasasi internasional tersebut bertindak yang merujuk pada fungsi,

keistimewaan, kekuasaan dan kekebaan yang dimiliki oleh suatu organisasi

internasional yang pada umumnya terdapat pada dokumen perjanjian dari setiap

organisasi internasional yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara


47

BAB III

LEGAL PERSONALITYUNI EROPA DALAM BIDANG PERDAGANGAN

A. Sejarah dan Perkembangan Uni Eropa Sebagai Organisasi

Internasional

1. Sejarah Uni Eropa

Negara-negara Eropa terkungkung dalam peperangan berdarah antara

negara tetangga yang bermuara pada perang dunia II (PD II). Eropa terbagi

menjadi 2 kubu, yaitu barat dan timur. Di barat mereka mendirikan sebuah

organisasi dengan nama “Council of Europe” atau disebut juga dengan Dewan

Eropa pada tahun 1949.

Berakhirnya PD II yang menyisakan abu dengan kemenangan di tangan

sekutu dan munculnya perang dingin antara sekutu dan Rusia memunculkan ide

tentang cara terbaik untuk menyelematkan Eropa di masa depan. Robert Schuman

mengemukan ide-ide nya dalam sebuah presentasi pada tanggal 9 May 1950

(Europe Day).49Robert Schuman membuat terobosan untuk membentuk tiga

institusi yang dikenal dengan European Community (EC).50Ide tersebut akhirnya

tertuang ke dalam terbentuknya “European Coal and Steel Community

(ECSC)”yang ditanda tangani pada tanggal 18 April 1951. ECSC yang dibentuk

oleh 6 negara pionir yang juga merupakan anggota Dewan Eropa yaitu Perancis,

49
Deklarasi Schuman disampaikan oleh menteri luar negeri Perancis Robert Schuman
pada tanggal 9 Mei 1950. Deklarasi Schuman diajukan untuk pembentukan Komunitas Batubara
dan Baja Eropa (ECSC), yang anggotanya akan mengumpulkan produksi batubara dan baja.
ECSC (anggota pendiri: Prancis, Jerman Barat, Italia, Belanda, Belgia, dan Luksemburg) adalah
yang pertama dari serangkaian institusi Eropa supranasional yang pada akhirnya menjadi "Uni
Eropa" saat ini.
50
European Community (EC) adalah asosiasi yang dirancang untuk mengintegrasikan
perekonomian Eropa. Awalnya terdiri European Economic Community (EEC), European Coal and
Steel Community (ECSC), dan European Aromic Energy Community (EURATOM). Pada tahun
1993 tiga komunitas tersebut menjadi di bawah Uni Eropa.

Universitas Sumatera Utara


48

Jerman, Belgia, Belanda, Luxemburg dan Italia terbukti setelah lebih dari

setengah abad, berhasil menyatukan Eropa secara politik dan ekonomi sekaligus

meningkatkan martabat negara-negara Eropa. Karena pada dasarnya peperangan

adalah pilihan negara-negara yang tidak beradap dan bermartabat.

2. Perkembangan Uni Eropa

Ditandai dengan peluncuran pesawat ulang alik Rusia Sputnik I pada

tanggal 25 Maret 1957, melalui Traktat Roma dibentuklah “European Economic

Community (EEC)”51 dengan prinsip menuju kepada terciptanya “Common

Market yang selanjutnya disebut CM. CM adalah tahap integrasi suatu wilayah

atau negara-negara dimana pergerakan barang dagang, jasa, modal dan penduduk

dibebaskan secara bertahap sampai tidak ada lagi hambatan. Sampai saat ini

proyek CM masih dalam proses penyempurnaan. Artinya, pergerakan barang

dagang, jasa, modal dan orang di Eropa belum sepenuhnya bebas untuk semua

negara anggota.

a. Tahun 1945-1959 (Awal Kerjasama)

Uni Eropa yang selanjutnya disebut UE dibentuk dengan tujuan untuk

mengakhiri perang yang sering dan berdarah antara tetangga, yang

memuncak dalam Perang Dunia Kedua. Pada tahun 1950, Komunitas

Batubara dan Baja Eropa (ECSC) mulai menyatukan negara-negara

Eropa secara ekonomi dan politik untuk mengamankan perdamaian

abadi. Enam negara pendiri adalah Belgia, Prancis, Jerman, Italia,

Luksemburg, dan Belanda. Objek dari ECSC adalah hasil dari pasar-
51
European Economic Community (EEC) adalah organisasi internasional yang diciptakan
oleh Perjanjian Roma 1957. Tujuannya adalah untuk menciptakan intergrasi ekonomi, di antara
enam anggota pendirinya: Belgia, Perancis, Italia, Luksemburg, Belanda dan Jerman.

Universitas Sumatera Utara


49

pasar dalam produksi bahan bakar dari mineral dan besi. 1950-an

didominasi oleh perang dingin antara timur dan barat. Protes di

Hongaria terhadap rezim Komunis dijatuhkan oleh tank Soviet pada

tahun 1956. Pada tahun 1957, enam negara anggota menandatangani

dua perjanjian selanjutnya di Roma menciptakan European Economic

Community (EEC) dan European Aromic Energy Community

(EURATOM).52 EURATOM mirip dengan ECSC dimana ia

menangani sektor terbatas, berupa industri nuklir di European

Community, yang mana ECSC bertujuan kedepan untuk berkembang

menuju „persatuan yang lebih dekat antara orang-orang Eropa‟

(Pembukaan dari perjanjian EEC).53

EEC dibawah Perjanjian Roma berfokus dengan integrasi ekonomi

umum didapatkan dari menyatukan ketertarikan yang berbeda dari

negara anggota menjadi pasar dimana keuntungan, orang-orang,

pelayanan dan kekayaan dapat bersirkulasi dengan bebas.

Objek umum EC di bawah Pejanjian Roma, sebagai amandemen dari

perjanjian selanjutnya adalah untuk promosi melalui komunitas,

perkembangan aktivitas ekonomi yang stabil, peningkatan standar

hidup yang cepat dan kualitas hidup dan hubungan lebih dekat antara

negara yang menyatu dengan itu dan mempertahankan dan

perkembangan aktivitas ekonomi, pekerja dengan level tinggi dan

perlindungan sosial, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,


52
EURATOM dibuat untuk mengkoordinasikan program-program penelitian negara-
negara anggota untuk penggunaan energi nuklir secara damai.
53
Penelope Kent, Law of the European Union, Great Britain, 2001, hal. 4

Universitas Sumatera Utara


50

mempertahankan dan perkembangan tanpa inflasi, persaingan tinggi

dan tampilan ekonomi yang serasi, perlindungan yang tinggi dan

peningkatan kualitas lingkungan dan ekonomi dan kohesi sosial antara

negara anggota: Pasal 2 Perjanjian Uni Eropa.54

Tahun 1959, European Free Trade Association (EFTA) didirikan oleh

Inggris, Norwegia, Denmark, Swedia, Austria, Portugis dan Irlandia

(sebagai asosiasi dan kemudian menjadi anggota penuh). 55

b. Tahun 1960-1969 (Masa Pertumbuhan Ekonomi)

Pada tahun 1960-an adalah periode yang baik untuk ekonomi.Pada

bulan Agustus 1961, pemerintahan komunis di Berlin timur

membangun tembok yang memisahkan antara eropa timur dan barat

dengan tujuan membatasi pengikut mereka untuk bersentuhan dengan

angin kebebasan yang berhembus di Eropa barat yang dikenal dengan

Tembok Berlin.56

Tindakan pemerintahan komunis tidak menyurutkan usaha 6 negara

untuk memperkuat kerjasama ekonomi dan politik mereka. Pada

54
Treaty on European Union, Article 2: “The Community shall have as its task, by
establishing a common market and an economic and monetary union and by implementing
common polices or activities referred to in Article 3 and 4, to promote throughout the Community
a harmonious, balanced and sustainable deveopment of economic activities, a high level of
employment and of social protection, equality between men and women, sustainable and non-
inflationary growth, a high degree of competitiveness and convergence of economic performance,
a high level of protection and improvement of the quality of the environment, the raising of the
standard of living and quality of life , and economic and social cohesion and solidaruty among
Member States.”
55
European Free Trade Association (EFTA) awalnya terdiri dari empat negara yaitu
Islandiam Liechtenstein, Norwegia dan Swiss. Sekarang hanya terdiri atas tiga negara karena
Swiss keluar dari EFTA. EFTA terorganisir untuk menghilangkan hambatan perdagangan barang
industri di antara mereka sendiri, namun dengan masing-masing negara mempertahankan
kebijakan komersial sendiri terhadap negara-negara di luar kelompok.
56
Kajian Eropa, Sejarah, diakses dari https://kajianeropa.wordpress.com/sejarah/ pada
tanggal 20 September 2019

Universitas Sumatera Utara


51

tanggal 30 Juli 1962, negara anggota sepakat untuk membentuk usaha

bersama dalam kerangka Common Agriculture Policy(CAP).57 Usaha

bersama ini memungkinkan negara-negara anggota secara bersama-

sama untuk mengontrol produksi makanan dengan sistem memberikan

harga yang setara untuk semua petani. Kebijakan ini berhasil dalam

menjamin tersedianya pasokan makanan di Eropa, bahkan kelebihan

suplai.

Bulan Mei 1968 menjadi terkenal dengan kerusuhan mahasiswa di

Paris, dan banyak perubahan dalam masyarakat dan perilaku menjadi

terkait dengan apa yang disebut generasi „68. Pada bulan Juli 1968,

enam anggota UE setuju untuk menghilangkan bea cukai dan

menyamaratakan tarif untuk negara ketiga (Custom Union). Sejak itu

perdagangan antara negara anggota bertumbuh secara cepat.

Pertumbuhan ini juga terlihat dengan negara ketiga dan sekarang

menjadikan UE sebagai salah satu pasar tujuan ekspor terbesar di

dunia termasuk Indonesia. Mereka juga menyetujui kontrol bersama

atas produksi pangan, sehingga setiap orang sekarang memiliki cukup

makanan dan segera ada kelebihan hasil pertanian.

c. Tahun 1970-1979 (Perkembangan Komunitas)

Untuk mempertahankan stabilitas mata uang serta menghapus biaya

transaksi perdagangan, UE untuk pertamakali merencanakan

57
Common Agriculture Policy (CAP) adalah seperangkat undang-undang yang
diterapkan Uni Eropa untuk menghasilkan kebijakan yang seragam dan terpadu dalam bidang
pertanian. Kebijakan ini menerapkan sistem subsidi pertanian dan program-program lainnya,
dengan misi utama untuk menjamin kehidupan yang layak bagi petani, persediaan pangan yang
stabil, aman serta terjangkau.

Universitas Sumatera Utara


52

pembentukan mata uang tunggal pada tahun 1970. Rencana ini

kemudian direalisasikan dengan pelaksanaan European Exchange Rate

Mechanism (ERM) pada tanggal 24 April 1972 yang pada prinsipnya

membatasi fluktuasi nilai antar mata uang anggota. ERM merupakan

langkah awal terbentuknya Euro (30 tahun kemudian).

Ada juga yang berpendapat tujuanEconomic and Monetary

Union(EMU) adalah untuk meningkatkan peranan UE dalam sistem

keuangan dunia. Pendapat lainya adalah sebagai syarat mutlak untuk

terjadinya pasar tunggal yang efektif dan efisien.

Tahun 1973 merupakan tahun pertama ekspansi UE menjadi 9 anggota

dengan bergabungnya Denmark, Inggris dan Irlandia yang otomatis

meninggalkan keanggotaan mereka di “European Free Trade Area

(EFTA)”.

Kegagalan EFTA disinyalir karena kurangnya landasan hukum untuk

berintegrasi secara politik seperti yang dilakukan UE.

Untuk mengurangi jurang antara si kaya dan si miskin, pimpinan UE

sepakat membentuk “European Regional Development Fund (ERDF)”

pada tahun 1974. Program ini berlanjut sampai sekarang dengan

prioritas peningkatan kualitas infrastruktur didaerah-daerah periferi

(tertinggal). Jumlah dana yang dikeluarkan kurang lebih sepertiga dari

total belanja UE.

Kebijakan regional UE mulai mentransfer sejumlah besar uang untuk

menciptakan pekerjaan dan infrastruktur di daerah yang lebih miskin.

Universitas Sumatera Utara


53

Parlemen Eropa meningkatkan pengaruhnya dalam urusan UE. Sejak

1979, masyarakat Eropa diberikan hak untuk memilih langsung wakil

mereka di parlemen UE yang sebelum merupakan delegasi parlemen

negara anggota. Dengan demikian, anggota parlemen UE bukan lagi

delegasi negara anggota, melainkan delegasi dari lintas partai yang ada

di negara-negara anggota seperti partai sosialis, konservatif, liberal,

hijau dan sebagainya.

Pertarungan melawan polusi semakin meningkat pada tahun 1970-an.

UE mengadopsi undang-undang untuk melindungi lingkungan,

memperkenalkan gagasan tentang „pencemar membayar‟ untuk

pertama kalinya.

d. Tahun 1980-1989 ( Perubahan Eropa - Jatuhnya Tembok Berlin)

Serikat buruh Polandia, Solidarność, dan pemimpinnya Lech Walesa,

menjadi nama-nama rumah tangga di seluruh Eropa dan dunia setelah

pemogokan galangan kapal Gdansk pada musim panas 1980. Pada

1981, Yunani menjadi anggota ke-10 Uni Eropa, dan Spanyol dan

Portugal mengikuti lima bertahun-tahun kemudian. Pada tahun 1986,

Single European Act(SEA)58 ditandatangani, mewakili revisi besar

pertama terhadap perjanjian EEC. SEA diikuti sejumlah usaha yang

gagal untuk mengubah keseimbangan institusional dalam EC seperti

rancangan Perjanjian Uni Eropa, diajukan oleh parlemen Eropapada

58
Single European Act (SEA) merupakan komitmen dari negara anggota untuk rencana
perluasan ekonomi mereka dan pembentukan mata uang tunggal Eropa, kebijakan asing dan
domestik umum. SEA ditandatangani pada bulan Februari 1986 di Luksemburg dan Den Haag dan
mulai berlaku pada tanggal Juli 1987.

Universitas Sumatera Utara


54

tahun 1984. Ini adalah perjanjian yang memberikan dasar untuk

program enam tahun yang luas yang bertujuan menyelesaikan masalah

dengan aliran perdagangan bebas melintasi perbatasan UE dan dengan

demikian menciptakan Single Market (Pasar Tunggal).59 Ada

pergolakan politik besar ketika, pada 9 November 1989, Tembok

Berlin ditarik ke bawah dan perbatasan antara Jerman Barat dan Timur

dibuka untuk pertama kalinya dalam 28 tahun. Ini mengarah pada

penyatuan kembali Jerman, ketika Jerman Timur dan Barat bersatu

pada bulan Oktober 1990.

e. Tahun 1990-1999 ( Eropa Tanpa Perbatasan)

Pada tahun 1990, diadakan konferensi antar pemerintah ataupun

Intergovernmental Conference (IGC) diadakan tahun 1990 untuk

mempertimbangkan Economic and Monetary Union (EMU)60 dan IGC

yang kedua meneliti European Political Union ( EPU).61

Dengan runtuhnya komunisme di Eropa tengah dan timur, orang-orang

Eropa menjadi tetangga yang lebih dekat. Pada tahun 1993 Pasar

Tunggal dilengkapi dengan 'empat kebebasan': pergerakan barang,

jasa, orang, dan uang. Tahun 1990-an juga merupakan dekade dari dua

59
Single Market dibentuk untuk menciptakan kemakmuran, lapangan kerja, dibangunkan
dari krisis keuangan, dan pergerakan bebas dari barang, jasa, modal, manusia diantara negara-
negara anggota Uni Eropa.
60
Economic and Monetary Union adalah istilah umum untuk kelompok kebijakan yang
bertujuan untuk memusatkan ekonomi semua negara anggota Uni Eropa pada tiga tahap. Termasuk
18 negara zona euro dan 10 negara non-euro adalah anggota EMU. Namun suatu negara anggota
harus mematuhi dan menjadi bagian dari EMU sebelum dapat mengadopsi mata uang euro yang
mana tahap ketiga EMU menjadi sebagian besar identik dengan zona euro.
61
European Political Union adalah tempat untuk membahas isu-isu integrasi Eropa.
Diskusi diorganisir sekitar tema penting mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk ekonomi,
sejarah, hukum, ilmu politik, administrasi publik dan sosiologi untuk melakukan pertukaran ide
dan wawasan tentang integrasi Eropa dari berbagai komunitas akademik.

Universitas Sumatera Utara


55

perjanjian: Perjanjian 'Maastricht' tentang Uni Eropa pada tahun 1993

dan Perjanjian Amsterdam pada tahun 1999.

Struktur yang diciptakan dari Perjanjian Maastricht terdiri dari tiga

pilar62:

a. Tiga komunitas (ECSC, EURATOM dan EC) secara kolektif


dikenal atas European Community.
b. Common Foreign and Security Policy (CFSP)
c. Co-operation in justice and home affairs

Berikut skema tiga pilar Uni Eropa:

Skema I “Struktur Perjanjian Maastricht”63

Hanya pilar pertama, EC diatur oleh hukum EC. Pilar kedua dan ketiga

diberikan atas kerjasama antar pemerintah.

62
Penelope Kent, Op.Cit, hal. 8
63
The European Intergration, The Treaties

Universitas Sumatera Utara


56

Orang-orang khawatir tentang bagaimana melindungi lingkungan dan

juga bagaimana orang Eropa dapat bertindak bersama dalam hal

keamanan dan masalah pertahanan.

Negara-negara EFTA dengan pengecualian Switzerland

menandatangani persetujuan European Economic Area64yang mana

ditegakkan pada 1 Januari 1994, melebarkan suatu pasar ke teritori

negara-negara yang menandatangani perjanjian antara Uni Eropa dan

Russian Federation, Ukraina dan Moldova yaitu Partnership and Co-

operation Agreement (PCA).65Perjanjian ini mencakup pentingnya

nilai demokrasi, menghormati hak asasi manusia dan prinsip-prinsip

dari pasar ekonomi. Pada tahun 1995, UE memperoleh tiga anggota

baru: Austria, Finlandia dan Swedia. Sebuah desa kecil di Luksemburg

memberikan namanya pada perjanjian 'Schengen' yang secara bertahap

memungkinkan orang untuk bepergian tanpa harus memeriksa paspor

mereka di perbatasan. Jutaan orang muda belajar di negara lain dengan

dukungan UE. Komunikasi menjadi lebih mudah karena semakin

banyak orang mulai menggunakan ponsel dan internet.

f. Tahun 2000 - 2009 ( Ekspansi/Perluasan Lebih Lanjut)

64
European Economic Area terdiri dari tiga anggota dari European Free Trade
Association (EFTA) (Islandia, Liechtenstein dan Norwegia), dan 27 negara anggotaUni Eropa,
termasuk Kroasia yang akan bergabung setelah perjanjian aksesi diratifikasi oleh semua negara
EEA. Didirikan pada 1 Januari 1994 setelah perjanjian dengan European Community (yang
menjadi Uni Eropa). Mereka mengadopsi hampir semua undang-undang Uni Eropa terkait dengan
pasar tunggal, kecuali undang-undang tentang pertanian dan perikanan.
65
Partnership and Co-operation Agreement (PCA) memiliki tujuan ialah untuk
memperkuat demokrasi mereka dan mengembangkan ekonomi mereka melalui kerjasama dalam
berbagai bidang dan melalui dialog politik. Dewan Kerjasama telah dibentuk untuk memastikan
pelaksanaan perjanjian.

Universitas Sumatera Utara


57

Euro sekarang menjadi mata uang baru bagi banyak orang Eropa.

Selama dekade ini semakin banyak negara mengadopsi euro. 11

September 2001 menjadi identik dengan 'War on Terror' setelah

pesawat yang dibajak diterbangkan ke gedung-gedung di New York

dan Washington. Negara-negara UE mulai bekerja lebih dekat bersama

untuk memerangi kejahatan. Perpecahan politik antara Eropa timur dan

barat akhirnya dinyatakan sembuh ketika tidak kurang dari 10 negara

baru bergabung dengan UE pada tahun 2004, diikuti oleh Bulgaria dan

Rumania pada 2007. Krisis keuangan menghantam ekonomi global

pada September 2008. Perjanjian Lisbon disahkan oleh semua negara

Uni Eropa sebelum mulai berlaku pada tahun 2009. Ini memberikan

UE dengan lembaga modern dan metode kerja yang lebih efisien.

g. Tahun 2010 – Sekarang (Satu Dekade yang Menantang)

Krisis ekonomi global melanda Eropa. UE membantu beberapa negara

untuk menghadapi kesulitan mereka dan mendirikan 'Serikat

Perbankan' untuk memastikan bank yang lebih aman dan lebih dapat

diandalkan. Pada 2012, Uni Eropa dianugerahi Hadiah Nobel

Perdamaian. Kroasia menjadi anggota ke-28 UE pada 2013. Perubahan

iklim masih menjadi agenda utama dan para pemimpin sepakat untuk

mengurangi emisi berbahaya. Pemilihan Eropa diadakan pada tahun

2014 dan lebih banyak orang Eropa terpilih menjadi anggota Parlemen

Eropa. Kebijakan keamanan baru dibuat setelah pencaplokan Krimea

oleh Rusia. Ekstrimisme agama meningkat di Timur Tengah dan

Universitas Sumatera Utara


58

berbagai negara dan wilayah di seluruh dunia, yang menyebabkan

kerusuhan dan perang yang mengakibatkan banyak orang

meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di Eropa. Uni

Eropa tidak hanya dihadapkan pada dilema tentang cara merawat

mereka, tetapi juga menemukan dirinya menjadi sasaran beberapa

serangan teroris.66

Uni Eropa pada tahun 2020 memiliki 27 anggota yaitu Belgia, Bulgaria,

Republik Ceko, Denmark, Jerman, Estonia, Yunani, Spanyol, Perancis, Irlandia,

Italia, Cyprus, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Hungaria, Malta, Belanda, Austria,

Polandia, Portugal, Romania, Slovenia, Slovakia, Firlandia, Swedia,dan Kroasia.67

Inggris atau yang lebih sering kita dengar Britain dan saat ini sedang viral

dengan sebutan Brexit (Britain Exit) telah resmi menarik diri dari keanggotan Uni

Eropa pada tanggal 31 Januari 2020 pukul 11 malam GMT. Pada saat ini Inggris

masih memiliki periode transisi yang berakhir pada 31 Desember 2020. Namun

hal itu tidak menjadi halangan bagi Inggris. Dimana Inggris dan Uni Eropa akan

tetap menegoisasikan hubungan mereka selama 11 bulan masa periode trasisi ini.

Inggris akan tetap tunduk pada Hukum Uni Eropa dan akan tetap menjadi bagian

dari Uni Pabean Uni Eropa dan Pasar Tunggal Eropa, tetapi tidak lagi terwakili

dalam badan atau lembaga politik Uni Eropa.

Disisi lain, beda hal nya dengan Inggris, Turki selama lebih dari satu

dasawarsa, telah mengajukan diri sebagai keanggotaan Uni Eropa.Turki

66
European Union, The History of European Union, diakses dari
https://europa.eu/european-union/about-eu/history_en pada tanggal 20 September 2019
67
“EU Member Countries” sesuai artikel di website http://europa.eu/about-
eu/countries/member-countries/index_en.htm, diakses tanggal 28 Februari 2013, pukul 9:04

Universitas Sumatera Utara


59

bergabung dengan Serikat Pabean Uni Eropa pada tahun 1996 hingga menjadi

negara kandidat Uni Eropa pada tahun 1999. Tahun-tahun di atas menjadi tonggak

penting bagi perjuangan Turki menjadi anggota Uni Eropa.

Pada tahun 2005 menjadi titik balik bagi rakyat Turki untuk menyaksikan

keanggotaan Uni Eropa menjadi kenyataan. Dengan dimulainya negosiasi

keanggotaannya menjadi klimaks dari perjuangannya. 68Negosiasi keanggotaan

Turki akhirnya terhenti setelah terjadinya pembersihan Turki 2016. Pada 24

November 2016, Parlemen Eropa memutuskan untuk menangguhkan negosiasi

dengan Turki akibat masalah hak asasi manusia dan rule of law.69 Ada beberapa

kemungkinan yang membuat Eropa menolak Turki masuk menjadi anggota Uni

Eropa, yaitu:

a. Pengungsi. Turki dikelilingi negara-negara konflik. Setiap hari ada

eksodus penduduk dari wilayah konflik melalui Turki. Ada yang ingin

menetap di Turki, tetapi ada juga yang ingin pindah ke negara-negara

Eropa. Banyaknya arus pengungsi ini menguatirkan negara-negara

tersebut karena bisa mengganggu stabilitas ekonomi mereka. Apalagi

beberapa negara dalam indikasi bangkrut. Mereka tidak ingin mengambil

resiko mengguncangkan perekonomian penduduknya sendiri.

68
European Council on Foreign Relations (dalam bahasa Inggris) sesuai artikel di
website
https://www.ecfr.eu/article/essay_eu_turkey_relation_the_beginning_of_the_end_7226Diakses
tanggal 21 Mei 2018.
69
Freeze EU Accession Talks with Turkey until It Halts Repression, Urge MEPs (dalam
bahasa Inggris) sesuai artikel di website https://www.europarl.europa.eu/news/en/press-
room/20161117IPR51549/freeze-eu-accession-talks-with-turkey-until-it-halts-repression-urge-
mepstanggal 24 November 2016.

Universitas Sumatera Utara


60

b. Terorisme. Ini alasan klasik negara-negara Eropa. Markas ISIS yang

berada di Suriah, dekat dengan Turki. ISIS merekrut teroris dari seluruh

penjuru dunia. Tetapi kecurigaan negara-negara Eropa, lebih tertuju pada

negara-negara Islam. Karena itu Turki dianggap salah satu pintu masuknya

teroris ke Eropa.

c. Penyebaran agama Islam. Perkembangan pemeluk agama Islam meningkat

secara signifikan di Eropa. Meski kaum ortodoks atau pun yang masih

fanatik dan memercayai perang Salib berusaha meredam penyebaran

agama Islam, justru semakin kuat menyebar, terutama di kalangan

ilmuwan dan generasi muda. Jika Turki menjadi anggota Uni Eropa, dan

satu-satunya negara Islam yang menjadi anggota, dikuatirkan akan

menambah dorongan pesatnya pertumbuhan pemeluk agama Islam.

d. Ekonomi. Negara-negara Eropa tidak memungkiri bahwa Turki mampu

membawa kemajuan luar biasa dari sisi ekonomi. Justru karena itu, mereka

takut bersaing dengan Turki. Jika Turki menjadi anggota, bisa saja justru

lebih menguntungkan Turki daripada Eropa. Misalnya dari segi

pariwisata. Para turis Eropa sangat tertarik untuk menjelajah Turki.

Sedangkan orang Turki belum tentu memiliki keinginan yang sama.

e. Eropa adalah sekutu AS dan Inggris. Bagaimanapun negara-negara Barat

cenderung membela dan mendukung kebijakan AS dan Inggris. Dan tidak

ada dalam kamus mereka bahwa ada negara Islam yang boleh sejajar

dengan mereka. AS dan sekutunya hanya ingin berkuasa di dunia. Jika

Universitas Sumatera Utara


61

Turki dibiarkan menjadi bagian Uni Eropa, maka negara itu akan menjadi

lebih kuat dan mengancam eksistensi mereka.

Hingga pada akhirnya, Turki pun memutuskan untuk melepas

keinginannya menjadi anggota Uni Eropa. Hal ini disampaikan oleh Presiden

Turki, Erdogan pada bulan Oktober 2017. Ia menyayangkan gagalnya kerjasama

tersebut. Kemudian Erdogan berkata bahwa Turki tidak lagi membutuhkan

keanggotaan Uni Eropa. Erdogan pun menyampaikan bahwa Turki akan dengan

senang hati memberikan kontribusi pada kawasan ekspansi ekonomi dan budaya

jika Uni Eropa menerima Turki menjadi keanggotaannya. Bagi Erdogan, tidak

menjadi masalah ditolak menjadi anggota Uni Eropa. Turki sama sekali tidak

merasa rugi. Justru Uni Eropa yang akan kehilangan kesempatan untuk bangkit

dari keterpurukan ekonomi. Turki mampu berdiri sendiri dan tetap pada jalan

yang ditempuh selama ini.

3. Uni Eropa sebagai Organisasi Internasional

Organisasi internasional dapat terbentuk jika memenuhi syarat berikut ini,

yaitu :

a. Memiliki jumlah anggota lebih dari dua

b. Memiliki tujuan yang sama

c. Memiliki anggaran dasar

d. Memiliki struktur organisasi

Jika dikaitkan dengan Organisasi Internasional Uni Eropa, maka akan

ditemukan kesesuaian antara syarat terbentuknya organisasi internasional dengan

posisi Uni Eropa sekarang ini, seperti :

Universitas Sumatera Utara


62

a. Uni Eropa memiliki jumlah anggota sebanyak 27 negara yaitu Belgia,

Bulgaria, Republik Ceko, Denmark, Jerman, Estonia, Yunani, Spanyol,

Perancis, Irlandia, Italia, Cyprus, Latvia, Lithuania, Luxembourg,

Hungaria, Malta, Belanda, Austria, Polandia, Portugal, Romania,

Slovenia, Slovakia, Firlandia, Swedia, dan Kroasia.70

b. Anggota Uni Eropa memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan

kemajuan ekonomi dan sosial, terutama dengan penciptaan pasar

bebas, pemerataan ekonomi dan sosial serta melalui pendirian integrasi

ekonomi dan moneter termasuk mata uang tunggal (EURO).71

c. Uni Eropa memiliki anggaran dasar yang terkandung dalam Treaty on

European Union

d. Uni Eropa memiliki struktur organisasi seperti yang tertera pada tabel

dibawah ini :

70
Ibid
71
Kajian Eropa, Organiasasi Uni Eropa, sesuai artikel di website
http://kajianeropa.wordpress.com/institusi/ diakses pada 2 Oktober 2009

Universitas Sumatera Utara


63

Skema II : “Struktur Organisasi Uni Eropa”72

Berdasarkan skema diatas dapat dijelaskan bahwa legislasi yang dirancang

European Commision (Komisi Eropa) dan The Council of the European

Union(Dewan Uni Eropa) berakhir dengan keputusan yang ditentukan European

Parliament (Parlemen Eropa). European Council (Dewan Eropa) bertugas untuk

memberikan arahan. European Court of Justice (Pengadilan Eropa) hanya

menangani kasus antara negara Eropa, institusi UE, bisnis dan individu. European

Court of Auditors (Pegadilan Auditor) untuk mempersiapkan dan melaporkan

hasil audit tahunan ke European Parliament dan The Council of the EU serta

memberikan opini terhadap proposal tentang peraturan keuangan dan anti korupsi.

Economic and Social Committee(Komite Ekonomi dan Sosial) badan penasehat

perwakilan dari tenaga kerja, ikatan buruh, petani, konsumen dan kelompok

swadya masyarakat lainnya serta Committee of the Regions (Komite Daerah)

badan penasehat terdiri dari utusan daerah dan otoritas daerah.


72
Eva Bouw, The Common Agricultural Policy reform in the European Union, sesuai
artikel di website https://www.researchgate.net/figure/EU-Institutions-Source-Schuman-
2015_fig5_283727918 diakses November, 2015

Universitas Sumatera Utara


64

B. Peranan Uni Eropa Dalam Melakukan Kerjasama Bidang

Perdagangan

Eksistensi Uni Eropa, selain sebagai kelompok kekuatan politik dunia,

juga merupakan konsentrasi kekuatan ekonomi regional dan merupakan salah satu

dari tiga kekuatan ekonomi dunia dewasa ini yang dikenal dengan “Triad Power”.

Dua kelompok lainnya adalah Jepang dan Amerika Utara yang tergabung dengan

integrasi ekonomi perdagangan Amerika Utara (NAFTA). 73

Dalam bidang perdagangan, Uni Eropa disebut sebagai European Single

Market (Pasar Tunggal)74 sehingga memiliki pengaruh besar dalam perdagangan

dunia. Dalam hitungan total nilai semua produk barang dan jasa yang dihasilkan

oleh Uni Eropa, maka Pendapatan Domestik Bruto (PDB) 75 UE dalam tahun 2017

adalah sebesar €15.3 trilliun. Sekitar 64% nilai total perdagangan dilakukan antar

negara dalam blok wilayah Uni Eropa.

Uni Eropa menganut regime pasar tunggal dengan kekuatan gabungan dari

27 negara dan diperkuat dengan perjanjian EEA yang membentuk pasar tunggal

Eropa. Ekonomi Uni Eropa adalah kedua terbesar di dunia dalam hal nominal dan

menurutPurchasing Power Parity (PPP)76yang memiliki share sekitar 20% dari

73
Ade Maman Suherman, Op.Cit, hal. 181
74
Single Market adalah jenis blok perdagangan yang mengeliminasi batasan-batasan
perdagangan suatu negara dengan tujuan memudahkan sirkulasi dan pergerakan perdagangan
modal, tenaga kerja, barang-barang dan jasa antar negara yang bersepakat.
75
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui
kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. PDB harga berlaku nominal, menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu negara. Jika nilai PDB besar menunjukkan sumber daya
ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
76
Purchasing Power Parity (PPP) adalah sebuah metode yang digunakan untuk
menghitung sebuah alternatif nilai tukar antar mata uang dari dua negara. PPP mengukur berapa
banyak sebuah mata uang dapat membeli dalam pengukuran internasional (biasanya dolar), karena
barang dan jasa memiliki harga berbeda di beberapa negara.

Universitas Sumatera Utara


65

total perdagangan dunia. Walaupun ditinjau dari sejarah perekonomianya UE

mempunyai fondasi perekonomian yang kuat di bidang industri manufaktur,

namun dewasa ini trendnya sudah berubah. Tidak kurang dari 60% dari aktifitas

internasionalnya merupakan sektor jasa. Amerika Serikat merupakan partner

usaha utama UE dengan neraca perdagangan yang relatif berimbang sedangkan

dengan Jepang UE selalu menderita defisit. UE merupakan partner dagang

terbesar Indonesia saat ini setelah Jepang dengan menyabet sekitar 14% dari total

nilai ekspor Indonesia.77

Dengan hanya memiliki jumlah populasi penduduk 6,9% dari total

penduduk dunia, perdagangan Uni Eropa dengan dunia diluar kawasan mengambil

porsi sekitar 15,6% dari jumlah global impor dan ekspor. Tetapi Amerika Serikat

memiliki porsi impor dunia lebih besar (17,6%) daripada negara-negara UE

(14,8%) atau Cina (12,4%).

Bersama dengan Amerika Serikat dan Cina, Uni Eropa adalah salah-satu

dari tiga besar pemain global untuk perdagangan internasional. Ke-28 negara Uni

Eropa memiliki porsi terbesar kedua untuk ekspor dan impor barang global dalam

tahun 2016.78Kebijaksanaan policy Uni Eropa adalah mempertahankan

perkembangan yang ber-kesinambungan dengan melakukan investasi dalam

bidang transportasi, riset dan enersi dengan meminimalisasi dampak

perkembangan ekonomi terhadap lingkungan sekitar.

77
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai ekspor
Indonesia pada Mei 2019 mencapai 14,74 miliar dollar AS. Beberapa komoditas yang mengalami
peningkatan terbesar yaitu pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar 178 juta dollar AS atau
14,97%, sedangkan penurunan terbesar pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar 131,1 juta dollar
AS atau 49,05%.
78
European Union, The Economy, diakses dari https://europa.eu/european-union/about-
eu/figures/economy_en pada tanggal 11 April 2019

Universitas Sumatera Utara


66

Adapun dengan Indonesia, tidak sedikit peran Uni Eropa dalam bidang

perdagangan. Berikut bentuk hubungan Indonesia dengan Uni Eropa dalam

bidang ekonomi:

1. Indonesia dan Uni Eropa berhasil bekerja sama untuk mencapai

operasionalisasi Lisensi FLEGT 79 dan memulai negosiasi Comprehensive

Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA)80 tahun 2016.

2. Di bidang ekonomi, Uni Eropa berpandangan Indonesia merupakan mitra

penting di kawasan khususnya sebagai pasar potensial dan sumber bahan

baku.

3. Dalam strateginya, Uni Eropa memajukan agenda bilateral dan sekaligus

memajukan agenda di ASEAN. Sebagai ilustrasi, Uni Eropa memandang

Free Trade Agreement secara bilateral negara-negara ASEAN adalah

building blocks menuju EU-ASEAN FTA.

4. Indonesia memiliki kepentingan terhadap pasar dan investasi dari Uni

Eropa, dan perlu terus memantau persaingan di antara negara-negara

ASEAN.

Adapun perjanjian bilateral RI-Uni Eropa dalam bidang ekonomi antara lain:

79
Lisensi FLEGT diterbitkan pada tanggal 15 November 2016 oleh Indonesia atas
kerjasama Indonesia-Uni Eropa atas produk-produk kayu legal yang sudah diverifikasi dan
diekspor ke Uni Eropa. Keputusan ini membuat Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang
mencapai tonggak penting ini dalam upaya global memberantas pembakaran liar serta
perdagangan kayu ilegal.
80
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) adalah sebuah
perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa yang membahas berbagai aspek
hubungan ekonomi secara menyeluruh yang akan meningkatkan hubungan ekonomi dan
memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Perjanjian ini secara resmi diluncurkan pada 18 Juli
2016 oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia saat itu, Thomas Trikasih Lembong dan
Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Cecilia Malmström.

Universitas Sumatera Utara


67

1. Perjanjian Kemitraan Sukarela - Penegakan Hukum, Tata Kelola

Perdagangan di bidang Kehutanan (Forest Law Enforcement, Governance

and Trade - Voluntary Partnership Agreement/FLEGT-VPA)81 adalah

perjanjian untuk kerja sama penanggulangan perdagangan kayu ilegal dan

tata kelola hutan yang berkesinambungan.

2. Perjanjian Horizontal untuk Beberapa Aspek Jasa Penerbangan

(Horizontal Agreement on Certain Aspects of Air Services) mengatur

tentang eleme-elemen jasa penerbangan, seperti penyedia keselamatan

penerbangan dan peraturan pajak emisi penerbangan bagi maskapai

Indonesia di wilayah Uni Eropa. Perjanjian ditandatangani tanggal 29 Juni

2011 dan Indonesia ratifikasi perjanjian melalui Perpres No. 88 tahun

2016 yang disahkan tanggal 31 Oktober 2016.

3. Perjanjian Kemitraan Ekonomi Menyeluruh RI-Uni Eropa

(Comprehensive Economic Partnership Agreement RI-UE/ IEU CEPA)

telah dimulai pada tahun 2016.

Total perdagangan barang bilateral antara UE dan Indonesia mencapai

25,4 milyar euro di tahun 2015, dengan UE mengekspor sebesar 10 milyar euro

dalam bentuk barang, sementara ekspor Indonesia ke UE sebesar

15,4 milyar euro, yang berarti surplus yang sehat bagi Indonesia adalah

5,4 milyar euro. Faktanya, EU adalah tujuan ekspor Indonesia terbesar ke-2 pada

tahun 2015 dengan sekitar 11,2 % bagian dari seluruh ekspor Indonesia ke seluruh

dunia. Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke-30 pada keseluruhan

81
FLEGT-VPA mulai berlaku tanggal 1 Mei 2014 dan Lisensi FLEGT operasionalisasi
tanggal 15 November 2015.

Universitas Sumatera Utara


68

perdagangan UE di seluruh dunia. Dalam lingkup ASEAN, perdagangan UE-

Indonesia hanya menempati peringkat ke-5 dibandingkan dengan perdagangan UE

dengan Anggota ASEAN yang lain. Total perdagangan bilateral UE-Indonesia

dalam bidang jasa pada tahun 2014 mencapai 6 milyar euro, dengan surplus

sebesar 2,2 milyar euro bagi UE.

UE juga merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia dengan

Investasi Langsung Luar Negeri (FDI) UE sebesar 2,2 milyar dolar AS pada tahun

2015 dan sebesar 3,7 milyar dolar AS pada tahun 2014. Menurut Badan

Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), antara tahun 1990 dan 2014, total FDI

UE yang mengalir di Indonesia mencapai 28,2 milyar dolar AS, dengan sebagian

besar investasi mengarah pada industri kimia dan farmasi (6,8 milyar dolar AS

atau sebesar 22,3% bagian dari total FDI UE untuk Indonesia).

UE mendukung Indonesia dengan beragam proyek yang bertujuan untuk

membantu integrasi pada sistem perdagangan internasional. Fasilitas Kerja Sama

Perdagangan UE-Indonesia (Trade Cooperation Facility - TCF)82, sebuah proyek

empat tahun senilai 12,5 juta euro yang dimulai pada tahun 2013.

Demikian pula, Program Dukungan Perdagangan UE-Indonesia II (Trade

Support Programme II - TSP2), yang berjalan dari tahun 2011 hingga tahun 2015

dengan dana sekitar 15 juta euro dari UE, telah membantu meningkatkan

Infrastruktur Kualitas Ekspor Indonesia secara signifikan. Program hibah yang

82
Trade Cooperation Facility bertujuan untuk mendukung Delegasi UE dan Pemerintah
Indonesia dalam implementasi Fasilitas Kerjasama Perdagangan UE-Indonesia. Tujuan proyeknya
adalah untuk memperkuat kapasitas lembaga-lembaga pemerintah untuk mengejar inisiatif
reformasi di bidang-bidang tertentu yang terkait dengan peningkatan iklim perdagangan dan
investasi di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


69

lebih kecil lainnya telah melibatkan organisasi masyarakat sipil utama dalam

perdagangan dan investasi.

Empat proyek ACTIVE 83 yang dibiayai bersama telah berfokus pada

bidang-bidang yang berbeda yang berhubungan dengan pengelolaan hutan

berkelanjutan, persiapan perjanjian perdagangan, dukungan untuk dialog bisnis

UE-Indonesia dan negosiasi bisnis pemerintah di tingkat nasional dan provinsi.

Selain itu, melalui Instrumen Kerja Sama dengan negara maupun wilayah

industri berpendapatan tinggi (ICI+), UE bertujuan memfasilitasi akses pasar bagi

perusahaan Eropa di Indonesia dan ASEAN, khususnya perusahaan-perusahaan

kecil dan menengah (SME). Dua inisiatif dengan Eurocham dan EU-Indonesia

Business Network, dan dengan Kamar Dagang Eropa di Indonesia, menyediakan

layanan pembelaan dan dukungan bisnis dan meningkatkan kesadaran potensi

pasar Indonesia di Eropa.

C. Pengaruh Terjadinya Perselisihan Dalam Bidang Perdagangan

Dengan Uni Eropa (Studi Kasus Kelapa Sawit Indonesia-Uni Eropa)

Penyelesaian sengketa internasional dapat dilakukan oleh sebuah

organisasi regional.84Setiap organisasi regional umumnya memiliki wewenang

untuk menjadi media bagi negara-negara anggota dalam menyelesaikan sebuah

sengketa internasional. Contoh organisasi regionalseperti Uni Eropa diberikan

83
Program ACTIVE atau Advancing Indonesia‟s Civil Society in Trade and Investment
adalah program hibah Uni Eropa untuk penguatan kapasitas Kadin/Kadinda, asosiasi bisnis,
lembaga penelitian dan LSM lokal guna mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di
Indonesia. Tujuan khusus Program ACTIVE adalah: 1. Memperkuat kapasitas di bidang advokasi
kebijakan dan keterlibatan organisasi masyarakat madani (CSO) yang efektif dengan Pemerintah
guna mendorong inisitif-inisiatif terkait dengan peningkatan iklim investasi dan perdagangan di
Indonesia, 2. Mendukung kontribusi sektor swasta terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
melalui penguatan kapasitas pelayanan jasa CSO kepada para anggotanya.
84
Organisasi regional mempunyai wilayah kegiatannya bersifat regional, dan keanggotaan
hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja.

Universitas Sumatera Utara


70

wewenang oleh PBB untuk membantu menyelesaikan sengketainternasional yang

terjadi.

Dalam sejarah perjalanan organisasi regional, Uni Eropa menjelma

menjadi salah satukekuatan organisasi internasional baru, yang disegani oleh

masyarakat internasional. Uni Eropadianggap sebagai organisasi regional yang

dapat mengintegrasikan anggotanya dalam sebuahwadah kebijakan bersama dan

menjadi organisasi yang selalu dicermati kebijakannya, karenadipastikan dapat

membawa dampak secara internasional. Kebijakan Uni Eropa merupakan

suarabersama yang ditaati oleh semua negara anggotanya.

Dalam menyelesaikan sengketa internal kawasan, salah satu peran utama

OrganisasiRegional adalah untuk menjadi wadah konsultasi 85, menyelenggarakan

dan menyediakan suatuforum negosiasi86 bagi negara-negara anggota baik dalam

situasi konflik maupun dalam kondisiyang berpotensi menimbulkan konflik.

Di dalam sebuah Organisasi Internasional, sengketa dapat terjadi di dalam

kawasan atauinternal dari organisasi, maupun diluar wilayah organisasi tersebut.

Untuk sengketa internal atauyang berada di kawasan organisasi biasanya

diakibatkan munculnya peraturan-peraturan yangdikeluarkan oleh organisasi

internasional, yang kemudian tidak disetujui dan diterima oleh salahsatu anggota

atau beberapa anggota yang ada. Secara umum setiap sengketa di dunia

85
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat personal antara satu pihak terstentu yang
disebut klien dengan pihak lain yang disebut konsultan, yang memberikan pendapatnya kepada
klien tersebut untuk memenuhi keperluannya. Klien tidak terikat atau berkewajiban untuk
memenuhi pendapat konsultan.
86
Negosiasi adalah bentuk penyelesaian sengketa anatara para pihak sendiri, tanpa
bantuan dari pihak lain dengan cara bermusyawarah atau berunding untuk mencari pemecahan
yang dianggap adil oleh para pihak. Hasil dari negosiasi berupa penyelesaian secara kompromi,
tidak mengikat secara hukum.

Universitas Sumatera Utara


71

diselesaikanmelalui proses penyelesaian sengketa yang di sarankan oleh PBB dan

menghindari untukdilakukannnya penyelesaian sengketa secara kekerasan.

Uni Eropa sebagai sebuah Organisasi Internasional Regional tidak terlepas

dari adanyasengketa, baik itu diantara negara anggota dengan Komisi yang ada

dalam Uni Eropa, sengketayang terjadi diantara negara anggota dan sengketa

diantara Uni Eropa dengan negara non-anggota, dan untuk seluruh hal tersebut

diperlukan adanya peran Uni Eropa dalam mekanisme penyelesaian sengketa yang

terjadi. Mekanisme penyelesaian sengketa telah sangat maju dalam integrasi Uni

Eropa. Prosedurpenyelesaian sengketa dalam Uni Eropa dilakukan melalui jalur

hukum dan jalur alternatif yangditawarkan sebagai mekanisme penyelesaian

sengketa.87Dalam sub bab ini penulis akan membahas berdasarkan kasus

perdagangan yang sudah pernah terjadi. Kasus yang akan dibahas yaitu mengenai

Perdagangan ekspor Kelapa Sawit antara Indonesia-Uni Eropa. Berikut kronologi

kasusnya:

“Baru-baru ini Uni Eropa mengentikan ekspor kelapa sawit Indonesia.


Sebanyak 28 negara Uni Eropa sepakat memasukan minyak sawit sebagai
kategori tidak berkelanjutan sehingga tidak bisa digunakan untuk biodiesel.
Banyak faktor penyebab yang menjadi alasan mengapa pihak Uni Eropa
menghentikan ekspor kelapa sawit Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena,
pihak Indonesia belum memenuhi standar produk atau standar produksi yang
ditetapkan oleh Uni Eropa. Walaupun sebenarnya alasan EU untuk menghentikan
ekspor kelapa sawit dari Indonesia tidak masuk akal dan tidak ada bukti yang
konkrit mengenai hal ini. Pihak EU menyebutkan bahwa produk kelapa sawit
Indonesia hasil deforestasi88yang berlebihan.Mereka menyoroti masalah

87
Mirza Satria Buana, Hukum Internasional Teori dan Praktek (Bandung: Nusa Media,
2007) hal. 78
88
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan untuk
diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan. Bisa juga disebabkan
oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara alami. Deforestasi terjadi karena
desakan konverasi lahan untuk permukiman, infrastruktur, dan pemanenan hasil kayu untuk
industri. Selain itu juga terjadi konversi lahan untuk perkebunan, pertanian, peternakan dan
pertambangan.

Universitas Sumatera Utara


72

deforestasi akibat adanya budidaya sawit yang masif. Direktur Jendral


Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan menyebut
sikap Uni Eropa ini merupakan bentuk diskriminasi terhadap sawit. Menurutnya
apabila sawit digolongkan bahan baku berisiko tinggi terhadap lingkungan,
sejumlah bahan baku asal Eropa juga harus berkategori sama seperti sun flower
dan rapeseed.Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia Bambang Aria Wisena juga menuding sikap Eropa berlatar persaingan
bisnis, lantaran komoditas rapeseed, sangat tidak kompetitif melawan sawit.”

Akibat pemberhentian sebelah pihak seperti keterangan di atas, Indonesia

memaparkan beberapa dampak bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data

GAPKI, pada 2018 ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa 4,7juta ton, 60% di

antara digunakan untuk biofuel. Jumlah itu mencapai 14% dari total ekpor sawit

Indonesia. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance

(INDEF) menyebut di pasar bursa berjangka sikap Uni Eropa telah turut menyeret

turun harga sawit. Menurut INDEF, importir sawit UE mulai mencari pengganti

sawit dengan sun flower dan rapeseed oil. Sedangkan GAPKI lebih menyoroti

tudingan diskriminasi Uni Eropa. Pemerintah Indonesia juga berpendapat yang

sama dengan GAPKI yang disampaikan oleh Dirjen Perdagangan Luar Negeri,

Oke Nurwan. Selain itu ia juga khawatir akan merembet pada sawit lain diluar

biofuel.

Saat ini, Indonesia sedang membuat draft untuk membawa sikap Uni

Eropa ke Organisasi Internasional Perdagangan Dunia WTO (World Trade

Organization). Awalnya Indonesia menempuh langkah diplomasi, namun

tampaknya tidak membuahkan hasil, maka dengan membawa kasus ini kepada

WTO dianggap sebagai langkah selanjutnya dalam perlawanan Indonesia dengan

Uni Eropa. Begitu pula dengan pihak GAPKI yang sepenuhnya mendukung

langkah pemerintah Indonesia ke WTO dan siap berkolaborasi.

Universitas Sumatera Utara


73

Pemerintah Indonesia juga mengancam akan memboikot produk Uni

Eropa jika Parlemen Eropa menyetujui rancangan larangan penggunaan swait

untuk biodiesel. Sedangkan pihak Uni Eropa sendiri melalui duta besar Uni Eropa

untuk Indonesia mengatakan lebih baik jika delegasi Indonesia bertemu di WTO

untuk diuji lebih lanjut agar perseteruan tidak berlarut-larut dan diselesaikan

dengan cara yang cepat. Untuk ancaman pemboikotan sendiri, pihak Uni Eropa

mengingatkan bahwa WNI yang bekerja di perusahaan Eropa sebanyak satu juta

orang lebih dan akan menimbulkan situasi yang tidak baik jika terus

memanas.Begitu pentingnya kerjasama dalam bidang perdagangan dan sangat

berpengaruh besar akibat putusnya hubungan kerjasama tersebut terutama dalam

bidang perekonomian negara.

Banyaknya bentuk kerjasama yang sudah ditangani oleh Uni Eropa

sebagai organisasi internasional baik dengan Negara maupun antar organisasi

internasional khususnya dalam bidang perdagangan hingga Uni Eropa dijuluki

sebagai Pasal Tunggal merupakan salah satu bukti bahwasannya Uni Eropa

memiliki personalitas hukum sebagai oganisasi internasional dengan bertindak

sebagai subjek hukum. Personalitas hukum Uni Eropa juga secara tegas

disebutkan dalam Perjanjian Roma. Tak heran jika sengketa perdagangan terjadi

antara Uni Eropa dengan Negara atau organisasi internasional lainnya, maka Uni

Eropa dapat menuntut dan dituntut secara hukum layaknya sebuah negara.

Dalam kasus sengketa kelapa sawit yang disebutkan diatas merupakan

salah satu hal yang membuktikan bahwa Uni Eropa memiliki legal personality

dimana Uni Eropa dituntut secara hukum oleh Indonesia dalam kasus tersebut.

Universitas Sumatera Utara


74

Hal lain yang menegaskan bahwa Uni Eropa memiliki legal personality terdapat

dalam Perjanjian Roma Perjanjian Roma dalam Pasal 210 berbunyi: “The

Community shall have legal personality” dan diperjelas melalui pasal 211 yang

berbunyi: “In each of the Member States, the Community shall enjoy the most

extensive legal capacity accorded to legal persons under their laws; it may, in

particular, acquire or dispose of movable and immovable property and may be a

party to legal proceedings. To this end, the Community shall be represented by

the Commission”.

Universitas Sumatera Utara


75

BAB IV

LEGAL PERSONALITYASEAN DALAM BIDANG PERDAGANGAN

A. Peran Piagam ASEAN dalam Menjadikan ASEAN Sebuah Subjek

Hukum

Pada tanggal 8 Agustus 1967, lima founding father ASEAN (Association

South East Asia Nations) yaitu Adam Malik dar Indonesia, Thanat Koman dari

Thailand, S. Raja Ratnam dari Singapura, Narsisco Ramos dari Pilipina dan Tun

Abdul Razak dari Malaysia bekumpul di Bangkok menorehkan sejarah di regional

Asia Tenggara membangun suatu Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara

yang kemudian dikenal dengan Deklarasi Bangkok. 89 Salah satu butir tujuan

deklarasi tersebut (poin 3) dijelaskan:“Meningkatkan kerjasama yang aktif dan

saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di

bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.”

Pada Agustus 2002 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara masih

belum dapat merealisasikan apa yang menjadi tujuan Deklarasi Bangkok, apalagi

jika kita membandingkan kemajuan dan lompatan yang telah dicapai dengan

masyarakat Eropa yang telah terintegrasi melalui menjadi salah satu kekuatan

politik dan ekonomi dunia.90Adapun maksud dan tujuan ASEAN dapat ditelusuri

dalam Deklarasi Bangkok tahun 1967 yang meliputi:

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta


pengembangan kebudayaan di kawasan ini;

89
Deklarasi Bangkokmerupakan landasan awal kerjasama dari negara-negara Asia
Tenggara. Adanya deklarasi ini dianggap sebagai awal berdirinya ASEAN.
90
Ade Maman Suherman, Op.Cit, hal 142

Universitas Sumatera Utara


76

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan


menghormati keadilan dan tertib hukum di dalam hubungan antara negara-
negara di kawasan ini serta mematuhi prinsip-prinsip Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa;
3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-
masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi,
sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi;
4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana-sarana pelatihan dan
penelitian dalam berbagai bidang;
5. Meningkatkan pemanfaatan pertanian dan industri, memperluas
perdagangan dan pengkajian masalah-masalah komoditi intenasional,
memperbaiki sarana-sarana pengangkutan dan komunikasi serta
meningkatkan taraf hidup rakyat mereka;
6. Memajukan pengkajian mengenai Asia Tenggara;
7. Memelihara kerjasama yang erat dan berguna dengan berbagai organisasi
internasional dan regional.

Selain maksud dan tujuan yang tertera di atas, ASEAN juga memiliki prinsip

sebagai berikut:

1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah,


dan identitas nasional seluruh negara anggota ASEAN;
2. Komitmen bersama dan tanggung jawab kolektif dalam meningkatkan
perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di kawasan ASEAN;
3. Menolak agresi91, ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya
dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional;
4. Mengedepankan penyelesaian sengketa secara damai, tidak mencampuri
urusan dalam negeri negara anggota ASEAN, dan menghormati kebebasan
yang mendasar, pemajuan dan pelindungan hak asasi manusia, serta
pemajuan keadilan sosial.

Struktur dari Organisasi ASEAN dapat dilihat dalam skema berikut ini:

91
Agresi adalah tindakan atau perilaku, baik secara fisik maupun verbal, yang dilakukan
secara sengaja dan terencana dengan tujuan untuk menyakiti, merusak, menyengsarakan orang lain
(individu maupun kelompok manusia). Agresi bukanlah bentuk tindakan ketegasan, namun lebih
kepada perilaku destruktif atau merusak.

Universitas Sumatera Utara


77

Skema III: “Struktur Organisasi ASEAN”92

Berikut penjelasannya:

1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah pertemuan tingkat

tinggi para kepala negara/pemerintahan negara anggota.

2. Dewan Koordinasi ASEAN (ASEAN Coordinating Council) adalah

pertemuan para menteri luar negeri negara anggota ASEAN yang

bertindak sebagai koordinator Dewan Masyarakat ASEAN.

3. Dewan Masyarakat ASEAN (ASEAN Community Council) adalah

pertemuan para Menteri yang membidangi tiga pilar Masyarakat ASEAN,

yaitu Pilar Politik-Keamanan, Pilar Ekonomi, dan Pilar Sosial-Budaya.

92
Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia, Tentang ASEAN, diakses dari http://setnas-
asean.id/tentang-asean

Universitas Sumatera Utara


78

4. Pertemuan Badan-Badan Sektoral Tingkat Menteri (ASEAN Sectoral

Ministerial Bodies) adalah pertemuan para menteri yang membidangi

setiap sektor kerja sama ASEAN.

5. Pertemuan tingkat Pejabat Tinggi ASEAN (ASEAN Senior Officials‟

Meeting) adalah pertemuan para pejabat tinggi di bawah tingkat menteri

negara anggota ASEAN yang membidangi setiap sektor kerja sama

ASEAN.

6. Sekretariat ASEAN adalah organ ASEAN yang berfungsi meningkatkan

koordinasi antar badan ASEAN dan implementasi berbagai kegiatan dan

proyek dalam kerangka kerja sama ASEAN. Sekretariat ASEAN dipimpin

oleh Sekretaris Jenderal.

7. Komite Wakil Tetap ASEAN adalah forum para Duta Besar/Wakil Tetap

negara anggota ASEAN yang diakreditasikan ke ASEAN dan

berkedudukan di Jakarta, Indonesia.

8. Sekretariat Nasional adalah pumpunan kegiatan (focal point) tingkat

nasional setiap negara ASEAN yang memiliki tugas menyimpan informasi

mengenai urusan ASEAN, mengoordinasikan pelaksanaan keputusan

ASEAN, serta memajukan identitas dan kesadaran ASEAN.

9. Komisi Antarpemerintah untuk HAM ASEAN (ASEAN Intergovernmental

Commission on Human Rights/AICHR) adalah Badan HAM ASEAN yang

bertugas memajukan dan melindungi HAM seluruh masyarakat di

ASEAN.93

93
Ibid

Universitas Sumatera Utara


79

Piagam ASEAN adalah kerangka kerja hukum dan kelembagaan yang

mengikat seluruh negara anggota ASEAN, dan menjadikan ASEAN sebagai

organisasi yang memiliki status hukum (legal personality). Piagam ASEAN

ditandatangani pada KTT Ke-13 ASEAN tanggal 20 November 2007 di Singapura

oleh sepuluh kepala negara/pemerintahan negara anggota ASEAN.

Piagam ASEAN mulai berlaku efektif tanggal 15 Desember 2008 setelah

semua negara anggota ASEAN menyampaikan dokumen pemberitahuan

pengesahan ke Sekretariat ASEAN. Indonesia mengesahkan Piagam ASEAN

melalui Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008. Piagam ASEAN dapat ditinjau

kembali setelah lima tahun terhitung sejak Piagam ASEAN resmi diberlakukan.94

Piagam ASEAN sebagai dokumen konstitusional memuat beberapa

elemen yang sangat penting antara lain:

1. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN adalah organisasi internasional


yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan demikian
ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat
internasional;
2. Pernyataan secara tegas bahwa ASEAN memiliki tujuan-tujuan, fungsi-
fungsi dan kewenangan-kewenangan seperti organisasi internasional
lainnya. Dengan kata lain, Piagam ini akan mengubah ASEAN menjadi
into a rules based Organization95;
3. Pembentukan mekanisme legislatif, the rule-making mechanism/organs
and procedures di dalam ASEAN;
4. Pembentukan sebuah mekanisme eksekutif atau organ yang bertugas
untuk melaksanakan serta memonitoring pelaksanaan peraturan-peraturan
dan keputusan-keputusan organisasi;
5. Pembentukan mekanisme judicial dan quasi judicial96yang berfungsi
untuk menginterpretasikan dan melaksanakan setiap peraturan dan
keputusan yang dikeluarkan oleh ASEAN;

94
Ibid
95
Rules based Organization dimaksudkan dengan adanya Piagam ASEAN, menjadikan
ASEAN sebuah organisasi yang lebih terarah berdasarkan aturan yang dimuat dalam Piagam
tersebut.
96
Quasi judicial adalah seseorang yang berwenang menyelidiki suatu perkara dengan
syarat dia bukan merupakan pejabat dalam lembaga/organisasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


80

6. Secara langsung Piagam ASEAN akan membantu untuk mendorong dan


memperkuat penataan terhadap perjanjian-perjanjian ASEAN oleh
negara anggotanya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sense
of region di antara pemerintah ASEAN.97

Kini ASEAN sebagai organisasi kerja sama antarpemerintah memiliki

identitas tersendiri terpisah dari identitas negara anggota ASEAN. Sejalan dengan

transformasi ini dilakukan pula penyempurnaan kelembagaan, sehingga ASEAN

diharapkan dapat merespons lebih baik berbagai permasalahan regional dan global

yang semakin kompleks di masa yang akan datang. 98

Beberapa implikasi langsung dari pemberlakuan Piagam ASEAN adalah:

1. Ikatan hubungan antar negara-negara ASEAN secara menyeluruh


diperkuat secara hukum;
2. ASEAN menunjukkan pada dunia bahwa kekompakan ASEAN selama 41
tahun dengan nilai tambah stabilitas keamanannya yang dapat dikatakan
paling aman di dunia, hal tersebut ditopang pula oleh kekompakan untuk
memberlakukan Piagam ASEAN yang akan berimplikasi pula secara
global;
3. Piagam ASEAN pada prinsipnya diharapkan dapat mendorong integrasi
ekonomi, memperkuat prinsip demokrasi, perlindungan hak asasi dan
pelestarian alam lingkungan hidup. Tujuan ASEAN dinyatakan dalam
Pasal 1 Piagam ASEAN, yaitu:1. Memelihara dan meningkatkan
perdamaian, keamanan, dan stabilitas serta lebih memperkuat nilai-nilai
yang berorientasi pada perdamaian di kawasan; 2. Meningkatkan
ketahanan kawasan dengan memajukan kerja sama politik,keamanan,
ekonomi, dan sosial budaya yang lebih luas; 3. Mempertahankan Asia
Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir dan bebas dari semua
jenis senjata pemusnah massal lainnya;
4. Menjamin bahwa rakyat dan Negara-Negara Anggota ASEAN hidup
damai dengan dunia secara keseluruhan di lingkungan yang adil,
demokratis, dan harmonis;
5. Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat
kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitasi yang efektif
untuk perdagangan dan investasi, yang di dalamnya terdapat arus lalu
lintas barang, jasa-jasa dan investasi yang bebas; terfasilitasinya

97
Liona Nanang Supriatna, Piagam ASEAN : Menuju Pemajuan Dan Perlindungan HAM
di Asia Tenggara, “Jurnal Hukum Internasional (Indonesian Journal of International Law), Vo. 5,
3 April 2008, hal. 557-558
98
R. Winantyo dkk.”Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi
ASEAN di Tengah Kompetisi Global”.(Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 14.

Universitas Sumatera Utara


81

pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh;


dan arus modal yang lebih bebas;
6. Mengurangi kemiskinan dan mempersempit kesenjangan pembangunan di
ASEAN melalui bantuan dan kerja sama timbal balik;
7. Memperkuat demokrasi, meningkatkan tata kepemerintahan yang baik dan
aturan hukum, dan memajukan serta melindungi hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan fundamental, dengan memperhatikan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban dari Negara-Negara Anggota ASEAN;
8. Menanggapi secara efektif, sesuai dengan prinsip keamanan menyeluruh,
segala bentuk ancaman, kejahatan lintas-negara dan tantangan lintas-batas;
9. Memajukan pembangunan berkelanjutan untuk menjamin perlindungan
lingkungan hidup di kawasan, sumber daya alam yang berkelanjutan,
pelestarian warisan budaya, dan kehidupan rakyat yang berkualitas tinggi;
10. Mengembangkan sumber daya manusia melalui kerja sama yang lebih erat
di bidang pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat, serta di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk pemberdayaan rakyat ASEAN dan
penguatan Komunitas ASEAN;
11. Meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan yang layak bagi rakyat
ASEAN melalui penyediaan akses yang setara terhadap peluang
pembangunan sumber daya manusia, kesejahteraan sosial, dan keadilan;
12. Memperkuat kerja sama dalam membangun lingkungan yang aman dan
terjamin bebas dari narkotika dan obat-obat terlarang bagi rakyat ASEAN;
13. Memajukan ASEAN yang berorientasi kepada rakyat yang di dalamnya
seluruh lapisan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam, dan
memperoleh manfaat dari, proses integrasi dan pembangunan komunitas
ASEAN;
14. Memajukan identitas ASEAN dengan meningkatkan kesadaran yang lebih
tinggi akan keanekaragaman budaya dan warisan kawasan;
15. Mempertahankan sentralitas dan peran proaktif ASEAN sebagai kekuatan
penggerak utama dalam hubungan dan kerja samanya dengan para mitra
eksternal dalam arsitektur kawasan yang terbuka, transparan, dan
inklusif.99

B. Sejarah dan Perkembangan ASEAN Dalam Bidang Pedagangan

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, Asia Tenggara mengalami

dekolonsasi. Pada tahun 1945, Indonesia dan Vietnam memproklamasikan

kemerdekaannya walaupun keduanya harus melakukan perjuangan kemerdekaan

secara fisik sampai mendapatkan pengakuan kedaulatan. Sementara itu, negara-

99
Zainuddin Djafar, Piagam ASEAN, Legalitas Tonggak Baru Menuju Integrasi
Regional?, “Jurnal Hukum Internasional (Indonesian Journal of International Law),Vol. 6, No. 2,
Januari 2009, hal.197-198

Universitas Sumatera Utara


82

negara Asia Tenggara lainnya memperoleh kemerdekaan melalui perundingan

dengan negara penjajahnya, misalnya Filipina memperoleh kemerdekaan pada

tahun 1946 dari Amerika Serikat, Myanmar memperoleh kemerdekaan dari

Inggris pada tahun 1948. Malaysia merdeka pada tahun 1957, Singapura pada

tahun 1959 dan Brunei Darussalam pada tahun 1984 yang diperoleh dari Inggris.

Sementara itu, Laos dan Kamboja memperoleh kemerdekaan pada tahun 1954

sebagai hasil Konferensi Jenewa, meskipun tahun 1953 Kamboja telah

menyatakan kemerdekaannya yang mendapat pengakuan dari Prancis. Hanya

Thailand satu-satunya negara Asia Tenggara yang belum pernah dijajah Barat

secara fisik seperti yang dialami negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hal itu

disebabkan oleh wilayahnya yang terletak di antara wilayah koloni Inggris

(Myanmar dan Malaysia) dengan koloni Prancis di Indocina. Banyak yang

berpendapat bahwa Thailand tidak dijajah adalah sebagai hasil kesepakatan antara

Inggris dan Prancis untuk menjadikan Thailand sebagai buffer zone.100

Indonesia dalam tahun 1950-an tidak berhasil dirangkul oleh AS, baik ke

dalam MSA (Mutual Security Act)101 maupun ke dalam SEATO (Southeast Asia

100
Buffer zone atau kawasan penyangga adalah lahan ataupun daerah yang tidak dibangun
dan dibiarkan sebagaimana aslinya.
101
Mutual Security Act merupakan produk Undang-Undang Amerika yang ditanda
tangani oleh Presiden Harry S.Truman pada 10 Oktober 1951. MSA merupakan program
gabungan US AID (Act International Development) dan DSA (Defence Asistance Act). MSA
diberikan dalam lima Kawasan: Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, dan Pasifik. Tujuan Amerika
Serikat mengeluarkan bantuan ini adalah Untuk mempertahankan keamanan Amerika Serikat dan
mengembangkan politik luar negeri Amerika Serikat. Bantuan tersebut berupa bantuan militer,
ekonomi, atau teknis kepada negara sahabat. Dimana bantuan itu untuk memperkuat keamanan
negara masing-masing, pertahanan kolektif dari dunia luar (terutama negara komunis), untuk
mengembangkan sumber daya mereka demi kepentingan nasional Amerika Serikat, dan untuk
memfasiltasi partispasi kolektif negara-negara tersebut dalam sistem keamanan
kolektif Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Universitas Sumatera Utara


83

Treaty Organization).102 Penolakan Indonesia yang ingin bersikap netral ini

dituduh Menlu John Foster Dulles sebagai tindakan yang immoral. Sebagai

ganjarannya, AS pada masa kepresidenan Eisenhouwer tidak bersedia

memberikan bantuan militer kepada Indonesia yang akan digunakan Indonesia

untuk memperjuangkan Irian Barat. Untuk maksud tersebut, Indonesia akhirnya

harus berpaling ke Uni Soviet dan negara komunis lainnya. Sikap AS yang

memusuhi Indonesia itu berubah setelah Presiden Kennedy dari Partai Demokrat

memenangkan kursi kepresidenan. Kennedy yang mempunyai perhatian yang

cukup simpatik pada negara-negara sedang berkembang ternyata bersedia menjadi

penengah dalam menyelesaikan persengketaan Irian Barat antara Indonesia dan

Belanda. Persengketaan Irian Barat ini berakhir dengan ditandatanganinya

Perjanjian New York pada tahun 1961 dan diadakannya Pepera pada tahun 1962.

Dengan terjadinya perubahan drastis politik internasional akhir-akhir ini, yang

diawali dengan program glasnost103dan perestroika104dari Michael Gorbachev dan

diikuti dengan pembaruan di Eropa Timur merupakan peluang bagi negara-

negara Asia Tenggara.

102
SEATO (Southeast Asia Treaty Organization ) adalah organisasi internasional untuk
pertahanan kolektif yang ditandatangani pada tanggal 8 September1954 di Manila, Filipina.
Lembaga formal SEATO dibentuk pada pertemuan mitra perjanjian di Bangkok pada bulan
Februari 1955. Organisasi ini didirikan untuk memblokir berkembangnya komunisme lebih lanjut
di Asia Tenggara. SEATO dibubarkan pada tanggal 30 Juni1977.
103
Glasnost adalah kebijakan yang dilakukan selama masa pemerintahan Mikhail
Gorbachev pada pertengahan 1980-an. Kebijakan ini meliputi keterbukaan dalam semua bidang di
institusi pemerintahan Uni Soviet termasuk kebebasan informasi. Glasnost memberikan dampak
positif dalam perkembangan masyarakat di Uni Soviet. Media mulai mengekspos masalah -
masalah ekonomi serta politik yang selama ini ditutup-tutupi oleh pemerintahan komunis.
Nasionalisme berkembang, para tawanan politik yang ditahan tanpa alasan kemudian dibebaskan.
104
Perestroika adalah reformasipolitik dan ekonomi yang dimulai pada Juni 1987 oleh
presiden Uni SovietMikhail Gorbachev. Perestroika berarti "restrukturisasi", merujuk pada
restrukturisasi ekonomi Soviet. Perestroika sering dianggap sebagai akibat jatuhnya komunis di
Uni Soviet dan Eropa Timur, dan mengakhiri Perang Dingin.

Universitas Sumatera Utara


84

Sejak ASEAN berdiri pada tahun 1967, sudah dinyatakan bahwa

perhimpunan ASEAN terbuka bagi partisipasi seluruh warga negara di wilayah

Asia Tenggara untuk menjadi anggota ASEAN dengan persyaratan bahwa negara

tersebut dapat mengormati cita-cita, prinsip dan tujuan ASEAN sebagaimana yang

tertuang dalam setiap Deklarasi dan keputusan-keputusan bersama ASEAN

selama ini.

Dalam KTT ASEAN ke-3 tahun 1987, kepala-kepala pemerintahan

ASEAN sepakat untuk mengadakan aksi-aksi bersama di bidang perdagangan

komoditas. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam program aksi di bidang

komoditas yang menyangkut delapan butir inisiatif sebagai berikut:

1. Menaggulangi masalah kelebihan produksi yang bersifat struktural.


2. Mencari pangsa pasar yang lebih besar bagi ASEAN dalam pasaran
komoditas internasional.
3. Mengembangkan industri-industri yang bertumpu pada sumber-sumber
ekonomi ASEAN.
4. Mengembangkan program-program penelitian dan pengembangan.
5. Mendorong perdagangan intra ASEAN di bidang komoditas melalui sektor
swasta dan perusahaan perdagangan ASEAN.
6. Membentuk asosiasi produsen komoditas.
7. Membentuk asosiasi-asisoasi perdagangan regional.
8. Pertukaran komoditas.105

Dibidang perdagangan, antara lain disepakati pembentukan Wilayah

Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA) dalam jangka

waktu lima belas tahun, dengan menggunakan Skema Tarif Preferensi Efektif

yang sama (Common Effective Preferential Tariff CEPT) sebagi mekanisme

utamanya.

105
Dr. Dewi Fortuna Anwar M.A, Kerjasama ASEAN (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995),
hal. 66

Universitas Sumatera Utara


85

Di samping itu, sidang bersama menteri ekonomi dan menteri luar negeri

ASEAN sepakat bahwa dalam kerja sama di bidang perdagangan yaitu

pembentukan wilayah perdagangan bebas ASEAN (AFTA) dengan

mengggunakan skema tarif efektif yang sama (CEPT). Untuk produk-produk yang

tidak masuk CEPT, dapat menggunakan mekanisme ASEAN-PTA maupun

mekanisme lainnya yang disepakati.

Selain hal-hal tersebut di atas, kerangka persetjuan ini juga memuat hal-

hal sebagai berikut:

1. Pengaturan-pengaturan ekonomi subregional yang dapat melengkapi kerja


sama ekonomi ASEAN;
2. Kesepakatan untuk mengadakan dan memperkuat kerja sama ekonomi
dengan negara-negara lain serta dengan organisasi-organisasi regional dan
internasional;
3. Dorongan kerja sama antarsektor swasta di ASEAN maupun dengan
swasta di luar ASEAN untuk memperluas investasi dan kegiatan-kegiatan
ekonomi lainnya;
4. Kesepakatan bahwa sekretariat ASEAN akan menjalankan fungsi
pengawasan bagi perkembangan setiap pengaturan yang timbul dari
persetujuan ini;
5. Sidang para menteri dan badan-badan di bawahnya akan meninjau
kemajuan pelaksaannya dan menjadi koorinator dari unsur-unsur yang ada
dalam kerangka persetujuan ini. Komite-komite ekonomi ASEAN yang
ada akan dihapuskan;
6. Dalam penyelesaian sengketa, setiap perselisihan akan diselesaikan secara
bersahabat dan jika perlu dapat ditugaskan sutau badan untuk
menyelesaikannya;
7. Persetujuan ini berlaku secara efektif pada saat ditandatangani.106

Pada tahun 1969, ASEAN menyetujui dibentuk suatu komisi yang

ditugaskan melakukan studi mengenai kerja sama ekonomi ASEAN. Komisi ini

terdiri dari para ahli ekonomi ECAFE, FAO, UNCTAD dan ECOSOC PBB, yang

dipimpin oleh Prof. Gunnal Kansu dari Turki dan Prof. E.A.G. Robinson dari

106
Ibid, hal. 69

Universitas Sumatera Utara


86

Swedia. Pada tahun 1972, komisi PBB ini menyampaikan laporannya ke PBB

ASEAN, yang kemudian dikenal sebagai Laporan Kansu (Robinson) yang pada

pokoknya mengusulkan agar dalam mengembangkan kerja sama ekonomi

ASEAN, dipergunakan sekurang-kurangnya tiga model kerja sama, yaitu sebagai

berikut:

1. Agar dilakukan liberasi perdagangan secara selektif dan bertahap, yang

pada saatnya nanti dapat dikembangkan sebagai pola perdagangan bebas.

2. Agar dilakukan kerja sama dalam bidang industri dengan mendirikan

proyek-proyek industri bersama dalam bentuk package deal dan industri-

industri yang bersifat komplementer.

3. Agar dilakukan kerja sama dalam bidang keuangan, seperti bidang

perbankan dan asuransi.

Secara organisatoris, peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN itu

ditandai dengan dimasukkannya Pertemuan Menteri Ekonomi ke dalam struktur

organisasi ASEAN yang baru, yang membawahi lima komite ekonomi, seperti

COTT, COIME, COFAF, COFAB dan COTAC. Oleh karena itu, dalam melihat

perkembangan kerja sama ekonomi ASEAN dapat dilakukan melalui kelima

bidang ekonomi yang teribat pada kelima komite ekonomi diatas. 107

Menurut sejarah, sejak dulu hingga sekarang terdapat tiga aliran

perdagangan internasional, yaitu merkantilisme, liberalisme dan

neomerkantilisme. Untuk mengatasi kesimpangsiuran berbagai aliran dalam

perdagangan internasional, diadakanlah suatu perjanjian yang dikenal dengan

107
Ibid, hal. 95

Universitas Sumatera Utara


87

Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagngan (General Agreement on Tariff

and Trade = GATT). Dasar falsafah GATT adalah asas nondiskriminaasi, artinya

semua negaara yang ikut dalam perdagangan antarbangsa harus patuh pada

ketentuan-ketentuan yang sama dan tidak ada perbedaan anata negara yang satu

dengan negara yang lainnya, prinsip ini disebut juga dengan Most Favoured

Treatment.

Pada tahun 1969, kelompok negara-negara sedang berekembang berhasil

melakukan amandemen terhadap ketentuan GATT dengan ditambahkan Bab IV

dalam GATT. Bab ini menjelaskan perlunya memperhatikan kepentingan negara-

negara sedang berkembang dalam mengatur perdagangan antarbangsa. Meskipun

demikian belum semua negara menyetujui amandemen tersebut sehingga

pengaruhnya masih kecil terhadap perdagangan internasional.108

Pada KTT ASEAN ke-4 tahun 1992, telah ditandatangani Agreemnet on

Common Effective Preferential Tariff (CEPT) Scheme for The ASEAN Free Trade

Area (skema CEPT untuk AFTA oleh para Menteri Ekonomi ASEAN).

Tujuan skema CEPT untuk AFTA adalah untuk meningkatkan

arus/kegiatan perdagangan dan investasi di wilayah ASEAN secara lebih cepat

dan adil melalui pemberian preferensi tarif untuk produk-produk orisinil

(minimun 40% kandungan lokal) yang sama sehingga mempunyai tarif efektif

yang sama di pasar ASEAN. Dalam waktu 10 tahun diharapkan akan dapat

diwujudkan kawasan Bebas ASEAN atau AFTA melalui pelaksanan skema CEPT

108
Ibid, hal. 96

Universitas Sumatera Utara


88

sebagai mekanisme utama melalui 1 Januari 1993 dengan sasaran penurunan tarif

menjadi 0-5%.

Produk-produk yang dimasukkan ke dalam skema CEPT didasarkan pada

pendekatan sektoral tingkat 6 digit Harmonized System (HS) serta dibebaskan dari

pembatasan kuantitatif dan larangan penggunaan valuta asing. Sebagai langkah

awal dari pelaksaan CEPT maka disepakati 15 produk industri yang harus

dipercepat penurunan tarifnya menajdi 0-55, yaitu: semen, pupuk, pupl, tekstil,

perhiasan dan permata, perabotan dari kayu dan rotan, barang-barang kulit,

plastik, obat-obatan, elektronika, kimia, produk karet, minyak nabati,

gelaskeramik dan katoda lembaga.109

C. ASEAN Dalam Menyelesaikan Konflik Perdagangan

Deklarasi Bangkok 1967 telah menetapkan bahwa bidang ekonomi dan

sosial budaya merupakan bidang-bidang penting ASEAN. Deklarasi Bangkok

mengandung keinginan politik para pendiri ASEAN untuk hidup berdampingan

secara damai dan mengadakan kerjasama regional. Pada prinsipnya kerjasama

politik dan keamanan ASEAN mempunyai arah dalam menciptakan stabilitas dan

perdamaian kawasan dengan bertumpu pada dinamika dan pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan serta sekaligus dapat membangun rasa saling percaya

(confidence building) di Asia Tenggara dan Asia Pasifik yang kemudian sehingga

menumbuhkan pengharapan terciptanya sebuah lingkungan strategis yang

diharapkan.110

109
Apridar, Ekonomi Internasional, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 202
110
History Indonesia, Peran ASEAN dalam Konflik Laut Cina Selatan, diakses di website
https://www.history.id/politik/peranan-asean-dalam-konflik-laut-cina-selatan/ pada 14 Maret 2018

Universitas Sumatera Utara


89

Mekanisme penyelesaian sengketa dalam ASEAN diatur dalam Bab VIII

(Pasal 22-28) Piagam ASEAN. Piagam ASEAN membuat suatu mekanisme

penyelesaian sengketa yang telah diatur dalam perjanjian-perjanjian ASEAN

sebelumnya, yang menurut Piagam ASEAN masih tetap berlaku. Piagam ASEAN

menyerukan negara-negara anggota untuk menyelesaikan sengketa secara damai

melalui dialog, konsultasi dan negoisasi seperti yang tertera pada pasal 22 ayat (1)

Piagam ASEAN:“Negara-Negara Anggota wajib berupaya menyelesaikan secara

damaisemua sengketa dengan cara yang tepat waktu melalui dialog, konsultasi,

dannegosiasi.”

Negara-negara anggota yang terlibat dalam suatu sengketa dapat

menyelesaikan sengketanya dengan mekanisme jasa-jasa baik konsiliasi atau

mediasi dan meminta kepada Pemimpin ASEAN atau Sekjen ASEAN untuk

menyediakan mekanisme tersebut.111 Hal ini tertuang dalam pasal 23 ayat (1)

Piagam ASEAN:

“Negara-Negara Anggota yang merupakan para pihak dalam

suatusengketa dapat sewaktu-waktu sepakat untuk menggunakan jasa

baik,konsiliasi, atau mediasi dalam rangka menyelesaikan sengketa dengan

bataswaktu yang disepakati.”

Dalam hal sengketa berkaitan dengan instrumen-instrumen ASEAN

tertentu, maka penyelesaiannya berdasarkan mekanisme dan prosedur yang telah

diatur dalam instrumen-instrumen tersebut. Sedangkan sengketa-sengketa yang

tidak berkaitan dengan interpretasi atau penerapan instrumen-instrumen ASEAN,

111
Hesty D Lestari, Komunitas ASEAN: Penyelesaian Sengketa dan Penegakan Hukum,
Jurnal Hukum Internasional. Vol. 6 No. 1, Oktober 2008, hal. 123

Universitas Sumatera Utara


90

diselesaikan secara damai berdasarkan The Treaty of Amity and Cooperation112

dan peraturan-peraturan pelaksanaannya. Jika tidak secara khusus diatur, maka

sengketa-sengketa yang berkaitan dengan interpretasi atau penerapan perjanjian-

perjanjian ekonomi ASEAN diselesaikan berdasarkan The ASEAN Protocol on

Enhanced Dispute Settlement Mechanism113.Hal ini diatur dalam pasal 24 ayat (1),

(2) dan (3) Piagam ASEAN.

Apabila suatu sengketa berkaitan dengan interpretasi atau penerapan

Piagam atau instrumen-instrumen ASEAN lainnya, jika tidak secara khusus telah

diatur, maka untuk menyelesaikannya akan dibentuk mekanisme penyelesaian

sengketa yang sesuai, termasuk arbitrase (Pasal 25). Jika suatu sengketa tetap

tidak terselesaikan setelah penerapan mekanisme-mekanisme diatas, maka

sengketa tersebut harus diajukan ke KTT ASEAN 114 untuk diputuskan (Pasal 26).

Sekjen ASEAN dibantu oleh Sekretariat ASEAN atau badan ASEAN lainnya

yang ditunjuk, mengawasi pemenuhan hasil mekanisme penyelesaian sengketa

ASEAN dan melaporkannya ke KTT ASEAN.115

Subjek hukum terbilang penting dalam menjadikan suatu organisasi

internasional memiliki personalitas hukum. Piagam ASEAN berperan penting

dalam menjadikan ASEAN subjek hukum sehingga saat ini ASEAN memiliki

112
The Treaty of Amity and Cooperation adalah perjanjian damai di antara negara-negara
Asia Tenggara yang didirikan oleh anggota pendiri ASEAN.
113
The ASEAN Protocol on Enhanced Dispute Settlement Mechanism adalah perjanjian
yang dibentuk untuk mengatasi segala bentuk perselisihan yang nantinya akan muncul dalam
mencapai perdagangan bebas. Perjanjian ini diharapkan dapat meningkatkan dalam penyelesaian
segala perbedaan atau sengketa yang dialami oleh para negara anggota ASEAN yang akan
diselesaikan secara damai dalam lingkungan yang adil, demokratis dan harmonis.
114
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN adalah pertemuan puncak antara pemimpin-
pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan
budaya antar negara-negara Asia Tenggara.
115
Ibid, hal. 124

Universitas Sumatera Utara


91

status hukum. Peran Piagam ASEAN itu sendiri dapat dilihat dari muatan

beberapa elemen didalamnya yang salah satunya disebutkan bahwa ”ASEAN

adalah organisasi internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional,

memiliki tujuan, fungsi dan kewenangan seperti organisasi internasional lainnya”.

Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ASEAN dapat

melaksanakan hak dan kewajibannya pada tingkat internasional atau memiliki

personalitas hukum sehingga ASEAN dapat membuat suatu perjanjian atas

namanya dan dapat menuntut atau dituntut secara hukum.

Lain hal nya dengan Uni Eropa, ASEAN sendiri belum memiliki kasus

sengketa yang diadili di Mahkamah Internasional. Namun dalamThe Making of

ASEAN Charter disebutkan bahwa salah satu dibentuknya Piagam ASEAN ialah

untuk mengarahkan ASEAN menjadi sebuah organisasi internasional yang

berdasarkan hukum. Salah satu fakta yang mendukung pernyataan tersebut adalah

dimilikinya anggaran dasar ASEAN. ASEAN memiliki kekebalan-kekebalan dan

hak-hak istimewa dalam membuat suatu perjanjian. Perjanjian tersebut

menetapkan pelaksanaan personalitas hukum dalam transaksi dalam negeri

diwakili oleh Seketaris Jenderal, Wakil Seketaris Jenderal atau pejabat

SeketariatASEAN lainnya yang diberi wewenang oleh Seketaris Jenderal.Hal ini

diatur dalam Piagam ASEAN didalam Bab XII Pasal41 ayat 7 bahwa ” ASEAN

dapat menandatangani perjanjian-perjanjian dengan negara-negaraatau organisasi-

organisasi dan lembaga-lembaga sub-kawasan, kawasan dan internasional”.

Dengan kapasitasnya sebagai organisasi internasional yang telah memiliki

personalitas hukum yang diakui secara de jure (tertulis), maka ASEAN dapat

Universitas Sumatera Utara


92

bertindak sebagai subjek hukum dan menyelesaikan sengketa ke tingkat

internasional. Seperti yang telah disebutkan diatas, ASEAN dapat menuntut dan

dituntut secara hukum dan diselesaikan pada Mahkamah Internasional walaupun

dalam Piagam ASEAN menyerukan bagi negara-negara anggota untuk

menyelesaikan sengketa secara damai.

Universitas Sumatera Utara


93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Legal personality (personalitas hukum)sangat dibutuhkan bagi suatu

organisasi internasional karena dengan adanya legal personality tersebut,

maka organisasi internasinal dapat memiliki kapasitas untuk bertindak

secara hukum dalam ranah internasional. Hal ini dikarenakan personalitas

hukum inilah yang menentukan hak-hak dan kewajiban yang dimiliki oleh

subjek hukum (organisasi internasional).Dengan dimilikinya personalitas

hukum (legal personality) oleh subjek hukum, mengakibatkan subjek

hukum dapat menjalankan fungsinya sebagaimana layaknya subjek hukum

(international organization).Legal personalityitu sendiri mengikuti

pengakuan yang diberikan oleh masing-masing instrumen hukum.

Disamping itu personalitas hukum (legal personality) memberikan

kewenangan untuk mengajukan klaim di Mahkamah Internasional,

menikmati hak dan menjalankan kewajiban dalam lapangan hukum

internasional, untuk berpartisipasi dalam pembentukan hukum

internasional, dan membentuk traktat. Agar organisasi internasional

mendapatkan personalitas hukum, maka ada beberapa kriteria yang harus

dipenuhinya. Salah satunya adalah organisasi tersebut harus bersifat

permanen dengan dibuktikan dengan perjanjian internasional sebagai

anggaran dassar bagi organisasi tersebut. Tak hanya itu, organisasi

internasional juga dibentuk dengan beranggotakan negara-negara yang

Universitas Sumatera Utara


94

memiliki tujuan yang sama, artinya ketika berada di suatu forum

internasional, organisasi tersebut mampu mewakili aspirasi para

anggotanya. Serta kewenangan hukum yang dimiliki oleh organisasi

internasional itu juga tak hanya cakupan nasional saja, tetapi juga sampai

pada tingkat internasional agar organisasi tersebut mampu bertindak

sampai pada lingkup internasional.

2. Sebagai organisasi internasional, UE memiliki pesonalitas hukum (legal

personality) sehingga memiliki hak dan kewajiban untuk dapat melakukan

perdagangan antar negara. Hal ini dibuktikan melalui salah satu traktat

yang dibentuk oleh organisasi internasional ini yaitu Perjanjian Roma

yang dalam Pasal 210 dan diperjelas melalui pasal 211. Disamping itu,

keberadaan personalitas hukum yang dimiliki oleh Uni Eropa dapat dilihat

dari cara organisasi internasional ini yang memiliki kapasitas untuk

bertindak sebagai subjek hukum internasional salah satunya dalam

menyelesaikan kasus Indonesia-UE mengenai sengketa kelapa sawit

dimana UE dituntut secara hukum untuk menyelesaikan kasus ini ke

Mahkamah Internasional. Uni Eropa sangat terkenal dalam bidang

perdagangan. Dengan dimilikinya legal personality, UE memiliki

kekuasaan hukum untuk melakukan perjanjian perdagangan sehingga

organisasi ini disebut sebagai European Single Market (Pasar Tunggal).

Akibat sebutan tersebut Uni Eropa memiliki pengaruh besar dalam

perdagangan dunia.Uni Eropa menganut rezim pasar tunggal dengan

kekuatan gabungan dari 27 negara dan diperkuat dengan perjanjian EEA

Universitas Sumatera Utara


95

yang membentuk pasar tunggal Eropa.Dengan Indonesia, tidak sedikit

peran Uni Eropa dalam bidang perdagangan. UE juga merupakan salah

satu investor terbesar di Indonesia dengan Investasi Langsung Luar Negeri

(FDI).

3. Legal pesonality ASEAN dibuktikan dengan adanya Piagam ASEAN yang

salah satu elemennya yang menyatakan bahwa “ASEAN adalah organisasi

internasional yang memiliki kepribadian hukum internasional, dengan

demikian ASEAN mampu melaksanakan hak dan kewajiban di tingkat

internasional”. Selain itu, personalitas hukum yang dimiliki oleh ASEAN

dibuktikan dengan cara ASEAN sudah bertindak sebagai subjek hukum

baik dalam bidang perdagagan maupun yang lainnya. Sebagai legal

personality, ASEAN memiliki kekuasaan hukum untuk beraktivitas dan

membuat perjanjian atas namanya dan dapat pula menuntut dan dituntut

secara hukum.Dibidang perdagangan, antara lain disepakati pembentukan

Wilayah Perdagangan Bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/AFTA)

dalam jangka waktu lima belas tahun, dengan menggunakan Skema Tarif

Preferensi Efektif yang sama (Common Effective Preferential Tariff

CEPT) sebagi mekanisme utamanya.

B. Saran

1. Dalam menentukan suatu legal personality organisasi internasional

seringkali difokuskan pada anggaran dasar pembentukannya. Untuk lebih

lanjut, harus dilakukan penelusuran lebih jauh untuk memberikan status

subjek hukum kepada sebuah organisasi internasional, salah satunya

Universitas Sumatera Utara


96

melihat sejauh mana organisasi internasional itu memiliki dampak pada

perubahan di berbagai bidang terutama dalam bidang perdagangan.

2. Uni Eropa sebagai organisasi internasional yang memiliki personalitas

hukum, kedepannya dapat meningkatkan hubungan luar negeri dan dalam

bidang perdagangan dapat membentuk komunitas perdagangan serta

melakukan perluasan perdagangan internasional.

3. ASEAN sebagai organisasi internasional, telah diakui secara tertulis

memiliki legal personality. Berkaitan dengan hal ini, maka suatu subjek

hukum seharusnya dapat melakukan perwakilan dalam penandatanganan

suatu perjanjian. Oleh sebab itu, Piagam ASEAN dapat membedakan

secara tegas yang memuat pedoman mengenai perjanjian mana yang

penandatangannya dapat dilakukan oleh perwakilan ASEAN dan

perjanjian yang mana yang dapat dilakukan oleh perwakilan dari masing-

masing negara.

Universitas Sumatera Utara


97

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

1. Basri, Hasnil Siregar Hukum Organisasi Internasional, Kelompok Studi

Hukum dan Masyarakat, 1994.

2. Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum

Internasional, cetakan kedua, PT. Alumni, 2003.

3. Maman Suherman, Ade, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi

Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, cetakan pertama,

Ghalia Indonesia, 2003.

4. Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja

Perindo Persada, 2004.

5. Apridar, Ekonomi Internasional, cetakan pertama, Graha Ilmu, 2009.

6. Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, 1986.

7. Ibrahim, Jhony, Teori dan Metodologi Penelitian Normatif, Bayumedia,

2006

8. Suryokusumo, Sumaryo, Hukum Organisasi Internasional, UI Press, 1990

9. Kent, Penelope, Law of the European Union, third edition, Longman,

Great Britain, 2001.

10. Anwar, Dewi Fortuna, Kerjasama ASEAN, Ghalia Indonesia, 1995

11. Perwita, A.A dan Y.M Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

12. Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, CV Mandar Maju,

1990.

Universitas Sumatera Utara


98

13. May Rudy, Teuku, Administrasi dan Organisasi Internasional, PT Refika

Aditama, 1993.

14. Winantyo, R,dkk.,Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat

Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global, PT. Elex Media

Komputindo, 2008).

15. Klabbers, Jan, Introduction to internasional Intitutional Law Cambridge:

Cambridge University Press, 2017.

Website

16. http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160621133252-134-

139780/apa-yang-perludiketahui-soal-brexit/

17. http://setnas-asean.id/tentang-asean

18. https://www.yuksinau.id/latar-belakang-berdirinya-

asean/#Latar_Belakang_Berdirinya_ASEAN

19. https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/18865/2304AvhSJG.pdf?s

equence=3 legalconsequencesofinternationallegalpersonality

20. https://europa.eu/european-union/about-eu/history_en

21. http://europa.eu/about-eu/countries/member-countries/index_en.htm

22. http://kajianeropa.wordpress.com/institusi/

23. https://www.researchgate.net/figure/EU-Institutions-Source-Schuman-

2015_fig5_283727918

24. https://europa.eu/european-union/about-eu/figures/economy_en

25. http://setnas-asean.id/tentang-asean

Universitas Sumatera Utara


99

26. https://www.history.id/politik/peranan-asean-dalam-konflik-laut-cina-

selatan/

27. https://www.ecfr.eu/article/essay_eu_turkey_relation_the_beginning_of_th

e_end_7226

28. https://www.europarl.europa.eu/news/en/press-

room/20161117IPR51549/freeze-eu-accession-talks-with-turkey-until-it-

halts-repression-urge-meps

Jurnal

29. Hesty D Lestari, 2008, Komunitas ASEAN: Penyelesaian Sengketa dan

Penegakan Hukum, Jurnal Hukum Internasional. Vol. 6 No. 1, Oktober.

30. Zainuddin Djafar, 2009, Piagam ASEAN, Legalitas Tonggak Baru Menuju

Integrasi Regional, Jurnal Hukum Internasional (Indonesian Journal of

International Law),Vol. 6, No. 2, Januari.

31. Liona Nanang Supriatna, 2008, Piagam ASEAN : Menuju Pemajuan Dan

Perlindungan HAM di Asia Tenggara, Jurnal Hukum Internasional

(Indonesian Journal of International Law), Vo. 5, 3 April.

Universitas Sumatera Utara


100

KEDUDUKAN LEGAL PERSONALITY UNI EROPA DENGAN ASEAN


SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

Melza Nova Arisya.*116


Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLl.**117
Dr. Sutiarnoto, SH, M.Hum.***118

ABSTRAKSI

Pada hakekatnya, hubungan internasional timbul akibat kebutuhan


berbagai negara yang tidak terpernuhi. Hubungan internasional tidak hanya
menyangkut dua negara saja, namun bisa lebih karena pada dasarnya kepentingan
dua negara saja tidak mampu untuk menampung kebutuhan banyak negara.
Organisasi internasional dibentuk dengan tujuan menggabungkan berbagai
negara untuk menciptakan hubungan internasional yaitu dengan bentuk kerjasama
internasional dalam berbagai bidang. Namun, disetiap organisasi internasional
harus melewati verifikasi agar dapat menjadi subjek hukum internasional yang
memiliki kekuatan hukum yang mengikat.
Legal Personality adalah hal yang harus dimiliki oleh organisasi
internasional agar organisasi internasioal menjadi subjek hukum internasional.
Pentingnya subjek hukum internasional ini ialah agar organisasi internasional
dapat melakukan hak dan kewajiban selayaknya negara. Sehingga, ada
konsekuensi hukum yang harus ditanggung oleh setiap negara yang terlibat
kerjasama apabila melanggar perjanjian kerjasama internasional.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis legal personality Uni Eropa
dengan ASEAN dalam bidang perdagangan dengan membuktikan apakah kedua
organisasi internasional ini memang benar telah memiliki legal personality.
Metode penelitian ini yaitu metode penelitian yuridis normatif yaitu
metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim dalam proses
persidangan. Sedangkan sifatnya yaitu deskriptif analitis, merupakan suatu
penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu
peraturan hukum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik organisasi Uni Eropa maupun
ASEAN keduanya sudah terbukti memiliki legal personality dengan
menyelesaikan berbagai perselisihan sebagai subjek hukum internasional.

Kata Kunci: Organisasi Internasional, Legal Personality, Subjek Hukum


Internasional.

*
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I
***
Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai