Anda di halaman 1dari 143

ANALISIS HUKUM PERDATA TERHADAP SURAT PERJANJIAN

(KONTRAK) NO. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/ PUPR/2017 TENTANG


REHABILITASI/PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI
KABUPATEN TOBA SAMOSIR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dalam Memenuhi Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

VERAWATY NAPITUPULU

NIM 140200347

DEPARTEMEN KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : VERAWATY NAPITUPULU

NIM : 140200347

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS HUKUM PERDATA TERHADAP SURAT


PERJANJIAN (KONTRAK) NO. 10/KTR-
DAK/APBD/SDA/PUPR 2017 TENTANG
REHABILITASI/PEMELIHARAAN JARINGAN
IRIGASI DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis ini adalah benar tidak merupakan jiplakan dari skripsi

atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah jiplakan, maka segala

akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya tanpa paksaan atau

tekanan dari pihak manapun.

Medan, Mei 2018

Verawaty Napitupulu

NIM: 140200347

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Verawaty Napitupulu*
Hasim Purba**
Edy Ikhsan***

Pemerintah Kabupaten Toba Samosir dalam rangka mewujudkan


kesejahteraan masyarakat, melakukan pembangunan dalam berbagai bidang. Salah
satu bentuk realisasi dari pembangunan tersebut adalah Rehabilitasi Jaringan
Irigasi di Desa Pintu Pohan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir.
Dalam pembangunan tersebut, yang bertindak sebagai pemberi pekerjaan adalah
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir,
sedangkan yang bertindak sebagai pemborong adalah CV. Priera Jaya. Hubungan
kerjasama kedua belah pihak dituangkan dalam Surat Perjanjian (kontrak) No.
10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017. Permasalahan yang dibahas dalam
penulisan skripsi ini adalah apakah proses terjadinya perjanjian (kontrak) dan
pelaksanaan perjanjian pemborongan tersebut telah sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku, apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak, dan
bagaimana upaya penyelesaian para pihak apabila terjadi perselisihan dalam
pelaksanaan perjanjian pemborongan tersebut.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif yang didukung penelitian empiris.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier
serta didukung data primer berupa hasl wawancara dengan Dinas Pekerjaan dan
Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dan CV. Priera Jaya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya
surat perjanjian (kontrak) dan pelaksanaannya telah sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku yaitu mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
dan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Pemilihan penyedia jasa dilakukan dengan metode pelelangan umum
pascakualifikasi dan evaluasi dengan sistem gugur. Hak dan kewajiban para pihak
sebagaimana ditentukan dalam perjanjian telah dilaksanakan dengan baik tanpa
merugikan masyarakat. Upaya penyelesaian para pihak apabila terjadi perselisihan
adalah menyelesaikannya secara damai melalui musyawarah. Namun apabila
perselisihan tidak dapat diselesaikan secara damai, maka akan diselesaikan
melalui jalur pengadilan yaitu di Pengadilan Negeri Balige.

Kata Kunci : Perjanjian, Perjanjian Pemborongan Rehabilitasi Jaringan Irigasi

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara


**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus

untuk segala kebaikan dan berkat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis juga bersyukur untuk kasih setia dan

penyertaan-Nya yang tidak pernah berhenti dalam kehidupan penulis. Penulis

menyadari bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini bukan karena kekuatan dan

kehebatan penulis tetapi karena pertolongan Tuhan yang selalu ada dalam

kehidupan penulis.

Penulisan skripsi ini diberi judul “Analisis Hukum Perdata terhadap Surat

Perjanjian (kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 tentang

Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi di Kabupaten Toba Samosir”. Skripsi

ini diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini,

penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis akan sangat berterimakasih jika

ada kritik maupun saran membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Maka pada

kesempatan ini dengan segala hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih

sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara


2. Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Syamsul Rizal, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I,

yang telah memberikan waktu, membimbing dan mengarahkan penulis

dalam proses penulisan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.A., selaku Dosen Pembimbing II, yang

telah memberikan waktu, membimbing penulis dalam proses penulisan

skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

selama menjalani proses perkuliahan.

10. Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Orang tua tercinta,

Nelson Napitupulu dan Roduma Sianipar yang selalu mendoakan penulis,

memberikan kasih sayang dan perhatian penuh kepada penulis, sangat

sabar dalam mendidik penulis, serta selalu memberikan semangat dan

motivasi kepada penulis.

iii

Universitas Sumatera Utara


11. Kepada keluarga penulis, Oppung Vera, Tante Frans, Tante Ronaldo,

Tulang Vania, Tulang Kesia, Tante Dorkas, Tante Juan, Tante Randy,

Tante Joyce, Tante Sandro, yang telah memberikan semangat dan motivasi

kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

12. Kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba

Samosir dan CV. Priera Jaya yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk mendapatkan data dan bersedia memberikan informasi yang

berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

13. Kepada Bang Maruli Sinaga, Boris Napitupulu, Gandi, Titir, Dina, Maya,

Zahra yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama penulisan

skripsi ini.

14. Kepada Anggota Grup C Stambuk 2014 Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang menjadi teman sekelas penulis selama perkuliahan.

Medan, April 2018


Penulis

Verawaty Napitupulu

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

E. Metode Penelitian ............................................................................... 10

F. Keaslian Penulis ................................................................................. 13

G. Sistematika Penulis ............................................................................. 14

BAB II TINJAUAN HUKUM MENGENAI PROSES TERJADINYA


SURAT PERJANJIAN (KONTRAK) NO.10 / KTR-DAK / APBD /
SDA / PUPR /2017
A. Pengertian dan Unsur-Unsur Perjanjian ............................................. 16

B. Asas-asas dan Syarat Sah Perjanjian ................................................. 24

C. Berakhirnya Perjanjian ....................................................................... 44

D. Proses Terjadinya Surat Perjanjian (kontrak) No. 10 / KTR / DAK /

APBD / SDA / PUPR/2017 ................................................................ 51

BAB III HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM SURAT


PERJANJIAN (KONTRAK) NO. 10 / KTR-DAK / APBD / SDA /
PUPR / 2017
A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pemborongan..................... 68

B. Pihak-Pihak dan Jenis-Jenis Perjanjian Pemborongan ....................... 74

C. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan ................................................ 98

Universitas Sumatera Utara


D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Surat Perjanjian (kontrak) No.

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 ............................................ 117

BAB IVUPAYA PENYELESAIAN PARA PIHAK APABILA TERJADI


PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN SURAT
PERJANJIAN (KONTRAK) NO.10/KTR
DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

A. Pelaksanaan Surat Perjanjian (kontrak) No. 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 .......................................................... 105

B. Kendala yang Dihadapi Para Pihak dalam Pelaksanaan Surat Perjanjian

(kontrak) No.10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 ...................... 117

C. Upaya Penyelesaian Para Pihak Apabila Terjadi Perselisihan dalam

Pelaksanaan Surat Perjanjian (kontrak) No. 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 .......................................................... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

A. Kesimpulan .......................................................................................... 128

B. Saran .................................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131

LAMPIRAN ........................................................................................................ XVIII

Lampiran I Hasil Wawancara

Lampiran II Surat Bukti Riset dari CV. Priera Jaya

Lampiran III Surat Bukti Riset dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Toba samosir

Lampiran IV Surat Perjanjian

vi

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara yang sudah merdeka tentu mempunyai tujuan-tujuan yang

sudah dirancang sebelumnya. Demikian juga dengan negara Indonesia

mempunyai tujuan yang tercantum dalam UUD 1945. Tujuan Negara Republik

Indonesia terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia alinea ke-empat yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Salah satu tujuan Negara

Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum yang artinya kesejahteraan

yang harus dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Sebagai negara hukum yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum,

setiap kegiatan, disamping harus diorientasikan pada tujuan yang hendak dicapai,

juga harus menjadikan hukum yang berlaku sebagai aturan kegiatan kenegaraan,

pemerintahan, dan kemasyarakatan. Seperti diketahui hukum mempunyai banyak

fungsi, menurut CFG. Sunaryati Hartono dalam bukunya Hukum Ekonomi

Pembangunan Indonesia bahwa hukum dalam pembangunan mempunyai empat

fungsi, yaitu:1

a. Hukum sebagai pemeliharaan ketertiban dan keamanan;

b. Hukum sebagai sarana pembangunan;

c. Hukum sebagai sarana penegak keadilan;

1
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah Dalam Konteks UUPA-
UUPR-UUPLH, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 2.

Universitas Sumatera Utara


2

d. Hukum sebagai sarana pendidikan masyarakat.

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia

dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan

kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan global. 2 Pembangunan

dapat dilaksanakan dan berhasil jika situasi Nasional mantap. Makin mantap

stabilitas nasional makin lancar usaha pembangunan. Sebaliknya, keberhasilan

pembangunan akan memantapkan stabilitas Nasional. Maka pembangunan

dilaksanakan dengan berpedoman pada Triologi Pembangunan yaitu:3

a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

c. Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.

Dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, Pemerintah senantiasa

dituntut untuk memajukan kesejahteraan umum dengan melakukan pembangunan

diberbagai bidang. Bentuk realisasi dari pembangunan yang dilaksanakan berupa

pembangunan proyek-proyek sarana, prasarana, yang berwujud pembangunan dan

rehabilitasi jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air,

perumahan rakyat maupun perkantoran-perkantoran dan sebagainya.4

Pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya adalah Pemerintah Daerah

berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuk berupa

2
Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Setara Press, Malang, 2003, hal. 1.
3
F.X. Djumialdji (I), Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, hal. 1.
4
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


3

barang, jasa maupun pembangunan infrastuktur. 5 Pembangunan infrastruktur

merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses

pembangunan nasional dan juga sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Oleh

karena itu, hasil-hasil pembangunan itu harus dapat dinikmati seluruh rakyat

sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Berhasil

tidaknya pembangunan tergantung dari partisipasi seluruh rakyat, yang berarti

pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap lapisan

masyarakat.6

Sebagai bentuk realisasi dari pembangunan daerah, Pemerintah Daerah

Kabupaten Toba Samosir memiliki dimensi yang luas, hal ini disebabkan oleh

banyaknya tuntutan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Salah satu bentuk

realisasi dari pembangunan sarana dan prasarana adalah rehabilitasi/pemeliharaan

jaringan irigasi untuk sawah. Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan

produktifitas lahan dan meningkatkan intensitas panen pertahun sehingga tidak

dapat dipungkirin bahwa fungsi irigasi sangatlah penting. Irigasi bagi tanaman

padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil untuk menjamin

produksi padi. Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan,

maka dibutuhkan suplay air yang cukup melalui irigasi. Tujuan irigasi adalah

mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan

lengas tanah tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman

bisa tumbuh secara normal. Mengingat pentingnya irigasi, maka kebijaksanaan

pemerintah dalam pembangunan pengairan dan rehabilitas jaringan irigasi perlu

5
Amiruddin.Korupsi Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa, Genta Publishing, Yogjakarta,
2010, hal. 1.
6
Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan Sumber Daya
Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal. 1.

Universitas Sumatera Utara


4

ditingkatkan untuk memelihara tetap berfungsinya sumber air dan jaringan irigasi

bagi pertanian. Dalam rangka meningkatkan pembangunan di sektor pertanian

untuk mecukupi kebutuhan pangan khususnya beras, salah satu upaya pemerintah

Indonesia adalah menempatan pembangunan dan rehabilitasi irigasi.

Dalam pelaksanaan pembangunan proyek-proyek ini, maka akan

melibatkan berbagai pihak seperti pemberi pekerjaan (Bouwheer), pemborong

(Annemer), arsitek, agraria, Pemerintah Daerah Perencana, pengawas serta

melibatkan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan. Disamping itu dalam

pelaksanaan pembangunan juga dihadapkan pada peralatan-peralatan yang

dibutuhkan dalam proses pengerjaan pembangunan. Oleh karena itu, masing-

masing pihak memiliki hubungan hukum yang akan dituang dalam bentuk

perjanjian tertulis yang dikenal dengan perjanjian pemborongan pekerjaan.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut

KUHPerdata) Perjanjian pemborongan disebut dengan istilah Pemborongan

pekerjaan. Menurut Pasal 1601 (b) KUHPerdata, Pemborongan pekerjaan adalah

persetujuan dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak lain, pihak yang memborongkan,

dengan menerima suatu harga yang ditentukan.

Perjanjian pemborongan diatur dalam Bab 7A Buku III KUHPerdata pasal

1601 b, kemudian Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1616. Perjanjian pemborongan

merupakan salah satu perjanjian untuk melakukan pekerjaan, sebab Bab 7A Buku

III KUHPerdata yang berjudul “perjanjian untuk melakukan pekerjaan” itu di

dalamnya terdapat tiga macam perjanjian yaitu:

1. Perjanjian kerja/perburuhan

Universitas Sumatera Utara


5

2. Perjanjian Pemborongan

3. Perjanjian menunaikan jasa.

Proyek pemborongan yang berasal pemerintah dilakukan dengan cara

memborongkan pekerjaan tersebut kepada pihak swasta, karena tidak dapat

dilaksanakan dengan sendirinya oleh pihak pemerintah. Dimana dalam hal

pemberian pekerjaan tersebut, dibuatlah suatu kontrak atau perjanjian yang

mengikat kedua belah pihak. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah

sedangkan pemborongnya pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut

perjanjian pemborongan yang dapat berupa akta dibawah tangan, surat perintah

kerja, surat perjanjian kerja/kontrak.7

Dalam melaksanakan perjanjian pemborongan juga harus memperhatikan

aspek-aspek hukum yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar perjanjian

pemborongan yang dilakukan para pihak pada nantinya tidak bertentangan dengan

aspek-aspek hukum yang berlaku. Perjanjian pemborongan selain diatur dalam

KUHPerdata, juga diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 yang

merupakan perubahan keempat dari Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010

tentang pedoman pengadaan barang dan jasa pemerintah dan diatur dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pemerintah yang dalam hal ini

adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir

tidak dapat melakukan pembangunan rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi di

Desa Pintu Pohan dengan sendirinya, sehingga membutuhkan penyedia jasa

ataupun kontraktor untuk mengerjakan proyek tersebut. CV. Priera Jaya

7
Ibid, hal. 29.

Universitas Sumatera Utara


6

merupakan kontraktor yang bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir setelah memenangkan pelelangan

kemudian diikuti dengan pembuatan dan pelaksanaan kontrak yang merupakan

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Perjanjian yang dilakukan

oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir

dengan CV. Priera Jaya adalah perjanjian pemborongan.

Dinas pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir

bertindak sebagai pihak yang memborongkan pekerjaan sedangkan CV. Priera

Jaya bertindak sebagai pihak yang menerima pemborongan untuk pekerjaan

rehabilitasi/ pemeliharaan jaringan irigasi sebagai peningkatan daerah irigasi di

Desa Pintu Pohan. Hubungan kerjasama antara Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya dibuat dalam

suatu perjanjian yang selanjutnya disebut Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 tentang Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan Irigasi

di Kabupaten Toba Samosir.

Dalam pelaksanaan perjanjian ini, para pihak harus tunduk pada surat

perjanjian (kontrak) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Isi perjanjian

tersebut memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak yang harus dipenuhi. Hak

dan kewajiban tersebut merupakan konsekuensi dari adanya hubungan hukum

antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir

dengan CV Priera Jaya. Zaeni Asyahadie mengartikan hubungan hukum adalah

“hubungan antara subjek hukum ataupun antara subjek hukum dengan objek

Universitas Sumatera Utara


7

hukum, yang diatur oleh hukum dan menimbulkan akibat hukum yaitu hak dan

kewajiban”.8 Syarat untuk terjadinya hubungan hukum yaitu:9

1. Adanya dasar hukum, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum

tersebut.

2. Peristiwa hukum, yaitu kejadian yang membawa akibat yang diatur oleh

hukum, yaitu perikatan.

Perjanjian yang dibuat oleh CV dengan Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir bersifat mengikat, hal ini sesuai dengan

pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan “semua persetujuan yan dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Berdasarkan ketentuan ini, perjanjian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya

yang dibuat secara tertulis merupakan undang-undang bagi para pihak sehingga

harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik. Para pihak tidak boleh mengabaikan

isi surat perjanjian (kontrak) tersebut yang artinya pelaksanaan perjanjian

pemborongan pekerjaan harus sesuai dengan surat perjanjian yang telah

disepakati. Apabila salah satu pihak melakukan suatu perbuatan yang

menyimpang dari surat perjanjian atau kontrak tersebut maka dapat dikatakan

telah terjadi wanprestasi.

Perjanjian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya merupakan perjanjian

standar karena klausula-klausula dalam kontrak telah dirancang sebelumnya oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) sebagai bagian dari tugas dan tanggung

8
Zaeni Asyahadie, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2013, hal. 66.
9
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


8

jawabnya menurut ketentuan pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015

tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Perpres No. 4 Tahun 2015). Namun

dalam perkembangan saat ini, banyak kontrak yang bermasalah, banyak isi

kontrak yang berat sebelah yakni hanya menguntungkan salah satu pihak tanpa

memperhatikan hak pihak lain, sehingga asas keadilan dan keseimbangan tidak

terlihat lagi dan hasilnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan para pihak.

Asas keseimbangan perlu diperhatikan para pihak supaya kontrak tersebut

mencerminkan keadilan bagi para pihak.

Selain itu, banyak proyek yang dalam proses pengerjaan di lapangan tidak

sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam perjanjian atau kontrak. Misalnya

di Provinsi Jawa Barat, Proyek Taman Kota Mangrak ditinggal Pemborong.10 Di

Kota Samarinda, Ruko Ambruk tewaskan 12 pekerja, sehingga Polisi tetapkan


11
Pemborong tersangka. Jembatan ambruk di Sukabumi tanggung jawab

pemborong.12 Masalah yang sering timbul dari pihak pemborong ialah material

yang digunakan tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, pemborong tidak dapat

menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Masalah yang

timbul dari pihak pemerintah salah satunya adalah keterlambatan pembayaran.

Selain masalah yang timbul dari pihak pemerintah dan pemborong, bencana alam

juga merupakan hambatan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan pemborongan.

10
Dedi Junaedi, Nah Loh, Proyek Taman Kota Mangkrak Ditinggal Pemborong,
https://www.faktajabar.co.id/nah-loh-proyek-taman-kota-mangkrak-ditinggal-pemborong/ diakses
pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 10.54 WIB.
11
Try, RukoAmbruk Tewaskan 12 Pekerja, Polisi Tetapkan Pemborong
Tersangka,https://news.detik.com/berita/2609523/ruko-ambruk-tewaskan-12-pekerja-polisi-
tetapkan-pemborong-tersangka, diakses pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 11.02 WIB.
12
Riga Nurul Iman, Jembatan Ambruk di Sukabumi Tanggungjawab
Pemborong,http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/02/05/p3ogkr280-jembatan-
ambruk-di-sukabumi-tanggung-jawab-pemborong, diakses tanggal 26 Februari 2018 pukul 11.22
WIB.

Universitas Sumatera Utara


9

Dalam pelaksanaan perjanjian, para pihak juga harus memperhatikan

ketentuan hukum yang berlaku, karena di lapangan banyak pihak yang menjadi,

terdakwa dalam kasus suap dan korupsi pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Analisis Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Swadaya Mitra Bangsa

(YASMIB) Sulawesi mengatakan 80% (delapan puluh persen) tindak pidana

korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah

Korupsi Barang dan Jasa.13 Hal ini menjadi bukti bahwa pengadaan barang dan

jasa di Indonesia bahwa meskipun sudah melalui proses tender elektronik, tetapi

masih terdapat beberapa pihak yang melakukan penyelewengan.

Demikian halnnya dengan perjanjian pemborongan antara Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV.

Priera Jaya dimana dana pekerjaan rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi ini

adalah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten Toba Samosir tahun 2017 sehingga para pihak harus memahami

ketentuan hukum yang berlaku supaya tidak terjadi pelanggaran hukum.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih

lanjut mengenai pelaksanaan perjanjian pemborongan dalam bentuk skripsi yang

berjudul: “ANALISIS HUKUM PERDATA TERHADAP SURAT PERJANJIAN

(KONTRAK) NO. 10 / KTR-DAK / APBD / SDA / PUPR / 2017 TENTANG

REHABILITASI / PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI DI KABUPATEN

TOBA SAMOSIR”.

13
ICW, 80 Persen kasus KPK adalah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa,
Yasmib.org/2017/09/16/80-persen-kasus-di-kpk-adalah-korupsi-pengadaan-barang-d an-jasa/,
diakses tanggal 22 Mei 2018 pukul 23.50 WIB.

Universitas Sumatera Utara


10

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut.

1. Apakah proses terjadinya dan pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No.

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 sudah sesuai dengan ketentuan

hukum yang berlaku?

2. Apa yang menjadi hak dan kewajiban para pihak dalam Surat Perjanjian

(Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR?

3. Bagaimana upaya penyelesaian para pihak apabila terjadi perselisihan dalam

pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/

PUPR?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang sudah

disebutkan sebelumnya. Melalui penulisan ini yang ingin dicapai adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui apakah proses terjadinya dan pelaksanaan surat perjanjian

(kontrak) Nomor: 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 sudah sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku.

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban para pihak dalam surat perjanjian

(kontrak) Nomor: 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR /2017.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya penyelesaian para pihak jika terjadi

perselisihan dalam pelaksanaan surat perjanjian (kontrak) Nomor: 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR /2017.

Universitas Sumatera Utara


11

D. Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis

Penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan dan

akademisi untuk menambah literatur dalam bidang hukum perdata pada

umumnya dan perjanjian pemborongan pada khususnya sehingga dapat lebih

mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan. Penulisan skripsi ini juga

diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dalam pembuatan karya

ilmiah dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan di bidang

hukum yang pernah penulis dapatkan selama kuliah di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

2. Secara Praktis

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi, bahan masukan serta

sumbangan pemikiran bagi para Praktisi, Pemerintah, dan seluruh masyarakat

Indonesia dalam mempelajari tentang perjanjian pemborongan pekerjaan agar

dalam pelaksanaannya, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

E. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan, “suatu upaya pencarian” dan

bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap sesuatu objek yang mudah

terpegang, di tangan.Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu

research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari).Dengan

demikian secara logawiyah berarti “mencari kembali”.14

14
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2015, hal. 37.

Universitas Sumatera Utara


12

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali

itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut

untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul di dalam gejala-gejala yang bersangkutan.15

Dalam penelitian hukum ini penulis akan menggunakan cara-cara atau

metode-metode tertentu sebagai berikut:

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya dari data penelitian yang

dianalisis dapat menggambarkan pelaksanaan surat perjanjian (kontrak) antara

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan

CV. Priera Jaya. Dalam Penulisan skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan

adalah memakai pendekatan gabungan antara penelitian hukum normatif dan

penelitian hukum empiris. Penelitian hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan

kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma

hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum,

kaidah hukum, dan sistematika hukum. Sedangkan penelitian yuridis empiris

adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mendapat data primer, yang

diperoleh melalui wawancara dengan pihak tertentu yang berkaitan dengan

Perjanjian Pemborongan antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya

2. Sumber Data

15
Ibid.,hal. 38.

Universitas Sumatera Utara


13

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

didukung data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama dan data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen

resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.

Data sekunder terdiri dari:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai sifat

mengikat atau memiliki otoritas. Bahan hukum dalam skripsi ini terdiri dari

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Peraturan Presiden No.

4 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa, Undang-Undang

No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang diperoleh dari buku hukum yang

memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian

dan pendapat dari pakar hukum. Termasuk juga semua dokumen yang

merupakan informasi atau merupakan kajian berbagai media seperti koran,

majalah, artikel-artikel yang dimuat di berbagai website di internet.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan informasi hukum yang baik dan

terdokumentasi atau tersaji melalui media, yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

seperti kamus hukum, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan sebagainya.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

a. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penulis mencari dan

mengumpulkan serta mempelajari informasi sebanyak-banyaknya dengan

melakukan penelitian terhadap peraturan perundang-undangan, buku karangan

Universitas Sumatera Utara


14

para sarjana dan ahli hukum serta situs internet yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

b. Penelitian lapangan (field research) yaitu penulis melakukan wawancara

terkait pelaksanaan perjanjian pemborongan terhadap Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Toba Samosir dan CV. Priera Jaya untuk melengkapi bahan yang

diperoleh dalam penelitian kepustakaan di atas.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan tindak lanjut proses pengolahan data yang

dilakukan peneliti yang melakukan kecermatan, ketelitian dan pencurahan daya

pikir yang optimal. Metode yang digunakan penulis untuk menganalisis data

adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara

sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan

masalah yang dibahas dan hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, diketahui bahwa skripsi

dengan judul “Analisis Hukum Perdata Terhadap Surat Perjanjian (Kontrak) No.

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 tentang Rehabilitasi/Pemeliharaan

Jaringan Irigasi di Kabupaten Toba Samosir” belum pernah ditulis di Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyusun tulisan ini melalui media referensi buku-buku, media

elektronik (internet) sebagai sarana penunjang informasi jaringan perpustakaan

terluas, dan wawancara dengan pihak Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kabupaten Toba Samosir serta CV. Priera Jaya. Dari hasil penelusuran

Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara


15

Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 21 Februari 2018 menyatakan

bahwa tidak ada judul skripsi yang sama.

Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media

elektronik, belum pernah dilakukan pembahasan skripsi yang berjudul di atas dan

ini adalah murni hasil penelitian dan pemikiran penulis dalam rangka melengkapi

tugas memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas

Sumatera Utara.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan secara sistematis sangat

diperlukan untuk memudahkan dalam membaca dan memahami serta memperoleh

manfaat dari penulisan skripsi tersebut. Untuk memudahkan hal tersebut, maka

penulisan skripsi ini dibuat secara menyeluruh mengikat kerangka dasar yang

terbagi dalam bab per bab yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab pertama skripsi ini akan membahas tentang latar belakang

penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, keaslian penulisan dan sistematika

penulisannya.

BAB II: TINJAUAN HUKUM MENGENAI PROSES TERJADINYA SURAT

PERJANJIAN (KONTRAK) NO.10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

Dalam bab kedua skripsi ini berisi tinjauan hukum mengenai proses

terjadinya Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/

Universitas Sumatera Utara


16

PUPR/2017 dimana sub bab pembahasan bab kedua ini yaitu pengertian

dan unsur-unsur perjanjian, asas-asas dan syarat sahnya perjanjian,

berakhirnya perjanjian dan proses terjadinya Surat Perjanjian (Kontrak)

NO. 10 /KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

BAB III: HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM SURAT

PERJANJIAN (KONTRAK) NO. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

Dalam bab ketiga skripsi ini berisi hak dan kewajiban para pihak dalam

Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017,

dimana sub pembahasan dari bab ketiga ini yaitu pengertian dan dasar

hukum perjanjian pemborongan, pihak-pihak dan jenis-jenis perjanjian

pemborongan, berakhirnya perjanjian pemborongan dan hak dan

kewajiban para pihak dalam Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017.

BAB IV: UPAYA PENYELESAIAN PARA PIHAK JIKA TERJADI

PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN SURAT PERJANJIAN

(KONTRAK) NO. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

Dalam bab keempat skripsi ini berisi upaya penyelesaian para pihak jika

terjadi perselisihan dalam pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No.

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017, dimana sub pembahasan dari bab

keempat ini adalah proses pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No:

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017, kendala yang dihadapi para pihak

dalam proses pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 dan upaya penyelesaian para pihak apabila

Universitas Sumatera Utara


17

terjadi perselisihan dalam pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No.

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

BAB V: PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini. Dimana bab

ini berisi kesimpulan penelitian dan saran yang dianggap perlu.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN MENGENAI PROSES TERJADINYA SURAT PERJANJIAN


(KONTRAK) NO.10/KTR/DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

A. Pengertian dan Unsur-Unsur Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Istilah “Perjanjian” merupakan kesepadanan dari istilah “Overeenkomst”

dalam bahasa Belanda, atau “Agreement” dalam bahasa Inggris.16 Secara yuridis

pengertian perjanjian terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi “Suatu

Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih.”

Para Sarjana Hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa defenisi

perjanjian yang terdapat dalam ketentuan diatas tidak lengkap dan terlalu luas.

Dikatakan tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian

sepihak saja. Defenisi tersebut dikatakan juga terlalu luas karena dapat mencakup

perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang juga

merupakan perjanjian, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur

dalam KUHPerdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III

kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain dinilai dengan uang.17

Dari pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata tersebut

menurut J. Satrio nampak ada 3 kelemahan yaitu:18

a. Kata “Perbuatan” atau “rechtshandeling” disini mengandung makna yang

dalam skema peristiwa hukum, maka peristiwa hukum yang timbul karena

16
Munir Fuady (I), Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hal. 2.
17
Mariam Darus Badrulzaman (I), Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 65.
18
J. Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal. 20-23.

18

Universitas Sumatera Utara


19

perbuatan/tindakan manusia meliputi baik “tindakan hukum” maupun

“tindakan manusia yang lain” (yang bukan tindakan hukum).

b. Kata “dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih”. Setiap orang yang membaca kalimat tersebut akan

membayangkan adanya satu orang atau lebih yang terikat kepada satu orang

atau lebih lainya. Jadi kesan yang timbul adalah : di satu pihak ada kewajiban

dan dilain pihak ada hak. Yang demikian itu hanya cocok untuk perjanjian

yang sepihak, sebab di dalam perjanjian yang timbal-balik pada kedua pihak

ada baik hak maupun kewajiban.

c. Pengertian perjanjian disitu tidak memperlihatkan adanya consensus atau

sepakat atau persetujuan dan tidak mempunyai tujuan yang jelas.

Demikian halnya menurut Abdulkadir Muhammad, bahwa defenisi

perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut masih terdapat beberapa

kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:19

1. Hanya menyangkut sepihak saja

Hal ini dapat disimak dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan

dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikatkan”

merupakan kata kerja yang sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak

berasal dari kedua pihak. Sedang maksud perjanjian itu adalah para pihak

saling mengikatkan diri, sehingga tampaklah kekurangannya. Seharusnya

pengertian perjanjian itu ditambah dengan rumusan “saling mengikatkan diri”.

2. Kata perbuatan mencakup juga kata kesepakatan (consensus)

19
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1990, hal. 88.

Universitas Sumatera Utara


20

Pengertian kata “perbuatan” berarti termasuk juga tindakan mengurus

kepentingan orang lain (zaakwaarneming) dan perbuatan melawan hukum

(onrechtmatige daad). Hal ini menunjukkan makna kata “perbuatan” itu

sangatlah luas dan dapat menimbulkan akibat hukum.Seharusnya dalam

kalimat tersebut dipakai kata “persetujuan”.

3. Pengertian perjanjian terlalu luas

Perjanjian yang dikehendaki dalam Buku Ketiga KUHPerdata adalah

perjanjian yang bersifat kebendaan, bukanlah perjanjian yang bersifat

personal.Sementara itu, pengertian perjanjian dalam Pasal tersebut dianggap

terlalu luas, karena mencakup juga perlangsungan perkawinan, janji kawin,

yang dimana hal ini diatur dalam lapangan hukum keluarga.

4. Tanpa menyebut tujuan

Dalam perumusan Pasal itu tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian,

sehingga para pihak yang mengikatkan diri tersebut dianggap tidak jelas

tujuannya saling mengikatkan diri.

Karena rumusan perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata banyak

mengandung kelemahan maka muncullah doktrin yang mencoba melengkapi

pengertian perjanjian tersebut. Beberapa pengertian perjanjian menurut para ahli

hukum adalah sebagai berikut

Menurut Subekti, “suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana

seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal”.20

20
Subekti (1), Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta, 2001, hal. 36.

Universitas Sumatera Utara


21

Menurut Sudikno Mertokusumo, “Perjanjian adalah hubungan hukum

antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat

hukum”.21

Menurut M. Yahya Harahap, “Perjanjian atau verbintenis mengandung

pengertian suatu hubungan hukum harta kekayaan atau harta benda antara dua

orang atau lebih yang memberikekuatan hak kepada suatu pihak untuk

memperoleh suatu prestasi dan sekaligus mewajibkan para pihak lain untuk

menunaikan prestasi”.22

Menurut Prodjodikoro, “Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum

mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau

dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak berjanji untuk

melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak

lain berhak untuk pelaksanaan janji itu”.23

Menurut Setiawan, “Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih”.24

Dalam perkembangannya, pengertian perjanjian tersebut mengalami

perubahan sebagaimana dikemukakan oleh J. Van Dunne, menyebutkan

Perjanjian ditafsirkan sebagai suatu hubungan hukum penawaran dari satu pihak

dan perbuatan hukum penerimaan dari pihak lain. 25 Dilihat dari beberapa

pengertian mengenai perjanjian diatas maka dapat dikatakan bahwa perjanjian

21
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogjakarta, 1988,
hal. 96.
22
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1966, hal. 6.
23
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Bale, Bandung, 1986, hal. 9.
24
Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, 1979, hal. 4.
25
Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.
47.

Universitas Sumatera Utara


22

berisi hak dan kewajiban yang terdapat dalam diri masing-masing pihak untuk

dilaksanakan yang dibuat secara lisan maupun tertulis untuk menjamin kepastian

hukum. Hal-hal yang diperjanjikan adalah :26

1. Perjanjian memberi atau menyerahkan sesuatu barang (misalnya: jual-beli,

tukar-menukar, sewa-menyewa, hibah dan lain-lain)

2. Perjanjian berbuat sesuatu (misalnya: perjanjian perburuhan dan lain-lain)

3. Perjanjian tidak berbuat sesuatu (misalnya: tidak membuat tembok yang

tinggi-tinggi, dan lain sebagainya).

2. Unsur-Unsur Perjanjian

Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi “suatu persetujan adalah suatu

perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain

atau lebih”. Menurut Abdulkadir Muhammad dalam bukunya menyatakan unsur-

unsur perjanjian sebagai berikut:27

1. Ada pihak-pihak

Dalam suatu perjanjian paling tidak terdapat pihak-pihak yang mana pihak-

pihak inilah yang kemudian disebut dengan subjek perjanjian. Subjek

perjanjian ini dapat berupa manusia pribadi dan badan hukum. Dalam

melaksanakan suatu perjanjian para subjek hukum ini haruslah orang-orang

yang cakap dalam melakukan perbuatan hukum seperti yang telah ditetapkan

dalam undang-undang. Orang-orang yang dibawah umur, orang yang tidak

waras dianggap tidak cakap hukum sehingga orang tersebut dianggap tidak

boleh melaksanakan perjanjian.

2. Ada persetujuan antara pihak-pihak

26
Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, Cakrawala, Yogyakarta, 2012, hal. 12.
27
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 79.

Universitas Sumatera Utara


23

Perjanjian baru disebut berlaku apabila terdapat persetujan diantara para

pihak. Persetujuan disini bersifat tetap, bukan lagi disebut sebagai proses

sedang berunding. Adapun yang dimaksud dengan berunding adalah tindakan-

tindakan pendahuluan untuk menuju kepada adanya persetujuan. Dalam hal

ini, persetujuan tersebut ditunjukkan dengan penerimaan tanpa syarat atas

suatu tawaran, maksudnya adalah apa yang ditawarkan oleh pihak yang satu

diterima oleh pihak yang lainnya. Dalam perundingan tersebut hal-hal yang

dibahas umumnya tentang syarat-syarat dan mengenai objek perjanjian.

Dengan disetujuinya oleh masing-masing pihak tentang syarat-syarat dan

objek perjanjian itu, maka timbullah persetujuan dan persetujuan ini yang

kemudian menjadi salah satu syarat sahnya suatu perjanjian.

3. Ada tujuan yang dicapai

Setiap perjanjian yang lahir tentunya memiliki tujuan, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan pihak-pihak itu, yang mana kebutuhan tersebut hanya dapat

dipenuhi apabila mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Perjanjian yang

dibuat para pihak tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan dan tidak dilarang oleh undang-undang.

4. Ada prestasi yang akan dilaksanakan

Lahirnya suatu perjanjian mengakibatkan timbulnya kewajiban bagi para

pihak untuk melaksanakan suatu prestasi. Prestasi merupakan kewajiban yang

harus dipenuhi oleh pihak-pihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian,

misalnya dalam hal jual-beli pembeli berkewajiban membayar harga barang

dan penjual berkewajiban menyerahkan barang. Dalam Hukum Perdata

prestasi diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata.

Universitas Sumatera Utara


24

5. Ada bentuk tertentu

Dalam melaksanakan suatu perjanjian, bentuk dari perjanjian tersebut harus

ditentukan, karena ada ketentuan undang-undang yang menyatakan bahwa

hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian memiliki kekuatan mengikat

dan kekuatan bukti. Biasanya bentuk tersebut dibuat berupa akta. Selain

perjanjian yang dibuat secara tertulis, ada juga perjanjian yang dibuat secara

lisan, yaitu hanya dengan kata-kata yang jelas maksud dan tujuannya yang

dapat dipahami oleh pihak-pihak,itu dirasa sudah cukup, kecuali para pihak

yang menghendaki supaya dibuat secara tertulis (akta).

6. Ada syarat-syarat tertentu

Syarat-syarat tertentu yang dimaksud disini sebenarnya sebagai isi perjanjian,

karena dari syarat-syarat inilah kemudian diketahui hak dan kewajiban pihak-

pihak. Syarat-syarat yang dimaksud adalah syarat subjektif dan syarat objektif.

Dari penjelasan di atas, maka unsur-unsur yang ada dalam suatu perjanjian

dapat dikelompokkan menjadi :28

1. Unsur essensialia

Unsur essensialia adalah unsur perjanjian yang selalu harus ada dalam setap

perjanjian. Tanpa adanya unsur ini maka perjanjian tidak mungkin ada.

Sebagai contoh, dalam suatu perjanjian jual-beli harus ada barang dan harga

yang disepakati sebab tanpa barang dan harga yang disepakati sebelumnya

maka perjanjian jual-beli tidak mungkin dapat dilaksanakan.

2. Unsur naturalia

28
Budiman N.P.D. Sinaga, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari Perspektif
Sekretaris, Radjagrafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 19.

Universitas Sumatera Utara


25

Unsur naturalia adalah unsur perjanjian yang diatur dalam undang-undang,

tetapi dapat diganti atau disingkirkan oleh para pihak. Undang-undang dalam

hal ini hanya bersifat mengatur atau menambah (regelend/aan vullend).

Sebagai contoh, dalam suatu perjanjian jual beli dapat diatur tentang

kewajiban penjual untuk menanggung biaya penyerahan.

3. Unsur accidentalia

Unsur accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh pihak

sebab undang-undang tidak mengatur tentang hal itu. Sebagai contoh

perjanjian jual-beli rumah beserta alat-alat rumah tangga.

B. Asas-Asas dan Syarat Sah Perjanjian

1. Asas-Asas Perjanjian

Dalam Hukum Perjanjian dikenal banyak asas, diantaranya adalah sebagai

berikut :

a. Asas Konsensualisme

Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 dan pasal 1338

KUHPerdata.Dalam Pasal 1320 KUHPerdata penyebutannya tegas sedangkan

dalam pasal 1338 KUHPerdata ditemukan istilah “Semua”. Kata-kata “Semua”

menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan

keinginannya (will), yang dirasanya baik untuk menciptakan perjanjian. Asas ini

sangat erat hubungannya dengan asas kebebasan mengadakan perjanjian. 29

Berdasarkan Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata, dinyatakan bahwa salah satu syarat

sahnya perjanjian adalah kesepakatan kedua belah pihak. artinya bahwa perikatan

29
Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal. 87.

Universitas Sumatera Utara


26

pada umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya

kesepakatan para pihak. kesepakatan tersebut dapat dibuat secara lisan maupun

dituangkan dalam bentuk tulisan berupa akta, jika dikehendaki sebagai alat bukti.

Perjanjian yang dibuat secara lisan didasarkan pada asas bahwa “manusia itu

dapat dipegang mulutnya” artinya dapat dipercaya dengan kata-kata yang

diucapkannya.30

Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum romawi dan hukum

jerman. Di dalam hukum germani tidak dikenal asas konsensualisme, tetapi yang

dikenal adalah perjanjian rill dan perjanjian formal. Perjanjian rill adalah suatu

perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (kontan dalam hukum adat)

sedangkan yang disebut perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah

ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta autentik maupun akta

dibawah tangan). Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus verbis literis

dan contractus innominat. Yang artinya bahwa terjadinya perjanjian apabila

memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal

dalam KUHPerdata adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.31

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat

(1) KUHPerdata menyatakan bahwa: “semua perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

30
Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta,
2011, hal 227-228.
31
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori&Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2003, hal. 10.

Universitas Sumatera Utara


27

Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk memberikan jaminan kebebasan kepada seseorang

untuk:32

1. Membuat atau tidak perjanjian;

2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya; dan

4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu dasar yang menjamin

kebebasan orang dalam melakukan kontrak. Asas kebebasan berkontrak

merupakan sifat atau ciri khas dari Buku III KUHPerdata, yang hanya mengatur

para pihak, sehingga para pihak dapat saja mengenyampingkannya, kecuali

terhadap pasal-pasal tertentu yang sifatnya memaksa. Para pihak menurut

kehendak bebasnya masing-masing dapat membuat perjanjian dan setiap orang

bebas mengikatkan diri dengan siapapun yang ia kehendaki. Pihak-pihak bebas

menentukan cakupan isi serta persyaratan dari suatu perjanjian dengan ketentuan

bahwa perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan, baik dengan peraturan

perundang-undangan yang bersifat memaksa, ketertiban umum, maupun

kesusilaan.33

Asas kebebasan berkontrak ini merupakan konsekuensi dari berlakunya

asas kontrak sebagai hukum mengatur. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan

asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang mengajarkan bahwa para pihak

dalam kontrak pada prinsipnya bebas untuk membuat atau tidak membuat kontrak,

demikian juga kebebasannya untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.


32
Ibid., hal. 9.
33
Herlien Budiono, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hal. 31.

Universitas Sumatera Utara


28

Sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh dalam satu sistem, maka

penerapan asas kebebasan berkontrak sebagaimana tersimpul dari substansi Pasal

1338 (1) KUHPerdata harus juga dikaitkan dengan kerangka pemahaman pasal-

pasal atau ketentuan-ketentuan yang lain, yaitu:34

a. Pasal 1320 KUHPerdata, mengenai syarat sahnya perjanjian (kontrak).

b. Pasal 1335 KUHPerdata, yang melarang dibuatnya kontrak tanpa kausa, atau

dibuat berdasarkan suatu kausa yang palsu atau yang terlarang, dengan

konsekuensi tidaklah mempunyai kekuatan.

c. Pasal 1337 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa suatu sebab adalah

terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan

dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

d. Pasal 1338 (3) KUHPerdata, yang menetapkan bahwa kontrak harus

dilaksanakan dengan iktikad baik.

e. Pasal 1339 KUHPerdata, menunjuk terikatnya perjanjian kepada sifat,

kepatutan, kebiasaan dan undang-undang. Kebiasaan yang dimaksud dalam

Pasal 1339 KUHPerdata bukanlah kebiasaan setempat, akan tetapi ketentuan-

ketentuan yang dalam kalangan tertentu selalu diperhatikan

f. Pasal 1347 KUHPerdata mengatur mengenai hal-hal yang menurut kebiasaan

selamanya disetujui untuk secara diam-diam dimasukkan dalam kontrak

(bestanding gebruiklijk beding).

Apabila mengacu pada rumusan Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang

dibingkai oleh Pasal-Pasal lain dalam satu kerangka sistem hukum kontrak (vide

Pasal 1320, 1335, 1337, 1338 (3) serta 1339 KUHPerdata), maka penerapan asas

34
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak
Komersial, Kencana, Jakarta, 2010, hal. 117-118.

Universitas Sumatera Utara


29

kebebasan berkontrak ternyata perlu dibingkai oleh rambu-rambu hukum lainnya.

Hal ini berarti kebebasan para pihak dalam membuat kontrak perlu

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:35

1. Memenuhi syarat-syarat sahnya kontrak;

2. Untuk mencapai tujuan para pihak, kontrak harus mempunyai kausa;

3. Tidak mengandung kausa palsu atau dilarang undang-undang;

4. Tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, kesusilaan dan ketertiban

umum;

5. Harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Asas kebebasan berkontrak ini merupakan refleksi dari sistem terbuka

(open system) dari hukum kontrak tersebut. Kebebasan berkontrak merupakan

„roh‟ dan „napas‟ sebuah kontrak atau perjanjian, secara implisit memberikan

panduan bahwa dalam berkontrak pihak-pihak diasumsikan mempunyai

kedudukan yang seimbang. Dengan demikian, diharapkan akan muncul kontrak

yang adil dan seimbang pula bagi para pihak.36

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham

individualism yang secara embrional lahir dalam zaman yunani, yang diteruskan

oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui

antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, Jhon Locke dan

Rosseau. Menurut paham individualism, setiap orang bebas untuk memperoleh

apa yang dikehendakinya. Dalam hukum kontrak asas ini diwujudkan dalam
37
“kebebasan berkontrak”. Pada akhir abad ke-19, akibat desakan paham

individualism mulai pudar, terlebih-lebih sejak berakhirnya Perang Dunia II.


35
Ibid., hal. 118.
36
Ibid., hal. 2.
37
Salim H.S, Op. Cit., hal. 9.

Universitas Sumatera Utara


30

Paham ini tidak mencerminkan keadilan. Masyarakat ingin pihak yang lemah

mendapat perlindungan. Oleh karena itu, kehendak bebas tidak lagi diberi arti

mutlak, akan tetapi diberi arti relative dikaitkan selalu dengan kepentingan umum.

Pemerintah sebagai pengemban kepentingan umum menjaga keseimbangan

kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.38

c. Asas Pacta Sunt Servanda

Setiap orang yang membuat kontrak, terikat untuk memenuhi kontrak

tersebut karena kontrak tersebut mengandung janji-janji yang harus dipenuhi dan

janji tersebut mengikat para pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang. 39

Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus

menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana

layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi

terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak. 40 Hal ini dapat dilihat

pada Pasal 1338 ayat (1) yang menentukan bahwa semua perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

Asas pacta sunt servanda berhubungan dengan akibat dari perjanjian.

Istilah „semua perjanjian‟ berarti bahwa pembentuk undang-undang menunjukkan

bahwa perjanjian dimaksud bukanlah semata-mata perjanjian bernama, tetapi juga

perjanjian tidak bernama. 41 Pengertian berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya menunjukkan bahwa undang-undang sendiri mengakui

38
Ibid.
39
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, hal. 5.
40
Salim H.S, Op. Cit., hal. 10.
41
Titik Triwulan Tutik, Op.Cit., hal. 28.

Universitas Sumatera Utara


31

dan menempatkan posisi para pihak dalam kontrak sejajar dengan pembuat

undang-undang.42

Asas pacta sun servanda pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Di

dalam hukum gereja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian apabila ada

kesepakatan kedua belah pihak dan dikuatkan dengan sumpah. Ini mengandung

makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak merupakan

perbuatan sakral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam

perkembangannya asas pacta sunt servanda diberi arti pactum, yang berarti

sepakat tidak perlu dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya.

Sedangkan nudus pactum sudah cukup dengan sepakat saja.43

d. Asas Iktikad Baik

Asas iktikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum

perjanjian. Ketentuan tentang iktikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 (3)

KUHPerdata menyatakan bahwa “suatu peranjian harus dilaksanakan dengan

iktikad baik.” Asas iktikad merupakan asas bahwa para pihak yaitu pihak kreditur

dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau

keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.44

Asas iktikad baik dibagi menjadi dua macam, yaitu iktikad baik nisbi dan

iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik nisbi, orang memperhatikan sikap dan

tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada iktikad baik mutlak, penilaiannya

42
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit., hal. 127.
43
Salim H.S, Op. Cit., hal. 10.
44
Ibid., hal. 10.

Universitas Sumatera Utara


32

terletak pada akal sehat dan keadilan, dibuat ukuran yang objektif untuk menilai

keadaan (penilaian tidak memihak menurut norma-norma yang objektif).45

Asas iktikad baik merupakan salah satu hal penting dalam hukum

perjanjian, artinya dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian harus tidak

merugikan satu sama lain dan harus mengindahkan norma-norma kepatutan dan

kesusilaan. Apabila kemudian hari ditemukan pelaksanaan perjanjian yang

merugikan salah satu pihak, misalnya salah satu pihak melakukan wanprestasi,

maka pihak yang melakukan hal tersebut telah melanggar asas iktikad baik.

Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik merujuk pada

pengertian bahwa sebagai sesuatu yang disepakati dan disetujui oleh para pihak,

pelaksanaan prestasi dalam tiap-tiap perjanjian harus dihormati sepenuhnya dan

perjanjian tersebut sama sekali tidak dimaksudkan untuk merugikan kepentigan

debitor maupun kreditor, maupun pihak ketiga lainnya diluar perjanjian.46

e. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan adalah suatu asas yang dimaksudkan untuk

menyelaraskan pranata-pranata hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian

yang dikenal di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang mendasarkan

pemikiran dan latar belakang individualism pada satu pihak dan cara pikir bangsa

Indonesia pada lain pihak.47

Asas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan

perjanjian, asas ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan, kreditur

mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut

45
Yahman, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak pidana Penipuan yang Lahir dari
Hubungan Kontraktual, Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, hal. 9.
46
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 92.
47
Herlien Budiono, Op. Cit., hal. 33.

Universitas Sumatera Utara


33

pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul pula beban

untuk melaksanakan perjanjian dengan iktikad baik, dapat dilihat bahwa

kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk

memperlihatkan iktikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur

seimbang.48

Sementara itu, di dalam Lokakarya Hukum Perikatan yang

diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BHPN), Departemen

Kehakiman dari tanggal 17 sampai dengan tanggal 19 Desember 1985 telah

berhasil merumuskan delapan asas hukum perikatan nasional yaitu:49

1. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang akan

mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan diantara

mereka dibelakang hari.

2. Asas Persamaan Hukum

Yang dimaksud dengan asas persamaan hukum adalah bahwa subjek hukum

yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang

sama dalam hukum. Mereka tidak dibeda-bedakan antara satu sama lain,

walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama dan ras.

3. Asas keseimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak

memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk

menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut perlunasan prestasi

48
Johanes Ibrahim, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak, Utama,
Bandung, 2003, hal. 93.
49
Salim H.S, Op. Cit., hal. 13-14.

Universitas Sumatera Utara


34

melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk

melaksanakan perjanjian itu dengan iktikad baik.

4. Asas kepastian hukum

Perjanjian sebagai figur hukum harus mengandung kepastian hukum.

Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai

undang-undang bagi yang membuatnya.

5. Asas moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan sukarela

dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk menggugat prestasi

dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam zaakwarneming, yaitu seseorang

melakukan perbuatan dengan sukarela (moral). Yang bersangkutan

mempunyai kewajiban hukum untuk meneruskan dan menyelesaikan

perbuatannya. Salah satu faktor yang memberikan motivasi pada yang

bersangkutan melakukan perbuatan hukum itu adalah didasarkan pada

kesusilaan (moral) sebagai panggilan hati nuraninya.

6. Asas kepatutan

Asas kepatutan tertuang dalam Pasal 1339 KUHPerdata.Asas ini berkaitan

dengan ketentuan mengenai isi perjanjian.

7. Asas kebiasaan

Asas ini dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak

hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-hal

yang menurut kebiasaan lazim diikuti.

8. Asas perlindungan (protection)

Universitas Sumatera Utara


35

Asas perlindungan mengandung penegertian bahwa antara debitur dan kreditur

harus dilindungi oleh hukum.Namun, yang perlu mendapat perlindungan itu

ialah pihak debitur, karena pihak debitur berada pada pihak yang lemah.

2. Syarat Sah Perjanjian

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata untuk sahnya suatu perjanjian

diperlukan empat syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Keempat syarat sahnya perjanjian tersebut selanjutnya dapat dirinci

sebagaimana dikemukakan berikut ini

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya

Syarat pertama untuk terjadinya perjanjian adalah “Sepakat mereka yang

mengikatkan dirinya”. Kesepakatan mengandung pengertian bahwa para pihak

saling menyatakan kehendak masing-masing untuk menutup suatu perjanjian atau

pernyataan pihak yang satu “cocok” atau bersesuaian dengan pernyataan pihak

lain.50 Ada 5 cara terjadinya persesuaian pernyataan kehendak yaitu:51

1) Bahasa yang sempurna dan tertulis;

2) Bahasa yang sempurna secara lisan

3) Bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena

dalam kenyataannya seringkali seorang menyampaikan dengan bahasa yang

tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya;

50
Agus Yudha Hernoko, Op. Cit., hal. 162.
51
Salim H.S, Op. Cit., hal. 33.

Universitas Sumatera Utara


36

4) Bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya;

5) Diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.

Dengan diberlakukannya kata sepakat mengadakan perjanjian berarti

kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan kehendak. Para pihak tidak

mendapat sesuatu tekanan yang mengakibatkan adanya cacat bagi perwujudan

kehendak tersebut. 52 Sebagai hal mendasar yang harus diketahui adalah bahwa

suatu kesepakatan itu harus diberikan secara bebas. Hal ini dapat disimpulkan dari

pasal 1321 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa suatu kesepakatan iu sah

apabila diberikan tidak karena kekhilafan, atau tidak dengan paksaan, ataupun

tidak karena penipuan. Dengan kata lain, suatu kesepakatan harus diberikan bebas

dari kekhilafan, paksaan, ataupun penipuan. Apabila sebaliknya yang terjadi,

kesepakatan itu menjadi tidak sah dan perjanjian yang dibuat menjadi perjanjian

yang cacat (defective Agreement). Ketidaksahan yang disebabkan karena

kesepakatan yang diberikan secara tidak bebas, mengakibatkan perjanjian tersebut

dapat dibatalkan.53

b. Kecakapan untuk membuat perikatan

Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan

akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-

orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap dan

52
Mariam Darus Badrulzaman (II), Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, hal.
73.
53
I.G. Ray Widjaya, Merancang Suatu Kontrak: Contract Drafting, Kesaint Blanc,
Jakrarta, 2008, hal. 47.

Universitas Sumatera Utara


37

berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah dewasa.54

Dalam hal ini undang-undang beranggapan bahwa pada dasarnya setiap orang

adalah cakap untuk membuat perikatan (perjanjian) apabila ia oleh undang-

undang tidak dinyatakan tidak cakap. Jadi, pada prinsipnya semua orang adalah

cakap untuk membuat perjanjian, kecuali ia dinyatakan tidak cakap oleh undang-

undang.55

Mengenai ketidakcakapan, Pasal 1330 KUHPerdata menentukan bahwa

tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah:

1) Orang-orang yang belum dewasa;

2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

3) Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang;

dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang

membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Orang-orang dewasa atau dibawah umur ini dapat dilihat dalam Pasal 330

KUHPerdata yang menyatakan bahwa: “belum dewasa adalah mereka yang belum

mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin dan apabila perkawinannya

bubar sedangkan belum genap 21 tahun mereka tetap dianggap belum dewasa.”

Selain pasal 330 KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

(selanjutnya disebut UU No. 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris) dalam pasal

39 ayat (1) menyatakan dewasa jika sudah berumur 18 tahun atau sudah menikah

Mengenai mereka yang ditaruh dibawah pengampuan, diatur dalam dalam

pasal 433 KUHPerdata “setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan

54
Salim H.S, Op. Cit., hal. 33.
55
I.G.Rai Widjaya, Op. Cit., hal. 48.

Universitas Sumatera Utara


38

dungu, sakit otak atau mata gelap harus ditaruh dibawah pengampuan, pun jika ia

kadang-kadang cakap menggunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga

ditaruh dibawah pengampuan karena keborosannya.” Dengan demikian yang

dimaksud dengan pengampuan adalah suatu keadaan dimana orang dewasa yang

oleh karena sifat-sifat pribadinya, dianggap tidak cakap untuk bertindak sendiri

dalam lalu lintas hukum, seperti imbisil (tolol,dungu, bodoh), lemah daya atau

lemah pikir, sakit otak/sakit ingatan atau mata gelap, pemboros (berperilaku

buruk).

Mengenai hal wanita yang telah bersuami untuk mengadakan suatu

perjanjian ia memerlukan bantuan atau izin dari suaminya, hal ini dapat kita lihat

dalam pasal 108 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “seorang istri, biar ia

kawin diluar persatuan harta kekayaan, atau telah berpisahan dalam hal itu sekali

pun, namun tak bolehlah ia menghibahkan barang sesuatu atau

memindahtangankannya, atau memperolehnya, baik dengan cuma-cuma maupun

atas beban, melainkan dengan bantuan dalam akta, atau dengan izin tertulis dari

suaminya. Seorang istri, biar ia telah dikuasakan oleh suaminya, untuk membuat

suatu akta, atau untuk mengangkat sesuatu perjanjian sekalipun, namun tidaklah ia

karena itu berhak, menerima sesuatu pembayaran, atau memberi perlunasan atas

itu, tanpa izin yang tegas dari suaminya.” Namun berdasarkan Surat Edaran

Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 3 Tahun 1963 tanggal 4 Agustus 1963,

ditentukan bahwa ketentuan pasal 1330 angka 3 KUHPerdata tentang wewenang

seorang istri untuk melakukan perbuatan hukum dan tidak menghadap di depan

pengadilan tanpa izin atau bantuan dari suami sudah tidak berlaku lagi. Pasal 31

angka 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga

Universitas Sumatera Utara


39

menentukan bahwa masing-masing pihak (suami istri) berhak untuk melakukan

perbuatan hukum. Dengan demikian wanita yang bersuami dinyatakan cakap

untuk melakukan perbuatan hukum dan tidak perlu lagi memerlukan bantuan atau

izin dari suami.

c. Suatu Hal Tertentu

Syarat ketiga dari suatu perjanjian haruslah memenuhi “hal tertentu”,

Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang yang menjadi objek suatu

perjanjian. Pasal 1333 KUHPerdata menyatakan “barang yang menjadi objek

suatu perjanjian harus tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan jenisnya,

sedangkan jumlahnya tidak perlu ditentukan asalkan saja kemudian dapat dihitung

atau ditentukan.” Sehingga dalam suatu objek perjanjian itu harus tertentu atau

setidaknya dapat ditentukan jenisnya dengan jelas. Barang-barang yang baru akan

ada dikemudian hari pun dapat menjadi objek perjanjian sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 1334 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Barang-barang yang

baru aka nada dikemudian hari dapat menjadi pokok suatu perjanjian‟‟. Misalnya

perjanjian membeli hasil panen kopi dari satu ladang dalam tahun yang akan

datang adalah sah karena telah memenuhi syarat hal tertentu (Pasal 1333

KUHPerdata), tetapi sebaliknya membeli mobil tanpa keterangan lain tidaklah

memenuhi hal tertentu.56

Berdasarkan kedua pasal tersebut, maka hal tertentu atau objek perjanjian

dapat berupa:57

1) Barang-barang yang dapat diperdagangkan;

2) Minimal sudah ditentukan jenisnya;


56
I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hal. 68.
57
Rudy Haposan Siahaan, Hukum Perikatan Indonesia Teori dan Perkembangannya,
Inteligensi Media, Malang, 2017, hal. 85.

Universitas Sumatera Utara


40

3) Jumlah barang boleh belum ditentukan asal dapat ditentukan atau dihitung

kemudian;

4) Barang yang akan ada dapat menjadi objek perjanjian;

5) Warisan yang belum terbuka tidak boleh dijadikan objek perjanjian.

Oleh karena itu, mengenai hal tertentu ini sudah jelas ditentukan dalam

pasal-pasal di atas kecuali jika barang yang menjadi objek perjanjian tersebut

hanya ditentukan jenisnya, maka berlaku ketentuan bahwa barang yang

diserahkan adalah tidak wajib yang terbaik tetapi tidak boleh yang terburuk.

Di dalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek

perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian). Prestasi adalah apa yang menjadi

kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur. Prestasi ini terdiri

perbuatan positif dan negatif.58 Prestasi terdiri atas:

1) Memberikan sesuatu,

2) Berbuat sesuatu,

3) Tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata)

Misalnya, jual beli rumah. Yang menjadi prestasi/pokok perjanjian adalah

menyerahkan hak milik atas rumah dan menyerahkan uang harga dari

pembelian rumah.59

d. Sebab yang Halal

Dalam suatu perjanjian diperlukan adanya sebab yang halal, artinya sebab-

sebab hukum yang menjadi dasar perjanjian yang tidak dilarang oleh peraturan,

keamanan dan ketertiban umum dan sebagainya. 60 Istilah kata halal bukanlah

lawan kata haram dalam hukum islam, tetapi yang dimaksud sebab yang halal
58
Salim H.S, Op.Cit., hal. 34.
59
Ibid.
60
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit., hal. 226.

Universitas Sumatera Utara


41

adalah bahwa isi kontrak tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan. 61 Pasal 1337 KUHPerdata menyatakan bahwa “suatu sebab adalah

terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan

kesusilaan baik atau ketertiban umum.” Dengan demikian suatu perjanjian harus

memuat suatu kausa yang diperbolehkan atau legal. Apabila suatu perjanjian

dibuat karena sebab yang palsu atau terlarang maka konsekuensinya adalah tidak

mempunyai kekuatan. Hal ini diatur dalam Pasal 1335 KUHPerdata yang

berbunyi: “suatu perjanjian tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu

sebab yang palsu atau terlarang tidak mempunyai kekuatan.”

Menurut yurisprudensi yang ditafsirkan dengan causa adalah isi atau

maksud dari perjanjian. Melalui syarat causa, di dalam praktik, maka ia

merupakan upaya untuk menempatkan perjanjian di bawah pengawasan hakim.

Artinya hakim dapat menguji apakah tujuan dari perjanjian itu dapat dilaksanakan

dan apakah isi perjanjian tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban

umum dan kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 1335 sampai dengan Pasal

1337 KUHPerdata. 62 Pembuat undang-undang berpandangan bahwa perjanjian

mungkin juga diadakan tanpa sebab atau dibuat karena sesuatu sebab yang palsu

atau terlarang. Perjanjian yang dibuat dengan sebab yang demikian tidak

mempunyai kekuatan hukum. 63 Konsekuensi apabila syarat sebab yang halal

sebagaimana yang dimaksud Pasal 1320 KUHPerdata tidak dipenuhi maka

perjanjian tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum dan merupakan perjanjian

yang batal demi hukum.

61
Ahmadi Miru, Op. Cit., hal 30.
62
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit., hal. 226.
63
Mohd. Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan Industrial, Sarana
Bhakti Persada, Jakarta, 2005, hal. 17.

Universitas Sumatera Utara


42

Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif karena menyangkut

pihak-pihak yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan keempat

disebut syarat objektif karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat

pertama dan kedua tidak terpenuhi, maka perjanjian tersebut dapat dibatalkan.

Artinya, salah satu pihak dapat mengajukan pada Pengadilan untuk membatalkan

perjanjian yang disepakatinya, tetapi apabila para pihak tidak ada yang keberatan,

perjanjian tersebut telah dianggap sah. Adapun syarat ketiga dan keempat apabila

tidak dipenuhi, perjanjian tersebut batal demi hukum. Artinya dari semula

perjanjian tersebut dianggap tidak ada.64 Perjanjian dapat dibedakan berbagai cara.

Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:65

a. Perjanjian Timbal Balik

Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok

bagi kedua belah pihak. misalnya perjanjian jual beli.

b. Perjanjian Cuma-Cuma

Perjanjian dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan

bagi salah satu pihak saja. Misalnya hibah

c. Perjanjian Atas Beban

Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana prestasi dari pihak yang satu

merupakan kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada

hubungannya menurut hukum

d. Perjanjian Bernama

Perjanjian bernama (khusus) adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri.

Maksudnya perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk


64
Firman Floranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung,
2014, hal. 87.
65
Mariam Darus Badrulzaman (I), Op. Cit., hal. 66-69.

Universitas Sumatera Utara


43

Undang-Undang berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.

Perjanjian ini diatur dalam Bab V sampai dengan Bab XVIII KUHPerdata.

e. Perjanjian Tidak Bernama adalah perjanjian-perjanjian yang tidak diatur

dalam KUHPerdata, tetapi terdapat dalam masyarakat. Perjanjian ini seperti

perjanjian pemasaran, perjanjian kerja sama. Di dalam prakteknya, perjanjian

ini lahir adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak mengadakan

perjanjian.

f. Perjanjian Obligatoir

Perjanjian Obligatoir adalah perjanjian dimana pihak-pihak sepakat untuk

melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain (perjanjian yang

menimbulkan perikatan)

g. Perjanjian Kebendaan

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan

haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang membebankan kewajiban

pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain

h. Perjanjian Konsensual

Perjanjian konsensual adalah perjanjian dimana diantara kedua belah pihak

tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan.

i. Perjanjian Rill

Di dalam KUHPerdata ada juga perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi

penyerahan barang. Perjanjian ini dinamakan perjanjian rill. Misalnya,

perjanjian penitipan barang, pinjam pakai.

j. Perjanjian Liberatoir

Universitas Sumatera Utara


44

Perjanjian Liberatoir adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri

dari kewajiban yang ada. Misalnya, pembebasan hutang.

k. Perjanjian Pembuktian

Perjanjian pembuktian adalah perjanjian antara pihak untuk menentukan

pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka.

l. Perjanjian Untung-Untungan

Perjanjian Untung-untungan adalah perjanjian yang objeknya ditentukan

kemudian. Misalnya, perjanjian asuransi.

m. Perjanjian Publik.

Perjanjian Publik adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai

oleh hukum publik, karena salah satu pihak yang bertindak adalah Pemerintah

dan pihak lainnya adalah swasta. Di antara keduanya terdapat hubungan atasan

dengan bawahan, (subordinated) jadi tidak berada dalam kedudukan yang

sama (Co-ordinated), Misalnya, perjanjian ikatan dinas.

n. Perjanjian Campuran

Perjanjian campuran adalah perjanjian yang mengandung berbagai unsur

perjanjian. Misalnya pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa menyewa)

tetapi menyajikan pula makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan.

Terhadap perjanjian campuran itu ada beberapa paham. Paham pertama

mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai perjanjian khusus

diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus tetap

ada (contractus kombinasi), Paham kedua mengatakan ketentuan-ketentuan

yang dipakai adalah ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang paling

menentukan (teori absorbsi).

Universitas Sumatera Utara


45

C. Berakhirnya Perjanjian

Berakhirnya suatu perjanjian artinya selesainya atau hapusnya suatu

perjanjian yang diadakan antara dua pihak. Berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata,

perikatan-perikatan hapus dikarenakan:

1. Karena pembayaran;

2. Karena penawaran;

3. Karena pembaharuan utang;

4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;

5. Karena pencampuran utang;

6. Karena pembebasan utangnya;

7. Karena musnahnya barang yang terutang;

8. Karena kebatalan atau pembatalan;

9. Karena berlakunya suatu syarat batal;

10. Karena lewat waktunya.

Penjelasan mengenai berakhirnya suatu perjanjian dapat dirinci sebagai

berikut:

1. Pembayaran

Pemenuhan kewajiban merupakan salah satu cara untuk berakhirnya

perikatan yang diatur dalam Buku ke 3 dan ke 4, tentang hapusnya perikatan-

perikatan. Pemenuhan kewajiban (nakomen) dan pembayaran (betalen) serta

pelaksanaan janji (vooldoen aan) menunjuk pada hal yang sama, yakni

pelaksanaan prestasi sesuai dengan isi perjanjian.66

66
Herlien Budiono, Op. Cit., hal. 167.

Universitas Sumatera Utara


46

Istilah “pembayaran” dalam hukum perikatan berbeda dengan istilah

dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pembayaran sejumlah uang, tetapi pembayaran

adalah setiap tindakan, pemenuhan prestasi, walau bagaimanapun sifat dari

prestasi itu. Penyerahan barang oleh penjual, berbuat sesuatu atau tidak berbuat

sesuatu adalah merupakan pemenuhan prestasi pun disebut pembayaran. Pada

umumnya, dengan dilakukannya pembayaran, perikatan menjadi hapus, tetapi ada

kalanya bahwa perikatannya tetap ada dan pihak ketiga menggantikan kedudukan

kreditor semula/subrogasi (pasal 1400 KUHPerdata).67

Pembayaran itu sah apabila dilakukan oleh orang yang berhak

menerimanya dan berkuasa atas pembayaran itu. Mengenai siapa yang harus

membayar, pembayaran dilakukan oleh debitor dan dapat dilakukan oleh

penanggung utang atau orang yang turut berutang. Perikatan bahkan dapat

dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak mempunyai kepentingan, asal saja pihak

ketiga tersebut bertindak atas nama debitor dan ketika bertindak atas namanya

sendiri tidak menggantikan hak-hak si berpiutang (Pasal 1382 KUHperdata).

Kemudian mengenai kepada siapa pembayaran itu dilakukan. Pasal 1385

KUHPerdata menyebutkan kepada siapa pembayaran/pemenuhan kewajiban

dilakukan.68 Pembayaran menurut ketentuan ini dapat dilakukan kepada :69

a. Kreditor.

b. Seseorang yang telah diberi kuasa oleh oleh kreditur menerima pembayaran.

c. Atau kepada seseorang yang dikuasakan oleh hakim.

d. Atau seseorang yang oleh undang-undang ditentukan menerima pembayaran

bagi kreditor.
67
Titik Triwulan Tutik, Op. Cit., hal. 244-245.
68
Herlien Budiono, Op. Cit., hal.169. 171.
69
Ibid., hal.171.

Universitas Sumatera Utara


47

2. Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau penitipan

Apabila seorang kreditor menolak pembayaran yang dilakukan oleh

debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai atas utangnya, dan

jika kreditor masih menolak, debitur dapat menitipkan uang atau barangnya di

pengadilan. Penawaran pembayaran yang diikuti dengan penitipan uang atau

barang di pengadilan, membebaskan debitur dan berlaku baginya sebagai

pembayaran asal penawaran itu dilakukan berdasarkan undang-undang, dan apa

yang dititipkan itu merupakan atas tanggungan si kreditor.70

3. Pembaharuan Utang

Pembaharuan utang atau novasi diatur dalam pasal 1413 KUHPerdata

sampai dengan Pasal 1427 KUHPerdata. Novasi adalah sebuah persetujuan,

dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus

dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. 71 Didalam pasal 1413

KUHPerdata, novasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) novasi objektif, (2)

novasi subjektif yang pasif dan (3) novasi subjektif.

Novasi objektif, yaitu suatu perjanjian yang dibuat antara debitur dan

kreditur, di mana perjanjian lama dihapuskan. Ini berkaitan dengan objek

perjanjian. Novasi Subjektif yang pasif, yaitu perjanjian yang dibuat antara

kreditur dan debitur, namun debiturnya diganti oleh debitur yang baru, sehingga

debitur lama dibebaskan. Novasi subjektif yang aktif, yaitu penggantian kreditur,

di mana kreditur lama dibebaskan dari kontrak, dan kemudian muncul kreditur

baru dengan debitur lama.Inti novasi ini adalah penggantian kreditur.72

4. Perjumpaan utang atau kompensasi


70
Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 96.
71
Salim H.S, Op. Cit., hal. 168.
72
Ibid., hal. 169.

Universitas Sumatera Utara


48

Perjumpaan utang atau kompensasi diatur dalam pasal 1425 KUHPerdata

sampai dengan Pasal 1435 KUHPerdata. Kompensasi adalah penghapusan

masing-masing utang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah

dapat ditagih antara kreditur dan debitur.

Perjumpaan utang atau kompensasi ini terjadi jika antara dua pihak saling

berutang antara satu dan yang lain sehingga apabila utang tersebut masing-masing

diperhitungkan dan sama nilainya, kedua belah pihak akan bebas dari utangnya.

Perjumpaan ini terjadi secara hukum walaupun hal itu tidak diketahui oleh si

debitur. Perjumpaan ini hanya dapat terjadi jika utang tersebut berupa uang atau

barang habis karena pemakaian yang sama jenisnya serta dapat ditetapkan dan

jatuh tempo. Walaupun telah disebutkan bahwa utang tersebut harus sudah jatuh

tempo untuk dapat dijumpakan, namun dalam hal terjadi penundaan pembayaran,

tetap saja dapat dilakukan perjumpaan utang.73

5. Percampuran utang

Percampuran utang adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang

berutang dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu. Pasal 1436

menyatakan bahwa “Apabila kedudukan-kedudukan sebagai orang berpiutang dan

orang berutang berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum suatu

percampuran utang, dengan mana piutang dihapuskan”. Apabila kedudukan

kreditor dan debitur pada satu orang, utang tersebut hapus demi hukum. Dengan

demikian, percampuran utang tersebut juga dengan sendirinya menghapuskan

tanggung jawab penanggung utang. Namun sebaliknya, apabila percampuran

utang terjadi pada penanggung utang, tidak dengan sendirinya menghapuskan

73
Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 102.

Universitas Sumatera Utara


49

utang pokok. Demikian pula percampuran utang terhadap salah seorang dari

piutang tanggung menanggung tersebut tidak dengan sendirinya menghapuskan

utang kawan-kawan berutangnya.74

Ada dua cara terjadinya pencampuran utang yaitu:75

a. Dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya, si kreditur

meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris, yaitu debitur. Ini

berarti bahwa dengan meninggalnya kreditur maka kedudukan debitur menjadi

kreditur;

b. Dengan jalan penerusan hak dibawah alas hak khusus, misalnya pada jual beli

atau legaat.

Pada umumnya percampuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur

menjadi ahli waris dari kreditur.

6. Pembebasan utang

Pembebasan utang diatur dalam Pasal 1438 KUHPerdata sampai dengan

Pasal 1443 KUHPerdata. Pembebasan utang adalah suatu pernyataan sepihak dari

kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari perutangan.76 Pasal 1438

menyatakan bahwa “Pembebasan sesuatu utang tidak dipersangkakan, tetapi harus

dibuktikan” Dengan demikian Pembebasan utang bagi kreditor tidak dapat

dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan karena jangan sampai utang tersebut

sudah cukup lama tidak ditagih, debitur menyangka bahwa terjadi pembebasan

utang. Hanya saja pengembalian sepucuk tanda piutang asli secara sukarela oleh

74
Ibid., hal. 104.
75
Salim H.S, Op. Cit., hal. 171.
76
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


50

kreditor. Maka hal itu sudah merupakan suatu bukti tentang pembebasan utangnya

bahkan terhadap orang lain yang turut berutang secara tanggung menanggung.77

Sementara itu, dalam hal seorang debitur ditanggung oleh seorang

penanggung, maka apabila si kreditor membebaskan si debitur, berarti pula

membebaskan si penanggung utang, namun sebaliknya jika kreditor

membebaskan si penanggung utang tidak berarti bahwa si debitur juga dibebaskan

dari utangnya. Demikian pula pembebasan seorang penanggung utang tidak

dengan sendirinya membebaskan penanggung-penanggung utang lainnya.78

7. Musnahnya barang yang terutang

Musnahnya barang yang terutang diatur dalam Pasal 1444 dan Pasal 1445

KUHPerdata. sesuai dengan Pasal 1445 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“jika barang yang terutang, diluar sahnya si berutang musnah, tak lagi dapat

diperdagangkan, atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak atau

tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan

hak-hak dan tuntutan-tuntuan tersebut kepada orang yang mengutangkan

padanya.” Dengan demikian jika suatu barang tertentu yang dijadikan objek

perjanjian musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, hapuslah

perikatannya, kecuali kalau hal tersebut terjadi karena kesalahan debitur atau

debitur telah lalai menyerahkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.79

8. Kebatalan atau Pembatalan

77
Ahmadi Miru, Op. Cit., hal. 104.
78
Ibid, hal 105.
79
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


51

Kebatalan kontrak diatur dalam Pasal 1446 KUHPerdata sampai dengan

Pasal 1456 KUHPerdata. Ada tiga penyebab timbulnya pembatalan kontrak,

yaitu:80

a. Adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan di

bawah pengampuan;

b. Tidak mengindahkan bentuk perjanjian yang di isyaratkan dalam undang-

undang;

c. Adanya cacat kehendak

9. Berlakunya syarat batal

Syarat batal adalah suatu syarat yang bila dipenuhi akan menghapuskan

perjanjian dan membawa segala sesuatu pada keadaan semula, seolah-olah tidak

ada suatu perjanjian (Pasal 1265 KUHPerdata). Biasanya syarat batal berlaku pada

perjanjian timbal balik. Seperti pada perjanjian jual beli, sewa-menyewa, dan lain-

lain.81

10. Karena lewatnya waktu.

Kadaluwarsa atau lewat waktu juga dapat mengakibatkan hapusnya

kontrak antara para pihak. Pasal 1946 KUHPerdata menyatakan “daluwarsa

adalah suatu alat untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu

perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang

ditentukan oleh undang-undang”.

80
Salim., Op. Cit., hal. 172.
81
Ibid, hal. 175.

Universitas Sumatera Utara


52

D. Proses Terjadinya Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/

SDA/PUPR/2017

Dalam proses pemborongan terdapat kegiatan-kegiatan yang harus

dilakukan sebelum terjadinya perjanjian pemborongan. Kegiatan-kegiatan tersebut

dapat dikatakan merupakan fase yang mendahului terjadinya perjanjian

(precontractuale). Fase sebelum kontrak ini lazim disebut prosedur pelelangan.82

Apabila prosedur pelelangan sudah dilalui maka langkah selanjutnya adalah

penandatanganan kontrak oleh para pihak. Kontrak tersebut akan menjadi dasar

para pihak dalam pelaksanaan pekerjaan.

Perjanjian pemborongan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya dalam

pekerjaan rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi di Desa Pintu Pohan,

Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir adalah menggunakan dana

yang berasal dari APBD Kabupaten Toba Samosir tahun 2017. Adapun proses

terjadinya perjanjian pemborongan ini mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah dalam Pasal 35 ayat (3) menyatakan bahwa pemilihan penyedia

pekerjaan konstruksi dapat dilakukan dengan:

a. Pelelangan umum;

b. Pelelangan terbatas;

c. Pemilihan langsung;

82
Sri Soedewimasjchun Sofwan, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan Bangunan,
Liberty, Yogjakarta, 1982, hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


53

d. Penunjukan langsung; atau

e. Pengadaan langsung.

Dalam pemborongan pekerjaan rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi

ini pemilihan pemborong dilakukan dengan metode pelelangan umum dengan

proses pascakualifikasi. Pasal 1 angka 23 Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun

2015 menyatakan pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainhya untuk semua pekerjaan yang dapat diiluti

oleh semua penyedia barang/pekerjaan konstruksi/ jasa lainnya yang memenuhi

syarat.

Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam pemilihan penyedia

barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dengan metode pelelangan umum pasca

kualifikasi, diatur dalam Pasal 57 ayat (1) huruf c Peraturan Presiden Nomor 4

tahun 2015 yang meliputi kegiatan :

1. Pengumuman;

2. Pendaftaran dan pengambilan dokumen pengadaan;

3. Pemberian penjelasan;

4. Pemasukan dokumen penawaran;

5. Pembukaan dokumen penawaran;

6. Evaluasi penawaran;

7. Evalusai kualifikasi;

8. Pembuktian kualifikasi;

9. Pembuatan berita acara hasil pelelangan;

10. Penetapan pemenang;

11. Pengumuman pemenang;

Universitas Sumatera Utara


54

12. Sanggahan;

13. Sanggahan banding (apabila diperlukan);

14. Penunjukan penyedia barang/jasa.

Proses terjadinya kontrak antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya dimulai dengan

dibuatnya pengumuman secara terbuka oleh Pokja ULP III Kabupaten Toba

Samosir di portal pengadaan nasional melalui Layanan Pengadaan Sistem

Elektronik (LPSE) Kabupaten Toba Samosir sehingga masyarakat luas dan dunia

usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Sesuai

dengan ketentuan pasal 1 angka 38 Perpres No. 4 Tahun 2015, layanan pengadaan

secara elektronik (LPSE) adalah unit kerja K/D/L/I yang dibentuk untuk

menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan barang/jasa secara elektronik.

LPSE merupakan bentuk pemanfaatan dari teknologi dan informasi dalam

memfasilitasi sistem pelayanan pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai sarana

pengumuman adanya pengadaan. ULP mengumumkan pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa secara luas kepada masyarakat pada saat rencana kerja dan anggaran

K/L/D/I telah disetujui oleh DPR/DPRD atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

(DIPA)/Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) telah disahkan (Pasal 73 Perpres

No 4 Tahun 2015).

Pengumuman tersebut merupakan tuntutan peraturan perundang-undangan

yang harus dipenuhi untuk mewujudkan pengadaan yang transparan, efektif dan

efisien serta adil. 83 Selain meningkatkan efisiensi dan efektivitas, LPSE juga

83
Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Prenadamedia Group, Jakarta,
2014, hal. 257.

Universitas Sumatera Utara


55

meningkatkan iklim kompetisi yang sehat dan kemudahan akses bagi seluruh

stakeholder untuk mengikuti pengadaan barang/jasa pemerintah.84

Setelah adanya pengumuman, maka tahap selanjutnya adalah pendaftaran.

Pendaftaran dilakukan secara online di LPSE Kabupaten Toba Samosir, dan

dalam pendaftaran tersebut terdapat dokumen yang harus dibaca dan diunduh

(download) oleh peserta lelang. Adapun Peserta yang mendaftar dalam pelelangan

ini jumlahnya 93, yaitu PT. Ramos Teknik Utama, CV Nassau, CV. Bornoch

Jaya, CV. Requel Hfs, CV. Bangun Jaya Cemerlang, CV. Metro Computer, CV.

Pausoan, CV. Merdeka 12, CV. Sanop Kreasi, CV. Oppung Nabasa, CV. Matio

New Generation Corporation, CV. Pegeheysha, CV. Garuda Nusantara, CV.

Sahala Jaya Konstruksi, CV. Dolok Nagodang, CV. Putra Mandiri, CV. Happung

Rura, CV. Karunia Putra Mandiri, CV. Lambok Jaya, CV. Janji Matogu, CV. Boi

Taruli Asi, CV. Andreas Panji Jaya, CV. Mauliate, CV. Juventusday, CV. Mandiri

Bersama Group, CV. Shinta Theresia, CV. Tabita, CV. Uli Keretesa, CV.

Cikaindo, CV. Toba Utara, CV. Minggos Putra, CV. Boru Silalahi Sabungan, CV.

Alenmora Lestari, CV. Nasoramaridi 14, CV. Kembar Jaya, CV. Joyce Cris Jaya,

CV. Toisma, CV. Chiletama Indrawirasta, CV. Anugrah Jaya, PT. Parhaen Jaya,

CV. Toba Nauli, CV. Cevreitta Kencana, CV. Margomgom, CV. Bintang Sari,

CV. Binsar Jaya, CV. Gorat Jaya, SS Kirana, CV. Oloba, CV. Ezra Arthana Arga,

CV. Kadsa, CV. Bintangor, CV. Putra Cendana, CV. Mrs, CV. Global Nusantara,

CV. Vitto Jaya, CV. Christian, CV. Abdi Pratama, CV. Marco Louis, CV. Karya

Agung, CV. Cipta Indah Persada, CV. Mandosi Jaya, CV. Cahaya Pratama Jaya,

CV. Bintang Sabungan, CV. Aek Mardubur, CV. Mangisi Makmur Sentosa, CV.

84
Ibid., hal. 259.

Universitas Sumatera Utara


56

Tona, CV. Pabolon, CV. Patio, CV. Parsona Jaya, CV. Mido, CV. Lamro, CV.

Hersi Jaya, Masda sky, CV. Solusi Mandiri Utama, CV. Solusi Mandiri Utama,

CV. Putra Sidulang, CV. Putra Sidulang, CV. Putra Sidulang, CV. Citra Anugrah

Persada, CV. Citra Anugrah Persada, CV. Glory, CV. Priera Jaya, CV. DPF, CV.

Yakin Jaya, CV. Mangalan, CV. Rade Nauli, Gorga Mas, CV. Pansur Batu, CV.

Uli Basa, PT. Ciasem Raya, CV. Kingbrothers, CV. Karunia Alam, CV. Tri Mitra

Perkasa. Dalam hal ini, CV Priera Jaya mlakukan pendaftaran pada tanggal 08

Mei 2017 Pukul 16.48 WIB.

Mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penyedia barang/jasa

diatur dalam Pasal 19 Perpres No. 4 tahun 2015 yaitu :

a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan

kegiatan/usaha;

b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manejerial untuk

menyediakan barang/jasa;

c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia barang/jasa

dalam kurun waktu 4 (empat)tahun terakhir, baik dilingkungan Pemerintah

maupun Swasta, termasuk pengalaman subkontrak;

d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi penyedia

barang/jasa yang baru berdiri kurang dari tiga tahun;

e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang

diperlukan dalam pengadaan barang/jasa;

f. Dalam hal penyedia barang/jasa akan melakukan kemitraan, penyedia

barang/jasa harus mempunyai perjanjian kerjasama operasi/kemitraan yang

Universitas Sumatera Utara


57

memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan

tersebut;

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai usaha mikro, usaha

kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang

sesuai untuk usaha non-kecil;

h. Memiliki kemampuan dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk

pengadaan barang dan jasa konsultasi;

i. Khusus untuk pelelangan dan pemilihan langsung pengadaan pengerjaan

kontruksi memilki dukungan keuangan dari Bank;

j. Khusus untuk pengadaan pekerjaan kontruksi dan jasa lainnya, harus

memperhitungkan sisa kemampuan paket (SKP) sebagai berikut : SKP = KP-P

KP = nilai kemampuan paket, dengan ketentuan :

1) Untuk usaha kecil,nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak lima

paket pekerjaan,

2) Untuk usaha non kecil, nilai kemampuan paket (KP) ditentukan sebanyak

enam atau1,2 (satukoma dua) N.

P = jumlah paket yang sedang dikerjakan

N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani saat bersamaan

dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak

sedang dihentikan dan/ataudireksi yang bertindak untuk dan atas nama

perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan

dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang/jasa;

Universitas Sumatera Utara


58

l. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban

perpajakan tahun terakhir ;

m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak;

n. Tidak masuk dalam daftar hitam;

o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman;

p. Menandatangani pakta integritas

Setelah pendaftaran maka tahap selanjutnya adalah pemberian penjelasan

(Aanwijzing). Dalam tahapan ini kepada semua peserta lelang/calon penyedia jasa

diberikan penjelasan tentang ruang lingkup pekerjaan, metode pemilihan, cara

penyampaian dokumen penawaran, kelengkapan yang harus dilampirkan bersama

dokumen penawaran, jadwal batas akhir pemasukan dokumen penawaran dan

pembukaan dokumen penawaran, metode evaluasi, hal-hal yang dapat

menggugurkan penawaran, ketentuan tentang penyesuaian harga, syarat

admnistrasi, syarat teknis dan syarat lain yang ditetapkan dalam dokumen lelang.

Bagi peserta yang belum mengerti atau merasa kurang jelas mengenai penjelasan

tersebut, dapat menanyakan kepada panitia secara online dan akan dijawab oleh

panitia secara online. Apabila dipandang perlu, panitia dapat memberi penjelasan

lapangan. Dalam penjelasan lapangan, panitia dan peserta lelang melakukan

peninjauan lokasi pekerjaan sehingga peserta lelang dapat melihat langsung lokasi

pekerjaan, jarak transportasi, jarak pengangkutan bahan dan juga dapat melihat

bagaimana kondisi serta sulitnya pekerjaan yang harus dikerjakan. Penjelasan

lapangan ini juga dapat memberikan gambaran dan kesempatan kepada peserta

lelang untuk merumuskan penawaran sesuai dengan kondisi di lapangan.

Universitas Sumatera Utara


59

Tahap selanjutnya adalah pemasukan dokumen penawaran. Dalam tahap

ini, para peserta lelang mengajukan penawaran dengan bentuk file yang diunggah

secara online. Dalam hal ini, CV. Priera Jaya melampirkan:

a. Daftar kuantitas dan Harga

b. Dokumen penawaran teknis, terdiri dari:

1) Metode pelaksanaan;

2) Jadwal waktu pelaksanaan

3) Daftar personil inti;

4) Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan utama minimal yang

dibutuhkan;

5) Spesifikasi teknis;

c. Dokumen kualifikasi.

Dalam hal memasukkan harga penawaran, peserta lelang tidak boleh

memasukkan harga melebihi Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang ditetapkan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) karena apabila peserta lelang memasukkan

harga melebihi HPS, peserta lelang tersebut akan gugur. Sebelumnya, Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) telah menetapkan terlebih dahulu Harga Perkiraan

Sendiri (HPS). Hal ini sesuai dengan tugas pokok Pejabat Pembuat Komitmen

yang diatur dalam Pasal 11 Perpres No. 4 Tahun 2015. HPS disusun dengan

memperhitungkan keuntungan dan biaya overhead yang dianggap wajar dan juga

didasarkan pada data harga pasar setempat yang diperoleh berdasarkan hasil

survey menjelang dilaksanakannya pengadaan.

Setelah peserta lelang memasukkan dokumen penawaran, tahap

selanjutnya adalah pembukaan dokumen penawaran. Terdapat 7 peserta lelang

Universitas Sumatera Utara


60

yang memasukkan dokumen penawaran yaitu CV. Shinta Theresia pada tanggal

09 Mei 2017, CV. Priera Jaya pada tanggal 10 Mei 2017, CV. Citra Anugrah

Persada pada tanggal 09 Mei 2017, CV. Kadsa pada tanggal 10 Mei 2017, CV.

Andreas Panji Jaya pada tanggal 09 Mei 2017, CV. Vitto Jaya pada tanggal 10

Mei 2017, CV. Mauliate pada tanggal 09 Mei 2017.

Tahap selanjutnya adalah evaluasi penawaran. Evaluasi penawaran

dilakukan dengan metode sistem gugur. Unsur-unsur yang dievaluasi yaitu

koreksi aritmatik, evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga. Hasil

koreksi aritmatik dapat merubah nilai penawaran sehingga urutan peringkat dapat

menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari urutan peringkat semula, penawaran

setelah koreksi aritmatik yang melebihi nilai total HPS dinyatakan gugur. Evaluasi

Admninistrasi dilakukan terhadap penawaran yang memenuhi pada pembukaan

penawaran dan setelah dilakukan koreksi aritmatik. Penawaran dinyatakan

memenuhi persyaratan administrasi apabila surat penawaran memenuhi ketentuan.

Evaluasi admnistrasi menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat

administrasi atau tidak memenuhi syarat administrasi. Evaluasi teknis dilakukan

terhadap penawaran-penawaran yang dinyatakan memenuhi persyaratan/lulus

administrasi. Adapun faktor-faktor yang di evaluasi adalah :

a. Metode Pelaksanaan

b. Jadwal dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan serah terima

pertama pekerjaan (PHO)

c. Jenis, kapasitas, komposisi dan jumlah peralatan minimum

d. Spesifikasi teknis

Universitas Sumatera Utara


61

e. Daftar, sertifikat keahlian/keterampilan/teknis dan pengalaman (curriculum

vitae) dari personil inti

Evaluasi teknis menghasilkan dua kesimpulan, yaitu memenuhi syarat

teknis atau tidak memenuhi syarat teknis. Evaluasi harga hanya dilakukan

terhadap penawaran yang dinyatakan lulus/memenuhi persyaratan administrasi

dan teknis. Unsur yang perlu diteliti dan dinilai adalah Total harga penawaran

dibandingkan terhadap total Nilai HPS, apabila total harga penawaran melebihi

HPS dinyatakan gugur dan apabila semua harga penawaran terkoreksi diatas nilai

total HPS, pelelangan dinyatakan gagal. Berdasarkan hasil evaluasi harga, panitia

pengadaan menyusun 3 (tiga) penawaran sebagai calon pemenang dan pemenang

cadangan 1 dan 2 (apabila ada).

Dalam koreksi aritmatik, terdapat 7 (tujuh) penyedia yang dinyatakan

memenuhi syarat, yaitu CV. Vitto Jaya sebesar Rp.291.700.000,00, CV. Kadsa

sebesar Rp. 300.200.000,00, CV. Andreas Panji Jaya sebesar Rp. 324.700.000,00,

CV. Citra Anugrah Persada sebesar Rp. 349.800.000,00, CV. Priera Jaya sebesar

Rp. 363.700.000,00, CV. Shinta Theresia sebesar Rp. 364.700.000,00, CV.

Mauliate sebesar Rp. 380.800.00,00. Dikatakan memenuhi syarat karena tidak

melebihi Harga Perkiraan Sendiri yang ditetapkan oleh Pejabat Pembuat

Komitmen.

Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi administrasi. Dari hasil evaluasi

administrasi, di dapat 6 peserta yang memenuhi persyaratan admnistrasi yaitu CV.

Vitto Jaya, CV. Kadsa, CV. Citra Anugrah Persada, CV. Priera Jaya, CV. Shinta

Theresia, CV. Mauliate. Sedangkan CV. Andreas Panji Jaya dinyatakan tidak

lulus admnistrasi. Setelah evaluasi administrasi dilakukan, maka akan dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


62

dengan evaluasi teknis. Evaluasi teknis dilakukan dengan sistem gugur. Dari hasil

evaluasi teknis terhadap 6 (enam) peserta lelang didapat 1 (satu) peserta yang

memenuhi syarat teknis yaitu CV. Priera Jaya. Peserta yang dinyatakan lulus

evaluasi teknis dilanjutkan ke tahap evaluasi harga. Dari hasil evaluasi penawaran

harga didapat 1 (satu) peserta yang memenuhi persyaratan yaitu CV. Priera Jaya.

CV. Priera Jaya sendiri memasukkan harga penawaran sejumlah Rp.

363.700.000,00 (tiga ratus enam puluh tiga juta tujuh ratus ribu rupiah) yang

artinya tidak melebihi harga HPS yaitu Rp. 388.700.000,00 (tiga ratus delapan

puluh delapan juta tujuh ratus ribu rupiah). CV. Priera Jaya dinyatakan memenuhi

syarat dalam evaluasi harga, setelah memenuhi syarat dalam koreksi aritmatik,

evaluasi administrasi, evaluasi teknis.

Setelah evaluasi harga, maka dilanjutkan dengan evaluasi kualifikasi.

Evaluasi kualifikasi dilakukan terhadap calon pemenang lelang serta calon

pemenang cadangan 1 dan 2 apabila ada. Tata cara evaluasi kualifikasi dilakukan

sesuai ketentuan dokumen kualifikasi, antara lain:

a. Untuk peserta yang melakukan Kemitraan/Kerja Sama Operasi (KSO) formulir

kualifikasi ditandatangani oleh pejabat yang menurut perjanjian

kemitraan/kerja sama operasi berhak mewakili kemitraan/KSO;

b. Memiliki izin usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali

peserta perorangan;

c. Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan

pengailan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan kegiatan usahanya;

d. Salah satu dan/atau semua pengurus dan badan usahanya atau peserta

peroragan tidak masuk dalam Daftar Hitam

Universitas Sumatera Utara


63

e. Memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun pajak

terakhir (SPT Tahunan);

f. Memperoleh paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai penyedia dalam kurun

waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta

termasuk pengalaman subkontrak, kecuali bagi penyedia usaha mikro, usaha

kecil dan koperasi kecil yang baru berdiri kurang dari 3 (tahun);

g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro,

usaha kecil serta koperasi kecil serta kemampuan pada sub bidang pekerjaan

yang sesuai untuk usaha non kecil;

h. Dalam hal peserta akan melakukan kemitraan/ KSO;

1) Peserta wajib mempunyai perjanjian kemitraan/kerja sama operasi yang

memuat persentase kemitraan/KSO dan perusahaan yang meewakili

kemitraan/KSO tersebut; dan

2) Untuk perusahaan yang melakukan kemitraan/KSO, evaluasi persyaratan

pada angka (1) sampai angka (7) dilakukan untuk setiap perusahaan yang

melakukan kemitraan/ KSO

i. Memiliki Sertifikat Manajemen Mutu ISO, apabila diperlukan.

Pelaksanaan penilaian evaluasi kualifikasi dilakukan terhadap calon

pemenang, calon pemenang cadangan 1 dan cadangan 2 apabila ada (dalam hal ini

tidak ada). Dalam evaluasi kualifikasi dilakukan dengan menggunakan metode

sistem gugur. Setelah dilakukan evaluasi kualifikasi maka CV. Priera Jaya

dinyatakan memenuhi syarat.

Tahap selanjutnya adalah pembuktian kualifikasi. Pembuktian kualifikasi

dilakukan diluar aplikasi SPSE (offline). Panitia melaksanakan pembuktian

Universitas Sumatera Utara


64

kualifikasi/verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam format

isian kualifikasi, dengan rekaman atau asli dokumen yang sah. Apabila hasil

pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data, peserta digugurkan, badan

usaha atau peserta perorangan dimasukkan dalam Daftar Hitam, serta dilaporkan

kepada Kepolisian atas perbuatan pemalsuan tersebut. Beberapa dokumen yang

dibuktikan adalah akte pendirian perusahaan, akte perubahan terakhir (apabila

ada), surat izin badan usaha, NPWP, bukti pendaftaran pajak, surat domisili, surat

izin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan (TDP), surat izin usaha

konstruksi, sertifikat badan usaha, surat izin gangguan, perusahaan tidak dalam

keadaan pailit, tidak masuk dalam daftar hitam, surat jaminan penawaran dari

bank, bukti pembayaran pajak 3 (tiga) bulan terakhir, bukti Badan Penyelenggara

Jaminan Kesehatan (BPJS)

Dari hasil pembuktian kualifikasi diatas dapat disimpulkan, bahwa CV

Priera Jaya telah dapat membuktikan kebenaran data dan informasi kualifikasi dan

peserta/perusahaan tersebut dan peserta tersebut layak ditunjuk sebagai pemenang

yang menguntungkan Negara. Dasar penentuan pemenang penawaran dalam

perjanjian pemborongan ditentukan dari penawaran yang menguntungkan Negara,

yaitu :

a. Penawaran yang secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

b. Perhitungan harga yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Penawaran tersebut adalah penawaran yang terendah atau nilai penawaran

tersebut tidak melebihi nilai HPS (Harga Perkiraaan Sendiri) yang telah

ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen.

Universitas Sumatera Utara


65

d. Telah memperhatikan penggunaan semaksimal mungkin dari hasil produksi

didalam negeri.

Adapun kesimpulan dari hasil evaluasi dokumen penawaran, dari 7

(Tujuh) penyedia jasa, diperoleh hasil 1 (satu) peserta lelang yang memenuhi

syarat, yaitu sebagai berikut:

Calon Pemenang

Nama Perusahaan : CV. PRIERA JAYA

Alamat : JL. BUNGA RAYA NO. 197-B LK.IX ASAM

KUMBANG MEDAN

Harga Terkoreksi : Rp. 363.700.000,00 (Tiga Ratus Enam Puluh Tiga Juta

Tujuh Ratus Ribu Rupiah)

(Termasuk PPN 10 %)

Kesimpulan ini kemudian dibuat dalam Berita Acara Hasil Pelelangan

(BAHP) Nomor: BAHP/09/01/POKJA III ULP/PUPR-SDA/TOBASA/2017. Pada

tanggal 6 Juni 2017, POKJA ULP III Barang/Jasa Pemerintah di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Toba Samosir telah mengadakan rapat Penetapan

Pemenang. Adapun yang menjadi kesimpulannya adalah: Berdasarkan hasil

evaluasi sesuai BAHP tersebut, Kelompok Kerja III menetapkan pemenang lelang

yaitu sebagai berikut:

SEBAGAI PEMENANG

Nama Perusahaan : CV. PRIERA JAYA

Alamat : JL. BUNGA RAYA NO. 197-B LK.IX ASAM

KUMBANG MEDAN

NPWP : 01.974.769.0-121.000

Universitas Sumatera Utara


66

Harga Terkoreksi : Rp. 363.700.000,00 (Tiga ratus enam puluh tiga juta tujuh

ratus ribu rupiah)

(Termasuk PPN 10 %)

Kesimpulan ini dibuat dalam Berita Acara Penetapan Pemenang Lelang

Nomor: BAPPL/09/02/POKJA III ULP/PUPR-SDA/TOBASA/2017. Adapun

mengenai pengumuman pemenang lelang ini diumumkan secara online di website

LPSE Kabupaten Toba Samosir.

Apabila terdapat peserta lelang yang merasa keberatan atas hasil keputusan

penetapan pemenang, peserta lelang dapat menyatakan keberatan (sanggahan) dan

panitia wajib memberi jawaban/penjelasan atas sanggahan yang diberikan oleh

peserta lelang. Apabila tidak ada sanggahan, maka akan dilanjutkan dengan Surat

Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ). Dalam hal ini, setelah CV. Priera

Jaya ditetapkan sebagai pemenang lelang dan tidak ada peserta yang memberikan

sanggahan, maka dikeluarkanlah Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ)

Nomor: 10/SPPBJ-TDR/DAK/SDA/PUPR/2017 pada tanggal 12 Juni 2017.

Sebagai tindak lanjut dari Surat Penunjukan Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

(SPPBJ) ini, CV. Priera Jaya diharuskan untuk menyerahkan jaminan pelaksanaan

sebelum menandatangani surat perjanjian paling lambat 14 (empat belas) hari

kerja setelah diterbitkannya SPPBJ tersebut. CV. Priera Jaya kemudian

menyerahkan surat garansi bank untuk jaminan pelaksanaan dengan nomor:

007/KC18-Pm/GBPP/2017 sejumlah Rp. 18.185.000 (delapan belas juta seratus

delapan puluh lima ribu rupiah).

Rancangan kontrak dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen sebagai

bagian dari tugas dan tanggung jawabnya menurut ketentuan Pasal 11 Perpres No.

Universitas Sumatera Utara


67

4 tahun 2015. Setelah rancangan kontrak dibuat oleh Pejabat Pembuat Komitmen,

maka tahap selanjutnya adalah penandatanganan Surat Perjanjian/kontrak oleh

masing-masing pihak yaitu Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yaitu Bapak Piter

Pangaribuan,ST yang mewakili Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Toba Samosir dengan Bapak Fahmy Ibrahim selaku Wakil Direktur

CV. Priera Jaya. Namun sebelum sampai kepada penandatangan kontrak, kedua

belah pihak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk meneliti keseluruhan

dokumen kontrak dengan seksama agar tidak terdapat perbedaan persepsi

mengenai isi kontrak di masa mendatang. Setelah meneliti keseluruhan dokumen,

maka tahap selanjutnya adalah penandatanganan surat perjanjian/kontrak. Dengan

adanya penandatanganan surat perjanjian/kontrak oleh kedua belah pihak yang

berhak secara hukum untuk melakukan perikatan, maka kontrak telah menjadi sah

dan mengikat secara yuridikal bagi pihak-pihak yang membuat kontrak.85

Kemudian kedua belah pihak yaitu Pejabat Pembuat Komitmen dengan

CV. Priera Jaya berhak memiliki dokumen kontrak karena kontrak tersebut dibuat

dua rangkap (asli). Kontrak ditandatangani setelah penyedia menyerahkan

jaminan pelaksanaan. Jaminan pelaksanaan bertujuan untuk memberikan

keyakinan kepada Dinas Pekerjaan dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir

bahwa penyedia, dalam hal ini CV. Priera Jaya memiliki kesungguhan untuk

melaksanakan kontrak sesuai dengan perjanjian. Disamping itu, jaminan

pelaksanaan juga bertujuan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya

kerugian pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba

Samosir selaku pengguna jasa akibat kelalaian penyedia selama proses

85
Ibid., hal. 292.

Universitas Sumatera Utara


68

pelaksanaan pengadaan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa CV.

Priera Jaya telah memberikan jaminan pelaksanaan sebesar Rp. 18.185.000

(Delapan belas juta seratus delapan puluh lima ribu rupiah). Nilai jaminan

pelaksanaan tersebut sebesar 5% (lima persen) dari nilai kontrak.

Selain surat perjanjian/kontrak itu sendiri, terdapat dokumen-dokumen

yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari kontrak

yaitu:

a. Addendum surat perjanjian (apabila ada);

b. Pokok perjanjian;

c. Surat penawaran berikut daftar kuantitas dan harga (apabila ada);

d. Syarat-syarat khusus kontrak;

e. Syarat-syarat umum kontrak;

f. Spesifikasi khusus;

g. Spesifikasi umum;

h. Gambar-gambar

i. Dokumen lainnya seperti: jaminan-jaminan, SPPBJ, BAHP, BAPP.

Dengan demikian, proses terjadinya surat perjanjian/kontrak antara Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV.

Priera Jaya telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dengan mengacu

pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Peraturan Presiden Nomor 4

Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM SURAT PERJANJIAN


(KONTRAK) NO. 10/KTR/DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pemborongan

1. Pengertian Perjanjian Pemborongan

Pasal 1601 b KUHPerdata memberi pengertian pemborongan pekerjaan

adalah “Perjanjian dengan mana pihak yang satu, si pemborong, mengikatkan diri

untuk menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang

memborongkan, dengan menerima suatu harga yang ditentukan.”

Menurut Djumiadji defenisi perjanjian pemborongan yang diberikan

KUHPerdata kurang tepat karena menganggap bahwa perjanjian pemborongan

adalah perjanjian sepihak dimana si pemborong hanya mempunyai kewajiban saja

sedangkan yang memborongkan hak saja. Sebenarnya perjanjian pemborongan

adalah perjanjian timbal balik hak dan kewajiban.86

Dengan demikian menurut Djumialdji defenisi perjanjian pemborongan

yang benar adalah sebagai berikut: Pemborongan pekerjaan adalah suatu

persetujuan dengan mana pihak yang satu, sipemborong, mengikatkan diri untuk

menyelenggarakan suatu pekerjaan, sedangkan pihak yang lain, yang memborong,

mengikatkan diri untuk membayar suatu harga yang ditentukan.87

Dari defenisi tersebut diatas dapat dikatakan:88

a. Bahwa yang membuat perjanjian pemborongan atau dengan kata lain yang

terkait dalam perjanjian pemborongan adalah dua pihak saja yaitu: Pihak

kesatu disebut yang memborongkan / prinsip / bouwheer / aanbesteder /


86
Djumialdji, Op. Cit., hal. 4.
87
Ibid.
88
Ibid.

69

Universitas Sumatera Utara


70

pemberi tugas dan sebagainya Pihak kedua disebut pemborong / kontraktor /

rekanan / annemeter / pelaksana dan sebagainya.

b. Bahwa objek dari perjanjian pemborongan adalah pembuatan suatu karya (het

maken van werk).

Dalam beberapa literatur istilah “konstruksi” dan “pemborongan”

dipergunakan secara bersama-sama atau secara bergantian. Walaupun jika dikaji

ada perbedaan di antara kedua istilah tersebut, tetapi dalam teori dan praktek

hukum, kedua istilah tersebut dianggap sama, terutama jika dikaitkan dengan

istilah “hukum/kontrak konstruksi” atau “hukum/kontrak pemborongan”.

Sebenarnya istilah “pemborongan” mempunyai cakupan yang lebih luas dengan

istilah “konstruksi”. Sebab, dengan istilah “pemborongan” dapat saja berarti

bahwa yang diborong tersebut bukan hanya konstruksinya (pembangunannya),

melainkan dapat juga berupa “pengadaan” barang saja (procurement).89 Kontrak

kerja konstruksi meliputi tiga bidang pekerjaan, yaitu perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan. Pada prinsipnya, pelaksanaan masing-masing jenis pekerjaan ini

harus dilakukan oleh penyedia jasa secara terpisah dalam suatu pekerjaan

konstruksi. Tujuannya adalah untuk menghindari konflik kepentingan. Dengan

demikian tidak dibenarkan ada perangkapan fungsi.90

Perjanjian pemborongan merupakan salah satu perjanjian untuk melakukan

pekerjaan, sebab Bab 7A KUHPerdata yang berjudul “Perjanjian untuk

melakukan pekerjaan” itu di dalamnya terdapat tiga macam perjanjian yaitu:91

1. Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu;

89
Munir Fuady (II), Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1998, hal. 12.
90
Y. yogar simamora, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah di Indonesia), Kantor Hukum “Wins&Partners”, Surabaya, 2012, hal. 214.
91
Subekti (II), Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 57.

Universitas Sumatera Utara


71

2. Perjanjian kerja/perburuhan;

3. Perjanjian pemborongan pekerjaan.

Dalam perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu, suatu pihak

menghendaki dari pihak lawannya dilakukannya suatu pekerjaan untuk mencapai

suatu tujuan, dimana ia bersedia membayar upah. Sedangkan apa yang akan

dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama sekali terserah kepada pihak

lawan itu. Biasanya pihak lawan ini adalah seorang ahli dalam melakukan

pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tarif untuk jasanya.

Upahnya biasanya dinamakan honorarium. Misalnya hubungan antara seorang

pasien dengan seorang dokter yang diminta jasanya untuk menyembuhkan suatu

penyakit.92

Perjanjian kerja/perburuhan ditandai dengan adanya suatu upah atau gaji

tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan diperatas

(dienstverhouding) yaitu suatu hubungan berdasarkan mana pihak yang satu

(majikan) berhak memberikan perintah-perintah yang harus ditaati oleh yang

lain.93

Perjanjian pemborongan pekerjaan adalah suatu perjanjian antara seorang

(pihak yang memborongkan pekerjaan) dengan seorang lain (pihak yang

memborong pekerjaan), dimana pihak pertama menghendaki sesuatu hasil

pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lawan, atas pembayaran suatu jumlah uang

sebagai harga pemborongan. Bagaimana cara pemborong mengerjakannya

tidaklah penting bagi pihak pertama tersebut. Karena yang dikehendaki adalah

92
Ibid., hal. 58.
93
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


72

hasilnya, yang akan diserahkan kepadanya dalam keadaan baik, dalam suatu

jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian.94

Ketiga perjanjian tersebut mempunyai persamaan yaitu bahwa pihak yang

satu melakukan pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima upah. Perbedaan

antara perjanjian kerja dengan perjanjian pemborongan dan perjanjian

menunaikan jasa yaitu bahwa dalam perjanjian kerja terdapat unsur subordinasi,

sedang pada perjanjian pemborongan dan perjanjian menunaikan jasa ada

koordinasi. Mengenai perbedaan antara perjanjian pemborongan dengan

perjanjian menunaikan jasa, yaitu bahwa dalam perjanjian pemborongan berupa

mewujudkan suatu karya tertentu sedangkan dalam perjanjian menunaikan jasa

berupa melaksanakan tugas tertentu yang ditentukan sebelumnya.95

Perbedaan antara perjanjian pemborongan dengan perjanjian jual beli

hampir tidak jelas batasnya. Menurut C. Smit, jika objek dari perjanjian/setidak-

tidaknya objek pokok adalah pembuatan suatu karya (het maken van merk) maka

itu adalah perjanjian pemborongan, sedangkan jika objeknya berupa penyerahan

dari suatu barang, sekalipun pada waktu perjanjian dibuat barangnya masih harus

diproduksi, maka itu adalah perjanjian jual beli.96

Perjanjian pemborongan bersifat konsensuil artinya perjanjian

pemborongan itu ada atau lahir sejak adanya kata sepakat antara kedua belah

pihak yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong mengenai

pembuatan suatu karya dan harga borongan/kontrak. Dengan adanya kata sepakat

tersebut, perjanjian pemborongan mengikat kedua belah pihak artinya para pihak

tidak dapat membatalkan perjanjian pemborongan tanpa persetujuan pihak


94
Ibid.
95
Djumialdji, Op. Cit., hal. 5.
96
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


73

lainnya. Jika perjanjian pemborongan dibatalkan atau diputuskan secara sepihak,

maka pihak lainnya dapat menuntutnya.97

Perjanjian pemborongan bentuknya bebas (vormvrij) artinya perjanjian

pemborongan dapat dibuat secara lisan maupun tertulis. Dalam prakteknya,

apabila perjanjian pemborongan yang menyangkut harga borongan kecil biasanya

perjanjian pemborongan dibuat secara lisan, sedangkan apabila perjanjian

pemborongan menyangkut harga borongan yang agak besar maupun yang besar,

biasanya perjanjian pemborongan dibuat secara tertulis baik dengan akta dibawah

tangan atau dengan akta autentik (akta notaris). Perjanjian pemborongan pada

proyek-proyek pemerintah harus dibuat secara tertulis dan dalam bentuk

perjanjian standar artinya perjanjian pemborongan (Surat Perintah Kerja dan Surat

Perjanjian Pemborongan) dibuat dalam bentuk model-model formulir tertentu

yang isinya ditentukan secara sepihak oleh pihak yang memborongkan

berdasarkan pada peraturan standar/buku yaitu A.V.1941.98

2. Dasar Hukum Perjanjian Pemborongan

Ketentuan mengenai perjanjian pemborongan diatur dalam KUHPerdata

Bab VII A buku III KUHPerdata tentang perikatan yaitu terdapat dalam pasal

1601 b, pasal 1604 sampai dengan pasal 1616. Ketentuan-ketentuan perjanjian

pemborongan di dalam KUHPerdata berlaku baik bagi perjanjian pemborongan

pada proyek-proyek swasta maupun pada proyek-proyek pemerintah. Perjanjian

pemborongan dalam KUHPerdata itu bersifat pelengkap artinya ketentuan-

ketentuan perjanjian pemborongan dalam KUHPerdata dapat digunakan oleh para

pihak dalam perjanjian pemborongan atau para pihak dapat membuat sendiri

97
Ibid., hal. 7.
98
Ibid., hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


74

ketentuan-ketentuan perjanjian pemborongan asal tidak dilarang oleh undang-

undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Apabila para

pihak perjanjian pemborongan membuat sendiri ketentuan-ketentuan dalam

perjanjian pemborongan maka ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata dapat

melengkapi apabila ada kekurangannya.99

Perjanjian Pemborongan selain diatur dalam KUHPerdata, juga diatur

dalam Keputusan Presiden nomor 16 Tahun 1994 tentang pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja Negara (selanjutnya disingkat Keppres 16 tahun 1994)

dan A.V. 1994 singkatan dari “Algemene Voorwaarden voorde unitvoering bij

aanneming van openbare werken in Indonesia”, yang terjemahannya sebagai

berikut: Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan pekerjaan umum di

Indonesia.100

A.V. 1941 adalah peraturan buatan pemerintah Hindia Belanda dan

berlakunya berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 9

tanggal 28 Mei 1941 dan dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara (TLN)

Nomor: 14571.

A.V. 1941 isinya terdiri atas 3 (tiga) bagian:101

a. Bagian kesatu memuat syarat-syarat administrasi.

b. Bagian kedua memuat syarat-syarat bahan.

c. Bagian ketiga memuat syarat-syarat teknis.

A.V. 1941 merupakan peraturan standar atau bahan baku bagi perjanjian

pemborongan di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek Pemerintah.

99
Ibid., hal. 7.
100
Ibid., hal. 6.
101
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


75

Mengenai cara peraturan standar (A.V.1941) masuk dalam perjanjian

pemborongan sebagai perjanjian standar adalah sebagai berikut:102

a. dengan penunjukan yaitu dalam Surat Perintah Kerja (SPK) atau dalam Surat

Perjanjian Pemborongan (Kontrak) terdapat ketentuan-ketentuan yang menuju

pada pasal-pasal dari A.V.1941

b. dengan penandatanganan yaitu dalam Surat Perintah Kerja (SPK) atau dalam

Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) dimuat ketentuan-ketentuan dari

A.V.1941 secara lengkap.

A.V.1941 ini isinya banyak yang sudah ketinggalan zaman, maka perlu

diadakan perubahan-perubahan serta perbaikan-perbaikan disana-sini supaya

ketentuan-ketentuan dalam A.V. 1941 sesuai dengan perkembangan industri

maupun teknologi.

Selain KUHPerdata dan A.V. 1941, perjanjian pemborongan juga diatur

dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.

B. Pihak-Pihak dan Jenis Perjanjian Pemoborongan

1. Pihak-Pihak dalam Perjanjian Pemborongan

Dalam perjanjian pemborongan selain dikenal pihak-pihak yang terkait

dalam perjanjian pemborongan atau pihak-pihak dalam perjanjian pemborongan

yaitu pihak yang memborongkan dengan pihak pemborong, dikenal juga pihak-

pihak yang terkait dalam perjanjian pemborongan. Adapun pihak-pihak yang

102
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


76

terkait dalam perjanjian pemborongan dibedakan antara pihak-pihak yang

langsung terkait dalam perjanjian pemborongan dan pihak-pihak yang tidak

langsung terkait dalam perjanjian pemborongan seperti buruh/tenaga kerja,

leveransir dan sebagainya.103

Mengenai pihak-pihak yang langsung terkait dalam perjanjian

pemborongan terdiri dari:

1. Pihak yang memborongkan (bouwheer)

Pihak yang memborongkan/prinsipil/bouwheer/pemberi tugas dapat

berupa perorangan maupun badan hukum baik pemerintah maupun swasta. Bagi

proyek-proyek pemerintah, sebagai pihak yang memborongkan adalah

Departemen atau lembaga pemegang mata anggaran. Yang memborongkan yang

mempunyai rencana/prakarsa memborongkan proyek sesuai dengan Surat

Perjanjian Pemborongan/Kontrak dan apa yang tercantum dalam bestek dan

syarat-syarat.104

Hubungan antara yang memborongkan/pemberi tugas dengan pemborong

dapat berupa:

a. Pemberi tugas adalah pemerintah dan pemborong juga pemerintah DPU, maka

hubungannya berwujud hubungan kedinasan.

b. Pemberi tugas dari pihak pemerintah atau swasta sedangkan pemborong dari

pihak swasta, hubungannya dituangkan dalam perjanjian pemborongan/surat

perintah kerja105

Adapun tugas dari yang memborongkan/pemberi tugas yaitu:

a. Memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan pemborong;


103
Ibid.,, hal. 23.
104
Ibid., hal. 24.
105
F.X Djumialdji, Op. Cit., hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


77

b. Menerima hasil pekerjaan;

c. Membayar harga bangunan.106

Hubungan hukum antara yang memborongkan/pemberi tugas dengan

perencana diatur sebagai berikut:

a. Apabila yang memborongkan maupun perencana keduanya pihak pemerintah,

maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan

b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan perencana pihak

swasta, maka hubungan hukumnya disebut dengan perjanjian melakukan jasa

di mana dalam praktek dituangkan dalam surat perjanjian pekerjaan

perencanaan.

c. Apabila yang memborongkan maupun perencana maupun keduanya adalah

pihak swasta, maka hububgan hukumnya disebut perjanjian melakukan jasa

(Pasal 1601 KUHPerdata) yang dalam praktek dituangkan dalam surat

perjanjian pekerjaan perencanaan.107

2. Pemborong

Pemborong/Kontraktor Bangunan adalah perusahaan-perusahaan yang

bersifat perorangan yang berbadan hukum atau badan hukum yang bergerak

dalam bidang pelaksanaan pemborongan.108 Pemborong bisa perorangan maupun

badan hukum, baik pemerintah maupun swasta. Bagi proyek-proyek pemerintah,

pemborong harus berbadan hukum. Tugas pemborong adalah:

a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bestek

b. Menyerahkan pekerjaan109

106
Ibid.
107
Djumialdji, Op.Cit., hal. 34.
108
Ibid., hal. 26.
109
F.X. Djumialdji., Op. Cit., hal. 8.

Universitas Sumatera Utara


78

Pemborong yang melaksanakan kegiatan di bidang usaha jasa konstruksi

diwajibkan untuk memperoleh izin Menteri Pekerjaan Umum atau pejabat yang

ditunjuk (Kepmen PU No. 139/KPTS/1988) tentang Pelaksanaan Ketentuan Izin

Usaha Konstruksi). Izin tersebut dinamakan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi

(SIUJK). Untuk memperoleh Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).110

Kontraktor juga mempunyai tanggung jawab hukum yang luas, tidak

hanya pada masa konstruksi, bahkan setelah konstruksi. Menurut sistem

KUHPerdata kita, pihak kontraktor dalam hal-hal tertentu, bahkan

bertanggungjawab sampai 10 tahun. Hal yang sama juga umumnya berlaku di

Negara-negara lain dengan jangka waktu yang berbeda-beda, umumnya dari 6

sampai dengan 12 tahun.111

Hubungan hukum antara yang memborongkan dengan pemborong diatur

sebagai berikut:

a. Apabila yang memborongkan maupun pemborongan keduanya pemerintah,

maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.

b. Apabila yang memborongkan pihak pemerintah sedangkan pemborongnya

pihak swasta, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan

yang dapat berupa akta dibawah tangan, surat perintah kerja, surat perjanjian

kerja/kontrak.

c. Apabila yang memborongkan maupun pemborong keduanya pihak swasta,

maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemborongan yang dapat berupa

110
Djumialdji, Op. Cit., hal. 26.
111
Munir Fuady (II), Op. Cit., hal. 24.

Universitas Sumatera Utara


79

akta di bawah tangan, surat perintah kerja, surat perjanjian

pemborongan/kontrak.112

3. Perencana/Arsitek

Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi menyatakan perencana konstruksi adalah “Penyedia jasa orang

perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang professional di bidang

perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk

dokumen perencanaan bangunan fisik lain”.

Perencana/Arsitek/Konsultan Perencana/Ahli dapat perorangan atau badan

hukum baik pemerintah maupun swasta. Untuk mendirikan perusahaan jasa

konstruksi, perencana harus memperoleh izin dari Menteri Pekerjaan

Umum/Pejabat yang ditunjuk. Izin tersebut adalah Surat Izin Usaha Jasa

Konstruksi (SIUJK).113

Tugas Perencana yaitu:114

a. Sebagai penasihat

Disini perencana mempunyai tugas membuat rencana biaya dan gambar

bangunan sesuai dengan pesanan pemberi tugas. Hubungan pemberi tugas

dengan perencana sebagai penasihat dituangkan dalam perjanjian melakukan

jasa-jasa tunggal. Dalam praktek perjanjian melakukan jasa-jasa tunggal

disebut dengan istilah seperti perjanjian perencana, perjanjian pekerjaan

perencana.

b. Sebagai wakil

112
Djumialdji, Op. Cit., hal. 29.
113
Ibid. hal. 30.
114
F.X. Djumialdji, Op.Cit., hal. 11.

Universitas Sumatera Utara


80

Disini perencana bertindak sebagai pengawas, dengan tugas mengawasi

pelaksanaan pekerjaan. Hubungan antara pemberi tugas dengan perencana

sebagai wakil dituangkan dalam perjanjian pemberi kuasa (Pasal 1792-1819

KUHPerdata).

Sebagai wakil atau si kuasa, perencana dapat diberhentikan sewaktu-waktu

hal ini diatur dalam Pasal 1814 KUHPerdata yang menyatakan: “Si pemberi kuasa

dapat menarik kembali kuasanya manakala itu dikehendakinya, dan jika ada

alasan untuk itu, memaksa si kuasa untuk mengembalikan kuasa yang

dipegangnya”. Perencana dapat menunjuk orang lain untuk mengawasi

pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikatakan ada substitusi. Tentang substitusi itu

dalam Pasal 1803 KUHPerdata ditentukan sebagai berikut:

Si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya

sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya:

a. Jika ia tidak diberikan hak untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya.

b. Jika hak itu telah diberikan kepadanya tanpa pengikatan seorang tertentu,

sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seorang yang tak cakap atau tak

mampu.115

4. Direksi/Pengawas/Konsultan Pengawas

Sebagai konsultan pengawas dapat ditunjuk juga konsultan perencana atau

konsultan lain baik pemerintah maupun swasta. Tugas konsultan pengawas

meliputi seluruh pengawasan atas tahap konstruksi, dalam hal ini konsultan

pengawas sebagai pemadu antara bestek, pelaksanaan pekerjaan dan syarat-syarat

teknis yang ada.116

115
Ibid., hal. 12.
116
Djumialdji, Op. Cit., hal. 34.

Universitas Sumatera Utara


81

Konsultan pengawas dengan keahliannya bertugas mengawasi seluruh

kegiatan pekerjaan konstruksi mulai dari penyiapan, penggunaan dan mutu bahan,

pelaksanaan pekerjaan serta pelaksana akhir atas hasil pekerjaan sebelum

penyerahan. Pengawasan pelaksanaan berarti mewakili yang memborongkan

dalam segala hal yang menyangkut pelaksanaan yaitu member pimpinan dan

mengadakan pengawasan dalam pelaksanaan pekerjaan.117 Selain itu, pada waktu

pelelangan pekerjaan, direksi bertugas sebagai panitia pelelangan yaitu

mengadakan pengumuman pelelangan yang akan dilaksanakan, memberikan

penjelasan mengenai RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) untuk

pemborongan-pemborongan/pembelian dan membuat berita acara penjelasan,

melaksanakan pembukuan surat penawaran dan membuat berita acara pembukuan

surat penawaran, mengadakan penilaian dan menetapkan calon pemenang serta

membuat berita acara hasil pelelangan dan sebagainya.118

Hubungan hukum antara direksi/pengawas dengan yang memborongkan

diatur sebagai berikut:119

1. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak pemerintah,

maka hubungan hukumnya disebut hubungan kedinasan.

2. Apabila direksi pihak swasta sedangkan yang memborongkan pihak

pemerintah, maka hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa, di

mana yang member kuasa pihak yang memborongkan (pemerintah) sedangkan

yang diberi kuasa adalah pihak direksi (swasta)

3. Apabila direksi dan yang memborongkan keduanya adalah pihak swasta maka

hubungan hukumnya disebut perjanjian pemberian kuasa.


117
Ibid.
118
F.X. Djumialdji, Op. Cit., hal. 12.
119
Djumialdji, Op. Cit., hal. 34.

Universitas Sumatera Utara


82

Perjanjian pemberian kuasa diatur dalam Bab XVI Buku III KUHPerdata.

Perjanjian pemberian kuasa antara yang memborongkan dengan direksi/pengawas

di dalam praktek disebut dengan surat perjanjian pekerjaan pengawasan.

Kedudukan direksi terhadap yang memborongkan adalah sebagai kuasa/wakil dari

yang memborongkan.120

2. Jenis-Jenis Perjanjian Pemborongan

Dalam KUHPerdata dikenal adanya 2 (dua) jenis perjanjian pemborongan

yaitu:

1. Perjanjian pemborong dimana pemborong hanya melakukan pekerjaan saja.

2. Perjanjian pemborongan dimana pemborong selain melakukan pekerjaan juga

menyediakan bahan-bahannya (materialnya).

Perbedaan kedua jenis perjanjian pemborongan tersebut dalam hal risiko

kalau terjadi keadaan memaksa (overmach). Dalam perjanjian pemborongan

dimana pemborong hanya melakukan pekerjaan saja, apabila pekerjaan itu

musnah sebelum diserahkan, maka pemborong hanya bertanggung jawab atas

kesalahannya saja.121 Hal ini diatur dalam Pasal 1606 KUHPerdata menyatakan

bahwa “Jika si pemborong diwajibkan melakukan pekerjaan saja dan

pekerjaannya musnah, maka ia hanya bertanggung jawab untuk kesalahannya”.

Dalam perjanjian pemborongan dimana pemborong selain melakukan

pekerjaan juga menyediakan bahan-bahannya, apabila pekerjaan itu musnah

sebelum diserahkan, maka pemborong bertanggungjawab baik karena

kesalahannya maupun bukan karena kesalahannya, kecuali jika pihak yang

120
Ibid.
121
Ibid., hal. 9.

Universitas Sumatera Utara


83

memborongkan telah lalai menerima pekerjaan tersebut. 122 Hal ini diatur dalam

Pasal 1605 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Dalam hanya si pemborong

diwajibkan memberikan bahannya, dan pekerjaannya dengan cara bagaimana pun

musnah sebelumnya pekerjaan itu diserahkan, maka segala kerugian adalah atas

tanggungan si pemborong, kecuali apabila pihak yang memborongkan telah lalai

untuk menerima pekerjaan tersebut.

Munir Fuady membedakan kontrak konstruksi ke dalam beberapa

golongan, yaitu :123

a. Dilihat dari cara penunjukkannya, kontrak konstruksi dapat dibagi ke dalam :

1) Kontrak Konstruksi Dalam Negeri, dan

2) Kontrak Konstruksi Internasional.

Ataupun dapat juga dibagi ke dalam:

1) Kontrak dengan Penunjukan Langsung, dan

2) Kontrak dengan Penunjukan secara lelang.

b. Dilihat dari segi sumber dananya, maka suatu kontrak konstruksi dapat dibagi

ke dalam :

1) Kontrak Konstruksi dengan Dana Perusahaan/Instansi sendiri;

2) Kontrak Konstruksi dengan Dana Pinjaman Dalam Negeri;

3) Kontrak Konstruksi dengan Anggaran Pembelanjaan Biaya Negara

(APBN);

4) Kontrak Konstruksi dengan Anggaran Pembelanjaan Biaya Daerah

(APBD);

5) Kontrak Konstruksi dengan Dana Inpres/Banpres;

122
Ibid.
123
Munir Fuady (II), Op. Cit., hal. 42.

Universitas Sumatera Utara


84

6) Kontrak Konstruksi dengan Biaya Pinjaman Luar Negeri.

c. Dilihat dari segi penyediaan dana tiap-tiap tahun anggaran, maka suatu

kontrak konstruksi dapat dibagi ke dalam :

1) Kontrak Konstruksi dalam Satu Tahun Anggaran

2) Kontrak Konstruksi Lebih dari Satu Tahun Anggaran

d. Dilihat dari segi pemberi tugasnya, maka suatu kontrak konstruksi dapat

dibagi ke dalam :

1) Kontrak Konstruksi dari Perseorangan;

2) Kontrak Konstruksi dari Swasta;

3) Kontrak Konstruksi dari Pemerintah.

e. Dilihat dari segi macam pekerjaannya, maka suatu kontrak konstruksi dapat

dibagi ke dalam :

1) Kontrak Pekerjaan Konstruksi;

2) Kontrak Pengadaan Barang;

3) Kontrak Pengadaan Jasa.

f. Dilihat dari segi penunjukan pihak kontraktor, maka suatu kontrak konstruksi

dapat dibagi ke dalam :

1) Kontrak dengan Tender (Competitive Bidding), yang biasanya merupakan

kontrak dengan fixed price basis, yang terdiri dari :

a. Kontrak dengan Unit Price, dan

b. Kontrak dengan Harga Lump Sum.

Berdasarkan Pasal 50 Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Jo. Peraturan

Presiden No. 5 Tahun 2015 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kontrak

Universitas Sumatera Utara


85

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang Diberlakukan ULP atau pejabat

pengadaan terdiri atas beberapa jenis yaitu:

1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran yang dapat dibagi menjadi :

a. Kontrak Lump Sum;

b. Kontrak Harga Satuan;

c. Kontrak Gabungan Lump Sum dengan Harga Satuan;

d. Kontrak Presentase;

e. Kontrak Terima Jadi (Turnkey).

2. Kontrak berdasarkan pembebanan tahun anggaran yang dapat dibagi menjadi :

a. Kontrak Tahun Tunggal

b. Kontrak Tahun Jamak

3. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan yang dapat dibagi menjadi :

a. Kontrak Pengadaan Tunggal;

b. Konrak Pengadaan Bersama;

c. Kontrak Payung (Framework Contract).

4. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan yang dapat dibagi menjadi :

a. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal

b. Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi

Penjelasan mengenai pembagian jenis kontrak pengadaan barang/jasa

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :124

1. Kontrak berdasarkan cara pembayaran yang dapat dibagi menjadi:

a. Kontrak Lump sum

124
Marzuqi Yahya&Endah Fitri, Buku Pintar Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
Cetakan I, Laskar Aksara, Jakarta, 2012, hal. 74.

Universitas Sumatera Utara


86

Kontrak sump lump merupakan kontrak yang dihitung dari semua

penyelesaian pekerjaan pengadaan barang dan jasa pemerintah sesuai yang

telah diumumkan. Ketentuan:

1) Jumlah harga dirasa pasti dan tetap sehingga tidak dimungkinkan adanya

penyesuaian harga;

2) Resiko yang ada ditanggung oleh penyedia barang dan jasa;

3) Pembayaran dilakukan sesuai isi kontrak dan biasanya dalam satu termin

saja setelah semua pekerjaan selesai;

4) Pekerjaan berorientasi kepada hasil atau keluaran yang hendak dicapai;

5) Total harga yang ditawarkan bersifat mengikat;

6) Pekerjaan harus sesuai dengan isi kontrak sehingga tidak diperkenankan

untuk ditambah atau dikurangi.

Kontrak ini biasanya dilakukan pada pengadaan kendaraan bermotor,

pegadaan patung, konstruksi bagunan sederhana seperti ruang kelas dan

pembuatan aplikasi komputer.

b. Kontrak Harga Satuan

Kontrak harga satuan merupakan pengadaan barang dan jasa atas penyelesaian

seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan ketentuan :

1) Harga satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan

dengan spesifikasi teknis tertentu.

2) Volume dan kuantitas pekerjaan masih bersifat perkiraan pada saat kontrak

dibuat.

3) Pembayaran didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume

pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh rekanan.

Universitas Sumatera Utara


87

4) Pada kontrak ini, dimungkinkan adanya pekerjaan tambahan atau

pekerjaan yang dikurangi berdasarkan hasil pengukuran bersama atas

pekerjaan yang diperlukan.

c. Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan

Kontrak gabungan ini digunakan untuk pekerjaan yang sebagian bisa

menggunakan kontrak Lump Sum kemudian untuk bagian lain harus

menggunakan Kontrak Harga Satuan.

d. Kontrak Presentase

Kontrak presentase merupakan kontrak pengadaan jasa konsultasi atau jasa

lainnya dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Rekanan menerima imbalan berdasarkan presentase dari nilai pekerjaan

tertentu.

b. pembayaran pada kontrak presentase di dasarkan pada tahapan produk

yang dihasilkan sesuai dengan isi kontrak.

e. Kontrak Terima Jadi atau Turn Key

Kontrak Terima Jadi atau Turn Key merupakan kontrak dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh pekerjaan selesai.

b. Pembayaran dilakukan berdasarkan hasil penilaian bersama serta sesuai

dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

c. Kontrak terima jadi digunakan untuk membeli suatu barang atau instalasi

jadi yang hanya diperlukan sekali saja dan tidak mengutamakan

kepentingan untuk transfer teknologi selanjutnya.

2. Kontrak Berdasarkan Pembebanan Tahun Anggaran

Universitas Sumatera Utara


88

a. Kontrak Tahun Tunggal

Kontrak Tahun Tunggal merupakan kontrak yang pelaksanaan

pekerjaannya mengikat anggaran dana dalam jangka waktu satu tahun

anggaran

b. Kontrak Tahun Jamak

Merupakan kontrak yang masa pengerjaannya terdiri atas lebih dari satu

tahun anggaran. Kontrak ini harus melalui persetujuan beberapa pihak atau

pejabat terkait, yaitu:

1) Persetujuan menteri keuangan untuk nilai kontrak di atas 10 miliar

rupiah;

2) Persetujuan menteri atau pemimpin di lembaga tersebut apabila nilai

kontrak dibawah 10 miliar rupiah;

3) Persetujuan kepala daerah untuk kegiatan yang dibiayai APBD.

c. Kontrak Berdasarkan Sumber Pendanaan

1) Kontrak Pendanaan Tunggal

Kontrak pengadaan tunggal merupakan kontrak yang dibuat oleh satu

PPK dengan satu rekanan penyedia barang atau jasa untuk

menyelesaikan satu pekerjaan tertentu dengan jangka waktu yang telah

ditentukan.

2) Kontrak Pengadaan Bersama

Kontrak pengadaan bersama merupakan kontrak yang dibuat oleh

beberapa PPK dengan satu rekanan penyedia barang atau jasa. Kontrak

ini dibuat untuk menyelesaikan satu pekerjaan tertentu dalam jangka

waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan setiap PPK. Biasanya kontrak

Universitas Sumatera Utara


89

bersama dibuat K/L/D/I masing-masing memiliki kebutuhan terhadap

satu barang yang kurang lebih berjenis sama satu dengan lainnya.

Kontrak ini dibuat sebagai sarana efisiensi anggaran APBN maupun

APBD. Barang atau jasa yang biasanya ikerjakan dengan kontrak

bersama yaitu pengadaan alat tulis kantor, pengadaan obat dan

pengadaan komputer.

3) Kontrak Payung

Kontrak payung dinamakan juga dengan frame work contract. Kontrak

ini merupakan kontrak harga satuan antara pemerintah dengan rekanan

penyedia barang atau jasa yang dapat dimanfaatkan oleh K/L/D/I.

Intinya, K/L/D/I tidak perlu melakukan kontrak sendiri-sendiri dan

cukup ditangani secara terpusat oleh pemerintah. Berikut adalah syarat

terpenuhi kontrak payung :

a. Kontrak payung diadakan demi terjaminnya kebutuhan akan

barang atau jasa yang lebih efisien. Sifat barang dan jasa yang

dibutuhkan akan terus berulang dengan volume yang belum bisa

dipastikan.

b. Pembayaran tetap dilakukan oleh PPK masing-masing.

d. Kontrak Berdasarkan Jenis Pekerjaan

1) Kontrak Pengadaan Pekerjaan Tunggal

Kontrak pengadaan pekerjaan tunggal merupakan kontrak pengadaan

barang dan jasa yang hanya terdiri atas satu pekerjaan perencanaan,

pelaksanaan, atau pengawasan.

2) Kontrak Pengadaan Pekerjaan Terintegrasi

Universitas Sumatera Utara


90

Kontrak pengadaan pekerjaan terintegrasi merupakan kontrak

pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan

menggabungkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

Model-model kontrak :

a. Perfomance Based Contract;

b. Design and Built;

c. Engineering Procurement Construction;

d. Design-built-operate-maintain;

e. Service contract;

f. Kontrak Pengelolahan Aset Agar Bisa Bermanfaat Secara Optimal;

g. Kontrak Operasi dan Pemeliharaan Aset.

Didalam perjanjian pemborongan juga dikenal adanya 4 (empat) jaminan

yaitu:

a. Garansi Bank / Bank garansi / Jaminan Bank

Bank garansi merupakan salah satu bentuk dari penanggungan / borgtocht

/ gurantee yang diatur dalam Bab 17 Buku III KUHPerdata dari pasal 1820 sampai

dengan pasal 1850. Menurut pasal 1820 KUHPerdata, Penanggungan adalah suatu

persetujuan dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan dia berpiutang,

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang manakala orang ini

sendiri tidak memenuhinya. Dengan kata lain, seorang pihak ketiga yang disebut

penanggung/penjamin menjamin kepada pihak yang berpiutang/kreditor/

penerima jaminan untuk memenuhi prestasinya (wanprestasi).125

125
Djumialdji, Op. Cit., hal. 129.

Universitas Sumatera Utara


91

Dalam bank garansi yang bertindak sebagai penanggung/penjamin adalah

badan hukum yaitu bank. Bank bersedia sebagai penanggung/penjamin berarti

bersedia menanggung resiko apabila debitor/yang terjamin melakukan

wanprestasi, karena bank sebelumnya telah meminta jaminan lawan/kontra

garansi kepada debitor/terjamin yang nilainya sekurang-kurangnya sama dengan

jumlah uang yang ditetapkan sebagai jaminan yang tercantum didalam bank

garansi. Jaminan lawan/kontra garansi dapat berupa uang tunai atau lainya seperti

dana giro, deposito, surat-surat berharga dan harta kekayaan lainnya. Demikian

juga atas pemberian bank garansi, bank akan menerima imbalan yang disebut

dengan provisi dari debitor/terjamin yang besarnya dihitung atas dasar persentase

dari jumlah nilai bank garansi untuk jangka waktu tertentu.126

Apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debitor/terjamin, maka

bank sebagai penanggung/penjamin menggantikan kedudukan debitor/terjamin,

oleh karena itu bank membayar sejumlah uang kepada Kreditor/penerima

jaminan. Sejak saat itu menjadi hubungan antara pihak yang memberikan

kredit/kreditor dengan pihak yang menerima kredit/debitor.127

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka bank garansi tidak lain adalah

suatu bentuk kredit yang tergantung pada suatu keadaan tertentu diwaktu

mendatang. Hubungan kredit tidak timbul apabila atas pemberian bank garansi

disediakan jaminan lawan/kontrak garansi yang cukup nilainya dan bank

mencairkan jaminan lawan tersebut.128

Sifat dari bank garansi adalah accessoir artinya bank garansi merupakan

perjanjian tambahan, maksudnya adalah bank garansi tergantung adanya


126
Ibid.
127
Ibid.
128
Ibid., hal. 130.

Universitas Sumatera Utara


92

perjanjian pokok misalnya, perjanjian pemborongan. Dengan kata lain, adanya

perjanjian tambahan (bank garansi) tergantung adanya perjanjian pokok (misalnya

perjanjian pemborongan). Apabila perjanjian pokoknya hapus, maka perjanjian

tambahan juga hapus.129

Adapun macam-macam jaminan Bank/Bank Garasi dalam rangka

perjanjian pemborongan, yaitu:

1. Jaminan penawaran/jaminan tender/jaminan pelelangan/bid bond/tender bond.

Jaminan penawaran adalah suatu bentuk penanggungan dimanaBank

menjamin pembayaran sejumlah uang tertentu untuk memenuhi penawaran

didalam pelelangan pemborongan pekerjaan. Jaminan penawaran ini

merupakan syarat jika pemborong mau mengikuti pelelangan/tender dimana

yang bertindak sebagai bouwheer adalah pemerintah atau proyek-proyek yang

dibiayai Pemerintah.130

2. Jaminan pelaksanaan/perfomance bond

Jaminan pelaksanaan adalah suatu jenis perjanjian penanggungan dimana

Bank sebagai penanggung menjamin akan membayar sejumlah uang tertentu

kepada si penerima jaminan apabila pemborong yang dijamin yang telah

dinyatakan menang dalam pelelangan tidak memenuhi kewajibannya.131

3. Jaminan uang muka/pre payment bond/advance payment bond

Uang muka baru ada kalau didalam perjanjian/kontrak pemborongan

dimuatketentuan mengenai pembayaran uang muka. Jika pemborong akan

129
Ibid.
130
F.X. Djumialdji, Op. Cit., hal. 32.
131
Ibid., hal. 36.

Universitas Sumatera Utara


93

mengambil uang muka, maka pemborong harus memberikan surat jaminan

uang muka.132

b. Surety bond

Surety bond adalah jaminan dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh

perusahaan asuransi kerugian yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap

pihak yang menerima jaminan apabila yang dijamin melakukan cidera janji

(wanprestasi).133

Dalam sistem jaminan atau surety bond dikenal tiga pihak yaitu :134

1. Obligee yaitu pihak yang berhak atas prestasi serta merupakan pihak

dilindungi dengan jaminan surety bond terhadap suatu kerugian adalah

instansi pemberi pekerjaan/bouwbeer/owner/pemilik proyek.

2. Prinsipal yaitu pihak yang berwajib memberikan prestasi serta merupakan

pihak yang dijamin dengan jaminan surety bond, adalah

rekanan/kontraktor/penyalur/supplier barang dan sebagainya.

3. Surety yaitu pihak yang memberikan jaminan dalam bentuk surety bond

adalah PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja.

Adapun macam-macam surety bond adalah :

1. Jaminan penawaran/bid bond/tender bond

Dalam hal ini surety company menjamin oblige bahwa prinsipal (rekanan)

akan menutup kontrak dan menyediakan jaminan pelaksanaan/performance

bond. Jika rekan ternyata tidak sanggup menutup kontrak atau menyediakan

jaminan pelaksanaan, maka kontrak biasanya diberikan kepada penawar

terendah berikutnya. Penjamin yang telah menyatakan bertanggung jawab


132
Ibid., hal. 37.
133
Djumialdji, Op. Cit., hal. 141.
134
F.X. Djumialdji, Op. Cit., hal. 40.

Universitas Sumatera Utara


94

terhadap rekanan, menjamin selisih nilai antara harga kontrak penawaan

Rekanan I dan Rekanan II yang mendapatkan tender tadi dengan maksimum

sebesar jumlah nilai jaminan.135

2. Jaminan pelaksanaan/performance bond

Jaminan pelaksanaan diisyaratkan bagi rekanan yang ditunjuk melaksanakan

pekerjaan atau menang dalam pelelangan sebelum menandatangani surat

perjanjian/kontrak harus diserahkan. Adapun tujuan jaminan pelaksanaan agar

rekanan melaksanakan pekerjaan sampai selesai.136

3. Jaminan pembayaran uang muka/advance payment bond

Jaminan uang muka ada apbila surat perjanjian pemborongan/kontrak

ditentukan adanya uang muka dan rekanan ingin mengambil uang muka.

Tujuan jaminan uang muka adalah agaruang muka yang diberikan akan

dipergunakan hanya untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan dan rekanan akan

terikat untuk mengembalikan uang muka tersebut.137

4. Jaminan pemeliharaan/maintenance bond

Jaminan pemeliharaan biasanya merupakan jaminan kerusakan pekerjaan atau

material setelah pelaksanaan pekerjaan selesai. Bond ini menjamin obligee

terhadap kerusakan hasil pekerjaan bahan-bahan bangunan setelah pekerjaan

selesai. Kadang-kadang jaminan pemeliharaan memasukkan suatu kewajiban

lain untuk suatu maksud atau tujuan atau efficient or successful operation.138

c. Jaminan pemeliharaan/maintenance bond

135
Ibid., hal. 44.
136
Djumialdji, Op. Cit., hal. 150.
137
Ibid.
138
F.X. Djumialdji, Op. Cit., hal. 51.

Universitas Sumatera Utara


95

Apabila pemborongan telah menyeselesaikan pekerjaannya sesuai dengan

perjanjian pemborongan, maka pemborong menyerahkan pekerjaannya dan

pemborong menerima pembayarannya. Namun bagi pihak pemborong masih ada

kewajiban-kewajiban untuk memelihara hasil pekerjaan selama jangka waktu

tertentu yang dinamakan masa pemeliharaan. Yang dimaksud denga masa

pemeliharaan yaitu pemborong selama masa jangka waktu tertentu harus

memperbaiki kerusakan-kerusakan dari pekerjaannya itu atau kalau ada

kekurangan-kekurangan pekerjaannya bisa ditambah. Apabila pemborong dalam

masa pemeliharaan tidak mau/tidak sanggup memperbaiki kerusakan atau

menambah pekerjaan yang masih kurang, maka brouwheer akan menegur untuk

melaksanakan kewajibannya. Kalau pemborong tidak mengindahkan, maka

brouwheer akan dapat memperbaiki sendiri atau menyerahkan kepada pihak lain

dengan biaya kepunyaan pemborong, karena bagi pemborong yang telah

menyerahkan pekerjaannya, sebagian uang pemborong masih ditahan ole

brouwheer yaitu sebanyak 5% dari harga borongan.

Jadi yang dimaksud dengan jaminan pemeliharaan yaitu sejumlah uang

tertentu yang besarnya 5% dari harga borongan yang digunakan untuk menjamin

kerusakan-kerusakan pada pekerjaan tersebut selama jangka waktu tertentu. Kalau

masa pemeliharaan sudah habis, uang yan sebesar 5% dari harga pemborongan

dapat diambil oleh pemborong.139

d. Jaminan pembangunan/ bouw garansi

Dalam perjanjian pemborongan dimana bouwheer mensyaratkan

pemborong peserta yang akan melanjutkan pekerjaan jika pemborong utama tidak

139
Ibid., hal. 53-54.

Universitas Sumatera Utara


96

dapat menyelesaikan pekerjaannya misalnya meninggal dunia atau sebagainya.

Jaminan pembangunan mempunyai tujuan agar proyek dapat berjalan secara

berkesinambungan dan tidak macet di jalan.140

Jaminan pembangunan menguntungkan bouwheer sebab tidak perlu

mengalami atagnasi dalam pekerjaan dan tidak perlu mengeluarkan biaya

tambahan sedangkan bagi pemborong utama tidak perlu membayar ganti rugi

sebab bouwheer juga tidak menerima kerugian.141

Jaminan pembangunan merupakan salah satu bentuk dari penanggungan

(borgtocht) yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Akan tetapi jaminan

pembangunan juga mengandung kelemahan-kelemahan sebagai berikut :

1) Pemborong peserta kemungkinan tidak ditunjuk oleh bouwheer untuk

menyelesaikan pekerjaan jika pemborong utama tidak dapat menyelesaikan

pekerjaan. Ada kemungkinan bouwheer malah menunjukkan pemborong lain

sebaliknya pemborong tidak dapat menuntut bouwheer agar pemborong

ditunjuk untuk menyelesaikan pekerjaannya, sebab dalam hal ini pemborong

peserta bukan pihak dalam perjanjian.

2) Pemborong peserta jika telah melakukan pekerjaan tidak dapat langsung minta

kontra prestasi kepada bouwheer melainkan harus melalui pemborong

utama.142

Untuk mengatasi kelemahan–kelelamahan tersebut di atas, maka dalam

perjanjian pemborongan di mana brouwheer mensyaratkan adanya pemborongan

140
Djumialdji, Op. Cit., hal. 158.
141
Ibid., hal. 159.
142
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


97

peserta disamping pemborongan utama ditambah klausus bahwa pemborongan

peserta terikat secara tanggung renteng. 143

Dengan adanya klausus pemborong serta terikat secara tanggung renteng

dalam perjanjian pemborongan maka:

a. Apabila pemborong utama tidak dapat lagi melaksankan pekerjaan maka

pemborong peserta harus ditunjuk untuk melanjutkan pekerjaan tersebut.

b. Apabila pemborong peserta telah melaksanakan pekerjaannya maka

pemborong peserta dapat langsung meminta kontrak prestasi kepada

brouwheer dan tidak lagi melalui pemborong utama.

Dengan demikian dengan adanya klausul pemborongan peserta secara

tanggung renteng dalam perjanjian pemborongan maka pemborongan peserta

telah menjdi pihak dalam perjanjian pemborongan.144

C. Berakhirnya Perjanjian Pemborongan

Perjanjian Pemborongan dapat berakhir dalam hal-hal sebagai berikut:145

1. Pekerjaan telah diselesaikan oleh pemborong setelah masa pemeliharaan

selesai atau dengan kata lain pada penyerahan kedua dan harga borongan telah

dibayar oleh pihak yang memborongkan. Di dalam perjanjian pemborongan

dikenal adanya 2 (dua) macam penyerahan:

a. Penyerahan pertama yaitu penyerahan pekerjaan fisik setelah selesai

100%.

b. Penyerahan kedua yaitu penyerahan pekerjaan setelah masa pemeliharaan

selesai.
143
Ibid.
144
Ibid., hal. 160.
145
Ibid., hal. 20-22.

Universitas Sumatera Utara


98

2. Pembatalan perjanjian pemborongan.

Menurut Pasal 1611 KUHPerdata disebutkan:“Pihak yang memborongkan,

jika dikehendakinya demikian, boleh menghentikan pemborongannya,

meskipun pekerjaannya telah dimulai, asal ia memberikan ganti rugi

sepenuhnya kepada si pemborong untuk segala biaya yang telah

dikeluarkannya guna pekerjaannya serta untuk keuntungan yang terhilang

karenanya.”

3. Kematian pemborong

Menurut Pasal 1612 KUHPerdata bahwa pekerjaan berhenti dengan

meninggalnya si pemborong. Di sini pihak yang memborongkan harus

membayar pekerjaan yang telah diselesaikan, juga bahan-bahan yang telah

disediakan. Demikan juga ahli waris pemborong tidak boleh melanjutkan

pekerjaan tersebut tanpa seizin yang memborongkan. Sebaliknya dengan

meninggalnya pihak yang memborongkan, maka perjanjian pemborongan

tidak berakhir. Oleh karena itu ahli waris dari yang memborongkan harus

melanjutkan atau membatalkan dengan kata sepakat kedua belah pihak. Pada

waktu sekarang pemborong adalah berbentuk badan hukum, makan dengan

meninggalnya pemborong, perjanjian pemborongan tidak akan berakhir

karena pekerjaan dapat dilanjutkan anggota yang lain dari badan hukum

tersebut.

4. Kepailitan.

5. Pemutusan perjanjian pemborongan.

Pemutusan perjanjian pemborongan ini karena adanya wanprestasi. Pemutusan

perjanjian pemborongan ini untuk waktu yang akan dating dengan kata lain

Universitas Sumatera Utara


99

pekerjaan yang belum dikerjakan yang diputuskan, namun mengenai

pekerjaan yang telah dikerjakan akan tetap dibayar

6. Persetujuan kedua pihak

Perjanjian pemborongan dapat diakhiri atau berakhir dengan persetujuan

kedua belah pihak.

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Surat Perjanjian (Kontrak) No.

10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

Perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera jaya tentu

menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Hak bagi satu pihak

merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak lain. Secara umum, hak

dari penyedia jasa adalah menerima pembayaran imbalan jasa dari pekerjaan yang

telah dilakukan, sedangkan kewajibannya adalah melaksanakan pekerjaan

sebagaimana yang telah diperjanjikan

Hak-hak yang dimiliki serta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan

oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan penyedia jasa dalam melaksanakan

kontrak diatur dalam Poin 40 Surat Perjanjian (kontrak) nomor 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017, meliputi:

Hak dan Kewajiban PPK:

1. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh penyedia;

2. Meminta laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan oleh penyedia;

Universitas Sumatera Utara


100

3. Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

penyedia untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai ketentuan kontrak;

4. Membayar pekerjaan sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak yang

telah ditetapkan penyedia;

Hak dan Kewajiban Penyedia:

1. Menerima pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang

telah ditentukan dalam kontrak;

2. Meminta fasilitas-fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana dari Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sesuai

ketentuan kontrak;

3. Melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodic kepada Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK);

4. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan

pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak;

5. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh

tanggung jawab dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan,

angkutan ke atau dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun

sementara yang diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan

pekerjaan yang dirinci dalam kontrak;

6. Memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk pemeriksaan

pelaksanaan yang diilakukan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) ;

7. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang

telah ditetapkan dalam kontrak; dan

Universitas Sumatera Utara


101

8. Mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi

lingkungan tempat kerja dan membatasi perusakan dan gangguan kepada

masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan penyedia.

Selain yang disebutkan diatas, penyedia jasa juga berkewajiban

menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, yakni dimulai pada tanggal 22 Juni 2017

dan harus selesai pada tanggal 18 Desember 2017. Untuk pekerjaan ini, besar

denda keterlambatan untuk setiap hari keterlambatan adalah 1/1000 (satu

perseribu) dari harga kontrak. Masa pemeliharaan berlaku selama 180 (seratus

delapan puluh) hari kalender.

Dalam syarat-syarat umum kontrak (SSUK) Poin 42 dijelaskan bahwa

dalam hal menyangkut hak kekayaan, penyedia wajib melindungi Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK) dari segala tuntutan atau klaim dari pihak ketiga yang

disebabkan penggunaan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) oleh penyedia. Selain

itu, dalam hal perlindungan sebagaimana diatur dalam Poin 43 SSUK, penyedia

berkewajiban atas biaya sendiri untuk mengikutsertakan personilnya pada

program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Penyedia berkewajiban untuk mematuhi dan

memerintahkaan personilnya untuk mematuhi peraturan keselamatan kerja, juga

penyedia berkewajiban atas biaya sendiri untuk menyediakan kepada setiap

personilnya perlengkapan keselamatan kerja yang memadai.

Mengenai peristiwa kompensasi diatur dalam Poin 58 SSUK yang

menyatakan bahwa Peristiwa Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia dalam

hal sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


102

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) mengubah jadwal yang dapat

mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;

2. Keterlambatan pembayaran kepada penyedia;

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tidak memberikan gambar-gambar,

spesifikasi dan/atau instruksi sesuai jadwal yang dibutuhkan;

4. Penyedia belum bisa masuk ke lokasi sesuai jadwal dalam kontrak;

5. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) menginstruksikan kepada pihak penyedia

untuk melakukan pengujian tambahan yang setelah dilaksanakan pengujian

ternyata tidak ditemukan kerusakan/kegagalan/penyimpangan;

6. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memerintahkan penundaan pelaksanaan

pekerjaan;

7. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) memerintahkan untuk mengatasi kondisi

tertentu yang tidak dapat diduga sebelumnya dan disebabkan oleh Pejabat

Pembuat Komitmen (PPK);

8. Ketentuan lain dalam SSKK

Jika peristiwa kompensasi mengakibatkan pengeluaran tambahan dan/atau

keterlambatan penyelesaian pekerjaan maka Pejabat Pembuat Komitmen

berkewajiban untuk membayar ganti rugi dan/atau memberikan perpanjangan

waktu penyelesaian pekerjaan. Penyedia tidak berhak atas ganti rugi dan/atau

perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan jika penyedia gagal atau lalai untuk

memberikan peringatan dini dalam mengantisipasi atau membatasi dampak

peristiwa kompensasi.

Mengenai pemeliharaan lingkungan sebagaimana diatur dalam pasal 45

SSUK yang menyatakan bahwa penyedia berkewajiban untuk mengambil

Universitas Sumatera Utara


103

langkah- langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan baik di dalam

maupun di luar tempat kerja dan membatasi gangguan lingkungan terhadap pihak

ketiga dan harta bendanya sehubungan dengan pelaksanaan kontrak ini. Penyedia

juga wajib menyediakan asuransi sejak SPMK sampai dengan tanggal selesainya

pemeliharaan untuk :

1. Semua barang dan peralatan yang mempunyai risiko tinggi terjadinya

kecelakaan, pelaksanaan pekerjaan, serta pekerja untuk pelaksanaan pekerjaan,

atas segala risiko terhadap kecelakaan, kerusakan, kehilangan, serta risiko lain

yang tidak dapat diduga;

2. Pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan ditempat kerjanya;

3. Perlindungan terhadap kegagalan bangunan.

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Kabupaten Toba Samosir dan CV. Priera Jaya telah melaksanakan hak dan

kewajibannya masing-masing. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini tidak terjadi

wanprestasi, sehingga tidak ada denda, sanksi, ganti rugi maupun pemutusan

kontrak secara sepihak. Selama pelaksanaan pekerjaan, para pihak juga

memperhatikan kepentingan umum, yang artinya proses pelaksanaan pekerjaan

rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi di Desa Pintu Pohan tidak memberikan

kerugian pada masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

UPAYA PENYELESAIAN PARA PIHAK APABILA TERJADI


PERSELISIHAN DALAM PELAKSANAAN SURAT PERJANJIAN
(KONTRAK) NO. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

A. Pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/


PUPR/2017
Proses terjadinya Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-DAK/APBD/

SDA/PUPR/2017 sebagaimana yang dijelaskan di bab sebelumnya adalah sesuai

dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015. Setelah kontrak

ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka tahap selanjutnya adalah tahap

pelaksanaan surat perjanjian (kontrak). Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

menerbitkan Surat Penyerahan Lapangan (SPL) Nomor: 10/SPL-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017. Pejabat Pembuat Komitmen menyerahkan

keseluruhan lokasi kerja sebelum Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan.

Penyerahan lapangan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan

lapangan bersama. SPMK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak

penandatanganan kontrak.

Pada tanggal 22 Juni 2017, Pejabat Pembuat Komitmen melalui Surat

Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor 10/SPMK-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

memerintahkan CV Priera Jaya yang diwakili oleh Fahmy Ibrahim selaku Wakil

Direktur untuk melaksankan pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi di Desa Pintu

Pohan, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir dengan ketentuan

bahwa waktu penyelesaian pekerjaan adalah 180 (seratus delapan puluh hari)

kalender, yang dihitung mulai tanggal 22 Juni 2017 s/d 18 Desember 2017.146

146
Wawancara dengan Bapak Piter Pangaribuan,ST selaku Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir.

104

Universitas Sumatera Utara


105

Setelah Surat Penyerahan Lapangan dan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK) diterbitkan, maka Penyedia Jasa dapat memulai pekerjaan

rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi tersebut. Pelaksanaan pekerjaan

dilakukan berdasarkan kontrak yang disepakati oleh para pihak. Tahapan

pekerjaan meliputi:

1. Pekerjaan Pendahuluan;

2. Pekerjaan Tanah;

3. Pekerjaan Konstruksi;

4. Pekerjaan Akhir (Pembersihan/perapihan lokasi bekas pekerjaan).

Penjelasannya adalah sebagai berikut:147

1. Pekerjaan Pendahuluan

Proses pekerjaan ini adalah pekerjaan awal yang dilaksanakan oleh

penyedia jasa pelaksana. Dalam pekerjaan pendahuluan ini, penyedia jasa

melakukan koordinasi dengan pemilik pekerjaan dan bersama direksi teknis,

melakukan peninjauan lapangan untuk melakukan survey serta melakukan

pengukuran untuk menentukan titik/batas pekerjaan yang akan dilaksnakan sesuai

gambar detail. Koordinasi awal untuk melaporkan kondisi eksisting dilapangan

serta menentukan peeil/dasar saluran irigasi yang akan dikerjakan sebagai dasar

elevasi dalam dan lebar bendungan irigasi yang akan dilaksanakan. Seluruh item

pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan volume terlampir dengan memakai jenis/

bahan material yang telah memenuhi standra yang sudah ditentukan maupun yang

sudah ditawarkan oleh penyedia jasa. Proses penyelesaian pekerjaan ini

147
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.

Universitas Sumatera Utara


106

dikerjakan sesuai schedule yang sudah ditetapkan termasuk proses administrasi,

pekerjaan fisik dan serah terima pekerjaan.

a. Sewa Direksi Keet, Los Kerja dan Gudang Bahan

Penyedia jasa pelaksana menyewa bangunan milik masyarakat disekitar

areal lokasi pekerjaan selama berlangsungnya kegiatan. Penyedia jasa

menjamin bahwa material bangunan yang diperlukan rentan terhadap cuaca

dan tidak terjadinya kerusakan mutu bahan yang akan digunakan

b. Pembuatan Papan Nama Pekerjaan

Penyedia jasa membuat papan nama pekerjaan yang berisikan seputar

informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan, agar masyarakat dan pihak terkait

dapat memberikan dukungan dalam pelaksaan pekerjaan utnuk pencapaian

yang maksimal

c. Pekerjaan Mobilisasi/Demobilisasi.

Pekerjaan mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/mendatangkan

peralatan, pengerahan sumber daya yang ada, tenaga kerja, personil dan

perlengkapan yang dibutuhkan dalam melaksanakan semua item pekerjaan di

lapangan sehingga pekerjaan dapat terlaksana sessuai dengan gambar kerja,

daftar kuantitas dan harga dan spesifikasi teknis. Setelah seluruh item

pekerjaan selesai dilaksanakan maka peralatan, tenaga kerja, personil dan

perlengkapan lainnya dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dikembalikan ke

tempat asalnya yang disebut demobilisasi

d. Pekerjaan Pembersihan

Universitas Sumatera Utara


107

Sebelum memulai pekerjaan, harus melakukan pembersihan lapangan dan

menyingkirkan segala jenis sampah, benda-benda lainnya yang ada disekitar

areal lokasi pekerjaan.

e. Pengukuran Awal

Pengukuran awal untuk menentukan batas-batas areal lokasi pekerjaan

yang disesuaikan dengan gambar kerja dan acuan pengukuran awal inilah yang

menjadi ketentuan dalam melaksanakan seluruh item pekerjaan yang sudah

ditentukan dalam dokumen.

2. Pekerjaan Tanah

a. Pekerjaan Galian Tanah Biasa

Pekerjaan galian tanah dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam gambar

pelaksanaan. Dalamnya semua bahan galian harus mendapat persetujuan

direksi teknis dan pengawas lapangan. Dasar galian juga harus terbebas dari

lumpur, humus dan tidak terdapat endapan air dan harus dalam keadaan bersih

dan padat.

b. Pekerjaan Timbunan Tanah

Semua bahan timbunan terdiri dari bahan yang baik dan telah disetujui

oleh Direksi terlebih dahulu. Bahan timbunan harus bebas dari segala tumbh-

tumbuhan atau bahan lain yang tidak diinginkan yang dapat merusak

pekerjaan. Setelah pekerjaan ini dianggap selesai maka pihak penyedia

melaporkannnya terlrbih dahulu untuk dimintakan persetujuan direksi dan

pengawas lapangan

c. Pekerjaan Timbunan Tanah kembali

Universitas Sumatera Utara


108

Semua bahan material untuk timbunan terdiri dari bahan yang baik dan

telah mendapat persetujuan direksi terlebih dahulu. Bahan timbunan harus

bebas dari segala tumbuh-tumbuhan atau bahan lain yang tidak diinginkan

yang dapat merusak pekerjaan

d. Dewatering

Dewatering/pengeringan dilakukan bilamana dilokasi pekerjaan masih

terdapat genangan air sehingga dapat mengganggu terhadap pelaksanaan

pekerjaan.

3. Pekerjaan Konstruksi

Pekerjaan konstruksi terdiri dari pekerjaan pasangan batu belah campuran

1 PC : 4 pasir untuk saluran, pembuatan lantai saluran, pekerjaan plesteran tbl 1

cm campuran 1 PC:3 pasir dan pekerjaan pengeringan dengan mesin pompa.

4. Pekerjaan Akhir

a. Pekerjaan Pembersihan Akhir

Dalam melaksanakan pekerjaan ini, dilakukan pembersihan disekitar area

kerja dari seluruh sisa material maupun rumput-rumpu liar dan

mengumpulkannya pada suatu tempat sebelum diangkut keluar lokasi

pekerjaan.

b. Foto-foto Dokumentasi Kegiatan

Foto dokumentasi kegiatan dibuat untuk merekam seluruh aktifitas

pekerjaan mulai dari awal sampai dengan selesainya seluruh pekerjaan yang

dibagi dalam 3 (tiga) tahapan sesuai dengan progress pekerjaan yang sudah

dilaksanakn dengan memakai pealatan kamera digital. Tahapan pertama adalah

foto dokumentasi tahap 0% (nol persen) yaitu dilakukan pemotretan awal

Universitas Sumatera Utara


109

terhadap kondisi eksiting lapangan sebelum dimulainya pekerjaan. Tahapan

kedua, yaitu foto dokumentasi tahap 50% (lima puluh persen) .Tahap ketiga,

yaitu foto dokumentsi tahap 100% (seratus persen) pada saat pelaksanaan

seluruh pekerjaan sudah selesai dilaksanakan. Seluruh dokumentasi kegiatan

dibuat dalam bundel administrasi proyek sebanyak 3 (tiga) set yang dicetak

berwarna sesuai ukuran standar dokumentasi proyek dan harus diketahui atau

disetujui oleh pengguna jasa, direksi teknis dan penyedia jasa yang ditunjuk

melaksanakan pekerjaan.

c. Serah Terima Pekerjaan dan Masa Pemeliharaan

Serah terima pekerjaan dilakukan setelah semua item yang tertuang dalam

kontrak beserta addendumnya sudah dilaksanakan secara keseluruhan

berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengukuran bersama dan sesuai dengan

gambar detail ataupun pelaksanaan ataupun As Built Drawing. Masa

pemeliharaan menjadi tanggung jawab penyedia jasa aterhadap kerusakan-

kerusakan yang timbul pada konstruksi bangunan yang dikerjakan.

Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi di Desa Pintu Pohan,

Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir dilaksanakan dengan baik.

Dalam proses pelaksanaan pekerjaan, CV. Priera Jaya dan PPK memperhatikan

syarat-syarat umum kontrak dan syarat-syarat khusus kontrak.148 Disamping wajib

melaksanakan isi kontrak yang telah diperjanjikan, CV. Priera Jaya juga

menghindari dan tidak melakukan perbuatan yang dapat merugikan masyarakat di

daerah lokasi pekerjaan.149

148
Wawancara dengan Bapak Piter Pangaribuan,ST selaku Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir.
149
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.

Universitas Sumatera Utara


110

CV. Priera Jaya secara rutin memberikan informasi/laporan kepada

pengguna tentang kemajuan kegiatan yang sudah dilakukan. Laporan ini terdiri

dari laporan harian, mingguan, bulanan. Laporan tersebut bertujuan supaya pihak

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Kabupaten Toba Samosir dapat mengetahui

tingkat kemajuan pekerjaan, melihat persentase pekerjaan yang sudah dikerjakan,

persentase volume pekerjaan yang juga berkaitan dengan tahapan pembayaran. 150

PPK dalam masa pelaksanaan juga melakukan penilaian atas hasil pekerjaan yang

dilakukan oleh CV. Priera Jaya. Mengenai pembayaran prestasi pekerjaan, Poin L

Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) menyatakan pembayaran prestasi

pekerjaan dilakukan dengan cara: Termin/sekaligus. Pembayaran berdasarkan cara

tersebut dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Pembayaran termin 30% dari nilai pekerjaan dengan kemajuan fisik pekerjaan

sebesar 35% yang dibuktikan dengan Progress Report;

2. Pembayaran termin 60% dari nilai pekerjaan dengan kemajuan fisik pekerjaan

sebesar 65%;

3. Pembayaran termin 90% dari nilai nilai pekerjaan dengan kemajuan fisik

pekerjaan sebesar 95%;

4. Pembayaran 100% dari nilai pekerjaan dengan kemajuan fisik pekerjaan

sebesar 100% yang dibuktikan dengan Progress Report, dibayar sebesar 95%

dari nilai kontrak dan sebesar 5% sebagai retensi selama masa pemeliharaan;

5. Pembayaran harus dipotong angsuran uang muka, denda (apabila ada), pajak

dan uang retensi;

150
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.

Universitas Sumatera Utara


111

6. Pembayaran dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang, tidak termasuk

bahan/material dan peralatan yang ada di lokasi pekerjaan.

Apabila ditinjau dari sisi penerapan asas-asas pokok hukum kontrak

lainnya, laporan tersebut merupakan wujud dari penerapan asas iktikad baik dan

kepastian hukum. Memberikan informasi secara tepat dan akurat adalah wujud

dari asas iktikad baik agar pelaksanaan pekerjaan dapat dipantau tahap demi tahap

sampai pekerjaan selesai.151

Ketentuan penyelesaian pekerjaan ini adalah 180 (seratus delapan puluh)

hari kalender, terhitung sejak 22 Juni 2017 sampai dengan 18 Desember 2017.

Dalam hal ini, CV. Priera Jaya menyelesaikan pekerjaan ini tepat waku dan tidak

terlambat, sehingga dapat dikatakan CV. Priera Jaya telah memenuhi

kewajibannya. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir juga telah membayar pekerjaan sesuai

dengan harga yang telah ditetapkan dalam kontrak berdasarkan cara pembayaran

yang terdapat dalam SSKK (Syarat-Syarat Khusus Kontrak). Selain itu Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir juga memberikan

fasilitas berupa korespondensi baik surat menyurat atau pun melalui surat

elektronik dan juga uang muka sebesar 30% (tiga puluh persen) dari nilai kontrak.

Dalam hal ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba

Samosir juga telah memenuhi kewajibannya, sehingga terdapat keseimbangan

antara tanggung jawab dengan upah atau keseimbangan dalam pemenuhan

prestasi sesuai kontrak.

151
Purwosusilo, Op. Cit., hal. 460.

Universitas Sumatera Utara


112

Apabila penyedia jasa lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak

memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka PPK

dapat memutuskan kontrak secara sepihak. Hal ini diatur dalam Pasal 93

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 yang menyatakan :

1. PPK dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila:

a. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia

barang/jasa sudah melampaui 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak;

b. Penyedia barang/jasa lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya

dan tidak memperbaiki kelalaiannya dalam jangka waktu yang telah

ditetapkan

c. Penyedia barang/jasa terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau

pemalsuan dalam proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang

berwenang; dan/atau

d. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/ atau

pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan Pengadaan barang/jasa

dinyatakan benar oleh instansi yang berwenang

Dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak Pasal 38 juga diatur mengenai

Penghentian dan Pemutusan Kontrak, yaitu:

1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai atau

terjadi keadaan kahar.

2. Dalam hal kontrak dihentikan, maka PPK wajib membayar kepada penyedia

sesuai dengan prestasi pekerjaan yang telah dicapai, termasuk :

Universitas Sumatera Utara


113

a. Biaya langsung pengadaan bahan dan perlengkapan untuk pekerjaan ini.

Bahan dan perlengkapan ini harus diserahkan oleh penyedia kepada PPK,

dan selanjutnya menjadi hak milik PPK;

b. Biaya langsung pembongkaran dan demobilisasi hasil pekerjaan sementara

dan peralatan;

c. Biaya langsung demobilisasi personil.

3. Pemutusan kontrak dapat dilakukan oleh pihak penyedia atau pihak PPK.

4. Menyimpang dari Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata, pemutusan kontrak

melalui pemberitahuan tertulis dapat dilakukan apabila:

a. Penyedia lalai/cidera janji dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak

memperbaiki kesalahannya dalam jangka waktu yang telah ditetapkan;

b. Penyedia tanpa persetujuan PPTK/ Pengawas Pekerjaan, tidak memulai

pelaksanaan pekerjaan;

c. Penyedia menghentikan pekerjaan selama 28 (dua puluh delapan) hari dan

penghentian ini tidak tercantum dalam program mutu serta tanpa

persetujuan PPTK/ Pengawas Pekerjaan;

d. Penyedia berada dalam keadaan pailit;

e. Penyedia selama masa kontrak gagal memperbaiki cacat mutu dalam

jangka waktu yang ditetapkan oleh PPK;

f. Penyedia tidak mempertahankan keberlakuan jaminan pelaksanaan;

g. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia

sudah melampaui 5 % (lima perseratus) dari nilai kontrak dan PPK menilai

bahwa penyedia tidak akan sanggup menyelesaikan sisa pekerjaan;

Universitas Sumatera Utara


114

h. PPTK/Pengawas Pekerjaan memerintahkan penyedia untuk menunda

pelaksanaan atau kelanjutan pekerjaan dan perintah tersebut tidak ditarik

selama 28 (dua puluh delapan) hari;

i. PPK tidak menerbitkan SPP untuk pembayaran tagihan angsuran sesuai

dengan yang disepakati sebagaimana tercantum dalam SSKK;

j. Penyedia terbukti melakukan KKN, kecurangan dan/atau pemalsuan dalam

proses pengadaan yang diputuskan oleh instansi yang berwenang; dan/atau

k. Pengaduan tentang penyimpangan prosedur, dugaan KKN dan/atau

pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan pengadaan dinyatakan

benar oleh instansi yang berwenang.

5. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan oleh kesalahan penyedia :

a. Jaminan pelaksanaan dicairkan;

b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia atau jaminan uang muka

dicairkan;

c. Penyedia membayar denda; dan/atau

d. Penyedia dimasukkan dalam daftar hitam.

6. Dalam hal pemutusan kontrak dilakukan karena PPK terlibat prosedur,

melakukan KKN dan/atau pelanggaran persaingan sehat dalam pelaksanaan

pengadaan, maka PPK dikenakan sanksi berdasarkan peraturan perundang-

undangan

Apabila dilihat dari sisi penerapan asas-asas hukum kontrak lainnya,

penghentian atau pemutusan kontrak merupakan perwujudan dari asas kebebasan

berkontrak dalam bentuk hak untuk menghentikan atau memutuskan kontrak

Universitas Sumatera Utara


115

disebabkan adanya tindakan wanprestasi atau perbuatan melawan hukum yang

dilakukan oleh salah satu pihak.152

Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus perseratus), CV. Priera Jaya

mengajukan permintaan secara tertulis kepada PPK untuk penyerahan pekerjaan.

Dalam rangka penilaian hasil pekerjaan, PPK menugaskan Panitia/Pejabat

Penerima Hasil Pekerjaan. Kemudian Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan

melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh CV.

Priera Jaya. Dalam hal adanya kekurangan-kekurangan dan/atau cacat hasil

pekerjaan, CV. Priera Jaya wajib memperbaiki/menyelesaikannya atas Perintah

PPK. Setelah Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan melakukan penilaian,

maka PPK menerima Penyerahan Pertama pekerjaan yang dikerjakan oleh CV.

Priera Jaya. PPK menerima penyerahan pertama pekerjaan setelah seluruh hasil

pekerjaan yang dilaksanakan oleh CV. Priera Jaya dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan kontrak dan diterima oleh Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan.

Setelah itu, pembayaran dilakukan sebesar 95 % (Sembilan puluh lima

perseratus) dari nilai kontrak, sedangkan yang 5% (lima perseratus) merupakan

retensi selama masa pemeliharan atau pembayaran dilakukan sebesar 100%

(seratus perseratus) dari nilai kontrak dan penyedia harus menyerahkan jaminan

pemeliharaan sebesar 5% (lima perseratus) dari nilai kontrak. Pada masa

pemeliharaan, CV. Priera Jaya wajib memelihara hasil pekerjaan. Berdasarkan

hasil wawancara dengan bapak Fahmi Ibrahim selaku Penyedia Jasa, sampai saat

ini kondisi konstruksi bangunan dalam keadaan baik dan tidak mengalami

kerusakan. Apabila dalam masa pemeliharaan ini nantinya ditemukan adanya

152
Ibid., hal. 464.

Universitas Sumatera Utara


116

kerusakan, maka CV. Priera Jaya akan bertanggung jawab memperbaiki

kerusakan tersebut dan melakukan koordinasi bersama direksi teknis dalam

melakukan pekerjaan lapangan. 153 Apabila CV. Priera Jaya tidak melaksanakan

kewajiban pemeliharaan, maka PPK berhak menggunakan uang retensi untuk

membiayai perbaikan/pemeliharaan atau mencairkan jaminan pemeliharaan.

Jika dilihat dari sisi penerapan asas-asas pokok hukum kontrak lainnya,

penerimaan kontrak merupakan perwujudan dari asas konsensualitas dan kekuatan

mengikat. Kedua belah pihak wajib mematuhi isi kontrak sesuai dengan

kesepakatan yang telah tercantum dalam kontrak, termasuk menyerahkan

pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Penyedia terikat secara hukum untuk

menyerahkan hasil pekerjaannya sesuai dengan kualitas, kuantitas serta batas

waktu yang telah disepakati dalam kontrak.154

Dengan demikian pelaksanaan pekerjaan ini telah sesuai dengan apa yang

diperjanjikan para pihak dalam kontrak dan telah memperhatikan ketentuan

hukum yang berlaku. Para pihak telah melaksanakan hak dan kewajibannya

masing-masing. Dapat dikatakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini tidak terjadi

wanprestasi, sehingga tidak ada denda, sanksi, ganti rugi maupun pemutusan

kontrak secara sepihak.

B. Kendala yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak)

No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017

Sebagai suatu rencana manusia, tidak semua dari rencana tersebut tercapai

sesuai dengan apa yang diharapkan. Demikian juga dalam pelaksanaan perjanjian

pemborongan, tidak selamanya apa yang dituangkan para pihak dalam kontrak

153
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim selaku Wakil Direkrur CV. Priera Jaya.
154
Purwosusilo, Op. Cit., hal. 466.

Universitas Sumatera Utara


117

dapat berjalan dengan mulus. Banyak hal yang mempengaruhi baik dipengaruhi

oleh kehendak manusia maupun dipengaruhi diluar kehendak manusia. Secara

umum, kendala-kendala yang sering terjadi dalam perjanjian pemborongan

adalah:155

1. Keterlambatan bahan yang masuk

Keterlambatan bahan merupakan kendala yang sering terjadi di dalam

praktek sehingga mempengaruhi waktu dan proses pelaksanaan pekerjaan.

2. Bahan dan Takaran yang tidak sesuai dengan apa yang diperjanjikan dalam

kontrak.

Bahan dan takaran yang tidak sesuai tentu mempengaruhi kualitas

pekerjaan sehingga fungsi pengawasan perlu ditingkatkan. Apabila

PPTK/Pengawas pekerjaan mendapati bahwa bahan dan takaran tidak sesuai

pada saat pelaksanaan pekerjaan, maka pengawas pekerjaan memberikan

perintah supaya bangunan dibongkar ulang apabila bahan sudah terpasang, dan

apabila belum terpasang, pengawas pekerjaan memberitahukan kepada

pemborong supaya mengganti bahan tersebut sesuai dengan apa yang

diperjanjikan.

3. Kurangnya komunikasi antara Pemborong dengan PPK maupun

PPTK/Pengawas pekerjaan

Kurangnya komunikasi diantara para pihak merupakan kendala yang

sering terjadi didalam praktek. Alangkah lebih baik jika para pihak dapat

bekerjasama dengan baik. Misalnya pemborong harus dapat menerima

masukan-masukan yang diberikan oleh PPTK/Pengawas pekerjaan selama

155
Wawancara dengan Bapak Jayan Manurung selaku Pengawas Pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


118

proses pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kewenangan PPTK/Pengawas

pekerjaan. Pemborong juga dapat menyampaikan hambatan-hambatan yang

terjadi dalam proses pelaksanaan pekerjaaan kepada PPTK atau Pengawas

Pekerjaan sehingga proses pengerjaannya maksimal.

4. Faktor cuaca

Faktor cuaca sering menjadi kendala dalam pelaksanaan pekerjaan,

sehingga dapat mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan.

Adapun kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan Surat Perjanjian

(Kontrak) No 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 adalah sebagai berikut :

1. Respon Masyarakat yang Berbeda-beda di Daerah Lokasi Pekerjaan

Setiap masyarakat tentu mempunyai karakter yang berbeda-beda,

demikian juga pada saat pelaksanaan pekerjaan, sebagian masyarakat

menyambut baik pembangunan rehabilitasi jaringan irigasi di Desa Pintu

Pohan dan ada sebagian masyarakat yang salah paham terhadap pembangunan

tersebut. Pembangunan tersebut dinilai hanya sebatas program yang asal-asal

dikerjakan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap masyarakat bahkan proses

pengerjaannya dinilai merugikan sebagian masyarakat.156

Dalam hal ini, Pengawas pekerjaan dan pemborong melakukan pendekatan

terhadap masyarakat setempat, membangun komunikasi yang baik terhadap

kepala desa, tokoh masyarakat serta warga di Desa Pintu Pohan dan

menjelaskan bahwa pembangunan rehabilitasi jaringan irigasi tersebut

tentunya akan dikerjakan dengan maksimal sehingga nantinya dapat berfungsi

dengan baik mengairi sawah masyarakat sehingga hasil panen masyarakat

156
Wawancara dengan Bapak Jayan Manurung selaku Pengawas Pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


119

dapat meningkat setiap tahunnya. Pihak pemborong juga mempekerjakan

masyarakat setempat yang mempunyai keahlian sebagai tukang sebagai rasa

hormat pemborong terhadap warga di Desa Pintu Pohan yang nantinya

diharapkan, masyarakat dan pihak pemborong sama-sama menjaga keamanan

pekerja dan keamanan bangunan selama pelaksanaan maupun seteleh

pekerjaan selesai dilaksanakan. Dengan kata lain, selama proses

pembangunan, diharapkan masyarakat tidak merusak bangunan fisik yang

dikerjakan ataupun merusak bahan bahan di lokasi pekerjaan tetapi sama-sama

menjaga agar proses pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lancar.157

2. Faktor Cuaca

Pada saat pelaksanaan pekerjaan, hujan turun sangat deras sehingga

mempengaruhi pekerjaan. Pada saat itu, hujan turun sangat deras selama satu

minggu berturut-turut sehingga pemborong memutuskan menghentikan

pekerjaan untuk sementara waktu dan memilih untuk melanjutkan pekerjaan

ketika cuaca sudah baik. Apabila pekerjaan dilanjutkan dengan kondisi hujan

maka kualitas pekerjaan bangunan tersebut tidak akan maksimal dan harus

dikerjakan ulang. Hujan yang sangat deras tentunya akan mempengaruhi

waktu penyelesaian pekerjaan. Tetapi dalam perjanjian pemborongan ini, CV.

Priera Jaya tetap dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu.158

3. Jarak Penurunan Bahan Material yang Jauh dari Lokasi Pekerjaan

Dalam proses pengantaran bahan material dari tempat penurunan bahan

ke lokasi pekerjaan adakalanya mengalami kesulitan karena lokasi pekerjaan

rehabilitasi jaringan irigasi ini mempunyai jarak yang jauh dari tepi jalan.
157
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim Selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.
158
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim Selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.

Universitas Sumatera Utara


120

Bahan-bahan material tidak dapat langsung sampai ke lokasi pekerjaan karena

lokasi pekerjaan jaringan irigasi ini berada di tengah sawah yang tidak dapat

dijangkau oleh mobil truk pengantar bahan material, sehingga bahan material

seperti pasir, batu dan bahan yang lain harus diantar menggunakan beko,

sorong melalui pematang sawah.159

Apabila hujan turun deras berhari-hari maka pematang sawah tersebut

menjadi becek dan pekerja mengalami kesulitan mengantar untuk sampai ke

lokasi pekerjaan. Untuk mengantisipasinya, pihak pemborong melalui pekerja

membuat papan diatas pematang sawah yang dilakukan setelah meminta izin

kepada warga yang mempunyai sawah disekitaran lokasi tersebut supaya

proses pengantaran bahan dapat tetap berjalan. Dalam proses pengantaran

bahan material, pihak pemborong tetap memperhatikan keamanan tanaman

padi milik masyarakat supaya ketika proses pengantaran, tanaman padi

tersebut tidak rusak karena bahan-bahan material.160

4. Pengalihan Aliran Air

Dalam proses pengerjaan bangunan fisik jaringan irigasi, adakalanya aliran

air harus dihentikan atau dialihkan ke lokasi lain supaya bangunan fisik dapat

dikerjakan. Namun kebutuhan masyarakat di lokasi pekerjaan berbeda-beda,

sebagian masyarakat memerlukan air untuk sawah sehingga merasa keberatan

jika aliran air diberhentikan untuk sementara waktu sedangkan sebagian

masyarakat yang lain tidak setuju apabila aliran air harus dialihkan ke lokasi

mereka. Hal ini juga salah satu kendala dalam pengerjaan rehabilitasi jaringan

irigasi di Desa pintu pohan. Dalam hal ini, pihak pemborong tetap
159
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim Selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.
160
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim Selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.

Universitas Sumatera Utara


121

mengutamakan kepentingan masyarakat karena pada prinsipnya pihak

pemborong tidak ingin merugikan masyarakat setempat. Pihak pemborong

menunggu selama beberapa minggu sampai pekerjaan benar-benar dapat

dilaksanakan tanpa merugikan masyarakat setempat.161

Faktor yang juga dapat menjadi penghambat dalam pekerjaan

pemborongan adalah keadaan diluar dugaan manusia atau sering disebut dengan

keadaan kahar. Menurut Pasal 91 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun

2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, keadaan kahar adalah suatu

keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan

sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak

dapat dipenuhi. Yang digolongkan keadaan kahar meliputi bencana alam, bencana

non alam, bencana sosial, pemogokan, kebakaran, dan/atau gangguan industri

lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan

dan menteri teknis terkait. Menurut Poin 37 ayat (3) SSUK, Apabila terjadi

keadaan kahar, maka penyedia memberitahukan kepada PPK paling lambat 14

(empat belas) hari sejak terjadinya keadaan kahar, dengan menyertakan

penyertaan keadaan kahar dari pejabat yang berwenang”

Poin 37 ayat (3) SSUK menyatakan “pada saat terjadinya keadaan kahar,

kontrak ini akan dihentikan sementara hingga keadaan kahar berakhir dengan

ketentuan, penyedia berhak untuk menerima pembayaran sesuai dengan prestasi

atau kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai. Jika selama masa

keadaan kahar PPK memerintahkan secara tertulis kepada penyedia untuk

meneruskan pekerjaan sedapat mungkin maka penyedia berhak untuk menerima

161
Wawancara dengan Bapak Fahmy Ibrahim Selaku Wakil Direktur CV. Priera Jaya.

Universitas Sumatera Utara


122

pembayaran sebagaimana ditentukan dalam kontrak dan mendapat penggantian

biaya yang wajar sesuai dengan yang telah dikeluarkan untuk bekerja dalam

situasi demikian. Penggantian biaya ini harus diatur dalam suatu addendum

kontrak”

C. Upaya Penyelesaian Para Pihak Apabila Terjadi Perselisihan dalam


Pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak) No.10/KTR-DAK/APBD/SDA/
PUPR / 2017
Pada dasarnya setiap kontrak (perjanjian) yang dibuat para pihak harus

dapat dilaksanakan dengan sukarela atau iktikad baik, namun dalam kenyataannya

kontrak yang dibuatnya seringkali dilanggar.162 Dalam suatu perjanjian terdapat

hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan masing-masing pihak. Sengketa dapat

timbul jika salah satu pihak tidak melaksanakan prestasinya. Secara garis besar

pola penyelesaian sengketa dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu:163

1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan (litigasi)

Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaian

sengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh pengadilan.

Putusannya bersifat mengikat.

2. Penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi)

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan atau lazim disebut dengan alternatif

penyelesaian sengketa (ADR) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau

nbeda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni

penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,

konsiliasi, atau penilaian ahli (pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa)

162
Salim H.S, Op. Cit., hal. 140.
163
Ibid.

Universitas Sumatera Utara


123

Penggunaan sistem litigasi mempunyai keuntungan dan kekurangan dalam

penyelesaian suatu sengketa. Keuntungannya yaitu:164

a. Dalam mengambil alih keputusan dari para pihak, litigasi sekurang-kurangnya

dalam batas tertentu menjamin bahwa kekuasaan tidak dapat mempengaruhi

hasil dan dapat menjamin ketentraman sosial;

b. Litigasi sangat baik sekali untuk menemukan berbagai kesalahan dan masalah

dalam posisi pihak lawan;

c. Litigasi memberikan suatu standar bagi prosedur yang adil dan memberikan

peluang yang luas kepada para pihak untuk didengar keterangannya sebelum

mengambil keputusan;

d. Litigasi membawa nilai-nilai masyarakat untuk penyelesaian sengketa pribadi;

e. Dalam sistem litigasi para hakim menerapkan nilai-nilai masyarakat yang

terkandung dalam hukum untuk menyelesaikan sengketa

Adapun kekurangan litigasi yaitu:165

a. Memaksa para pihak pada posisi yang ekstrem;

b. Memerlukan pembelaan (advocasy) atas setiap maksud yang dapat

mempengaruhi putusan;

c. Litigasi benar-benar mengangkat seluruh persoalan dalam suatu perkara,

apakah persoalan materi (substantive) atau prosedur, untuk persamaan

kepentingan dan mendorong para pihak melakukan penyelidikan fakta yang

ekstrem dan sering kali marginal;

d. Menyita waktu dan meningkatkan biaya keuangan;

164
Ibid., hal. 141.
165
Ibid., hal. 142.

Universitas Sumatera Utara


124

e. Fakta-fakta yang dapat dibuktikan membentuk kerangka persoaan, para pihak

tidak selalu mampu mengungkapkan kekhawatiran mereka yang sebenarnya;

f. Litigasi tidak mengupayakan untuk memperbaiki atau memulihkan hubungan

para pihak yang bersengketa;

g. Litigasi tidak cocok untuk sengketa yang bersifat polisentris, yaitu sengketa

yang melibatkan banyak pihak, banyak persoalan dan beberapa kemungkinan

alternative penyelesaian.

Mengenai penyelesaian sengketa atau perselisihan dalam perjanjian yang

dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba

Samosir dengan CV. Priera Jaya ini diatur dalam Pasal 71 SSUK yang berbunyi:

1. Para pihak berkewajiban untuk berupaya sungguh-sungguh menyelesaikan

secara damai semua perselisihan yang timbul dari atau berhubungan dengan

kontrak ini atau interpretasinya selama atau setelah pelaksanaan pekerjaan ini

2. Penyelesaian perselisihan atau sengketa antara para pihak dalam kontrak

dapat dilakukan melalui musyawarah, arbitrase, mediasi, konsiliasi atau

pengadilan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Mengenai pengertian Arbitrase, Pasal 1 Undang-Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan

bahwa Arbitrase adalah penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum

yang berdasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak

yang bersengketa.

Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, dimana pihak luar

yang tidak memihak (impartial) bekerja sama dengan pihak yang bersengketa

untuk mencari kesepakatan bersama. Mediator tidak berwenang untuk memutus

Universitas Sumatera Utara


125

sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan yang dikuasakan kepadanya.166

Konsiliasi yaitu jika pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan

suatu kesepakatan dan pihak ketiga yang mengajukan usulan jalan keluar sebagai

penyelesaian. Proses ini disebut dengan konsiliasi. Proses model ini mengacu

pada pola penyelesaian secara consensus, yaitu pihak netral dapat berperan secara

aktif ataupun secara pasif. Pihak yang bersengketa harus menyatakan persetujuan

atas usulan pihak ketiga tersebut dan menjadikannya sebagai kesepakatan dalam

penyelesaian sengketa.167

Dalam SSKK juga mengatur mengenai penyelesaian perselisihan. Huruf F

SSKK menyatakan jika perselisihan para pihak mengenai pelaksanaan kontrak

tidak dapat diselesaikan secara damai maka para pihak menetapkan lembaga

penyelesaian perselisihan tersebut dibawah sebagai pemutus sengketa: Pengadilan

Negeri Balige di Balige .

Berdasarkan hasil wawancara penulis, apabila terjadi sengketa atau

perselisihan selama pelaksanaan pekerjaan maka akan diselesaikan dengan damai

terlebih dahulu. Tetapi apabila tidak dapat diselesaikan secara damai maka para

pihak akan menetapkan lembaga penyelesaian sebagai pemutus sengketa yaitu

Pengadilan Negeri Balige. Namun selama pelaksanaan Surat Perjanjian (Kontrak)

No. 10/KTR-DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 tentang Rehabiltasi/Pemeliharaan

Jaringan Irigasi Antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten

Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya tidak pernah terjadi sengketa atau

166
Kjotibul Umam, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Pustaka
Yustisia,Yogyakarta, 2010. hal. 10.
167
Ibid, hal. 11.

Universitas Sumatera Utara


126

perselisihan. masing-masing pihak telah melaksanakan prestasinya berdasarkan

kontrak yang telah disepakati dan ditandatangani.168

168
Wawancara dengan Bapak Piter Pangaribuan,ST selaku Pejabat Pembuat Komitmen
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses terjadinya Surat Perjanjian (Kontrak) No. 10/KTR-

DAK/APBD/SDA/PUPR/2017 tentang Rehabilitasi/Pemeliharaan Jaringan

Irigasi di Kabupaten Toba Samosir, antara Dinas Pekerjaan Umum dan

Pentaan Ruang Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Priera Jaya sampai

dengan pelaksanaannya telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku

sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah. Pemilihan penyedia jasa dilakukan dengan metode Pelelangan

umum pascakualifikasi dan evaluasi dilakukan dengan sistem gugur. Tidak

terdapat kecurangan ataupun KKN selama proses pelelangan. Dengan kata

lain, proses pelelangan yang dimulai dengan tahap pengumuman pekerjaan

sampai dengan pengumuman pemenang berjalan sesuai dengan Peraturan

Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah. Adapun pelaksanaan pekerjaan Rehabilitasi Jaringan Irigasi di

Desa Pintu Pohan ini diselesaikan dengan tepat waktu dan proses

pelaksanaannya dikerjakan sesuai dengan isi kontrak.

2. Para pihak memiliki hak dan kewajiban yang harus dilaksankan. Dinas

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir sebagai pihak

127

Universitas Sumatera Utara


128

pemberi pekerjaan berhak untuk menerima hasil pekerjaan sesuai dengan

jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak, menerima

laporan-laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang

dilakukan oleh CV. Priera Jaya, menerima keterangan-keterangan yang

diperlukan dalam pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan kewajiban

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir adalah

mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh CV. Priera Jaya,

memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh CV.

Priera Jaya untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, membayar pekerjaan

sesuai dengan harga yang tercantum dalam kontrak kepada CV. Priera Jaya.

Adapun hak CV. Priera Jaya sebagai pihak penyedia jasa adalah menerima

pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan harga yang telah

ditentukan dalam kontrak, menerima fasilitas dalam bentuk sarana dan

prasarana untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. sedangkan kewajiban CV.

Priera Jaya adalah melaporkan pelaksanaan pekerjaan secara periodik kepada

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir,

melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan

pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak, melaksanakan dan

menyelesaikan pekerjaan secara cermat, akurat dan penuh tanggung jawab

dengan menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, angkutan ke atau

dari lapangan, dan segala pekerjaan permanen maupun sementara yang

diperlukan untuk pelaksanaan, penyelesaian dan perbaikan pekerjaan yang

dirinci dalam kontrak, memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan

untuk pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan, menyerahkan hasil pekerjaan

Universitas Sumatera Utara


129

sesuai dengan jadwal penyerahan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam

kontrak, mengambil langkah-langkah yang cukup memadai untuk melindungi

lingkungan tempat kerja dan membatasi kerusakan dan gangguan kepada

masyarakat maupun miliknya akibat kegiatan pelaksanaan pekerjaan. Dalam

hal ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Toba Samosir

dan CV. Priera Jaya telah melaksanakan hak dan kewajiban dengan baik.

Tidak terjadi wanprestasi selama pelaksanaan pekerjaan.

3. Dalam pelaksanaan perjanjian antara Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang Kabupaten Toba Samosir tidak pernah terjadi perselisihan atau

sengketa di antara para pihak. Pelaksanaan perjanjian berjalan sesuai dengan

apa yang sudah disepakati para pihak dalam kontrak. Namun apabila terjadi

perselisihan, Poin N Syarat-Syarat Khusus Kontrak (SSKK) menyatakan

bahwa penyelesaian perselisihan dilakukan secara damai, tetapi jika

perselisihan tidak dapat diselesaikan secara damai, maka para pihak

menetapkan lembaga penyelesaian sebagai pemutus sengketa yaitu Pengadilan

Negeri Balige di Balige.

B. SARAN

1. Dalam perjanjian pemborongan, para pihak harus memperhatikan ketentuan

hukum yang berlaku baik dari tahap pembuatan kontrak sampai berakhirnya

kontrak. Prosedur pelelelangan harus mengacu pada Peraturan Presiden

Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan

menghindari kecurangan ataupun persaingan tidak sehat diantara calon

penyedia jasa.

Universitas Sumatera Utara


130

2. Para pihak pada saat pelaksanaan pekerjaan harus melaksanakan hak dan

kewajiban dengan baik tanpa ada iktikad buruk untuk mengingkari apa yang

sudah disepakati dalam kontrak supaya tidak ada pihak yang dirugikan dan

apa yang diharapkan dalam perjanjian dapat terlaksana dengan baik.

3. Apabila ada perselisihan ada baiknya diselesaikan secara damai melalui

musyawarah terlebih dahulu. Para pihak sama-sama mencari jalan keluar

supaya hubungan kerjasama antara para pihak tetap terjalin dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


131

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adonara, Firman Floranta, 2014, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Mandar Maju,

Bandung.

Amiruddin, 2010, Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Genta Publishing,

Yogjakarta.

Asyahadie, Zaeni, 2013, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo, Jakarta.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung.

Badrulzaman, Mariam Darus, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Budiono, Herlien, 2011, Ajaran Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang

Kenotariatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Djumialdji, F.X. 1995, Perjanjian Pemborongan, Rineka Cipta, Jakarta.

Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan Dasar-Dasar Hukum dalam Proyek dan

Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.

Fuady, Munir, 1998, Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Citra Aditya Bakti,

Bandung.

Fuady, Munir, 2001, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Citra

Aditya Bakti, Bandung.

H.S, Salim, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar

Garfika, Jakarta.

Harahap, M. Yahya, 1966, Segi – Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung.

Universitas Sumatera Utara


132

Hasni, 2008, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah Dalam Konteks

UUPA-UUPR-UUPLH, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Hernoko, Agus Yudha, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam

Kontrak Komersial, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Ibrahim, Johanes, 2003, Pengimpasan Pinjaman dan Asas Kebebasan Berkontrak,

Utama, Bandung

Mertokusumo, Sudikno, 1988, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty,

Yogjakarta.

Miru, Ahmad, 2007, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 1990, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Muljadi Kartini dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan yang Lahir dari

Perjanjian, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Patrik, Purwahid, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung.

Prodjodikoro, Wirjono, 1986, Asas- Asas Hukum Perjanjian, Bale, Bandung.

Purwosusilo, 2014, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa, Prenamedia,

Jakarta.

Santoso, Lukman, 2012, Hukum Perjanjian Kontrak, Cakrawala, Yogjakarta.

Satrio, J, 1992, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Setiawan, 1979, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Alumni, Bandung.

Setiawan, I Ketut Oka, 2016, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta.

Simamora, Y Yogar, 2012, Hukum Kontrak (Kontrak Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah di Indonesia), Kantor Hukum “Wins&Partners”,

Surabaya

Universitas Sumatera Utara


133

Siahaan, Rudy Haposan, 2017, Hukum Perikatan Indonesia Teori dan

Perkembangannya, Inteligensi Media, Malang.

Sinaga, Budiman N.P.D, 2005, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari

Perspektif Sekretaris, Radjagrafindo Persada, Jakarta.

Sofwan, Srisoedewi Masjchun, 1982, Hukum Bangunan Perjanjian Pemborongan

Bangunan, Liberty, Yogjakarta.

Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2015, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Syamsuddin, Mochd Syaufii, 2005, Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan

Industrial, Sarana Bhakti Persada, Jakarta.

Trihastuti Nanik, 2003, Hukum Kontrak Karya, Setara Press, Malang.

Tutik, Titik Triwulan 2011, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,

Kencana, Jakarta.

Widjaya, I.G. Ray, 2008, Merancang Suatu Kontrak: Contract Drafting, Kesaint

Blanc, Jakarta.

Umam, Kjotibul, 2010, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Pustaka

Yustisia, Yogjakarta.

Yahman, 2014, Karakteristik Wanprestasi dan Tindak Pidana Penipuan yang

Lahir dari Hubungan Kontraktual, Prenadamedia Group, Jakarta.

Yahya, Marzuki dan Endah Fitri, 2012, Buku Pintar Pengadaan Barang dan Jasa

Pemerintah, Laskar Aksara, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


134

B. Peraturan Perundang- Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa

Pemerintah

C. Internet

Dedi Junaedi, Nah Loh, Proyek Taman Kota Mangkrak Ditinggal Pemborong,

https://www.faktajabar.co.id/nah-loh-proyek-taman-kota-mangkrak-

ditinggal-pemborong/ diakses pada tanggal 26 Februari 2018 pukul 10.54

WIB.

Try, RukoAmbruk Tewaskan 12 Pekerja, Polisi Tetapkan Pemborong Tersangka,

https://news.detik.com/berita/2609523/ruko-ambruk-tewaskan-12-pekerja-

polisi-tetapkan-pemborong-tersangka, diakses pada tanggal 26 Februari

2018 pukul 11.02 WIB.

Riga Nurul Iman, Jembatan Ambruk di Sukabumi Tanggungjawab

Pemborong,http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/02/05/p3

ogkr280-jembatan-ambruk-di-sukabumi-tanggung-jawab-pemborong,

diakses tanggal 26 Februari 2018 pukul 11.22 WIB.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai