OLEH:
OLEH:
B111 14 611
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
i
PENGESAHAN SKRIPSI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan dalam ujian
Pembimbing I Pembimbing II
iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dua hal, yaitu yang pertama
untuk mengetahui konsep penyalahgunaan wewenang dan konsep melawan
hukum pada kasus tindak pidana korupsi dan yang kedua untuk mengetahui
penerapan hukum pidana materiil terhadap Tindak Pidana Korupsi Dana
Bantuan Sosial Di Kabupaten Pinrang dalam Putusan Nomor
27/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Mks
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan tiada hentinya kepada Allah
SWT yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya berupa
ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dana
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata satu (S1)
yang dimiliki sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala
saran dan kritik penulis harapkan sebagai sebuah masukan dan pelajaran
bagi Penulis.
hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh Penulis, namun semua itu dapat
dilewati penulis berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati Penulis ucapkan banyak terima kasih
vi
Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
terutama kepada:
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A selaku Rektor
vii
5. Bapak Prof. Dr. Andi Muhammad sofyan, S.H,.M.H ibu
membantu.
kemudian hari.
10. Buat teman – teman Konco: Akbal, Ari, surya, Oji, Agung, Ikram,
Ismail, tri, Ingky, haerul dan Deni atas semua kebersamaan, canda,
tawa, suka dan duka yang pernah kita lalui selama ini.
viii
12. Teman – teman Diplomasi 2014 terima kasih telah banyak berbagi
15. Serta semua pihak yang tidak dapan penulis sebutkan satu –
kasih.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………….....iii
ABSTRAK …………………………………………………………………………..v
x
4. Jenis – Jenis Tindak Pidana …………………………………………13
27/Pid.Sus.TPk/2016/PN.Mks …………………………………………...40
xi
A. Kesimpulan ………………………………………………………………...67
B. Saran ……………………………………………………………………….68
LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin semua warga negara
1
berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin semua warga negara
Constituendum.
berkaitan dengan hak – hak atas kehidupan yang layak bagi masyarakat
1
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi edisi kedua, Semarang. 2008, hal. 1
2
Hariman Satria, Anatomi Hukum Pidana Khusus, Yogyakarta, 2014, hal. 50
2
lemahnya nilai moral suatu individu yang mudah terpengaruh akan
aturan hukum yang berlaku dalam diri seorang individu yang membuat
kebiasaan ini dapat menjadi bibit – bibit nyata korupsi di masa depan.
“Korupsi dalam diri” ini bisa juga berarti alienasi terhadap diri. Hal
beradapa pada urutan ke – 90 dari 176 negara dalam setahun terakhir ini,
putus oleh Mahkamah Agung (MA) dari 2014 – 2015 sebanyak 803 kasus.
3
Al. Andang Binawan, Korupsi Kemanusiaan Menafsirkan korupsi (dalam) Masyarakat, Jakarta, 2006,
hal. xx
3
Jumlah ini meningkat jauh disbanding tahun sebelumnya. Jika
dikalkulasikan dari tahun 2001 hingga 2015, kasus korupsi pada tingkat
jumlah koruptor yang dihukum pada periode itu berjumlah 3.109 dalam
namun korupsi di Indonesia tetap saja meningkat, baik dari segi kuantitas
kasus yang terjadi dan kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan
eksekutif, legislative dan yudikatif. Salah satu tipe tindak pidana korupsi
masyarakat.
4
Rita Ayuningtiyas, Kasus Korupsi di Indonesia Menggila,
http://news.liputan6.com/read/2477341/kasus-korupsi-di-indonesia-menggila, 2016, Diakses 16
Oktober 2017
4
Penyalahgunaan kewenangan bukan hanya dilakukan oleh pejabat
5
Adami Chazawi, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta, 2016, hal. 69
5
sehingga menimbulkan kerugian negara sebesar Rp. 388.838.250,- ( Tiga
ratus delapan puluh delapan juta delapan ratus tiga puluh delapan ribu
Negeri Makassar.
A. Rumusan Masalah
Putusan Nomor.27/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Mks?
1) Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mengetahui konsep penyalahgunaan wewenang dan
Nomor.27/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Mks.
2) Manfaat Penelitian
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana
6
Mulyati Pawennei, Hukum Pidana, Bekasi, 2015, hal. 5
8
3. Criminal Act diterjemahkan dengan istilah “perbuatan Kriminal”
atas tiga kata, yaitu straf,baar dan feit. Yang masing – masing memiliki
arti:
perbuatan
7
Ibid hal.10
9
Sementara menurut Utrech, yang dimaksud dengan peristiwa pidana
bahwa yang dapat melakukan tindak pidana atau subjek tindak pidana
8
Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen internasional Perlindungan
Anak serta penerapannya, Yogyakarta, 2013, hal.10
9
Mulyati Op.Cit Hal.10
10
Amir Ilyas, Asas – Asas Hukum Pidana, Makassar, 2012, hal.22
10
dijatuhkan sesuai dengan Pasal 10 KUHP, seperti pidana mati, pidana
dalam unsur – unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua
macam unsur, yakni unsur – unsur subjektif dan unsur – unsur objektif.
pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan
11
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta, 2010, hal. 54
12
P.A.F Lamintang, Dasar – Dasar Hukum Pidana Di Indonesia,Jakarta,2005, hal.192
11
3. Macam – macam maksud atau oogmer seperti yang terdapat
KUHP
adalah:13
13
Mulyati Pawennei, Loc. Cit.
12
4. Dilakukan dengan kesalahan ( met schuld in verband stand )
(werekeningsvatoaar person)
1. Perbuatan
a. Kesalahan;
14
Amir Ilyas, Op.Cit hal. 26
15
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Malang, 2001, hal. 122
13
Dalam WvS Belanda (1886), telah terdapat pembagian tindak
oleh UU, dan juga ada perbuatan yang baru bersifat melawan
16
Ibid hal. 123
17
Ibid hal. 125
18
Ibid hal. 126
14
Tindak pidana sengaja ( doleus delicten ) adalah tindak pidana
itu, tindak pidana pasif yang tidak murni berupa tindak pidana
19
Ibid hal. 127
20
Ibid hal. 129
21
Ibid hal. 130
15
5. Tindak Pidana Terjadi Seketika dan Tindak Pidana Berlangsung
Terus
delicten.22
tersebut.23
Dilihat dari sudut subjek hukum tindak pidana, tindak pidana itu
22
Ibid
23
Ibid 131
16
hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu
(delicta propia).24
keluarga tertentu dalam hal – hal tertentu (pasal 73) atau orang
berhak.25
Diperingan
24
Ibid hal. 131
25
Ibid hal. 132
17
Pada bentuk yang diperberat dan atau yang diperingan, tidak
pokoknya.27
Dilindungi28
kodifikasi.29
26
Ibide hal.133
27
Ibid hal. 134
28
Ibid hal. 135
29
Ibid hal.136
18
Tindak pidana tunggal (enkelvoudige delicten) adalah tindak
berulang.30
suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian
30
Ibid
19
kebusukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
lainnya.32
31
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pendidikan Anti
Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 2011, ha.23
32
Evi Hartani, Tindak Pidana Korupsi Edisi Kedua, Semarang, 2005, hal. 8
33
Ibid hal.9
20
Dalam sejarah kehidupan hukum pidana Indonesia, istilah
yaitu:35
34
Elwi Danil, Korupsi,Konsep,Tindak Pidana, dan Pemberantasannya, Padang, 2011, hal. 5
35
Undang – undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
21
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
1. Setiap orang
negara
Pasal 3:
Berdasarkan bunyi Pasal 3 ini maka unsur tindak pidana korupsi yaitu:
22
1. Setiap orang
suatu korporasi
pidana dalam KUHP pada setiap pasal yang berisi perumusan delik
selalu mulai dengan “barang siapa” (Hij die,) atau kata – kata lain yang
menunjuk orang sebagai subjek seperti “ibu” (de moeder) dalam Pasal
341 dan 342 KUHP, “panglima tentara” (bevelhebber) dalam Pasal 413
23
perlu dikupas berhubung dengan adanya perluasan pengertian
sebagai berikut.36
meliputi juga orang – orang yang menerima gaji atau upah dari
keuangan negara atau daerah atau menerima gaji atau upah dari
yaitu:37
hukum.
36
Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan internasional, Jakarta,
2007, hal.81
37
Undang – undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
24
a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam undang – undang
tentang kepegawaian
c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau
daerah
d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang
e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
masyarakat.
telah dijelaskan dalam tiga belas buah pasal dalam undang – undang
38
KPK, Memahami Untuk Membasmi,Jakarta, 2006, hal.19
25
Ketiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada
perekonomian negara.
terdapat pada:
- Pasal 2
- Pasal 3
2. Suap menyuap
kewajibannya.
Terdapat pada:
39
Ibid hal.20,25,31,57,68,77,91,95,
26
- Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b
- Pasal 11
- Pasal 13
atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain
Terdapat pada:
- Pasal 8
- Pasal 9
4. Pemerasan
27
dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatubagi dirinya
sendiri.
Terdapat pada:
5. Perbuatan curang
Terdapat pada:
- Pasal 12 huruf h
mengawasinya.
Terdapat pada:
- Pasal 12 huruf i
7. Gratifikasi
28
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara
Terdapat pada:
masih ada tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana
korupsi. Jenis tindak pidana lain itu tertuang pada Pasal 21, Pasal 22,
Pasal 23 dan Pasal 24 Bab III UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20
- Pasal 21
benar.
keterangan palsu.
40
KPK, Loc.Cit
29
- Pasal 22 jo. Pasal 35
5. Penyalahgunaan Kewenangan
tersebut.
41
O.C Kaligis, Korupsi Bibit dan Chandra,Jakarta,2010, hal. 135
30
3. Menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk
agar terlaksana.
42
Ibid hal.136
43
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pemberian Hibah Dan
Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari APBD
31
2. Subjek Penerima Bantuan Sosial
kesejahteraan masyarakat.
1. Perorangan
44
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 81/PMK.05/2012 Tentang Belanja Bantuan
Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga
32
2. Keluarga
3. Kelompok
Pasal 22:
45
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan
Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Hal ini didasarkan berdasarkan kasus yang dikaji yaitu Putusan Nomor:
1. Data Primer
46
Suratman,Metode Penelitian Hukum,Malang,2010, hal.67
34
atau risalah dalam pembuatan perundang – undangan dan putusan
hakim”
dikaji.
2. Data Sekunder
hukum, jurnal hukum, dan dokumen yang telah ada serta relevan
adalah
1. Penelitian Pustaka
35
dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya
36
BAB IV
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dari Pasal 3 ini
37
Pasal 3 tidak dicantumkan unsur melawan hukum secara berdiri
unsur mutlak tindak pidana. Hanya perlu dibuktikan jika sifat tercela
38
Melawan hukum melekat secara inheren dalam keseluruhan
selalu dianut para ahli hukum pidana. Dalam konteks hukum pidana
“bagian inti” dari tindak pidana yang didakwakan. Dengan kata lain,
lain dari suatu tindak pidana, keculi dapat dibuktikan sebaliknya oleh
bagian inti yang harus dibuktikan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang –
Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan kata lain, dalam Pasal 2 ayat
itu sendiri, sedangkan dalam pasal yang lain digunakan istilah yang
lain lagi. Misalnya dalam Pasal 3 ayat (1) Undang – Undang Nomor 31
padanya karena jabatan atau kedudukan. Pada Pasal 5 ayat (1) huruf
39
a Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang – Undang
1. Posisi Kasus
40
Menyelenggarakan Pembinaan Keluarga Fakir Miskin, Anak terlantar
41
RAB, karena tiap kelompok meminta ongkos tukang sebesar
Toko Himalaya, foto – foto dokumentasi dari ketua kelompok dan Surat
Jakarta sesuai dengan tanda terima yang ditanda tangani oleh Dody
42
jumlah kerugian Negara akibat perbuatan penyimpangan yang
Sembilan juta Sembilan ratus lima belas ribu tiga ratus tiga puluh tuga
rupiah)
2. Dakwaan
Primair
Subsidair
43
3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
menurut ketentuan pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 ayat (1) Undang –
tersebut.
44
Undang – Undang RI No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
sebesar Rp. 51.740.000,- (lima puluh satu juta tujuh ratus empat
45
4. Pertimbangan Hakim
ke-1 KUHP.
46
telah terpenuhi maka Terdakwa JAMALUDDIN telah terbukti
dakwaan Subsidair;
hal mana dalam diri Terdakwa tidak ada alas an yang dapat
SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa agar Bapak hakim yang mulia tetap
lindungan-Nya
47
Menimbang bahwa karena Terdakwa telah ditahan berdasarkan
Ratus Lima Belas Ribu Tiga Ratus Tiga Puluh Tiga Rupiah), hal mana
kerugian Negara:
48
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang – Undang
5. Amar Putusan
MENGADILI
Primair;
dakwaan Subsidair;
49
5. Menetapkan seluruh masa penangkapan dan penahanan yang
dijatuhkan;
Umum;
Republik Indonesia
50
Melalui Keluarga Penerima Program Penanggulangan
1674/400/Bid.1/PMM/ST/13
51
11) 1 (satu) lembar Fotocopy Surat Perintah Pencairan Dana
2013
2013
52
Anggaran No.212/PKPD/KPTS/09/2013 tanggal 02 september
2013
september 2013
lampirannya
53
21) 1 (satu) buah Fotocopy Pedoman Rehabilitasi Sosial Rumah
Pariwisata Kab.Pinrang
014790-53-2
014791-53-8
27) 1 (satu) buah buku Tabungan BRI Simpedes an. Kelompok III
53-9
54
28)1 (satu) buah buku Tabungan BRI Simpedes an. Kelompok IV
53-5
009244-53-9
007046-53-3
31) 1 (satu) buah buku Tabungan BRI Simpedes an. Kelompok VII
011430-53-0
32) 1 (satu) buah buku Tabungan BRI Simpedes an. Kelompok VIII
011429-53-9
011428-53-3
011426-53-1
55
35) 1 (satu) lembar Asli Bukti Penerimaan Bantuan RS-RTLH bagi
juta rupiah)
juta rupiah)
rupiah)
rupiah)
rupiah)
juta rupiah)
juta rupiah)
56
42) 1 (satu) lembar Asli Bukti Penerimaan Bantuan RS-RTLH bagi
juta rupiah)
rupiah)
rupiah)
57
49) 1 (satu) bundel Fotocopy Laporan Pelaksanaan bantuan RS-
Tahun 2013
58
56) 1 (satu) lembar Fotocopy Surat Tanda Terima Laporan RS-
Toko Himalaya
2012
59
6. Analisis Penulis
60
tindak pidana tersebut harus terpenuhi seluruhnya. Adapun unsur –
unsurnya yaitu:
61
Bahwa kata “Dengan Tujuan” dalam perumusan unsur Pasal
dalam hal ini menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
jika telah dilaksanakan oleh yang punya niat atau kehendak itu,
atau orang lain yaitu suatu sikap batin seseorang yang sempurna
ada secara diam – diam karena setiap perbuatan delik selalu ada
keuntungan untuk diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
62
yang dilakukan dengan cara menyalahgunakan kewenangan.
delapan puluh delapan juta delapan ratus tiga puluh delapan ribu
Juta Sembilan Ratus Lima Belas Ribu Tiga Ratus Tiga Puluh Tiga
63
“kesempatan” berarti peluang yang ada karena kewenangan
tersebut dan kata “sarana” sebagai suatu alat, cara atau media.
64
Keputusan (SK) dari Bupati Pinrang selaku Pimpinan Terdakwa,
negara
ratus tiga puluh delapan ribu dua ratus lima puluh rupiah) yang
65
perhitungan hasil audit yang dilakukan oleh BPKP Perwakilan
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
67
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001
B. Saran
68
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Hariman satria. 2014. Anatomi Hukum Pidana Khusus. UII Pers: Yogyakarta
O.C Kaligis. 2010. Korupsi Bibit dan Chandra. PT. Yarsif Watampone:Jakarta
69
Teguh Prasetyo. 2014. Hukum Pidana. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Perundang - Undangan
Website:
http://news.liputan6.com/read/2477341/kasus-korupsi-di-indonesia-menggila.
Kasus Korupsi di Indonesia Menggila. Diakses 16 Oktober 2017. Pukul 20.00
WITA
70
LAMPIRAN
71