Anda di halaman 1dari 93

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERBUATAN

CONCURSUS DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN,


PEMERKOSAAN, DAN PENCURIAN
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jayapura Nomor 81 /Pid.B/2015/PN Jap.)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:
DIMAS SIDABAGAS SARAGIH
NIM : 120200284

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERBUATAN
CONCURSUS DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN,
PEMERKOSAAN, DAN PENCURIAN
(Studi Putusan Pengadilan Negeri Jayapura Nomor 81 /Pid.B/2015/PN Jap.)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH:
DIMAS SIDABAGAS SARAGIH
NIM : 120200284

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Mengetahui,
Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr. M. Hamdan,S.H.,M.H
NIP.195703261986011001

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Madiasa Ablisar, S.H.,M.S, Syafruddin,S.H.,M.H,DFM


NIP. 196104081986011002 NIP. 196305111989031001

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Dimas Sidabagas Saragih*
Madiasa Ablisar **
Syafruddin Hasibuan ***

concursus ialah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang di
mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau
antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi
oleh suatu putusan hakim. Pada pengulangan juga terdapat lebih dari suatu tindak
pidana yang dilakukan oleh satu orang. Hal inilah yang menimbulkan pertanyaan
bagi penulis yang kemudian diangkat menjadi rumusan permasalahan, yaitu
pengaturan terhadap perbuatan concursus dalam hukum pidana di Indonesia,
pengaturan pertanggungjawaban pidana di dalam hukum positif di Indonesia, dan
pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku perbuatan concursus dalam tindak
pidana pembunuhanm pemerkosaan, dan pencurian menurut Putusan Pengadilan
Negeri Jaya Pura No. 81/Pid.B/2015/Pn.Jap.
Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang diangkat didalam skripsi ini
adalah Bagaimana pengaturan terhadap perbuatan Concursus , Bagaimana
Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan Concursus Dalam Tindak Pidana
Pembunuhan, Pemerkosaan dan Pencurian (Studi Putusan Pengedilan Negeri Jaya
Pura No. 81 /Pid.B/2015/Pn Jap).
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode normatif dengan pendekatan studi kasus (case approach), dengan
menggunakan data sekunder yang dapat ditarik dalam skripsi ini adalah Terdakwa
terbuktimelakukan tindak pidana concursus dalam Putusan Pengadilan Negeri
Jaya Pura Nomor 81 /Pid.B/2015/Pn Jap. dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya, serta dihukum dengan pidana penjara selama seumur hidup.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Sang

Kepala Gerakan karena atas berkat serta karunia-Nyalah Penulis dapat memulai

dan mengakhiri perkuliahan serta menyelesaikan skripsi Penulis.

Adapun skripsi yang Penulis tulis berjudul : “TINJAUAN YURIDIS

TERHADAP PERBUATAN CONCURSUS DALAM TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN, PEMERKOSAAN, DAN PENCURIAN (STUDI

PUTUSAN PENGEDILAN NEGERI JAYA PURA NO. 81 /Pid.B/2015/PN

Jap)”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan pemikiran.

Oleh sebab itu, penulis dalam kesempatan ini ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang memberikan bantuan,

yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, dan Sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafruddin S. Hasibuan, SH., DFM., M.Hum, selaku Wakil Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


5. Bapak Dr. M. Hamdan, SH., M.H selaku ketua Departemen Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang selalu memberikan

inspirasi beserta dorongan kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Liza Erwina, S.H, M.Hum selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang selalu memberikan

inspirasi beserta dorongan kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Madiasa Ablisar, S.H., M.S. selaku Staf Pengajar Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen

Pembimbing I penulis, yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan

dan arahan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

8. Bapak Syafruddin Sulung, SH, D.F.M. selaku Staf Pengajar Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Pembimbing

II penulis, yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan dan arahan

kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

9. Ibu Dr. Utary Maharany Barus, SH., M.Hum. sebagai Penasehat Akademik

yang telah banyak membantu Penulis selama ini dalam menyelesaikan studi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Seluruh Staf Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan pembelajaran dan membimbing

Penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

11. Kepada Ayahanda Drs. Sansi Saragih dan Ibunda Maslin Purba, yang selalu
memberikan motivasi, bimbingan moril, serta inspirasi kepada Penulis, dan
yang

Universitas Sumatera Utara


telah sabar dan ikhlas membesarkan penulis, sehingga penulis dapat menjadi

seperti sekarang ini, dan orang yang selalu menjadi penyemangat bagi penulis.

12. Kepada abang dan adikku tersayang Sanjes Masdear Saragih,SH. Dan Hans

Maskulin Saragih yang menjadi penyemangat penulis.

13. Kepada Ongah Rubiah Purba, Iyan Sabtina Purba,S.pd. selaku wali di

Sumatera Utara yang selalu sabar menghadapi kelakuan penulis, dan selalu

memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

14. Kepada keluarga besar Saragih Manihuruk , tua pulau hanopan, Bou dan kela

Godang, Bou dan Kela pasar 0 (nol), Bou dan kela adit, panggian dan

nanggian simanabun, bou dan kela pasar nol, bou jefri dan semua yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungannya kepada

penulis.

15. Kepada keluarga Purba silangit, nini lubukpakam, Tulang gian, turang godang

dan Becin Mora rejeki Purba, terimakasih atas dukungannya kepada penulis.

16. Kepada sahabat terbaik penulis Orie Munthe, Redianta Sembiring, Ricky

Adryan Siahaan, Morando Simbolon, Jonathan Singarimbun, William

Hutabarat, Reza Pepayosa, Michael Simbolon, Rizky Ramadhan Harahap, dan

teman-teman lain yang selalu memberikan dorongan kepada penulis.

17. Kepada sahabat terbaik di Grup G Stambuk 2012, yang sebagai teman

seperjuangan dan grup terhebat sepanjang masa.

18. Kepada keluarga OS , bang hoddy, bang Oland, bang edok, bang Ones, dan

teman-teman yang lain terimakasih atas kebersamaannya selama di Medan.

Universitas Sumatera Utara


19. Kepada senior GMKI FH USU 2009, abangda Yesaya Singarimbun, abangda

Jan Sinaga, abangda Anggi Sihotang, abangda Rio Sebayang. Terimakasih

atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

20. Kepada teman-teman sepergerakan GMKI FH USU stambuk 2012,

Fredrick,Sornica,Heru,Jones,febrian,Meilinda,Bobby,Arjuna, dan yang lain-

lainnya yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

21. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Komisariat

Fakultas hukum USU yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Terimakasih telah menjadi keluarga serta tempat untuk menempa diri bagi

penulis.

22. Kepada Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Hukum Pidana (IMADANA).

23. Kepada seluruh teman-teman stambuk 2012 dan teman-teman Jurusan

Hukum Pidana 2012.

24. Kepada teman-teman Pemuda/I GKPS kota Lubukpakam.

Akhir kata Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak terutama bagi kemajuan ilmu pengetahuan ilmu hukum.

Medan, Agustus 2017


Hormat Penulis

Dimas S. Saragih
NIM : 120200284

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1


B. Perumusan Masalah .................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan..................................................................... 5
E. Keaslian Penulisan .................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 6
1. Pengertian Tindak Pidana ................................................ 6
2. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan, Pemerkosaan dan
Pencurian .......................................................................... 8
3. Pengertian Concursus .................................................... 17
G. Metode Penelitian ................................................................... 19
H. Sistematika Penulisan ............................................................. 21
BAB II PENGATURAN TERHADAP PERBUATAN CONCURSUS

A. Pengertian Concursus .......................................................... 22


B. Bentuk-bentuk Concursus ............................................. 24
1. Concursus idealis .......................................................... 24
2. Concursus Realis ........................................................... 28
3. Perbuatan Berlanjut ....................................................... 30
C. Sistem Pemidanaan yang Digunakan Di Dallam Concursus
............................................................................................. 33
1. Absorptie Stelsel ............................................................ 33
2. Cumulatie Stelsel ........................................................... 34
3. Verschorpte Absorptie Stelsel ........................................ 35

Universitas Sumatera Utara


4. Gemetigde Cumulatie Stelsel ......................................... 36
BAB III TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKU PERBUATAN

CONCURSUS DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN,

PEMERKOSAAN DAN PENCURIAN MENURUT PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI JAYA PURA NO. 81

/PID.B/2015/PN.JAP

A. Posisi Kasus .................................................................... 38


1. Kronologi Kasus .......................................................... 38
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum .................................. 40
3. Tuntutan Pidana ........................................................... 41
4. Pertimbangan Hakim .................................................... 42
5. Putusan ......................................................................... 72
B. Analisis Kasus .................................................................... 74
1. Analisis dakwaan ......................................................... 74
2. Analisis putusan ........................................................... 80
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 83
B. Saran ................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 86

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang mahasiswa Fakultas Hukum, penulis merasa tidak lah

cukup hanya mempelajari teori-teori hukum. Pada saat ini begitu banyak kejadian-

kejadian yang terjadi di dalam masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan masyarakat mengenai hukum sangatlah minim, untuk itu penulis

merasa memiliki kewajiban untuk menerapkan ilmu hukum yang telah penulis

pelajari selama ini. Melalui karya ilmiah ini penulis berusaha untuk memberikan

sedikit pemahaman mengenai hukum. Penulis tertarik untuk membahas perbuatan-

perbuatan pidana yang sedang terjadi di dalam masyarakat saat ini. Penulis

memfokuskan karya ilmiah ini dalam hal tindak pidana concursus, hal ini

dikarenakan tindakan-tindakan pidana yang dilakukan masyarakat telah

berkembang, awalnya hanya sekedar perbuatan pidana yang cukup sederhana,

namun seiring berkembangnya pengetahuan, gaya hidup, dan keadaan sosial,

masyarakat melakukan tindak pidana yang lebih kompleks. Sebenarnya telah ada

aturan-aturan mengenai tindak pidana tersebut sesuai dengan azas legalitas yang

telah ada yakni nullum dellictum nulla poena sine praevia lege poenali, namun

penulis melihat masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui aturan-aturan

tersebut, untuk itu penulis mencoba untuk membuat karya tulis mengenai aturan-

aturan tersebut khususnya mengenai tindak pidana concursus (perbarengan tindak

pidana).

Universitas Sumatera Utara


Pada dasarnya setiap warga Negara di Indonesia ingin mendapatkan

keadilan yang sama di mata hukum. Hukum positif di Indonesia sudah sangat lah

jelas mengatur peraturan-peraturan yang mengikat terhadap semua warga

Indonesia. Kitab Undang-undang Hukum Pidana sebagai hukum positif yang

berlaku di Indonesia berusaha menciptakan keadilan melalui aturan-aturan yang

terkandung di dalamnya. Secara teoritis, aturan tersebut sudah baik, namun pada

kenyataannya masih sering di temukan baik pelanggaran maupun kurangnya

pengetahuan terhadap Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Penulis berusaha

mengupas sedikit dari aturan-aturan yang ada di dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana. Menurut pandangan penulis perbuatan tindak pidana yang terjadi

pada saat ini memerlukan penanganan yang serius. Para penegak hukum

diharapkan kemampuannya dalam menerapkan aturan-aturan yang terkandung

dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Penulis tertarik membahas

mengenai concursus dikarenakan tindak pidana yang terkandung di dalamnya

cenderung terlalu sederhana, namun dapat menimbulkan ketidak adilan dalam

pertanggungjawaban tindak pidana tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari

pelanggaran ataupun kurangnya pengetahuan akan concursus. Pelanggaran atau

kurangnya pengetahuan tersebut tentu saja mengakibatkan ketidak adilan baik

kepada korban tindak pidana bahkan kepada pelaku tindak pidana juga.

Pada penulisan skripsi berikut penulis berusaha mengupas mengenai

concursus. Pada dasarnya yang dimaksud dengan concursus ialah terjadinya dua

atau lebih tindak pidana oleh satu orang di mana tindak pidana yang dilakukan

pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan

Universitas Sumatera Utara


tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim. Pada

pengulangan juga terdapat lebih dari suatu tindak pidana yang dilakukan oelh satu

orang. Perbedaan pokoknya ialah bahwa pada pengulangan tindak pidana yang

dilakukan pertama atau lebih awal telah diputus oleh hakim dengan mempidana

pada si pembuat, bahkan telah dijalaninya baik sebagai atau seluruhnya.

Sedangkan pada perbarengan syarat seperti pada pengulangan tidak diperlukan. 1

Terdapat tiga macam gabungan tindak pidana, yaitu :

1. Seorang dengan satu perbuatan melakukan beberapa tindak pidana, yang

dalam ilmu pengetahuan hukum dinamakan “gabungan berupa satu

perbuatan “ (eendaadsche samenloop), diatur dalam pasal 63 KUHP.

2. Seorang melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing merupakan

tindak pidana, tetapi dengan adanya hubungan antara satu sama lain,

dianggap sebagai satu perbuatan yang dilanjutkan (voortgezette

handeling), diatur dalam pasal 64 KUHP.

3. Seorang melakukan beberapa perbuatan yang tidak ada hubungan satu

sama lain, dan yang masing-masing merupakan tindak pidana; hal tersebut

dalam ilmu pengetahuan hukum dinamakan “gabungan beberapa

perbuatan” (meerdaadsche samenloop), diatur dalam pasal 65 dan 66

KUHP.

Dari ketiga macam gabungan (Sameloop) ini, yang benar-benar merupakan

gabungan adalah yang tersebut nomor 3, yaitu beberapa perbuatan digabungkan

1
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, bagian 2 (Jakarta,Raja Grafindo
Persada:2011), Hlm. 109.

Universitas Sumatera Utara


menjadi satu, maka juga dinamakan Concursus Idealis karena sebenarnya tidak

ada hal-hal yang digabungkan, tetapi ada satu perbuatan yang memencarkan

sayapnya kepada beberapa pasal ketentuan hukum pidana. 2

Concursus Idealis ini disinggung dalam pasal 63 ayat KUHPidana , yang berbunyi

:,, jika sesuatu perbuatan termasuk dalam beberapa ketentuan pidana, maka

hanyala dikenakan satu saja dari ketentuan itu, jika hukumannya berlainan, maka

yang dikenakan ialah ketentuan yang terberat hukuman pokoknya “. 3

Concursus Realis membuka uraiannya tentang Concursus Realis dengan

catatan bahwa jurisprudensi baru mengenai pasal 63 KUHPidana telah sangat

memperluas lapangan Concursus Realis itu. tetapi pengarang ini menegaskan

bahwa diperluasnya lapangan Concursus Realis itu belum melenyapkan lapangan

Concursus Idealis. Gabungan dapat didefenisikan seseorang yang melakukan satu

atau beberapa perbuatan yang melanggar lebih dari satu aturan pidana, dimana

perbuatan tersebut dilakukan secara serempak yang kemudian Hakim akan

memutus secara bersamaan perbuatan tersebut yang masing-masing dari

perbuatan tersebut dalam pernah dijatuhi hukuman. 4

Dengan melihat uraian diatas penulis tertarik untuk menulis dan

membahas mengenai bagaimana pertanggung jawaban sesorang yang melakukan

gabungan beberapa tindak pidana dengan mengangkat judul skripsi TINJUAN

YURUDIS TERHADAP PERBUATAN CONCURSUS DALAM TINDAK

2
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Edisi ketiga
(Bandung,Refika Aditama:2009), Hlm. 142-143.
3
E. Utrecht, Rangkain Sari Kuliah Hukum Pidana II (Surabaya,Pustaka Tinta
Emas:2000), Hlm. 139.
4
Waluyadi, Hukum Pidana Indonesia (Cirebon,Penerbit Djambatan:2002), Hlm.160.

Universitas Sumatera Utara


PIDANA PEMBUNUHAN, PEMERKOSAAN, DAN PENCURIAN ( STUDI

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAYA PURA NO.81/Pid.B/2015/PN Jap).

B. Rumusan Permasalahan

Dari uraian Latar Belakang diatas, adapun permasalahan yang akan

dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan terhadap perbuatan Concursus dalam Hukum

Pidana di Indonesia ?

2. Bagaimana Tinjuan Yuridis Terhadap Pelaku Perbuatan Concursus

Dalam Tindak Pidana Pembunuhan, Pemerkosaan dan Pencurian

menurut Putusan Pengadilan Negeri Jaya Pura No. 81 /Pid.B/2015/Pn

Jap) ?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, adapun tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui tentang pengaturan terhadap perbuatan Concursus.

2. Untuk mengetahui Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan Concursus

Dalam Tindak Pidana Pencurian, Pembunuhan, Dan Pemerkosaan

D. Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini tidak dapat dipisahkan

dari tujuan penulisan yang telah diuraikan diatas, yaitu :

1. Sebagai bahan kajian lebih lanjut terhadap persoalan dibidang pidana,

khususnya terhadap pelaku perbuatan Concursus.

Universitas Sumatera Utara


2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan aparat penegak hukum

yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan perannya dalam

mencegah dan memberantas tindak pidana .

E. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi in didasarkan oleh ide, gagasan dan pemikiran penulis

secara pribadi tanpa penipuan, penjiplakan, atau dengan cara lain yang

dapat merugikan pihak tertentu. Oleh karena itu skripsi ini adalah hasil

karya penulis sendiri yang disusun dengan cara mempelajari, membaca,

mengutup data-data yang ada dibuku, literature-literatur, dan peraturan

perundang-undangan dan pihak yang lain yang berkaitan dengan judul

skripsi penulis.

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tindak Pidana

Pidana berasal dari kata straf (belanda), yang ada kalanya disebut dengan

istilah hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman, karena hukum

sudah lazim merupakan terjemahan dari Recht. Sudarto mengemukakan bahwa

istilah “hukuman” kadang-kadang digunakan untuk mengganti perkataan “straf”


5
namun menurut beliau “pidana” lebih baik dari pada “hukuman”.

Menurut Moelyatno, hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan

hukum yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-

aturan untuk : 6

5
R. Soedarto, Hukuman dan Hukum Pidana (Bandung,Alumni:1981), Hlm. 71.
6
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta,Rineka Cipta:1993), Hlm.1.

Universitas Sumatera Utara


a. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh, yang dilarang,

dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi

barang siapa melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenai atau dijatuhi pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara bagaimana penggunaan pidana itu dapat

dilaksanakan apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan

tersebut.

Straffbaarfeit dalam bahasa Belanda berasal dari dua unsur pembentuk

kata, yaitu strafbaar dan feit. Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan

”sebagian dari kenyataan”, sedangkan strafbaar berarti ”dapat dihukum”,

sehingga secara harafiah perkataan strafbaarfeit berarti “sebagian dari kenyataan

yang dapat dihukum” yang sudah tentu tidak dapat. Bahwa di sini yang dapat

dihukum adalah manusia pribadi bukan kenyataan, perbuatan atau tindakan. 7

Menurut J.E. Jonkers, peristiwa pidana adalah perbuatan yang melawan

hukum (wederrechtttelijk) yang berhubungan dengan kesengajaan atau kesalahan

yang dilakukan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan. 8

2. Pengertian Tindak Pidana Pembunuhan, Pemerkosaan, dan pencurian

Tindak pidana pembunuhan adalah suatu perbuatan menghilangkan nyawa

orang lain atau merampas jiwa orang lain yang berakibat pada matinya seseorang

7
Evi Hertanti, Tindak Pidana Korupsi (Jakarta,Sinar Grafika:2005), Hlm.5.
8
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, (Jakarta,Raja Grafindo
Persada:2002), Hlm. 75.

Universitas Sumatera Utara


tersebut. Sebagian besar tindak pidana kejahatan yang sering kali terjadi di dalam

masyarakat adalah tindak pidana pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan

termasuk dalam tindak pidana materiil karena persoalan terfokus pada akibat yang

ditimbulkan pada tindak pidana dimana undang-undang melarang matinya

seseorang karena perbuatan disengaja oleh seseorang lain.

Kejahatan terhadap nyawa yang dapat disebut dengan atau merampas jiwa

orang lain. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan

atau merampas jiwa orang lain adalah pembunuhan. Kejahatan yang tercantum

dalam Pasal 338 sampai 350 KUHP dengan sengaja unsur yang berbeda,

sehingga memunculkan macam-macam kejahatan diantaranya kejahatan itu

ditunjukan terhadap jiwa manusia, jiwa anak yang sedang ayau baru dilahirkan,

dan kejahatan yang ditunjukan terhadap anak yang masih dalam kandungan.

Kejahatan terhadap nyawa yang dimuat dalam KUHP adalah antara lain : 9

a. Pembunuhan (biasa) (pasal338)


b. Pembunuhan dengan pemberatan pasal (pasal 339)
c. Pembunuhan berencana (pasal 340)
d. Pembunuhan ibu terhadap bayinya pada saat atau tidak lama
setelah dilahirkan (pasal 341,342,343)
e. Pembunuhan atas permintaan korban (pasal 344)
f. Pembunuhan dan pertolongan bunuh diri (pasal 345)
g. Pembunuhan dan pembunuhan terhadap kandungan (pasal 346
sampai 349)
Akan tetapi dalam tinjauan pustaka ini hanya dijelaskan tiga cakupan

besartindak pidana pembunuhan yang disertai, diikuti, atau didahului oleh tindak

pidana lain dalam pasal 339 KUHP, dan pembunuhan berencana dalam Pasal 340

KUHP.

9
Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Jakarta,Sinar
Grafika:2002), Hlm. 20.

Universitas Sumatera Utara


Kejahatan tehadap nyawa adalah penyerangan terhadap nyawa orang lain.

Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan obyek kejahatan ini

adalah nyawa (leven) manusia. Hal ini termuat dakam KUHP bab XIX dengan

judul “kejahatan terhadap nyawa” yang diatur dalam pasal 338-350.

Kejahatan nyawa terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau

dikelompokkan atas 2 dasar, yaitu : 10

1. Atas dasar unsur kesalahannya


Berkenaan dengan tindak pidana terhadap nyawa tersebut pada
hakikatnya dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan sengaja yang diatur dalam pasal bab XIX
KUHP.
b. Dilakukan karena kelalaian atau kealpaan yang diatur bab XIX
2. Atas dasar objeknya(nyawa)
Atas dasar obyeknya (kepentingan hukum yang dilindungi), maka
kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja dibedakan dalam 3 macam,
yaitu:
a. Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, dimuat dalam
pasal 338,339,340,344,345.
b. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah
dilahirkan, dimuat dalam pasal 341,342, dan 343.
c. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan
ibu (janin), dimuat dalam pasal 346,347,348, dan 349.

Tindak pidana kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan diberi

atau diberi kualitatif sebagai pembunuhan, yang terdiri dari :

1. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok

Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (pembunuhan)

dalam bentuk pokok, dimuat dalam pasal 338 KUHP yangdidala,

10
Adam chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2001),hlm.55-56.

Universitas Sumatera Utara


rumusannya berbunyi: “barang siapa dengan sengaja menghilangkan

nyawa orang lain di pidana karena pembunuhan dengan pidana penjara

paling lama 15 (lima belas) tahun”.

Dalam perbuatan menghilangkan nyawa (orang lain) terdapat 3 syarat

yang harus dipatuhi, yaitu :

a. Adanya wujud perbuatan


b. Adanya suatu kematian (orang lain)
c. Adanya hubungan sebab akibat (causal verband) antara perbuatan dan
akibat kematian (orang lain).

Antara unsur dengan sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan

terdapat syarat yang juga dibuktikan, ialah pelaksanaan perbuatan menghilangkan

nyawa orang lain itu. Oleh karena itu jika ada tenggang waktu yang cukup

panjang dari timbulnya atau munculnya niat untuk membunuh atau

menghilangkan nyawa seseorang, dimana dalam tenggang waktu itu si pelaku

daoat memikirkan semuanya seperti, apakah dia tetap akan melakukan

pembunuhan atau tidak, atau dengan cara apa dia akan menghilangkan nyawa

seseorang itu, makan pembunuhan itu diklarifikasikan ke dalam kategori

pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP).

2. Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh tindak pidana

lain.

Pembunuhan yang dimaksudkan ini adalah sebagaimana

dirummuskan dalam pasal 339 KUHP yang berbunyi,

“maker mati diikuti, disertai, atau didahului dengan perbuatan yang dapat
dihukum dan yang dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan atau
memudahkan perbuatan itu atau tertangkap tangan akan melindungi
dirinya atau kawan-kawannya daru pada hukuman atau mempertahankan

Universitas Sumatera Utara


barang yang didapatkan dengan melawan hak. Dihukum penjara seumur
hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh tahun.” 11

Pasal 339 KUHP ini hampir sama dengan pasal 365 KUHP (pencurian

dengan kekerasan, sehingga berakibat matinya orang lain). Bedanya ialah

bahwa dalam pasal 339, kematian orang itu dimaksud, akan tetapi hanya

merupakan akibat belaka yang tidak dikehendaki sma sekali oleh para

penjahat. 12

3. Pembunuhan Berencana

Hal ini diatur oleh pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai

berikut.

“ Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu


menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena salahnya
pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman
seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya duapuluh
tahun.”
Pengertian “dengan rencana lebih dahulu” menurut M.v.T

pembentukan pasal 340 KUHP diutarakan, antara lain. “dengan rencana

lebih dahulu” diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan berfikir

dengan tenang. Untuk itu sudah cukup jika si pelaku berfikir sebentar

sebelum atau pada waktu ia akan melakukan kejahatan sehingga ia

menyadari apa yang dilakukannya.

Mr. M. H. Tirtaamidjadja mengutarakan “direncanakan lebih dahulu”

antara lain sebagai berikut : “ bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun

pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk berfikir dengan tenang.” 13

12
R. susilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor:Politeia,1994),hlm.241.
13
Leden Marpaung, Op. Cit, hlm. 31.

Universitas Sumatera Utara


Pemerkosaan dapat diartikan dengan perbuatan memperkosa, paksaan dan

pelanggaran dengan kekerasan, dalam hal ini paksaan dalam melakukan hubungan

seksualitas terhadap lawan jenisnya. Hukum pidana menyebutkan pemerkosaan

mempunyai pengertian khusus yang lebih sempit dan merupakan nama salah satu

delik kejahatan terhadap kesusilaaan.

Wirdjono Projodikoro menyatakan bahwa pemerkosaan diambil dari

bahasa Belanda yaitu verkrachting. Kata vercrachting bagi orang Belanda sudah

merata artinya yaitu, perkosaan untuk bersetubuh, sedangkan kata perkosaan

dalam bahasa Indonesia kurang merujuk pada pengertian pemerkosaan untuk

bersetubuh. 14

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menggolongkan pemerkosaan

kepada tindak pidana kesusilaan. Kitab Undan-Undang Hukum Pidana tidak

menulis jelas pengertian dari pada Pemerkosaan akan tetapi dapatlah kita

simpulkan korban dari pada pemerkosaan. Pemerkosaan yang dilakukan seseorang

terhadap wanita sebagai korban tertuang dalam pasal 289 ayat (1) KUHP.

“Barang siapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasaan

memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya

perbuatan cabul, diancam karena perbuatannya menyerang kehormatan

kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun”

Adapun unsur-unsur tindak pidana perkosaan dalam pasal 289 KUHP diatas

adalah : 15

a. Barang siapa
14
Wirdjono Prodjodikoro, Tindak Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia.
(Jakarta,Eresco:1980), Hlm.130.Jakarta, 1980,
15
ibid

Universitas Sumatera Utara


Menunjukkan pelaku adalah manusia (dader/doer) tanpa menguraikan

manusia siapa dan berapa orang yang melakukan. Artinya kata “barang

siapa” menunjukkan arti yang luas.

b. Dengan kekerasan atau Ancaman kekerasan

Kekerasan dimaksudkan yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan

kekuatan yang hebat mengakibatkan korban tidak berdaya.

c. Memaksa

Memaksa berartidi luar kehendak dari korban atau bertentangan dengan

kehendak korban.

d. Diluar perkawinan

Diluar perkawinan dalam hal ini yaitu antara pelaku dan korban tidak

terikat hubungan selayaknya suami isteri.

R. Sugandhi mengatakan bahwa pemerkosaan adalah “seorang pria yang

memaksa kepada seorang wanita yang bukan isterinya untuk melakukan

persetubuhan dengan acaman kekerasan.

P.A.F. Lumintang dan djisman samosir berpendapat bahwa perkosaan

adalah perbuatan sesseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seseorang melakukan persetubuhan di luar ikatan perkawinan dengan

dirinya.

Sue Titus Reid mendefinisikan perkosaan (rape) sebagai suatu tindakan

melakukan hubungan seksual yang bertentangan dengan hukum terhadap seorang

wanita dengan paksaan atau tanpa persetujuan atau berdasarkan hukum. 16

16
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan definisi disini, maka elemen perkosaan dapat diuraikan menjadi:

a. Hubungan seksual yang melawan hukum

b. Dilakukan oleh seorang lai-laki terhadap seorang wanita yang bukan

isterinya

c. Dengan menggunakan paksaaan dan melawan kehendak korban.

Menurut pasal 362 KUHP, pencurian berarti mengambil barang, yang

sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk

memiliki narang out dengan melawan hukum. Apabila barang yang diambil

itu sudah ada dalam kekuasaannya atau dipercayakan kepadanya, maka ini

tidak dapat digolongkan ke dalam pencurian, tetapi masuk kepada

penggelapan.
17
Pencurian itu sendiri terbagi atas beberapa jenis yaitu :

a. Pencurian biasa

b. Pencurian dengan pemberatan

c. Pencurian ringan

d. Pencurian dengan kekerasan

e. Pencurian dilingkungan keluarga

Adapun dari rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 364

KUHP dapat diketahui bahwa yang oleh undang-undang disebut pencurian


18
ringan itu dapat berupa :

a. Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok;

17
R. Sugandhi, Kitab Undan-Undang Hukum Pidana dengan penjelasannya
(Surabaya,Usaha Nasional:1980) Hlm. 376-385.
18
P.A.F. Lumintang, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan
(Jakarta,Sinar Grafika:2009), Hlm. 54.

Universitas Sumatera Utara


b. Tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama; atau

c. Tindak pidana pencurian, yang untuk mengusahakan jalan masuk ke

tempat kejahatan atau untuk mencapai benda yang hendak diambilnya ,

orang yang bersalah telah melakukan pembongkaran, perusakan,

pemanjatan atau telah memakai kunci palsu, perintah palsu, atau seragam

palsu.

Dengan syarat :

a. Tidak dilakukan di dalam sebuah tempat kediaman

b. Tidak dilakukan di atas sebuah pekarangan tertutup yang diatasnya

terdapat sebuah tempat kediaman

c. Nilai dari benda yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh

rupiah.

Terhadap pencurian dengan kekerasan pasal 365 KUHP, dapat dimasukkan

dalam pengertian kekerasan yakni setiap pemakaian tenaga badan yang tidak

ringan. Kekerasan tersebut tidak perlu merupakan sarana atau cara untuk

melakukan pencurian, melainkan cukup jika kekerasan tersebut terjadi sebelum,

selama, dan sesudah pencurian itu dilakukan dengan maksud seperti yang

dikatakan di dalam pasal 365 ayat (1) KUHP yakni : 19

a. Untuk mempersiapkan atau untuk memudahkan pencurian yang akan

dilakukan ;

19
Ibid, hlm. 59.

Universitas Sumatera Utara


b. Jika kejahatan yang meraka lakukan itu diketahui pada waktu sedang

dilakukan, untuk memungkinkan dirinya sendiri atau lain-lain peserta

kejahatan dapat melarikan diri;

c. Untuk menjamin tetap mereka kuasai benda yang telah mereka curi.

3. Pengertian Concursus

Perbarengan tindak pidana adalah peristiwa dimana seseorang melakukan

perbuatan atau perbuatan-perbuatan yang melanggar beberapa ketentuan pidana,

dan beberapa tindak pidana itu diadili sekaligus. Ada perbarengan tindak pidana,

jika satu orang melakukan satu perbuatan yang melanggar beberapa ketentuan

pidana atau melakukan beberapa perbuatan yang melanggar beberapa ketentuan

pidana. 20

Ajaran mengenai concursus atau samenloop ini merupakan salah satu

ajaran yang tersulit di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, hingga orang tidak

akan memahami yang yang sebenarnya dimaksud dengan concursus atau

samenloop van strafbare feiten itu sendiri, maupun permasalahan-permasalahan

yang timbul di dalam ajaran tersebut, apabila orang tidak mengikuti

perkembangan paham-paham mengenai perkataan feit yang terdapat di dalam

rumusan pasal-pasal yang mengatur masalah concursus atau samenloop itu

sendiri, khususnya yang terdapat di dalam rumusan Pasal 63 ayat (1) KUHP.

Perkembangan seperti dimaksudkan di atas mungkin tidak diketahui oleh

tim penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman

20
Frans Maramis,Hukum Pidana umum dan tertulis DI Indonesia (Jakarta,Raja
Grafindo Persada:2013), Hlm. 225.

Universitas Sumatera Utara


Republik Indonesia, sehingga perkataan feit di dalam rumusan pasal 63 ayat

(1) KUHP itu telah mereka terjemahkan dengan perkataan perbuatan. 21

a. Macam-macam Concursus

Tiga macam perbarengan dalam KUHP :

1. Perbarengan Peraturan (concursus idealis)

Dalam pasal 63 ayat (1) dan (2) KUHP disebut tentang “suatu

perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan pidana”

Jenis perbarengan ini dinamakan perbarengan peraturan dalam

bahasa Belanda ini dinamakan eendaadse samenloop, yaitu

perbarengan dalam satu perbuatan, karena yang dilakukan hanya

satu perbuatan saja tetapi satu perbuatan itu melanggar beberapa

ketentuan pidana.

Dalam bahasa Latin dinamakan concursus idealis karena secara

fisik yang kelihatan hanya satu perbuatan saja, di mana adanya

perbarengan tindak pidana itu hanya dalam pikiran (idealis) saja.

2. Perbarengan perbuatan (concursus realis)

Dalam pasal 65 ayat (1) KUHP disebutkan tentang “beberapa

perbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri

sendiri”.

Jenis perbarengan ini dinamakan perbarengan perbuatan. Dalam

bahasa Belanda ini dinamakan meerdaadse samenloop, yaitu

perbarengan beberapa perbuatan yang dilakukan.

21
Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman ,
KUHP terjemahan resmi, Hlm. 36.

Universitas Sumatera Utara


Dalam bahasa Latin dinamakan concursus realis, karena perbarengan

perbuatan itu merupakan kenyataan (realis) bukan sekedar ada dalam

pikiran (idealis) saja.

3. Perbuatan berlanjut

Dalam pasal 64 ayat (1) disebutkan tentang “beberapa perbuatan,

meskipun masing-masing merupakan kejahatab atau pelanggaran, ada

hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu

perbuatan berlanjut “.

Ini dinamakan perbuatan berlanjut, yaitu ada beberapa perbuatan tetapi

antara perbuatan-perbuatan itu ada hubungan sedemikian rupa sehingga

harus dipandang sebagai satu perbuatan.22

G. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam mengerjakan

skripsi ini meliputi :

1. Jenis Penelitian

Penilitan yang digunakan adalah penelitian hukum normative, yaitu suatu

prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan

logika keilmuan dari sisi normatifnya. Logika keilmuan dalam penelitian

hukum normative berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu

hukum normative yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri. 23

22
Frans Maramis, Op.Cit., Hlm. 226-227.
23
Jhonny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta,Bayu
media:2001), Hlm. 47.

Universitas Sumatera Utara


Dalam metode penelitian hukum normative, penelitian difokuskan

untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atqau norma-norma dalam

hukum. Penelitian ini lebih mengutamakan data skunder dan teknik

pengumpulan data dalam bentuk studi pustaka.

2. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan didalam penulisan skripsi ini adalah data

sekunder. Data sekunder meliputi peraturan perundang-undangan,

buku-buku, makalah, sumber internet, dan bahan lainnya yang

berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

3. Metode Pengempulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data

secara library research (penelitian perpustakaan), yaitu dengan

melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-

buku, pendapat para sarjana, surat kabar, artikel, kamus, dan juga data-

data penulis yang diproleh dari internet.

4. Analisis Data

Dalam penulisan ini, analisis data yang digunakan untuk menjawab

permasalahan dalam skripsi ini adalah dengan analisa kualitatif.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi kedalam 5 (lima) bab, dimana masing-

masing bab dibagi atas beberapa sub bab.

Universitas Sumatera Utara


Urutan bab-bab tersebut tersusun secara sistematik dan saling berkaitan

satu dengan yang lain. Uraian singkat bab dan sub bab tersebut adalah

sebagai berikut :

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang

latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Pengaturan terhadap perbuatan Concursus, yang

menguraikan tentang pengertian Concursus dan bentuk-

bentuk Concursus, serta pengaturan terhadap Concursus

dalam tindak pidana Pembunuhan, Pemerkosaan, dan

Pencurian.

BAB III: Tinjauan Yuridis Terhadap Perbuatan Concursus Dalam

Tindak Pidana Pencurian, Pembunuhan, Dan Pemerkosaan

(Studi Putusan Pengedilan Negeri Jaya Pura No. 81

/Pid.B/2015/Pn Jap).

BAB IV : bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

PENGATURAN TERHADAP PERBUATAN CONCURSUS

A. PENGERTIAN CONCURSUS

Concursus adalah seseorang yang melakukan satu atau beberapa perbuatan

yang melanggar lebih dari satu aturan pidana, di mana perbuatan tersebut

dilakukan serempak, yang kemudian hakim akan memutus secara bersamaan

perbuatan tersebut yanag masing-masing dati perbuatan tersebut belum pernah

dijatuhi hukuman. 24

Menurut Mahrus Ali, concursus adalah terjadinya dua atau lebih tindak

pidana oleh satu orang di mana tindak pidana yang dilakukan pertama kali belum

dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana pertama dengan tindak pidana

berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim. Dalam tindak pidana yang

dilakukan pertama atau lebih awal telah diputus oleh hakim dengan memidana

pelaku, bahkan telah dijalani baik sebagian atau seluruhnya. 25

Menurut I Made Widnyana, concursus atau gabungan dari perbuatan-

perbuatan yang dapat dihukum itu hanya ada, yaitu apabila perbuatan-perbuatan

tersebut telah dilakukan oleh satu orang yang sama dan di antara perbuatan-

perbuatan itu tidak terdapat suatu putusan hakim yang telah mengadili satu atau

lebih dari perbuatan-perbuatan tersebut. 26

Perbarengan merupakan terjemahan dari concursus. Ada juga yang


menterjemahkannya dengan gabungan. Apabila pada Bab V Buku ke-1 yang
disoroti adalah perbarengan dua orang atau lebih melakukan suatu tindak pidana,

24
Waluyadi, Hukum Pidana Indonesia (Jakarta,Djambatan:2003), Hlm.160
25
Mahrus Ali, Dasar-dasar Hukum Pidana (Jakarta,Sinar Grafika:2011), Hlm. 134
26
I Made Widnyana, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta,Fikahati Aneska bekerja sama
dengan BANI Arbitration Center:2010), Hlm. 266

Universitas Sumatera Utara


maka dalam bab ini yang menjadi sorotan adalah perbarengan dua tau lebih
tindak pidana yang dipertanggungjawabkan kepada satu orang atau beberapa
orang dalam rangka penyertaan. Tindak pidana – tindak pidana yang telah
terjadi itu sesuai dengan yang dirumuskan dalam perundang-undangan.
Sedangkan kejadiannya sendiri dapat merupakan hanya satu tindakan saja,
dua/lebih tindakan secara berlanjut. Dalam hal dua/lebih tindakan tersebut
masing-masing merupakan delik tersendiri, dipersyaratkan bahwa salah satu
diantaranya belum delik tersendiri, dipersyaratkan bahwa salah satu di
antaranya belum pernah diadili. 27
Dalam hal kemungkinan yang pertama dimana terjadi perbarengan dan

disana tidak terjadi pemberatan tetapi justru peringanan. Pendapat itu tidaklah

berlaku umum karena ada beberapa macam bentuk perbarengan dengan sistem

penjatuhan pidananya sendiri, dan demikian juga tergantung dari jenis dan

maksimum pidana yang diancamkan pada masing-masing delik perbarengan

itu.

Misalnya : yang satu pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan


kematikan korban (365(4)) diancam penjara 15 tahun, dan
yang lain melakukan pemerkosaan (285) diancam penjara
12 tahun. Maka menurut pasal 66 hanya dijatuhkan satu
pidan saja yakni terhadap delik pasal 365 ayat 4 dengan
ditambah sepertiganya menjadi maksimum 20 tahun,
apabila dipidananya tersendiri maka berjumlah 27 tahun. 28
Benar dalam perbarengan seperti ini terdapat peringanan bukan
pemberatan, tetapi tidak tepat pendapat Utrecht itu apabila 2 delik yang berat
ancaman pidana maksimumnya berbeda cukup jauh, misalnya terjadi
pembunuhan (338) 15 tahun penjara dan pencemaran (310 (1)) 9 bulan penjara,
yang dapat dijatuhkan satu pidana penjara pada si pembuat dua delik itu
dengan maksimum 20 tahun (15 tahun ditambah spertiganya)., yang apabila
dipidana tersendiri secara maksimum adalah 15 tahun 9 bulan. Dalam kasus ini
jelas perbarengan adalah memperberat pidana.
Demikian juga pendapat itu tidak tepat jika yang terjadi adalah

perbarengan dengan kejahatan dan pelanggaran dengan pelanggaran

sebagaimana ditentukan dalam pasal 70 yang menggunakan system penjatuhan

pidana dengan kumulasi murni, artinya untuk si pembuat beberapa delik itu
27
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan
penerapannya, (Jakarta,Storia Grafika:2012), Hlm.391
28
Adam Chazawi, Op.Cit.,Hlm. 111

Universitas Sumatera Utara


dijatuhi pidana sendiri-sendiri sesuai dengan yang diacamkan pada masing-

masing delik-delik. Dalam hal ini tidak ada faktor pemberatan pidana dan

peringanan pidana. 29

Jadi, menurut H.M. Rasyid dan Fahmi Raghib, yang merupakan pokok

persoalan dalam ajaran concursus ini ialah: tentang perhitungan beratnya pidana

yang dijatuhkan kepada seseorang yang telah melakukan beberapa tindak pidana.

Pada asasnya, ajaran concursus ini bersandarkan kepada pidana yang terberat.

Akan tetapi di dalam praktik tidak timbul kesulitan, oleh karena, hakim ternyata

apabila menghadapi peristiwa semacam ini, jarang sekali menjatuhkan pidana

yang terberat. 30

B. BENTUK-BENTUK CONCURSUS

Menurut KUHP concursus terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu :

1. Concursus idealis

Yang disebut dengan concursus idealis oleh pembentuk undang-undang

telah diatur di dalam Pasal 63 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang

berbunyi :

“Apabila suatu perilaku itu termasuk ke dalam lebih dari pada satu
ketentuan pidana, maka hanyalah salah satu dari ketentuan-ketentuan
pidana tersebut yang diberlakukan, dan apabila terdapat perbedaan,
maka yang diberlakukan adalah ketentuan pidana yang mempunyai
ancaman hukuman pokok yang terberat”.
Tim penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen

kehakiman telah menerjemahkan rumusan Pasal 63 ayat 1 KUHP tersebut dengan

rumusan yang berbunyi :

29
Ibid
30
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, (Malang,Setara Press:2016),
Hlm.173

Universitas Sumatera Utara


“Jika suatu perbuatan masuk dalam lebih dari satu aturan-aturan pidana,
maka yang dikenakan hanya salah satu di antara aturan-aturan itu; jika
berbeda-beda, yang dikenakan yang memuat ancaman pidana pokok yang
paling berat”. 31

Dalam hal perbarengan peraturan dengan rumusannya di atas, yang

menjadikan persoalan besar adalah bukan sistem penjatuhan pidananya

sebagaimana pada kalimat selebihnya dari rumusan ayat (1) dan rumusan ayat (2)

dari pasal 63 itu, tetapi ialah persoalan mengenai suatu perbuatan (een feit). Hal

ini juga terdapat dan sejalan dengan arti perbuatan pada pasal 76 ayat (1)

mengenai asas ne bis in idem dalam hukum pidana. 32

Diantara para ahli hukum terdapat perbedaan pendapat mengenai makna

satu tindakan atau perbuatan. Sebelum tahun 1932, HR berpendirian bahwa yang

dimaksud dengan satu tindakan dalam Pasal 63 ayat 1 adalah tindakan nyata atau

material. Hal ini dapat diketahui dari arrest Hoge Raad yaitu seorang sopir telah

dicabut surat izin mengemudinya dan dalam keadaan mabuk mengemudikan

mobil, dipandang sebagai satu tindakan saja. 33

Pompe berpendapat sebagai berikut:

“apabila seseorang melakukan satu tindakan pada suatu tempat dan saat,
namun harus dipandang merupakan beberapa tindakan apabila
tindakan itu mempunyai lebih dari satu tujuan atau cakupan.
Contohnya: seseorang dalam keadaan mabuk memukul seorang polisi
yang sedang bertugas. Cakupan tindakan tersebut adalah mengganggu
lalu lintas, melakukan perlawanan kepada pejabat yang bertugas, dan
penganiayaan.” 34
Simons berpendapat bahwa,

31
P.A.F. Lamintang, Op.Cit., Hlm.677-678
32
Adam Chazawi, Op. Cit., Hlm.115
33
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi,Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
Penerapannya (Jakarta,Storia Grafika:2002), Hlm. 393.
34
Ibid, hlm.394

Universitas Sumatera Utara


“Apabila tertuduh itu hanya melakukan satu perilaku terlarang dan
dengan melakukan perilaku tersebut, perilakunya itu ternyata telah
memenuhi rumusan-rumusan dari beberapa ketentuan pidana, atau
dengan perkataan lain apabila dengan melakukan satu perilaku itu,
tertuduh ternyata telah melakukan beberapa tindak pidana, maka di situ
terdapat apa yang disebut eendaadse samenloop atau concursus idealis
ataupun apa yang oleh Profesor Hamel juga telah disebut sebagai
samenloop van strafbepalingen atau gabungan ketentuan-ketentuan
pidana”. 35

Menurut Simons, apabila seorang tertuduh itu telah melakukan satu

perilaku yang terlarang, dan perilakunya itu ternyata telah menimbulkan beberapa

akibat yang sejenis atau yang gelijksoortig, maka di situ terdapat apa yang disebut

gelijsoortige samenloop atau suatu concursus idealis homogenius. 36

Menurut I Made Widnyana, dalam concursus idealis seseorang melakukan

suatu perbuatan tetapi dengan satu perbuatan itu melanggar beberapa aturan

pidana dan di sini dikenakan ancaman pidana yang terberat. Oleh karena itu juga

disebut perbarengan aturan pidana. 37

Menurut H.M. Rasyid Ariaman dan Fahmi Raghib, concursus idealis ialah

apabila seseorang melakukan satu perbuatan, tapi dengan satu perbuatan itu, ia

melanggar beberapa peraturan pidana, dengan mana berarti ia melakukan

beberapa tindak pidana. 38

SR. Sianturi menyebut Pasal 63 KUHP dengan istilah perbarengan

tindakan tunggal. Maksud dari concursus idealis adalah adanya perbarengan

hanya ada dalam pikiran. Perbuatan yang dilakukan hanyalah satu perbuatan tetapi

35
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana (Bandung,Citra Aditya Bakti:1997),
Hlm. 673.
36
Ibid, hlm.676
37
I Made Widnyana, Op.Cit., Hlm.274.
38
H.M. Rasyid Ariaman dan Fahmi Raghib, Op.Cit.,Hlm.176

Universitas Sumatera Utara


sekaligus telah melanggar beberapa Pasal perundang-undangan hukum pidana.

Contohnya adalah suatu pemerkosaan di muka umum, selain melanggar Pasal 285

KUHP sekaligus juga merupakan pelanggaran Pasal 281KUHP tentang

kesusilaan. 39

Van Hamel juga memberikan contoh perbarengan peraturan sebagai


berikut. Ada seorang laki-laki memperkosa seorang perempuan yang
dilakukannya dipinggir jalan raya adalah melanggar dua aturan pidana, ialah yang
satu pasal 285 (memperkosa) dan yang lainnya ialah pasal 281 (melanggar
kesusilaan dimuka umum). Diberikan juga contoh lainnya yaitu seorang yang
melakukan penipuan dengan menggunakan sarana surat palsu, melanggar dua
aturan pidana, yang satu ialah pasal 378 dan yang lain adalah 263 ayat (2). 40
Selanjutnya Simons memberikan contoh dengan satu tembakan yang
menimbulkan dua orang mati, atau dengan satu tembakan yang mengakibatkan
satu orang mati dan satu orang luka berat,di sana telah terjadi perbarengan
peraturan atau concursus idealis. Artinya satu perbuatan materiil menembak
melanggar dua aturan pidana, bisa dua pembunuhan (338), bisa juga dua
penganiayaan berat yang menimbulkan matinya (354 ayat 2). Contoh yang lainnya
dari Simons yaitu, orang yang telah melakukan satu perbuatan jasmani
menembakan terkena dua aturan pidana ialah yang satu pembunuhan (338)
terhadap korban yang mati dan yang satunya lagi percobaan pembunuhan (338 jo
53) terhadap korban yang luka-luka (tidak mati). 41
2. Concursus Realis

Concursus realis ialah apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan,

dan tiap-tiap perbuatan itu merupakan tindak pidana sendiri-sendiri, dan terhadap

perbuatan-perbuatan tadi diadili sekaligus. 42

Berbeda dengan concursus idealis, concursus realis berarti pelaku

melakukan lebih dari satu perbuatan pidana. Concursus realis disebut juga

perbarengan perbuatan atau meerdaadse samenloop. Bila dihubungkan dengan

pengertian “perbuatan” yang dikemukakan oleh Schaffmesiter, Keijzen dan

39
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, Suatu pengantar (Bandung,Refika
Aditama:2011), Hlm. 184.
40
Adam Chazawi, Op. Cit., Hlm.116
41
Ibid
42
H.M. Rasyid Ariaman dan Fahmi Raghib,Op.Cit.,Hlm.184

Universitas Sumatera Utara


Sutorius sebagaimana yang telah diutarakan diatas, maka makna perbuatan yang

terbukti. Kerumitan dalam hal Concursus realis terdapat pada penjatuhan

pidana. 43

Concursus realis terjadi apabila merealisasikan beberapa perbuatan. Hal

ini diatur dalam Pasal 65 sampai 70 KUHP

Pasal 65 KUHP berbunyi sebagai berikut:

(1)Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang harus


dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana
pokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya satu pidana.
(2)Maksimum pidana yang dijatuhkan ialah jumlah maksimum
pidana yang diancam terhadap perbuatan itu, tetapi tidak boleh
lebih dari maksimum pidana yang terberat ditambah sepertiga.

Pasal 66 KUHP berbunyi sebagai berikut:

(1)Dalam hal perbarengan beberapa perbuatan yang masing-masing


harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendiri sehingga
merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidana
pokok yang tidak sejenis, maka dijatuhkan pidana atas tiap-tiap
kejahatan, tetapi jumlahnya tidak boleh melebihi maksimum
pidana yang terberat ditambah sepertiga.
(2)Pidana denda dalam hal itu dihitung menurut lamanya
maksimum pidana kurungan pengganti yang ditentukan untuk
perbuatan itu.
Pasal 67 KUHP berbunyi sebagai berikut:
Jika orang dijatuhi pidana mati atau pidana penjara seumr hidup,
di samping itu tidak boleh dijatuhkan pidana lain lagi kecuali
pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang yang
telah disita sebelumnya, dan pengumuman putusan hakim.
Pasal 68 KUHP berbunyi sebagai berikut:
(1)Berdasarkan hal-hal dalam Pasal 65 dan 66, tentang pidana
tambahan
berlaku aturan sebagai berikut:
1. Pidana-pidana pencabutan hak yang sama dijadikan satu yang
lamanya paling sedikit dua tahun dan paling banyak lima tahun
melebihi pidana pokok yang dijatuhkan. Jika pidana pokok

43
Eddy O.S Hiariej, Op.Cit., Hlm. 402

Universitas Sumatera Utara


hanya pidana denda saja, maka lamanya pencabutan hak paling
sedikit dua tahun dan paling lama lima tahun.
2. Pidana-pidana pencabutan hak yang berlainan dijatuhkan
sendiri-sendiri tanpa dikurangi.
3. Pidana-pidana perampasan barang-barang tertentu, begitu pula
halnya dengan pidana kurungan pengganti karena barang-barang
tidak diserahkan, dijatuhkan sendiri-sendiri tanpa dikurangi.
(2)Pidana kurungan pengganti jumlahnya tidak boleh melebihi
delapan bulan.
Pasal 69 KUHP berbunyi sebagai berikut:
(1)Perbandingan beratnya pidana pokok yang tidak sejenis
ditentukan menurut urutan dalam Pasal 10.
(2)Jika hakim memilih antara beberapa pidana pokok, maka dalam
perbandingan hanya yang terberatlah yang dipakai.
(3)Perbandingan beratnya pidana-pidana pokok yang sejenis
ditentukan menurut maksimumnya masing-masing.
(4)Perbandingan lamanya pidana-pidana pokok, baik yang sejenis
maupun yang tidak sejenis, juga ditentukan menurut
maksimalnya masing-masing.
Pasal 70 KUHP berbunyi sebagai berikut:
(1)Jika perbarengan seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 65 dan
66, baik perbarengan pelanggaran dngan kejahatan, maupunn
pelanggaran dengan pelanggaran, maka untuk tiap-tiap
pelanggaran dijatuhkan pidana sendiri-sendiri tanpa dikurangi.
(2)Mengenai pelanggaran, jumlah lamanya pidana kurungan dan
pidana kurungan pengganti paling banyak satu tahun empat
bulan, sedangkan jumlah lamanya pidana kurungan pengganti
paling banyak delapan bulan.
(3)Berdasarkan rumusan ayat (1) Pasal 65 dan 66, maka dapat
disimpulkan bahwa masing-masing tindak pidana dalam
perbarengan. perbuatan satu sama lain harus dipandang terpisah
dan berdiri sendiri.

Simons berpendapat berdasarkan Memorie van Toelichting, pembentuk

undang-undang dalam hal terjadi concursus realis mengikuti tussenstelsel atau

sistem antara. Artinya, pembentuk undang-undang mebedakan kejahatan-

kejahatan yang diancam dengan pidana pokok atau yang tidak sejenis. 44

3. Perbuat Berlanjut

44
P.A.F. Lamintang, Op.Cit, hlm. 677.

Universitas Sumatera Utara


Pranata hukum perbuatan berlanjut atau voorgezette handeling menurut
sejarahnya berasal dari Jerman. Dalam perbuatan berlanjut sudah tentu lebih dari
satu perbuatan (gebeuren) yang mana antara satu perbuatan dengan perbuatan lain
saling terkait dan merupakan satu kesatuan (in zodanige verband). Keterkaitan
tersebut harus memenuhi dua syarat, pertama merupakan perwujudan dari satu
kesatuan kehendak yang terlarang dan yang kedua perbuatan tersebut haruslah
sejenis. Artinya, perbuatan tersebut berada di bawah ketentuan pidana yang
sama. 45
Perbuatan berlanjut ialah apabila seseorang melakukan beberapa perbuatan
dan perbuatan-perbuatan itu merupakan tindak pidana sendiri-sendiri, tetapi antara
perbuatan-perbuatan itu ada hubungan yang sedemikian eratnya satu sama lain
sehingga beberapa perbuatan itu dianggap sebagai satu perbuatan berlanjut. 46
Perbuatan berlanjut pada dasarnya adalah cocursus realis, namun memiliki
karakter khusus. Selain merupakan suatan keputusan kehendak dan persamaan
sifat atau sejenis dari perbuatan yang dilakukan sebagaimana tersebut diatas,
karakter yang lain dari perbuatan berlanjut adalah berada dalam jangka waktu
tertentu. Oleh karena itu, makna kata “perbuatan” dalam frase “perbuatan
berlanjut” harus diartikan sma dengan makna “perbuatan” dalam frase
“perbarengan perbuatan” yakni perbuatan yang telah terbukti. 47
Terkait dengan perbuatan berlanjut, Simons demikian van Hamel dan

Zevenbergen menyatakan, pemberlakuan pasal 56 (pasal 64 KUHP) itu hanya

berkenaan dengan masalah penjatuhan pidana bukan mengenai pembentukan

suatu perbuatan pidana, dengan segala akibatnya yakni yang berkenaan dengan

tempat terjadinya perbuatan pidana, penyertaan, masalah daluwarsa dan lain-

lain. 48

Menurut van Bemmelen dan van Hattum bahwa pasal 56 (pasal 64 KUHP)

hanya memuat suatu peraturan mengenai penjatuhan pidana dan bukan mengatur

masalah pembentukan sejumlah tindak pidana menjadi satu keseluruhan menurut

45
Jan Remmelink, hukum pidana : komentar atas pasal-pasal terpenting dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Belanda Dan Padanya Dallam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Indonesia (Jakarta,Gramedia Pustaka Utama:2003), Hlm. 571.
46
Rasyid Ariaman dan Fahmi Raghib, Hukum Pidana, (Malang,Setara Press:2016), Hlm.
189
47
Eddy O.S. Hiariej, Op.Cit., Hlm. 409
48
D. Simons, Op.Cit.,Hlm.472.

Universitas Sumatera Utara


undang-undang, yang mana mempunyai arti yang sangat penting bagi tempat

kejadiaan perkara, daluwarsa, kekuatan hukum tetap dan penyertaan. 49

Berdasarkan apa yang dikemukaan oleh Simons, Zevenbergen,van


Hamel, van Bemmelen, dan van Hattum dapat disimpulkan bahwa perbuatan
berlanjut semata-mata suatu peraturan terkait penjatuhan pidana. Hal ini
memperkuatan argumentasi bahwa perbarengan perbuatan pidana bukanlah
suatu bentuk khusus perbuatan pidana melainkan masalah pemidanaan. Lebih
lanjut kita dapat menelaah ketentuan pasal 64 ayat (1) KUHP yang
menyatakan, “Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing
merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa
sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, maka hanya
dikenakan satu atau aturan pidana; jika berbeda-beda, yang dikenakan yang
memuat ancaman pidana pokok yang paling berat”.

Merujuk pada ketentuan pasal 64 ayat (1) KUHP, selain makna

perbuatan berlanjut itu sendiri yang harus memenuhi tiga karakter

sebagaimana yang telah diutarakan diatas, hal terpenting dalam pasal a quo

adalah sistem pemidanaan yang dianut adalah stelsel absorpsi yakni ada

beberapa ketentuan pidana yang dilanggar, namun yang diterapkan hanyalah

satu kententuan pidana yang berat.

Berikut ini adalah beberapa ilustrasi dan yurisprudensi pengadilan

untuk menentukan apakah ada perbuatan berlanjut ataukah tidak.

Ilustrasi Pertama : x adalah seorang pustakawan yang dalam jangka


waktu tertentu menggelapkan buku-buku yang berada dalam perpustakaan
tersebut. Buku-buku tersebut kemudian dijual di pasar loak. Dalam hal ini
telah terjadi perbuatan berlanjut berupa penggelapan dalam jabatan
sebagaimana diatur dalam pasal 374 KUHP dengan ancaman pidana maksimal
5 tahun penjara. Di sini ada satu keputusan kehendak, perbuatan pidananya
sejenis dan berada dalam jangka waktu tertentu. 50

49
Eddy O.S Hiariej, Op.Cit, Hlm.409.
50
Ibid, Hlm. 410

Universitas Sumatera Utara


Ilustrasi kedua : Putusan Hoge Raad 30 juni 1913, Nj 1913,1097, W
9519 perihal seorang tukang pos membuka surat yang ditulis oleh seorang pria
di kota Bonn kepada seorang perempuan di kota Vaals. Dallam surat tersebut
di temukan satu formulir tersebut dengan lembaran kertas lain. Perbuatan
pidana pertama yang dilakukan adalah secara tanpa hak membuka surat dan
perbuatan pidana yang kedua adalah mengganti isi surat. Hoge Raad dalam
putusannya menolak penerapan perbuatan pidana berlanjut dengan alasan
bahwa baik perbuatan maupun ketentuan pidananya tidak sejenis. 51

Hal terakhir yang berkaitan dengan perbuatan berlanjut adalah terkait


pemalsuan mata uang. Jika seorang memalsukan yang kemudian menggunakan
uang palsu, pembentuk KUHP memandang perbuatan tersebut sebagai
perbuatan berlanjut, kendatipun perbuatan tersebut masing-masing dapat
berdiri sendiri. Hal ini tersimpu dari pasal 64 ayat (2) KUHP. Sedangkan pasal
64 ayat (3) KUHP menyangkut pencurian ringan, penggelapan ringan,
penipuan ringan dan perusakan ringan dipandang sebagai perbuatan berlanjut
jika kerugian melebihi 75 rupiah dan dijatuhkan pidana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 362 KUHP (pencurian biasa), pasal 372 KUHP (penggelapan
biasa), pasal 378 KUHP (penipuan biasa), pasal 406 KUHP (perusakan
barang). 52

C. SISTEM PEMIDANAAN YANG DIGUNAKAN DI DALAM

CONCURSUS

Berkenaan dengan pemidanaannya atau sistem penjatuhan pidananya,

Kitab Undang-undang Hukum Pidana mengenai empat sistem (stelsel)

dalam Concursus, yaitu:

1. Stelsel Absorsi (Absorptie Stelsel)

Bila seorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan

beberapa tindak pidana yang masing-masing diancam dengan pidana

yang bermacam-macam, maka hanya dijatuhkan satu pidana saja, yakni

pidana yang terberat. 53

51
Jan Remmelink, Op.cit, Hlm. 571
52
Eddy O.S Hiariej, Op.Cit., hlm.411-412.
53
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op.Cit., Hlm. 174

Universitas Sumatera Utara


Menurut Satochid Kartanegara, apabila seorang melakukan

perbuatan yang merupakan beberapa delik, yang masing-masing diancam

dengan hukuman yang bermacam-macam, maka azas absorsi ini: 54

“walaupun orang tersebut telah melakukan beberapa delik yang

masing-masing diancam dengan hukuman tersendiri, terhadap

orang tersebut hanya dijatuhi hukuman saja, dan hukuman yang

diancamkan terhadap delik-delik itu, dan hukuman itu umumnya

adalah hukuman terberat yang diancamkan antara delik-delik

yang dilakukannya”.

Contoh : A melakukan 3 tindak pidana, tomdal pidana ke-1

diancam 1 tahun penjara, yang ke-2, diancam 2 tahun penjara dan yang ke-

3, diancam 3 tahun penjara. Maka menurut stelsel ini yang dijatuhkan

hanya satu pidana saja yakni pidana yang terberat. Oleh karena itu

terhadap A dijatui pidana maksimum 3 tahun. 55

2. Stelsel Kumulasi (Cumulatie Stelsel)

Jika tiap-tiap pidana yang diancamkan terhadap tiap-tiap tindak

pidana yang dilakukan itu, semuanya dijatuhkan, maka cara demikian

disebut cumulatiea stelsel. 56

Menurut Satochid Kartanegara, apabila seorang melakukan

beberapa perbuatan delik, yang diancam dengan hukuman sendiri-sendiri, maka

berdasarkan azas ini : 57

54
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah bagian kedua, (Jakarta,Balai
Lektur Mahasiswa:s.a), Hlm. 137
55
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op.Cit., Hlm.174
56
Ibid

Universitas Sumatera Utara


“tiap-tiap hukuman yang diancam, terhadap tiap-tiap delik

yang dilakukan oleh orang itu semuanya dijatuhkan pada

orang itu, sehingga orang-orang itu, misalnya melakukan lima

jenis delik, yang masing-masing diancam dengan hukuman

sendiri-sendiri,maka kelima hukuman yang diancamkan

terhadap masing-masing delik tadi, dijatuhkan semuanya”

Contoh : dalam peristiwa pada ad.1 di atas tadi, maka si A

dijatuhi 3 sanksi pidana, yang jumlahnya maksimum 6 tahun (yakni 1 +

2 + 3 tahun).

Dalam hal ini mungkin saja hakim menjatuhkan pidana: untuk

tindak pidana kesatu dijatuhi maksimum yakni 1 tahun, yang kedua

hanya 1 tahun 6 bulan dan yang ketiga 10 bulan, sehingga berjumlah 3

tahun 4 bulan penjara.

Patut dicatut, bahwa ini hanya sekedar contoh untuk menerangkan arti

cumulatiea stelsel, sebab dalam kenyataannya tidak ada kemungkinan seperti

itu. Dengan kata lain KUHPidana tidak mengenal sistem kumulasi penjatuhan

pidana. 58

3. Stelsel Komulasi Terbatas (Verscherpte Absorptie Stelsel)

Dua stelsel di atas dinamakan stelsel pokok, oleh karena ada dua

stelsel lagi yang merupakan variasinya, yang disebut stelsel antara.

Verscherpte Absorptie stelsel adalah merupakan variasi dari absorptive

57
Satochid Kartanegara, Op.Cit., Hlm. 137
58
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op.Cit., Hlm.174-175

Universitas Sumatera Utara


stelsel. Jika absorptive stelsel di atas dihadapkan dengan stelsel ini, ia akan

disebut : “zuiver absorptive stelsel “ (stelsel absorptive asli/murni). 59

Menurut Satochid Kartanegara, apabila seorang melakukan beberapa

perbuatan yang merupakan beberapa jenis delik, yang masing-masing

diancam dengan hukuman sendiri-sendiri. Maka berdasarkan azas ini: 60

“atas orang tersebut dijatuhkan satu hukuman saja, yaitu hukuman

yang terberat diantara hukuman yang diancamkan terhadap delik-

delik itu, akan tetapi satu hukuman itu ditambah dengan

pertiganya”

Dalam verscherpte absorptive stelsel ini, maka yang dijatuhkan juga

hanya satu bidang saja, yakni pidana yang terbatas, akan tetapi ditambah

dengan 1/3 nya.

Contoh : dalam contoh ad.1 di atas, maka pidana yang dapat

dijatuhkan kepada A ialah satu pidana saja, yakni yang maksimum 3 tahun

(1/3 x 3 tahun) = 4 tahun) 61

4. Stelsel Penyerapan dipertajam (Gemagtigde Cumulatie Stelsel)

Stelsel ini merupakan variasi dari stelsel ke-2. Dalam gemetigde

cumulatie stelsel, yang dijatuhkan itu semua pidana yang diancamkan

terhadap masing-masing tindak pidana, akan tetapi jumlah dari pada semua

pidana-pidana itu dikurangi hingga tidak boleh melebihi pidana yang

terberat dan ditambah 1/3nya. 62

59
Ibid, Hlm. 175
60
Satochid Kartanegara, Op.Cit., Hlm. 137
61
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op.Cit., Hlm.175
62
Ibid

Universitas Sumatera Utara


Menurut Satochid Kartanegara, apabila seseorang melakukan

beberapa jenis perbuatan yang menimbulkan beberapa jenis delik, yang

masing-masing diancam dengan hukuman sendiri-sendiri, maka jika

menggunakan azas ini : 63

“semua hukuman yang diancamkannya terhadap masing-masing

delik itu harus dijatuhkan atas orang itu, akan tetapi jumlah

dari hukuman harus dikurangi, yaitu jumlahnya tidak boleh

melebihi hukuman yang terberat yang terdapat diantara

hukuman yang diancamkan terhadap delik-delik tersebut

ditambah dengan sepertiganya”.

Contoh : dalam peristiwa di atas, maka ketiga pidana itu

dijatuhkan semua, akan tetapi jumlah tertingginya bukan 6 tahun, tetapi

3 tahun + (1/3 x 3 tahun) = 4 tahun. Patut dicatat bahwa stelsel ini

merupakan variasi dari stelsel kedua sebagaimana telah diuraikan di

atas. 64

63
Satochid Kartanegara, Op.Cit., Hlm. 138.
64
H.M. Rasyid Ariman dan Fahmi Raghib, Op.Cit., Hlm. 175

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKU PERBUATAN CONCURSUS

DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN, PEMERKOSAAN DAN

PENCURIAN MENURUT PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAYA

PURA NO. 81 /PID.B/2015/PN.JAP

A. POSISI KASUS

1. Kronologi kasus

Kasus ini terjadi pada hari minggu tanggal 26 Oktober 2014 di GOR

Waringin, Kotaraja, Jayapura. Dengan terdakwa Rizal alias Ichal, dan korbannya

adalah Andi Fitri Yanti alias Riyan. Perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

Pada tanggal dan tempat sebagaimana yang telah diuraikan di atas

tepatnya terdakwa Rizal alias Ichal dipanggil untuk mengikuti event tournament

aerobic yang akan di laksanakan di GOR Waringin Kotaraja dan terdakwa di

tunjuk untuk mengurus tiket dan saat pertandingan tiba Terdakwa menonton

peserta yang mengikuti lomba aerobic tersebut. Terdakwa melihat salah satu

peserta yang menarik hatinya. Sehingga terdakwa terus memperhatikan gerak-

gerik peserta tersebut yang bukan lain adalah si korban yaitu Andi Fitri Yanti alias

Riyan sampai ke kamar mandi untuk mengganti pakaian. Lalu pada saat korban

sedang melewati depan terdakwa untuk mengganti pakaian di kamar mandi,

terdakwa tergoda dengan paras cantik dan keseksian tubuh si korban yang

melintas di depannya selanjutnya terdakwa mengikuti korban dari belakang

kemudian mengintip korban yanf sedang berganti pakaian dari balik pintu yang

Universitas Sumatera Utara


sedikit terbuka dan ketika itu diketahui oleh korban dan disaat korban hendak

berteriak terdakwa langsung masuk ke dalam toilet lalu membeckup dan

mencekik mulut korban dengan menggunakan tangan kiri sehingga korban

melawan terdakwa dan terjadi perkelahian antara terdakwa hingga kamar mandi

dan pakaian korban berantakan dan terdapat luka-luka sambil terdakwa terus

menyeret korban ke dalam toilet sehingga keduanya terjatuh ke lantai dan terdapat

luka pada beberapa bagian tubuh korban namun karena korban adalah perempuan

yang lemah sehingga terdakwa berhasil melumpuhkan lalu mencekik leher korban

sambil membekap mulut da hidung korban hingga korban kehabisan nafas lalu

terdakwa membuka celana luar, celana dalam korban dan celana stocking korban

hingga batas mata kaki sebelah kanan kemudian terdakwa membuka celana

panjang dan celana dalam terdakwa sendiri dan naik keatas tubuh dan

memasukkan batang kemaluannya yang menegang ke dalam kemaluan korban

sehingga masuk ked lam dan menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga

terdakwa merasa nikmat dan menumpahkan spermanya kedalam kemaluan

korban lalu terdakwa memakai kembali pakaiannya dan menggunakan

tanggannya lalu melepaskan barang-barang milik korban berupa 1 (satu) buah

gelang emas jenis bambu dengan berat kurang lebih 5 gram dan 1 (satu) unit

HP Blackberry type Torch 2 warna hitam, selanjutnya terdakwa mengunci

pintu toilet dari dalam dan terdakwa keluar melalui jendela boven kamar

mandi membawa ke rumahnya di APO bengkel lalu pada hari selasa tanggal 28

Oktober 2014, terdakwa bersama sdr. Yosua Torobi pergi ke depan toko emas

Cendrawasi di Paldam distrik Jayapura Utara untuk menjual gelang emas milik

Universitas Sumatera Utara


korban seharga Rp. 1.430.000,- (satu juta empat ratus tiga puluh ribu rupiah)

kepada saksi Kamarudin selanjutnya uang tersebut dipakai untuk membeli

minuman keras dan minuman bersama saudara Yosua Torobi sedangkan 1

(satu) unit HP Blackberry type Torch 2 warna hitam terdakwa membuang sim

cardnya dan memasang sim card baru dan menggunakan HP tersebut.

2. Dakwaan

Dalam Putusan Nomor 81/Pid.B/2015/PN Jap., diketahui bahwa Jaksa

memberikan dakwaan dengan bentuk surat dakwaan kumulatif. Adapun

dakwaan terhadap terdakwa adalah sebagai berikut :

PERTAMA:
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338
Kitab Undang-undang Hukum pidana.
KEDUA:
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 285

Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

DAN
KETIGA:
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 365

ayat (1) dan (3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

3. Tuntutan Pidana

Tuntutan Penuntut Umum merupakan permohonan Penuntut Umum

kepada Hakim ketika hendak mengadili suatu perkara. Adapun tuntutan

Penuntut Umum yang pada pokoknya meminta Hakim Pengadilan

Negeri Jayapura adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


a. Menyatakan terdakwa Rizal alias Ichal terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan,

perkosaan dan pencurian dalam keadaan memberatkan sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam pasal 338 KUHP, pasal 285 KUHP

dan 365 ayat (1) dan (2) ke-4 KUHP;

b. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Rizal alias Ichal dengan

pidana selama 20 (dua puluh) tahun dikurangi selama Terdakwa

berada dalam tahanan;

c. Menyatakan barang bukti berupa:

1) Baju senam singlet warna hijau terang.

2) Bra/BH warna hitam.

3) Sepatu olah raga warna hitam lis merah merk Reebook

(sebelah kanan)

4) Celana stocking warna coklat muda.

5) Celana dalam warna merah.

6) Cincin warna emas di jari tengah sebelah kanan.

7) Jam tangan warna putih ditangan sebelah kiri.

8) 1 (satu) unit HP Blackberry type 9800 Torch 2 warna hitam

dengan nomor imei : 356200041675246.

9) 1 (satu) buah gelang emas jenis bambu dengan berat kurang

lebih 5 gram.

Dikembalikan kepada saksi suami korban Yoso Wiguno;

Universitas Sumatera Utara


d. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 1.000,-

(seribu rupiah);

4. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa Majelis Hakim diperhadapkan dengan dakwaan

dalam bentuk komulatif, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan

baik dakwaaan kesatu, dakwaan kedua maupun dakwaan ketiga Penuntut

Umum ;

Menimbang, bahwa terlebih dahulu akan dipertimbangkan apakah

Terdakwa memenuhi rumusan unsur-unsur dari dakwaan kesatu yaitu

pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang unsur-unsurnya

adalah sebagai berikut :

1. Unsur “Barangsiapa”

2. Unsur “Dengan sengaja”

3. Unsur “Merampas nyawa orang lain”

Ad.1. Unsur “Barang Siapa”

Menimbang, bahwa yang dimaksud Unsur “BarangSiapa” selalu diartikan

sebagai Terdakwa yang sehat jasmani dan rohani, yang dapat dimintakan

pertanggungjawaban pidana apabila perbuatannya memenuhi semua unsure dalam

pasal bersangkutan. ;

Menimbang, bahwa orang atau subjek hukum yang dimaksud dalam

perkara ini adalah terdakwa Rizal alias Ichal yang oleh Jaksa Penuntut Umum

Universitas Sumatera Utara


diajukan ke persidangan sebagai Terdakwa, yang setelah dipaksa dipersidangan

identitas lengkap Terdakwa sama dengan identitas dalam surat dakwaan dan surat-

surat lain dalam berkas perkara, yang kebenaran identitasnya diakui Terdakwa dan

dibenarkan oleh para saksi, serta ternyata pula Terdakwa sehat jasmani dan rohani

dan selama pemeriksaan di persidangan Terdakwa dapat menjawab dengan baik

semua pertanyaan yang diajukan kepadanya sehingga dianggap cakap dan dapat

dimintakan pertanggungjawaban pidana apabila perbuatannya memenuhi semua

unsur dalam pasal ini. ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “Barangsiapa” telah terpenuhi.

Ad.2. Unsur “Dengan sengaja”

Menimbang, bahwa undang-undang tidak memberikan suatu pengertian

tentang Kesengajaan, tetapi dalam praktek pengalidan selalu berpedoman pada

pengertian sebagaimana diuraikan dalam Memori Van Toelichting “Dengan

Sengaja” (OPZETTELIJK) adalah sama dengan Willens En Wetens yaitu

mengehendaki dan mengetahui. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dipersidangan yang

diperoleh dari keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa serta dihubungakan

dengan Visum Et Repertum, serta adanya petunjuk yang diperoleh dari persesuaian

antara keterangan satu dengan yang lainnya, sebagaimana diterangkan oleh saksi

Yoso Wiguno, saksi Andi Soraya alias Oya, saksi Andi Makkatutu Bakry, S.H,

saksi Fajarudin Cikoa, saksi Nikson Makamur alias Soni, saksi Kamaruddin, serta

keterangan Terdakwa sendiri, maka benar pada hari Minggu tanggal 26 Oktober

Universitas Sumatera Utara


2014 sekitar jam 16.00 Wit di Gor Waringin Kota Raja Tepatnya di toilet wanita,

saat Terdakwa melihat korban Andi Fitri Yanti alias Riyan sebagai salah satu

peserta lomba senam aerobic sedang masuk dalam kamar mandi menuju ke dalam

toilet dengan menggunakan pakaian senam, karena wajah korban yang cantik dan

tubuh korban dalam keadaan seksi, timbul niat dalam diri Terdakwa untuk

mengintip dan menyetubuhi korban didalam toilet, setelah itu Terdakwa yang

melihat korban masuk dalam toilet, setelah itu Terdakwa yang melihat korban

masuk dalam toilet juga ikut masuk, sehingga korban menjadi kaget dan berteriak,

karena Terdakwa merasa panic kemudian Terdakwa mendekati korban lalu

mencekik korban dengan menggunakan tangan kiri dan tangan kanan sebelah

kanan menutupi bagian mulut dan hidung korban (membekap) hingga korban

meninggal dunia. ;

Menimbang, bahwa Terdakwa mengakuo mencekik korban dengan

menggunakan tangan kiri dan tangan kanan menutupi bagian mulut dan hidung

korban (membekap) hingga korban meninggal dunia adalah agar perbuatan

Terdakwa untuk menyetubuhi korban dapat terlaksana. ;

Menimbang, bahwa atas dasar kenyataan yang demikian, telah

menunjukkan kepada Majelis Hakim bahwa Terdakwa Rizal alias Ichal yang

identitasnya sebagaimana tersebut diatas telah menghendaki akan akibat

perbuatannya itu. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas Majelis

Hakim berpendapat bahwa unsur “Dengan Sengaja” telah terpenuhi secara sah

dan meyakinkan menurut hukum dalam perkara ini. ;

Universitas Sumatera Utara


Ad. 3 Unsur “Merampas nyawa orang lain”.

Menimbang, bahwa unsur menghilangkan nyawa orang lain, yang artinya

disini ada orang lain selain daripada Terdakwa sendiri, yang sengaja dihilangkan

nyawa oleh Terdakwa dengan perbuatan yang dilakukannya, berarti harus ada

hubungan sebab dan akibat dari perbuatan Terdakwa. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dipersidangan yang

diperoleh dari keterangan saksi-saksi, keterangan Terdakwa serta dihubungkan

dengan Visum Et Repertum. Serta adanya petunjuk yang diperoleh dari

persesuaian antara keterangan oleh saksi Yoso Wiguno, saksi Andi Sohra alias

Oya, saksi Andi Makkatutu Bakry, S.H, saksi Fajaruddin Cikoa, saksi Nikson

Makamur alias Soni, saksi Kamaruddin, serta keterangan Terdakwa sendiri

ternyata oleh karena Terdakwa ketika melihat korban menggunakan pakaian

senam dalam keadaan seksi, timbul niat Terdakwa untuk mengintip dan

menyetebuhi korban didalam toilet yang dimasuki oleh korban, sehingga ketika

korban melihat Terdakwa yang telah mengintip korban yang saat itu hendak

berganti pakaian menjadi kaget berteriak, sehingga mengakibatkan Terdakwa

langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mencekik korban dengan

menggunakan tangan kiri dan tangan sebelah kanan menutupi bagian mulut dan

hidung korban (membekap) hingga korban tidak dapat bernafas dan kemudian

meninggal dunia.;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap

dipersidangan, dihubungkan dengan Visum Et Repertum jenazah Nomor:

VER/158/X/2014/Rumkit, tanggal 27 Oktober 2014, yang telah ditandatangani

Universitas Sumatera Utara


oleh Dokter Arif Tria N, yang telah melakukan pemeriksaan terhadap korban

Andi Fitriyani dan dari hasil pemeriksaan didapatkan:

Pemeriksaan luar :

1. Jenazah seorang perempuan umur kurang lebih dua puluh lima tahun,

tinggi badan kurang lebih seratus lima puluh lima sentimeter, barat

badan kurang lebih lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, dan warna

kulit sawo matang.

2. Penutup jenazah : satu buah kantong jenazah berwarna kuning.

3. Pakaian:

a. Baju senam singlet warna hijau stabilo/hijau terang

b. Bra/BH berwarna hitam

c. Cincin warna emas di jari tengah sebelah kanan.

d. Jam tangan warna putih ditangan kiri.

e. Sepatu olah raga warna merah hitam merek Reebok

terpasang di kaki sebelah kanan.

f. Celana stocking warna coklat muda (terlepas hingga

pergelangan kaki kanan).

g. Celana dalam warna merah (terlepas hingga pergelangan

kaki sebelah kanan).

h. Jenazah tidak berlebel dan tidak bersegel.

i. Ditemukan lebam mayat pada punggung dan kaku mayat

tidak dapat ditemukan tanda-tanda pembusukan.

j. Kepala

Universitas Sumatera Utara


k. Bentuk bulat lonjong.

l. Rambut kepala : warna hitam, bentuk lurus, panjang rata-

rata tujuh belas sentimeter.

m. Dahi : ditemukan luka memar berwarna merah tiga

sentimeter diatas alis kiri berukuran tiga kali sentimeter.

n. Alis : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

o. Kepala belakang : tidak ditemukan kelainan dan tanda-

tanda kekerasan.

p. Mata kanan dan mata kiri tidak ditemukan kelainan dan

tanda-tanda kekerasan.

q. Hidung : simetris dan tidak ditemukan kelainan dan tanda-

tanda kekerasan.

r. Telinga kanan dan telinga kiri simetris tidak ditemukan

kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

s. Mulut : terdapat luka lecet berwarna kehitaman dibibir

bawah bagian dalam ukuran setengah kali setengah

sentimeter.

t. Gigi : gigi depan normal dan lengkap, tidak ditemukan

kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

u. Dagu : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda

kekerasan.

v. Leher : terdapat luka memar berwarna kemerahan di leher

bagian depan dan belakang

Universitas Sumatera Utara


w. Dada : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda

kekerasan.

x. Perut : ditemukan bekas luka jahitan memanjang horizontal

sekitar sepuluh sentimeter dibawah pusar sepanjang dua

belas sentimeter.

y. Punggung : terdapat luka memar berwarna kehitaman

berukuran empat kali dua sentimeter dipunggung kiri atas

sekitar sepuluh sentimeter dan garis tengah tubuh.

Anggota gerak atas :

Kanan :

a. Ditemukan luka memar memanjang horizontal berwarna

kehitaman sekitar sepuluh sentimeter dari pundak berukuran

sebelas kali sentimeter

b. Ditemukan luka memar memanjang horizontal berwarna

kehitaman berjarak enam sentimeter dari luka pertama

berukuran tujuh kali satu sentimeter.

c. Ditemukan luka memar berwarna kehitaman dilengan kiri

depan berukuran tiga kali satu sentimeter.

d. Ditemukan diseluruh kuku jari tangan kanan berwarna

kebiruan.

Anggota gerak bawah :

Kanan :

Universitas Sumatera Utara


a. Ditemukan luka memar berwarna kebiruan disisi samping paha

kanan berukuran empat kali dua sentimeter.

b. Ditemukan luka memar berwarna kehitaman dipaha kaki kanan

depan berukuran tujuh kali empat sentimeter.

Kiri :

a. Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

Alat kelamin :

a. Selaput darah tidak utuh.

b. Pada dinding vagina bagian dalam dekat mulut rahim ditemukan

cairan berwarna putih.

c. Dubur : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

Pemeriksaan tambahan : hapusan vagina.

Hasil pemeriksaan Mikroskopik ; norman dan tidak ditemukan sperma

pada sediaan.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan-pertimbangan

tersebut diatas, Majelis Hakim berpendapat, terhadap unsur inipun telah

terpenuhi. ;

Menimbang, bahwa dengan telah terpenuhinya semua unsur dari Pasa;

338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tersebut diatas, maka Terdakwa

haruslah dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana yang didakwakan kepadanya dalam dakwaan komulatif kesatu

Penuntut Umum tersebut. ;

Universitas Sumatera Utara


Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum dalam

bentuk komulatif maka selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

dakwaan komulatif kedua Penuntut Umum yaitu pada Pasal 285 Kitab

Undang-undang Hukum Pidana yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Barang siapa ;

2. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan ;

3. Memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia ;

4. Diluar perkawinan ;

Ad.1. Unsur “Barang siapa”

Menimbang bahwa yang dimaksud Unsur “Barangsiapa” selalu diartikan

sebagai orang atau subjek hukum yang diajukan ke persidangan sebagai Terdakwa

yang sehat jasmani dan rohani, yang dapat dimintakan pertanggungjawaban

pidana apabila perbuatannya memenuhi semua unsur dalam pasal yang

bersangkutan. ;

Menimbang, bahwa orang atau subjek hukum yang dimaksud dalam

perkara ini adalah Terdakwa Rizal alias Ichal yang oleh Penuntut Umum diajukan

kepersidangan sebagai Terdakwa yang telah diperiksa di persidangan identitas

lengkap Terdakwa sama dengan indentitas dalam surat dakwaan dan surat-surat

lain dalam berkas perkara, yang kebenaran identitasnya diakui Terdakwa dan

dibenarkan oleh para saksi, serta ternyata pula Terdakwa sehat jasmani dan rohani

dan selama pemeriksaan di persidangan Terdakwa dapat menjawab dengan baik

semua pertanyaan yang diajukan kepadanya sehingga dianggap cakap dan dapat

Universitas Sumatera Utara


dimintakan pertanggungjawaban pidana apabila perbuatannya memenuhi

semua unsur dalam pasal ini. ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “Barangsiapa” telah

terpenuhi secara sah dan meyakinkan menurut hukum dalam perkara ini. ;

Ad.2. Unsur “Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan”

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “kekerasan” menurut Kitab

Undang-undang Hukum Pidana serta komentar-komentarnya lengkap pasal

demi pasal, oleh R. SOESILO, Politea Bogor, Hal 98 adalah mempergunakan

tenaga atau kekuatan jasmani sehingga membuat orang menjadi tidak berdaya

sedangkan “ancaman kekerasan” artinya ada daya upaya sehingga

menimbulkan tekanan jiwa sedemikian rupa. ;

Menimbang, bahwa Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik

Indonesia Nomor 552 K/Pid/1994 tanggal 28 September 1994 yang

menyatakan bahwa kekerasan atau ancaman Memaksa tidak harus ditafsirkan

dengan kekerasan lahiriah (fisik) saja namun harus ditafsirkan secara lebih

luas, yaitu termasuk pula pschishe dwang (paksaan/tekanan pschis kejiwaan)

yang sedemikian rupa sehingga korban menjadi tidak bebas lagi sesuai

kehendaknya yang akhirnya menuruti saja kemauan pemaksa. ;

Menimbang, bahwa rangkaian unsur dengan Kekerasan atau Ancaman

Kekerasan disini merupakan unsur yang bersifat alternative sebagai pilihan

unsure, yaitu apabila dari salah satu unsure yang bersifat alternative sebagai

pilihan unsure sudah terbukti terpenuhi maka dianggap unsur ini telah terbukti.

Universitas Sumatera Utara


Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta dari hasil pemeriksaan

dipersidangan yang diperoleh dari keterangan saksi Yoso Wiguno, saksi Andi

Sohra alias Oya, saksi Andi Makkatutu Bakry, S.H, saksi Fajaruddin Cikoa, saksi

Nikson Makamur alias Soni, saksi Kamaruddin dan diakui oleh Terdakwa, pada

hari minggu 26 Oktober 2014 sekitar jam 16.00 Wit di Gor Waringin Kota Raja

tepatnya di toilet wanita, terjadi persetubuhan yang dilakukan Terdakwa terhadap

korban Andi Fitri Yanti alias Riyan. ;

Menimbang, bahwa persidangan Terdakwa yang pada awalnya Terdakwa

melihat korban Andi Fitri Yanti alias Riyan sebagai salah satu peserta lomba

senam aerobic menggunakan pakaian senam masuk dalam kamar mandi,

Terdakwa yang saat itu telah memperhatikan gerak-gerik korban maka timbul niat

pada diri Terdakwa untuk mengintip korban yang hendak berganti pakaian. ;

Menimbang, bahwa ketika Terdakwa sempat melihat korban hendak

berganti pakaian, korban yang merasa diintip menjadi kaget dan berteriak,

sehingga terdakwa mendekati korban lalu mencekik korban dengan menggunakan

tangan kiri dan tangan sebelah kanan menutup mulut dan hidung korban

(membekap) sehingga korban mengadakan perlawanan kepada diri Terdakwa dan

terjadi perkelahian antara Teerdakwa dan korban yang menyebabkan pakaian

korban berantakan dan korban mengalami luka-luka hingga pada akhirnya

Terdakwa dan korban terjatuh ke lantai. ;

Menimbang, bahwa Terdakwa mengakui tindakan Terdakwa yang telah

mencekik korban dengan menggunakan tangan kiri dan tangan sebelah kanan

menutup mulut dan hidung korban (membekap) sehingga korban yang saat itu

Universitas Sumatera Utara


mangadakan perlawanan pada diri Terdakwa yang mengakibatkan korban

mengalami luka-luka adalah bertujuan agar korban dapat mengkuti kemauan

Terdakwa untuk menyetubuhi korban. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Yoso Wiguno, saksi

Andi Sohra alias Oya, saksi Andi Makkatutu Bakry, S.H, saksi Fajaruddin Cikoa,

saksi Nikson Makamur alias Soni, saksi Kamaruddin dihubungkan keterangan

Terdakwa, yang menerangkan keadaan korban saat ditemukan dibelakang pintu

kamar mandi dengan posisi tengadah keataas dan mengangkang, baju dan BH

tertarik keatas hingga kelihatan payudara korban, korban tidak mengenakan

celana luar dan celana dalam karena telah diturunkan sampai batas kaki sebelah

kanan bersamaan dengan stocking warna krem yang digunakan korban, korban

hanya menggunakan sepatu sebelah kanan saja namun celana luarnya tidak ada,

begitu juga sepatu sebelah kiri tidak digunakan karena terlepas dari kakinya. ;

Menimbang, bahwa ditubuh korban terdapat tanda-tanda kekerasan

diantaranya ada memar disebelah paha kiri dan paha kanan, benjol didaerah jidat

sebelah kiri, memar dibahu sebelah kiri dan bahu kanan, bibir bawah pecah. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, majelis Hakim berpendapat unsur “Dengan Sengaja” telah terpenuhi secara

sah dan meyakinkan menurut hukum dalam perkara ini. ;

Ad.3. Unsur “Memaksa seorang wanita bersetubh dengan dia ”

Menimbang, bahwa arti daripada “memaksa” dari unsure ini adalah suatu

perbuatan yang ditujukan bagi seorang perempuan karena bukan kemauannya

sendiri sehingga tidak dapat melawan dan dengan terpaksa mau melakukan

Universitas Sumatera Utara


persetubuhan, sedangkan yang dimaksud dengan “persetubuhan” ialah peraduan

antara anggota kemaluan laki-laki dan anggota kemaluan perempuan,dimana

anggota kemaluan laki-laki harus masuk kedalam anggota kemaluan perempuan

sehingga mengeluarkan air mani. (Kitab Undang-undang Hukum Pidana serta

komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal, oleh R. SOESILO, Politea

Bogor, Hal 209-210). ;

Menimbang, bahwa terhadap unsur ini dengan turut mengambil alih dan

tetap bertitik tolak pada pertimbangan unsur “dengan kekerasan” yang telah

diuraikan dan dibuktikan diatas, majelis hakim akan mempertimbangkan secara

detail dan terperinci mengenai apakah dengan dilakukannya perbuatan kekerasan

yang dilakukan oleh Terdakwa, dihubungkan dengan tujuan Terdakwa membawa

korban ke dalam toilet kamar mandi mengakibatkan terjadinya persetubuhan yang

tidak dikehendaki dan dengan terpaksa mau dilakukan oleh korban. ;

Menimbang, bahwa dalam hubungan dengan perkara ini, berdasarkan

keterangan Terdakwa dipersidangan yakni mengenai terjadinya persetubuhan

yang dilakukan oleh Terdakwa dan adanya kekerasan yang dilakukan Terdakwa

untuk melakukan persetubuhan tersebut, dimana korban yang setelah dicekik oleh

Terdakwa dengan menggunakan tangan kiri dan tangan sebelah kanan menutup

mulut dan hidup korban “membekap” hingga korban kehabisan nafas dan

meninggal dunia, terdakwa selanjutnya memeriksa denyut nadi korban dibagian

leher dan sudah tidak ada denyutnya, kemudian Terdakwa mengangkat korban

diatas kloset duduk dan menaikkan bra korban keatas, lalu Terdakwa meraba dan

mencium payudara korban setelah itu membuka celana senam korban yang mana

Universitas Sumatera Utara


saat itu korban memakai 3 (tiga) lembar celana,setelah celana korban diturunkan

kemudian Terdakwa memasukkan ibu jari sebelah kanan Terdakwa dan Terdakwa

memasukkan penis Terdakwa yang dalam keadaan tegang kedalam kemaluan

korban, selanjutnya menaik turunkan pantat Terdakwa sampai sperma Terdakwa

keluar dalam vagina korban. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan

dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi dan diakui oleh terdakwa, maka

untuk dapat mewujudkan keinginannya melakukan persetubuhan dengan korban,

Terdakwa pada kenyataannya telah mampu melakukan perbuatan tersebut secara

sadar mulai dari awal tindakan Terdakwa mencekik dan membekap mulut dan

hidung korban padahal Terdakwa menyadari dan mengetahui saksi adalah seorang

wanita yang lemah dan tidak berdaya dengan tidak dapat membebaskan dirinya

dari perbuatan Terdakwa sehingga pada akhirnya korban meninggalkan dunia,

kemudian dalam kondisi korban yang telah meninggal dunia tersebut

persetubuhan dilakukan oleh terdakwa sampai dengan selesai yakni ditandai

dengan dikeluarkannya sperma dari kemaluan Terdakwa. ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “memaksa melakukan

persetubuhan” telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan menurut hukum dalam

perkara ini. ;

Ad.4. Unsur “Terhadap Perempuan yang Bukan Isterinya”

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta huum yang terungkap

dipersidangan, dan juga berdasarkan keterangan saksi Yoso Wiguno, saksi Andi

Sohra alias Oya, saksi Andi Makkatutu Bakry, S.H, saksi Fajaruddin Cikoa, saksi

Universitas Sumatera Utara


Nikson Makamur alias Soni, saksi Kamaruddin serta keterangan Terdakwa,

ternyata korban Andi Fitri Yanti Alias Riyan bukanlah isteri dari terdakwa. ;

Menimbang, bahwa perbuatan Terdakwa sebagaimana telah diuraikan

pada unsur-unsur diatas terhadap korban secara hukum bahkan secara agama dan

kesusilaan sangatlah tidak dibenarkan sebagaimana layaknya suami isteri yang

terikat dalam suatu perkawinan yang sah. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas,

maka unsur inipun telah terpenuhi secara sah dan meyakinkan dalam perkara ini. ;

Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsure dalam dakwaan kedua

Penuntut Umum telah terbukti maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Terdakwa

telah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tersebut,

oleh karena itu Terdakwa haruslah dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana “Perkosa”. ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

dakwaan komulatif ketiga Penuntut Umum yaitu pada Pasal 365 ayat (1) dan (3)

Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang unsur-unsurnya adalah sebagai

berikut:

1. Barangsiapa ;

2. Mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan

orang lain ;

3. Dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum ;

4. Yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau

Universitas Sumatera Utara


mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk

memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya atau untuk

tetap menguasai barang yang dicuri ;

5. Jika perbuatan mengakibatkan kematian ;

Ad.1. Unsur “Barang siapa”

Menimbang, bahwa yang dimaksud unsur “Barangsiapa” selalu diartikan

sebagai orang atau subjek hukum yang diajukan ke persidangan sebagai Terdakwa

yang sehat jasmani dan rohani, yang dapat dimintakan pertanggungjawaban

pidana apabila perbuatannya memenuhi semua unsur dalam pasal yang

bersangkutan. ;

Menimbangkan, bahwa orang atau subjek hukum yang dimaksud dalam

perkara ini adalah Terdakwa Rizal alias Ichal yang oleh Penuntut Umum diajukan

ke persidangan sebagai Terdakwa yang setelah diperiksa di persidangan identitas

lengkap Terdakwa sama dengan identitas dalam surat dakwaan dan surat-surat

lain dalam berkas perkara yang kebenaran identitas diakui Terdakwa dan

dibenarkan oleh para saksi, serta ternyata pula Terdakwa sehat jasmani dan rohani

dan selama pemeriksaan dipersidangan terdakwa dapat menjawab dengan baik

semua pertanyaan yang diajukan kepadanya sehingga dianggap cakap dan dapat

dimintakan pertanggungjawaban pidana apabila perbuatannya memenuhi semua

unsur dalam pasal ini. ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “Barangsiapa” telah

terpenuhi. ;

Universitas Sumatera Utara


Ad.2. Unsur “Mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain”

Menimbang, bahwa unsur “mengambil” merupakan perbuatan materiil

yang dilakukan oleh Terdakwa yang maksudnya adalah menggerakkan

(memindahkan) suatu barang dari satu tempat ke tempat lain tanpa izin

pemiliknya untuk dikuasainya, maksudnya adalah pada waktu pelaku mengambil

barang itu, barang tersebut belum dalam kekuasaannya. Unsur suatu “barang”

merupakan suatu obyek dari perbuatan Terdakwa, menurut yurisprudensi yang

maksud dengan “Barang” adalah barang bergerak yang mempunyai nilai

ekonomis. Sedangkan yang dimaksud dengan “Sama sekali atau sebagian

kepunyaan orang lain” adalah sesuatu barang itu baik sebagian atau seluruhnya

adalah milik orang lain dan bukan milik Terdakwa. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di

persidangan, yang diperoleh dari saksi Yoso Wiguno, saksi Andi Sohra alias Oya,

saksi Andi Makkatutu Bakry, S.H, saksi Fajaruddin Cikoa, saksi Nikson Makamur

alias Soni, saksi Kamaruddin serta keterangan Terdakwa sendiri ternyata pada hari

minggu tanggal 26 Oktober 2014, sekitar jam 16.00 Wit bertempat di toilet wanita

lantai I GOR Waringin Kotaraja Distrik Abepura, saat Terdakwa yang didapati

oleh korban Andi Fitri Yanti alias Riyan sedang berganti pakaian dari balik pintu

mengakibatkan korban berteriak dan Terdakwa langsung mencekik korban dan

membekap mulut korban dengan menggunakan tangan kiri sehingga korban

melakukan perlawanan terjadilah perkelahian antara Terdakwa dan korban hingga

Universitas Sumatera Utara


pakaian yang dipakai korban berantakan dan korban mengalami luka-luka

sehingga korban saat itu kehabisan nafas dan meninggal dunia lalu Terdakwa

membuka celana luar, celana dalam dan celana stocking korban hingga ke batas

mata kaki sebelah kanan kemudian Terdakwa membuka celana panjang dan

celana dalam terdakwa sendiri dan naik keatas tubuh korban dan memasukkan

melauannya yang menegang ke dalam kemaluan korban hingga masuk ke dalam

dan menggoyang-goyangkan pantatnya hingga Terdakwa merasakan nikmat dan

menumpahkan spermanya ke dalam kemaluan korban lalu Terdakwa memakai

kembali pakaiannya dan melepaskan barang-barang milik korban berupa 1 (satu)

buah gelang emas jenis bambu dengan berat kurang lebih 5 gram dan 1 (satu) unit

HP Blackberry type Torch 2 warna hitam, selanjutnya Terdakwa mengunci pintu

toilet dari dalam dan Terdakwa keluar melalui jendela boven kamar mandi. ;

Menimbang, bahwa terdakwa mengakui pada hari selasa tanggal 28

Oktober 2014, Terdakwa bersama sdr. Yosua Torobi pergi ke depan toko emas

Cendrawasih di Paldam Distrik Jayapura Utara untuk menjual gelang emas milik

korban seharga Rp. 1.400.000,- (satu juta empat ratus ribu rupiah) kepada saksi

Karnaruddin selanjutnya uang tersebut dipakai untuk membeli minuman keras dan

diminum bersama saudara Yosua Torobi sedangkan 1 (satu) unit HP Blackberry

Torch 2 warna hitam Terdakwa membuang sim cardnya dan memasang sim card

baru dan menggunakan HP tersebut sampai pada akhirnya saksi Andi Makatutu

Bakry, SH bersama anggota polisi menemukan keberadaan Terdakwa dan

menangkap. ;

Universitas Sumatera Utara


Menimbang, bahwa akibat perbuatan Terdakwa saksi korban Yoso

Wiguno mengalami kerugian sekitar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). ;

Menimbang, bahwa dipersidangan berdasarkan keterangan Terdakwa

sendiri dan dibenarkan oleh para saksi, bahwa Terdakwa tidak pernah meminta

atau mendapat ijin dari korban untuk memindahkan ataupun mengambil barang-

barang milik korban tersebut untuk selanjutnya dijual, sehingga Majelis Hakim

berpendapat barang-barang tersebut mempunyai nilai ekonomis. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka

Majelis Hakim berpendapat unsur “mengambil barang sesuatu yang seluruhnya

atau sebagian kepunyaan orang lain “telah terpenuhi. ;

Ad.3. Unsur “Dengan maksud untuk dimeliki secara melawan hukum (Hak)”

Menimbang, bahwa unsur “ Dengan maksud utuk memiliki” merupakan

unsut yang bersifat subyektif karena letaknya ada dalam bathin Terdakwa, artinya

suatu tindakan/ perbuatan yang dilakukan oleh pelaku seolah-olah ia (pelaku)

adalah pemilik dari barang tersebut, sedangkan dengan “melawan hukum (hak)”

adalah bertentangan dengan hak subyektif orang lain atau bertentangan dengan

kemauan orang yang berhak. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di

persidangan, yang diperoleh dari keterangan saksi-saksi serta keterangan

Terdakwa sendiri Terdakwa telah mengambil brang milik korban yakni 1 (satu)

buah gelang emas jenis bambu dengan berat kurang lebih 5 gram dan 1 (satu) unit

HP Blackberry type Torch 2 warna hitam adalah dengan kondisi korban telah

meninggal dunia akibat di cekik oleh terdakwa, ;

Universitas Sumatera Utara


Menimbang, bahwa Terdakwa mengakui didalam persidangan, tujuan

mengambil 1 (satu) buah gelang emas jenis bambu dengan berat kurang lebih 5

gram tersebut adalah untuk di jual dan uangnya dipakai membeli minuman keras

sedangkan 1 (satu) unit HP Blackberry type Torch 2 warna hitam digunakan untuk

Terdakwa pakai sendiri. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Majelis

Hakim berpendapat bahwa unsur “ Dengan maksud untuk dimiliki secara

melawan hukum” telah terpenuhi. ;

Ad.4. Yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau

mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk

memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap

menguasai barang yang dicuri ;

Menimbang, bahwa berdasarkan rumusan unsur pasal diatas, yang menjadi

obyek kekerasan adalah merupakan syarat alternatif yang artinya apabila salah

satu unsure telah terpenuhi maka unsur ini pun dianggap telah terbukti.;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kekerasan sebagaimana

dimaksud pasal 89 Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah tindakan yang

membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya, sedangkan pengertian kekerasan

menurut penjelasan R. Soesilo atas ketentuan pasal 89 Kitab Undang-undang

Hukum Pidana tersebut adalah mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani

tidak kecil, kemudian pengertian “ancaman kekerasan” artinya ada daya sehingga

menimbulkan tekanan jiwa sedemikian rupa. ;

Universitas Sumatera Utara


Menimbang, bahwa dari hasil pemeriksaan di persidangan telah terungkap

fakta-fakta dimana sebelum Terdakwa melakukan perbuatan mengambil barang-

barang milik korban sebagaimana telah dipertimbangkan dalam unsur-unsur

diatas, Terdakwa telah mencekik dan membekap mulut dan hidung korban dengan

menggunakan tangan kiri sehingga korban yang melakukan perlawanan terhadap

Terdakwa mengalami luka-luka dan kehabisan nafas setelah itu korban meninggal

dunia. ;

Menimbang, terhadap fakta-fakta yang terungkap dipersidangan tersebut,

Majelis Hakim menghubungkannya dengan Visum Et Repertum Jenazah Nomor :

VER/158/X/2014/Rumkit, tanggal 27 Oktober 2014, yang telah ditandatangani

oleh Dokter Arif Tria N, yang telah melakukan pemeriksaan terhadap korban

Andi Fitriyani dan dari hasil pemeriksaan didapatkan :

1. Jenazah seorang perempuan umur kurang lebih dua puluh lima tahun,

tinggi badan kurang lebih seratus lima puluh kilogram, keadaan gizi

baik, dan warna kulit sawo matang.

2. Penutup jenazah : satu buah kantong jenazah berwarna kuning.

3. Pakaian :

a. Baju senam singlet warna hijau stabilo/hijau terang.

b. Bra/BH berwarna hitam.

c. Cincin warna emas di jari tengah sebelah kanan.

d. Jam tangan warna putih ditangan kiri.

e. Sepatu olah raga berwarna merah hitam merek Reebok

terpasang di kaki sebelah kanan..

Universitas Sumatera Utara


f. Celana stocking warna coklat muda (terlepas hingga

pergelangan kaki kanan)

g. Celana dalam warna merah (terlepas hingga pergelangan kaki

sebelah kanan)

h. Jenazah tidak berlebel dan tidak bersegel.

4. Ditemukan lebam mayat pada punggung dan kaku mayat tidak

didapatkan dan tidak ditemukan tanda-tanda pembusukan.

5. Kepala :

a. Bentuk bulat lonjong.

b. Rambut kepala : warna hitam, bentuk lurus, panjang rata-rata

tujuh belas sentimeter.

c. Dahi : ditemukan luka memar berwarna merah tiga sentimeter

diatas alis kiri berukuran tiga kali sentimeter.

d. Alis : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

e. Kepala belakang : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda

kekerasan.

f. Mata kanan dan kiri tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda

kekerasan.

g. Hidung : simetris dan tidak ditemukan kelainan dan tanda-

tanda kekerasan.

h. Telinga kanan dan telinga kiri simetris tidak ditemukan

kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

Universitas Sumatera Utara


i. Mulut : terdapat luka lecet berwarna kehitaman dibibir bawah

bagian dalam ukuran setengah kali setengah sentimeter.

j. Gigi : gigi depan normal dan lengkap, tidak ditemukan kelainan

dan tanda-tanda kekerasan.

k. Dagu : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

6. Leher : terdapat luka memar berwarna kemerahan di leher bagian

depan dan belakang

7. Dada : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

8. Perut : ditemukan bekas luka jahitan memanjang horizontal sekitar

sepuluh sentimeter dibawah pusar sepanjang dua belas kali sentimeter.

9. Punggung : terdapat luka memar berwarna kehitaman berukuran empat

kali dua sentimeter dipunggung kiri atas sekitar sepuluh sentimeter dan

garis tengah tubuh.

10. Anggota gerak atas :

a. Ditemukan luka memar memanjang horizontal berwarna

kehitaman sekitar sepuluh sentimeter dari pundak berukuran

sebelas kali sentimeter.

b. Ditemukan luka memar memanjang horizontal berwarna

kehitaman berjarak enam sentimeter dari luka pertama

berukuran tujuh kali satu sentimeter.

c. Ditemukan luka memar berwarna kehitaman dilengan kiri

depan berukuran tiga kali satu sentimeter.

Universitas Sumatera Utara


d. Ditemukan diseluruh kuku jari tangan kanan berwarna

kebiruan.

Kiri : ditemukan seluruh kuku jari tangah sebelah kiri berwarna

kebiruan.

11. Anggota gerak bawah :

Kanan :

a. Ditemukan luka memar berwarna kebiruan disisi samping paha

kanan berukuran empat kali dua sentimeter.

b. Ditemukan luka memar berwarna kehitaman dipaha kaki kanan

depan berukuran tujuh kali emapt sentimeter.

Kiri :

Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

12. Alat kelamin :

a. Selaput darah tidak utuh

b. Pada dinding vagina bagian dalam dekat mulut rahim ditemukan

cairan berwarna putih.

13. Dubur : tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.

Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

Pemeriksaan tambahan : hapusan vagina

Hasil pemeriksaan Miroskopik : normal dan tidak ditemukan sperma

pada sediaan.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, maka majelis Hakim berpendapat bahwa unsur inipun telah terpenuhi. ;

Universitas Sumatera Utara


Ad.5. Unsur “Jika perbuatan mengakibatkan kematian”

Menimbang, bahwa pengertian unsur ini yaitu perbuatan Terdakwa

sebagaimana diuraikan dalam unsure kedua diatas telah menyebabkan orang mati

yaitu terpisahnya jiwa dari raga sehingga orang yang bersangkutan tidak dapat

hidup lagi. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di

persidangan, perbuatan Terdakwa sebelum mengambil barang-barang milik

korban sebagaimana telah dipertimbangkan dalam unsur ke empat diatas dan turut

diambil menjadi bagian dalam mempertimbangkan unsur ini, telah mengakibatkan

korban Andi Fitri Yanti alias Riyan meninggal dunia sebagaimana diterangkan

dalam Visum Et Repertum jenazah Nomor : VER/158/X/2014/Rumkit, tanggal 27

Oktober 2014. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka

Majelis Hakim menilai terhadap unsur inipun tersebut telah terpenuhi secara sah

menurut hukum. ;

Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari pasal 365 ayat (1) dan

(3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana telah terpenuhi dalam dakwaan

komulatif ketiga maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dengan kekerasan

mengakibatkan mati”. ;

Menimbang, bahwa dengan telah terpenuhinya semua unsur dan dakwaan

ketiga Penuntut Umum tersebut diatas, maka Terdakwa haruslah dinyatakan

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yang

Universitas Sumatera Utara


didakwakan kepadanya, oleh karena kesalahannya itu maka menurut hukum dan

keadilan Terdakwa harus dijatuhi pidana. ;

Menimbang, bahwa dengan terpenuhinya semua unsur dari dakwaan

komulatif kesatu, kedua dan ketiga Penuntut Umum tersebut, maka Terdakwa

haruslah dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana sebagaimana dakwaan komulatif Penuntut Umum, oleh karena itu

atas kesalahannya menurut hukum dan keadilan Terdakwa haruslah dijatuhi

pidana. ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa telah dinyatakan terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan

komulatif kesatu, kedua dan ketiga Penuntut Umum tersebut diatas, dan selama

pemeriksaan persidangan berlangsung tenyata Majelis Hakim tidak menemukan

fakta atau keadaan yang menunjukkan adanya alasan pemaaf maupun pembenar

pada diri Terdakwa yang sifatnya mengahapus dan membebaskan pidana atas

kesalahannya, maka atas kesalahannya itu Terdakwa haruslah dijatuhi pidana

yang setimpal dengan perbuatannya. ;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 197 ayat (1) huruf (f)

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, makaMajelis Hakim akan

mempertimbangkan keadaan-keadaan yang memberatkan dan yang meringankan

pada Terdakwa:

Keadaan yang memberatkan :

a. Perbuatan Terdakwa mengakibatkan korban Andi Fitri Yanti alias Riyan

meninggal dunia;

Universitas Sumatera Utara


b. Akibat perbuatan Terdakwa membuat penderitaan bagi keluarga korban;

c. Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat;

d. Terdakwa telah menikmati hasil dari penjualan gelang emas milik korban;

e. Terdakwa sudah pernah dihukum;

Keadaan yang meringankan :

Tidak ada hal-hal yang meringankan bagi Terdakwa;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa telah terbukti bersalah serta

Majelis Hakim tidak menemukan adanya alasan-alasan yang kuat untuk

mengeluarkan Terdakwa dalam tahanan, karenanya Terdakwa tetap berada dalam

tahanan;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa :

a. Baju senam singlet warna hijau terang.

b. Bra/BH warna hitam.

c. Sepatu olah raga warna hitam lis merah merk Reebook (sebelah kanan)

d. Celana stocking warna coklat muda.

e. Celana dalam warna merah.

f. Cincin warna emas di jari tengah sebelah kanan.

g. Jam tangan warna putih ditangan sebelah kiri.

h. 1 (satu) unit HP Blackberry type 9800 Torch 2 warna hitam dengan nomor

imei : 356200041675246.

i. 1(satu) buah gelang jenis bambu dengan kurang lebih 5 gram.

Universitas Sumatera Utara


Cukup beralasan untuk dikembalikan kepada suami korban yaitu saksi

Yoso Wiguno;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 222 ayat (1) Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana dan oleh karena Terdakwa telah dinyatakan terbukti

bersalah dan akan dijatuhi pidana, maka kepada Terdakwa dibebani pula

membayar biaya perkara yang besarnya akan disebutkan dalam amar putusan ini ;

Menimbang, bahwa Pidana yang akan dijatuhkan kepada Terdakwa karena

kesalahannya itu sebagaimana akan disebutkan dalam amar putusan ini dipandang

telah setimpal dengan perbuatannya;

Mempertimbangkan ketentuan Pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum

Pidana, pasal 285 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 365 ayat (1) dan

(3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dan pasal-pasal dari undang-undang

No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana serta

peraturan hukum lainnya yang berhubungan dengan perkara ini;

5. Putusan

Dengan melihat dan mempertimbangkan hal yang memberatkan dan

meringankan hukuman bagi terdakwa, maka Majelis hakim memberikan

putusan kepada Terdakwa Rizal alias Ichal sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Rizal alias Ichal yang identitasnya tersebut

diatas telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Pembunuhan, Perkosaan, dan Pencurian dengan

kekerasan yang mengakibatkan mati”

Universitas Sumatera Utara


2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Rizal alias Ichal oleh karena itu

dengan pidana penjara selama SEUMUR HIDUP

3. Menetapkan agar terdakwa tetap berada dalam Tahanan.

4. Menetapkan barang bukti berupa:

a. Baju senam singlet warna hijau terang.

b. Bra/BH 3 warna hitam

c. Sepatu olah raga warna hitam lis merah merk Reebok (sebelah

kanan)

d. Celana stocking warna coklat muda

e. Celana dalam warna merah.

f. Cincin warna emas di jari tengah sebelah kanan.

g. Jam tangan warna putih ditangan sebelah kiri.

h. 1 (satu) unit HP Blackberry type 9800 Torch 2 warna hitam dengan

nomor imei : 356200041675246.

i. 1 (satu) buah gelang emas jenis bamboo dengan berat kurang lebih 5

gram.

Dikembalikan kepada suami korban yaitu saksi Yoso Wiguno.

5. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara sejumlah

Rp.1000,- (seribu rupiah).

Universitas Sumatera Utara


B. ANALISIS PUTUSAN PENGEDILAN NEGERI JAYA PURA NO. 81
/Pid.B/2015/PN Jap.

1. Analisis Dakwaan.

Mengingat putusan Pengedilan Negeri Jayapura no.

81/Pid.B/2015/PN Jap., berangkat dari surat dakwaan yang disusun oleh

Jaksa Penuntut Umum dan juga pada tuntutan Jaksa Penuntut Umum, yang

tidaklah berbeda dari surat dakwaan tersebut. Untuk itu penulis memulai

mengenalisis putusan tersebut dari surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

Delik concursus dalam putusan Pengadilan Negeri Jayapura No.

81/Pid.B/PN Jap. Ditemukan dalam surat dakwaan mengingat ada lebih

dari satu tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa, untuk itu menurut

penulis perlu dijelaskan mengenai surat dakwaan tersebut.

Surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum tersebut

adalah jenis surat dakwaan kumulatif, sebelum penulis mengemukakan

analisanya mengenai TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERBUATAN

CONCURSUS DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN,

PEMERKOSAAN, DAN PENCURIAN (STUDI PUTUSAN

PENGEDILAN NEGERI JAYA PURA NO. 81 /Pid.B/2015/PN Jap), ada

baiknya penulis menjelaskan sekilas mengenai surat dakwaan kumulasi.

Dakwaan kumulasi, bisa juga di sebut dakwaan yang berbentuk

multiple, yakni surat dakwaan yang disusun berupa rangkaian dari

‘beberapa” atas kejahatan atau “pelanggaran”. Atau ada juga yang

mengartikannya “gabungan” dari beberapa sekaligus.

Universitas Sumatera Utara


Ini, berarti, pada saat yang sama dan dalam pemeriksaan sidang

pengadilan yang sama, kepada terdakwa diajukan gabungan beberapa

dakwaan sekaligus. Tata cara pengajuan surat dakwaaan yang seperti ini

dimungkinkan berdasar ketentuan pasal 141 KUHAP, yang disebut

“penggabungan perkara” dalam “satu surat dakwaan”.

Sehubungan dengan gabungan beberapa dakwaan, pasal 141

KUHAP telah mengatur tentang penggabungan atau kumulasi perkara atau

tindak pidana, maupun kumulasi tentang terdakwa. Sedangkan dalam pasal

142 KUHAP diatur masalah yang berkenaan dengan “pemecahan” atau

splitsing berkas perkara yang terdakwanya terdiri dari beberapa orang,

dapat didakwa secra terpisah.

Menurut pasal 141 KUHAP, penuntut umum dapat mengajukan

dakwaan yang berbentuk kumulasi atau kumulatif apabila dalam waktu

yang sama atau hampir bersamaan menerima beberapa berkas perkara

dalam hal :

a. Beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama dan

kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan terhadap

penggabungan.

b. Beberapa tindak pidana yang berangkut-paut satu dengan yang lain.

Tentang ketentuan huruf b ini, KUHAP member penegasan lebih

lanjut dalam penjelasan pasal 141 huruf b, sebagai berikut: yang dimaksud

dengan “tindak pidana dianggap mempunyai sangkut-paut satu dengan

yang lain”. Apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh:

Universitas Sumatera Utara


1. Lebih dari seorang yang bekerja sama dan dilakukan pada saat yang

bersamaan,

2. Lebih dari seorang pada saat fan tempat yang berbeda akan tetapi

merupakan pelaksanaan dari mufakat jahat yang dibuat oleh mereka

sebelumnya,

3. Satu orang atau lebih dengan maksud mendapatkan alat yang akan

dipergunakan untuk melakukan tindak pidana lain atau menghindarkan

diri dari pemidanaan karena tindak pidana.

c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang

lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada hubungannya, yang

dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan

pemeriksaan.

Demikian bunyi rumusan dan penjelasan Pasal 141 KUHAP.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketentuan pasal maupun penjelasan

adanya wewenang penuntut umum untuk mengajukan dakwaan yang

berbentuk kumulasi, baik “kumulasi perkara tindak pidana” maupun

sekaligus “kumulasi terdakwa” dengan kumulasi dakwaannya. Akan tetapi

jika masalahnya semata-mata dipersoalkan dari ketentuan pasal 141

KUHAP saja, mungkin tidak mampu member gambaran yang jelaskan.

Oleh karena itu supaya masalah dakwaan yang berbentuk kumulasi

terhadap beberapa orang terdakwa dapat dijelaskan secara terang dan

menyeluruh, terpaksa menghubungkan ketentuan Pasal 141 KUHAP

degan pasal-pasal KUHP yang berkenaan dengan “penyertaan” dalam

Universitas Sumatera Utara


perbuatan tindak pidana atau “pengambilan bagian” (deelneming, take part

in crime) dalam perbuatan tindak pidana, sebagaimana yang diatur dalam

pasal 55 KUHP. Begitu pula mengenai kumulasi perbarengan tindak

pidana atau perbarengan perbuatan. Kumulasi atau penggabungan

dakwaan baru dapat dibahas secara menyeluruh, apabila pasal 141

KUHAP dikaitkan dengan ketentuan “perbarengan” atau concursus

(samenloop) yang diatur dalam pasal-pasal 63,64,65,66, dan pasal 70

KUHP. 65

Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa surat dakwaan tersebut

berbentuk kumulasi atau kumulatif. Apabila suatu dakwaan secara

kumulatif maka tiap perbuatan itu delik harus dibuktikan sendiri-sendiri

pula, walaupun pidananya disesuaikan dengan peraturan tentang delik

gabungan, atau dengan delik pidana samenloop dalam pasal 63 sampai

dengan pasal 71 KUHP. 66

Terdakwa didakwa dengan tiga pasal KUHP yaitu pasal 338

KUHP dan Pasal 285 KUHP dan Pasal 365 ayat (1) dan (3) KUHP, yang

masing-masing ancaman pidananya sebagai berikut ;

6. Pasal 338 KUHP yang berisi :

“barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,


dihukum, karena maker mati, dengan hukuman penjara selama-
lamanya lima belas tahun”.
7. Pasal 285 KUHP yang berisi :

“ barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan


memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan
65
Yahya Harahap,Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP penyidikan dan
penuntutan edisi kedua (Jakarta,Sinar Grafika:2015), Hlm. 404-405.
66
Jur Andi Hamzah, Op.Cit., Hlm.185.

Universitas Sumatera Utara


dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua belas tahun”.
8. Pasal 365 ayat (1) dan (3) KUHP berbunyi :

Ayat 1 : “ dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan


tahun, dihukum pencurian yang didahului, disertai atau diikuti
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang,
dengan maksud akan menyiapkan atau memudahkan pencurian
itu atau jika tertangkap tangan (terpergok) supaya ada
kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi kawannya yang turut
melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya
barang yang dicuri itu tetap, ada ditangannya.
Ayat 3 : “hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun
dijatuhkan jika karena perbuatan itu ada orang mati”.

Didalam fakta-fakta persidangan sudah cukup dibuktikan

bahwa terdakwa telah melakukan tiga tindak pidana tersebut

diatas dengan alat-alat bukti dan saksi yang telah membuktikan

bahwa Terdakwa telah bersalah, dengan ini terdakwa juga telah

memenuhi unsur-unsur delik concursus dikarenakan semua

perbuatan Terdakwa telah terbukti di persidangan. Mengingat

bahwa Jaksa Penuntut Umum menggunakan surat dakwaan

kumulasi atau kumulatif, tentu saja Jaksa Penuntut Umum

harus membuktikan perbuatan terdakwa tersebut secara sendiri-

sendiri, hal ini membuktikan Jaksa Penuntut Umum telah yakin

bahwa Terdakwa terbukti melakukan tiga (3) tindak pidana

tersebut.

Jaksa Penuntut Umum dapat membuat surat dakwaan

tersebut berbentuk surat dakwaan alternatif, akan tetapi hal

Universitas Sumatera Utara


tersebut akan menyimpang dengan delik concursus yang telah

dibuktikan terhadap perbuatan terdakwa. Jika Jaksa Penuntut

Umum menggunakan surat dakwaan alternatif maka seolah-

olah tidak ada delik concursus dalam perbuatan terdakwa.

Untuk itu penulis memiliki pendapat yang sama dengan surat

dakwaan kumulatif karena delik concursus tersebut walaupun

dibuktikan secara sendiri-sendiri akan tetapi ancaman pidana

perbuatan tersebut haruslah gabungan dari ketiga ancaman

perbuatan tersebut, hal ini bukan berarti ancaman pidana

Terdakwa akan melewati batas maksimum seseorang namun

delik concursus menerapkan jumlah pidana itu harus dibatasi

yaitu jumlahnya tidak boleh melebihi dari pidana yang terberat

di tambah sepertiga.

2. Analisis Putusan

Bunyi amar putusan No. 81/Pid.B/2015/PN Jap.

1. Menyatakan Terdakwa Rizal alias Ichal yang identitasnya tersebut

diatas telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “Pembunuhan,Perkosaan dan Pencurian dengan

kekerasan yang mengakibatkan mati”;---------------------------------------

------------------------

Universitas Sumatera Utara


2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa Rizal alias Ichal oleh karena itu

dengan pidana penjara selama SEUMUR HIDUP ;------------------------

-----

3. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;-----------------

----

4. Menetapkan barang bukti berupa :

a. Baju senam singlet warna hijau terang.

b. Bra/BH warna hitam.

c. Sepatu olah raga warna hitam lis merah merk Reebok (sebelah

kanan).

d. Celana stocking warna coklat muda.

e. Celana dalam warna merah.

f. Cincin warna emas di jari tengah sebelah kanan.

g. Jam tangan warna putih ditangan sebelah kiri.

h. 1(satu) unit HP Blackberry type 9800 Torch 2 warna hitam dengan

nomor imei : 356200041675246.

i. 1 (satu) buah gelang emas jenis bambu dengan berat kurang lebih 5

gram.

Dikembalikan kepada suami korban yaitu saksi Yoso Wiguno ;-----

j. Membebankan kepada Terdakwa membayar biaya perkara

sejumlah Rp.1000,- (seribu rupiah);--------------------------------------

------------------

Universitas Sumatera Utara


Bahwa dalam pertimbangan Hukum Majelis Hakim telah membuktikan

terdakwa yang bernama Rizal alias Ichal melakukan tindak pidana Pembunuhan,

Pemerkosaan, dan Pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan mati.

Perbuatan terdakwa tersebut merupakan delik Concursus yang mana adanya

perbuatan pidana yang berbeda dilakukan secara bersamaan, hal ini dijelaskan

dalam pertimbangan hukum Majelis Hakim mengenai unsur-unsur perbuatan

terdakwa yaitu ;

- Unsur barang siapa, dalam unsur barang siapa telah turtulis secara sah

menurut hukum bahwa terdakwa Rizal alias Ichal telah melakukan tindak

Pidana.

- Unsur dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dan unsur

memaksa wanita bersetubuh dengan dia dan unsur terhadap yang

bukan isterinya.

Bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana pemerkosaan yang

disertai dengan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan seorang wanita

yang bukan isterinya.

- Unsur mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain dan unsur dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum (hak) serta yang didahului, disertai atau

diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang

dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan

melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk menguasai

Universitas Sumatera Utara


barang yang dicuri, dan unsur jika perbuatan mengakibatkan

kematian.

Bahwa terdakwa juga melakukan tindak pidana mengambil barang sesuatu

seluruhnya atau sebagian punya orang lain dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum (hak) yang perbuatannya mengakibatkan

kematian.

Bahwa majelis hakim telah membuktikan terdakwa melakukan lebih dari

satu tindak pidana yang berbeda yang mana dalam KUHP perbuatan terhadap

terdakwa dikategorikan delik concursus.

Bahwa berdasarkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan delik concursus,

terdakwa diancam, 15+15+12 = 42 tahun, akan tetapi ancaman tersebut tidak

sesuai delik concursus yang diterapkan di Indonesia, untuk itu ancaman pidana

Terdakwa sebesar 15+1/3 (15) = 20 tahun, akan tetapi majelis hakim tidak

menemukan alasan meringankan Terdakwa bahkan menurut majelis hakim

perbuatan Terdakwa dapat menimbulkan keresahan di masyarakat, untuk itu

penulis sependapat dengan majelis hakim.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam bab-bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perbarengan atau concursus

adalah terjadinya dua atau lebih delik oleh satu orang dimana delik

yang dilakukan belum dijatuhkan pidana, atau antara delik awal dengan

berikutnya dibatasi oleh suatu putusan hakim. Delik concursus diatur

dalam buku pertama bab VI KUHP yang membagi concursus menjadi

concursus idealis (pasal 63 KUHP), perbuatan berlanjut (pasal 64

KUHP), dan concursus realis (pasal 65 KUHP). Dan dalam pasal 66

KUHP sampai 70 KUHP mengatur tentang ketentuan-ketentuan

tambahan dalam penerapan concursus dalam upaya penegakan hukum

di Indonesia.

2. Tinjauan Yuridis terhadap perbuatan concursus dalam tindak pidana

pembunuhan, pemerkosaan dan pencurian yang diterapkan dalam

putusan No. 81 /Pid.B/2015/Pn Jap adalah concursus realis. Concursus

realis dijabarkan dalam pasal 65 KUHP yang didalam pasal tersebut

dikatakan bahwa maksimum jumlah hukuman yang bisa dijatuhkan

adalah hukuman maksimum yang terberat ditambah dengan

sepertiganya. Dan aturan dalam pasal 65 inilah yang diterapkan dalam

Universitas Sumatera Utara


penjatuhan putusan dalam putusan No. 81 /Pid.B/2015/Pn Jap, yang

mana terdakwa dijatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun penjara

yang berasal dari hukuman maksimum terberat, yakni hukuman untuk

pembunuhan selama 15 tahun penjara ditambah dengan sepertiga dari

15 tahun penjara, yaitu 5 tahun.

B. SARAN

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan dalam bab-bab

sebelumnya, dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Supaya didalam pelaksanaan Hukum Pidana dapat benar-benar

memperlihatkan dasar-dasar hukum dan prinsip-prinsip umum yang

berkaitan dengan hukum pidana agar tidak terjadi kesimpangsiuran di

dalam penafsirannya.

2. Dalam hal penjatuhan pidana hendaklah aparat penegak hukum yaitu

Jaksa Penuntut Umum dalam membuat tuntutannya haruslah

memperhatikan unsur-unsur ataupun delik-delik dalam perbuatan

pidana, dan juga Hakim dalam mengambil keputusan memperhatikan

faktor-faktor yang terkait agar tidak menimbulkan kerugian bagi

segenap lapisan masyarakat. Delik pidana pada setiap perbuatan pidana

harus dibuktikan sendiri-sendiri, walaupun pidananya disesuaikan

dengan peraturan tentang delik gabungan, atau dengan delik pidana

samenloop dalam pasal 63 sampai dengan pasal 71 KUHP. Delik

concursus sangat sesuai diterapkan pada surat dakwaan kumulasi atau

Universitas Sumatera Utara


kumulatif dikarenakan pada surat dakwaan kumulatif tidak ada celah

untuk meminimalisir penghilangan unsur delik concursus, dan juga

hendaklah setiap Pengadilan yang mengadili segala jenis tindak pidana

termasuk Concursus tetap menjunjung tinggi nilai keadilan sehingga

putusan itu benar-benar didasarkan atas keadilan berdasarkan

KeTuhanan Yang Maha Esa.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Andi Hamzah, Jur, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia edisi kedua, Jakarta:

Sinar Grafika

A.Fuad Usfa dan Tongat, 2004, Pengantar Hukum Pidana, Malang: UMM Press

Ali, Mahrus, 2011, Dasar-dasar Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika

Ariaman, Rasyid, Dan Raghib, Fahmi, 2016, Hukum Pidana, Malang: Setara

Press

Chazawi, Adam, 2001, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, Jakarta

Chazawi, Adam, 2011, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, Jakarta: Raja

Grafindo persada

D. Simons,1937, leerboek Van Het Nederlandsche Strafrecht, N.V.-Groningen-

Batavia:Eerste Deel,Zesde Druk, P. Noordhoof

D. Schaffmeister, N. Keijzer En E.Ph. Sutorius,diterjemahkan oleh J.E.

Sahetapy,1995, Hukum pidana,Yogyakarta: Liberty

Djamali, R. Abdoel, 1984, Pengantar Hukum Indonesia. Edisi Revisi,

Jakarta,Raja Grafindo Persada

Effendi, Erdianto, 2011, Hukum Pidana Indonesia, Suatu pengantar, Bandung:

Refika Aditama

Universitas Sumatera Utara


E.Y. KANTER,S.H. dan S.R.SIANTURI,S.H.,2012, Asas-asas Hukum Pidana Di

Indonesia dan Penerapannya,Cetakan ketiga, Jakarta: Storia Grafika

E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi,2002, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan

Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika

Harahap, Yahya, 2015, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP

penyidikan dan penuntutan edisi kedua, Jakarta: Sinar Grafika

Hanafi, 1999“Reformasi Sistem Pertanggungjawaban Pidana”, Jurnal Hukum,

Vol.6 No.11

Hiariej, Eddy O.S, 2015, Prinsip-prinsip Hukum Pidana edisi revisi, Yogyakarta:

Cahaya Atma Pustaka

Hertanti, Evi, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika

Ibrahim, Jhonny, 2001, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Jakarta:

Bayu media

Jonkers, dalam buku, Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I,

Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kansil,2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia,Jakarta: Balai

pustaka

Kansil, 2007, Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika

Kartanegara, Satochid,s.a, Hukumn Pidana Kumpulan kuliah bagian dua, Jakarta:

Balai Lektur Mahasiswa

Lamintang, P.A.F, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya

Bakti

Universitas Sumatera Utara


Lumintang, P.A.F, 2009, Delik-Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta

Kekayaan, Jakarta: Sinar Grafika

Mulyadi, Mahmud, 2007, Kebijakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana

Kesusialaan: kutipan Kritis Terhadap RUU KUHP, Pemberdayaan

Manusia “, Medan: Departemen Hukum dan HAM

Moeljatno,2015, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta

Maramis, Frans, 2013, Hukum Pidana umum dan tertulis DI Indonesia, Jakarta:

Raja Grafindo Persada

Marpaung, Leden, 2002, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Jakarta:

Sinar Grafika

Moeljatno,1993, Asas-asas Hukum Pidana,Jakarta: Rineka Cipta

P.A.F. Lamintang dan Frans Theojunior Laminating, 2014, dasar-dasar hukum

pidana di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika

POMPE, Handboek, hlm. 39.

Prodjodikoro, Wirdjono, 1980, Tindak Tindak Pidana Tertentu Di

Indonesia,Jakarta: Eresco

Prodjodikoro, Wirjono, 2009, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia.Edisi ketiga,

Bandung: Refika Aditama

Remmelink, Jan, 2014, Hukum Pidana komentar atas pasal-pasal terpenting dari

kitab undang-undang hukum pidana Belanda dan padanya dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

Sadi Is, Muhamad, 2015,Pengantar Ilmu Hukum,Jakarta:peranadamedia grup.

Universitas Sumatera Utara


Sugandhi, R, 1980, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan

penjelasannya,Surabaya: Usaha Nasional

Saleh, Roeslan, 1982, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana,

Jakarta: Ghalia Indonesia

Soedarto, R, 1981, Hukuman dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni

Sudarto,1986, Hukum dan Hukum Pidana.Bandung: Alumni

Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman ,

KUHP terjemahan resmi, Hlm. 36.

Utrecht, E, 2000,Rangkain Sari Kuliah Hukum Pidana II, Surabaya : Pustaka

Tinta Emas

Waluyadi, 2003, Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Penerbit Djambatan

Widnyana, I Made,2010, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Fikahati Aneska

bekerja sama dengan BANI Arbitration Center

UNDANG-UNDANG :

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai