Skripsi
Oleh :
JeannyferOnoLuoDachi
Nim: 140200113
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2018
Perjanjian jual beli merupakan bentuk transaksi umum yang sering dilakukan
oleh masyarakat. Pada umumnya jual beli dilakukan dengan bertatap muka secara
langsung, namun dengan berkembangnya zaman jual beli pun dapat dilakukan
dengan melalui internet yang sering juga disebut dengan istilah e-commerce. Jual
beli atau perdagangan melalui internet ini sangat pesat kemajuannya,
perkembangannya sendiri bukan hanya saja terdapat pada apa yang
diperdagangkan tetapi juga pada tata cara dari perdagangan itu sendiri. Peraturan
tentang e-commerce di Indonesia diatur dalam beberapa perangkat hukum yang
terdiri dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Judul dari skripsi ini adalah “Perbandingan antara Jual Beli
Konvensional dengan Jual Beli melalui Media Elektronik”. Penulisan ini akan
menjelaskan bagaimana pelaksanaan jual beli konvensional yang mana penjual
dan pembeli bertatap muka sedangkan jual beli melalui internet hanya melalui
media elektronik, bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen
baik yang melakukan jual beli secara langsung maupun dengan melalui internet,
dan membahas beberapa perbandingan antara jual beli konvensional dengan jual
beli melalui media elektronik yang perlu untuk dikaji.
Adapun metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode
Normatif Empiris, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan
menggabungkan antara penelitian hukum normatif (penelitian perpustakaan)
dengan penelitian hukum empiris yang berdasarkan data primer yang diperoleh
melalui penelitian lapangan melalui wawancara kepada pemilik toko Fashion
House 10 di Medan.
Berdasarkan penelitian ini, proses terjadinya transaksi jual beli melalui media
elektronik sama halnya dengan jual beli pada umumnya, yaitu karena adanya
kesepakatan para pihak. Jual beli konvensional dengan jual beli melalui media
elektronik terdapat persamaan yaitu dari sisi apa yang menjadi kewajiban penjual
maupun pembeli, sedangkan perbedaannya terletak pada bagaimana pelaku usaha
menjalankan bisnisnya dan terdapat beberapa perbedaan dalam proses jual beli
yang dilakukan. Fashion House 10 sebagai pelaku usaha bertanggung jawab
dengan apa yang merugikan konsumen, dalam hal kerusakan dan ketidaksesuaian
pesanan melalui proses jual beli dilakukan melalui internet.
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Perbandingan Jual Beli Konvensional dengan Jual Beli Melalui Media
Elektronik (Studi Kasus pada Fashion House 10 di Medan)”. Skripsi ini membahas
mengenai bagaimana perbandingan antara jual beli konvensional dengan jual beli
melalui media elektronik, bagaimana proses jual beli secara konvensional dengan jual
beli melalui media elektronik, dan bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap
konsumen dalam hal kerusakan dan ketidaksesuaian pesanan. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Asli Dachi. SH.,M.H
dan Kapten (Purn) Tuti Juniati D yang telah tulus ikhlas memberikan doa, dukungan,
perhatian, cinta dan kasih sayang yang tak terhingga agar penulis dapat menggapai cita-
citanya. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih karena selama
proses penulisan skripsi ini, penulis memperoleh banyak dukungan, saran, motivasi dan
doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
3. Prof. Dr. OK.Saidin, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
ii
5. Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
8. Dr. Edy Ikhsan, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
9. Ibu Sinta Uli, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
10. Dr. Faisal Akbar Nasution, SH., M.Hum, selaku Dosen Penasehat Akademik
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
12. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah
iii
Dachi, dan adik penulis Sotano Niha Dachi terima kasih banyak atas doa,
dukungan dan kasih sayang yang kalian berikan selama ini kepada penulis.
14. Kepada orang terdekat yang teristimewa Derry Aulia Rahman, A.Md., terima
kasih atas dukungan, doa maupun semangatnya selama ini, dan selalu
15. Kepada sahabat penulis, yang teristimewa Meutia Jasmine, terima kasih selalu
16. Kepada sahabat penulis semenjak SMP, Amira, Maulida, Cut, dan Divha,
terima kasih selalu memberikan semangat, dukungan, serta doa kepada penulis
17. Kepada sahabat penulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Afifah
Mutiara L., Dina Handayani, Maya H.Saragih, dan Hasiba Zahra Pulungan,
terima kasih selalu memberikan dukungan dan selalu memberikan canda dan
Hanif, Wikye, Mahdi, Aldrian, Kibot, dan Eki, terima kasih selalu memberikan
canda dan tawa selama masa perkuliahan dan memberikan dukungan kepada
penulis.
19. Kepada sahabat penulis semenjak SMA, keke, dea, amel, najla, mahadhir,
auzan, dan rehan, terima kasih telah memberikan dukungan kepada penulis.
iv
21. Terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Demikianlah dengan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya, penulis dengan kerendahan hati mengharapkan adanya kritik dan saran
untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini
Penulis,
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
vi
A. Kesimpulan ............................................................................... 73
B. Saran.......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dikenal dalam Buku III KUHPerdata. Studi ini memfokuskan pada perbandingan
dengan perjanjian jual beli melalui media elektronik yang mana termasuk
transaksi umum yang sering dilakukan oleh masyarakat.Jual beli pada dasarnya
hubungan hukum dan dua perbuatan hukum yaitu penawaran oleh pihak yang satu
dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai kesepakatan untuk
menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah pihak.Pasal 1313
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
Dimana syarat sahnya suatu perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-
Undang hukum perdata (untuk selanjutnya disebut KUHPerdata) dalam buku ke III
1
Universitas Sumatera Utara
2
unsur atau syarat dalam pasal 1320 KUHPerdata tersebut terpenuhi berarti suatu
perjanjian atau jual beli adalah sah dan mengikat bagi para pihak.Pasal 1457
persetujuan dari dua pihak yang saling mengikatkan diri, dimana pihak yang satu
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain menerima kebendaan itu
dengan ketentuan; pihak yang menerima membayar harga kepada pihak yang
Ketentuan diatas menjelaskan bahwa dimana antara pihak penjual dan pihak
pembeli membuat suatu persetujuan terlebih dahulu lalu disitulah ada saling
mengikatkan diri untuk yang satu menyerahkan suatu benda dan yang lain
membayar.
Tetapi perjanjian jual beli sendiri sudah lahir dengan adanya kesepakatan.
“Jual beli itu dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak, seketika
setelah orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya,
Jual beli menjadi hal yang sangat sering sekali ditemui dan dilakukan
banyak orang-orang untuk memenuhi kebutuhan yang mereka butuhkan mulai dari
1
R.Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung,
2000, hal.39.
kebutuhan primer hingga kebutuhan tersier. Jual beli dilakukan dengan cara
bertatap muka antara penjual dan pembeli, dimana pembeli dapat melihat langsung
barang yang ditawarkan oleh penjual, dan di sinilah terjadi transaksi yang
zaman jual beli pun dapat dilakukan dengan melalui internet (e-commerce).
hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia, dan telah menjadi salah satu
untuk kegiatan sosial maupun berbisnis. Tanpa disadari, internet telah menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dunia, karena internet
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan, mulai dari berinteraksi dengan keluarga,
kerabat dan rekan kerja, mencari informasi, dan melalui internet kitapun bisa
berbelanja. Di era yang serba digital ini, teknologi informasi berkembang sangat
informasi yang satu ini, pada saat ini dapat membuka mata semua orang di dunia,
yaitu adanya interaksi baru, tempat pemasaran baru, dan jaringan bisnis kelas dunia
2
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2004, hal.234.
internet ini telah menambahkan dampak yang positif bagi kehidupan masyarakat
online. Bahkan media sosial seperti facebook dan instagram yang sebelumnya
hanya account pribadi untuk berinteraksi dengan orang namun sekarang sudah
dapat melihat peluang yang baik pada dunia bisnis online.Karena banyak
keunggulan atau keuntungan di dalam bisnis secara online.Jual beli secara online
ini tidak saja memudahkan konsumen, namun juga memudahkan produsen dalam
waktu, jual beli melalui internet ini dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan
waktu sehingga seseorang dapat melakukan transaksi jual beli dengan setiap orang
dengan cara konvensional atau dengan cara pembeli dan penjual bertemu langsung
kini beralih ke cara lain yaitu penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung
namun dapat menilai dengan melihat tampilan gambar barang ataupun tulisan
dengan mudah dan cepat dengan mengakses sistem produk pada jaringan internet.
berkomunikasi empat mata antara pihak penjual dan pembeli dalam suatu transaksi,
pengenalan secara fisik. Barang yang nantinya dikirim oleh penjual lalu diterima
pembeli tidak dapat dipastikan apakah sesuai dengan apa yang telah dipesan.
jual beli konvensional dengan jual beli melalui media elektronik, karena dalam jual
beli melalui media elektronik terdapat beberapa dampak negatif yaitu seperti
tidak mengenal dekat satu sama lain dan hal tersebut dapat menyebabkan posisi
konsumen menjadi lebih lemah daripada pelaku usaha yang bisa mengakibatkan
ditawarkan, dan kepastian bahwa barang yang akan konsumen terima sesuai
dengan apa yang telah dipesan. Sedangkan apabila melakukan transaksi jual beli
secara langsung para pihak dapat mengenal satu sama lain, hubungan antara
konsumen dengan pelaku usaha dapat terjalin dengan baik, dan konsumen
seperti bagaimana pelaksanaan jual beli konvensional yang mana penjual dan
pembeli bertatap muka sedangkan jual beli melalui internet hanya melalui media
elektronik, bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen baik yang
melakukan jual beli secara langsung maupun dengan melalui internet, dan terdapat
beberapa perbandingan antara jual beli konvensional dengan jual beli melalui
Jual beli atau perdagangan melalui internet ini sangat pesat kemajuannya,
perkembangannya sendiri bukan hanya saja terdapat pada apa yang diperdagangkan
tetapi juga pada tata cara dari perdagangan itu sendiri. Dan kegunaan internet
sebagai sarana transaksi kini terus berkembang dari tahun ketahun karena manfaat
produsen seperti produk dapat dijual dengan mudah kepada lebih banyak orang/
menjangkau pasar lebih luas. Produsen tidak perlu banyak membuka cabang
distribusi, pengurangan biaya iklan dan tidak membuka cabang distribusi dapat
mengurangi biaya produsen sehingga harga barang dapat dijual lebih rendah.
Barang yang dijual lebih rendah akan meningkatkan daya saing produsen.
timbul dalam transaksi ini karena dilakukan tanpa ada pertemuan antara para
pihaknya. Mereka hanya mendasarkan transaksi jual beli ini atas rasa
kepercayaansatu sama lain karena bagaimanapun transaksi jual beli tidak lepas dari
masalah perjanjian.3
Transaksi jual beli e-commerce sama dengan jual beli konvensional yang
3
Asril Sitompul, Hukum Internet, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal.55.
melalui online.4
Jual beli melalui internet yang sering juga di sebut dengan istilah e-
kenyamanan bertransaksi melalui media elektronik. Oleh karena itu, perlu adanya
aturan yang jelas mengenai transaksi jual beli secara elektronik tersebut, dan aturan
dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2012 tentang
Dalam Undang-Undang dan Peraturan diatas mencakup segala aturan hukum dan
Dengan adanya pengaturan khusus yang mengatur perjanjian melalui dunia maya
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan hukum perjanjian yang berlaku.
4
Edmon Makarim, Op.cit, hal.228.
Para pihak yang melakukan jual beli online hanya dapat berkomunikasi
melalui media internet, mereka melakukan sebuah persetujuan tanpa bertatap muka
berupa rangkaian kata-kata sebagai gambaran dari suatu perhubungan antara kedua
belah pihak.Namun setelah para pihak melaksanakan persetujuan itu tanpa bertatap
muka, maka akan timbullah bermacam-macam persoalan. Maka dari itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengkaji beberapa masalah yang timbul dalam
Maka dari hal-hal yang telah diuraikan diatas telah menimbulkan rasa
perbandingan antara perjanjian jual beli konvensional dengan perjanjian jual beli
melalui internet, yang diangkat dalam sebuah penulisan Karya Ilmiah berbentuk
Skripsi dengan judul : “Perbandingan Jual Beli Konvensional dengan Jual Beli
Melalui Media Elektronik (Studi Kasus pada Toko Fashion House 10)”
B. Rumusan Masalah
Banyak sekali orang yang ingin berbisnis dengan caramembuka toko agar
pembeli bisa melihat dan membeli secara langsung barang yang diperdagangkan.
Selain membuka dan memiliki toko sendiri, sekarang para pebisnis juga sangat
ingin berjualan melalui internet (online). Dengan cara produk yang ingin mereka
tersebut juga dapat dibeli oleh konsumen yang tidak bisa bertransaksi dengan cara
Tetapi dalam jual beli yang dimana dapat dilakukan secara langsung dengan
media elektronik ?
3. Bagaimana proses jual beli secara konvensional dan jual beli melalui media
C. Tujuan Penelitian
tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula tujuan pembahasan dalam penulisan
skripsi penulis yang berjudul “Perbandingan Jual Beli Konvensional dengan Jual
Beli Melalui Media Elektronik (Studi Kasus pada Toko Fashion House 10
diMedan)” adalah sebagai pemenuhan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana
Selain itu adapun tujuan dari penulis dalam penulisan skripsi ini, antara lain adalah
3. Untuk mengetahui bagaimana proses jual beli konvensional dan jual beli
D. Manfaat Penelitian
tinjauan aspek hukum perjanjian perdata yang terkait mengenai jual beli secara
3. Menambah ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas sebagai bahan bacaan dan
jual beli secara langsung maupun perjanjian jual beli melalui internet
4. Bagi pembaca, agar penulisan skripsi ini dapat dijadikan bahan informasi bagi
lanjutan yang berkaitan dengan jual beli secara langsung maupun melalui
internet.
E. Metode Penelitian
Untuk melengkapi penulisan skripsi ini, dengan tujuan agar dapat lebih
terarah dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai Karya Ilmiah, maka dalam
1. Jenis Penelitian
dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode
penulisan yang bila dilihat dari jenisnya, maka dapat digolongkan kedalam
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka atau
data primer yang diperoleh dilapangan selain juga meneliti data sekunder dari
perpustakaan.6
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis data yaitu sebagai berikut :
a. Data Primer
House 10 di Medan.
5
Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal.13.
6
Tampil Anshari Siregar, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi,
Medan, 2005, hal.23.
b. Data Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu hasil karya para ahli hukum berupa
cara, yaitu :
4. Analisis Data
proses pengelolahan data agar data tersebut dapat ditafsirkan. Adapun analisis data
tersebut dimulai setelah data primer dan data sekunder telah lengkap, dan
F. Keaslian Penulisan
Utara berdasarkan data yang diperoleh, belum ada yang melakukan penelitian
mengenai “Perbandingan Jual Beli Konvensional dengan Jual Beli Melalui Media
tentunya dilakukan dengan pendekatan masalah yang berbeda.Oleh karena itu dapat
dinyatakan bahwa karya ilmiah ini asli dan belum ada yang melakukan penelitian
sebelumnya.
G. Sistematika Penulisan
dibagi dalam beberapa bab dan diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub-sub bab
yang disesuaikan dengan isi dari penulisan skripsi ini. Adapun sistematika
BAB I : PENDAHULUAN
unsur perjanjian, subjek dan objek dalam perjanjian jual beli, serta asas
Dalam bab ini membahas pengertian dan dasar hukum jual beli online,
perlindungan hukum bagi para pihak jual beli online, serta hak dan
kewajiban pelaku usaha dan konsumen dalam transaksi jual beli secara
online.
Dalam bab ini membahas proses jual beli secara konvensional dan jual
BAB V : PENUTUP
KUHPerdata yaitu :“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
“Suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang yang lain atau dimana
Hal yang diperjanjikan untuk dilakukan itu dikenal dengan istilah „prestasi‟.
c. Tidak berbuat sesuatu, maksudnya ialah tidak melakukan perbuatan seperti apa
komplek rumah.
7
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, 1996, hal.1.
16
Universitas Sumatera Utara
17
tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya hal yang merugikan salah satu pihak.
suatu barang dan pihak lain wajib membayar harga yang dimufakati
mereka berdua.8
harga.9
8
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-persetujuan
Tertentu, Sumur, Bandung, 1991, hal.17.
9
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 2010, hal.24.
10
R.M.Suryodiningrat, Perikatan-perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito,
Bandung, 1978, hal.14.
Dari beberapa pengertian jual beli diatas, maka dapat dilihat dalam jual beli
terdapat hak dan kewajiban yang dibebankan kepada para pihak.Hak dan kewajiban
tidak hanya timbul dari apa yang telah dinyatakan dengan tegas dalam perjanjian.
Pasal 1339 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat
untuk hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala
sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau
undang-undang.Maka hak dan kewajiban para pihak yang timbul termasuk juga
segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian. Yang merupakan hak dan kewajiban
pembeli,
11
M.Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986
kewajiban penjual terhadap pembeli adalah untuk menjamin dua hal, yaitu :
1) Penjual menjamin penguasaan barang yang dijual itu secara aman dan
tentram,
barangnya sampai penyerahan kepada pembeli dan penjual dilarang menjual barang
itu kepada pihak ketiga. Kewajiban penjual terhadap tanggung jawab mengenai
barang yang diperjual belikan terdapat dalam Pasal 1497 KUHPerdata yang
menyatakan jika pada saat penyerahan barang ternyata barang rusak maka penjual
kepunyaan pembeli”
pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan hak milik
si pembeli.
dilakukan.
pokoknya adalah mengenai barang dan harga barang yang akan dialihkan
tersebut.Oleh karena itu, pengertian jual beli pada intinya adalah tindakan
mengalihkan hak milik atas suatu barang berdasarkan adanya suatu harga yang
Perjanjian jual beli telah diatur dalam pasal 1457-1540 Kitab Undang-
barang / benda (zaak), dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli mengikat diri
Maka berdasarkan rumusan pada pasal diatas dapat kita lihat bahwa jual beli
kebendaaan yang dijual oleh penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli kepada
penjual.12
mengenai barang dan harga tersebut.Pada saat kedua pihak telah setuju dengan
12
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Jual Beli, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2004, hal.7
barang dan harga, maka telah terjadi perjanjian jual beli yang sah. 13Dalam Pasal
1458 KUH Perdata telah ditegaskan “jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua
belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga,
diri yang satu terhadap yang lain untuk memberikan prestasi tertentu, maka
diantara kedua pihak ada perikatan, dimana pihak satu memiliki hak dan pihak
perjanjian jual beli sudah lahir apabila sudah tercapainya kesepakatan mengenai
barang dan harga tersebut.Pada saat kedua pihak telah setuju dengan barang dan
Jual beli tidak lain dari persesuaian kehendak antara penjual dan pembeli
mengenai barang dan harga. Barang dan harga hanya merupakan unsur-unsur
pokok (essentialia) dalam perjanjian jual beli, karena tanpa ada barang yang
hendak dijual, tidak mungkin terjadi jual beli, demikian juga apabila suatu barang
objek jual beli tidak dibayarkan dengan harga yang disepakati, jual beli dianggap
tidak ada.
13
R.Subekti, Aneka Perjanjian,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 2
14
J.Satrio, Hukum Perikatan, Penerbit Alumni, Bandung, 1999, hal. 39
15
R.Subekti, Loc.cit.
Perihal hukum perjanjian sebagaimana yang termuat dalam Buku III KUH
Perdata yang berjudul tentang perikatan, yang keseluruhannya terdiri atas delapan
belas Bab. Yang mana Bab I sampai dengan Bab IV mengatur tentang :
perjanjian khusus yang merupakan jenis-jenis perjanjian yang lazim disebut dengan
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Perbuatan yang dimaksud dalam Pasal
dirinya dalam suatu perjanjian, yang mana perbuatan tersebut harus memenuhi
secara khusus terhadap perjanjian ini.Pasal 1457 KUH Perdata telah menegaskan
bahwa jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk
perjanjian jual beli terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata, syarat ini ialah
merupakan dasar hukum dari perjanjian jual beli.Pasal tersebut menetapkan bahwa
setiap perjanjian harus mencakup hal-hal seperti sepakat mereka yang mengikatkan
diri, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu dan suatu sebab
Untuk mengetahui kapan terjadinya jual beli dapat dilihat dalam Pasal 1458
KUH Perdata yang menyatakan jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah
pihak apabila telah mencapai kesepakatan tentang barang dan harga, meskipun
barang tersebut belum diserahkan dan harga belum dibayar.Pasal inilah yang
merupakan asas konsensual, yaitu karena jual beli itu dilahirkan sebagai suatu
perjanjian, jual beli yang sah yang mengikat pihak-pihak dan mempunyai kekuatan
hukum pada saat tercapainya kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai
unsur pokok dari perjanjian jual beli yaitu barang dan harga.
perjanjian dapat dipenuhi atau dilaksanakan oleh pihak-pihak karena dari syarat-
syarat itulah dapat diketahui hak dan kewajiban pihak-pihak dan cara
melaksanakannya.
Pasal 1320 KUH Perdata yang menentukan empat syarat yang harus ada
pada setiap perjanjian, yang dimana apabila dengan dipenuhinya syarat-syarat ini
suatu perjanjian itu berlaku sah. Syarat yang terdapat pada pasal tersebut adalah :
kesepakatan dalam hal ini ialah persesuaian kehendak yang mana telah
terjadinya perjanjian karena adanya kesepakatan, maka dari itu perlu untuk
karena beberapa hal, yaitu apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau
kecakapan seseorang diatur dalam Pasal 1329 sampai dengan Pasal 1331
KUH Perdata.
16
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan, Rajawali Pers, Jakarta, 2016,
hal.68
17
Salim H.S.,Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar
Grafika, Jakarta, 2003, hal.49
Menurut Pasal 330 KUH Perdata orang yang belum dewasa adalah
sebelumnya.
yang gila, kalap mata, bahkan dalam hal tertentu juga orang yang
boros.18
tertentu.
yang telah menikah pun juga dianggap cakap menurut hukum untuk
hukum.
18
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Loc.cit.
Suatu hal tertentu ini merupakan pokok perjanjian, maksud dalam hal ini
terdapat pada Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 KUH Perdata.Objek
perjanjian yang objeknya tidak jelas dan tidak dapat ditentukan maka
Suatu sebab yang halal menyangkut objek dari perjanjian, maksud dari
sebab yang halal adalah objek yang diperjanjikan bukanlah hal yang
ketertiban umum.19
tersebut batal demi hukum atau perjanjian itu dianggap tidak pernah ada.
Maka apabila ingin membuat perjanjian yang sah harus memenuhi keempat
syarat pokok diatas.Syarat pertama dan kedua merupakan syarat subjektif karena
dan kedua tidak dapat terpenuhi, maka perjanjian itu dapat diminta agar dibatalkan
oleh salah satu pihak.Sedangkan syarat ketiga dan keempat adalah syarat objektif
karena mengenai perjanjian itu sendiri atau objek dari perjanjian yang dilakukan,
bila syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi atau secara hukum
mengakibatkan cacat dalam perjanjian dan perjanjian tersebut diancam batal, baik
dalam bentuk dapat dibatalkan (jika terdapat pelanggaran terhadap syarat subjektif)
maupun batal demi hukum (dalam hal tidak terpenuhinya syarat objektif).20
2. Unsur-Unsur Perjanjian
Syarat perjanjian telah diuraikan di atas dan apabila diamati maka dapat
a. Unsur Esensialia
Unsur yang mutlak dalam suatu perjanjian, dan merupakan unsur yang
harus ada berisi hal pokok sebagai syarat dari perjanjian tersebut agar
terpenuhinya unsur ini maka perjanjian menjadi tidak sah dan tidak
b. Unsur Naturalia
Unsur Naturalia adalah unsur yang lazim melekat pada perjanjian, yaitu
20
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Perikatan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal.93
c. Unsur Aksidentalia
perbuatan hukum adalah subjek hukum.Subjek hukum terdiri dari manusia dan
dapatterdiri dari manusia pribadi dan badan hukum.Manusia pribadi adalah subjek
2. Kewenangan hukum, dalam hal ini kewenangan hukum berarti, kecakapan untuk
Pada dasarnya manusia sebagai subjek hukum berlaku sejak ia lahir dan
berakhir dengan kematian. Pengecualian diadakan oleh Pasal 2 KUH Perdata, yaitu
sebagai berikut :
21
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia (cetakan ke-1), PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.26
22
Danang Sunyoto dan Wika Harisa Putri, Hukum Bisnis, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2016, hal.27
1. Anak yang dalam kandungan dianggap telah lahir apabila kepentingan anak
menghendaki.
perbuatan hukum, namun tidak semua manusia mempunyai hal tersebut, orang
yang dapat melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa (berumur
21 tahun atau sudah kawin), sedangkan orang-orang yang tidak cakap melakukan
perbuatan hukum adalah orang yang belum dewasa, orang yang ditaruh dibawah
pengampuan, dan seorang wanita yang bersuami (Pasal 1330 KUH Perdata).
Selain manusia badan hukum juga termasuk subjek hukum. Badan hukum
yang diberi hak dan kewajiban seperti manusia sebagai subjek hukum.Badan
sebagainya.
Oleh sebab itu, pada dasarnya semua orang atau badan hukum dapat
menjadi subjek dalam perjanjian jual beli yaitu pihak pertama disebut sebagai
penjual dan pihak kedua disebut pembeli, karena dalam istilah jual beli menyatakan
23
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=48693 diakses pada tanggal 5 Februari
2018
bahwa terdapat dua pihak yang saling membutuhkan sesuatu melalui proses tawar
Objek hukum adalah sesuatu yang bermanfaat bagi subjek hukum dan dapat
menjadi objek dalam suatu hubungan hukum.Segala sesuatu yang dapat menjadi
objek jual beli adalah benda tertentu atau dapat ditentukan, baik bentuk (wujud),
jenis, jumlah, maupun harganya dan benda tersebut memang benda yang tidak
dilarang menurut hukum yang berlaku untuk diperjual belikan. Adapun yang tidak
Apabila hal tersebut diatas tetap diperjual belikan maka jual beli tersebut
batal demi hukum. Kepada penjual akan dituntut penggantian biaya, kerugian, dan
bunga.
Pasal 1457 KUH Perdata memakai istilah barang (zaak) untuk menentukan
apa yang dapat menjadi objek jual beli. Pasal 499 KUH Perdata menyatakan bahwa
yang menurut Undang-undang, barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat
menjadi objek dari hak milik.Dari hal tersebut berarti bahwa yang dapat diperjual
belikan tidak hanya barang yang dimiliki, melainkan juga suatu hak atas suatu
barang yang bukan hak milik.Mengenai yang berkaitan dengan objek perjanjian
terdapat dalam Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 KUH Perdata. Objek
24
Salim H.S.,Op.cit, hal. 51
perjanjian yang dapat dikategorikan dalam Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334
KUH Perdataadalah :.
1. Objek yang akan ada, asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat dihitung
1. Asas-asas Perjanjian
pikiran dasar yang umum sifatnya dan merupakan latar belakang dari peraturan
putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat ditemukan dengan
umum.
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi :
25
Marian Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III, Alumni, Bandung, 2006, hal.104.
26
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1991, hal.97.
diantaranya :
perundang-undangan.
mencapai tujuan para pihak, perjanjian harus memiliki suatu hal tertentu yang tidak
2. Asas konsensualisme
itu belum dilaksanakan pada saat itu juga, karena suatu perjanjian
sesuatu hal.Asas ini dapat ditemukan melalui Pasal 1320 ayat (1) KUH
pihak, jelas melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga
Asas pacta sunt servanda atau disebut sebagai asas pengikatnya suatu
pada kesepakatan dalam perjanjian yang telah mereka perbuat. Asas ini
terdapat dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) dan ayat (2) KUH Perdata
perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
undang”.
kembali tanpa persetujuan dari pihak lainnya. Maka dari itu para pihak
terhadap isi perjanjian oleh salah satu pihak menyebabkan pihak lain
Asas itikad baik menurut Subekti merupakan salah satu sendi terpenting
Asas ini dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang
yang artinya bahwa setiap orang yang membuat suatu perjanjian jual
beli harus dilakukan dengan itikad baik.Asas itikad baik ini dapat
dibedakan atas itikad baik yang subyektif dan itikad baik yang obyektif.
apa yang terletak pada sikap bathin seseorang pada saat diadakan suatu
pada norma kepatutan atau apa yang dirasakan patut dalam suatu
masyarakat.
27
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 1996., hal.41
Asas ini sering disebut juga dengan asas kepribadian, yang artinya asas
ini yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau
perseorangan. Asas ini dapat dilihat pada Pasal 1315 dan Pasal 1340
yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang
membuatnya.
1317 dan Pasal 1318 KUH Perdata. Pasal 1317 KUH Perdata yang
menyatakan :
suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian
daripadanya.
Dari pasal-pasal diatas dapat disimpulkan bahwa pada Pasal 1317 KUH
2. Jenis-Jenis Perjanjian
berikut:
2. Perjanjian Sepihak
adalah suatu perjanjian dalam mana terhadap prestasi ini dari pihak yang
satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lainnya, dan antara kedua
berupa kewajiban pihak lain, tetapi juga pemenuhan suatu syarat potestatif
sendiri, maksudnya bahwa perjanjian itu memang ada diatur dan diberi
media elektronik, bentuk perjanjian ini pada dasarnya sama dengan jual
beli pada umumnya akan tetapi berbeda pada proses dan media yang
digunakan.
terjadi kesepakatan dari kedua belah pihak.Contohnya jual beli dan sewa
formalitas tertentu, sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh undang-
Masih banyak lagi jenis-jenis perjanjian dari sudut pandang ahli hukum
maupun isinya.Namun menurut Salim H.S, jenis atau pembagian yang paling asasi
lainnya, seperti segi bentuknya, sumbernya, maupun dari aspek hak dan
kewajiban.29
28
Danang Sunyoto dan Wika Harisa Putri,Op.cit., hal.83.
29
Salim H.S., Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal.27.
Jual beli online adalah aktifitas jual beli berupa transaksi penawaran
barang oleh penjual dan permintaan barang oleh pembeli secara online dengan
memanfaatkan teknologi internet.Jual beli online ini juga biasa disebut dengan
sebagai jenis transaksi perdagangan baik barang maupun jasa lewat media
elektronik dalam hal ini yaitu melalui internet. Dengan kata lain, para pihak yang
computer, dan/ atau media elektronik lainnya”. Dan dalam Pasal 1Undang-
Suatu transaksi online juga merupakan suatu perjanjian jual beli yang
sama halnya dengan jual beli konvensional pada umumnya. Dalam transaksi
syarat sahnya suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
karena syarat ini ialah merupakan dasar hukum dari perjanjian jual beli.
40
Universitas Sumatera Utara
41
transaksi jual beli di toko secara langsung. Barang dan harga yang ditawarkan
terbatas dan telah ditentukan oleh penjual, jika pembeli tidak setuju atau tidak
Jual-beli merupakan salah satu jenis perjanjian yang diatur dalam KUH
ketentuan-ketentuan dari KUH Perdata Buku III (tiga) tentang Perikatan dan
KUHDagang dalam kaitan itu maka secara garis besar dikemukakan beberapa
adalah mencari persamaan di dalam sebuah perjanjian yang baru dengan arti
perjanjian yang terdapat di dalam KUH Perdata, jadi yang terpenting adalah jika
lahir sebuah perjanjian baru maka haruslah terbit Undang-Undang baru yang lebih
diperjanjikan lain, maka ketentuan umum tentang perikatan dan perjanjian jual-
beli yang diatur dalam Buku III KUH Perdata berlaku sebagai dasar hukum
30
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2000, hal.234.
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP STE), dan apabila terjadi
salah satu pelanggaran terhadap hak konsumen pengaturannya dapat kita lihat
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik telah resmi berubah menjadi
computer, dan/ atau media elektronik lainnya”.Dan dalam Pasal 17 ayat (1) UU
lingkup publik ataupun privat”. Dalam penjelasan Pasal 17 ayat (1) dijelaskan
mana yang dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) wajib beritikad baik dalam
Ruang lingkup keberlakuan UU ITE ini, diatur dalam Pasal 2, yang mana
undang-undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, baik yang berada di wilayah hukum
Indonesia, maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum
kepentingan Indonesia.
Transaksi jual beli e-commerce juga merupakan suatu perjanjian jual beli
terdapat pada Pasal 1 angka (17) UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi elektronik, kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat
elektronik. Pada dasarnya proses transaksi jual beli secara e-commerce tidak jauh
Proses terjadinya jual beli online dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
31
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010,
hal.64
32
Pasal 47 PP No.82 Tahun 2012
1. Transaksi model ATM, transaksi ini hanya melibatkan institusi finansial dan
pemegang account yang akan melakukan pengambilan atau mendeposit
uangnya dari account masing-masing.
2. Pembayaran dua pihak tanpa perantara, transaksi dilakukan langsung antara
dua pihak tanpa perantara.
3. Pembayaran dengan perantaraan pihak ketiga, umumnya proses pembayaran
yang menyangkut debit, kredit maupun cek masuk dalam kategori ini. Ada
beberapa metode pembayaran yang dapat digunakan, yaitu :
a. sistem pembayaran kartu kredit online
b.sistem pembayaran check online
4. Pengiriman, dengan selesainya pembayaran, maka barang yang telah dibeli
akan diantarkan oleh penjual, baik diantar sendiri ataupun melalui jasa pihak
ketiga, dan biaya pengiriman ini biasanya sudah diperhitungkan dalam
komponen harga sehingga pihak pembeli tidak perlu lagi untuk mengeluarkan
uang untuk pengiriman barang tersebut.34
C. Pihak-Pihak dan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Jual Beli Online
Adanya suatu perjanjian adalah karena adanya para pihak yang sepakat
33
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2007, hal.144
34
Onno W.Purbo dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-commerce, PT Elex
Media Komputindo, Jakarta, 2001, hal.92
masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang harus di penuhi dalam suatu
perjanjian.
perjanjian atau kontrak yang dilakukan secara elektronik dan sesuai ketentuan
disebut sebagai Kontrak Elektronik adalah perjanjian para pihak yang dibuat
melalui Sistem Elektronik. Pada transaksi jual-beli secara elektronik, sama halnya
dengan transaksi jual-beli biasa yang dilakukan di dunia nyata, dilakukan oleh
para pihak yang terkait, walaupun dalam jual-beli secara elektronik ini pihak-
pihaknya tidak bertemu secara langsung satu sama lain, tetapi berhubungan
melalui internet.
Dalam transaksi jual-beli secara elektronik, pihak-pihak yang terkait antara lain :
35
Edmon Makarim, Op.cit.,hal. 314
Para pihak dalam jual beli online yaitupenjual (pelaku usaha) dan pembeli
pada intinya sama, yaitu adanya peran pemerintah untuk melindungi kepentingan
dengan pelaku usaha, hal ini beralasan karena mengingat bahwa lemahnya tingkat
kesadaran konsumen akan haknya karena tidak memiliki pengetahuan akan hal
tersebut. Perlindungan hukum bagi para pihak pada intinya sama, yaitu adanya
kerangka perdagangan.
pelaku usaha, yaitu hak untuk menerima pembayaran sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan jasa yang diperdagangkan, hak untuk
baik, hak untuk membela diri sepatutnya dalam penyelesaian sengketa konsumen,
hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
yang konsumen tidak diakibatkan oleh barang atau jasa yang diperdagangkan, dan
adalah:
36
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, P.T. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal.9
37
Pasal 3 Undang-Undang No.8 Tahun 1999
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha dan Konsumen Dalam Transaksi Jual
“ Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan
kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.”
38
Pasal 6 Undang-Undang No.8 Tahun 1999
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.39
39
Pasal 7 Undang-Undang No.8 Tahun 1999
40
Pasal 49 PP No.82 Tahun 2012
perbuatan melanggar hukum dan tanggung jawab akibat perbuatan ingkar janji
hukum diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa tiap
kerugian tersebut.
tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti yang telah ditetapkan dalam
1. Kesengajaan;
2. Kesalahan;
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan”.
41
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal.88.
Mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha dan konsumen telah diatur di
hak dan kewajiban konsumen yang masih terbatas pada perdagangan yang
konsumen dalam transaksi online belum secara tegas diatur dalam undang-
undang, namun untuk saat ini hak-hak serta kewajiban pelaku usaha dan
dalam Undang-undang ini tidak mengatur secara khusus mengenai hak dan
elektronik (online).
A. Proses Jual Beli secara Konvensional dan Online pada Fashion House 10
seperti baju, celana, sepatu, dan tas. Toko ini sudah berdiri sejak tahun 2013.
jual beli secara konvensional maupun jual beli melalui media elektronik (online)
Proses terjadinya jual beli yang secara umum dilakukan atau yang disebut
jual beli secara konvensional, dimana pembeli dapat datang langsung untuk
melihat, memilih dan membeli barang atau jasa yang mereka butuhkan.
Pembayaran juga dapat dilakukan pada saat itu juga tanpa melalui perantara.
Proses terjadinya jual beli secara konvensional pada Fashion House 10, yaitu
:Pembeli mengunjungi Fashion House 10dan melihat barang apa saja yang
barang tersebut terlebih dahulu, seperti yang terdapat dalam Pasal 1463 KUH
barang-barang yang biasanya dicoba terlebih dahulu, selalu dianggap telah dibuat
54
Universitas Sumatera Utara
55
dengan suatu syarat tangguh”. Setelah mencoba barang yang ditawarkan dan
terhadap barang.
Salah satu syarat terjadinya jual beli karena ada nya kesepakatan para
pihak, seperti yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Sepakat yang di
maksud adalah apa yang di kehendaki oleh penjual sama dengan apa yang di
kehendaki oleh pembeli, maksudnya setuju atau kata lain yang memiliki maksud
sama, tentang benda dan harga. Begitu pula pembeli yang hendak melakukan
pembayaran pada Fashion House 10 berarti telah sepakat dengan harga yang telah
tercantum di label harga barang yang hendak mereka beli, karena didalam
Terdapat tiga sistem pembayaran yang ditawarkan oleh Fashion House 10, yaitu :
jual beli.
2. Pembayaran dengan kartu debit. Kartu debit adalah sebuah kartu pembayaran
secara elektronik yang diterbitkan oleh Bank. Kartu ini dapat berfungsi
3. Pembayaran dengan kartu kredit. Kartu kredit adalah sebuah alat pembayaran
pengganti uang tunai dalam bentuk kartu yang diterbitkan oleh bank untuk
44
Hasil wawancara terhadap Aziza Hasanah selaku pemilik Fashion House 10
45
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kartu_debit diakses pada tanggal 26 Februari
2018
dalam kartu kredit bank seperti meminjamkan konsumen uang dan bukan
Setelah melakukan transaksi jual beli, terdapat kewajiban yang harus dipenuhi
oleh para pihak, seperti yang terdapat dalam Pasal 1457 KUH Perdata,
penjual.
yang sama dengan jual beli konvensional pada umumnya. Di dalam suatu
media elektronik lainnya”. Fashion House 10 juga merupakan pelaku usaha yang
46
https://www.cermati.com/kartu-kredit/t/semua diakses pada tanggal 26 Februari
2018
awalnya hanya digunakan sebagai akunpribadi, namun saat ini sudah banyak
digunakan menjadi akunbisnis berupa jual beli melalui media elektronik (online),
Media sosial merupakan salah satu alat promosi bisnis yang efektif karena
dapat di akses oleh siapa saja, sehingga jaringan koneksi nya menjadi lebih luas.
Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh masyarakat khususnya
dibagian pemasaran dalam sebuah usaha dan merupakan salah satu cara terbaik
Proses terjadinya jual beli secara online pada Fashion House 10, yaitu :
usaha yang terdapat dalam Pasal 49 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82
instagram Fashion House 10.Contact person adalah orang yang dapat dihubungi
apabila pembeli ingin menghubungi pihak penjual. Dalam hal ini Contact person
yang di pergunakan ialah berupa account line. Line adalah sebuah aplikasi yang
47
http://yunisharayy.blogspot.co.id/2016/04/perkembangan-media-sosial_9.html,
diakses pada 28 Februari 2018
membuat para penggunanya dapat mengirim pesan, mengirim gambar, video dan
lain-lain. Jual beli secara online pada Fashion house 10 ini, termasuk ke tipe e-
commerce yang melakukan proses jual beli melalui chatting. Chatting adalah alat
komunikasi yang disediakan oleh internet yang biasa digunakan untuk dialog
aplikasi line untuk melakukan proses jual beli. Pembeli memberi informasi
mengenai barang yang akandi beli kepada penjual, dengan cara mengirimkan foto
untuk membayar harga yang telah di tentukan, dengan cara pembayaran melalui
48
Endang Purwaningsih, Loc.cit.
foto bukti cetak berupa kertas atau struk bukti transaksi yang dicetak oleh mesin
tersebut telah diterima oleh penjual maka proses selanjutnya adalah kewajiban
penjual atas barang yang dibeli oleh pembeli, yaitu pengiriman. Pengiriman
merupakan suatu proses yang dilakukan setelah pembayaran atas barang yang
telah ditawarkan oleh penjual kepada pembeli, dalam hal ini pembeli berhak atas
diuraikan di atas, dapat disimpulkan transaksi jual beli melalui media elektronik
sama halnya dengan jual beli pada umumnya, yaitu karena adanya kesepakatan
para pihak. Pasal 50 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang
pihak”.
dan perbedaan mengenai jual beli yang dilakukan secara konvensional dengan jual
beli melalui media elektronik (e-commerce). Transaksi jual beli melalui media
49
Hasil wawancara terhadap Aziza Hasanah selaku pemilik Fashion House 10
elektronik (e-commerce) juga merupakan perjanjian jual beli yang sama dengan
perjanjian jual beli secara konvensional, hanya saja terletak perbedaan media yang
adalah melalui online karena menggunakan media elektronik yaitu internet. Ada
beberapa hal yang dapat dibandingkan antara jual beli konvensional dengan jual
beli online ini hanya menampilkan gambar barang berupa foto yang
mewakili produk fisiknya. Jual beli online secara garis besar dapat di bagi
tiga :
dapat dilakukan pada saat itu juga tanpa melalui perantara. Jual beli
50
https://thidiweb.com/persamaan-bisnis-online-dan-offline/ diakses pada tanggal
28 Februari 2018
Selain dari uraian diatas, ada pula beberapa hal lain yang dapat
dibandingkan dari jual beli secara online dengan jual beli secara konvensional,
yaitu:
1. Modal
Dalam jual beli online modal pelaku usaha/penjual untuk berjualan secara
lain.
membeli barang yang akan dijual serta ditawarkan kepada pembeli. Untuk
51
Ibid
barang yang akan dijual.Maka dari itu dalam jual beli konvensional,
2. Jangkauan pemasaran
dari berbagai kota maupun daerah yang ada, karena seluruh orang dapat
dari orang-orang yang berada disekitar toko atau daerah dimana toko
tersebut berada.
Dalam jual beli online pelaku usaha menawarkan produk yang merupakan
objek jual beli dengan membagikan gambar barang berupa foto yang
secara langsung karena produk yang ditawarkan hanya berupa foto dan
butuhkan, karena cukup dengan mengetik nama barang yang sedang di cari
produk yang akan di jual kepada pembeli dilakukan secara langsung, dan
4. Waktu
Jual beli online tidak terikat pada waktu.Pembeli dapat melihat produk
berjumpa dan bertatap muka antara penjual dan pembeli memiliki waktu
yang terbatas, karena pada umumnya toko hanya buka dengan waktu yang
telah ditentukan. Dan ada beberapa ketentuan kapan toko tidak buka yang
keterangan dan foto yang telah tercantum dalam website maupun media
atau di butuhkan, lalu setelah memilih barang yang hendak dibeli, pembeli
akan bayar barang tersebut dengan sistem pembayaran langsung atau biasa
dikenal dengan pembayaran secara tunai, dan ada juga beberapa toko yang
Dari beberapa hal yang telah di uraikan diatas, terdapat persamaan dan
perbedaan antara jual beli konvensional dengan jual beli online.Dalam jual beli
sejujur-jujurnya,
Sedangkan perbedaan antara jual beli konvensional dengan jual beli online, yaitu :
inginkan, sehingga pembeli juga tidak ragu mengenai kualitas produk yang
hendak di beli
dan menerima barang pada saat itu juga, sehingga tidak perlu waktu yang
3. Pembeli dan penjual memiliki hubungan yang baik karena melakukan proses
2. Modal untuk membangun toko konvensional sangat besar dan harus mencari
3. Pembeli yang tidak memiliki waktu luang untuk melakukan proses jual beli
secara langsung memiliki waktu yang terbatas karena toko tidak buka selama
24 jam
4. Pembeli bisa melakukan transaksi jual beli kapan saja karena tidak memiliki
batasan waktu
5. Jual beli online ini dapat menjangkau konsumen dari berbagai kota dan
daerah
2. Pembeli kurang yakin dengan keterangan ukuran yang telah tercantum apakah
sama dengan ukuran yang di inginkan karena barang tidak dapat dicoba
4. Harga lebih mahal karena pembeli di kenakan biaya pengiriman barang yang
diperjual belikan
5. Penjual mengirimkan barang yang tidak sesuai dengan keterangan dan tidak
perbuatan melanggar hukum dan tanggung jawab akibat perbuatan ingkar janji
sampai dengan 28 memuat bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala
52
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-tanggung-jawab-dalam-
hukum-perdata/13412/2 diakses pada tanggal 1 Maret 2018
produk yang dihasilkan atau diperdagangkan dengan memberi ganti kerugian atas
dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, perawatan kesehatan dan/atau
gebrekan) atas barang yang dijualnya, yang berakibat barang itu tidak dapat
ketidaksesuaian pesanan yang proses jual beli nya melalui internet. Namun
berbeda dengan jual beli konvensional yang proses jual belinya dilakukan secara
langsung di toko Fashion House 10, karena ketentuan toko Fashion House 10
bahwa apabila pembeli yang datang langsung ke toko dan bertransaksi secara
bertatap muka dengan penjual, maka barang yang telah di perjual belikan bukan
merupakan tanggung jawab Fashion House 10 lagi dan barang yang telah diterima
Karena pada proses jual beli konvensional di toko Fashion House 10,
cacat pada produk yang hendak dibeli, pembeli harus memperhatikan detail
53
Hasil wawancara terhadap Aziza Hasanah selaku pemilik Fashion House 10
jawab dari Fashion House 10. Berbeda dengan proses jual beli online yang mana
pembeli tidak dapat melihat langsung kondisi fisik produk yang ditawarkan,
melainkan hanya berupa foto yang mewakili fisik produk dan untuk detail produk
Apabila produk yang diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan pesanan
yang akan diganti sesuai dengan pesanan yang telah diperjanjikan pada awal
terjadinya proses jual beli dan tidak lagi terdapat kerusakan maupun cacat
terhadap suatu produk yang sama, maka Fashion House 10 memberikan pilihan,
apakah produk yang akan dikirim ulang ingin diganti dengan produk yang lain
atau tidak. Beberapa konsumen tidak menginginkan produk yang akan di kirim
ulang diganti dengan produk yang lain, maka Fashion House 10 bertanggung
kepada pembeli.54
Dalam jual beli melalui media elektronik (online) pada Fashion House 10,
tidak jarang salah mengirimkan pesanan kepada konsumen, terlebih jika pesanan
54
http://commeta.co.id/27-istilah-dalam-jual-beli-online/ diakses pada tanggal 1
Maret 2018
salah warna, kerusakan, dan lain-lain. Kerusakan produk yang diterima oleh
barang yang ingin dikirim satu persatu, karena akan memakan waktu yang sangat
lama. Kerusakan terhadap produk biasa terjadi karena memang dari produksi
kerugian yang dialami konsumen, konsumen dapat mengirimkan bukti foto bahwa
nomor bukti pengiriman yang berasal dari jasa logistik / ekspedisi, yang terdapat
nomor seri tertentu, yang mana nomor seri tersebut dapat dilacak karena berisi
House 10 harus memeriksa kapan barang sampai kepada konsumen, karena dalam
hal ini Fashion House 10 hanya memberikan jangka waktu dalam seminggu
setelah sampai barang tersebut, maka sebelum lewat jangka waktu yang
konsumen mengeluh dan memberitahu setelah lebih dari seminggu setelah barang
maupun kesengajaan dari pihak Fashion House 10 tetapi memang dari produksi
pabriknya, yang mana produksi terhadap produk tersebut tidak semuanya bagus
dan rapi melainkan pasti terdapat cacat tersembunyi pada beberapa produk yang
dihasilkan. Seperti yang terdapat dalam Pasal 1509 KUH Perdata menegaskan
apabila penjual tidak mengetahui adanya cacat-cacat barang, maka ia hanya wajib
Pada hal ini Fashion House 10 bertanggung jawab terhadap kerugian yang
dialami konsumen, karena apabila pertanggung jawaban itu tidak diterapkan maka
yang dijalankan oleh Fashion House 10 ini. Validitas pelaku usaha dalam e-
penipuan, serta untuk mengetahui kemana ganti rugi harus diajukan dan akan
PENUTUP
A. Kesimpulan
berbeda dengan perjanjian pada umumnya, hanya saja dilakukan melalui media
elektronik.
yang diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, dan dalam UU ITE Pasal 18
3. Fashion House 10 pelaku usaha dalam jual beli konvensional maupun jual
73
Universitas Sumatera Utara
74
pesanan yang proses jual beli nya melalui internet. Namun apabila produk
yang telah di perjual belikan dilakukan secara bertatap muka atau yang
dikenal dengan jual beli konvensional, maka produk tersebut bukan lagi
B. Saran
Adapun yang menjadi saran bagi penulis dalam penulisan Skripsi ini adalah :
terjadinya proses jual beli yang dilakukan melalui internet tidak terdapat
commerce. Pelaku usaha dan konsumen harus mengetahui apa saja yang
menjadi hak dan kewajiban mereka. Agar menciptakan proses jual beli
3. Dalam jual beli online, diluar dari kewajiban pelaku usaha/penjual dalam
A. Buku
Fuady, Munir, 2007, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), PT
Citra Aditya Bakti: Bandung.
H.S, Salim, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak,
Sinar Grafika: Jakarta.
H.S, Salim, 2006,Hukum Kontrak, Sinar Grafika: Jakarta.
Miru, Ahmadi dan Sakka Pati, 2016, Hukum Perikatan, Rajawali Pers:
Jakarta.
Muljadi Kartini dan Gunawan Widjaja, 2003, Seri Hukum Perikatan, Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
76
Universitas Sumatera Utara
Satrio, J., 1999, Hukum Perikatan, Penerbit Alumni: Bandung.
Sunyoto, Danang dan Wika Harisa Putri, 2016, Hukum Bisnis, Pustaka
Yustisia: Yogyakarta.
Suryodiningrat, R.M., 1978, Perikatan-perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito:
Bandung.
B. Peraturan Perundang-Undangan
77
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan
C. Internet
http://yunisharayy.blogspot.co.id/2016/04/perkembangan-media-sosial_9.html, (diakses
pada 28 Februari 2018)
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-tanggung-jawab-dalam-hukum-
perdata/13412/2 (diakses pada tanggal 1 Maret 2018)
D. Wawancara
78
Universitas Sumatera Utara