SKRIPSI
Oleh :
GEBY AVIQA
NIM: 150200066
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2019
ABSTRAK
Hak kebebasan berpendapat merupakan salah satu hak tertua dan paling di
hormati dalam sejarah perkembangan sipil, Penelitian ini mengkaji bagaimana
pengaturan hukum internasional dan hukum nasional mengenai hak kebebasan
berpendapat terutama di media sosial, serta perbandingan dari kedua sistem
hukum ini mengenai pengaturan mengenai hak kebebasan berpendapat di media
sosial. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana hoax kaitannya
dengan hak kebebasan berpendapat serta pengaturannya pada hukum internasional
dan hukum nasional.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yang
bersifat deskriptif. Adapun sumber data dari penelitian ini terdiri dari bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan studi kepustakaan. Data yang dikumpulkan diolah
dan dimanfaatkan selanjutnya digunakan untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hak kebebasan berpendapat
(freedom of speech) diatur baik dalam hukum internasional maupun hukum
nasional, walaupun terdapat beberapa persamaan dalam pasal-pasal yang
mengatur hal ini, namun terdapat juga beberapa perbedaan pada kedua sistem
hukum ini. Hoax bukan merupakan salah satu bentuk daripada kebebasan
berpendapat baik menurut hukum internasional maupun hukum nasional.
KATA PENGANTAR
SWT. Karena dengan berkat dan rahmat-Nya Penulis masih diberikan kesempatan,
Muhammad SAW. atas doa serta syafaatnya dan tak lupa ridha dan doa yang
menyadari bahwa hasil yang diperoleh masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik serta saran demi
Namun, terlepas dari segala kekurangan yang ada pada penelitian ini,
Penulis tidak terlepas dari bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu
1. Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas Rahmat dan Karunia yang telah
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
4. Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
ii
penelitian ini;
5. Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.H. selaku Ketua Departemen Hukum Internasional
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan dedikasi yang
9. Kedua Orang Tua penulis, Benyamin Muchtar (Ayah) dan Nurul Huda
perempuan Penulis Rayhan Abdillah, terima kasih atas doa, cinta, semangat,
10. Figur Orang tua lain bagi Penulis, Abdillah (Ayah tiri) dan Fenni Septriyanti
(Ibu tiri) serta Teuku Samsul Bahri (Paman) dan Maha Muhammad (Tante)
yang telah sangat banyak membantu serta memberikan doa, dukungan, dan
iii
11. Kepada Kakak Cut Samira dan Filzah yang banyak memberikan dukungan
12. Kepada sahabat Penulis yang juga tergabung dalam organisasi ILSA, Farah
Hilda Fuad Lubis, yang amat sangat banyak membantu Penulis dalam
mengerjakan penelitian ini, serta doa dan semangat yang diberikan kepada
13. Kepada sahabat teristimewa penulis sedari SMA, Yossi Riza Hidayati, atas
selama ini;
14. Kepada sahabat-sahabat terbaik dan teristimewa Penulis, Irna Diana Ilyas,
15. Kepada Teuku Ali Rayshivandria Thoriq dan Umar Malik Maulana yang
Sumatera Utara bang Ajad, bang Oji, bang Toto, Bang Jul, bang Ucil, bang
Satria, bang Lana, bang BoyCt, bang Faisal, bang Dwiko, Bang Badak, Ibnu
17. Kepada teman-teman satu organisasi ILSA yang tidak dapat disebutkan satu
iv
18. Kepada teman-teman dari Grup B yang juga tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Semoga ilmu yang
telah Penulis peroleh selama ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan orang lain.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vi
ABSTRAK……………………………………………………………………….vi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
A. Latar Belakang………………………………………………...…………1
B. Permasalahan…………………………………………………….……..13
D. Keaslian Penelitian…………………………………………………..….15
E. Tinjauan Pustaka……………………………………………………….17
F. Metoda Penelitian………………………………………………………32
G. Sistematika Penulisan…………………………………………………..35
INTERNASIONAL……………………………………………………………..37
nasional.....................................................................................................49
ekspresi……………………………………………………...…………...53
(ICCPR)…………………………………………………………56
vi
(ACHPR)………………………………………………………...61
SOSIAL………………………………………………………………………….73
Sosial…………………………………………………………………...80
KEBEBASAN BERPENDAPAT………………………………………………90
vii
BAB V
A. Kesimpulan…………………………………………………………….120
B. Saran…………………………………………………………………...122
DAFTAR PUSTAKA
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
men, everywhere, at all times ought to have, something of which no one may
Dapat disimpulkan dari pendapat Cranston bahwa hak asasi merupakan suatu
hak yang dimiliki oleh setiap manusia, yang diperoleh karena ia adalah manusia,
dan tidak boleh dirampas ataupun diganggu gugat oleh siapapun karena dengan
keadilan.
Berdasarkan definisi di atas dan sejumlah definisi lain yang telah diberikan
1
M.Cranston, What are Human Rights? (New York:Basic Books,1973) Hlm.36, Dikutip
oleh Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. “Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia: Menuju
Democratic Governances”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 8 No.3. Hlm.293.
2
Joseph Chan. “The Asian Challenge to Universal Human Rights: A Philosophical
Appraisal.” (1995) Dalam James T.H Tang (ed.), Human Rights and International Relations in the
Asia-Pacific Region. London:Pinter. Hlm.28 Dikutip oleh Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto.
“Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia: Menuju Democratic Governances”. Jurnal Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik. Vol. 8 No.3. Hlm.293.
3
Nunung Prajarto. “The Australian and Indonesian Dialogue on Human Rights: An
International Communication Perspective”.( The University of of New South Wales, Sydney
2003) Hlm. 317 Dikutip oleh Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. “Hak Asasi Manusia (HAM)
di Indonesia: Menuju Democratic Governances”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 8 No.3.
Hlm.293.
1
Konsep HAM mempunyai dua dimensi, yang pertama adalah bahwa hak-hak
yang tidak dapat dipisahkan dan dicabut adalah Hak Asasi Manusia (selanjutnya
disebut HAM) karena ia manusia. Hak-hak ini adalah hak-hak moral yang berasal
dari kemanusiaan setiap insan dan hak-hak ini bertujuan untuk menjamin harkat
dan martabat setiap manusia. Arti yang kedua pembentukan hukum dari
dan salah satu ciri dari Negara hukum yaitu adalah adanya kebebasan berpendapat,
Terkait kebebasan, terdapat ungkapan dari John Stuard Mill, Filsuf Inggris di
kekurangan pada proses pemerintahan. Hal ini tak lain merupakan wujud
kepedulian masyarakat sebagai warga Negara dan hak yang kapan saja dapat
dilakukan.5
Setiap orang berhak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat; hak ini
4
Amira Rahma Sabela & Dina Wahyu Pritaningtias. 2017.“Kajian Freedom of Speech
and expression dalam perlindungan Hukum terhadap Demonstran di Indonesia”. Lex Scientia
Law Review. Vol.1 No.1. Hlm.82
5
ibid.
dalam bentuk cetakan, karya seni atau media lain sesuai dengan pilihannya. 6
Rights Article 19: Freedoms of opinion and expression General remarks no.9
yang menyatakan:
menyatakan:
and religios discourse. It may also include commercial adverstising. The scope of
6
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on
Civil and Political Rights , Pasal 19 Ayat (2).
7
General Comment No.34 about Article 19: Freedoms of opinion and expression,
General Remark No.9 Tersedia di https://www2.ohchr.org/english/bodies/hrc/docs/gc34.pdf
8
Article 19, Paragraph 3 International Convenant on Civil and Political Rights, “The
exercise of right provided for in paragraph 2 of this article carries with it special duties and
responsibilities. It may therefore be subject to certain restrictions, but therse shall only be such as
are provided be law and are necessary”
9
Article 20 International Convenant on Civil and Political Rights,
“ 1. Any propaganda for war shall be prohibited by law,
2. any advocacy of national, racial, or religious hatred that constitutes incitement to
discrimination, hostility or violence shall be prohibited by law.”
opini termasuk opini mengenai politik, sains, sejarah, moral, ataupun agama
dari segala bentuk ide dan pendapat yang dapat di sharing kepada orang lain
haruslah tunduk pada pasal 19 ayat (3) dan pasal 20 ICCPR, ekspresi mengenai
politik, komentar mengenai apa yang dimiliki seseorang, dan urusan publik,
canvassing11, diskusi mengenai hak asasi manusia, jurnalisme, ekspresi seni dan
budaya, metode pengajaran, urusan keagamaan, serta iklan komersial. Dalam ayat
ekspresi tersebut dapat dibatasi sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat (3) dan
pasal 20.
dikatakan bahwa percakapan haruslah nyaman tanpa adanya lelucon yang kasar,
berbobot, dan tidak ada kepura-puraan didalamnya, namun apakah dunia akan
menjadi tempat yang lebih baik bila semua kemampuan berekspresi atau
10
General Comment No.34 about Article 19: Freedoms of opinion and expression,
General Remark No.11 Tersedia di https://www2.ohchr.org/english/bodies/hrc/docs/gc34.pdf
11
Canvassing is the systematic initiation of direct contact with individuals, commonly
used during political campaign.
menyanyikan lagu, mengajar dan belajar, berbicara di telepon, menulis surat, atau
berkirim fax ataupun email. Komunikasi tanpa gangguan dari pihak lain disebut
beropini di ranah publik. Melalui media pers ataupun dengan media lainnya. 14
Istilah ini termasuk dalam semua jenis komunikasi dan ekspresi, tidak hanya kata-
kata yang diucapkan. Selain itu kebebasan berpendapat juga memainkan peran
yang besar dalam praktik manusia dalam menerapkan hak fundamental lainnya.15
12
Kitsuron Sangsuvan, “Balancing Freedom of Speech on the Internet under
International Law”. North Carolina Journal of International Law and Commercial Regulation.
Vol.39 No.3. Spring 2014. Hlm.702
13
Aqa Raza.”‟Freedom of Speech and Expression‟ as a Fundamental Rights in India and
the Test of Constitutional Regulations: The Constitutional Perspective”. Indian Bar Review.
Vol.XLII (2), 2016, Hlm.1.
14
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm. 702
15
Ibid.Hlm.703.
16
Aqa Razaq, Op.Cit, Hlm.1
sebuah masyarakat demokrasi, dan diartikan sebagai hak yang seharusnya tidak
dan komunikasi, terdapat juga opini ataupun ekspresi yang dapat dikenakan sanksi
hukum, sebagai contoh, kasus cuitan Ahmad Dhani di twitter dengan akun
Jack Boyd Lapian18 membuatnya dikenakan sanksi hukum, adapun isi cuitannya
ialah:
17
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee. 2016. “The Right
to Freedom of Expression on the Internet as it applies to Social Media in Africa”. The Association
of the Bar of The City of New York. Hlm.11.
18
“3 Kicauan Ahmad Dhani di Twitter yang Membuatnya Divonis 1,5 Tahun Penjara
karena Ujaran Kebencian” (Online), Diakses dari:
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/01/28/3-kicauan-ahmad-dhani-di-twitter-yang-
membuatnya-divonis-15-tahun-penjara-karena-ujaran-kebencian
19
Sumber : https://www.tribunnews.com/nasional/2019/01/28/3-kicauan-ahmad-dhani-
di-twitter-yang-membuatnya-divonis-15-tahun-penjara-karena-ujaran-kebencian
Atas 3 cuitan diatas Ahmad Dhani resmi divonis 18 bulan atau 1 tahun 6 bulan
penjara oleh Majelis Hakim pada sidang kasus ujaran kebencian di Pengadilan
Perbuatan ini dinilai melanggar Pasal 45A Ayat (2)20 Juncto Pasal 28 Ayat (2)21
Elektronik (ITE) Juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-122 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).23
awal Tahun 1998, dimana ide “Internet” bebas dan terbuka dikembangkan oleh
beropini dan berekspresi. Di dalam laporannya pada tahun 1998 kepada komisi
hak asasi manusia PBB, Special Rapporteur menegaskan prinsip, “The New
the public and individuals with access to information and sources and enable all
20
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah).
21
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
22
“Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan
perbuatan.”
23
“3 Kicauan Ahmad Dhani di Twitter yang Membuatnya Divonis 1,5 Tahun Penjara
karena Ujaran Kebencian”. Loc.Cit.
24
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee.Op.Cit. Hlm.4
Dinyatakan dalam prinsip tersebut, teknologi baru, dalam hal ini, Internet,
tidak terlepas dari sifat demokratis yang menyediakan publik dan individual-
individual dengan informasi dan sumber yang mengizinkan semua orang untuk
Namun manifesti lain daripada efek internet kepada komunikasi free flow
menyatakan, “In many respects, information has never been so free. There are
more ways to spread more ideas to more people than at any moment in history”.
Bagaimanapun, esensi utama daripada internet ialah free flow komunikasi dan
information. On the other hand, the free flow of information has raised the call
25
Ibid.
26
Ibid, Hlm.5
namun, ditentukan batasan yang rata pada internet, terutama pada landansan
Convenant on Civil and Political Rights (selanjutnya disebut ICCPR) atau juga
dapat ditegakkan atau dilaksanakan, yang melarang beberapa tipe ekspresi seperti
(selanjutnya disebut UU ITE), telah ada lebih dari 128 klaim yang
27
Ibid. Hlm.24.
28
Ibid. Hlm.11.
Indonesia, aturan yang mengatur tentang fitnah juga terdapat dalam Undang-
Undang sipil Indonesia yang mengatur tentang perbuatan masyarakat sipil yang
menyatakan warga sipil bersalah dengan melakukan atau tidak melakukan apapun
yang :
Syarat- syarat ini harus dipenuhi agar dapat ditindak menurut pasal
media sosial menyebabkan bebasnya kontrol akan konten informasi yang tersebar
di kalangan netizen. Hal tersebut memicu timbulnya berita palsu atau sering
disebut sebagai hoax dan informasi yang berisikan kebencian (hate speech). Data
sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita
Media Sosial adalah media yang paling efektif dalam penerimaan dan
salah satu faktor yang membuat menyebarkan informasi hoax menjadi lebih
mudah, karena tidak perlu melalui proses verifikasi. Alasan utama pengguna
ataupun sikap seseorang kepada orang lain. Adapun alasan lain yaitu untuk
individu agar menjadi sosial, secara daring dengan cara berbagi isi, berita, foto,
dan lain-lain dengan orang lain. Dari definisi tersebut jelas bahwa masyarakat
tersebut telah melahirkan suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum
siber atau telematika. Hukum siber atau cyber law secara internasional digunakan
komunikasi.34
31
Dewi Maria Herawati, “Penyebaran Hoax dan Hate Speech sebagai Representasi
Kebebasan Berpendapat”. Promedia, Vol.II, No,2, 2016. Hlm. 142
32
Dedi Rianto Rahadi, “Perilaku Pengguna Dan Informasi HOAX Di Media
Sosial”.Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.V No.1, 2017. Hlm.58
33
Ibid.
34
Budi Suhariyanto, “Tindak Pidana Informasi (cyber crime)”. (Depok: Raja Grafindo
Persada, 2013), Cet.II, Hlm.30 Dikutip dari Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoax Dalam
Kajian Pemikiran Islam dan Hukum Positif”. Jurnal Sosial&Budaya Syar-I Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Vol.V No.3, 2018. Hlm.298
lain adalah cuitan melalui twitter, posting melalui facebook, serta instastory dan
posting melalui instagram, konten video pada youtube, konten tulisan yang
terkadang dibarengi dengan konten gambar atau video pada blogspot, dan banyak
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini penting karena hal-hal berikut ini:
tersebut.
B. Permasalahan
Internasional?
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi teoritis
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak
sebagai berikut:
a. Pemerintah
b. Masyarakat
internasional;
kebencian.
D. Keaslian Penelitian
2019 dan pengajuan judul ini telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum
diajukan juga belum pernah diteliti dalam sudut pandang dan titik fokus yang
sama.
sebagai berikut:
Maret Surakarta.
Indonesia?”
Bandar Lampung.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber, media cetak dan elektronik,
1. Hukum Internasional
bangsa-bangsa.
lain yang bukan negara atau subjek hukum bukan negara satu sama lain”.35
law which is composed for its greater part of the priciples and rules of
commonly observe in their relations with each other, and which includes
also:
organizations, their relations with each other, and their relatios with
as the right of duties of such individuals and non-states entities are the
kemauan bebas dan berdasarkan persetujuan sebagian atau seluruh Negara demi
35
Mochtar Kusumaatmadja.”Pengantar Hukum Internasional”. (Jakarta: Binacipta,
1997). Hlm.3-4.
36
J.G. Starke. “Introduction to International Law”. (London: Butterworths, 1984). Hlm.
3.
dalamnya.
maupun para ahli, seperti pada Pasal 38 Ayat (1) Statute of International Court of
Justice 16 Desember 1920 yang berbunyi, “The court whose function is to decide
in accordance with international law such disputes as are submitted to it, shall
apply :
a. Kebiasaan Internasional
b. Traktar-traktat Internasional
d. Karya-karya hukum
Sumber hukum formal ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sumber hukum
primer dan sekunder, yang termasuk sumber hukum internasional primer adalah,
a. Perjanjian-perjanjian Internasional
37
Statute of International Court of Justice, Pasal 38 Ayat (1).
c. Prinsip-prinsip umum
hukum subsider
subjek hukum itu sendiri. Menurut I Wayan Parthiana subjek hukum pada
umumnya diartikan sebagai pemgang hak dan kewajiban menurut hukum. Dengan
kewajiban. Secara umum yang dipandang sebagai subjek hukum adalah : (a)
individu atau orang perorangan atau disebut pribadi alam dan (b) badan atau
lembaga yang sengaja didirikan untuk maksud dan tujuan tertentu yang karena
sifat, ciri, dan coraknya yang sedemikian rupa dipandang mampu berkedudukan
sebagai subjek hukum. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa subjek hukum
38
H. Budi Mulyana, S.IP.,M.SI,”Sumber Hukum Internasional” (Online), tersedia di:
https://repository.unikom.ac.id/51193/1/Materi%204%20-%20Sumber-Hukum-Internasional.pdf.
hukum internasional; dan setiap pemegang atau pendukung hak dan kewajiban
1. Negara
a. Penduduk tetap;
b. Wilayah tertentu;
c. Pemerintahan; dan
d. Kedaulatan;
tersebut, tidak ada pula kedudukan suatu Negara yang lebih tinggi dari
tersebut adalah:
a. Negara Kesatuan;
b. Negara Federal;
d. Konfederasi;
39
I Wayan Parthiana, “Pengantar Hukum Internasional”, Penerbit Mandar Maju,
Bandung, 1990, Hlm. 58 dikutip dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37725/Chapter%20II.pdf?sequence=2&isA
llowed=y
e. Negara-Negara Netral;
h. Protektorat.
2. Organisasi Internasional
perjanjian internasional.
sebagaimana kedudukan yang dimiliki oleh Negara. Hal ini timbul sejak
5. Pemberontak
pemerintahannya;
tersebut.
6. Individu
memberikan hak tertentu kepada perorangan, maka hak itu harus diakui
2. Hukum Nasional
yang terdiri atas prinsip-prinsip serta peraturan yang harus ditaati oleh
campuran dari sistem hukum agama, hukum eropa, dan hukum adat. Hukum
besar berbasis pada hukum Eropa kontinental baik itu hukum perdata maupun
hukum pidana. Hukum Eropa yang di ikuti khususnya dari belanda itu karena
Hukum adat juga merupakan bagian dari hukum nasional, karena di Indonesia
40
“Subjek-subjek Hukum Internasional”.(online), tersedia di:
http://repository.unimal.ac.id/2104/1/Bab%205.pdf.
41
“Pengertian Hukum Nasional” (online), tersedia di:
https://www.temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-nasional.html.
beserta Amandemennya;
(PERPPU);
3. Kebebasan Berpendapat
pada sebuah hak untuk berbicara atau berpendapat secara bebas tanpa ada
42
Ibid.
43
“Sumber-Sumber Hukum Republik Indonesia” (online), tersedia di:
https://matthewhanzel.com/2011/03/24/sumber-sumber-hukum-republik-indonesia/
44
Soca Brilianita Rachma, “Hak Kebebasan Bependapat” (online), tersedia di:
https://www.kompasiana.com/socabr/54f5dd86a33311f64e8b480f/hak-kebebasan-berpendapat
manusia. Oleh sebab itu, hak ini dijamin oleh Deklarasi Universal Hak-Hak
Article 19
“Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right
includes freedom to hold opinions with out interference and to seek, receive
and impart information and ideas through any media and regardless of
fronties”45
merupakan bunyi Pasal 19, adapun Pasal 20 yang terdiri dari 2 Ayat,
berbunyi
Article 20
association.
Hal ini pun diatur dalam hukum Indonesia, hal ini tertuang dalam UUD
mengeluarkan pendapat.47
45
Universal Declaration of Human Rights, Article 19, Hlm. 40 (online), tersedia di:
https://www.un.org/en/udhrbook/pdf/udhr_booklet_en_web.pdf
46
Universal Declaration of Human Rights, Article 20, Hlm. 42 (online), tersedia di:
https://www.un.org/en/udhrbook/pdf/udhr_booklet_en_web.pdf
47
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Pasal 28E Ayat (3) (online),
Tersedia di: http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf
dilandasi akal sehat, niat baik, dan norma-norma yang berlaku dalam
saja bermanfaat bagi dirinya, melainkan juga bermanfaat bagi orang lain,
berlandasakan pada:
48
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Pasal 28F(online), Tersedia di:
http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf
49
Arnan Victor, “Kebebasan Berpendapat di Indonesia”, (online), tersedia di:
https://www.kompasiana.com/arnanvictor/5836efbd329773232e5ae87c/kebebasan-berpendapat-
di-indonesia?page=all
50
ibid.
e. Asas manfaat.”51
4. Media Sosial
generated content”.52
forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau
gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set
1. Partisipasi Pengguna
2. Terdapat Keterbukaan
4. Saling terhubung
51
Undang-Undang No.9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum, Pasal 3 (online), Tersedia di:
https://radenfatah.ac.id/tampung/hukum/20161123113545uu-09_1998_tth_kemerdekaan-
menyampaikan-pendapat-di-muka-umum.pdf
52
“Media Sosial” (Online), Tersedia di: https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
53
Ibid.
dan website;
masyarakat;
beberapa tujuan daripada adanya media sosial itu sendiri, antara lain:
1. Aktualisasi diri
orang.
2. Membentuk komunitas
54
“Pengertian Media Sosial Secara Umum” (Online), Terdapat di:
https://www.maxmanroe.com/vid/teknologi/internet/pengertian-media-sosial.html
4. Media pemasaran
5. Hoax
Hoax yang berasal dari kata”focus Pocus” yang berasal dari bahasa latin
“hoc est corpus”, yang berarti berita palsu. Hoax juga terdapat dalam bahasa
Inggris yaitu “Hoax” yang memiliki arti yang sama yaitu berita palsu. Secara
terminology, hoax adalah pesan palsu yang digunakan untuk menipu atau
F. Metode Penelitian
menganalisanya.57
55
Ibid.
56
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoax Dalam Kajian Pemikiran Islam dan
Hukum Positif”. Jurnal Sosial&Budaya Syar-I Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Vol.V No.3, 2018. Hlm.291
57
Soerjono Soekanto.2006.Pengantar Penelitian Hukum.Jakarta: UI-Press. Hlm.43
dalam penelitian skripsi ini adalah dengan penelitian hukum normatif, yaitu
2. Sumber Data
yaitu:59
binding atau mengikat, yaitu: Studi pustaka adalah sumber data yang
58
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2007. Hlm. 33
59
Sanapiah Faisal,”Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar dan Aplikasi”. (Malang, YA3,
2007). Hlm.42
misalnya yang berasal dari bidang: sosiologi dan filsafat dan lain
buku, jurnal ilmiah, artikel dari internet, serta bahan-bahan lain yang
4. Analisis Data
Tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini data yang
dalam penelitian ini. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
60
Soerjono Soekanto. “Pengantar Penelitian Hukum”. (Jakarta, Penerbit UI Press, 2001).
Hlm.9
1. Mengetahui atau mengenal apa dan bagaimana hukum positif dari suatu
masalah tertentu;
praktisi hukum);
61
“Penelitian Kuantitatif” (Online), Tersedia di:
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif
62
“Pengertian Hukum Normatif” (Online). Tersedia di: https://idtesis.com/pengertian-
penelitian-hukum-normatif-adalah/
G. Sistematika Penulisan
penelitian ini. Adapun sistematika penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
penelitian ini dilakukan kemudian perumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini yang diikuti dengan tujuan dan manfaat penelitian yang digunakan
Bab II akan membahas tentang aspek historis dan aspek yuridis daripada
hak kebebasan berpendapat itu sendiri dan juga beberapa hukum internasional
internasional.
63
Ibid.
intisari daripada seluruh bab hasil penelitian, dilakukan sebagai bagian akhir
daripada penelitian ini. Terdapat kesimpulan serta diikuti dengan saran yang
INTERNASIONAL
the internet is that it functions simultaneously as a medium for publishing and for
receiver can and does become content provider, of his own accord, or through
telecommunication service”.64
internet memiliki fungsi sebagai media untuk publishing dan juga komunikasi.
dari orang ke orang, orang ke banyak orang, dan banyak orang ke banyak orang.
64
Rikke Frank Jorgensen. “Internet and Freedom of Expression”. (European Master
Degree in Human Rights and Democratisation, Raoul Wallenberg Institute, 2001). Hlm. 23,
37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
televisi, radio, maupun media cetak seperti Koran, majalah, dan sejenisnya.
Perpaduan teknologi teks, suara, gambar yang menjadi hidup karena dapat terjadi
secara interaktif, menjadikan internet menjadi media yang sangat unggul saat
menyampaikan nilai, perspektif dan ide kepada orang dari berbagai budaya, kelas
sosial dan usia di seluruh dunia.67 Internet memfasilitasi integrasi lintas budaya
dimana budaya seperti benda, ide, kepercayaan, dan pola kebiasaan saling
65
Salman, “Media Sosial sebagai Ruang Publik”, Tanpa Tahun, Jurnal Bisnis dan
Komunikasi Ilmu Komunikasi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta. Hlm. 124
66
Ibid. Hlm.21
67
Tony Yuri Rahmanto, “Kebebasan Berekspresi Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia:
Perlindungan, Permasalahan dan Implementasinya di Provinsi Jawa Barat”. 2016. Badan
Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM. Hlm.49
menyebabkan aspek kultural suatu Negara menyebar dari satu Negara ke Negara-
negara lain. Internet juga meningkatkan komunikasi antar budaya dan mengubah
beroperasi pada kultur global, seseorang akan tetap menjadi anggota pada suatu
kultur tertentu.68
elektronik, serta memainkan peran penting dalam tatanan sosial dan budaya baru.
Salah satu bagian penting dari konsep ini adalah terciptanya global village (desa
global), sebuah bentuk baru organisasi sosial yang muncul ketika media
elektronik mengikat dunia dalam satu tatanan. Kondisi ini akan membawa
pendengaran, dan sentuhan melalui ruang dan waktu.69 Apa yang dikemukakan
McLuhan itu saat ini terbukti benar dengan kehadiran media baru berbasis internet
yang hampir mendominasi seluruh kegiatan manusia. Bahkan kini internet tidak
68
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm.728
69
Apriadi Tambukara, Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.
( Jakarta: PT Raja Grafinfo Persada, 2013) dikutip oleh Rani Diah Anggraini, “Hoax dan Hate
Speech, Representasi Negatif Kebebasan Berpendapat”, (Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta,
Tanpa Tahun) Hlm.3
hanya menjadi sarana untuk mencari informasi, tetapi sudah menjadi sumber
atau “media sosial” saat ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi internet
itu sendiri. Media sosial merupakan media online, dimana pengguna media ini
menciptakan konten melalui blog, jaringan sosial, maupun forum. Media sosial
masing.71
Banyak infomasi yang didapat dari media sosial yang luput dari berita
media massa konvensional. Media sosial sebagai perwujudan konsep ruang publik
digital, wajar jika media sosial dimanfaatkan oleh para penggiat demokrasi dalam
hal ini, para aktor dan elit politik untuk menyebarkan segala bentuk komunikasi
dan juga bentuk pertanggung jawaban atas hal-hal yang sudah mereka lakukan.72
Dalam era digital, mudah bagi setiap orang untuk berbicara secara langsung atau
70
Ibid. Hlm.3
71
Salman, Loc.Cit.
72
Salman, Op.Cit. Hlm.125
73
Putu Eva Ditayani Antari, “Tinjauan Yuridis Pembatasan Kebebasan Berpendapat
Pada Media Sosial di Indonesia”. 2017. Jurnal Hukum Undiknas Vol.4 No.1, Hlm.15
web sites untuk jejaring sosial dan microblogging) dimana pengguna dapat
dan konten lainnya (seperti video).” Definisi lain ialah “platform interaktif dimana
pengguna, dalam dunia ini, merupakan keduanya, pembuat konten yang mereka
dikecualikan.74
Beberapa jenis media sosial yang banyak digunakan pada saat ini, baik di
74
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee, Op.Cit. Hlm.6
Sumber: https://www.dummies.com/social-media/linkedin/how-to-use-
the-linkedin-home-page/ (Dikutip tanggal 19 Juli 2019)
Perkembangan media sosial terjadi dengan sangat pesat. Pada tahun 2019
75
Putu Eva Ditayani Antari, Op.Cit. Hlm.17
76
Number of monthly active Facebook users worldwide (Online), tersedia pada:
https://www.statista.com/statistics/264810/number-of-monthly-active-facebook-users-worldwide/
77
WhatApp Reevenue and Usage Statistics (2019), Tersedia pada:
https://www.businessofapps.com/data/whatsapp-statistics/
78
65 Amazing LINE Statistics and Facts (2019) By the number (Online), Tersedia pada:
https://expandedramblings.com/index.php/line-statistics/
pengguna79, Twitter memiliki 275 juta pengguna 80, LinkedIn memiliki 500 juta
Sumber: https://websindo.com/indonesia-digital-2019-media-sosial/
(Dikutip tanggal 19 Juli 2019)
berdasarkan data diatas yang dilakukan pada Januari 2019, 56% dari total populasi
di Indonesia yang berjumlah 269 juta83 merupakan pengguna aktif media sosial,
adapun jumlah keseluruhan dari pengguna sosial di Indonesia adalah 150 juta
79
10 Instagram Stats Every Marketer Should know in 2019 [Infographic] (Online),
Tersedia pada: https://id.oberlo.com/blog/instagram-stats-every-marketer-should-know
80
Number of Twitter users worldwide from 2014 to 2020 (in millions) (Online), Tersedia
pada: https://www.statista.com/statistics/303681/twitter-users-worldwide/
81
48 Eye-Opening LinkedIn Statistics for B2B Marketers In 2019 (Online), Tersedia
pada: https://foundationinc.co/lab/b2b-marketing-linkedin-stats/
82
Youtube by the Numbers: Stats, Demographics & Fun Facts (Online), Tersedia pada:
https://www.omnicoreagency.com/youtube-statistics/
83
“Current World Population”, Diakses pada https://www.worldometers.info/world-
population/
pengguna, 130 juta pengguna mengakses media sosial melalui perangkat mobile,
perangkat mobile.84
media sosial untuk kegiatan berbagi informasi. Akan tetapi tidak sedikit
masyarakat kelas atas maupun kelas bawah, muda atau tua, laki-laki atau
bagi masyarakat, mereka bebas menyuarakan apa yang harus disampaikan pada
masyarakat melalui media sosial tersebut, yang mana media sosial merupakan
adalah menciptakan ruang publik yang terbuka bebas bagi semua pihak untuk
terlibat dalam proses pengambilan keputusan publik, konsep ruang publik yang
84
Ibid.
85
Salman, Loc.Cit.
86
Ibid.
Rue bahwa internet merupakan media yang mampu menjadi sarana yang penting
dalam pemenuhan hak berpendapat dan berekspresi. Pandangan ini juga didukung
sebelumnya.90
dengan adanya pemahaman mengenai esensi dari kebebasan berpendapat dan rasa
kebebasan ini.91 Oleh karena itu regulasi sangatlah penting bagi keteraturan dan
87
Putu Eva Ditayani Antari, Loc.Cit.
88
Ibid. Hlm. 21
89
Ibid. Hlm. 22.
90
Ibid.
91
Ibid.
industri media dan global media. Pengertian regulasi media sendiri ialah aturan-
aturan dan kebijakan yang berkaitan dengan yang mengatur hubungan dan
operasional media massa. Akan tetapi hal ini tidak jarang dianggap sebagai suatu
aturan yang bersifat membatasi, adanya kontrol penuh oleh Negara, dan bahkan
kaum minoritas.93
Berdasarkan tiga alasan tersebut, regulasi justru tetap dapat menjunjung tinggi
nilai kebebasan berekspresi setiap individu serta penghormatan hak asasi manusia
dan bahkan dapat memaksa mayoritas untuk tetap mau untuk tetap mau membuka
mengenai hak asasi manusia dikaitkan erat dengan kehancuran yang terjadi dalam
perang dunia ke-2. Kekejian yang dilakukan oleh Amerika saat perang dunia ke-2
92
Tony Yuri Rahmanto. Op.Cit. Hlm. 51
93
Ibid.
94
Ibid.
keamanan internasional di masa depan. Hal ini dapat dilihat pada piagam PBB.
freedom from fear.99 Dalam pidato ini, Rooselvelt mengutip kehormatan universal
untuk kebebasan berpendapat (diantar hak-hak lainnya) sebagai hal yang utama
untuk kedamaian dunia. Hubungan antara hak asasi manusia yang umum dan
kebebasan berekspresi ini secara khusus mendorong hak atas statusnya saat ini
95
Westphalian model konsep kedaulatan Negara-negara di teritorinya sendiri tanpa
campur tangan agen asing dalam struktur domestiknya
96
Eric Kiber Morusoi. “The Right To Freedom of Expression And Its Role In Political
Transformation In Kenya”.(Disertasi Program Doktor Ilmu Hukum University of Pretoria, Pretoria,
2016). Hlm.152.
97
Ibid.
98
Ibid. Hlm.153
99
“Our Documents: Franklin Rooselvelt‟s Annual Address to Congress – The “Four
Freedoms” Tersedia di: http://docs.fdrlibrary.marist.edu/od4freed.html
sebagai bahan hukum hak asasi manusia internasional. Setelah itu, asprirasi yang
kebebasan akhirnya diwujudkan dalam UDHR yang diadopsi oleh Majelis PBB
Scandinavia pada Abad ke-18, hak inipun ditetapkan di Perancis pada tahun 1789
dan pada konstitusi Amerika pada tahun 1791. Hari ini hak kebebasan
ide Locke mengenai hak dan hukum alam, kemunculan liberalisme klasik dan
Eropa yang terjadi pada abad ke-16, ide Locke mengenai hak alami dan hukum
alam, liberalisme klasik yang diartikulasikan oleh Mill (dan lainnya), kemunculan
hak istimewa parlemen dan perang dunia ke-2, semua hal tersebut membentuk
untuk menyuarakan pendapat secara terbuka tanpa harus takut akan disensor
dan umumnya dianggap termasuk dalam bentuk lain daripada ekspresi. Hak ini
100
Eric Kiber Morusoi. Loc.Cit
101
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm.707
102
Ibid. Hlm. 147.
dan persyaratan untuk kebebasan dan kepuasan individu. Hak seseorang untuk
politik, sosial dan nilai moral, mendukung upaya artistik dan ilmiah yang bebas
hambatan. Kebebasan berekspresi tidak bersifat absolut, karena debat terbuka dan
otonomi personal dapat menyebabkan konflik antara nilai dan hak yang dihormati
oleh sistem. Oleh karena itu, hak kebebasan berekspresi dapat dibatasi oleh
sistem.104
hormati dalam sejarah perkembangan sipil, sering juga disebut sebagai “the first
bermula di Athena dan tulisan dari Plato dan Euripides. Konsep kebebasan ini
juga dapat ditemukan pada dokumen-dokumen di abad ke-17 seperti 1688 English
dibatasi oleh parlemen. Karena itu, tidak mungkin legislator akan terkena dampak
103
“Freedom of Speech by Country” (Online), Tersedia di:
https://en.wikipedia.org/wiki/Freedom_of_speech_by_country
104
Rikke Frank Jorgensen. Op.Cit. Hlm.33
105
Kitsuron Sangsuvan, Loc.Cit.
peran yang penting dalam mempromosikan dan melindungi Hak Asasi Manusia
(HAM) di seluruh dunia. Berdasarkan Pasal 1 Ayat (3) UN Charter atau Piagam
an in promoting and encouraging respect for human rights and for fundamental
salah satu prinsip tujuan daripada PBB adalah “untuk mencapai kerjasama
asasi dan untuk kebebasan dasar untuk semua orang tanpa perbedaan seperti ras,
cangkupan hak asasi manusia internasional yang dilindungi oleh PBB. 108
bahwa ada beberapa “standart umum kepatutan yang bisa dan harus diterima oleh
106
Ibid.
107
Charter of the United Nation, Article 1 (3), Tersedia pada:
http://legal.un.org/repertory/art1.shtml
108
Kitsuron Sangsuvan. Loc.Cit.
yang dapat diterima dan diterapkan oleh seluruh dunia. Dokumen tersebut
memuat 30 pasal yang memiliki garis besar mengenai hak Universal, termasuk
hak untuk hidup, keamanan seseorang, pengadilan yang adil, kebebasan bergerak,
yang utama untuk kedamaian dunia. Hubungan antara hak asasi manusia yang
umum dan kebebasan berekspresi ini secara khusus mendorong hak atas
statusnya saat ini sebagai bahan hukum hak asasi manusia internasional. Setelah
diadopsi oleh Majelis PBB pada Desember 1948. Diantara hak-hak yang
disebutkan, hak kebebasan berekspresi terdapat dalam Pasal 19110, yang berbunyi
sebagai berikut:
Article 19
“ Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right
includes freedom to hold opinions without interference and to seek, receive, and
impart information and ideas through any media and regardless of frontiers.” 111
109
Ibid, Hlm. 709.
110
Eric Kiber Morusoi, Op.Cit, Hlm.153.
111
Universal Declaration of Human Rights, Article 19.
dalam berpendapat ataupun berekspresi, hak ini juga mencakup hak berpendapat
universal atas UDHR dan langkah-langkat yang diambil selanjutnya oleh Negara-
(ICESCR). UDHR juga mempengaruhi isi dari Bills of Rights dalam Konstitusi-
konstitusi yang dibuat setelah tahun 1948. 115 UDHR menciptakan dasar-dasar
nilai dan norma yang penting yang juga dipakai oleh komunitas internasional.116
UDHR ke dalam hukum domestik, oleh karena itu tidak semua kebebasan yang
112
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm.710
113
Eric Kiber Morusoi, Op.Cit.
114
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm.710
115
Eric Kiber Morusoi, Loc.Cit.
116
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm.710
internasional.117
Human Rights yang menjamin gambaran yang lebih luas dalam hal hak-hak sipil
dan politik.118
Article 19
2. Everyone shall have the rights to freedom of expression; this right shall
include freedom to seek. Receive, and impart information and ideas of all
117
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee. Op.Cit. Hlm.12
118
Kitsuron Sangsuvan, Loc.Cit
119
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee. Op.Cit. Hlm.13
media apapun baik tulisan, print, atau media lain yang dikehendakinya, namun
dalam praktik hak ini yang terdapat pada Ayat (2) disertai dengan kewajiban dan
tanggung jawab khusus, tapi pembatasan ini hanya dapat dilakukan sesuai dengan
hukum dan apabila diperlukan untuk kepentingan menghormati hak atau reputasi
atau nama baik orang lain dan melindungi keamanan nasional, ketertiban umum,
120
International Convenant on Civil and Political Rights, Article 19 (Online) terdapat di:
https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf
beberapa batasan tertentu yang “sesuai dengan hukum” dan “diperlukan dalam
Article 10
1. Everyone has the right to freedom of expression. This right shall include
freedom to hold opinions and to receive and impart information and ideas
without interference by public authority and regardless of frontiers. This
article shall not prevent States from requiring the licesing of broadcasting,
television or cinema enterprises.
2. The exercise of these freedoms, since it carries with it duties and
responsibilities, may be subject to such formalities, conditions, restrictions
or penalties as are prescribed by law and are necessary in a democratic
society, in the interest of national security, territorial integrity or public
safety, for the prevention of disorder or crime, for the protection of health
or morals, for the protection of the reputation or right of other, for
preventing the disclosure of information received in confidence, or for
maintaining the authority and impartiality of the judiciary.122
Dijelaskan pada ayat 1 pasal diatas bahwa semua orang memiliki hak
kebebasan berekspresi dan hak ini termasuk hak untuk berpendapat, menerima,
dan menyebarkan informasi dan ide-ide tanpa adanya intervensi dari pihak yang
berwenang walaupun terdapat batasan. Pasal ini tidak akan mencegah Negara
Adapun dalam ayat 2 dalam pasal ini dijelaskan bahwa pelaksanaan kebebasan ini
karena disertai dengan tugas dan tanggung jawab, dapat diterapkan formalitas,
kondisi, pembatasan atau hukuman sebagaimana ditentukan oleh hukum dan yang
121
“Article 10 of the European Convention on Human Rights” (Online), Tersedia pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/Article_10_of_the_European_Convention_on_Human_Rights
122
The European Convention on Human Rights, Article 10 (Online), terdapat di:
https://www.echr.coe.int/Documents/Convention_ENG.pdf
atau kejahatan, perlindungan kesehatan moral, reputasi ataupun hak orang lain,
karena terbatasnya frekuensi yang terjadi dan fakta bahwa, pada saat itu, sebgaian
terakhir, pembenaran pembatasan ini tidak dapat dibuat dengan mengacu pada
jumlah frekuensi dan saluran yang tersedia.” Monopoli public dalam media audio-
visual dinilai oleh pengadilan bertentangan dengan Pasal 10, terutama karena
parabola, tidak termasuk dalam batasan yang ditentukan dalam kalimat terakhir
ayat pertama.123
Article 13
1. Everyone has the right to freedom of thought and expression. This right
includes freedom to seek, receive, impart information and ideas of all
kinds, regardless of frontiers, either orally, in writing, in print, in the form
of art, or through any other medium of one‟s choice.
123
Ibid.
2. The exercise of the right provided for in the foregoing paragraph shall not
be subject to prior cencorship but shall be subject to subsequent
imposition of liability, which shall be expressly estabilished by law to the
extend necessary to ensure;
a. Respect for the rights or reputations of others; or
b. The protection of national security, public order, or public health or
morals.
3. The right of expression may not be restricted by indirect methods or means,
such as the abuse of government of private controls over newsprint, radio
broadcasting frequencies, or equipment used in the dissemination of
information, or by any other means tending to impede the communication
and circulation of ideas and opinions.
4. Notwithstanding the provisions of paragraph 2 above, public
entertainments may be subject by law to prior cencorship for the sole
purpose of regulating access to them for the moral protection of childhood
and adolenscence.
5. Any propaganda for war and any advocacy of national, racial, or religious
hatred that constitude incitements to lawless violence or to any other
similar action against any person or group of persons on any grounds
including those of race, color, religion, language, or national origin shall
be considered as offenses punishable by law.124
Pasal diatas terdiri dari 5 ayat yang mengatur mengenai hak kebebasan
berekspresi, pada ayat (1) memiliki bunyi yang hampir sama dengan pasal 19 dan
pasal 19 ayat (2) ICCPR yang menyatakan bahwa seseorang berhak dalam
media apapun yang dipilihnya. Pada ayat (2) menyatakan bahwa praktik hak ini
yang disediakan pada ayat sebelumnya tidak harus tunduk terhadap sensor
sebelumnya namun harus tunduk terhadap lialibitas yang ditentukan dalam hukum
untuk menjamin kehormatan hak atau reputasi orang lain atau perlindungan
terhadap keamanan negara, keseimbangan publik juga kesehatan publik dan moral.
124
The American Convention on Human Rights, Article 13 (Online), Terdapat di:
https://www.cidh.oas.org/basicos/english/basic3.american%20convention.htm
Ayat (3) dari pasal diatas menjelaskan bahwa hak ini tidak boleh dibatasi
kontrol pemerintah terhadap koran, frekuensi siaran radio, atau peralatan yang
menghambat komunikasi dan sirkulasi ide dan pendapat. Pada ayat (4)
menyatakan bahwa terlepas dari ketentuan-ketentuan yang diatur pada ayat (2),
hiburan public dapat tunduk terhadap sensor dengan satu-satunya tujuan untuk
mengatur akses kepada mereka untuk perlindungan moral terhadap anak dan
remaja. Pada ayat terakhir memuat mengenai segala propaganda untuk perang dan
hasutan kebencian terhadap nasional, ras, atau agama yang menghasilkan tindakan
kekerasan tanpa disertai hukum atau tindakan serupa lainnya kepada seseorang
atau sekelompok orang kan dianggap sebagai pelanggaran pasal yang dapat
2. Every individual shall have the right to express and disseminate his
hak menerima informasi, dan pada pasal (2) menyatakan bahwa setiap individual
125
The African Charter on Human and Peoples‟ Rights, Article 9 (Online), Terdapat di:
http://www.humanrights.se/wp-content/uploads/2012/01/African-Charter-on-Human-and-Peoples-
Rights.pdf
Media Sosial
oleh Negara. Saat suatu Negara mengikatkan diri pada suatu perjanjian hukum
jelas hanyalah The International Convenant on Civil and Political Rights 1966
(ICCPR).
126
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm.708
127
Ibid. Hlm. 709
(2) yang sama-sama menjamin tentang hak kebebasan berekspresi, adapun isi
“Everyone shall have the right to freedom of expression; this right shall
include freedom to seek, receive, and impart informations and ideas of all kinds,
berpendapat tanpa diintervensi. Hak kebebasan ini juga mencakup hak mencari,
yang dapat disampaikan melalui media apapun baik secara lisan, tulisan, print,
sesungguhnya secara global maupun pada konstitusi, hak individu atas informasi,
Sebagai pedoman atas pelaksanaan hak tersebut, secara umum dapatlah kita
mengacu pada prinsip-prinsip yang dicetuskan oleh Free Speech Debate dalam
128
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee. Op.Cit. Hlm.13
129
Toby Mendel, “Restricting Freedom of Expression: Standarts and Priciples”,
(Background Paper for meetings hosted by the UN Special Rapporteur on Freedom of Opinion and
Expression,Centre for Law and Democracy, Tanpa Tahun) Hlm.2
130
International Convenant on Civil and Political Rights, Article 19 (Online) terdapat di:
https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf
1. Kita – semua manusia – harus bebas dan dapat mengekspresikan diri, dan
tanpa batasan;
maupun swasta;
4. Kita berbicara secara terbuka dan dengan sopan tentang segala macam
perbedaan manusia;
5. Kita mengizinkan untuk tidak ada tabu dan diskusi dan penyebaran
pengetahuan;
intimidasi kekerasan;
131
Amira Rahma Sabela & Dina Wahyu Pritaningtias. Op.Cit. Hlm.88
9. Kita harus mempu untuk melawan penghinaan pada reputasi kita tanpa
10. Kita harus bebas untuk menentang batasan kebebasan berekspresi dan
pembatasan yang diizinkan atas hak kebebasan berekspresi dalam media baru
dan berkembang yaitu media “online” dibawah Pasal 19. Laporan tersebut
hak asasi manusia yang sama dengan yang melindungi konten offline tradisional.
Penangguhan hak kebebasan berekspresi pada konten online harus melewati tes
yang sama yang dilakukan pada konten tradisional. Standar ini terbagi dalam tiga
individual untuk mengatur perilaku mereka sesuai dan harus dapat diakses
oleh publik;
b. Pembatasan apapun harus mengikuti salah satu dasar hukum sah untuk
yakni:
132
Ibid.
133
Ibid, Hlm.14
publik;
tersebut harus diterapkan oleh badan yang indepen secara politik dan tidak boleh
melindungi ekspresi via media internet, termasuk jejaring sosial, cukup untuk
134
Ibid.
135
Ibid.
nyata sebuah kasus bencana alam atau bencana kemanusiaan dan meningkatan
atau apapun berbasis internet [atau] elektronik” dilarang kecuali sejauh tindakan
tersebut sesuai dengan Pasal 19 Ayat (3). Pemblokiran konten hanya dilakukan
semata-mata karena adanya kritik terhadap pemerintah Negara atau sistem politik
menawarkan sarana yang kuat dimana partisipasi yang lebih luas diwakilkan oleh
diperbolehkan oleh Pasal 19 Ayat (3), namun dibawah kondisi yang ketat;
136
Ibid.
137
Ibid.
138
Ibid.
terperinci dalam General Comment No.34. 139 Jenis-jenis ekspresi dan media
cultural and artistic expression, teaching, and religious discourse. It may also
dalam pasal 19 adalah ekspresi mengenai politik, komentar mengenai apa yang
dimiliki oleh seseorang dan urusan publik, kampanye, diskusi mengenai hak
asasi manusia, jurnalisme, ekspresi mengenai seni dan budaya, mengenai ajaran,
dan urusan keagamaan. Iklan komersial juga termasuk dalam lingkup ekspresi
yang diatur dalam pasal 19. Ayat (2) juga mencakup dengan ekspresi yang
yang dilindungi, dan menyatakan segala bentuk dan maksud ekspresi dilindungi
“12. Paragraph 2 protects all forms of expression and the means of their
dissemination. Such forms include spoken, written and sign language and such
modes of expression.”142
ekspresi dapat berbentuk lisan, tulisan, dan bahasa isyarat. Ekspresi non-verbal
seperti gambar dan objek seni juga merupakan bentuk ekspresi yang
poster, spanduk, pakaian, dan pendapat hukum. Audio-visual serta ekspresi yang
diungkapkan melalui media berbasis elektronik dan internet juga termasuk dalam
kebebasan pers terutama mengenai isu-isu politik, berikut bunyi isi nya:
141
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee. Loc.Cit
142
General Comment No.34 about Article 19: Freedoms of opinion and expression,
General Remark No.12 Tersedia di https://www2.ohchr.org/english/bodies/hrc/docs/gc34.pdf
in any society to ensure freedom of opinion and expression and the enjoyment of
society. The Covenant embrances a right whereby by the media may receive
information on the basis of which it can carry out its function. The free
as free press and other media able to comment on public also has a
Dijelaskan pada general comment no.34 no.13 bahwa pres serta media
lainnya yang bebas, tanpa sensor, dan tanpa hambatan sangat penting dalam
dan berekspresi serta menikmati hak-hak lainnya yang dijamin dalam perjanjian
ini. Hal ini merupakan salah satu pilar masyarakat demokratis. Perjanjian ini
menjamin hak dimana media dapat menerima informasi sebagai dasar agar dapat
representative terpilih merupakan hal yang sangat penting. Hal ini menandakan
bahwa sebagai pers dan media yang bebas dapat mengomentari urusan publik
143
General Comment No.34 about Article 19: Freedoms of opinion and expression,
General Remark No.13 Tersedia di https://www2.ohchr.org/english/bodies/hrc/docs/gc34.pdf
global network for exchanging ideas and opinions that does not necessarily rely
on the traditional mass media intermediaries. States parties should take all
necessary steps to foster the independence of these new media and to ensure
seluruh dunia. Terdapat jaringan global untuk saling bertukar ide dan pendapat
yang tidak bergantung pada media massa tradisional pada saat ini. Negara yang
mendorong kemandirian media baru ini dan untuk memastikan akses individu di
dalamnya.
144
General Comment No.34 about Article 19: Freedoms of opinion and expression,
General Remark No.15 Tersedia di https://www2.ohchr.org/english/bodies/hrc/docs/gc34.pdf
adapun yang dijelaskan pada general comment no.34 no.11 yang menjelaskan
mengenai jenis-jenis ekspresi yang diatur dalam Pasal 19, general comment
SOSIAL
warga negara merupakan sarana awal berkembangnya paham demokrasi. Hal ini
dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sehingga sebuah negara
hukum terdapat 3 (tiga) persyaratan mutlak yang harus dipenuhi 145, yaitu:
145
Putu Eva Ditayani Antari, Op.Cit. Hlm. 16.
146
Ibid.
73
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
Lahirnya tuntutan tersebut disebabkan pada masa Orde Baru kebebasan berserikat,
perlindungan HAM dalam konstitusi hanya dipandang sebagai kiasan dan bernilai
dan ini merupakan salah satu capaian yang menjadi kesuksesan kisah gerakan
kondisi HAM.149 Pasca reformasi dan amandemen UUD RI 1945 terbuka akses
147
Ibid. Hlm. 17
148
Ibid. Hlm. 20
149
“Kebebasan Berkumpul, Berekspresi, Berpendapat, dan Hak Informasi Masih dalam
Ancaman” (Online), Tersedia pada: https://icjr.or.id/kebebasan-berkumpul-berekspresi-
berpendapat-dan-hak-informasi-masih-dalam-ancaman/
pada hukum internasional yang tertuang pada Pasal 19 UDHR dan ICCPR Pasal
pendapat ini merupakan hak asasi manusia yang paling mendasar. 151 Adapun
bunyi Pasal 19 UDHR dan Pasal 19 Ayat (2) ICCPR berbunyi sebagai berikut:
“Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right
includes freedom to hold opinions without interference and to seek. Receive and
impart information and ideas through any media and regardless of frontier.”152
Pasal 28
tulisan. Sebelumnya kebebasan ini hanya terbatas melalui media massa seperti
televisi, radio dan koran, ataupun melalui demonstrasi dan sebagainya. Namun
saat ini, dengan berkembangnya teknologi dan makin maraknya media sosial yang
bermunculan di internet, maka ruang untuk berpendapat makin terbuka luas. 154
150
Ibid. Hlm. 21.
151
Dewi Maria Herawati. Op.Cit. Hlm. 140.
152
Universal Declaration of Human Rights, Article 19, Hlm. 40 (online), tersedia di:
https://www.un.org/en/udhrbook/pdf/udhr_booklet_en_web.pdf
153
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 28, Tersedia di:
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
154
Dewi Maria Herawati. Loc.Cit.
berekspresi ini menjadi penting untuk dilihat. Sebagai kebebasan yang melekat
melalui sarana internetnya, salah satunya melalui media sosial. Media sosial telah
media sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi
kapanpun dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media
remaja, media sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka
media sosial, bahkan hampir 24 jam mereka tidak lepas dari smartphone. 158
155
Mufti Nurlatifah, “Ancaman Kebebasan Berekspresi di Media Sosial”. 2016.
Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Hlm. 4.
156
Putu Eva Ditayani Antari. Loc.Cit.
157
Anang Sugeng Cahyono, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial
Masyarakat Di Indonesia”. Tanpa Tahun. Hlm. 152.
158
Ibid.
penggunanya.160
Hak dasar yang dimiliki oleh tiap individu dalam sebuah negara tercantum
mengeluarkan pendapat.”162
untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas
yang berlaku.”163
159
“Perkembangan Media Sosial di Indonesia” (Online), Tersedia pada:
https://pakarkomunikasi.com/perkembangan-media-sosial-di-indonesia
160
Anang Sugeng Cahyono, Loc.Cit.
161
“Pembatasan Berkomentar di Medsos merampas Hak Kebebasan Berpendapat?”
(Online). Diakses pada:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d2d75a9b17f0/pembatasan-berkomentar-di-
medsos-merampas-hak-kebebasan-berpendapat/
162
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E Ayat (3) (Online),
Diakses pada: http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
163
Undang-Undang No.9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum Pasal 1 Ayat (1) (Online), Diakses pada: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_98.htm
luaskan pendapat sesuai dengan hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan
pendapatnya, namun ia harus tetap tunduk kepada hukum yang berlaku. Hal ini
disebutkan dalam Pasal 28J Ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:167
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
164
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28F (Online), Diakses pada:
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
165
“Pembatasan Berkomentar di Medsos merampas Hak Kebebasan Berpendapat?”,
Loc.Cit.
166
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 23 Ayat (2) (Online), Diakses pada:
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-1999-tentang-$H9FVDS.pdf
167 Pembatasan Berkomentar di Medsos merampas Hak Kebebasan Berpendapat?”,
Loc.Cit.
168 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E Ayat (3) (Online),
Diakses pada: http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
pemenuhan dan perlindungan yang utuh dan menyeluruh, adapun pada catatan
terhadap keamanan negara, pasal makar yang justru menyasar kepada ekspresi
Rancangan Undang-Undang yang diajukan oleh Pemerintah dan DPR. Salah satu
ideologi negara yang masih multitafsir dan samar. Kedua, mengenai tindak pidana
penghinaan terhadap martabat Presiden dan Wakil Presiden yang dalam KUHP
dengan penghinaan terhadap pemerintah yang sah atau biasa disebut haatzaai
Konstitusi pada tanggal 17 Juni 2017. Keempat, BAB IV tentang Tindak Pidana
Terhadap Proses Peradilan, atau lazim disebut Cotemp of Court (CoC) dimana
169
“Kebebasan Berkumpul, Berekspresi, Berpendapat, dan Hak Informasi Masih dalam
Ancaman”, Loc.Cit.
170
Ibid.
dapat mempengaruhi sifat tidak memihak hakim dalam sidang pengadilan yang
diatur dalam Pasal 305 huruf E tidak ada ukuran yang jelas serta indikator yang
Universal Declaration of Human Rights 1948 (UDHR) Pasal 19, namun UDHR
tidak memiliki kekuatan mengikat secara hukum, adapun bunyi dari pasal 19
Article 19
“Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right
include freedom to hold opinions without interference and to seek, receive, and
impart information and ideas through any media and regardless of frontiers.”172
mengenai hak asasi manusia. UDHR telah menginspirasi banyak hukum serta
171
Ibid.
172
Universal Declaration Of Human Rights, Article 19.
halnya International Convenant on Civil and Political Rights 1966 (ICCPR) yang
gambaran yang lebih luas dalam hal hak-hak sipil dan politik.175
berikut:176
Article 19
2. Everyone shall have the rights to freedom of expression; this right shall
include freedom to seek. Receive, and impart information and ideas of all
173
Kitsuron Sangsuvan, Op.Cit. Hlm. 710.
174
Ibid.
175
Ibid.
176
African Affairs Committee & Freedom of Expression Subcommittee. Op.Cit. Hlm. 13.
media apapun baik tulisan, print, atau media lain yang dikehendakinya, namun
dalam praktik hak ini yang terdapat pada Ayat (2) disertai dengan kewajiban dan
tanggung jawab khusus, tapi pembatasan ini hanya dapat dilakukan sesuai dengan
hukum dan apabila diperlukan untuk kepentingan menghormati hak atau reputasi
atau nama baik orang lain dan melindungi keamanan nasional, ketertiban umum,
Hak dasar yang dimiliki oleh tiap individu dalam sebuah negara tercantum
kebebasan berpendapat178, antara lain terdapat dalam Pasal 28E Ayat (3) UUD RI
1945, Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No.9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, adapun bunyi pasal-pasalnya
mengeluarkan pendapat.”179
untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas
yang berlaku.”180
luaskan pendapat sesuai dengan hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 28E Ayat (3), ”Secara bebas dan
Kebebasan ini disertai dengan tanggung jawab yang diatur dalam 28J Ayat (2),
179
Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E Ayat (3) (Online),
Diakses pada: http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
180
Undang-Undang No.9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di
Muka Umum Pasal 1 Ayat (1) (Online), Diakses pada: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_98.htm
181
“Pembatasan Berkomentar di Medsos merampas Hak Kebebasan Berpendapat?”,
Loc.Cit.
182
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Pasal 23 Ayat (2) (Online), Diakses pada:
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-1999-tentang-$H9FVDS.pdf
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
HUKUM NASIONAL
HUKUM
NO UU NO.39/1999 KET.
INTERNASIONAL UU ITE
TENTANG HAM
183 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E Ayat (3) (Online),
Diakses pada: http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
2 Pasal 19 Ayat (2) Pasal ini mengatur Baik pada UU Pembatasan yang
ICCPR bahwa dalam No.11 Tahun 2008 dimaksud dalam
menyebutkan penyampaian Tentang Informasi hal ini merupakan
"Regardless of pendapat haruslah dan Transaksi pembatasan
frontier" atau "memperhatikan Elektronik, terhadap norma-
"terlepas dari adanya nilai-nilai agama, ataupun UU No.19 norma yang
pembatasan", namun kesusilaan, Tahun 2016 berlaku dalam
tidak disebutkan ketertiban, Tentang masyarakat.
pembatasan yang kepentingan umum, Perubahan atas
dimaksud dalam dan keutuhan Undang-Undang
pasal ini. bangsa." No.11 Tahun 2008
Tentang Informasi
dan Transaksi
Elektronik tidak
ada mengatur
mengenai hal ini.
4 Pasal 19 Ayat (3) Mengenai hal ini dijelaskan dalam UUD Pada kedua pasal
menyebutkan RI 1945 Pasal 28J Ayat (2) yang baik pada hukum
"(3) The exercise of berbunyi sebagai berikut: internasional
the right provided in "Dalam menjalankan hak atas maupun hukum
paragraph 2 of this kebebasannya, setiap orang wajib tunduk nasional sama-
article carries with kepada pembatasan yang ditetapkan sama disebutkan
it special duites and dengan undang-undang dengan maksud bahwa terdapat
responsibilites. It semata-mata untuk menjamin pengakuan tanggung jawab
may therefore be serta penghormatan atas hak dan dalam praktik
subject to certain kebebasan orang lain dan untuk kebebasan
restriction, but these memenuhi tuntutan yang adil sesuai berpendapat,
shall only be such as dengan pertimbangan moral, nilai-nilai bahwa dalam
are provided by law agama, keamanan, dan ketertiban umum pelaksanaan
and are necessary: dalam suatu masyarakat demokratis." kebebasan ini
(a) For respect of haruslah tunduk
the rights or kepada
reputations of pembatasan yang
others; (b) For the diatur dalam
protection of hukum, maksud
national security or dari pada mengapa
of public order adanya
(ordre public), or of pembatasan
Sumber Tabel 1.1: instrumen hukum internasional mengenai hak kebebasan berpendapat dan
instrumen-instrumen hukum nasional mengenai hak kebebasan berpendapat.
BERPENDAPAT
informasi, media sosial juga dapat menjadi sarana komunikasi antar sesama
media sosial yang menawarkan berbagai akses kemudahan akan lebih efektif dan
maupun saran dalam pembangunan. Disisi lain perlu adanya dorongan kepada
sosial. Banyak sekali pengguna media sosial yang memanfaatkan media ini untuk
hal-hal yang sifatnya negatif dan dapat merugikan semua pihak, baik itu
Permasalahan yang timbul dari penggunaan media sosial saat ini adalah
banyaknya hoax yang disebar luaskan, bahkan orang terpelajar pun tidak dapat
membedakan mana berita yang benar, advertorial dan hoax. Penyebaran tanpa
dikoreksi maupun dipilah, pada akhirnya akan berdampak pada hukum dan
185
informasi hoax-pun dapat berpotensi untuk memecah belah publik.
184
Dedi Rianto Rahadi. Op.Cit. Hlm. 59
185
Ibid.
89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
90
Banyak situs yang menyebutkan bahwa kata hoax pertama kali digunakan
oleh para netizen berkebangsaan Amerika. Mengacu pada sebuah film berjudul
“The Hoax” pada tahun 2006 yang disutradarai oleh Lasse Hallstrom. Film ini
memuat banyak kebohongan, sejak saat itu istilah “Hoax” muncul di setiap kali
Walsh dalam bukunya yang berjudul “Sins Against Science, The Scientific
Media Hoaxes of Poe, Twain, and Others” menyebutkan bahwa hoax telah ada
sejak tahun 1800 awal era revolusi industri di Inggris. Bahkan Boese dalam
bukunya “Museum of Hoaxes” menyebutkan bahwa jauh sebelum itu, istilah hoax
pertama kali terpublikasikan melalui almanak atau penanggalan palsu yang dibuat
oleh Isaac Bickerstaff pada tahun 1709 untuk meramalkan kematian astrolog John
Partridge.187
Hoax berasal dari kata “Focus Pocus” yang berasal dari kata bahasa latin
yaitu “Hoc Est Corpus” yang memiliki arti “ini adalah tubuh”. Kata ini sering
digunakan penyihir untuk mengklaim bahwa sesuatu adalah benar, padahal belum
tentu benar.188 Secara terminologi, hoax adalah berita palsu yang dimaksudkan
walaupun sumber berita yang disampaikan tidak memiliki dasar yang jelas. 189
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Selanjutnya disebut dengan KBBI) kata
186
Husnul Hotimah. “Hoax Dalam Perspektif Undang-Undang No. 19 Tahun 2006
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Hukum Islam”. 2018. Program studi
perbandingan mazhab fakultas syariah dan hukum universitas islam negeri syarif Hidayatullah,
Jakarta. Hlm. 11
187
Christiany Juditha. “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial Serta Antsipasinya”.
2018. Jurnal Pekommas Vol. III No. 1. Hlm. 33
188
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, Op.cit. Hlm. 292
189
Ibid. Hlm.291
hoax sendiri mengandung arti tidak benar; bohong. Sehingga dapat diartikan
bahwa hoax adalah sebuah pemberitaan palsu yang tidak dapat dipertanggung-
jawabkan kebenarannya.190
pengertian kata al-Ifk yang berarti keterbalikan (seperti gempa yang membalikkan
negeri), tetapi yang dimaksud di sini ialah sebuah kebohongan besar, karena
Istilah yang bermakna sama dengan hoax dalam jurnalistik adalah libel,
yaitu berita bohong, tidak benar, sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama
baik. Hoax Adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan pemberitaan
palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali seseorang untuk mempercayai
190
Dewi Maria Herawati. Op.Cit. Hlm. 142.
191
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, Op.cit. Hlm. 293
192
Dewi Maria Herawati. Loc.Cit
193
Clara Novita, Literasi Media Baru Dan Penyebaran Informasi Hoax studi
Fenomenologi Pada Pengguna Whatsapp Dalam penyebaran Informasi Hoax Periode Januari-
Maret 2015, (Tesis Universitas Gadjah Mada, 2016). Hlm.30 Dikutip dari Husnul Hotimah. “Hoax
Dalam Perspektif Undang-Undang No. 19 Tahun 2006 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan Hukum Islam”. 2018. Program studi perbandingan mazhab fakultas syariah dan
hukum universitas islam negeri syarif Hidayatullah, Jakarta.
Hoaxes and Chain Letters” yang mengidentifikasikan hoax secara umum ialah
empat hal.194
dengan menyertakan kalimat seperti “Sebarkan ini ke semua orang yang Anda
tahu, jika tidak, sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi”. Kedua, informasi
hoax biasanya tidak menyertakan tanggal kejadian atau tidak memiliki tanggal
yang realistis atau bisa diverifikasi, misalnya “kemarin” atau “dikeluarkan oleh…”
lokus pemikiran kita ketika berhadapan dengan sebuah informasi yang ditemui
opini atau sikap yang dimiliki. Contohnya jika seseorang penganut paham bumi
mengenai foto satelit maka secara naluri orang tersebut akan mudah percaya
karena mendukung teori bumi datar yang diyakininya. Secara alami perasaan
194
Dedi Rianto Rahadi, Op.Cit. Hlm. 67.
195
Ibid.
196
Clara Novita, Loc.Cit.
positif akan timbul dalam diri seseorang jika opini atau keyakinannya mendapat
diterimanya benar, bahkan mudah saja bagi mereka untuk menyebarkan kembali
informasi tersebut. Hal ini dapat diperparah jika si penyebaran hoax memiliki
pengetahuan yang kurang dalam atau sekedar untuk cek dan ricek fakta.197
Sehingga kerapkali terjadi informasi hoax mudah diterima dan disebarkan kepada
pihak lain tanpa terlebih dahulu melihat manfaat dan mudharatnya bagi orang lain.
Kecendrungan lainnya, perilaku pengguna hanya melihat judul berita (head line)
tanpa melihat isi dari berita tersebut dan mereka langsung berpendapat bahwa
informasi tersebut sudah benar. Apalagi didukung orang yang mengirim informasi
tersebut adalah teman yang terpercaya atau media yang kredibel, sehingga
gejala orang di media sosial untuk ikut memberikan komentar pada suatu tema
agar dianggap mengerti. Sebuah berita yang menjadi trending topic atau viral di
media punya kecendrungan disebarkan secara lebih luas, tanpa adanya upaya
menyebarkan suatu berita yang ramai dibicarakan orang bisa merasa tahu dan
197
Dedi Rianto Rahadi. Op.Cit. Hlm. 62.
198
Ibid. Hlm. 67.
hoax simpati (menyebarkan informasi tentang orang sakit, butuh bantuan atau
penculikan) dan urban legend (menyebarkan tentang parfum merek tertentu tidak
tahan lama baunya). Harley mengatakan bahwa informasi hoax masih akan terus
yang pada esensinya benar, tetapi kegunaan dan nilainya dipertanyakan, disebut
jenis, yaitu:
1. Fake News
Fake news atau berita bohong adalah berita yang berusaha untuk
menggatikan berita yang asli. Berita ini bertujuan untuk memalsukan atau
2. Clickbait
secara strategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang
masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai fakta namun
memancing pembaca.
199
http://www.hoaxbusters.org/hoax10 Dikutip dari Husnul Hotimah. “Hoax Dalam
Perspektif Undang-Undang No. 19 Tahun 2006 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
Hukum Islam”. 2018. Program studi perbandingan mazhab fakultas syariah dan hukum universitas
islam negeri syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Confirmation bias
4. Misinformation
5. Satire
6. Post-truth
emosi lebih berperan daripada fakta untuk membentuk sebuah opini publik.
7. Propaganda
publik. Pada intinya hoax itu sesat dan menyesatkan, apalagi jika pengguna
200
Dedi Rianto Rahadi. Loc.Cit.
internet tidak kritis dan langsung membagikan berita yang dibaca kepada
Hal yang sama juga disampaikan oleh Didik Haryadi Dosen Ilmu Komunikasi
“Menurut saya ada tiga tujuan hoax disebarkan. Pertama, motif ekonomis;
kedua, motif ideologis-politis; dan ketiga, motif asal berbagi/ kesenangan. Motif
ekonomis merujuk pada akumulasi modal dan kalkulasi laba dari si pembuat hoax
melalui naiknya rating kunjungan website, darinya ia mendapat rating tinggi dan
iklan pun masuk. Motif ideologis-politis, motif ini cenderung membuat dan atau
menyebar hoax untuk tujuan-tujuan ideologis dan politis yang muaranya adalah
“Setiap hoax pastinya dibuat untuk merugikan pihak lain, baik secara
permusuhan, dan pertentangan. Ini bisa dengan mudah dapat dilihat dari apa yang
201
Christiany Juditha. Loc.Cit.
202
Ibid. Hlm. 38
203
Ibid.
204
Ibid.
mereka posting di media sosial. Ada yang isi media sosialnya semua hoax yang
dan dibuat dalam satu jaringan sosial untuk menjaga kepentingan pribadi maupun
kebohongan untuk membantu agenda yang direncanakan. Penyebar hoax bisa dari
kalangan personal, komunitas, korporasi, lembaga negara, dan militer yang kerap
Informasi hoax dibuat agar khalayak ramai tak lagi fokus pada masalah
sebenarnya dan selanjutnya akan terjebak pada hal-hal bombastis yang bukan jadi
menjadikan pengguna merasa yakin bahwa informasi itu benar dan menjadikan itu
interaksi, gambaran simulasi sosial dan isi informasi atau konten yang diproduksi
oleh pengguna. Karakteristik ini pula yang menjadikan media sosial sebagai
yang lebih erat, wadah bisnis online, dan lain sebagainya. Sisi lain daripada media
205
Ibid.
206
Dedi Rianto Rahadi. Op.Cit. Hlm. 67.
207
Cristiany Juditha. Op.Cit. Hlm. 39
sosial ialah sering menjadi pemicu beragam masalah seperti maraknya penyebaran
hoax, ujaran kebencian, hasutan, caci maki, adu domba dan lainnya yang bisa
Indonesia maka pada tahun 2012 dibuatlah sebuah komunitas dengan nama
Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), Pilgub DKI 2012 media sosial
online banyak digunakan sebagai sarana kampanye hitam, kondisi ini terus
berlanjut dan semakin memanas pada Pilpres 2014. Secara umum suburnya hoax
polarisasi isu sosial politik dan SARA pada masa Pilgub dan Pilpres tersebut.209
Empat pilar gerakan Mafindo: Narasi Anti Hoax dengan grup diskusi anti
sosial. Silahturami untuk memecah dinding polarisasi akibat isu sosial politik dan
SARA. Melalui gerakan ini Mafindo berharap dapat mendorong masyarakat lebih
positif dalam pemanfaatan media sosial, sehingga segala pengaruh negatif dapat
bahwa hate speech atau ujaran kebencian dan hoax merupakan dua hal yang
208
Ibid. Hlm. 33
209
Hendri Septanto. “Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebecian Sebuah Cyber Crime
Dengan Teknologi Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat”. 2018. Jurnal Kalbiscentia Vol. V
No.2, Jakarta. Hlm. 158
210
Ibid.
berbeda namun saling berkaitan erat antara satu dengan lainnya. Hate speech
merupakan salah satu tujuan atau dampak daripada hoax itu sendiri.
Article 20 (2)
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
antargolongan (SARA)”.212
Eramus Napitupulu, kunci utama dari ujaran kebencian atau hate speech
yang berbunyi:
211
International Convenant on Civil and Political Rights, Article 20 Paragraph 2 (Online)
terdapat di: https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf
212
“Pasal Untuk Menjerat Penyebar Kebencian SARA di Jejaring Sosial” Diakses pada:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4fb9207f1726f/interprestasi-pasal-28-ayat-2-
undang-undang-no-11-tahun-2008-tentang-informasi-transaksi-elektronik
213
“Memahami Pasal Ujaran Kebencian UU ITE dalam Perspektif KUHP” Diakses pada:
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/31/17473801/memahami-pasal-ujaran-kebencian-uu-
ite-dalam-perspektif-kuhp
Pasal 156
Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Perkataan golongan dalam
pasal ini dan pasal berikutnya berarti tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang
berbeda dengan suatu atau beberapa bagian lainnya karena ras, negeri asal, agama,
negara”214
Pasal 156A
perbuatan:
b. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga,
214
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 156 (Online), Diakses pada:
https://radenfatah.ac.id/tampung/hukum/20170118121349kuhp.pdf
215
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 156A (Online), Diakses pada:
https://radenfatah.ac.id/tampung/hukum/20170118121349kuhp.pdf
Selain itu, pada Maret 2018, Uni Eropa mengadopsi rekomendasi tentang tata
Effectively Tackle Illegal Content Online). Rekomendasi ini berisi tentang cara
atau ujaran kebencian antara satu dengan lain. Rekomendasi ini merupakan
panduan bagi Uni Eropa dan platform online terkait deteksi, notifikasi, dan
penangkalan konten online illegal, dengan tetap memperhatikan aspek HAM. “Ini
fundamental yang dilindungi oleh Uni Eropa” ujar aktivis dan pakar kebebasan
sebaliknya.217
216
“Ujaran Kebencian dan Berita Bohong, Apa Beda di Eropa dan Indonesia?” Diakses
pada: https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bc99e2b720ce/ujaran-kebencian-dan-berita-
bohong--apa-beda-di-eropa-dan-indonesia/
217
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, Op.Cit. Hlm. 295
berserikat dan berkumpul, serta hak memperoleh informasi yang masih butuh
pemenuhan dan perlindungan yang utuh dan menyeluruh, disebutkan pada catatan
nomor empat bahwa hak atas informasi, untuk menjamin pemenuhan atas
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta, maupun penjelasannya
yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan
218
“Kebebasan Berkumpul, Berekspresi, Berpendapat, dan Hak Informasi Masih dalam
Ancaman”, Loc.Cit.
219
Ibid.
220
Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik Pasal 1
Ayat (1), Diakses di https://www.kpk.go.id/images/pdf/uu%20pip/UU_No_14_Tahun_2008.pdf
yang sudah sangat jelas informasi tersebut kategori informasi publik yang dapat
konsekuensi terhadap suatu informasi. Selain itu proses uji konsekuensi juga tidak
didukung oleh pedoman teknis yang memadai. Hal tersebut tentu berdampak
maksud pengunaannya, informasi harus lengkap dan tepat sehingga pihak yang
221
“Kebebasan Berkumpul, Berekspresi, Berpendapat, dan Hak Informasi Masih dalam
Ancaman”, Loc.Cit.
222
Ibid.
223
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, Loc.Cit.
224
Rahmi Rivalina, “Pola pencarian Informasi di Internet”, Jurnal Teknologi Pendidikan
(14), VII, (2004), hlm. 199-216 Dikutip oleh Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoax
Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum Positif”. Jurnal Sosial&Budaya Syar-I Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Vol.V No.3, 2018. Hlm. 296
Elektronik adalah wujud dari tanggung jawab yang harus diemban oleh Negara,
teknologi informasi dan komunikasi di dalam negeri agar terlindungi dengan baik
yang telah dilaksanakan pemerintah Indonesia dimulai pada orde baru hingga orde
saat ini, merupakan proses yang berkelanjutan yang harus senantiasa tanggap
225
Siswanto Sunarso, “Hukum Informasi dan Transaksi Elektronik”, Hlm. 40 Dikutip
oleh Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, “Hoax Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum
Positif”. Jurnal Sosial&Budaya Syar-I Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Vol.V No.3,
2018. Hlm. 297
226
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, Op.Cit. Hlm. 292
Pasal 28
“(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
Transaksi Elektronik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
Bagi yang melanggar dapat dikenakan sanksi berikut yang terdapat dalam
Pasal 45A Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Pasal 45A
“(1) Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
dengana pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak
(2) Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
227
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Pasal 28 (Online), Dapat Diakses pada: https://www.anri.go.id/assets/download/97UU-Nomor-11-
Tahun-2008-Tentang-Informasi-dan-Transaksi-Elektronik.pdf
228
Supriyadi Ahmad dan Husnul Hotimah, Loc.Cit.
ras, dan antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksut dalam Pasal 28 Ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling
Penyebaran hoax dan sanksi bagi yang menyebarkan juga diatur dalam
Pasal 14
sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah
Hoax atau fake news atau berita palsu merupakan informasi yang dengan
sengaja telah dibuat dan disebarluaskan dengan maksud untuk menipu dan
229
Undang-Undang No.19 Tahun 2016 Perubahan Atas Undang-Undang No.11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 45A (Online). Dapat Diakses pada:
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/4761/UU%2019%20Tahun%202016.pdf
230
Undang-Undang No.1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 14
(Online). Dapat Diakses pada: http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/814.pdf
sumber kunci tentang politik dan peristiwa yang terjadi pada masyarakat, yang
yang benar-benar menarik. Hal ini secara instan memunculkan berbagai makna
dan dengan demikian dapat digunakan dengan sangat fleksibel. Namun hal
dari istilah ini, terdapat serangkaian luas jenis ekspresi yang berbeda secara
kualitatif. Hal tersebut bisa merupakan apa saja, mulai dari lelucon dengan tujuan
perspektif hukum selain tidak membantu, fake news juga sangat problematik.
dipicu oleh satu atau lebih insiden-insiden tingkat tinggi yang melibatkan bentuk
ekstrim daripada hoax atau fake news cenderung mengabaikan variasi di balik
istilah tersebut.232
Masalah lain yang timbul daripada ketiadaan definisi yang jelas adalah
231
Tarlach McGonagle, “Fake News”: False Fears or Real Concerns?”. Netherlands
Quarterly of Human Rights Sage Journal Vol.35(4). 2017. Institute for Information Law (IViR).
Hlm 203.
232 Ibid. Hlm. 204.
sinyal siaran dan pemblokiran web beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi
(selanjutnya disebut dengan PBB) pada awal organisasi ini terbentuk dengan
keadaan yang terjadi pada awal terjadinya perang dingin. Masalah ini
orang dan negara-negara oleh difusi sistematis dari laporan-laporan yang sengaja
dibuat menyalah dan terdistorsi. Hal ini bermula dari propaganda yang
Pada kala itu, suatu aliran pemikiran merasa bahwa akan sah untuk
Konvensi PBB Tentang Kebebasan Informasi pada tahun 1948 dan diusulkan
akhirnya tidak pernah dibuka untuk ditandatangani ataupun ratifikasi dan teks
yang diusulkan untuk untuk ICCPR tidak melewati tahap penyusunan. 235
233 Ibid.
234
Ibid. Hlm. 205.
235
Ibid. Hlm. 206.
Eropa tentang Hak Asasi Manusia juga mempertimbangan bahasa PBB, namun
Correction yang masih berlaku hingga hari ini masih berlaku, tetapi tidak banyak
diadopsi oleh negara dan sebagian besar tidak efektif.236 Mengenai hal ini terdapat
pada Pasal 2 Ayat (1) UN Convention on the International Right Correction, yang
Article 2 (1)
harus, dalam hal pengiriman berita yang dikirim atau diterbitkan oleh mereka
yang telah terbukti salah atau terdistorsi, mengikuti kebiasaan praktik transmisi
melalui saluran yang sama, atau menerbitkan koreksi-koresi dari berita tersebut.
mana pihak negara berpendapat bahwa suatu pengiriman berita yang dapat
mencederai hubungan antar negara atau martabat nasional negara tersebut yang
ditransisikan dari satu negara ke negara lain melalui koresponden atau agen-agen
informasi dari suatu negara yang mengikatkan diri maupun tidak mengikatkan diri
dan menerbitkan dan menyebarluaskan ke luar negeri adalah salah atau terdistorsi,
pengaturan lain mengenai false news atau hoax, yaitu The International
Cause of Peace 1936 merupakan perjanjian League of Nations atau liga bangsa-
Perancis, Jerman Timur, Guetamala, Holy See, Hungaria, India, Irish Free State,
Zimbabwe.239
238
“International Convention concerning the Use of Broadcasting in the Cause of Peace”
(Online). Dapat Diakses pada:
https://en.wikipedia.org/wiki/International_Convention_concerning_the_Use_of_Broadcasting_in
_the_Cause_of_Peace
239
Ibid.
internet warga Amerika antara Maret 2000 hingga 2004. Hasil riset tersebut
Penyebaran berita palsu yang marak terjadi jika ini jika dikaitkan dengan
ini berasal dari negara-negara yang memiliki tradisi liberal yang menyalahkan
ataupun benua, masing-masing budaya dan tradisi tidak akan berperan dalam hal
pembatasan penyebaran informasi ini. Berawal dari biasnya budaya tersebut, hak
berita hoax yang bertujuan memang untuk membuat sensasi pada media sosial
tersebut atau memang sengaja agar pengguna internet dapat mampir pada website
sang pembuat berita hoax tersebut agar agar meraup keuntungan dari jumlah
240
L Floridi, “The Cambridge Handbook of Information and Computer Ethics.”
(Cambridge: Cambridge University Press, 2010) Dikutip oleh Dedi Rianto Rahadi, “Perilaku
Pengguna Dan Informasi HOAX Di Media Sosial”.Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.V
No.1, 2017. Hlm. 66.
241
Ibid.
emosional ketika memperoleh kabar buruk atau kabar tragedi seseorang dan
merasa punya tanggung jawab moral untuk berbagi saat itu tidak lagi
mempedulikan apakah itu hoax atau tidak. Pada media sosial, orang merasa punya
beban untuk berbagi penderitaan agar bisa menjadi pelajaran bagi pengguna lain
ataupun ingin melepas beban agar merasa lebih baik. Pengguna menginginkan
komentar ataupun like dan seringkali dibagikan tanpa adanya verifikasi terlebih
dahulu.242
adalah minimal 1 sampai 3 tahun penjara. Selain itu, pelaku akan menanggung
sejumlah konsekuensi seperti, tidak dapat menerima manfaat atau bantuan sosial;
pengawasan hukum.243
diakui tidak mudah menerapkan larangan ujaran kebencian. Di satu pihak harus
pihak lain diakui bahwa kebebasan menyatakan pendapat itu tidak absolut karena
ada batasan. Menurut mantan Ketua Dewan Pers Indonesia, Bangir Manan, ujaran
242
Dedi Rianto Rahadi. Op.Cit. Hlm.67
243
“Ujaran Kebencian dan Berita Bohong, Apa Beda di Eropa dan Indonesia?”, Loc.Cit.
samping pembatasan lain seperti ucapan cabul (obscenity), ucapan yang berisi
berekspresi, hal ini dapat dilihat dari pengaturan-pengaturan hukum baik dalam
internasional hal ini disebutkan dalam Pasal 19 Ayat (3) yang menyebutkan:
Article 19 (3)
mengemban tanggung jawab dan dibatasi oleh hukum yang dibutuhkan untuk
menghormati hak dan reputasi orang lain dan juga untuk perlindungan keamanan
negara serta kesehatan dan moral publik, adapun pembatasan lain yang mengatur
mengenai hoax dalam pasal ICCPR yaitu Pasal 20 (2) ICCPR yang berbunyi
sebagai berikut,
Article 20 (2)
244
Ibid.
245
International Convenant on Civil and Political Rights, Article 19 (3) (Online) terdapat
di: https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf
atau kekerasan harus dilarang menurut hukum, hal ini merupakan batas yang jelas
Batas yang jelas juga terdapat dalam hukum nasional, hal ini dapat dilihat
terdapat dalam Pasal 28J Ayat (2) UUD RI 1945 yang berbunyi sebagai berikut,
kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
246
International Convenant on Civil and Political Rights, Article 20 (Online) terdapat di:
https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf
247 Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28E Ayat (3) (Online),
Diakses pada: http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
dengan adanya Surat Edaran Kapolri tentang Ujaran Kebencian (SE Hate Speech).
SE Hate Speech tersebut merupakan aturan internal pada lembaga kepolisian yang
menjadi kasus penyebaran hoax, salah satunya ialah kasus Ratna Sarumpaet.
hoax penganiayaan lewat cerita dan foto-foto yang lebam dan bengkak.249
Hal ini diketahui bahwa Ratna Sarumpaet baru saja melakukan tindakan
media (facelift) atau pengencangan pada kulit muka. Ratna Sarumpaet menjalani
rawat inap di RS Bina Estetika pada 21-24 September 2018. Selama masa rawat
inap tersebut, Ratna Sarumpaet, menurut hakim, beberapa kali mengambil foto
wajahnya dalam kondisi lebam dan bengkak akibat tindakan medis. Foto-foto
248
Putu Eva Ditayani Antari, Op.Cit. Hlm. 25.
249
“Ratna Sarumpaet Divonis 2 Tahun Penjara” (Online). Dapat Diakses pada:
https://news.detik.com/berita/d-4620285/ratna-sarumpaet-divonis-2-tahun-
penjara?_ga=2.19588222.73431455.1564641027-184822589.1561384212
“Taksi yang membawa terdakwa berhenti di tempat yang agak gelap. Pintu
samping di buka oleh dua orang laki-laki dan menyeretnya keluar dan
melemparnya ke jalan. Satu laki-laki menginjak perut, datu memukuli wajah” ujar
Terkait penganiayaan tersebut, Ratna juga meminta Presiden KSPI Said Iqbal
Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan dijatuhkan hukuman
Pasal 14
250
Ibid.
251
Ibid.
252
Ibid.
253
Ibid.
sedangkan ia patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah
berpendapat sangat berbeda dengan penyebaran hoax, dan penyebaran hoax dapat
254 Undang-Undang No.1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana Pasal 14
(Online). Dapat Diakses pada: http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/814.pdf
A. KESIMPULAN
Pasal 19 ICCPR lebih lanjut dibahas secara lebih terperinci pada General
119
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
120
media sosial diatur pada Pasal 28 E UUD RI 1945, Pasal 1 Ayat (1) UU No.9
dan Pasal 23 Ayat (2) UU No.39 Tahun 1999 Tentang HAM. Adapun
yang hampir sama, namun tentu saja terdapat perbedaan diantara keduanya,
baik dari validitas, pembatasan dan media penyampaian yang diatur dalam
yang berbeda.
Peace.
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan dapat dikenakan
sanksi yang terdapat pada Pasal 45A Undang-Undang No.19 Tahun 2016
internasional hal ini dapat dilihat dari Pasal 19 Ayat (2) dan Pasal 20 ICCPR.
Sedangkan dalam hukum nasional hal ini dapat dilihat dari Pasal 28J UUD RI
1945.
B. SARAN
langgar agar hukum mengenai hal ini dapat diterapkan secara lebih efektif
hoax atau tidak. Hal ini penting untuk menghindari pembatasan secara
BUKU
YA3, 2007)
1997)
Soekanto, Soerjono dan Sri Madmuji. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
2001)
dan Husnul Hotimah, “Hoax Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum
JURNAL
Media in Africa”. The Association of the Bar of The City of New York
Ahmad, Supriyadi dan Husnul Hotimah, “Hoax Dalam Kajian Pemikiran Islam
Appraisal.” (1995) Dalam James T.H Tang (ed.), Human Rights and
Dikutip oleh Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. “Hak Asasi Manusia
Cranston, M., What are Human Rights? (New York:Basic Books,1973) Hlm.36,
Dikutip oleh Kunto Yuliarso dan Nunung Prajarto. “Hak Asasi Manusia
Tanpa Tahun)
Morusoi, Eric Kiber. “The Right To Freedom of Expression And Its Role In
Novita, Clara, Literasi Media Baru Dan Penyebaran Informasi Hoax studi
Yogyakarta.
South Wales, Sydney 2003) Hlm. 317 Dikutip oleh Kunto Yuliarso dan
No.3
HAM.
Pendidikan (14), VII, (2004), hlm. 199-216 Dikutip oleh Supriyadi Ahmad
dan Husnul Hotimah, “Hoax Dalam Kajian Pemikiran Islam dan Hukum
Salman, “Media Sosial sebagai Ruang Publik”, Tanpa Tahun, Jurnal Bisnis dan
Jakarta.
Septanto, Hendri. “Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebecian Sebuah Cyber Crime
Yuliarso, Kunto dan Nunung Prajarto, “Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia:
WEBSITE
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/814.pdf
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/01/28/3-kicauan-ahmad-dhani-di-
twitter-yang-membuatnya-divonis-15-tahun-penjara-karena-ujaran-
kebencian
https://repository.unikom.ac.id/51193/1/Materi%204%20-%20Sumber-Hukum-
Internasional.pdf.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/37725/Chapter%20II.pdf?
sequence=2&isAllowed=y
http://repository.unimal.ac.id/2104/1/Bab%205.pdf.
https://www.temukanpengertian.com/2013/08/pengertian-hukum-nasional.html
https://www.kompasiana.com/socabr/54f5dd86a33311f64e8b480f/hak-kebebasan-
berpendapat
https://www.kompasiana.com/arnanvictor/5836efbd329773232e5ae87c/kebebasan
-berpendapat-di-indonesia?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Media_sosial
https://www.maxmanroe.com/vid/teknologi/internet/pengertian-media-sosial.html
https://www.statista.com/statistics/264810/number-of-monthly-active-facebook-
users-worldwide/
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif
https://idtesis.com/pengertian-penelitian-hukum-normatif-adalah/
https://www.businessofapps.com/data/whatsapp-statistics/
https://expandedramblings.com/index.php/line-statistics/
https://www.statista.com/statistics/303681/twitter-users-worldwide/
https://id.oberlo.com/blog/instagram-stats-every-marketer-should-know
https://foundationinc.co/lab/b2b-marketing-linkedin-stats/
https://www.worldometers.info/world-population/
https://news.detik.com/berita/d-4620285/ratna-sarumpaet-divonis-2-tahun-
penjara?_ga=2.19588222.73431455.1564641027-184822589.1561384212
https://en.wikipedia.org/wiki/International_Convention_concerning_the_Use_of_
Broadcasting_in_the_Cause_of_Peace
https://www.omnicoreagency.com/youtube-statistics/
http://hrlibrary.umn.edu/instree/u1circ.htm
http://legal.un.org/repertory/art1.shtml
https://web.kominfo.go.id/sites/default/files/users/4761/UU%2019%20Tahun%20
2016.pdf
http://www.humanrights.se/wp-content/uploads/2012/01/African-Charter-on-
Human-and-Peoples-Rights.pdf
https://www.anri.go.id/assets/download/97UU-Nomor-11-Tahun-2008-Tentang-
Informasi-dan-Transaksi-Elektronik.pdf
https://www.kpk.go.id/images/pdf/uu%20pip/UU_No_14_Tahun_2008.pdf
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bc99e2b720ce/ujaran-kebencian-
dan-berita-bohong--apa-beda-di-eropa-dan-indonesia/
https://radenfatah.ac.id/tampung/hukum/20170118121349kuhp.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/31/17473801/memahami-pasal-ujaran-
kebencian-uu-ite-dalam-perspektif-kuhp
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4fb9207f1726f/interprestasi-
pasal-28-ayat-2-undang-undang-no-11-tahun-2008-tentang-informasi-
transaksi-elektronik
https://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/ccpr.pdf
http://luk.tsipil.ugm.ac.id/atur/UUD1945.pdf
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-1999-
tentang-$H9FVDS.pdf
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_9_98.htm
https://www.komnasham.go.id/files/1475231474-uu-nomor-39-tahun-1999-
tentang-$H9FVDS.pdf
http://docs.fdrlibrary.marist.edu/od4freed.html
https://www.un.org/en/udhrbook/pdf/udhr_booklet_en_web.pdf
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5d2d75a9b17f0/pembatasan-
berkomentar-di-medsos-merampas-hak-kebebasan-berpendapat/
https://pakarkomunikasi.com/perkembangan-media-sosial-di-indonesia
https://icjr.or.id/kebebasan-berkumpul-berekspresi-berpendapat-dan-hak-
informasi-masih-dalam-ancaman/
https://www2.ohchr.org/english/bodies/hrc/docs/gc34.pdf
https://www.cidh.oas.org/basicos/english/basic3.american%20convention.htm
https://en.wikipedia.org/wiki/Article_10_of_the_European_Convention_on_Hum
an_Rights
https://en.wikipedia.org/wiki/Freedom_of_speech_by_country
PERATURAN PERUNDANG-UNDANG
Elektronik
KONVENSI/ TRAKTAT
General Comment No.34 about Article 19: Freedoms of opinion and expression
Peace