SKRIPSI
OLEH:
RAHMI KHAIRINA
NIM: 150200514
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2019
iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Utara. Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan syarat-syarat dalam
masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun dalam penulisannya.
Yelniza yang dengan sepenuh hati telah berkontribusi besar dalam perjalanan
hidup Penulis hingga saat ini.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
Sumatera Utara.
3. Bapak Dr. Oka Saidin, SH., M. Hum, Ibu Puspa Melati Hasibuan SH.
M.Hum dan Bapak Dr. Jelly Levieza, SH., M. Hum, yang masing-
iv
Universitas Sumatera Utara
masing selaku wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III
kepada Penulis.
Penulis.
Penulis.
lebih baik.
skripsi ini.
v
Universitas Sumatera Utara
kebersamaan dan semangatnya dalam membantu penulis
kebersamaan kita.
13. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan
tanah air. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat dijadikan sebagai langkah
Penulis
Rahmi Khairina
150200514
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK……. ................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
PERKOSAAN
vii
Universitas Sumatera Utara
a. Jenis-Jenis Aborsi........................................................... 33
Reproduksi ............................................................................ 56
Undangan ................................................................................... 68
viii
Universitas Sumatera Utara
B. Analisis Kasus Aborsi Akibat Perkosaan Dalam Studi Putusan
6. Putusan.................................................................................... 104
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan amanah yang diberikan oleh Tuhan yang Esa, bahkan anak
dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga. Karenanya, anak sebagai
amanah Tuhan harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak
melekat harkat, martabat, dan hak-hak anak sebagai manusia yang harus
dijunjung tinggi.1
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak
dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik
fisik, mental dan sosial. Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan
anak. Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi
anak.
diperlukan adanya dukungan dari keluarga, masyarakat, negara serta lembaga dan
1
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hal 33.
2
Aziz Syamsudin dan Anis Fuandi, Tindak Pidana Khusus, (Jakarta: Sinar Grafika 2011),
hal. 107.
3
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan Konsep Diversi
dan Restorative Justice), (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hal 16.
1
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan anak dapat dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian, yaitu : (1)
bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan. (2) perlindungan
anak yang bersifat non yuridis, meliputi: perlindungan dalam bidang sosial,
Kekerasan sering terjadi pada anak, yang dapat merusak, berbahaya dan
tidak saja bersifat material, tetapi juga bersifat immaterial seperti goncangan
Pelaku tindak kekerasan terhadap anak bisa saja orang tua (ayah dan atau ibu
penegak hukum dan lain-lain). Kekerasan sering terjadi terhadap anak rawan.
Anak rawan (children at risk) merupakan anak yang mempunyai risiko besar
psikologis (mental), sosial maupun fisik. Anak rawan dipengaruhi oleh kondisi
miskin; anak di daerah terpencil; anak cacat dan anak dari keluarga retak (broken
home).
kekerasan, baik secara fisik, psikis, maupun seksual. Dalam hukum pidana,
kerugian yang dialami anak sebagai korban tindak kekerasan belum secara
2
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung, adanya berbagai perumusan tindak pidana dalam perundang-
seksual: dirayu, dicolek, dipeluk dengan paksa, diremas, dipaksa onani, oral seks,
pemerkosaan, sekalipun faktor lain pada dasarnya tidak dapat diabaikan, seperti
pelaku sedang dalam pengaruh minuman keras, pelaku sering menonton film
keadaan sepi.
misalnya ketika korban diposisikan hanya sebagai saksi dalam suatu kasus pidana,
3
Universitas Sumatera Utara
Kedudukan korban seakan telah “didiskriminasi” oleh hukum
merupakan pihak yang paling dirugikan. Oleh karena itu, mulai berkembang
pemikiran yang menyuarakan agar orientasi hukum pidana Indonesia yang selama
ini lebih bersifat offender oriented, yaitu si pelaku kejahatan merupakan fokus
utama dari hukum pidana, agar segera dirubah. Perkembangan pemikiran dan
perlunya perhatian terhadap korban didasari oleh dua arus pemikiran. Pertama,
pemikiran bahwa negara ikut bersalah dalam hal terjadinya korban dan selayaknya
negara ikut bertanggung jawab dalam bentuk pemberian kompensasi atau restitusi.
s/d 288 KUHP telah menjadi acuan aparat penegak hukum dalam menangani
Peradilan Hak Asasi Manusia yang mengatur perkosaan sebagai salah satu tindak
4
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan Antara Norma dan Realita, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hal 88.
4
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaannya, penggunaan pasal-pasal kejahatan perkosaan dalam
KUHP tersebut mendapat tantangan, yakni: keterbatasan aturan itu sendiri dan
lihat dari rumusannya yang ternyata memiliki keterbatasan yang sangat besar,
misalnya: masalah element of crime yang tidak memadai dan penafsiran yang
luas. Berbeda dengan Undang-Undang Peradilan Hak Asasi Manusia yang secara
lama untuk mengatasi pengalaman ini, dan mugkin ada juga yang tidak pernah
lagi dalam keadaan normal seperti sebelumnya. Jika perkosaan itu mengakibatkan
5
Supriyadi Widodo Eddoyono dan Indry Oktaviani, Kejahatan Perkosaan dalam RUU
KUHP, (Jakarta: Elsam dan Tifa, 2007), hal. 1.
5
Universitas Sumatera Utara
kehamilan, maka pengalaman traumatis akan bertambah besar. Terdapat
dilahirkan.6
adalah untuk menghormati hak wanita, terutama korban kejahatan seksual seperti
perkosaan. Wanita tidak boleh dikorbankan dua kali, diperkosa dan diharuskan
Jika wanita diharuskan untuk hamil dan memelihara anak tersebut hingga dewasa,
perempuan berubah status yang awalnya menjadi korban, menjadi pelaku tindak
sudah ada Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2017, namun dalam
6
Mien Rukmini, Laporan Akhir Penelitian Tentang Aspek Hukum Pelaksanaan Aborsi
Akibat Perkosaan, (Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan
HAM RI, 2004) Hal. 5.
6
Universitas Sumatera Utara
hukum dan akses terhadap keadilan. Perempuan sering dihadapkan adanya
diskriminasi gender.
B. Rumusan Masalah
No.5/Pid.Sus.Anak/2018/PN Mbn?
C. Tujuan Penelitian
perkosaan.
7
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan skripsi ini diantaranya:
1. Manfaat Teoritis
bidang karya ilmiah sehingga dapat menjadi bahan masukan dan acuan bagi
2. Manfaat Praktis
serta hasil penelitian hukum, membentuk pola pikir yang sistematis, dan
E. Keaslian Penelitian
8
Universitas Sumatera Utara
5/Pid.Sus.Anak/2018/PN Mbn)”, setelah penulis memeriksa beberapa judul
belum ada yang mengangkat tulisan dengan pembahasan seperti yang telah
dengan demikian penulisan skripsi ini adalah asli dari penelitian yang telah
penulis lakukan. Apabila dikemudian hari ternyata telah ditemukan skripsi dengan
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Anak
dalam keadaan dikuasai oleh orang lain yaitu jika dikuasai oleh
Kriterianya adalah:
1) Belum 21 Tahun
9
Universitas Sumatera Utara
2) Belum kawin
2) Keluar mani
3) Mimpi bersetubuh
sebagai orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal
a. Pasal 1 Angka 2:
Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang
berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak
pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana
b. Pasal 1 Angka 3:
Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut
Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,
7
Chairul Bariah Mozasa, Aturan-aturan Hukum Trafiking (Perdagangan Perempuan dan
Anak), (Medan: USU press, 2005), hal. 3
8
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hal.8.
10
Universitas Sumatera Utara
tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga
melakukan tindak pidana.
c. Pasal 1 Angka 4:
Anak yang menjadi Korban Tindak Pidana yang selanjutnya
disebut Anak Korban adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.
d. Pasal 1 Angka 5:
Anak yang menjadi saksi Tindak Pidana yang selanjutnya
disebut Anak Saksi adalah Anak yang berumur 18 (delapan
belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu perkara tindak pidana yang didengar,
dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.
11
Universitas Sumatera Utara
2. Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana adalah salah satu istilah yang digunakan dari sekian
banyak istilah yang merupakan terjemahan dari kata yang berasal dari
bahasa Belanda yaitu “strafbaar feit.” Terjemahan lain yang juga sering
digunakan adalah:
a. Perbuatan pidana
b. Peristiwa pidana
kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van
mengatakan, peristiwa pidana atau sering disebut tindak pidana (delict) ialah
9
M. Hamdan dan Mahmud Mulyadi, Tindak Pidana Kesusilaan dan Tindakan Kebiri
Kimia, (Medan: USU Press, 2017), hal. 4
12
Universitas Sumatera Utara
kalau memenuhi unsur-unsur pidananya. Tindak pidana merupakan suatu
menunjukkan kepada seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi dengan tidak
tersebut, timbul satu aturan mengenai kewajiban untuk berbuat tetapi dia
namun pada nyatanya dia tidak melaporkan, karena perbuatannya yang tidak
hukum.11
10
R. Abdoel Djamali, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), hal.17
11
www. Suduthukum.com/2015/09/perlindungan-hukum.htmlm=1 diakses pada tanggal
13 Februari 2019 pukul 11.00 Wib.
13
Universitas Sumatera Utara
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. Dalam
tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari Negara hukum.
4. Pengertian Perkosaan
tubuh si korban
12
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan
Seksual, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hal. 40.
14
Universitas Sumatera Utara
kenikmatan seksual. Yang dituju acapkali keinginan untuk
mempermalukan si korban.
secara seksual.
suami.13
a. Pasal 285:
13
Gatot Supramono, Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, (Jakarta: Karya Unipress,
1998). hal. 103.
14
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
15
Universitas Sumatera Utara
Unsur-unsur delik perkosaan dalam Kitab Undang-Undang
1) Barangsiapa
2) Perbuatannya: memaksa
15
Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya (Jakarta:
Sinar Grafika, 1996) hal. 49
16
Universitas Sumatera Utara
sehingga berbuat lain tidak memungkinkan) baginya selain
vagina.
5) Di luar perkawinan
17
Universitas Sumatera Utara
penis ke dalam vagina. Bisa saja yang dimasukkan ke dalam vagina
bukan penis si pelaku tapi jari, kayu, botol atau apa saja, baik ke
dengan kata lain, tindak pidana perkosaan yang diatur dalam Pasal
18
Universitas Sumatera Utara
tersebut umumnya dilakukan tanpa kehadiran orang lain kecuali
hamil atau setelah laki-laki tidak mau mengawini bahkan ada yang
ditingkatkan.
b. Pasal 286
ialah, bahwa pada keadaan pingsan orang itu berada dalam keadaan
16
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal demi Pasal, Bogor: Politea, 1994, hal. 209.
17
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), hal. 67.
19
Universitas Sumatera Utara
tidak sadarkan diri, dalam keadaan ini ia tidak mengetahui apa yang
obat tidur, maka keadaan tidur itu dapat disebut dengan keadaan
pingsan.18
c. Pasal 287
18
Ibid
20
Universitas Sumatera Utara
perempuan korban, melalui tindakan pemaksaan berupa kekerasan
d. Pasal 288
Dari sisi fisik dapat terjadi luka-luka di alat kelamin dan sekitar alat
21
Universitas Sumatera Utara
kematian. Dampak psikologis perkosaan dan tindak kekerasan seksual
masa kanak sering tidak teridentifikasi, dan karena anak belum dapat
5. Pengertian Aborsi
pidana kejahatan.
sebagai doktrin bahwa pengertian aborsi mempunyai arti yang umum tanpa
19
Tapi Omas Ihromi, dkk, Op.Cit, hal 279
20
C.B. Kusmaryanto, Kontroversi Aborsi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002),
hal. 11.
22
Universitas Sumatera Utara
Aborsi, atau lebih sering disebut dengan istilah “pengguguran janin”
Keprihatinan itu bukan tanpa alasan, karena sejauh ini perilaku aborsi
banyak menimbulkan efek negatif baik untuk diri pelaku juga terhadap
masyarakat luas. Abdul Bari Saifuddin pada saat itu menjabat Ketua Umum
aborsi adalah:
21
Mien Rukmini, Op.Cit, hal. 1
23
Universitas Sumatera Utara
a. Kondisi usia masih muda atau menurutnya belum layak
memiliki anak
d. Masih sekolah
cenderung sering menjadi korban dari perilaku kekerasan seksual baik dari
kelahiran bayi karena berbagai alasan. Misalnya aib keluarga, pribadi dan
24
Universitas Sumatera Utara
b. Aborsi artificial therapicus, yakni aborsi yang dilakukan oleh
(doodslag op een ongenborn vrucht) diatur dalam 4 Pasal yakni, Pasal 346,
Pasal 347, Pasal 348, dan Pasal 349 KUHP. Obyek kejahatan ini adalah
Aborsi bukanlah perbuatan yang dengan begitu saja muncul dan bisa
faktor.Dalam setiap konstruksi itu setiap aktor terlibat secara aktif dalam
perkosaan harus ada pemerkosa, korban yang diperkosa, janin yang diaborsi,
22
Adami Chazawi, Op Cit, hal. 111.
25
Universitas Sumatera Utara
terjadi di belakang tindakan tersebut, artinya apakah tindakan itu bisa
G. Metode Penelitian
penulis dalam buku teks, artikel atau bentuk komentar lain tentang bahan
elektronik.23
a. Spesifikasi Penelitian
26
Universitas Sumatera Utara
1) Penelitian terhadap asas-asas hukum
horizontal
4) Perbandingan hukum
5) Sejarah hukum24
b. Pendekatan Penelitian
c. Sumber Data
24
Ibid, hal. 19.
25
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2005), hal. 93.
27
Universitas Sumatera Utara
Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi
26
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1998), hal. 117.
28
Universitas Sumatera Utara
Perlindungan Anak, Undang-Undang Nomor 36 Tahun
H. Sistematika Penelitian
Supaya mudah dalam penyusunan dan memahami isi dan pesan yang
dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 4 (empat) bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini, keaslian penulisan,
29
Universitas Sumatera Utara
tinjauan kepustakaan, metode penelitian yang dipakai serta sistematika
pemulisan ini.
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengaturan tindak pidana aborsi
dikemukakan.
30
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN
TINDAK PIDANA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN
A. Sejarah Aborsi
1. Zaman Kuno
semakin kecil.
sejak zaman kekaisaran China kuno, yakni zaman kaisar Shan Nung, yang
hidup sekitar tahun 2000 (SM). Rumus ramuan obat-obatan yang diramu da
27
M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, (Jakarta,
Buku Kedokteran EGC: 2009) hal. 8.
31
Universitas Sumatera Utara
membunuh orang dengan getah akar-akaran. Janganlah memberikan obat
Naskah paling kuno yang tersimpan dan kebudayaan yunani kuno berasal
dan abad 5 SM. Dalam naskah yang berjudul Ei Zoon to kata gastros, (yang
ada dalam uterus adalah makhluk hidup) yang ditulis oleh Psudo Galeno,
dalam naskah itu antara lain dikatakan, “dengan sesungguhnya dan dengan
hukum dan dalam lingkupnya, kita akan menunjukkan bahwa embrio itu
hal mengenai aborsi, misalnya plato (427 SM-347 SM) atau juga aristoteles
(384-322 SM). Pendek kata, bahwa sejak zaman lampau aborsi sudah
asing.
2. Zaman modern
hakim dan Raja Inggris Hendrik III. Ia wafat tahun 1268. Juga, pada tahun
Coke (1552-1634), yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa, aborsi yang
dilakukan sebelum adanya pergerakan janin, maka perbuatan itu sama sekali
32
Universitas Sumatera Utara
bukan tindak kriminal, sedangkan kalau dilakukan sesudah ada pergerakan
abad ke-19. Di Amerika Serikat, sebelum 1800 tidak ada satu Negara
bagianpun yang memiliki peraturan yang melarang aborsi. Jika selama abad
aborsi yang ketat, demikian juga dihampir semua Negara dunia Barat yang
lain.
a. Jenis-jenis Aborsi
terdiri dari:
kandungan (viability)
33
Universitas Sumatera Utara
2) Miscarriage/keguguran. Yaitu berhentinya kehamilan
tangan manusia
(irreversible) lagi.
unggul saja.
34
Universitas Sumatera Utara
7) Selective abortion, adalah penghentian kehamilan karena
35
Universitas Sumatera Utara
lahir, maka pelakunya akan dihukum. Akan tetapi karena
ketika lahir bayi itu sudah dalam keadaan mati, maka sang
karena sel sperma atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau
a) Aborsi komplektus
b) Aborsi habitualis
28
Dadang Hawari, Aborsi Dimensi Psikoreligi, (Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 2009), hal. 26.
36
Universitas Sumatera Utara
mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan oleh
c) Aborsi inkompletus
d) Aborsi diinduksi
e) Aborsi insipiens
20 minggu.
f) Aborsi terinfeksi
g) Missed Abortion
37
Universitas Sumatera Utara
minggu tetapi hasil konsepsi tertahan dalam uterus selama
h) Aborsi septik
2) Aborsi provokatus
38
Universitas Sumatera Utara
seorang ahli kebidanan dan seorang lagi dari ahli penyakit
membereskan janinnya.30
29
Ibid.
30
Mien Rukmini, Op Cit,hal. 20.
39
Universitas Sumatera Utara
melakukan aborsi lebih kuat kaena biasanya janin yang dikandung
Jika ditinjau dari segi medis, tidak ada batasan pasti kepada
pada saat melahirkan nanti, sekalipun usia janin sudah berusia lima
40
Universitas Sumatera Utara
moral dari pihak-pihak yang bersimpati, kemudian adanya kesempatan
psikis korban.
lain:
ekonomi sulit).
41
Universitas Sumatera Utara
korban perkosaan belum di atur, melainkan hanya mengenai larangan aborsi
secara umum yaitu tentang Kejahatan terhadap Jiwa manusia, Pasal 299,
Pasal 346, 347, 348, dan 349 KUHP. Pasal-pasal tersebut menyatakan
KUHP:
a. Pasal 299
untuk melarang tindakan yang dilakukan oleh para aborteur, yang telah
terganggu.
31
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
42
Universitas Sumatera Utara
Terbentuknya ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 299 KUHP
sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari adanya pengharapan baik yang ada
pertimbangan medis.
sebagai berikut:
Unsur-unsur Objektif:
1. Perbuatannya mengobati ;
Menyuruh supaya diobati;
2. Objeknya seorang perempuan
3. Diberitahukan hamilnya dapat digugurkan
Ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan
43
Universitas Sumatera Utara
untuk melakukan pengobatan dengan petunjuk dan saran maupun
lakukan (doen plegen) menurut arti Pasal 55 ayat (1) butir 1, karena
menyuruh melakukan pada Pasal 55 ayat (1) terdapat syarat bahwa orang
Tetapi orang yang disuruh mengobati dalam pengertian kejahatan ini adalah
orang yang disuruh mengobati itu menjadi tidak berdaya sehingga dia tidak
yakni apabila di dalam suatu rumusan ketentuan pidana itu terdapat kata-
kata dengan sengaja, maka kata-kata tersebut meliputi semua unsur tindak
dalam rumusan ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat (1) KUHP
larangan yang diatur dalam Pasal 299 ayat (1) KUHP, baik penuntut umum
44
Universitas Sumatera Utara
maupun hakim harus dapat membuktikan tentang adanya kehendak,
atau yang ia beritahukan atau berikan harapan bahwa dengan perawatan itu
ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat (1) KUHP ialah unsur
ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat (1) KUHP, maka ia dapat
pidana tersebut.
ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat (1) KUHP ialah unsur in
atau unsur merawat mempunyai arti yang sangat luas, sehingga dapat
32
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op Cit, hal 225.
45
Universitas Sumatera Utara
Unsur objektif ketiga dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam
ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat (1) KUHP ialah unsuren
merawat sendiri seorang wanita, melainkan yang telah membuat orang lain
dalam ketentuan pidana yang diatur Pasal 299 ayat (1) KUHP ialah unsur
dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur
b. Pasal 346:
33
Adami Chazawi, Op Cit, hal. 126.
46
Universitas Sumatera Utara
“seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun.”
Unsur Objektif
1. Perempuan yang:
a. Menyebabkan gugur kandungannya ;
b. Mati kandungannya ;
2. Menyuruh orang lain menyebabkan:
a. Gugur kandungannya ;
b. Mati kandungannya ;
Unsur Subjektif
1. Dengan sengaja
kandungannya gugur atau mati atas permintaannya sendiri atau atas izinnya.
bahwa si anak yang digugurkan masih hidup atau mati. Sesungguhnya harus
pada kandungan hanya dapat dipidana apabila pada waktu perbuatan itu
masih hidup lalu dibunuh, maka hal ini merupakan pembunuhan yang
34
H.A.K. Mochtar Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II), Bandung,
Alumni: 1980), hal. 98.
35
Alfred C. Satyo, Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan dan Profesi Dokter,
(Medan, USU Press: 2004) hal. 55.
47
Universitas Sumatera Utara
dipikirkan terlebih dahulu, disamping percobaan untuk menggugurkan
kandungan.
c. Pasal 347:
Unsur Objektif:
Unsur Subyektif:
1. Dengan Sengaja
perbuatan itu dilakukan tanpa izin dari perempuan yang hamil itu. Dan
perempuan itu.
dalam Pasal ini adalah orang yang dengan sengaja menyebabkan kandungan
seorang wanita menjadi gugur atau mati, tanpa izin dari wanita yang
d. Pasal 348:
36
Ibid
48
Universitas Sumatera Utara
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Menurut Andi Hamzah37, bagian ini delik Pasal 348 KUHP ayat (1) adalah:
1. Sengaja
2. Menggugurkan kandungan seorang perempuan
3. Dengan persetujuan
Unsur-unsur dalam Pasal 348 hampir sama dengan Pasal 347, yang
kandungan dalam Pasal 348 dilakukan dengan seizing perempuan itu. Pada
adalah bahwa Pasal 347 dan Pasal 348 sama-sama memiliki keadaan
memperberat pidana yang tercantum dalam ayat (2) nya, yaitu jika
perempuan itu mati. Visum dokter dapat digunakan sebagai bukti hubungan
e. Pasal 349:
Pasal 349 KUHP jika seorang dokter, bidan atau tukang obat, membantu
kejahatan dari Pasal 346 atau bersalah melakukan atau membantu salah satu
kejahatan dari Pasal 347 dan Pasal 348, maka hukuman yang ditentukan
37
Andi Hamzah, Op Cit, hal. 65.
49
Universitas Sumatera Utara
dalam Pasal itu boleh ditambah dengan sepertiganya, dan boleh disebut
itu.
belum cukup oleh dokter-dokter proaborsi, melainkan lebih dari itu adalah
bulan).38 Dalam hal ini berarti dokter atau tenaga kesehatan yang
dilakukan atas persetujuan ibu hamil atau suami atau keluarganya dan pada
sarana kesehatan tertentu. Aborsi yang dilakukan bersifat legal, dengan kata
lain vonis medis oleh tenaga kesehatan terhadap hak reproduksi perempuan
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang lalu, salah satu poin
38
Chrisdiono M. Achadiat, Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan
Zaman, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2006), hal. 177.
50
Universitas Sumatera Utara
dengan alasan indikasi medis. Tindakan aborsi juga diatur dengan beberapa
syarat yang harus dipenuhi dan sempat menjadi pro dan kontra pada saat itu.
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki
seksual yang sehat, aman, serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan
agama serta menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin berproduksi
keluarga berencana.
39
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang
Kesehatan. (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO Persada, 2013), hal. 70.
51
Universitas Sumatera Utara
Pada prinsipnya setiap orang dilarang melakukan aborsi, dan dapat
hidup di luar kandungan. Dapat juga hamil akibat perkosaan yang dapat
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
tentang aborsi seperti yang terdapat dalam Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, dan
Pasal 75:
40
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
52
Universitas Sumatera Utara
Pada penjelasan Pasal 75 ayat (3), menyebutkan bahwa yang
dimaksud dengan konselor adalah setiap orang yang telah memiliki serifikat
sebagai dokter, psikolog, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan setiap orang
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal
Pasal 77:
41
Sri Siswati, Op Cit, hal. 72.
53
Universitas Sumatera Utara
Didalam penjelasan Pasal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab
indiksi medis.
menteri, dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan dan terkait erat
dengan hak dan kewajiban tenaga kesehatan itu sendiri. Keterampilan dan
Pasal 194:
Ketentuan pidana pada Pasal 194 adalah sanksi bagi setiap orang yang
ayat (2). Merujuk pada Pasal 75 ayat (2) disebutkan setiap orang dilarang
dini usia kehamilan, baik yang mengancam ibu dan/atau janin, yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
42
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
54
Universitas Sumatera Utara
kandungan, serta berdasarkan kehamilan akibat perkosaan yang dapat
dampak psikologis bagi si korban. Dalam hal ini tenaga kesehatan juga
harus berhati-hati menyikapi pasal ini, agar dengan alasan perkosaan dapat
perempuan dari aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
“konselor” dalam ketentuan ini adalah setiap orang yang telah memiliki
dan setiap orang yang mempunyai minat dan memiliki keterampilan untuk
itu.
Praktik aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
jawab adalah aborsi yang dilakukan dengan paksaan dan tanpa persetujuan
55
Universitas Sumatera Utara
indikasi medis. Jadi walaupun aborsi dibolehkan, tetapi dengan rambu-
rambu yang sangat ketat dan melindungi baik pasien dan tenaga kesehatan.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 194 dengan ketentuan pidana yang
Indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa baik dari segi agama, moral,
56
Universitas Sumatera Utara
perlu mengatur penyelenggaraan Kesehatan Reproduksi dengan Peraturan
a. Pasal 31:
(1) Tindakan aborsi hanya dapat dilakukan berdasarkan:
a. Indikasi kedaruratan medis; atau
b. Kehamilan akibat perkosaan
(2) Tindakan aborsi akibat perkosaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b hanya dapat dilakukan apabila usia
kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari
dihitung sejak hari pertama haid terakhir.
Pasal 31 Peraturan Pemerintah ini menyebutkan bahwa
dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari
dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Pasal ini tidak jauh berbeda
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Yang dimaksud dengan enam
57
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan Pasal ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan perkosaan
adalah hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak perempuan sesuai
dari dokter dan keterangan penyidik, psikolog dan atau ahli lain. Ahli lain yang
dimaksud antara lain dokter spesialis, psikiatri, dokter special forensic,dan atau
psikolog, dan atau ahli lain yang dimaksud dalam huruf b berwenang memberikan
ayat ini adalah penggunaan kata “dan” yang artinya bahwa baik surat keterangan
dari dokter maupun keterangan dari penyidik, psikolog dan atau ahli lain,
c. Pasal 35:
(1) Aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis dan
kehamilan akibat perkosaan harus dilakukan dengan aman,
bermutut, dan bertanggung jawab.
(2) Praktik aborsi yang aman, bermutu dan bertanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Dilakukan oleh dokter sesuai dengan standar;
b. Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri;
c. Atas permintaan atau persetujuan perempuan hamil
yang bersangkutan;
d. Dengan izin suami, kecuali korban perkosaan;
e. Tidak diskriminatif; dan
f. Tidak mengutamakan imbalan materi.
(3) Dalam hal perempuan hamil sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c tidak dapat memberikan persetujuan,
persetujuan aborsi dapat diberikan oleh keluarga yang
bersangkutan.
58
Universitas Sumatera Utara
(4) Dalam hal suami tidak dapat dihubungi, izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d diberikan oleh keluarga
yang bersangkutan.
hal yang meliputi pelaksanaan aborsi yang aman, bermutu, dan bertanggung
jawab tersebut.
d. Pasal 36:
(1) Dokter yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi
kedaruratan medis dan kehamilan akibat perkosaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a
harus mendapatkan pelatihan oleh penyelenggara
pelatihan yang terakreditasi.
(2) Dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan
merupakan anggota tim kelayakan aborsi atau dokter yang
memberikan surat keterangan usia kehamilan akibat
perkosaan.
(3) Dalam hal di daerah tertentu jumlah dokter tidak
mencukupi, dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berasal dari anggota tim kelayakan aborsi.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
dalam Pasal 35 ayat (2) huruf a adalah dokter yang telah mengikuti
59
Universitas Sumatera Utara
daerah yang tidak memiliki dokter yang jumlahnya mencukupi sehingga
e. Pasal 37:
(1) Tindakan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis
dan kehamilan akibat perkosaan hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling.
(2) Konseling sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi
konseling pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor.
(3) Konseling pra tindakan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(2) dilakukan dengan tujuan:
a. Menjajaki kebutuhan dari perempuan yang ingin
melakukan aborsi;
b. Menyampaikan dan menjelaskan kepada perempuan
yang ingin melakukan aborsi bahwa tindakan aborsi
dapat atau tidak dapat dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang;
c. Menjelaskan tahapan tindakan aborsi yang akan
dilakukan dan kemungkinan efek samping atau
komplikasinya;
d. Membantu perempuan yang ingin melakukan aborsi
untuk mengambil keputusan sendiri untuk
melakukan aborsi atau membatalkan keinginan
untuk melakukan aborsi setelah mendapatkan
informasi mengenai aborsi; dan
e. Menilai kesiapan pasien untuk menjalani aborsi.
(4) Konseling pasca tindakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan dengan tujuan:
a. Mengobservasi dan mengevaluasi kondisi pasien
setelah tindakan aborsi;
b. Membantu pasien memahami keadaan atau kondisi
fisik setelah menjalani aborsi;
c. Menjelaskan perlunya kunjungan ulang untuk
pemeriksaan dan konseling lanjutan atau tindakan
rujukan bila diperlukan; dan
d. Menjelaskan pentingnya penggunaan alat
kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan.
60
Universitas Sumatera Utara
Konselor dalam artian adalah setiap orang yang telah memiliki sertifikat
f. Pasal 38:
(1) Dalam hal korban perkosaan memutuskan membatalkan
keinginan untuk melakukan aborsi setelah mendapatkan
informasi mengenai aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (3) huruf d atau tidak memenuhi ketentuan
untuk dilakukan tindakan aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 Ayat (2), korban perkosaan dapat
diberikan pendampingan oleh konselor selama masa
kehamilan.
(2) Anak yang dilahirkan dari ibu korban perkosaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diasuh oleh
keluarga
(3) Dalam hal keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menolak untuk mengasuh anak yang dilahirkan dari
korban perkosaan, anak menjadi anak asuh yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Penjelasan pasal dalam Peraturan Pemerintah ini menyebutkan yang
ayat (2) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah orang
tua kandung atau anggota keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke
g. Pasal 39:
61
Universitas Sumatera Utara
C. Aborsi Dalam Pandangan Islam
sel sperma laki-laki dan sel telur perempuan, yang dari keduanya muncul makhluk
yang baru dan menetap di dalam tempat menetapnya yang kuat di dalam Rahim.
mengatakan bahwa peniupan roh terhadap janin itu terjadi pada waktu berusia
empat puluh atau empat puluh dua hari. Bahkan sebagian fukaha ada yang
hari, berdasarkan riwayat yang mahsyur pada peniupan roh terjadi pada waktu
itu.45
Namun dalam satu ayat, kata auladakum secara lughaghiyah pada dasarnya
diambil dari bentuk mufradnya dari (waladun) yang artinya anak jika dilihat
dari bentuk isim. Sedangkan dari bentuk fi‟il (waladun) berasal dari kata
maka anak itu adalah setiap manusia yang lahir dari Rahim ibunya. Adanya
proses persalinan menjadikan bayi yang dilahirkan oleh ibu disebut sebagai
anaknya.
45
Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, Fiqih Kontemporer, (Jakarta: Pustaka,
2013), hal. 187.
62
Universitas Sumatera Utara
ق َو َم ان قُتِ َل َمظالُوا ًما فَقَ ْد َج َءلانَ لِ َو لِيَّ ِه ُسلاطَا نًا فَ ٌَل ٌُُ ِار ُُ فِي
َّ س الَّتِ ِي َح َّر َم ااَّها ُ اِ ََلبِلا َح
َ َوإلَتَ ْقتُ اٌل انَّفا
Dari penjelasan ayat diatas, maka ada dua indikasi dalam membunuh
KH AliYafie yang merupakan salah satu ahli fiqih dan ketua MUI
janin atau dalam istilah agama disebut sebelum ditiupkan ruh ke dalam
janin yang sudah ditiupkan jiwa ke dalam tubuh janin, yaitu pada usia 120
hari.” Ditegaskan pula bahwa menggugurkan kandungan usia 120 hari dapat
46
http://www.google.com/amp/s/elviandri.wordpress.com/2014/09/04/aborsi-dalam-
pandangan-al-quran-kajian-tafsir-tematik/amp/, diakses pada tanggal 4 Januari 2019, pukul 21:51
WIB.
63
Universitas Sumatera Utara
dalam pandangan agama islam melakukan aborsi sama dengan membunuh,
Adapun pendapat Yusuf al-Qadarawi dalam hal ini yaitu yang paling
dalam keadaan uzur tidak ada halangan untuk mengambil salah satu dari dua
semakin jelas, dan bila hal itu terjadi sebelum berusia empat puluh hari
nyawa, oleh karena itu diwajibkan kepada pelakunya untuk membayar diyat
jika janin keluar dalam keadaan hidup dan membayar gurrah, jika ia keluar
ditiupkan roh pada janin (embrio), yaitu sebelum berumur empat bulan. Para
tersebut. Ia sangat benci terhadap janin hasil perkosaan tersebut serta ingin
Bahkan ada pula yang mengharamkan usaha pencegah kehamilan, baik dari
47
Chrisdiono M. Achadiat, Op Cit hal. 175.
64
Universitas Sumatera Utara
Ulama yang mengharamkan aborsi sebelum ditiupkan roh antara lain, Ibnu
Hajar dalam kitabnya at-Tuhafah, al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ Ulum ad-
(embrio) pada saat itu ada kehidupan (hayat) yang perlu dihormati, yaitu
dalam hukum asal, yaitu terlarang. Jadi rukhshah yang dimaksud hanya
berlaku dalam keadaan darurat dan hanya berlaku saat itu saja, manakala
wanita yang dihamili tidak dalam posisi darurat, maka hukumnya kembali
kesimpulan, bahwa sejak bertemunya sel sperma dan ovum dan telah terjadi
48
Ibid, hal. 191.
65
Universitas Sumatera Utara
yang sedang dalam pertumbuhan dan persiapan untuk menajdi makhluk
baru yang bernyawa yang disebut manusia yang harus dihormati dan
dilindungi eksistensinya.
kedokteran (embriologi) dalam hal ini sesuai dengan hasil MUNAS MUI
tahun 1983, bahwa kehidupan dalam konsep hukum islam, adalah suatu
proses yang sudah dimulai sejak terjadinya pembuahan, oleh sebab itu
menempuh salah satu tindakan yang lebih ringan dari dua hal yang
hidup ia belum mempunyai hak, seperti hak waris dan belum mempunyai
kewajiban apapun. Hukum tersebut dapat pula berlaku bagi wanita hamil
kandungannya ia akan sakit jiwa atau gila, atau kemungkinan wanita korban
66
Universitas Sumatera Utara
tidak bersalah karena tidak ada kesengajaan, akibatnya ia stress berat dan
sakit jiwa yang dapat mengakibatkan ia gila, maka dengan ini boleh baginya
misalnya jika kehamilan yang dialami oleh perempuan tersebut terlalu berat
untuk ditanggung. Hal ini bisa karena kehamilan tersebut merupakan buah
49
Ibid, hal. 194.
67
Universitas Sumatera Utara
BAB III
UPAYA PENYELESAIAN TINDAK PIDANA ABORSI YANG
DILAKUKAN OLEH ANAK KORBAN PERKOSAAN DALAM KASUS DI
MUARA BULIAN JAMBI
Setiap anak selama selama pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain
yang berada dalam situasi darurat; anak yang berhadapan dengan hukum,
68
Universitas Sumatera Utara
kekerasan; anak penyandang cacat; serta anak korban perlakuan salah dan
penelantaran.
akibat dari ketidakadilan. Dengan demikian, ada dua sifat yang mendasar
51
Teguh Prasetyo, Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2011),
hal. 117.
69
Universitas Sumatera Utara
Dalam kasus aborsi yang dilakukan oleh korban perkosaan, anak
Menurut R. Soesilo dalam Pasal 285 maksud dari memaksa bertujuan agar
mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara yang tidak
sah, misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam senjata,
penderitaan luar dalam, baik secara fisik maupun secara psikis. Kejadian
tersebut, dan menjatuhkan pidana pada anak sebagai korban tindak pidana
tersebut.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan atau yang
bantuan lainnya juga berhak didapatkan oleh anak yang menjadi korban atau
52
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-yang-
diatur-dalam-uu-sistem-peradilan-anak, diakses pada tanggal 14 Desember 2018, pukul 20:48
WIB.
70
Universitas Sumatera Utara
pelaku tindak pidana.Sebagaimana dalam kasus anak yang melakukan
tidak mengalami hal-hal yang buruk dan menjadikan mereka lebih jahat lagi
keadilannya.53
hanya mendapatkan perlakuan khusus, hal ini dikandung maksud agar aspek
psikologi). Pengertian belum dewasa, dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu
biologis dan aspek juridis. Dalam penjelasan ini yang dijelaskan dari aspek
KUHP)
Perdata).
53
Undang-Undang Perlindungan Anak
71
Universitas Sumatera Utara
Dalam penerapan hukumnya penyidik berpedoman pada Kitab
ahli jiwa (psikolog). Perlakuan khusus anak yang belum dewasa, antara lain:
kejadiannya dilaporkan
Negara.54
dan paling lama 15 tahun dan/atau denda paling banyak 5 miliar rupiah
(Pasal 81). Jika yang melakukan adalah orang tuanya, ancaman pidananya
membiarkan dilakukan perbuatan cabul seperti yang diatur dalam Pasal 76E,
ancaman pidananya adalah pidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 15
54
M. Umar Maksum, dkk. Cara Mudah Menghadapi Kasus-Kasus Hukum untuk Orang
Awam. (Yogyakarta: Ansor Press, 2011). Hal. 76.
72
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang No.35 Tahun 2014 tentang perubahan Atas Undang-
tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan
anak terutama kejahatan seksual, yang bertujuan memberikan efek jera serta
pemerintah daerah, masyarakat, keluarga, dan orang tua atau wali dalam hal
yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana. Berdasarkan
73
Universitas Sumatera Utara
f. Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa
Selain itu, ada beberapa ketentuan lain guna mengatur mengenai anak
pola dan teknik pemeriksaan sama seperti orang dewasa (anak masih
penahanan anak yang tidak didampingi oleh petugas ataupun orang tuanya,
di luar lembaga.
55
Agus Takariawan, Perlindungan Saksi dan Korban, (Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2016) hal. 299.
56
Ogar S. Matompi, Hukum dan Hak Asasi Manusia, (Malang: Instans Publishing, 2018),
hal. 152.
74
Universitas Sumatera Utara
d. Pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informai mengenai
perkembangan perkara.57
(equality before the law). Oleh karena itu, Negara bersama-sama dengan
bertanggung jawab, agar anak sebagai generasi penerus bangsa dapat berdiri
korban Tindak Pidana. Selama ini apabila terjadi tindak pidana terhadap
Anak, pihak korban tidak hanya menanggung sendiri kerugian materiil dan
kerugian immaterial antara lain kerugian berupa rasa malu, kehilangan harga
bagi Anak yang menjadi korban tindak pidana sebagai akibat terjadinya
57
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Op Cit, hal. 127.
58
http://www.gerakinklusi.id/127-peraturan-pemerintah-nomor-43-tahun-2017-
pelaksanaan-restitusi-bagi-anak-yang-menjadi-korbank, diakses pada tanggal 19 Januari 2019,
pukul 21:49 WIB.
75
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 masalah restitusi
hanya di atur dalam satu pasal yakni Pasal 71 D yang menyebutkan bahwa:
pemerintah.59
Kompensasi
kompensasi, Restitusi, dan Bantuan Kepada Saksi dan Korban. Menurut Peraturan
Pemerintah ini, korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat berhak
keterangan dari korban, keluarga, atau kuasanya dan pihak lain yang terkait. Hasil
59
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.
76
Universitas Sumatera Utara
dan Korban, disertai dengan pertimbangannya, dan rekomendasi untuk
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa definisi anak yang
yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga
60
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5aa0e554f0ee6begini-isi-revisi-pp-pemberian-
kompensasi-restitusi-dan-bantuan-kepada-saksi-korban, diakses pada tanggal 15 Desember 2018
pukul 21:00 WIB.
61
Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, Perlindungan Terhadap Anak Yang Berhadapan
denga Hukum (Studi Terhadap Undang-Undang Peradilan Pidana Anak Indonesia dan Peradilan
Adat Aceh), Gender Equality: International Journal of Child and Gender Studies, Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Ar- Raniry Banda Aceh, Aceh, 2015, hal, 54, Vol 1 No. 1 Tahun 2015.
62
Badrun Susantyo, dkk, Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak: Dalam Perspektif Kementrian Sosial, Penelitian dan
Penegmbangan Kesejahteraan Sosial, Kementrian Sosial RI, Jakarta Timur, 2016, hal 170, Vol 5
No. 03 Tahun 2016.
77
Universitas Sumatera Utara
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
a. Perlindungan
b. Keadilan
bagi anak.
c. Non diskriminasi
mental.
78
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud kepentingan terbaik bagi anak adalah segala
anak.
kembang anak adalah hak asasi yang paling mendasar bagi anak
79
Universitas Sumatera Utara
h. Proporsional
kondisi anak.
terakhir
penyelesaian perkara.
j. Penghindaran pembalasan
pidana. 63
Peradilan Pidana Anak, terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dapat
a. Pidana Pokok
1) Pidana peringatan
63
Analiansyah dan Syarifah Rahmatillah, Op Cit, hal. 55.
80
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembinaan di luar lembaga, yang pada pokoknya
sebagai berikut:
keharusan:
Pembina.
adiktif lainnya.
dilaksanakan.64
2) Pelayanan masyarakat
sebagai berikut:
64
Pasal 75 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
81
Universitas Sumatera Utara
a) Pidana pelayanan masyarakat merupakan pidana
3) Pengawasan
berikut:
(dua) tahun.
65
Pasal 76 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) Undang-Undang Ssitem Peradilan Pidana Anak.
82
Universitas Sumatera Utara
b) Dalam hal Anak dijatuhi pidana pengawasan, Anak
khusus.
dengan syarat.
kebebasan anak.
66
Paasal 77 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
83
Universitas Sumatera Utara
g) Selama menjalani masa pidana dengan syarat,
4) Pelatihan Kerja
sebagai berikut:
usia anak
swasta.
67
Pasal 73 Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
68
Pasal 78 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak.
84
Universitas Sumatera Utara
b) Pidana pembinaan di dalam lembaga dijatuhkan
membahayakan masyarakat.
empat) bulan.
6) Penjara
terhadap Anak.
69
Pasal 80 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
85
Universitas Sumatera Utara
d) Ketentuan mengenai pidana penjara dalam Kitab
Undang-Undang ini.70
belas) tahun.
pembebasan bersyarat.
70
Pasal 79 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang-Undang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
86
Universitas Sumatera Utara
dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun.71
7) Pidana Tambahan
berupa:
pidana
87
Universitas Sumatera Utara
agar anak tidak bergabung dengan tahanan orang dewasa. Apabila
anak.
pengadilan pidana.
88
Universitas Sumatera Utara
4) Lembaga pembinaan khusus anak (LPKA) adalah lembaga
anak.
fungsi penelitian.
dengan syarat:
anak.
89
Universitas Sumatera Utara
Proses penyidikan terhadap anak juga harus dilakukan
atau sejenisnya.
90
Universitas Sumatera Utara
dipisahkan dari tempat tahanan orang dewasa, dan selama
dipenuhi.73
syarat:
anak.
73
Ogar S. Matompi, Hukum dan Hak Asasi Manusia, (Malang: Instans Publishing, 2018),
hal. 152.
91
Universitas Sumatera Utara
diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Hakim dalam
maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain.75
92
Universitas Sumatera Utara
perkawinannya, atau karena keberadaannya pada waktu dan
lokasi tertentu.
1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Pedoman umum Bangkok bagi para
dan pengadilan. 78
Pasal 2:
Hakim mengadili perkara perempuan Berhadapan dengan Hukum
berdasarkan asas:
a. Penghargaan atas harkat dan martabat manusia
77
Kelompok Kerja Perempuan dan Anak Mahkamah Agung RI dan Masyarakat
Pemantau Peradilan Indonesia Fakultas Hukum Universitas Indonesia (MaPPI FHUI), Op Cit, hal.
20.
78
Ibid, hal. 10.
93
Universitas Sumatera Utara
b. Non diskriminasi
c. Kesetaraan gender
d. Persamaan di depan hukum
e. Keadilan
f. Kemanfaatan; dan
g. Kepastian hukum79
Pasal 3:
Pedoman mengadili perkara perempuan berhadapan dengan hukum
bertujuan agar hakim:
a. Memahami dan menerapkan asas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2
b. Mengidentifikasi situasi perlakuan yang tidak setara sehingga
mengakibatkan diskriminasi terhadap perempuan, dan
c. Menjamin hak perempuan terhadap akses yang setara dalam
memperoleh keadilan.80
Pasal 4:
Dalam pemeriksaan perkara, hakim agar mempertimbangkan
kesetaraan gender dan non-diskriminasi, dengan mengidentifikasi fakta
persidangan:
a. Ketidaksetaraan status sosial antara para pihak yang berperkara
b. Ketidaksetaraan perlindungan hukum yang berdampak pada
akseskeadilan
c. Diskriminasi
d. Dampak psikis yang dialami korban
e. Ketidakberdayaan fisik dan psikis korban
f. Relasi kuasa yang mengakibatkan korban/saksi tidak berdaya,
g. Riwayat kekerasan dari pelaku terhadap korban/saksi.81
Pasal 5:
Dalam pemeriksaan perempuan berhadapan dengan hukum hakim
tidak boleh:
a. Menunjukkan sikap atau mengeluarkan pernyataan yang
merendahkan, menyalahkan dan/atau mengintimidasi
perempuan Berhadapan dengan Hukum
b. Membenarkan terjadinya diskriminasi terhadap perempuan
dengan menggunakan kebudayaan, aturan adat, dan praktik
tradisional lainnya maupun menggunakan penafsiran ahli yang
bias gender
c. Mempertanyakan dan/atau mempertimbangakn mengenai
pengalaman atau latar belakang seksualitas korban sebagai dasar
untuk membebaskan pelaku atau meringankan hukuman pelaku,
dan
79
Pasal 2 Perma No.3 Tahun 2017.
80
Pasal 3 Perma No.3 Tahun 2017.
81
Pasal 4 Perma No. 3 Tahun 2017.
94
Universitas Sumatera Utara
d. Mengeluarkan pernyataan atau pandangan yang stereotip
Gender.82
Pasal 6:
Hakim dalam mengadili perkara perempuan berhadapan dengan
hukum:
a. Mempertimbangkan kesetaraan gender dan stereotip gender
dalam peraturan perundang-undangan dan hukum tidak tertulis.
b. Melakukan penafsiran peraturan perundang-undangan dan/atau
hukum tidak tertulis yang dapat menjamin kesetaraan gender.
c. Menggali nilai-nilai hukum, kearifan local dan rasa keadilan
yang hidup dalam masyarakat guna menjamin kesetaraan
gender, perlindungan yang setara non-diskriminasi, dan
d. Mempertimbangkan penerapan konvensi dan perjanjian-
perjanjian internasional terkait kesetaraan gender yang telah
diratifikasi.83
Pasal 7:
“Selama jalannya pemeriksaan persidangan, hakim agar mencegah
dan/atau menegur para pihak, penasihat hukum, penuntut umum
dan/atau kuasa hukum yang bersikap atau membuat pernyataan yang
merendahkan, meyalahkan, mengintimidasi, dan/atau menggunakan
pengalaman atau latar belakang seksualitas perempuan berhadapan
dengan hukum.”84
Pasal 8:
(1) Hakim agar menanyakan kepada perempuan sebagai korban
tentang kerugian, dampak kasus dan kebutuhan untuk
pemulihan.
(2) Hakim agar memberitahukan kepada korban tentang haknya
untuk melakukan penggabungan perkara sesuai dengan pasal 98
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan/atau
gugatan biasa atau permohonan restitusi sebagaimana diatur di
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal pemulihan korban atau pihak yang dirugikan, hakim
agar:
a. Konsisten dengan prinsip dan standar hak asasi manusia
b. Bebas dari pandangan stereotip gender
c. Mempertimbangkan situasi dan kepentingan korban dari
kerugian yang tidak proporsional akibat ketidaksetaraan
gender.85
82
Pasal 5 Perma No. 3 Tahun 2017.
83
Pasal 6 Perma No. 3 Tahun 2017.
84
Pasal 7 Perma No. 3 Tahun 2017.
85
Pasal 8 Perma No. 3 Tahun 2017.
95
Universitas Sumatera Utara
Dalam kasus perkosaan, tidak sedikit dari korban perkosaan yang
penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim tidak memahami kondisi
1. Kronologi Kasus
pada hari Selasa tanggal 22 Mei 2018 pukul 18.00 Wib atau setidaknya pada
suatu waktu dalam Bulan Mei Tahun 2018 atau setidak-tidaknya pada suatu
waktu dalam Bulan Mei Tahun 2018 atau pada waktu lain dalam Tahun
2018 bertempat di dalam rumah Rt. 04 Dusun Ilir Desa Pulau Kec. Muara
86
Bella Sandiata, Op Cit, hal. 124.
96
Universitas Sumatera Utara
Tembesi Kab. Batanghari. Pada waktu dan tempat sebagaimana disebutkan
diatas, dalam perkara ini, telah melakukan, menyuruh melakukan atau turut
masih dalam kandungan dengan alasan dan tata cara yang tidak dibenarkan
dengan mengatakan “MASIH SAKIT DAK PERUT TU” dan dijawab oleh
Anak “SAKIT LAH MAK EH” mendengar hal tersebut ibu langsung
berpikir bahwa ini reaksi dari janin yang berada di dalam kandungan anak,
selanjutnya Ibu membuatkan sari pati kunyit agar janin yang ada dalam
kandungan Anak itu gugur kemudian setelah itu Ibu langsung memberikan
Anak meminum sari pati kunyit tersebut, Anak mengeluarkan banyak darah
bawah, selanjutnya kepala bayi tersebut keluar dan Ibu langsung menarik
bayi tersebut keluar dengan jenis kelamin laki-laki dan bayi tersebut dalam
keadaan tidak bernyawa lagi, lalu Ibu langsung mengambil jilbab warna
putih dan taplak meja warna coklat kemudian mayat bayi tersebut diletakkan
mei 2018 sekira pukul 07.00 Wib ayat bayi tersebut diambil oleh Anak
97
Universitas Sumatera Utara
untuk dan di bawa ke kebun sawit sekitar 50 meter dari rumahnya lalu Anak
sebagaimana di atur dan diancam pidana dalam pasal 77 A ayat (1) Jo pasal
ayat (1) ke-1 KUHPidana. Namun dalam pemeriksaan saksi, Asmara Dewi
(Ibu), bahwa menurut saksi sekitar bulan Maret 2018, anak pernah
mengeluh sakit perut dan Saksi ingin mengajak anak berobat ke dokter
tetapi anak tidak mau, lalu Saksi memberi sari pati kunyit yang dicampur
dengan garam untuk diminum oleh Aanak agar sakit perutnya berkurang.
Kemudian tanggal 30 Mei 2018 saksi dan Anak diperiksa oleh Polisi
tersebut adalah bayi dari Anak dan ayah bayi tersebut adalah anak Saksi
yang merupakan kakak kandung Anak yang juga merupakan anak kandung
aborsi dengan cara memberi anak minum sari pati kunyit yang dicampur
garam lalu saksi mengurut perut anak hingga kepala bayi tersebut keluar
lalu saksi mensrik bayi hingga keluar, keterangan tersebut tidak benar
minum sari pati kunyit yang telah dicampur garam untuk memperlancar
98
Universitas Sumatera Utara
halangan (datang bulan) Anak, karena sebelumnya Anak mengatakan sakit
perut karena sedang halangan (datang bulan). Bahwa saat memberi sari pati
kunyit yang dicampur garam tersebut saksi tidak mengetahui Anak sedang
anak saksi mengetahui dari penyidik bahwa ibu bayi tersebut adalah Anak.
Anak saksi baru mengetahui ayah bayi tersebut adalah Anak Saksi setelah
Anak Saksi diperiksa polisi dan Aanak mengakui telah hamil akibat
dengan Anak pertama kalinya pada bulan September tahun 2017 di rumah
Anak Saksi yang juga merupakan rumah Anak. Diketahui bahwa Anak
Saksi menyetubuhi Anak sudah sebanyak 9 (Sembilan) kali. Anak Saksi ada
mengancam apabila Anak tidak mau bersetubuh dengan Anak Saksi maka
akan dipukul oleh Anak Saksi. Anak Saksi sering menonton video porno
dari handphone teman Anak Saksi, karena terlalu sering menonton video
porno timbul nafsu dalam diri Anak Saksi kemudian pada bulan September
tahun 2017 pukul 13.00 WIB Anak Saksi melihat Anak sedang menonton
televise di rumah dan pada saat itu di rumah hanya ada anak Saksi dan
Anak, melihat situasi di rumah hanya ada Anak dan Anak Saksi (berdua)
timbul nafsu dalam diri Anak Saksi terhadap Anak lalu Anak Saksi mearik
tangan Anak dan megajak ke dalam kamar akan tetapi Anak menolak,
“Kalo ga ikut abang, abang pukul” lalu akhirnya Anak menurut dan
99
Universitas Sumatera Utara
2. Dakwaan
Hukum Pidana.
3. Tuntutan
Tahun 2002 tentang perlindungan Anak Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-
ditahan;
100
Universitas Sumatera Utara
d. Menetapkan agar membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,-
4. Pertimbangan Hukum
Anak telah disetubuhi oleh Anak Saksi sekira bulan September tahun 2017
Mei tahun 2018 sehingga Majelis Hakim berpendapat usia kehamilan Anak
sudah melewati usia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid
atau membuktikan adanya pelaku lain dalam perbuatan Anak, secara hukum
Pasal 55 ayat (1) ke-1 (KUHP) tersebut merupakan Pasal penambah atau
pelengkap sehingga tidak terikat dengan pasal pokok maka apabila pasal
berdasarkan Pasal 77A ayat (1) jo. Pasal 45A UU Nomor 35 Tahun 2014
101
Universitas Sumatera Utara
tentang Perubahan UU RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak;
muda;
sendiri;
b. Anak masih dapat dididik dan dibina menjadi lebih baik lagi
102
Universitas Sumatera Utara
Memperhatikan, Pasal 77A ayat (1) jo. Pasal 45A Undang-Undang
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan lain yang
bersangkutan.
5. Fakta Hukum
diusir dari rumah jika Ibu Anak yaitu Saksi Asmara Dewi
tidak mau bersetubuh dengan Anak saksi maka Anak Saksi akan
memukul Anak
103
Universitas Sumatera Utara
e. Bahwa Saksi Asmara Dewi tidak pernah membantu
6. Putusan
(tiga) bulan;
dijatuhkan;
7. Analisis Kasus
ditarik analisis:
ayah kandung dari mayat bayi tersebut adalah anak saksi (abang
104
Universitas Sumatera Utara
maka Anak Saksi mengancam akan memukul Anak.Anak tidak
Terlebih lagi karena orang tua Anak bercerai, maka tidak ada
Anak dijatuhi hukuman sesuai Pasal 77A (1) jo. Pasal 45A UU
Anak sudah melewati usia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari
pertama haid terakhir. Dari kasus tersebut, saya tidak setuju anak
105
Universitas Sumatera Utara
membicarakan hal itu secara terbuka. lalu anak mengalami trauma dan
melakukan aborsi tidak terbukti, karena tidak ada alat bukti yang
perkosaan.
106
Universitas Sumatera Utara
Walaupun diputus dengan nomor perkara berbeda, proses
Majelis Hakim. Dari kasus tersebut, saya menganggap Anak adalah korban
107
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut:
mengenai perkosaan yaitu Pasal 285, Pasal 287, dan Pasal 289.
pada Pasal 299, Pasal 346, Pasal 347, Pasal 348, Pasal 349, dan
Pasal 535.
dalam Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, dan Pasal 194.
Kesehatan Reproduksi diatur dalam Pasal 31, Pasal 34, Pasal 35,
Korban Perkosaan
108
Universitas Sumatera Utara
Agung No. 3 Tahun 2017 dan masih menganggap Anak sebagai
B. Saran
109
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Anwar, H.A.K. Mochtar. 1980. Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II),
Bandung: Alumni
Djamali, R. Abdoel. 2006. Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, Jakarta: PT.
Djamil, M. Nasir. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum, Jakarta: Sinar Grafika.
2002.
110
Universitas Sumatera Utara
Kesusilaan dan Norma Kepatutan, Jakarta: Sinar Grafika.
Persada.
Media Group.
Matompi, Ogar S. 2018. Hukum dan Hak Asasi Manusia, Malang: Instans
Publishing.
Media.
111
Universitas Sumatera Utara
Saraswati, Rika. 2015. Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Bandung: PT
Sidawi, Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As. 2013. Fiqih Kontemporer, Jakarta:
Pustaka.
Siswati, Sri. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-
Grafindo Persada.
Supramono, Gatot. 1998. Segi-Segi Hukum Hubungan Luar Nikah, Jakarta: Karya
Unipress.
Susanti, Dyah Ochtorina dan A‟an Effendi. 2014. Penelitian Hukum (Legal
Syamsudin, Azis dan Anis Fuandi. 2011. Tindak Pidana Khusus. Jakarta: Sinar
Grafika.
Yunanto, Ari dan Helmi. 2010. Hukum Pidana Malpraktik Medik Tinjauan Dan
112
Universitas Sumatera Utara
B. Peraturan Perundang-undangan
Reproduksi
Hukum
C. Jurnal/Artikel
113
Universitas Sumatera Utara
Badrun Susantyo, dkk. 2016. Implementasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun
114
Universitas Sumatera Utara
D. Internet
http://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5a152c3faed27/ketentuan-aborsi-bagi-
20.15 WIB
http://www.google.com/amp/s/elviandri.wordpress.com/2014/09/04/aborsi-dalam-
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-
http://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5aa0e554f0ee6begini-isi-revisi-pp-
pemberian-kompensasi-restitusi-dan-bantuan-kepada-saksi-korban,diakses
http://www.gerakinklusi.id/127-peraturan-pemerintah-nomor-43-tahun-2017-
115
Universitas Sumatera Utara