2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/7149
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENERAPAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM
PEMIDANAAN PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA
BERDASARKAN SEMA NO. 4 TAHUN 2011
(ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
NO.231/PID.SUS/2015/PN.PMS DAN
NO. 683/PID.SUS/2016/PN.PBR)
SKRIPSI
OLEH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
i
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia-Nya yang maha pemurah lagi maha penyayang, penulis dapat
menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Fakultas
Hukum Sumatera Utara dengan judul penelitian yaitu,” PENERAPAN JUSTICE
COLLABORATOR DALAM PEMIDANAAN PELAKU TINDAK PIDANA
NARKOTIKA BERDASARKAN SEMA NO. 4 TAHUN 2011 (ANALISIS
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI NO.231/PID.SUS/2015/PN.PMS DAN
NO. 683/PID.SUS/2016/PN.PBR)”. Penelitian ini dapat dikerjakan dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Sehubungan dengan ini dengan kerendahan hati yang tulus dan ikhlas,
yang telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan
8. Terima kasih kepada Pembimbng II Ibu Rafiqoh Lubis, S.H, M.Hum yang
telah banyak memberikan petunjuk serta saran yang bermanfaat dan sangat
terima kasih kepada orangtua tercinta ayahanda Jhoni Sembiring, S.H juga
Sofia Rehulina Sembiring S.E, dan dr.Theresia Sri Rezeki Sembiring yang
12. Terimakasih kepada Benteng Basketball Club, yang menjadi sarana bagi
pengurus harian tim, Finkel, Tieto, Johan, Vicky, Nanda, Mike, Jefri,
ii
memberi manfaat bagi semua pihak dalam menambah dan memperkaya wawasan
Penulis menyadari pula, bahwa substansi Skripsi ini tidak luput dari
berbagai kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa
bermanfaat bagi semua pihak, sehingga Ilmu yang telah diperoleh dapat
iii
i
Dosen Pembimbing I, Depertemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
ii
Dosen Pembimbing II, Depertemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
iii
Mahasiswa Depertemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
iv
Halaman
vii
No Judul Halaman
viii
BAB I
PENDAHULUAN
yang dilakukan oleh pemakai dan pengedar dalam menjalankan operasi barang
berbahaya tersebut. Dari fakta yang dapat disaksikan hampir setiap hari baik
melalui media cetak maupun elektronik, ternyata barang haram tersebut telah
narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang
dapat menimbulkan bahaya fisik dan mental bagi yang menggunakan serta dapat
4
Irwan Tarigan, Narkotika dan Penanggulangannya, (Yogyakarata: CV.Budi Utama, 2012), hal 2
5
A. W. Widjaya, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkotika, (Bandung:
Armico, 1995), hal 26
1
Universitas Sumatera Utara
2
Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini kian
mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Geliat mafia seakan tak
narkotika oleh seluruh dunia.Tak sedikit badan-badan dunia yang terlibat, namun
1 terus merajalela.
ternyata peredaran gelap narkotika Berbagai indikasi
Adapun pemaknaannya adalah sebagai suatu kejahatan yang berdampak besar dan
multi dimensional terhadap sosial, budaya, ekonomi dan politik serta begitu
dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejahatan ini. Untuk itu
yang berkarakteristik luar biasa yang dewasa ini kian merambahi ke seantero
Kejahatan Narkotika dari hari kehari yang selalu meningkat disebabkan indikasi
hubungan Narkotika sebagai Tindak Pidana kejahatan dalam bisnis erat sekali.
125.000,- 1 gram sabu seharga 350.000 dapat dijual kembali seharga Rp.500.000,-
6
A. Kadarmanta, Kejahatan narkotika: Extraordinary crime dan extraordinary punishment,
http://kejahatan-narkotika-extraordinary-crime.html, diakses pada tanggal 8 April 2018.
ketika para pengedarnya menjual dalam bentuk sekali pakai atau disebut paket
hargapun dapat mencapai dua kali lipat. Inilah bisnis yang menjanjikan
keuntungan7
Bentuk tindak pidana narkotika yang umum dikenal antara lain adalah sebagai
berikut :8
2. Pengedaran narkotika
Membantu aparat penegak hukum dalam hal mengungkap adanya tindak pidana
narkotika yang terjadi merupakan suatu kewajiban setiap warga negara, namun di
orang yang terlibat peristiwa itu merasa tidak senang atau marah kepada orang
yang bersaksi. Pada umumnya orang yang terlibat dalam peredaran gelap
diperkirakan tindak pidana ini juga terorganisasi, dimana ada yang bertindak
sebagai pemasok bahan bakunya, ada yang bertindak sebagai produsen, bandar
dan pengedar. Kalau sampai dilaporkan dan merasa akan terbongkar seluruh
kegiatannya, besar kemungkinan mereka yang terlibat bukan hanya tidak senang
7
Heriadi Willy, Berantas Narkoba tak cukup hanya Bicara (Tanya Jawab & Opini),
(Yogyakarta:UII press, 2005), hal 161
8
Moh. Taufik Makarao Cs , Tindak Pidana Narkotika, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal 45
dan marah saja, akan tetapi lebih dari itu, mereka akan main hakim sendiri dengan
mengambil tindakan yang berakibat nasib buruk bagi saksi yang diketahuinya 9
diperlukan juga pihak-pihak lain yang turut bekerjasama agar kasus peredaran
peradilan. Ada pun whistle blower merupakan pihak yang mengetahui dan
melaporkan tindak pidana tertentu dan bukan merupakan bagian dari pelaku
Saksi, sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam hukum acara pidana (dramatis
personae) memiliki peran yang sangat penting yang mana tanpanya sistem
peradilan pidana akan berhenti berfungsi.Hampir tidak ada perkara pidana yang
keterangan saksi dianggap sebagai alat bukti yang paling utama dalam
9
Gatot Supranomo, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1995), hal 102
10
M, Yahya. Harahap, Pembahasan dan Penerapan Masalah KUHAP Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kebali, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal 286
Untuk itu perlu didorong upaya yang lebih mengena dalam mengungkap kasus-
membantu pihak penegak hukum dalam mengungkap praktik dan modus korupsi
dari orang-orang terdekat pelaku tersebut. Sehingga informasi, data, modus serta
Peran sebagai Justice Collaborator tentu bukanlah suatu keputusan yang mudah
untuk diambil oleh seorang pelaku tindak pidana. Suatu pengungkapan atau
kesaksian kebenaran dalam suatu scandal crime ataupun Serious Crime oleh
sulit dibantah dapat menjadi alat bantu, sekalipun seorang Justice Collaborator
berani mengambil resiko yang sangat berbahaya bagi keselamatan fisik maupun
psikis dirinya, dan keluarganya, resiko terhadap pekerjaan dan masa depannya.11
Keadaan seperti inilah yang memberikan dorongan kuat bagi penulis untuk
11
Firman Wijaya,Whistle Blower dan Justice Collaborator Dalam Perspektif Hukum, (Jakarta:
Penaku, 2004), hal 17
683/Pid.Sus/2016/PN.PBR)”.
B. Perumusan Masalah
Indonesia?
tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan jawaban dan arah atas
Indonesia
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
persidangan.
Tahun 2009 tentang Narkotika serta Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4
D. Keaslian Penulisan
ataupun pembahasan dengan judul yang sama. Penulisan ini berdasarkan hasil
ini merupakan sebuah karya asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur,
rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan hasil implikasi etis dari
ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pidana
Indonesia istilah “tindak pidana” berasal dari bahasa Belanda strafbaar feit, yang
undang Hukum Pidana, yang sekarang berlaku di Indonesia. Ada istilah dalam
bahasa asing, yaitu delict. Tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya
dapat dikenai hukum pidana dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subjek”
tindak pidana.
Istilah tindak pidana pada hakikatnya berasal dari istilah yang dikenal dalam
dalam berbagai terjemahan dalam Bahasa Indonesia. Tetapi tidak ada penjelasan
resmi tentang apa yang dimaksud dengan strafbaarfeit itu. Oleh karena itu, para
ahli hukum berusaha untuk memberikan arti dan isi dari istilah itu. Sayangnya
sampai kini belum ada keseragaman pendapat. Beberapa istilah yang pernah
hukum sebagai terjemahan dari istilah strafbaarfeit ini adalah sebagai berikut:12
buku pelajaran tentang hukum pidana, Zainal Abiding, dalam buku beliau
Hukum Pidana
c) Delik, yang sebenarnya berasal dari bahasa latin delictum juga digunakan
yang berbeda-beda, maka didapat pengertian atau batasan yang berbeda pula,
seperti :13
a) Simons
12
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana: Stelsel Pidana, Teori-Teori Pemidanaan & Batas
Berlakunya Hukum Pidana, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal 68
13
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,
(Jakarta: Storia Grafika, 2002), hal 204
dua golongan unsur, yaitu :unsur-unsur objektif yang berupa tindakan yang
b) Van Hamel
Van Hamel merumuskan strafbaarfeit itu sama dengan yang dirumuskan oleh
pidana”.
c) VOS
d) Pompe
secara luas sebagai suatu proses pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim,
pidana).
pandang, yakni: (1) dari sudut teoritis; dan (2) dari sudut undang-undang. Teoretis
artinya berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercemin pada bunyi
Ada beberapa pendapat teoritis tentang unsur-unsur tindak pidana, antara lain :
1. Moeljatno
a. Perbuatan;
Perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, oleh aturan hukum. Berdasarkan kata
majemuk perbuatan pidana, maka pokok pengertian ada pada perbuatan itu, tapi
artinya pada umumnya dijatuhi pidana. Apakah inkongrito orang yang melakukan
perbuatan itu dijatuhi pidana ataukah tidak merupakan hal yang lain dari
2. R. Tresna
14
Adami Chazawi, Op.Cit, hal 79
Dari rumusan R. Tresna dimuka tindak pidana terdiri dari unsur-unsur, yakni:
pengertian bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti
diancam pidana berarti perbuatan itu tidak selalu dan tidak dengan demikian
dijatuhi pidana.
3. Vos
Menurut bunyi rumusan yang dibuat Vos, dapat ditarik unsur-unsur tindak pidana
adalah:
a. Kelakuan manusia;
Dapat dilihat bahwa pada unsur-unsur dari tiga batasan penganut paham dualisme
tersebut, tidak ada perbedaan, yaitu bahwa tindak pidana itu adalah perbuatan
manusia yang dilarang, dimuat dalam undang-undang, dan diancam dipidana bagi
yang melakukannya. Dari unsur-unsur yang ada jelas terlihat bahwa unsur-unsur
4. Jonkers
15
Ibid, hal 80
a. Perbuatan (yang);
d. Dipertanggungjawabkan.
5. Schravendijk
Sementara itu, Schravendijk dalam batasan yang dibuatnya secara panjang lebar
e. Dipersalahkan/kesalahan
kejahatan, dan Buku III memuat pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu
tertentu.
Dari rumusan-rumusan tindak pidana tertentu dalam KUHP itu, dapat diketahui
mengatakan istilah hukuman yang berasal dari kata “straf” dan istilah “dihukum”
istilah non konvensional, yaitu pidana untuk menggantikan kata “straf” dan
konvensional, yaitu pidana untuk menggantikan kata “straf” dan “diancam dengan
Penggunaan pidana pun harus dibatasi dan harus diupayakan untuk terlebih
seharusnya diadakan hanya jika suatu norma begitu penting bagi kehidupan dan
16
Ibid, hal 82
17
Marlina, Hukum Penitensier, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal 12
masyarakat itu. Suatu hal yang lebih penting, bahwa pelanggaran terhadap norma
itu tidak dapat dilawan dengan cara yang lain, kecuali dengan pemidanaan.18
a) Jan Remmelink19
Pemidanaan adalah pengenaan secara sadar dan matang suatu azab oleh instansi
penguasa yang berwenang kepada pelaku yang bersalah melanggar suatu aturan
hukum.
b) Roeslan Saleh20
Pada hakekatnya ada dua poros yang menentukan garis-garis hukum pidana,
yaitu:
pencegahan kejahatan.
c) Sahetapy21
18
Abul Khair dan Mohammad Ekaputra, Pemidanaan, (Medan: USUPress, 2011), hal 6-7.
19
Jan Remmelink, Hukum Pidana, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal 7
20
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung:Alumni, 1981), hal17-20
21
Sudarto, Ibid, hal 20
membebaskan si pelaku dari cara atau jalan yang keliru yang telah diempuhnya.
alam pikiran yang jahat, yang keliru, melainkan ia harus dibebaskan pula dari
d) Konsep KUHP
berikut :
masyarakat.
yang ingin dicapai atau diperoleh. Pencapaian tujuan dari suatuteori pemidanaan
dari sejak zaman klasik sampai pada perkembangan hukum pidana saat ini dapat
1. Teori Retributif 22
yang amoral dan asusila di dalam masyarakat, oleh karena itu pelaku kejahatan
pembalasan.
Menurut teori ini yang menjadi dasar hukum dijatuhkannya pidana adalah
kejahatan itu sendiri. Teori ini berfokus pada hukuman/pemidanaan sebagai suatu
orang yang telah melakukan perbuatan jahat. Teori retributif dalam tujuan
moral tertentu. Pelanggaran moral yang mendasari aturan hukum yang dilakukan
secara sengaja dan sadar dalam hal ini merupakan bentuk dari tanggung jawab
22
Marlina, Op.Cit., hal41
23
Dwidja Priyanto, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, (Bandung: PT. Rafika
Aditama, 2009), hal22
masyarakat sebagai akibat kejahatan itu. Tujuan hukuman harus dipandang secara
ideal, selain dari itu, tujuan hukuman adalah untuk mencegah (prevensi)
kejahatan.24
Adapun ciri pokok atau karakteristik teori relatif (utilitarian), yaitu :25
24
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktek Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal 106
25
Dwidja Priyanto,Op.Cit, hal25
Teori Treatment sebagai tujuan dari pemidanaan adalah bahwa pemidanaan sangat
memulihkan kualitas sosial dan moral masyarakat agar dapat berintegrasi lagi ke
offender, namun demikian sebagai manusia, seorang pelaku kejahatan tetap bebas
pula mempelajari nilai-nilai baru dan adaptasi baru. Oleh karena itu, pengenaan
sanksi harus mendidik pula, dalam hal ini seorang pelaku kejahatan membutuhkan
Teori gabungan (integratif) mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas
tertib pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi
dasar dari penjatuhan pidana. Pada dasarnya teori gabungan adalah gabungan teori
26
Marlina, Op.Cit., hal 59
27
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana (Kajian Kebijakan
Kriminalisasi dan Dekriminalisasi), (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal 96-97
absolut dan teori relatif.Gabungan kedua teori itu mengajarkan bahwa penjatuhan
hukuman adalah untuk mempertahankan tata tertib hukum dalam masyarakat dan
dari aliran modern dengan tokoh terkenalnya Filippo Gramatica, tujuan utama dari
teori ini adalah mengintegrasikan individu ke dalam tertib sosial dan bukan
pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh
seseorang.31
menyatakan:
31
Saefudien, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,(Bandung:Citra Aditya Bakti, 2001), hal 76
melawan hukum, maka lebih lanjut dapat pula dikatakan bahwa terlebih dahulu
harus ada kepastian tentang adanya perbuatan pidana, dan kemudian semua unsur-
Jika ke empat unsur ini terletak pada diri si pelaku tindak pidana, maka pelaku
mempunyai petanggungjawaban pidana dan tentu saja dapat dipidana. Orang yang
32
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, (Yogyakarta:Cahaya Atma Pustaka, 2016),
hal 155
33
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, (Jakarta:Ghalia Indonesia,
1982), hal 10
dapat dituntut dimuka pengadilan dan dijatuhi pidana, haruslah melakukan tidak
1) Kemampuan bertanggungjawab
akal atau jiwa yang cacat pertumbuhan atau terganggu karena penyakit. Kedua,
dilakukan oleh seorang psikiater. Ketiga, ada hubungan kausal antara keadaan
tersebut merupakan otoritas hakim yang mengadili perkara. Kelima, sistem yang
menggambarkan keadaan jiwa oleh seorang psikiater, namun di sisi lain secara
normatif hakim akan menilai hubungan antara keadaan jiwa dan perbuatan yang
dilakukan.34
a. Pengertian Narkotika
Jika kita mengambil dari sudut bahasa, maka kata Narkotika berasal dari bahasa
Yunani yaitu “narkan” atau “narke” yang berarti menjadi kaku, lumpuh, dan
35
dungu . Di dalam dunia kedokteran dikenal dengan narcose atau narcosis yang
Secara umum, yang dimaksud dengan narkotika adalah sejenis zat yang dapat
“Narkotika adalah ;
34
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit, hal 165
35
Wison Nadack, Korban Ganja dan Masalah Narkotika, (Bandung:Indonesia Publishing House,
1983), hal 122
36
Susi Adisti, Belenggu Hitam Pergaulan “Hancurnya Generasi Akibat Narkoba”, (Jakarta:Restu
Agung, 2007), hal 24
37
M.Taufik Makaro Cs, Op.Cit, hal 16
“narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman sintesis maupunsemi
2009 yaitu :
“Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.”
b. Penggolongan Narkotika
mulai berlaku sejak tanggal 26 Juli 1976. Pada penggolongan narkotika di dalam
2. Bahan lain, baik alamiah, sintetis maupun semi sintetis yang belum
38
Undang-Undang Republik IndonesiaNo. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika
1. Narkotika Golongan I
2. Narkotika Golongan II
pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat dipergunakan dalam
Narkotika golongan ini adalah Narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan
Sebelum kita sampai kepada pengertian Justice Collaborator, terlebih dahulu kita
harus mengetahui bahwa Justice Collaborator dan Whistle Blowers adalah dua
istilah yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Justice
juga semakin canggih. Kedua istilah diatas merupakan terobosan baru dalam
Blowers adalah pembocor rahasia atau pengadu. Ibarat sempritan wasit (peniup
informasi itu berada.Baik tempat dan informasi berada maupun jenis informasi
bermacam-macam.39
karyawan, mantan karyawan, atau pekerja anggota suatu institusi atau organisasi
39
Firman Wijaya, Op.Cit, hal. 7
yang melaporkan suatu tindakan yang dianggap melwan ketentuan kepada pihak
publik. Contoh Whistle Blowers misalnya orang yang melaporkan perbuatan yang
bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Pasal 1
angka 3):
“Saksi Pelaku yang Bekerjasama adalah saksi yang juga sebagai pelaku suatu
tindak pidana yang bersedia membantu aparat penegak hukum untuk mengungkap
suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu tindak pidana untuk
mengembalikan aset-aset atau hasil suatu tindak pidana kepada negara dengan
memnberikan informasi kepada aparat penegak hukum serta memberikan
kesaksian di dalam proses peradilan.”
tindak pidana, atau secara meyakinkan adalah merupakan bagian dari tindak
segala bentuknya, atau merupakan bagian dari kejahatan terorganisir, namun yang
40
Ibid, hal 8
“Saksi Pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau terpidana yang bekerja sama
dengan penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak pidana dalam kasus yang
sama.”
Justice Collaborator sebagai pelaku yang bekerjasama yaitu (baik dalam status
suatu tindak pidana dimana orang tersebut terlibat di dalam tindak pidana yang
Jika dilihat dari beberapa pengertian diatas hampir tidak bisa dibedakan mana
yang merupakan Whistle Blower dan mana yang disebut Justice Collaborator. Hal
yang dapat dijadikan sebagai pembeda antara keduanya yaitu Whistle Blower
41
Abdul Haris Semendawa, Penanganan dan Perlindungan Justice Collaborator dalam Sistem
Hukum Pidana di Indonesia, hal 29
42
Aditya Wisnu Mulyadi, Perlindungan Hukum Terhadap Whistle Blower dan Justice
Collaboraor dalam Tindak Pidana Korupsi, (Bali: UNUD, 2015), hal 85
seorang Justice Collaborator bukanlah pelaku utama dari tindak pidana yang
diungkapnya tersebut.
Justice Collaborator merupakan bentuk peran serta masyarakat yang tumbuh dari
pidana yang tidak banyak diketahui orang dan melaporkan hal tersebut kepada
aparat penegak hukum. Justice Collaborator sebenarnya lahir dari kondisi negara
yang berangkat dari kesulitan penyidik dan penuntut umum dalam mengungkap,
terorganisir begitu sulit dijangkau secara hukum karena rapi dan canggihnya suatu
pembuktian”. Belum lagi pelaku kejahatan memiliki jaringan yang luas hampir di
semua sektor kekuasaan, termasuk kekuasaan hukum, dan para pelaku kejahatan
balasan (retaliation).43
Peran saksi dalam proses penyelesaian perkara selama ini sangat jauh dari
terungkap dan tidak terselesaikan disebabkan oleh karena keengganan saksi untuk
43
Firman Wijaya, Op.Cit, hal. 17.
Peranan dalam penanganan tindak pidana tertentu, terkait dengan istilah saksi,
Susno Duadji sebagai „peniup peluit‟ atau whistleblower mesti dilindungi secara
fisik dan pemenuhan hak hukum. Berkaitan dengan itu, Pasal 10 ayat (1) dan (2)
UUNo. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dapat diterapkan
terhadap Susno.45
Peran para instansi penegak hukum dalam mengungkap sebuah kasus besar,
sehingga secara tidak langsung akan berdampak positif terhadap kondisi sistem
peradilan pidana kita yang mengalami kesulitan dalam menyeret para pelaku
Menurut Barda Nawawi Arief dikatakan bahwa Sistem Peradilan Pidana (SPP)
44
Pasal 224
45
“Susno Tetap dalam Perlindungan LPSK”, http://www.hukumonline.com/berita/baca/
lt4d47d6096983a/susno-tetap-dalam-perlindungan-lpsk, diakses pada tanggal 20 Mei 2018
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama,
dan beberapa peraturan lainnya. Hal ini ditempuh dengan melakukan penelitian
kepustakaan.
undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yang diperoleh dari:
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya
Bahan hukum primer dalam tulisan ini berupa dokumen peraturan perundang-
kerangka hukum nasional Indonesia, yakni diatur dalam Surat Edaraan Mahkamah
46
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta:Prenadamedia Grup,2005), hal 133
47
Ibid, hal 181
Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi tentang hukum yang bukan
dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan
memahami bahan hukum primer yang ada serta memberikan petunjuk kepada
penulis didalam memulai penulisan. Adapun bahan hukum sekunder yang penulis
gunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu semua dokumen yang dapat menjadi
sumber informasi dalam penulisan skripsi ini, yaitu buku-buku ilmu hukum,
jurnal-jurnal ilmu hukum, skripsi, tesis, laporan penelitian ilmu hukum, artikel
ilmiah hukum, dan bahan seminar, lokakarya, dan juga sumber-sumber lain yakni
internet dan situs-situs terpercaya yang memiliki relevansi dengan apa yang
Bahan hukum tertier meliputi semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
studi kepustakaan. Studi kepustakaan dikenal juga dengan istilah library research
literatur untuk memperoleh bahan teoritis ilmiah yang dapat digunakan sebagai
48
Ibid
dasar analisis terhadap substansi pembahasan dalam penulisan skripsi ini. Atau
sering juga disebut sebagai telaah pustaka, yaitu sumber inspirasi bagi penulis
Adapun tujuan dari penelitian kepustakaan ini adalah untuk memperoleh data-data
artikel para sarjana dan berita-berita yang penulis dapatkan dari internet yang
4. Analisis Data
pengumpulan terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan juga
bahan hukum tertier dan seluruh literatur lain yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini lalu kemudian dilakukan analisis melalui data yang diperoleh menurut
berrdasarkan SEMA No. 4 Tahun 2011 yang akan dibahas dalam skripsi ini.
G. Sistematika Penulisan
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,
sistematika penulisan
NARKOTIKA DI INDONESIA
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang perkembangan penyebaran dan
Narkotika.
DI INDONESIA
Pada Bab ini penulis akan menjelaskan tentang pengaturan saksi pelaku (Justice
Bersama Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Jaksa Agung Republik
Bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama, serta
PUTUSAN PENGADILAN
Dalam Bab ini akan membahas mengenai penerapan saksi pelaku (justice
Bab ini merupakan penutup, yang memaparkan apa yang menjadi kesimpulan dan
saran penulis atas apa yang telah ditulis dalam skripsi ini.
BAB II
PERKEMBANGAN PENGATURAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA
DI INDONESIA
suatu barang yang namanya “Gil” artinya “Bahan yang menggembirakan” Gil ini
lazimnya digunakan sebagai obat sakit perut, kemampuan Gil sangat terkenal
pada saat itu, dan Gil menyebar di dunia barat sampai Asia dan Amerika.49
Di Tiongkok bahan sejenis Gil disebut dengan candu yang sudah dikenal sejak
tahun 2735 sebelum Masehi. Candu pernah menghancurkan Tiongkok pada tahun
menimbulkan suatu perang yang terkenal dalam sejarah, yaitu Perang Candu (The
Opium War) pada tahun 1839-1842, yang dimenangkan oleh Inggris setelah
berhasil merusak mental lawannya melalui candu. Proses pengolahan candu pada
zaman dahulu masih sangat sederhana, salah satu prosesnya ialah menghilangkan
bau, yakni dengan cara dicampur dengan air sulingan dan disimpan dalam guci 8
untukkeperluan pengobatan.50
49
Badan Penyebaran dan Penyalahgunaan Narkotika di Indonesia, Menanggulangi Bahaya
Narkotika, (Jakarta:Redaksi Alda, 1985), hal 31
50
Ibid, hal 30
40
Universitas Sumatera Utara
40
pendidikan meyakini di Indonesia tidak ada lagi satupun kampus terbebas dari
peredaran narkotika.52
kampus dan sekolah-sekolah dapat dilihat dari beberapa contoh kasus sebagai
berikut:
Peredaran gelap narkotika di Indonesia melalui beberapa jalur, yakni jalur darat,
jalur udara, jalur laut.Peredaran narkotika lewat jalur darat dapat terjadi karena
51
Sumarmo Ma‟some, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat,
(Jakarta:CV. Haji Masagung, 1987), hal 5
52
M.Wresiniro, Masalah Narkotika Psikotropika dan Obat-Obat Berbahaya, (Jakarta:Yayasan
Mitra Bintibmas, 1999), hal. 413
53
https://nasional.tempo.co/read/909007/kasus-narkoba-di-kendari-seorang-pelajar-sd-tewas,
diakses pada tanggal 15 April 2018
54
https://nasional.tempo.co/read/755323/isap-sabu-tiga-pelajar-sma-ditangkap-polisi, diakses pada
tanggal 15April 2018
55
https://www.liputan6.com/news/read/601489/gelar-pesta-narkoba-18-remaja-bogor-dibekuk,
diakses pada tanggal 17 April 2018
gelap narkotika melalui laut juga kerap dilakukan. Indonesia yang merupakan
negara kepulauan tentu banyak memiliki lautan yang dapat berfungsi sebagai
pintu masuk kedalam negeri ini.Masalahnya tidak semua wilayah laut yang ada di
indonesia menjadi tidak terjaga. Celah inilah yang banyak diincar oleh pengedar
agar penyelundupan narkotika melalui bandara tersebut tidak dapat lolos dari
56
Ibid, hal 9
57
https://www.google.com/search?q=kasus+brownies+ganja+di+jakarta&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab, diakses pada tanggal 8 April 2018
58
https://www.google.com/search?q=kasus+dodol+ganja+di+lampung&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab, diakses pada tanggal 10 April 2018
59
https://www.google.com/search?q=kasus+ganja+di+troli+bayi&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab, diakses pada tanggal 12 April 2018
Narkotika Nasional. Pada Tahun 2010 jumlah tersangka ada delapan (8) orang,
tahun 2011 jumlah tersangka ada enam belas (16) orang, tahun 2012 jumlah
tersangka ada delapan belas (18) orang, tahun 2013 jumlah tersangka ada delapan
belas (18) orang, tahun 2014 jumlah tersangka ada dua belas (12) orang, tahun
2015 jumlah tersangka ada empat belas (14) orang, tahun 2016 jumlah tersangka
ada tiga puluh (30) orang, sedangankan pada tahun 2017 jumlah tersangka ada
tiga puluh tujuh (37), jadi total dari tahun 2010 sampai tahun 2017 berjumlah
Tahun 2009
Verdovende Middelen Ordonnantie (Staatsblad Nomor 278 Jo. 536 Tahun 1927)
yang diubah tahun 1949 (Lembaran Negara 1949 Nomor 337), tidak
60
Andi Hamzah, RM. Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta: Sinar Grafika,
1994), hal 13
sangat pesat juga membuat Verdovende Midellen Ordonantie tidak efektif lagi
61
Siswanto S, Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika (UU Nomor 35 tahun
2009),(Jakarta:Rineka Cipta, 2012), hal 9
62
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukim Pidana, (Bandung:Mandar Maju,
2003), hal 164
Adapun uraian dari beberapa jenis tindak pidana tersebut akan dijelaskan dalam
menurutPasal 36
Pasal 36 ini dibagi menjadi 8 (delapan) ayat dimana di dalam pasal ini mengatur
pasal yang telah ada pengaturannya di dalam undang-undang ini. Dalam undang-
undang ini juga telah memperkenalkan jenis hukuman pidana mati dan
pemidanaan yang bersifat kumulasi antara pidana penjara dan pidana denda.
37
ayat (1) sampai dengan ayat (7) dipidana dengan pidana yang sama dengan pidana
Membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak pidana
sebagaimana tersebut dalam Pasal 36 ayat (1) sampai dengan ayat (7) diancam
dengan pidana sebagaimana dengan yang telah ditentukan dalam pasal tersebut
63
Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia,(Bandung:PT. Citra Adytia Bakti, 1990),
hal 8
tahun.
Pasal 39
Dalam pasal ini mengatur mengenai ketentuan bagi setiap terpidana yang sedang
Dokter yang dengan sengaja melanggar Pasal 24 dipidana dengan pidana penjara
(1), Pasal 18 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu)
Ketentuan ini diberlakukan bagi lembaga hukum yang melakukan tindak pidana
besar farmasi, apotik, rumah sakit, dokter, lembaga ilmu pengetahuan, lembaga
pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2), ayat (3), dan Pasal 19,
ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42,
dan Pasal 43 dapat dikenakan pidana tambahan yang berupa pencabutan hak
seperti diatur dalam Pasal 35 KUHP Ayat (1) dan Ayat (6).
Saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara yang sedang dalam
Pasal 28 dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (satu) tahun. Hal ini
Barangsiapa yang mengetahui tentang adanya narkotika yang tidak sah dan tidak
Jika suatu tindak pidana mengenai tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh
atau atas nama suatu badan hukum, suatu perseroan, suatu perserikatan orang
yang lainnya atau suatu yayasan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman
pidana serta tindakan tata tertib dijatuhkan baik terhadap badan hukum, perseroan,
perserikatan atau yayasan itu, maupun terhadap mereka yang memberi perintah
melakukan tindak pidana narkotika itu atau yang bertindak sebagai pemimpin atau
penanggung jawab dalam perbuatan atau kelalaian itu, ataupun terhadap kedua-
duanya.
ancaman pidana dengan pidana penjara selama-lamanya 1 (satu) tahun dan atau
menghasilkan narkotika jenis baru tentu saja tidak dapat dijangkau oleh peraturan
ini sehingga memberikan celah kepada pelaku tindak pidana narkotika untuk
terlepas dari jeratan hukum.Selain itu, peraturan ini kurang memperhatikan tindak
pidana narkotika yang berskala internasional dan hanya fokus terhadap tindak
Tahun 1997 Nomor 67 serta tambahan Lembaran Negara Nomor 3698. Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika tidak dapat dipertahankan lagi
bidang narkotika berkembang dengan sangat pesat. Selain itu, Indonesia juga
Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika 1988, yang telah diratifikasi dengan
tersebut.
a. Narkotika Golongan I;
64
Gatot Supramono, Op.Cit, hal 155
65
Hari Sasangka, Op.Cit, hal 166
dahulu di dalam tinjauan pustaka oleh penulis. Perkembangan lain yang dapat kita
memberikan definisi khusus terkait tentang korporasi dalam Pasal 1 Angka (19)
yaitu:
Penggunaan kata korporasi ini disebabkan oleh kurang mengenanya redaksi kata
orang secara terorganisasi. Masalah redaksi kata ini bukan merupakan suatu hal
yang krusial karena dalam beberapa pasal secara eksplisit juga disebutkan apabila
penjatuhan hukuman antara subjek hukum orang (Natural Person) dan subjek
No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika dapat dikelompokkan dari segi bentuk
66
Gatot Supramono, Op.Cit, hal, 200
Undang No. 22 Tahun 1997 Tentang Nakotika. Hampir sama dengan undang-
undang sebelumnya, kejahatan yang menyangkut produksi ini lebih luas juga
pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah), sedangkan untuk golongan III diancam
denga pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak sebesar
belas) tahun dan denda paling banyak Rp. 750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banayak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Sedangkan untuk golongan III
diancam dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling
Kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika bukan hanya dalam arti sempit,
tetapi juga termasuk perbuatan ekspor, impor, dan tukar menukar yang mana
Ancaman pidana untuk kejahatan yang menyangkut jual beli narkotika golongan I
yaitu pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Sedangkan
untuk golongan III diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
pidana menguasai narkotika golongan II dan golongan III dilain pihak karena
akibat yang berbeda sehingga pengaturannya diatur didalam pasal yang berbeda.
yang berbentuk tanaman atau tidak berbentuk tanaman diancam dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) dan narkotika
golongan III diancam dengan pidana penjara paling alama 5 (lima) tahun dan
denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) diatur dalam pasal 79
terhadap orang lain diatur dalm pasal 84 Undang-Undang No. 22 Tahun 1997
diancam dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun penjara dan
denda paling banyak Rp. 750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
pidaa penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun penjara dan denda paling banyak
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Sedangkan untuk golongan III diancam
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
pasal 85, ancaman pidana yang diberikan kepad penyalahguna narkotika terhadap
diri sendiri yaitu untuk narkotika golongan I diancam dengan pidan penjara paling
lama 4 (empat) tahun, untuk narkotika golongan II diancam pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan untuk golongan III diancam dengan pidan penjara paling
pecandu narkotika melaporkan diri atau keluarganya yang melaporkan diri sendiri
atau keluarganya yang melaporkan. Hal ini diatur dalam pasal 46, 86 dan pasal 88
diberikan kepada keluarga dalam hal ini orang tua atau wali yang belum cukup
umur sengaja tidak melapor diancam dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)
sedangkan bagi orang tua atau wali yang telah cuup umur apabila tidak melapor
akan diancam dengan pidana kurungan 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku narkotika (pasal 41). Kemudian untuk
tentang Narkotika syaratnya harus dilakukan pada media cetak ilmiah kedokteran
atau media cetak farmasi. Apabila pabrik obat tidak melaksanakan ketentuan
sebagaiman diatur dalam pasal 89 tersebut akan diancam dengan pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah).
tersebut merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 92, diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,-
berbeda, akan tetapi tujuannya sama yaitu menghendaki supaya jalannya proses
peradilan tidak lancar atau tidak jadi sama sekali. Perbuatan menghalang-halangi
jadikan barang bukti perkara bersangkutan dan barang bukti tersebut harus di
dimusnahkan.
Pada perkara narkotika ada kemungkinan barang bukti yang disita berupa tanaman
yang jumlahnya sangat banyak, sehingga tidak mungkin barang bukti tersebut
demikian dilakukan penyisihan yang wajar dan selebihnya barang bukti itu
dan pemusnahan wajib dibuat berita acaranya dan dimasukkan dalam berkas
perkara.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam perkara narkotika, apabila penyidik tidak
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda Rp. 1.000.000,- (satu juta
rupiah).
keterangan yang sebenarnya (pasal 160 ayat (3) KUHAP). Dengan cara demikian
Sejalan dengan hal tersebut, apabila dalam perkara narkotika saksi tidak
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp.
1997 tentang Narkotika dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).
tetapi ada kalanya kejahatan dilakukan pula bersama dengan anak dibawah umur
(belum genap berusia 18 tahun). Anak-anak yang belum dewasa cenderung mulai
karena jiwanya belum stabil akibat perkembangan fisik dan psikis. Oleh karena itu
No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Ancaman pidana yang diatur dalam pasal
87 tersebut adalah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan paling banayak
Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 sebagai bagian dari hukum positif telah
dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 12 Oktober 2009 dan diundangkan dengan
penyalahgunaan narkotika.
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12
2. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
4. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
5. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
6. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
117).
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
8. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
9. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
120).
10. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
122).
11. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
12. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
124).
13. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun
125).
14. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika
Golongan III tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan III
untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
BAB III
PENGATURAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA
NARKOTIKA DI INDONESIA
suatu kejahatan yang bersifat terorganisir. Metode kerja dalam sistem hukum
yuridis dan nonyuridis untuk mengungkap tuntas dan menemukan kejelasan suatu
mengungkap tindak pidana maka perlu diciptakan iklim yang kondusif dengan
cara memberikan perlindungan hukum dan keamanan kepada setiap orang yang
mengetahui atau menemukan suatu hal yang dapat membantu mengungkap tindak
pidana yang telah terjadi dan melaporkan hal tersebut kepada penegak hukum.
Pelapor yang demikian itu harus diberi perlindungan hukum dan keamanan yang
67
Firman Wijaya, Op.Cit, hal 19
baik hak maupun jiwanya dengan jaminan perlindungan hukum dan keamanan
terbantu yang berbunyi “ Seorang saksi yang juga tersangka dalam kasus yang
sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ternyata ia terbukti
demikian agar tercipta suatu keadilan dan kedudukan yang sama di mata
yang dapat diambil dengan mudah oleh seorang pelaku tindak pidana, karena ada
1. Resiko Internal
sendiri.
b. Aka nada kemungkinan jiwa dari keluarga seorang saksi pelaku (Jusice
pencahariannya.
2. Resiko Eksternal
divonis hukuman berikut ancaman denda dang anti rugi yang beratnya sama
pelaku kejahatan yang bersedia menjadi saksi terutama pelaku utama, dan tidak
semua saksi pelaku dapat menjadi saksi Justice collaborator. Adapun syarat-
syarat yang harus dipenuhi untuk seseorang dapat dikatakan sebagi saksi Justice
Collaborator adalah: 68
68
Sigit Artantoaji, Perlindungan Terhadap Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator)
oleh Lembaha Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010), hal
90
untuk mengungkapkan siapa pelaku utama dalam kasus tersebut. Dia hanya
tindak pidana.
dan Korban. Perlindungan hukum bagi seorang Justice Collaborator adalah suatu
hal yang mutlak untuk diterapkan, karena peranannya sebagai seorang informan
mengungkap pelaku utama dari kasus tersebut. Hal ini dapat pula menjadi
perkara korupsi lain dengan jaminan yang pasti atas perlindungan dirinya. Itikad
baik dari seorang Justice Collaborator yang melaporkan kejahatan berbau skandal
dan bersifat serius, sekalipun dia sendiri merupakan bagian dari mata rantai
positif dari aparat penegak hukum dan bukan sebaliknya justru mendapat
perlakuan yang tidak layak. Penghargaan/ insentif bagi Justice Collaborator harus
Jangan sampai seorang terdakwa tidak mau mengambil peran sebagai Justice
berkaitan dengan perannya padahal dengan dia mengambil peran tersebut banyak
ancaman yang menunggu untuk dilakukan oleh para terdakwa yang lain. Oleh
karena itu perlindungan bagi Justice Collaborator sangat penting untuk dilakukan
yang terkait dengan peran Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban karena
merupakan sarana jitu yang mampu memberikan pemecahan atas macetnya upaya
dapat dibongkar.70
nya saksi, saksi Pelaku yang Bekerjasama secara otomatis dapat memperoleh
69
Firman Wijaya, Op. Cit, hal 43
70
Ibid, hal 131
Pasal 5
(1) Saksi dan Korban berhak:
a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga, dan
harta bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan
kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan;
c. memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. mendapat penerjemah;
e. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. mendapat informasi mengenai perkembangan kasus;
g. mendapat informasi mengenai putusan pengadilan;
h. mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan;
i. dirahasiakan identitasnya;
j. mendapat identitas baru;
k. mendapat tempat kediaman sementara;
l. mendapat tempat kediaman baru;
m. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan
kebutuhan;
n. mendapat nasihat hukum;
o. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai bataswaktu
Perlindungan berakhir; dan/atau
p. mendapat pendampingan.
(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi dan/
atau Korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan
Keputusan LPSK.
(3) Selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam kasus
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan kepada
Saksi Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pula orang yang dapat
memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara
pidana meskipun tidak ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak
ia alami sendiri, sepanjang keterangan orang itu berhubungan dengan
tindak pidana.
71
Abdul Haris Semendawai, Op.Cit , hal 11
Bekerjasama berkaitan dengan terciptanya rasa aman dan keamanan yang harus
ketakutan;
Pasal 10 A
(1) Saksi Pelaku dapat diberikan penanganan secara khusus dalam proses
pemeriksaan dan penghargaan atas kesaksian yang diberikan.
(2) Penanganan secara khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. pemisahan tempat penahanan atau tempat menjalani pidana antara
Saksi Pelaku dengan tersangka, terdakwa, dan/atau narapidana yang
diungkap tindak pidananya;
b. pemisahan pemberkasan antara berkas Saksi Pelaku dengan berkas
tersangka dan terdakwa dalam proses penyidikan, dan penuntutan
atas tindak pidana yang diungkapkannya; dan/atau
c. memberikan kesaksian di depan persidangan tanpa berhadapan
langsung dengan terdakwa yang diungkap tindak pidananya.
(3) Penghargaan atas kesaksian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. keringanan penjatuhan pidana; atau
b. pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak narapidana lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Saksi
Pelaku yang berstatus narapidana.
(4) Untuk memperoleh penghargaan berupa keringanan penjatuhan pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, LPSK memberikan
72
Siswanto. S, Viktimologi dalam Sissterm Peradilan Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004),
hal23
khusus, atau penjatuhan pidana yang paling ringan di antara terdakwa lainnya.
pidana serius dan terorganisir tidak akan berhasil apabila dipusatkan pada satu
dibutuhkan kerjasama dan sinergitas antara para penegak hukum melalui upaya
untuk menyamakan pandangan dan persepsi agar para penegak hukum dapat
73
Maria Yudithia, Op.Cit, hal 97
Peraturan Bersama tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi
Pelaku yang Bekerjasama, terdapat tiga subyek yang menjadi target perlindungan,
yaitu Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama. Terhadap
yaitu segala upaya pemenuan hak, dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa
laporan serta informasi tentang terjadinya, atau akan terjadinya suatu tindak
pidana tertentu kepada penegak hukum dan bukan merupakan bagian dari pelaku
Pelapor atau Whistleblower tidak hanya mengetahui suatu tindak pidana saja,
namun melihat, mendengar, mengalami atau terkait dengan tindak pidana dan
melaporkan dugaan tentang terjadinya suatu tindak pidana kepada pejabat yang
berwenang.
sebagai Saksi Pelaku yang Bekerjasama yang merupakan saksi yang juga sebagai
pelaku suatu tindak pidana yang bersedia membantu aparat penegak hukum untuk
mengungkap suatu tindak pidana atau akan terjadinya suatu tindak pidana untuk
mengembalikan aset-aset atau hasil suatu tindak pidana kepada Negara dengan
74
Pasal 1 butir 5 Peraturan Bersama Perlindungan Bagi Pelapor
75
Pasal 1 butir 1 Peraturan Bersama Perlindungan Bagi Pelapor
bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama diatur dalam:
Pasal 6
b. perlindungan hukum;
d. penghargaan.
Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama, perlindungan fisik,
Bekerjasama pada dasarnya sama dengan yang berhak didapatkan oleh saksi,
yaitu hak-hak yang diberikan oleh Pasal 5 UU No. 13 Tahun 2006. Perlindungan
perlindungan berakhir.
Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama, penanganan secara
Pemisahan tempat penahanan, kurungan atau penjara seperti yang diatur dalam
peraturan ini merupakan salah satu hal penting yang tidak diatur dalam peraturan-
peraturan lainnya, baik dalam UU No. 13 Tahun 2006 maupun SEMA No. 04
Tahun 2011. Pemisahan ini penting untuk menjamin keamanan dan keselamatan
Bekerjasama.76
Pemisahan perkara merupakan wewenang dari jaksa yang diatur dalam Pasal 142
KUHAP, Yaitu dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang
memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang tersangka
perkara (splitsing) ini biasanya dilakukan dengan membuat berkas perkara yang
baru atau terpisah dan demikian akan dilakukan pemeriksaan baru, baik terhadap
perkara diluar yang disyaratkan ketentuan Pasal 142 KUHAP karena pemisahan
76
United Nation Office on Drugs and Crimes, Op.Cit, hal 21
77
Djoko Prakoso, Op.Cit, hal. 113
semata-mata.78
Pemberkasan perkara yang terpisah ini penting untuk dilakukan demi kepentingan
kedua belah pihak, baik kepentingan aparat penegak hukum maupun kepentingan
Saksi Pelaku yang Bekerjasama itu sendiri. Di satu sisi, dengan pemberkasan
yang terpisah ini diharapkan salah satu dari mereka dapat dijadikan saksi yang
penuntut hukum dan hakim untuk mengajukan dan memberikan tuntutan dan
hukuman yang tepat bagi Saksi Pelaku yang Bekerjasama. Hal ini dikarenakan
pada saat penuntutan terhadap Saksi Pelaku yang Bekerjasama sudah diketahui
hukuman yang dijatuhkan bagi pelaku yang diungkap tindak pidananya sehingga
penuntut umum dan hakim dapat menentukan tuntutan tuntutan dan hukuman
Berdasarkan Pasal 140 ayat (2) KUHAP, penuntut umum berwenang untuk
tindak pidana yang disampaikan oleh penyidik tidak dilimpahkan penuntut umum
tersebut tidak memiliki cukup bukti sehingga kemungkinan besar terdakwa akan
dibebaskan hakim, lalu karena peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana
78
Martiman Prodjohamidjojo, Komentar Atas KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana), Cet.3.,(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1990), hal 82
79
Satuan Tugas Pemerantasan mafia hukum, Op.Cit, hal 15
80
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 436
atau karena perkara ditutup demi hukum. Alasan hukum yang menyebabkan suatu
apabila kemudian ada alasan baru (Pasal 140 ayat (2) huruf d) atau dengan adanya
1961 tentang Pokok Kejaksaan, secara tegas mengakui eksistensi dari perwujudan
asas oportunitas, yaitu kepada Jaksa Agung selaku penuntut umum tertinggi
berwenang untuk tidak menuntut suatu perkara pidana di muka persidangan agar
81
Ibid, hal. 437
82
Ibid, hal. 440
83
Menurut KUHAP, penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menuntut cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di siding
pengadilan. Sehubungan dengan wewenang penuntutan ini, didalam hukum acara pidana dikeal
dua asas penuntutan, antara lain adalah asas legalitas dan asas oportunitas. Asas Legalitas adalah
asas yang mewajibkan penuntut umum untuk menuntut orang-orangyang telah dianggap cukup
alas an bahwa yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran hukum. Sedangkan asas
oportunitas adalah bahwa penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan suatu
Peraturan Bersama tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi
dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan
tindak pidana jika menurut pertimbangannya apabila orang tersebut dituntut akan membawa akibat
kerrugian bagi kepentingan umum. Jadi, jika menurut pendapat penuntut umum kepentingan
Negara menuntut adanya penuntutan di muka hakim pidana, maka ia wajib untuk menuntut.
Sebaliknya walaupun sesorang itu benar melakukan tindak pidana namun kepentingan umum tidak
menghendaki adanya penuntutan atas orang tersebut, maka penuntutan wajibb dikesampingkan.
84
Djoko Prakoso, Op.Cit, hal. 41
85
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Op.Cit, hal. 84
meyakinkan bersalah....” pada Pasal 10 ayat (2) yang bersifat ambigu dan
ayat (2) tidak memenuhi prinsip lex certa dalam hukum pidana dan cenderung
contra legem dengan ketentuan Pasal 10 ayat (1) yang pada hakekatnya
menyatakan bahwa saksi, korban dan pelapor tidak dapat dituntut secara hukum
baik pidana maupun perdata atas laporan kesaksian yang akan, sedang atau telah
diberikannya.86
Peraturan Bersama tentang Perlindungan bagi Pelapor, Saksi Pelapor, dan Saksi
Pelaku yang Bekerjasama tidak menjelaskan mengenai apa dan bagaimana cara-
cara yang boleh dilakukan dalam rangka memberikan perlindungan kepada Saksi
pada pengalaman berbagai negara yang telah diteliti oleh UNODC, secara umum
berikut.
86
Mahkamah Konstitusi, ,Loc.Cit.
87
United Nation office on Drugs and Crimes, Op. Cit, hal. 32
persidangan;
seperti videoconference;
berikut ini:
ruang sidang;
pendukung saksi.
Edaran Mahkamah Agung No. 04 Tahun 2011 tentang Perlakuan bagi Pelapor
Tindak Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice
SEMA No. 04 Tahun 2011). SEMA No. 04 Tahun 2011 juga lahir dengan
Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar, Jaksa Agung Basrie Arif, Kepala
meminta kepada para Hakim untuk memberikan perlakuan khusus jika dalam
dimaksud.
Indonesia keadaan pribadi terdakwa memang merupakan salah satu aspek dari
tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari
diatur dalam Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP yang apabila tidak dipenuhi,
88
Maria Yudithia, Konsep dan Ketentuan mengenai Justice Collaborator dalam Sistem Peradilan
Pidana Indonesia, (Depok:UI,2012), hal 91
89
Oemar Seno Adji, Hukum Hakim Pidana, (Jakarta:Erlangga, 1980), hal 133
maka berdasarkan ayat (2) pasal ini akan mengakibatkan putusan batal demi
dijatuhkan hakim kepada terdakwa ini berdasarkan Pasal 28 ayat (2) Undang-
Sejalan dengan bunyi Butir 9 Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2011
yaitu :
90
M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal 363
peradilan, yaitu:91
sebagaimana dimaksud pada butir ke satu diatas, harus diciptakan iklim yang
menemukan suatu hal yang dapat membantu aparat penegak hukum untuk
Tindak pidana yang dimaksud adalah tindak pidana yang bersifat serius seperti
pencucian uang, perdagangan orang, maupun tindak pidana lainnya yang bersifat
aset-aset dari suatu hasil tindak pidana dan mengakui kejahatan yang dilakukan
serta bukan pelaku utama. Jaksa dalam menuntut akan memberikan tuntutan yang
91
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak
Pidana (whistleblower) dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama Dalam Perkara TindakPidana
Tertentu, butir 2.
ringan dengan menyerahkan keputusan pada majelis hakim. Sesuai dengan aturan
SEMA diatas maka pemberian kekebalan hukum belum berlaku selain hanya
kini diatur dalam SEMA nomor 4 tahun 2011 dan peraturan bersama tentang
perlindungan bagi pelapor, saksi pelapor, dan saksi pelaku yang bekerjasama.
Peraturan ini pada pokoknya lahir dari Undang-undang nomor 13 tahun 2006
yang bertujuan memberikan jaminan perlindungan atas hak-hak saksi dan korban
Saksi pelaku (justice collaborator) secara yuridis dapat ditemukan dalam surat
dimaknai sebagai seorang pelaku tindak pidana tertentu tetapi bukan pelaku
utama, yang mengakui perbuatannya dan kemudian bersedia menjadi saksi dalam
proses peradilan.
tahun 2006, saksi dipandang sebagai unsur yang sangat menentukan dalam proses
peradilan pidana. Saksi sebagai salah satu pihak yang terlibat dalam hukum acara
tanpanya sistem peradilan pidana akan berhenti fungsi. Hampir tidak ada perkara
pidana yang dalam pembuktiannya tidak menggunakan alat bukti keterangan saksi
92
Jurnal Hukum “Lex et Societatis”, Vol. I/No.3/Juli/2013, hal 97
93
Sutyono Sutarto, Hukum Acara Pidana Jilid I, (Semarang:Penerbit UNDIP, 1991), hal 12
karena keterangan saksi sebagai alat bukti yang paling utama dalam pembuktian
perkara pidana.94
Saksi pelaku (justice collaborator) sesuai SEMA No. 4 Tahun 2011 ada beberapa
pedoman, yaitu : Yang bersangkutan merupakan salah satu pelaku tindak pidana
tersebut maka terhadap saksi pelaku yang bekerja sama sebagaimana dimaksud
94
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang
Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, (Jakarta:,Sinar Garfika, 2008), hal 286
95
Jurnal Hukum “Lex et Societatis”, Vol. I/No.3/Juli/2013, hal 100
Dalam pemberian perlakuan khusus dalam bentuk keringanan pidana hakim tetap
Saksi pelaku (justice collaborator) saat ini menjadi istilah yang semakin akrab
ditelinga kita akhir-akhir ini. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep pemukul
keuntungan whistle blower serta berujung pada program perlindungan saksi dan
Agung mengeluarkan suatu Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011
tentang perlakuan bagi pelapor tindak pidana dan saksi pelaku yang bekerja sama
dalam perkara tindak pidana tertentu. Dari terjemahan SEMA yang lebih dulu
kejahatan yang terjadi. Namun perbedaannya, whistle blower adalah saksi pelapor,
sedangkan justice collaborator adalah saksi pelaku. Saksi pelapor mengetahui ada
suatu kejahatan dan melaporkannya kepada aparat yang berwenang. Dalam hal ini
ia tidak ikut serta melakukan kejahatan, dia hanya mengetahui sehingga dia bukan
lalu membunyikan peluit. Karena itu bisa juga diberikan istilah peniup peluit.
96
Konsultasi dan bantuan hukum online “pengertian justice collaborator”
(http://konsultanhukumonline.blogspot.com/2012/04/pengertian-justice-collaborator.html), diakses
Pada Tanggal 13 Mei 2018
Disatu sisi lainnya saksi pelaku yang bekerja sama tidak hanya memiliki
informasi atas suatu kejahatan sama dengan saksi korban, namun dia juga pernah
terlibat pada kejahatan tertentu itu sendiri. Ada juga konsep lain mengenai saksi
yang disebut sebagai saksi mahkota yang melakukan kejahatan oleh karena telah
Saksi pelaku (justice collaborator) tidaklah bersifat pasif ketika sudah ada
penegak hukum dan menjadi pintu pembuka bagi terungkapnya semua pelaku
kejahatan yang sama. Itu sebabnya peran dari saksi pelaku (justice collaborator)
(organized crimes) yaitu tindak pidana tertentu yang bersifat sangat serius dan
sangat merusak seperti korupsi, terorisme, tindak pidana narkotika, tindak pidana
pencucian uang, perdagangan orang serta lainnya. Hal-hal seperti ini biasanya
dilakukan oleh pelaku berdasi atau kejahatan kerah putih (white collar crime).
Dalam kejahatan yang terorganisasi demikian, pembuktian lebih sulit dan menjadi
atau bahkan bekerja sama secara kolektif dengan aparat penegak hukum,
membentuk jejaring mafia dan komplotan yang sulit, sehingga sulit juga diungkap
97
“Badan Pembinaan Hukum Nasional”
(http://www.bphn.go.id/index.php?action=public&id=2012050813512713) diakses pada tanggal
13 Mei 2018
(solidaritas ketakutan) yang menjadi jejaring yang sangat efektif untuk saling
melindungi.
Maka itu salah satu cara untuk membongkar tindak kejahatan yang demikian
adalah dengan mengganggu solidaritas para pelaku dan dengan konteks itulah
peran pelaku yang bekerja sama menjadi sangat vital dan strategis. Karena
sentralnya peran seorang pelaku yang bekerja sama untuk mengungkap tuntas
suatu kejahatan yang dilakukan banyak orang atau oleh suatu indikasi yang
hukuman atau bahkan kekebalan dari penuntutan bagi saksi pelaku (justice
perlakuan istimewa yang sebelumnya jarang diterima oleh setiap orang mengenai
parsitipasi dari para calon-calon saksi pelaku (justice collaborator) yang lain
nantinya. Hanya saja lembaga perlindungan saksi dan korban yang melindungi
98
I Dewa GD. Saputra Valentino Pujana, “Jaminan Kekebalan Hukum Bagi Saksi Pelaku (justice
collaborator)” jurnal Lex et Societatis, Vol. I/No.3/Juli/2013, hal 110
Undang-undang nomor 13 tahun 2006 Pasal 10 Ayat (2) berbunyi : seorang saksi
dan juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan
pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi
agung dengan nomor 4 tahun 2011 mengenai perlakuan bagi saksi pelaku (justice
collaborator) dan whistle blower mengacuh pada ratifikasi konvensi PBB tentang
Anti Korupsi dan ratifikasi konvensi PBB tentang Anti Kejahatan Transnasional
Dalam hal untuk melakukan perlindungan saja saat ini sesuai aturan dari undang-
undang beserta surat edaran nyatanya ada banyak kekurangan, bagaimana jika
disini ialah kesadaran hukum yang tinggi tidak hanya harus berlaku bagi pelaku
kejahatan yang ingin membantu lembaga penegakan hukum tapi juga ada pada
pemerintah yang secara komprehensi. Dengan maksud untuk tujuan kebaikan dan
99
Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban (UU RI. No. 13 Tahun 2006), cetakan pertama
(Jakarta:Sinar Grafika, 2006), hal 5
BAB IV
PENERAPAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM PEMIDANAAN
PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA MELALUI
PUTUSAN PENGADILAN
A. Posisi Kasus
1. Kronologis
Kronologis perkara nomor No.231/Pid.Sus/2015/PN.Pms, Terdakwa Atan
Makmur Als Ong, pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2015 sekira pukul 08.00 Wib
atau setidak-tidaknya pada bulan Mei tahun 2015 bertempat di Jalan Narumonda
Siantar, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam
memeriksa dan mengadili perkaranya, yang tanpa hak atau melawan hukum
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli,
Pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2015 sekira pukul 08.00 Wib, saksi From Pimpa
mendapat informasi bahwa saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas
terpisah) sering menyimpan Narkotika jenis Shabu dan sedang berada disebuah
Kejadian Perkara) dan melihat saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas
(Terdakwa dalam berkas terpisah) dan menyita barang bukti berupa : 1 (Satu)
paket Narkotika jenis Shabu, 1 (Satu) buah Handphone merk Nokia warna hitam,
1 (Satu) buah kotak didalamnya terdapat 1 (Satu) buah bong, 1 (Satu) buah
sumbu, 1 (Satu) buah pipa kaca, dan 1 (satu) buah sendok terbuat dari potongan
pipet, kemudian saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas terpisah)
saksi menyuruh saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas terpisah)
Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas terpisah) tidak berapa lama kemudian
terdakwa berupa 1 (Satu) unit HP merk Nokia warna putih, 1(Satu) buah dompet
berisi uang sebesar Rp. 1.140.000,. (Satu juta seratus empat puluh ribu rupiah),
dan 1 (Satu) paket berisi Narkotika jenis Shabu yang dibungkus dengan kertas
penggeledahan dan dari dalam rumah terdakwa disita berupa : 1 (Satu) buah
timbangan digital, 1(Satu) buah brankas merk President, dimana setelah brankas
bungkusan plastik warna hitam berisi 1 (Satu) paket Narkotika jenis Shabu,
1(Satu) buah kotak bekas minuman teh botol berisi 2 (Dua) paket Shabu,
Terdakwa memperoleh Narkotika jenis Shabu dari Apin Lehu (DPO), yang
memerintahkan anggotanya yang bernama Riko Damanik (DPO), pada hari yang
tidak diingat lagi sekira bulan April 2015, dimana Apin Lehu (DPO)
(Empat) bungkus plastik klip berisi kristal berwarna putih dengan berat bruto
108,39 (Seratus delapan koma tiga puluh sembilan) gram Narkotika milik
Tahun 2009 tentang Narkotika. Barang Bukti yang dilakukan penelitian oleh
Pihak Laboratorium merupakan barang bukti yang disita dari terdakwa Atan
Makmur Als Ong, padahal terdakwa tidak mempunyai ijin yang sah untuk
683/Pid.Sus/2016/PN.Pbr, yaitu:
Terdakwa Ridwan Jonson Maruli, pada tanggal 03 April2016 sekitar pukul 12.00
wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan April tahun dua ribu
enam belas, bertempat di di Jl. Kubang rayaPanam kec. Tampan Pekanbaru atau
Negeri Pekanbaru, yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
Narkotika jenis daun ganja pada tanggal 03 April 2016 sekitar pukul 12.00 wib di
Jl. Kubang raya Panam kec. Tampan dan terdakwamembeli narkotika daun ganja
tersebut dari Saksi Karmila, sebayak 1 (satu)Kg seharga Rp. 1.800.000 (satu juta
delapan ratus ribu rupiah) ganja tersebut terdakwa jual lagi kepada orang lain,
sebanyak 3 kg , dan menjual ke saksi Carlinton Purba paket Rp. 50.000 dan ke
Terdakwa tidak ada memiliki izin dari Menteri Kesehatan RI atau pejabat lain
narkotika Golongan I
bersih ganja 321,29 gram. Berita Acara analisis Laboratorium Barang Bukti dan
kekuatan sumpah jabatan oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahui oleh
analisisnya antara laindisimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih 321,29 gram
adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8 Lampiran I
pidana dalam Pasal 114 Ayat 1 UURI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Terdakwa Ridwan Jonson Maruli, pada hari Sabtu tanggaltanggal 23 April 2016
sekitar pukul 13.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan April
tahun dua ribu dua belas , bertempat di Jl. Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel.
Palas Kec. Rumbai Kota Pekanbaru atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang
termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Pekanbaru, tanpa hak atau melawan
Pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016 sekitar pukul 13.00 wib disamping rumah
Jl. Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai Kota Pekanbaru saksi
Rinaldi (anggota Polsek Rumbai) bersama teman saksi Rinaldi yang bernama
Bripka Frans Utama, SH dan Brigadir Mhd. Akari Faisal mendapatkan informasi
dari masyarakat bahwa Jl.Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai
terjadinya transaksi jual beli narkotika jenis daun ganja, Pada hari minggu tanggal
24April 2016 sekitar pukul 13.00 wib Kapolsek Rumbai kota Pekanbaru
Rinaldi, Brika Frans Utama, SH dan Brigadir Mhd. Akari Faisal, SH untuk
Pukul 18.20 wib Bripka Rinaldi, Brika Frans Utama, SH dan Brigadir Mhd. Akari
rumah dan yang mana terdakwa dari arah belakang rumah dan Brika Frans Utama,
SH dan Brigadir Mhd. Akari Faisal, SH dari arahdepan rumah selain terdakwa
Ridwan Jonson Maruli juga ikut diamankan pada waktu itu yaitu Saksi Carlinton
Purba, Saksi Dirgantara Rambe Purba, dan Daniel Tambunan, (dalam berkas
milik terdakwa Ridwan Jonson Maruli tepat di samping pintu belakang ada 1
(satu) kaleng cat yang ditutup warna kuning lalu kaleng cat tersebut dibuka dan
ditemukan daun ganja kering yang terbungkus dengan kantong plastik warna putih
dan kantong plastik warna hitam setelah ituterdakwa Ridwan Jonson Maruli
dibawa ketempat ditemukan daun ganja tersebut dan terdakwa Ridwan Jonson
Jonson Maruli.
2. Dakwaan
Ong, pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2015 sekira pukul 08.00 Wib atau setidak-
tidaknya pada bulan Mei tahun 2015 bertempat di Jalan Narumonda Bawah No.
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum
mengadili perkaranya, yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
beratnya melebihi 1 (Satu) kilogram atau melebihi 5 (Lima) batang pohon atau
Pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2015 sekira pukul 08.00 Wib, saksi From Pimpa
mendapat informasi bahwa saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas
terpisah) sering menyimpan Narkotika jenis Shabu dan sedang berada disebuah
Kejadian Perkara) dan melihat saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas
paket Narkotika jenis Shabu, 1 (Satu)buah Handphone merk Nokia warna hitam, 1
(Satu) buah kotak didalamnya terdapat 1 (Satu) buah bong, 1 (Satu) buah sumbu,
1 (Satu) buah pipa kaca,dan 1 (satu) buah sendok terbuat dari potongan pipet,
kemudian saksi Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas terpisah) mengakui
Jhon Esra Ginting (Terdakwa dalam berkas terpisah) tidak berapa lama kemudian
terdakwa berupa 1 (Satu) unit HPmerk Nokia warna putih, 1(Satu) buah dompet
berisi uang sebesar Rp.1.140.000,. (Satu juta seratus empat puluh ribu rupiah),
dan 1 (Satu) paket berisi Narkotika jenis Shabu yang dibungkus dengan kertas
timbangan digital,1 (Satu) buah brankas merk President, dimana setelah brankas
bungkusan plastik warna hitam berisi 1 (Satu) paket Narkotika jenis Shabu,1
(Satu) buah kotak bekas minuman teh botol berisi 2 (Dua) paket Shabu, kemudian
Barang bukti dan terdakwa melakukan perbuatannya tanpa ijin dari pihak yang
padahari yang tidak diingat lagi sekira bulan April 2015, dimana Apin Lehu
menerangkan 4 (Empat) bungkus plastik klip berisi kristal berwarna putih dengan
berat bruto 108,39 (Seratus delapan koma tiga puluh sembilan) gram Narkotika
milik terdakwa Atan Makmur Als Ong adalah benar mengandung Metamfetamina
Makmur Als Ong, padahal terdakwa tidak mempunyai ijin yang sah untuk
terdakwa kenal dengan saksi dan sering memberikan uang kepada Anggota
terdakwa kenal dengan saksi dan sering memberikan uang kepada Anggota
683/Pid.Sus/2016/PN.Pbr, yaitu:
surat dakwaan.
Terdakwa Ridwan Jonson Maruli, pada tanggal 03 April 2016 sekitar pukul 12.00
wib atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalambulan April tahun dua ribu
enam belas, bertempat di di Jl. Kubang raya Panam kec. Tampan Pekanbaru atau
Negeri Pekanbaru, yang tanpa hakatau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
Narkotika jenis daun ganja pada tanggal 03 April 2016sekitar pukul 12.00 wib di
Jl. Kubang raya Panam kec. Tampan dan terdakwa membeli narkotika daun ganja
tersebut dari Saksi Karmila, sebayak 1 (satu) Kg seharga Rp. 1.800.000 (satu juta
delapan ratus ribu rupiah) ganja tersebut terdakwa jual lagi kepada orang lain,
untuk mendapatkan keuntungan, dan terdakwa telah membeli dari saksi karmila
sebanyak 3 kg, dan menjual ke saksi Carlinton Purba paket Rp. 50.000 dan ke
Terdakwa tidak ada memiliki izin dari Menteri Kesehatan RI atau pejabat lain
narkotika Golongan I
berat bersih ganja 321,29 gram. Berita Acara analisis Laboratorium Barang Bukti
dan Urine dari Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan No. LAB :
kekuatan sumpah jabatan oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahui oleh
Waka Laboratorium Forensik Cabang Medan Dra. Melta Tarigan, M.Si, dari
analisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih 321,29 gram
pidana dalam Pasal 114 Ayat 1 UURI No. 35 Tahun 2009 tentangNarkotika.
Terdakwa Ridwan Jonson Maruli, pada hari Sabtu tanggal tanggal 23 April 2016
sekitar pukul 13.00 Wib atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam bulan April
tahun dua ribu dua belas , bertempat di Jl. Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel.
Palas Kec. Rumbai Kota Pekanbaru atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang
termasuk daerah hukum Pengadilan Negeri Pekanbaru, tanpa hak atau melawan
Pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016 sekitar pukul 13.00 wib disamping rumah
Jl. Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai Kota Pekanbaru saksi
Rinaldi (anggota Polsek Rumbai) bersama teman saksi Rinaldi yang bernama
Bripka Frans Utama, SH dan Brigadir Mhd. Akari Faisal mendapatkan informasi
dari masyarakat bahwa Jl.Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai
terjadinya transaksi jual beli narkotika jenis daun ganja, Pada hari minggu tanggal
24 April 2016 sekitar pukul 13.00 wib Kapolsek Rumbai kota Pekanbaru
Pukul 18.20 wib Bripka Rinaldi, Brika Frans Utama, SH dan Brigadir Mhd. Akari
disampingrumah dan yang mana terdakwa dari arah belakang rumah dan Brika
Frans Utama,SH dan Brigadir Mhd. Akari Faisal, SH dari arah depan rumah
selain terdakwa Ridwan Jonson Maruli juga ikut diamankan pada waktu itu yaitu
Saksi Carlinton Purba, Saksi Dirgantara Rambe Purba, dan Daniel Tambunan,
belakang rumah milik terdakwa Ridwan Jonson Maruli tepat di samping pintu
belakang ada 1 (satu) kaleng cat yang ditutup warna kuning lalu kaleng cat
tersebut dibuka dan ditemukan daun ganja kering yang terbungkus dengankantong
plastik warna putih dan kantong plastik warna hitam setelah itu terdakwa Ridwan
Jonson Maruli dibawa ketempat ditemukan daun ganja tersebut dan terdakwa
Ridwan Jonson Maruli mengakui bahwa daun ganja tersebut adalah miliknya
Terdakwa tidak ada memiliki izin dari Menteri Kesehatan RI atau pejabat lain
atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman jenis daun ganja.
berat bersih ganja 321,29 gram. Berita Acara analisis Laboratorium Barang Bukti
dan Urine dari Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan No. LAB :
kekuatan sumpah jabatan , oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahui oleh
Waka Laboratorium Forensik Cabang Medan Dra. Melta Tarigan, M.Si, dari
analisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih 321,29 gram
adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8 Lampiran I
pidana dalam Pasal 111 Ayat 1 UURI No. 35 Tahun 2009tentang Narkotika.
sebagai berikut:
sebagai berikut:
a) Saksi pernah diperiksa oleh penyidik dan saksi menanda tangani Berita
Acara Pemeriksaan.
b) Terdakwa Ridwan Jonson Maruli ditangkap pada hariMinggu tanggal 24
April 2016 sekitar pukul 18.20 wib di samping rumahJl. Palas Pastoran Rt.
002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai KotaPekanbaru dan yang melakukan
penangkapan pada saat itu adalahsaksi bersama Saksi Bripka Frans
Utama,SH dan Saksi Brigadir Mhd. Akari Faisal.
c) Saksi melakukan penangkapan bersama rekan saksi. Saksi Bripka FRANS
Utama,SH dan Brigadir Mhd. Akari Faisal terhadap terdakwa Ridwan
Jonson Maruli adalahdikarenakan saksi bersama teman saksi mendapatkan
informasi darimasyarakat bahwa Jl. Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel.
Palas Kec.Rumbai Kota Pekanbaru tepatnya dirumah Terdakwa sering
terjadinyatransaksi jual beli narkotika jenis daun ganja setelah itu Saksi
bersamateman Saksi melakukan pengrebekan terhadap rumah Terdakwa,
yangmana sewaktu dilakukan pengrebekan pada waktu Terdakwa
bersamatemannya yang bernama Saksi Carlinton Purba, Saksi Dirgantara
Rambe Purba dan Sdr. Daniel Tambunan beradadi samping rumah, setelah
itu dilakukan pemeriksaan di belakang rumahmilik Terdakwa tepat di
samping pintu belakang ada 1 (satu) kaleng catyang ditutup warna kuning
lalu kaleng cat tersebut dibuka danditemukan daun ganja kering yang
terbungkus denggan kantong plastikwarna putih dan kantong plastik warna
hitam setelah itu Terdakwamengakui bahwa daun ganja tersebut adalah
miliknya
d) Sewaktu dilakukan penangkapan terhadap Terdakwa, padawaktu itu ada
juga ikut diamankan Saksi Carlinton Purba, Saksi Dirgantara Rambe
Purba, dan Daniel Tambunan.
e) Adapun 1 (satu) kaleng cat yang ditutup warna kuning lalukaleng cat
tersebut dibuka dan ditemukan daun ganja kering yangterbungkus denggan
kantong plastik warna putih dan kantong plastic warna hitam ditemukan
dibelakang rumah tepatnya di samping pintubelakang.
f) Setelah dilakukan penangkapan terhadap Terdakwa laluTerdakwa
mengakui bahwa 1 (satu) kaleng cat yang ditutup warnakuning lalu kaleng
cat tersebut dibuka dan ditemukan daun ganja keringyang terbungkus
dengan kantong plastik warna putih dan kantongplastik warna hitam
adalam miliknya (Terdakwa dan keterangan Terdakwa bahwa ianya
mendapatkandaunganja kering dari Saksi Karmila.
g) Daun ganja kering yang ditemukan didalam kaleng catterbungkus dengan
plastik warna putih dan plastik hitam tersebut.
h) Pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016 sekitar pukul 13.00wib di samping
rumah Jl. Palas Pastoran Rt. 002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai Kota
Pekanbaru Saksi bersama teman Saksiyang bernama Saksi Bripka Frans
Utama.SH dan Saksi Brigadir Mhd. Akari Faisal mendapatkan informasi
darimasyarakat bahwa Jl. Palas Pastoran Rt. 002 Rw. 003 Kel. PalasKec.
Rumbai Kota Pekanbaru tepatnya dirumah Terdakwa seringterjadinya
transaksi jual beli narkotika jenis daun ganja. Pada hariminggu tanggal 24
April 2016 sekitar pukul 13.00 wib KapolsekRumbai kota Pekanbaru
memerintahkan Anggotanya melalui kanitReskrim Polsek Rumbai
menunjuk saksi, saksi Frans Utama.SH dan saksi Brigadir Mhd. Akari
Faisal,SH untuk melakukan penyelidikan di sekitar rumah terdakwa
Ridwan Jonson Maruli, Pada Pukul 18.20 wib saksi Bripka Rinaldi, saksi
Pekanbaru akan tetapi dari hasil pengembangan Saksi bersama teman Saksi
Saksi Karmila akan tetapi terlebih dahulu meminta izin sama Pak RT. Pak Rw dan
warga setempat untuk melakukan penggeledahan lalu diizinkan oleh Pak RT, Pak
ditemukan 17 (Tujuh belas) bungkus besar daun ganja kering yang didapat dari 6
(Enam) karung plastik warna putih yang berisi kapas. Tanggapan Terdakwa
2. Mhd. Akari Faisal, Dibawah sumpah menurut agama Islam pada pokoknya
Pekanbaru akan tetapi dari hasil pengembangan Saksi bersama teman Saksi
Saksi Karmila akan tetapi terlebih dahulu meminta izin sama Pak RT, Pak Rw dan
warga setempat untuk melakukan penggeledahan lalu diizinkan oleh Pak RT, Pak
ditemukan 17 (Tujuh belas) bungkus besar daun ganja kering yang didapat dari 6
Rumbai.
3. Frans Utama, SH, Dibawah sumpah menurut agama Islam pada pokoknya
a) saksi pernah diperiksa oleh penyidik dan saksi menanda tangani Berita
Acara Pemeriksaan.
b) Terdakwa Ridwan Jonson Maruli ditangkap pada hari Minggutanggal 24
April 2016 sekitar pukul 18.20 wib di samping rumah Jl. PalasPastoran Rt.
002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai Kota Pekanbaru dan yangmelakukan
penangkapan pada saat itu adalah saksi bersama Saksi Rinaldi dan Saksi
M. Akari Faisal.
c) Sebab saksi melakukan penangkapan bersama rekan saksi
terhadapterdakwa Ridwan Jonson Maruli adalah dikarenakan saksi
bersamateman saksi mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa Jl.
Palas PastoranRt. 002 rw. 003 Kel. Palas Kec. Rumbai Kota Pekanbaru
tepatnya dirumahTerdakwa sering terjadinya transaksi jual beli narkotika
jenis daun ganja setelahitu Saksi bersama teman Saksi melakukan
pengrebekan terhadap rumahTerdakwa, yang mana sewaktu dilakukan
pengrebekan pada waktu Terdakwabersama temannya yang bernama Saksi
Carlinton Purba, Saksi Dirgantara Rambe Purba dan Sdr. Daniel
Tambunan berada disamping rumah, setelah itu dilakukan pemeriksaan di
belakang rumah milikTerdakwa tepat di samping pintu belakang ada 1
(satu) kaleng cat yang ditutupwarna kuning lalu kaleng cat tersebut dibuka
dan ditemukan daun ganja keringyang terbungkus denggan kantong plastik
warna putih dan kantong plastic warna hitam setelah itu Terdakwa
mengakui bahwa daun ganja tersebut adalahmiliknya.
Pekanbaru akan tetapi dari hasil pengembangan Saksi bersama teman Saksi
Saksi Karmila akan tetapi terlebih dahulu meminta izin sama Pak RT, Pak Rw dan
warga setempat untuk melakukan penggeledahan lalu diizinkan oleh Pak RT, Pak
ditemukan 17 (Tujuh belas) bungkus besar daun ganja kering yang didapat dari 6
Rumbai
3. Tuntutan
Pengadilan Negeri Pematang Siantar yang mengadili perkara pidana dengan acara
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Jalan Durian Gang Pulut Hitam I Kelurahan MarihatJaya
Kecamatan Siantar Marihat Pematang Siantar/Jalan Pane No. 1 Belakang
Kelurahan KaroKecamatan Siantar Selatan Pematang Siantar.
Agama : Budha;
Pekerjaan : Wiraswasta
Simalungun (LBH S-S) beralamat di Jalan Viyata Yudha Perum Kodam BTN No.
2015.
sesuai dengan SEMA No. 4 Tahun 2011 angka 9 huruf c selanjutnya meminta
Terdakwa dan Kuasa Hukumnya secara tertulis tertanggal 18 Januari 2015 yang
dan tetap pada tuntutannya semula, begitu pula Terdakwa dan Penasehat Hukum
683/Pid.Sus/2016/PN.Pbr, yaitu:
3. Penuntut Umum sejak tanggal 29 Juni 2016 sampai dengan tanggal 18Juli
2016;
4. Majelis Hakim sejak tanggal 14 Juli 2016 sampai dengan tanggal 12Agustus
2016;
Majelis Hakim;
bersalah melakukan tindak pidana "tanpa hak atau melawan hukum menjual
melanggar Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika.
a) 1 kaleng cat warna putih yang berisikan daun ganja yangterbungkus dalam
kantong plastik warna putih
b) dan kantong plastik warna hitam dengan berat bersih 321,29 gram
c) Daun ganja yang telah dimusnahkan 302,29 gram
d) 1 gram daun ganja barang bukti telah diperiksa dipersidangan
e) 2 bungkus plastik putih dan warna hitam sebagai pembungkusbarang bukti
seberat 32,40 gram
f) Daun ganja yang dibawa untuk pemeriksaan ke Puslabsfor PolriCabang
Medan dengan berat 18 gram
g) dan dikembalikan 1 plastik daun ganja dengan berat netto 15 gram
h) 1 tutup kaleng cat warna kuning bertuliskan JOTUN
i) Masing-masing barang bukti dirampas untuk dimusnahkan
j) 1 lembar uang Pecahan Rp. 50.000 (Lima Puluh Ribu Rupiah)
k) 1 lembar uang Pecahan Rp. 20.000 (dua Puluh Ribu Rupiah)
Masing-masing barang bukti dirampas untuk negara
ribu rupiah).
Berdasarkan hal tersebut di atas Kami Penasehat Hukum Terdakwa Atas Nama
pokoknya Penuntut Umum tetap pada tuntutan yang telah dibacakan pada sidang
yang lalu.
4. Fakta-fakta Hukum
berikut:
1) Pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2015 sekitar pukul 08.00 wibbertempat di
Jalan Narumonda Bawah No. 30 Kelurahan Kebun SayurKecamatan
Siantar Timur Kota Pematangsiantar, Terdakwa telahditangkap pihak
Kepolisian Polres Pematangsiantar tepatnya di rumahJhon Esra Ginting
(berkas terpisah) atas kepemilikan Narkotika jenisShabu;
2) setelah Terdakwa Jhon Esra Ginting ditangkap, saksi-saksi dariPihak
kepolisan Polres pematangsiantar meminta Jhon Esra Gintingmemesan
Narkoitika kepada Terdakwa dan diantarkan ke rumahTerdakwa Jhon Esra
Ginting;
3) Lebih kurang 15 menit, Terdakwa datang untuk menjumpaiTerdakwa Jhon
Esra Ginting dan saksi-saksi dari Polres Pematang Siantarmenangkap
Terdakwa;
4) Terdakwa digeledah dan ditemukan barang bukti berupa 1 (satu)unit
Handphone Merek Nokia Warna Putih dan 1 (satu) buah dompetberisi
uang sebesar Rp. 1.140.000.- (satu juta seratus empat puluh riburupiah)
serta dari kantong celana Terdakwa ditemukan 1 (satu) paketberisi
Narkotika jenis Shabu;
5) Terdakwa juga dibawa kerumah Terdakwa dan ditemukan 1
(satu)timbangan Digital dan 1 (satu) Brankas Merk Presiden terbuat dari
besi;
6) Brankas Merk Presiden di bawa ke Kantor Kepolisian PolresPematang
Siantar serta dibuka secara paksa dengan menggunakan MesinGrenda
dengan disaksikan Terdakwa dan di dalamnya ditemukan 1 (satu) bungkus
plastic warna hitam berisi 1 (satu) paket Shabu dan 1(satu) buah kotak
bekas minuman teh botol berisi 2 (dua) paket Shabu;
7) Terdakwa tidak mengakui barang bukti adalah milik Terdakwa melainkan
milik dari Apin Lehu (DPO) yang dititipkan kepada Rico Damanik (DPO)
dan menitipkan kepada Terdakwa untuk dijual kepadapemesan;
8) Terdakwa bekerja dengan Apin Lehu yang merupakan Bandar Narkoba
Kota Pematang Siantar-Simalungun dan telah bekerja selama 2 (dua)
tahun dengan mendapat upah sebesar Rp. 15.000.000.- (lima belasjuta
rupiah) setiap bulannya;
9) Sistem kerja Terdakwa mengumpulkan penjualan dari anggotadan
menyetorkannya kepada orangtua Apin Lehu dan setiap harinyaberomzet
lebih kurang Rp. 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) sampaiRp.
300.000.000.- (tiga ratus juta rupiah);
10) Terdakwa menyetor uang kepada Apin Lehu selama 2 atau3 hari bisa
mencapai Rp. 1 (satu) Milyar Rupiah;
melanggar Pasal 114ayat (2) Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, Atau Kedua
ketarangan saksi-saksi dan terdakwa serta fakta hukum, maka Majelis dapat
Alternatif Kedua yaitu melanggar Pasal 112 ayat (2) Undang-undang RI No. 35
1. Setiap orang;
683/Pid.Sus/2016/PN.Pbr, yaitu:
Berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh fakta-fakta
1) Terdakwa membeli Narkotika jenis daun ganja pada tanggal 03 April 2016
sekitar pukul 12.00 wib di Jl. Kubang raya Panam kec. Tampan dan terdakwa
membeli narkotika daun ganja tersebut dari Saksi Karmila,
2) 1 (satu) Kg seharga Rp. 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) ganja
tersebut terdakwa jual lagi kepada orang lain, untuk mendapatkan keuntungan,
terdakwa telah membeli dari saksi karmila sebanyak 3 kg
3) Terdakwa menjual ke saksi Carlinton Purba paket Rp. 50.000 dan ke
saksiDirgantara Rambe Purba paket Rp. 20.000.
4) Berdasarkan Berita Acara Penimbangan dan Penyegelan dari Pegadaian
Cabang Pekanbaru Nomor : 186/BB/P/IV/180500/2015 tanggal27 April 2016
bahwa berat bersih ganja 321,29 gram
5) Berdasarkan Berita Acara analisis Laboratorium Barang Bukti dan Urine dari
Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan No. LAB : 5682/NNF/2015
tanggal 03 Mei 2016 yang dibuat dan ditandatangani atas kekuatan sumpah
jabatan , oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahui oleh Waka
Laboratorium Forensik Cabang Medan Dra. Melta Tarigan, M.Si, dari
analisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih 321,29
gram adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8
Lampiran I Undang-undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika.
6) Pengembangan lebih lanjut saksi Karmila dapat ditangkap berdasarkan
keterangan dari Terdakwa, sehingga terdakwa dapat dianggap sebagai ”justice
collabolator” dalam perkara ini.
7) Terdakwa tidak ada memiliki izin dari Menteri Kesehatan RI atau pejabat lain
yang berwenang untuk menawarkan untuk dijual, menjual, menyerahkan atau
menerima narkotika Golongan I.
dakwaan alternatif Pertama, sebagaimana diatur dalam Pasal 114 Ayat (1)
5, Pertimbangan Hakim
dalam amar putusan ini. Terdakwa dijatuhi pidana, maka haruslah dibebani pula
683/Pid.Sus/2016/PN.Pbr, yaitu:
meringankan Terdakwa;
Terdakwa dijatuhi pidana maka haruslah dibebani pula untuk membayar biaya
bersangkutan.
4. Putusan Hakim
Putusan hakim menyatakan Terdakwa Atan Makmur Alias Ong telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Tanpa hak
(satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka
akan diganti dengan pidana penjara selama 3(tiga) bulan. Menetapkan lamanya
PastiTarigan, SH., MH selaku Hakim Ketua Fitra Dewi Nasution, SH., MHdan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Kamis, tanggal 28 Januari 2016 oleh
Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh
serta dihadiri oleh Secsio Jimec Nainggolan, SH Penuntut Umum pada Kejaksaan
683/Pid.Sus/2016/PN.Pbr, yaitu:
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ tanpa hak atau melawan hukum
dakwaan Pertama Pasal 114 Ayat 1 UURI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan
dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana
yang dijatuhkan.
Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru, pada hari Rabu, tanggal 05 Oktober 2016,
Anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari
Kamis, tanggal 06 Oktober 2016 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para
B. Analisa Kasus
Analisa kasus putusan Pengadilan Negeri nomor No.231/Pid.Sus/2015/PN.Pms,
No. 35 Tahun 2009, Atau Kedua melanggar Pasal112 ayat (2) Undang-Undang RI
saksi-saksi dan terdakwa serta fakta hukum, maka menurut penulis karena Majelis
dapat memilih Dakwaan yang sesuai dengan perbuatan terdakwa yaitu Dakwaan
Alternatif Kedua yaitu melanggar Pasal 112 ayat (2) Undang-undangRI No. 35
1. Setiap orang;
Bahwa yang dimaksud dengan kata “setiap orang“ dalam ketentuan pasal ini
adalah ditujukan kepada orang perseorangan dan atau korporasi sebagai subjek
hukum yang diduga telah melakukan suatu perbuatan yang diancam pidana
sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan pasal ini, dan terhadapnya dapat
dimintai pertanggung jawaban hukum. Dalam perkara ini, Penuntut Umum telah
Alias Ong dan setelah diperiksa ternyata Terdakwa mengaku dan membenarkan
dilakukannya, oleh karena itu unsur setiap orang telah terpenuhi dalam perbuatan
Terdakwa.
Bahwa dari perspektif teoritis dan praktik, konsepsi perbuatan melawan hukum
dikenal dalam dimensi hukum perdata dan hukum pidana. Dari aspek etimologis
dan terminologi maka perbuatan melawan hukum dalam bahasa Belanda dikenal
sebagai bertentangan dengan hukum, atau melanggar hak orang lain, dan ada juga
yang mengartikan sebagai tidak berdasarkan hukum, tanpa hak atau tanpa
kewenangan.
2009 tentang Narkotika, maka dalam perkara ini telah dapat dibuktikan terdakwa
telah melakukan perbuatan hukum, dengan demikian unsur ini telah terbukti dan
terpenuhi.
adalah bersifat alternatif, oleh karena itu apabila salah satu elemen unsur tersebut
terpenuhi dalam perbuatan Terdakwa, maka unsur ini telah terbukti pula. Pasal 1
mendefinisikan Narkotika sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan
tentang narkotika.
saksi-saksi dan terdakwa bahwa pada hari Kamis tanggal 28 Mei 2015 sekitar
pukul 08.00 wib bertempat di Jalan Narumonda Bawah No. 30 Kelurahan Kebun
Kepolisian Polres Pematang Siantar yaitu saksi Yanser L. Tobing dan saksi From
Ginting atas kepemilikan Narkotika jenis Shabu atas informasi dari masyarakat
Narkotika jenis Shabu yang juga merupakan seorang residivis terhadap pengguna
Shabu dan setelah melakukan pengintaian selama 1 (satu) minggu, Terdakwa Jhon
kerumah dan setelah menunggu lebih kurang 15 menit, Terdakwa Atan Makmur
menangkap Terdakwa Atan Makmur ditemukan barang bukti berupa 1 (satu) unit
Handphone Merek Nokia WarnaPutih dan 1 (satu) buah dompet berisi uang
sebesar Rp. 1.140.000.- (satu jutaseratus empat puluh ribu rupiah) serta dari
kantong celana Terdakwa ditemukan1 (satu) paket berisi Narkotika jenis Shabu.
Digital dan 1 (satu) Brankas Merk Presiden terbuat dari besi yang setelah dibuka
dan di dalamnya ditemukan 1(satu) bungkus plastic warna hitam berisi 1 (satu)
paket Shabu dan 1 (satu) buah kotak bekas minuman teh botol berisi 2 (dua) paket
Shabu.
Atas barang bukti yang ditemukan dari tangan Terdakwa dan juga yang
ditemukan di dalam rumah terdakwa berupa brankas mengakui barang bukti yang
didapatkan adalah milik dari Apin Lehu (DPO) yang merupakan Bandar Narkoba
Kota Pematang Siantar dan Simalungun yang menitipkan kepada Rico Damanik
Terdakwa menguasai Narkotika jenis Shabu yang didapatkan dari Terdakwa serta
dari rumah Terdakwa adalah tanpa adanya izin dari pihak yang
perbulannya sebesar Rp. 15.000.000.- (lima belas juta rupiah) dan sistem kerja
kepada orangtua Apin Lehu dan setiap harinya beromzet lebih kurang Rp.
200.000.000.- (dua ratus juta rupiah) sampai Rp. 300.000.000.- (tiga ratus juta
rupiah) dan Terdakwa menyetor uang kepada Apin Lehu selama 2 atau 3 hari bisa
dengan memberikan sejumlah uang kepada Resbon Gultom yakni Kepala Bagian
Operasional Satuan Narkoba (KBO) Polres Kota Pematang Siantar yang mana
Terdakwa menyetor sebesar Rp. 29.000.000.- (dua puluh Sembilan juta rupiah).
Terdakwa juga beberapa kali menyetor uang kepada Kasat Narkoba Pematang
Siantar dengan cara mentransper melalui Bank dan pernah membelikan Sepeda
14.790.000.- (empat belas juta tujuh ratus sembilan puluh ribu rupiah). Dengan
dan terlihat betapa masifnya peredaran Narkotika di Pematang Siantar serta hal
Terhadap barang bukti Narkotika dalam perkara ini, telah dilakukan Penimbangan
Siantar, telah melakukan penimbangan berupa :108,39 (seratus delapan koma tiga
puluh sembilan) gram diduga Narkotika jenisshabu, disita dari Terdakwa An.
plastik klip berisi kristal berwarna putih dengan berat bruto 108,39 (Seratus
delapan koma tiga puluh sembilan) gram Narkotika milik terdakwa Atan Makmur
Als Ong adalah benar mengandung Metamfetamina dan terdaftar dalam Golongan
merupakan barang bukti yang disita dari terdakwa Atan Makmur Als Ong.
Sesuai dengan pertimbangan diatas bahwa telah jelas terdakwa telah menyimpan
dan menguasai Narkotika Golongan I bukan tanaman yakni Sabu dan terhadap
berat barang bukti Narkotika jenis Sabu sesuai dengan barang bukti dipersidangan
tersebut dalam ketentuan hukum mengancam dengan pidana bagi orang yang
dengan demikian unsur tersebut diatas telah terbukti dan terpenuhi dalam
perbuatan Terdakwa.
perkara ini, Majelis Hakim tidak memperoleh adanya hal-hal ataupun keadaan-
keadaan yang dapat dijadikan sebagai alasan pembenar maupun alasan pemaaf
pemidanaan atas diri Terdakwa, maka oleh karena itu Terdakwa haruslah
dinyatakan bersalah serta harus pula dijatuhi hukuman yang setimpal dengan
kesalahannya berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 112 ayat (2)
sebagai orang yang tanpa hak menguasai Narkotika Golongan I bukan tanaman
Pematang Siantar serta Apin Lehu (DPO) yangsedang memakai Shabu bukti
Siantar dan yang menerima suap dari hasil penjualan Shabu yang melibatkan
seorang saksi pelaku yang telah mengungkap pelaku utama Bandar Narkotika dan
sebagai berikut Whistle Blower dan Justice Collaborator diatur dalam Surat
Edaran mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2011, Dalam SEMA dijelaskan bahwa
prinsip Whistle Blower dan Justice Collaborator tidak hanya diterapkan dalam
kasus korupsi saja, tetapi juga bisa diterapkan pada tindak pidana pencucian uang,
perdagangan orang, Narkotika dan kejahatan Terorganisir lain yang sulit untuk
kejahatan yang sanagat solid. Pedoman dari SEMA ini adalah Pasal 37 ayat (2)
dan ayat (3) konvensi PBB Anti Korupsi Tahun 2003 yang diratifikasi Indonesia
pidana yang ditetapkan berdasarkan konvensi ini. Selanjutnya pada ayat (3)
ketentuan yang sama seperti yag diatur pada konvensi PBB anti kejahatan
2009).
Perbedaan keduanya dapat dilihat pada defenisi yang diaur dalam SEMA tersebut,
dimana whistle Blower merupakan orang yang mengetahui dan melaporkan tindak
pidana tertentu yang disebutkan dalam SEMA tersebut tetapi bukan bagian dari
menyebutkan Whistle Blower tidak dapat dituntut secara hukum pidana maupun
perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikan, kemudian
ditambahkan lagi pada Peraturan Bersama Menteri Hukum dan HAM RI, Jaksa
Agung RI, Kepala Kepolisian RI,Komisi Pemberantasan Korupsi RI, dan Ketua
secara fisik, psikis dan/atau perlindungan hukum, dan dalam hal Whistle Blower
kemudian dilaporkan balik oleh terlapor, maka proses laporan dari Whistle Blower
yang didahulukan sampai ada putusan yang bersifat inkracht, sedangkan pada
2 Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2014
Peraturan Bersama.
yaitu:
Demikian juga dalam kasus a quo bahwa terdakwa Atan Makmur Alias ong
penawaran dari Apin Lehu (DPO) selaku Bandar Narkotka Pematang Siantar-
telah menyebutkan pelaku utama di dalam perkara a quo yaitu Apin Lehu serta
diterapkan dalam perkara a quo dan tidak sependapat dengan tuntutan penuntut
Dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan penahanan yangsah, maka
dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada
dalam tahanan. Mengenai barang bukti yang diajukan dalam persidangan akan
dipertimbangkan dalam amar putusan ini, oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana,
alternatif Pertama, sebagaimana diatur dalam Pasal 114 Ayat (1) Undang-undang
berikut:
Bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah subjek hukum berwujud
diri orang yang telah melakukan perbuatan pidana itu tidak terdapat hal-hal yang
Keterangan saksi Rinaldi, Fran Utama Mhd. Akari Faisal, saksi Dirgantara Rambe
Bukti,Urine dan Darah dari Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan No. LAB
kekuatan sumpah jabatan, oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahuioleh
analisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih321,29 gram
adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8Undang-undang
Alat bukti petunjuk dan keterangan terdakwa persesuaikan alat bukti,barang bukti
di dalam perkara ini, dengan sangat jelas telah menunjuk subjek hukum subjek
hukum yang telah melakukan perbuatan pidana dalam perkara iniyakni terdakwa
pada awal surat tuntutan, terdakwa adalah subjek hukum yang mampu
bertanggung jawab, serta pada diri terdakwa tidak ditemukan hal-hal yang
telah terpenuhi.
Keterangan saksi Rinaldi, Fran Utama Mhd. Akari Faisal, saksi DirgantaraRambe
kekuatan sumpah jabatan, oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahui
analisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih321,29 gram
adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8 Undang-undang
Alat bukti petunjuk dan keterangan terdakwa persesuaian alat bukti,barang bukti
di dalam perkara ini bahwa terdakwa membeli dan menjual daun ganja tanpa
seijin pejabat yang berwenang Dengan demikian unsur " tanpa hak atau melawan
hukum " ini telah dapat dibuktikan secara sah dan menyakinkan menurut hukum
Golongan I
Keterangan saksi Rinaldi, Fran Utama Mhd. Akari Faisal, saksi Dirgantara Rambe
Purba, saksi Carlinton Purba, saksi Karmila dan saksi Rudi Gunawan
kekuatan sumpah jabatan, oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahuioleh
darianalisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih 321,29
gram adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8 Undang-
Alat bukti petunjuk dan keterangan terdakwa persesuaian alat bukti,barang bukti
di rumah terdakwa memiliki ditemukan 1 (satu) kaleng cat warna putih yang
berisikan daun ganja kering yang terbungkus dengan kantong Plastik warna putih
dan kantong plastik warna hitam pada hari minggu tanggal 24 April 2016 sekitar
pukul 18.20 wib di samping rumah terdakwa Jl. Palas Pastoran Kel. Palas Kec.
Selanjutnya terdakwa membeli Narkotika jenis daun ganja pada tanggal 03 April
2016 sekitar pukul 12.00 wib di Jl. Kubang raya Panam kec.Tampan dan terdakwa
membeli narkotika daun ganja tersebut dari Saksi Karmila lalu Narkotika jenis
daun ganja tersebut dari saksi Karmila pada tanggal 03 April 2016 sekitar pukul
12.00 wib di Jl. Kubang raya Panam kec.Tampan sebayak 1 (satu) Kg seharga Rp.
Kemudian daun ganja kering yang terdakwa beli dari saksi Karmila lalu terdakwa
jual lagi kepada orang lain termasuk kepada saksi Carlinton Purba, saksi
Dirgantara Rambe, sdr Daniel Tambunan dengan paketRp. 20.000 (Dua Puluh
Selanjutnya terdakwa menjual narkotika jenis daun ganja kering yang terdakwa
beli dari saksi Karmila sebanyak 3 (tiga) Kg daribulan januari s/d Maret 2016 Dan
1 (satu) lembar uang pecahan Rp. 50.000(lima puluh ribu rupiah), 1 (satu) lembar
uang pecahan Rp. 20.000 (dua puluh ribu rupiah) merupakan hasil dari penjualan
Barang Bukti, Urinedan Darah dari Laboratorium Forensik Polri Cabang Medan
No. LAB :5682/NNF/2016 tanggal 03 Mei 2016 yang dibuat dan ditandatangani
ataskekuatan sumpah jabatan, oleh Zulni Erma dan Deliana Naiborhu diketahui
oleh Waka Laboratorium Forensik Cabang Medan Dra. Melta Tarigan, M.Si, dari
analisisnya antara lain disimpulkan bahwa ganja dengan berat bersih 321,29 gram
adalah positif ganja dan terdaftar dalam Golongan I nomor urut 8 Undang-undang
Dengan demikian unsur" Menjual dan membeli Narkotika Golongan I " ini telah
terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum. Oleh karena semua unsur
dari Pasal 114 Ayat (1) Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan
alternatif.
Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle
Polisi Berterima Kasih kepada Ridwan Jonson Maruli karena berkat keterangan
Kasih kepada Ridwan Jonson Maruli karena berkat keterangan Ridwan Jonson
sebenarnya yaitu Saksi Karmila dalam berkas terpisah, dengan demikian oleh
dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. Dalam perkara ini terhadap Terdakwa
telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan
dijatuhkan.
yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang tertuang dalam bab-bab dimuka maka dapat diambil
sudah menjadi ancaman yang sangat serius bagi kehidupan manusia. Lahirnya
Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistle Blower) dan Saksi Pelaku
Tertentu;
hukum, maka Majelis dapat memilih Dakwaan yang sesuai dengan perbuatan
terdakwa yaitu Dakwaan Alternatif Kedua yaitu melanggar Pasal 112 ayat (2)
alternatif Pertama, sebagaimana diatur dalam Pasal 114 Ayat (1) Undang-
B. Saran
hukum.
dapat ditanggulangi atau ditangani oleh pihak penegak hukum pada masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku;
Adisti, Susi, “Belenggu Hitam Pergaulan “Hancurnya Generasi Akibat
Narkoba”, Jakarta: Restu Agung, 2007
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, “Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya”, Jakarta: Storia Grafika, 2002
Khair, Abul dan Mohammad Ekaputra, “Pemidanaan”, Medan: USU Press, 2011
Muladi dan Barda Nawawi Arief, “Teori-Teori dan Kebijakan Pidana”, Bandung:
Alumni,2010
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah, “Politik Hukum Pidana (Kajian
Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi)”, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Willy, Heriadi, “Berantas Narkoba tak cukup hanya Bicara (Tanya Jawab &
Opini)”, Yogyakarta:UII press, 2005
B. Undang-Undang;
Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Bagi
Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi Pelaku (justice
collaborator)yang Bekerjasama Dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.
I Dewa GD. Saputra Valentino Pujana, “Jaminan Kekebalan Hukum Bagi Saksi
Pelaku (justice collaborator)” Jurnal Hukum Lex et Societatis, Vol.
I/No.3/Juli/2013
D. Internet;
Kadarmanta,A., Kejahatan narkotika: Extraordinary crime dan extraordinary
punishment, http://kejahatan-narkotika-extraordinary-crime.html, diakses pada
tanggal 8 April 2018
https://www.google.com/search?q=kasus+brownies+ganja+di+jakarta&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab, diakses pada tanggal 8 April 2018
https://www.google.com/search?q=kasus+dodol+ganja+di+lampung&ie=utf-
8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab, diakses pada tanggal 10 April 2018
https://www.google.com/search?q=kasus+ganja+di+troli+bayi&ie=utf-8&oe=utf-
8&client=firefox-b-ab, diakses pada tanggal 12 April 2018
https://nasional.tempo.co/read/909007/kasus-narkoba-di-kendari-seorang-pelajar-
sd-tewas, diakses pada tanggal 15 April 2018
https://nasional.tempo.co/read/755323/isap-sabu-tiga-pelajar-sma-ditangkap-
polisi, diakses pada tanggal 15April 2018
https://www.liputan6.com/news/read/601489/gelar-pesta-narkoba-18-remaja-
bogor-dibekuk, diakses pada tanggal 17 April 2018
Gatot Goei, Kebijakan Remisi Bagi Kejahatan Korupsi, Teroris, dan Narkotika :
Suatu Kajian Hukum dan HAM, Diakses dari
http://gatotgoeish.wordpress.com/2011/11/04/kebijakan-remisi-bagi-kejahatan-
korupsi-teroris-dan-narkotika-suatu-kajian-hukum-dan-ham/, diakses pada tanggal
04 Mei 2018