TESIS
OLEH :
TESIS
OLEH :
ii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Tesis ini telah Diuji dan Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji pada
Tanggal 4 Agustus 2020
iv
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRAK
v
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ABSTRACT
vi
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas berkat dan rahmatnya
penulisan tesis dengan judul “ASAS KEADILAN DALAM GANTI
KERUGIAN PADA PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN
UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012”
dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak
terlepas dari bimbingan, bantuan, arahan, do’a dan semangat dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yakni :
1. Bapak Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak., CMA selaku Rektor
Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menuntut ilmu dan menjadi bagian dari civitas akademika Universitas
Airlangga Surabaya.
2. Ibu Nurul Barizah, S.H., LL.M., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan untuk penulis dapat
menuntut ilmu dan kesempatan belajar dalam perkuliahan untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Surabaya.
3. Ibu Dr. Mas Rahmah, S.H., M.H., LL.M. selaku Kepala Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Airlangga yang telah memberikan ilmu
serta kesempatan untuk mengikuti perkuliahan di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.
4. Ibu Dr. Nurwahjuni, S.H., M.H. selaku Dosen Wali yang cukup banyak
memberikan arahan dalam memproses mata kuliah selama empat semester
saya menempuh perkuliahan di Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
5. Bapak Oemar Moechthar, S.H., M.Kn. selaku Ketua Penguji yang telah
menyediakan waktu untuk menguji hasil penelitian disela-sela kesibukan
beliau.
viii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6. Bapak Dr. Agus Sekarmadji, S.H., M.Hum. selaku pembimbing utama serta
penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing sejak
awal perencanaan penulisan tesis hingga hasil penulisan tesis ini diujikan.
7. Bapak Dr. Urip Santoso, S.H., M.H. selaku pembimbing kedua serta penguji
yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing sejak awal
perencanaan penulisan tesis hingga hasil penulisan tesis ini diujikan.
8. Bapak Dr. Deddy Sutrisno, S.H., M.H. selaku penguji dalam ujian tesis yang
telah menyediakan waktu untuk menguji hasil penelitian disela-sela
kesibukan beliau.
9. Ibu Indrawati, S.H., LL.M. selaku penguji dalam ujian tesis yang telah
menyediakan waktu untuk menguji hasil penelitian disela-sela kesibukan
beliau.
10. Kedua orang tua tercinta yang selama ini selalu memberikan dukungan dan
do’a tiada henti untuk mendorong saya mencapai cita-cita saya.
11. Mas Rizal, Rifky, dan Amel, saudara kandung saya yang baik langsung
maupun tidak langsung mendukung dan mendo’akan dalam menyelesaikan
tesis ini..
12. Keluarga besar Bani Rifa’i yang selalu mendukung dan menginspirasi saya
untuk segera menyelesaikan tesis ini.
13. Hafid, Edo, Pinkda, Vio, Nia, Ennys, serta Paguyuban Duta Wisata Guk &
Yuk Sidoarjo yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam
menyelesaikan tesis ini.
14. Nadia, Kak Santhy, Lidya, Sonia, Yesi, Rian, Aya, Gea, Debby, Kak Qisty,
Tika, Fadiyah, Eliz, Hendri, Inggird, Sekar teman-teman yang selalu
mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
15. Rekan-rekan seperjuangan Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga Surabaya angkatan 2018 yang telah bersama-sama
dalam penempuh pendidikan dalam memperoleh gelar Magister Kenotariatan.
16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan semnagat dalam menyelesaikan Tesis ini.
ix
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Besaran nilai ganti kerugian yang diberikan oleh Pemerintah Kota
Semarang.
Tabel 3.2. Besaran ganti kerugian fisik (materiil) yang diajukan oleh pemegang
hak atas tanah.
Tabel 3.3. Besaran ganti kerugian non-fisik (immateriil) yang diajukan oleh
pemegang hak atas tanah.
xiii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
xiv
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR BACAAN
xv
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
adalah negara yang berdiri dan berdasar di atas hukum yang menjamin keadilan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945),
tertulis bahwa tujuan negara yaitu: “melindungi segenap bangsa Indonesia dan
berkembang bukan hanya dari struktur kekuasaan semata, namun tujuan utamanya
negara hukum yang memberikan jaminan dan perlindungan atas hak-hak warga
1
Yaman dan Nurtin Tarigan, Peran Advokad Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana,
Jakarta, 2019, h. 1.
1
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
negara, antara lain hak warga negara untuk mendapatkan, mempunyai dan
menikmati hak milik. 2 Salah satunya ialah hak kepemilikan atas tanah.
Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu
sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Bagi
kekayaan nasional, tanah juga mengandung berbagai macam kekayaan alam yang
tanah, yaitu merupakan aset bangsa Indonesia yang menjadi modal utama dalam
pembangunan yang adil dan makmur. Oleh karena itu, pemanfaatan tanah harus
Dari fungsi dan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa tanah berperan
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik sesuai dengan ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, yang berbunyi: “bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
ditarik kesimpulan bahwa negara menguasai apa saja yang terdapat di dalamnya
Negara Indonesia yaitu sebagai negara hukum, maka negara harus bertindak adil
2
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,
h. 1.
3
Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, h. 45.
4
Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 83.
dalam menguasai segala sesuatu yang terdapat dan terkandung di dalam bumi,
didapatkan suatu keadilan dan hal ini membutuhkan sebuah peraturan untuk
mengatur agar terciptanya keselarasan antara tujuan dan hasil yang didapatkan.
disebutkan bahwa: “bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara”. Pasal
tersebut memperkuat ketentuan yang ada dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.
bijak dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah secara adil dan baik sesuai
dengan tujuan utama negara hukum, yaitu keadilan sosial. Adapun kewenangan
5
Urip Santoso, “Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Pertanahan”, Jurnal
Hukum, ADIL : Jurnal Hukum Vol.3 No.2, 2011, h. 240.
bersama, hal ini penting dilakukan karena berkaitan dengan pembangunan negara.
Apabila pemerintah tidak dapat mengatur dan menyediakan tanah, maka laju
menuju sesuatu yang lebih baik dalam rangka pembinaan agar negara tersebut
menjadi lebih besar dan berkembang. Pembangunan negara yang dimaksud disini
umum. Maka di dalam pembangunan negara ini bukan hanya pemerintah yang
berperan aktif, melainkan juga masyarakat memiliki faktor yang besar dalam
Sebagai contoh dalam pembangunan suatu jalur rel kereta api, ataupun
besar, sedangkan kondisi tanah yang terbatas di jaman modernisasi seperti ini,
dalam menyediakan sebuah lahan tanah untuk pembangunan tersebut. Hal seperti
inilah yang biasa disebut dengan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
yang bertujuan untuk mendapatkan lahan tanah. 6 Pengadaan tanah yang dilakukan
Nomor 2 Tahun 2012 juncto Pasal 1 angka (6) Peraturan Presiden Nomor 148
masalah. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai konflik yang muncul, salah
Kota Semarang.
6
Urip Santoso, Buku Ajar Hukum Pengadaan Tanah dan Pendaftaran Hak Atas Tanah, PT
Revika Petra Media, Surabaya, 2018, h. 16.
yang secara tertulis tertuang dalam Pasal 2 huruf (b). Bahwa makna dari keadilan
secara fundamental bermakna luas dan relatif, bergantung dari dan oleh siapa
yang menggunakannya. Dalam hal ini, tolak ukur ganti kerugian yang layak dan
adil pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum baik oleh pemegang hak atas
tanah dengan pemerintah tentu akan berbeda walaupun secara tertulis telah
sulit rasanya mencapai rasa adil sesuai dengan asas keadilan yang ada dalam
pihak yang berhak atas ganti kerugian berpedoman pada harga pasar tanah saat
berpedoman pada taksiran yang dilakukan oleh Lembaga Penilai atau pada
umumnya memilih harga Nilai Jual Objek Pajak (selanjutnya disebut NJOP).7
utama untuk keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, maka permasalahan ini
dalam negara hukum, hukum tidak dibuat hanya untuk mengatur manusia dalam
negara dan mengatur proses dalam mewujudkan sebuah regulasi agar dapat
7
Ibid., h. 40-41.
1. Apa ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan umum?
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ditinjau dari dua segi,
yaitu segi teoritis dan segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah
sebagai berikut :
berkepentingan khususnya bagi masyarakat yang memiliki Hak Atas Tanah yang
dua, yaitu:
8
Agus Sekarmadji, “Prinsip-Prinsip Hukum Perolehan Hak Atas Tanah Dalam Rangka
Pembangunan Perumahan”, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2010, h. 40.
9
Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2001, h. 72.
tersebut.10
10
Urip Santoso, Op.Cit., h. 20.
11
Sri Hajati et al., Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan, Airlangga University Press, Jakarta,
2018, h. 234.
12
Guna Negara, “Pengadaan Tanah Oleh Negara Untuk Kepentingan Umum”, Tesis, Program
Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006, h. 9.
daerah.
implementasi dari salah satu asas dalam UUPA, yaitu semua hak
kepentingan umum. 13
13
Urip Santoso, Op.Cit., h. 29.
menjelaskan bahwa:
tanah tidak sekedar ganti kerugian, namun ganti kerugian itu harus
layak dan adil. Nilai ganti kerugian itu tidak boleh menurunkan
lain kehidupan pemegang hak atas tanah harus lebih baik setelah
penggunaan semula.
14
Ibid., h. 31.
Arab “al-adl” yang memiliki makna sangat dekat dengan kata “al-
qisth” yaitu lurus dalam jiwa, tidak dikalahkan oleh hawa nafsu,
sebagainya.15
15
Ibn Al-Arabiy, Lisan Al-Arb, Juz 11, Beirut, Daar Ehia Al-Tourath, 1999, h. 430.
16
A.S. Horby, Oxford Advanced Learn’s Dictionary of Current English, sixth edition, Oxford
University Press, New York, 2000, h. 734.
keseimbangan.17
menyebutkan bahwa:
17
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2011, h. 131-133.
18
Sri Hajati et al., Op.Cit., h. 235.
demokratis.
19
Upik Hamidah, “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Pembangunan Infrastruktur Dalam
Rangka Pembangunan Wilayah”, Jurnal FH UNILA, 2012, h. 115.
dengan cara pelepasan hak atas tanah atau pencabutan hak atas
untuk pengadaan tanah dalam skala kecil dan skala luas tanah yang
Tabel 1.1.
Pengadaan Tanah Sebagai Perbuatan Pemerintah
Perbuatan Pemerintah
(bestuurhandalingen)
hukum juga merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, dan bukan
dihadapi.22
paut dengan isu hukum yang sedang dibahas. 23 yaitu aturan hukum yang berkaitan
berpedoman pada pandangan maupun doktrin dalam ilmu hukum untuk kemudian
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-13, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2017, h. 56.
22
Ibid., h. 60.
23
Ibid., h. 133.
menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep hukum, dan asas
hukum yang relevan bagi isu yang dihadapi pada penelitian ini. 24 Tujuan dari
peneliti memilih pendekatan ini adalah untuk mengetahui asas keadilan dalam
Studi kasus (case study) dilakukan terhadap suatu kasus tertentu dari
berbagai aspek hukum. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji kasus
pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada studi kasus pembangunan Jalan
Tambaklorok, Kota Semarang yang nantinya akan dibuat sebagai opini hukum.
Sumber hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan
landasan utama yang dipakai dalam penelitian ini. 25 Antara lain khususnya di
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu untuk menganalisis dan
memahami bahan hukum primer, 26 seperti pendapat ahli, dan konsep yang
24
Ibid., h. 135-136.
25
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990, h. 53.
26
Ibid.
sumber lainnya yang dapat memberi penjelasan pada bahan hukum primer
3. Bahan hukum tersier, yaitu berupa penjelasan terhadap bahan hukum primer
ataupun bahan hukum sekunder yang bersumber dari kamus dan ensiklopedia.
hukum yang relevan dengan rumusan masalah yang diteliti untuk selanjutnya
Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier
semua bahan hukum. Bahan hukum yang dikumpulkan tersebut dipelajari, dikaji,
dan dibandingkan dengan teori dan prinsip hukum yang dikemukakan oleh para
gramatikal, dan interpretasi sistematis guna menjawab isu hukum dari rumusan
masalah yang ada. Metode interpretasi yang digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya yaitu:
bahasa,27 yakni ketentuan atau kaidah hukum yang tertulis diartikan menurut
yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang
dimaksud.
bab serta sub bab yang dibahas serta yang memberikan uraian-uraian yang
metode penelitian yang berisi tentang tipe penelitian, pendekatan masalah, sumber
bahan hukum, metode pengumpulan bahan hukum, analisis bahan hukum, dan
megenai ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
27
Enju Juanda, “Konstruksi Hukum dan Metode Interpretasi Hukum”, Jurnal Ilmiah Galuh
Justisi, Vol.4 No.2, 2016, h. 162.
28
Ibid., h. 163.
kepentingan umum. Pada bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan historis
pengaturan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, dan ratio legis ketentuan
ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan
2012, dan dasar pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
Semarang.
yang telah diuraikan pada penulisan tersebut serta saran yang mungkin bermanfaat
BAB II
Umum
mengacu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa:
“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
untuk:29
dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur
29
Upik Hamidah, Op.Cit., h. 111.
25
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
26
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan
hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. Untuk mendukung
didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang
Pengadaan tanah dengan cara pembebasan tanah berlaku juga untuk pengadaan
tanah oleh pihak swasta. Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
hak atas tanah diawali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun
1985 tentang Tata Cara Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Proyek Pembangunan
dilaksanakan dengan cara pelepasan hak atas tanah. Pengadaan tanah dengan
Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
1993.
Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas
tanah, atau pencabutan hak atas tanah. Pada ketentuan peralihan disebutkan bahwa
Tahun 1994.
cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Sebagai peraturan pelaksana dari
30
Ibid., h. 112-113.
dalam UUD 1945. Dengan demikian pelaksanaan pengadaan tanah harus dapat
didekatkan pada keadilan, sekaligus eksplorasi nilai-nilai luhur yang tumbuh dan
adalah dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera
31
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan,
Jakarta, 2010, h. 6.
32
Upik Hamidah, “Politik Hukum Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bagi
Kepentingan Umum”, PRAEVIA Jurnal Ilmu Hukum, 2012, h. 10.
jantungnya peraturan hukum, asas hukum merupakan landasan yang paling luas
bagi lahirnya suatu peraturan hukum, di samping itu asas hukum merupakan
hukum dengan hukum positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etis
bukanlah peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa
mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk
33
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
34
Sacipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya, Bandung, 2000, h. 45.
hukumnya saja, melainkan harus menggalinya sampai pada asas hukumnya. Asas
hukum inilah yang memberi makna etis kepada peraturan-peraturan hukum serta
tata hukum.35 Dengan demikian, idealnya setiap prinsip yang ada di dalam
Kata prinsip sendiri merupakan serapan dari bahasa Inggris principle, yang
berarti dasar atau asas,36 atau merupakan serapan dari bahasa Arab asasun yang
berarti dasar, basis, atau fondasi.37 Dalam kamus bahasa Indonesia, kata asas
mempunyai makna dasar sesuatu yang menjadi tumpuan, dasar cita-cita, dan
hukum dasar.38 Dengan demikian istilah prinsip atau asas dapat disimpulkan
Prinsip hukum atau asas hukum adalah prinsip yang dianggap dasar atau
menjadi titik tolak berfikir tentang hukum.39 Disamping itu, asas hukum juga
merupakan landasan atau alasan bagi terbentuknya suatu peraturan hukum atau
merupakan ratio legis dari suatu peraturan hukum, yang memuat nilai-nilai, jiwa
cita sosial atau pandangan-pandangan etis yang ingin diwujudkan.40 Asas-asas itu
bahwa asas hukum atau prinsip hukum merupakan kebenaran yang tersirat dalam
35
Ibid., h. 47.
36
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 1997, h.
447.
37
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, PT.
Grafindo Persada, Jakarta, 1993, h. 112.
38
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, h.
70.
39
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995, h. 79.
40
SF Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1997, h. 180.
peraturan hukum konkrit, dan itu ada pada setiap peraturan perundang-undangan,
fungsi yang sangat penting dalam sistem hukum. Prinsip hukum itu
mempengaruhi sistem hukum positif dan menjelma dalam sistem yang dibentuk,
juga dapat disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum, asas hukum ini
selanjutnya.43
undangan haruslah mengacu pada prinsip atau asas hukum. Implementasi dari
asas-asas hukum tersebut akan menjadi tolak ukur atau dasar pengujian bagi
hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menilai apakah dalam pelaksanaan
pengadaan tanah telah sesuai dan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2012.44 Sebagai sebuah fondasi atau dasar, asas dapat digunakan sebagai alat
untuk menyelesaikan jika dalam sebuah sistem hukum terjadi sengketa, misalnya
41
Suhariningsih, Tanah Terlantar, Asas dan Pembaharuan Konsep Menuju Penertiban,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009, h. 224.
42
Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian, Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan Barang
dan Jasa Oleh Pemerintah, Laks Bang, Yogyakarta, 2009, h. 37.
43
Sacipto Raharjo, Op.Cit., h. 45.
44
Sudjito et all., Restorasi Kebijakan Pengadaan, Perolehan, Pelepasan, dan Pendayagunaan
Tanah Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, 2012, h. 58.
45
Imam Koeswahyono, “Suatu Catatan Kritis Atas Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Nomor 2 Tahun 2012”, Makalah, 2012, h. 6.
serta penghormatan terhadap hak asasi manusia, harkat dan martabat setiap
kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang layak.
musyawarah para pihak tanpa didasari oleh suatu unsur paksaan untuk
46
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, “Penerapan Prinsip Keadilan Dalam
Pembebasan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal IUS, Vol. III No. 9,
2015, h. 424-425.
memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak dan
ketentuan yang berkaitan dengan ganti kerugian dalam pengadaan tanah. Prinsip
layak kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah, sehingga
Keadilan sendiri merupakan salah satu tujuan hukum yang berangkat dari nilai-
dasar penentuan bentuk dan besarnya ganti kerugian yang diberikan kepada
pemegang hak atas tanah yang tanahnya diambil untuk kepentingan umum.48
47
B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori dan
Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, h. 37.
48
Achmad Rubai, Hukum Pengadaan Tanah, Bayu Media, Malang, 2007, h. 31.
ditentukan bahwa salah satu prinsip yang menjadi tolak ukur keseimbangan
adalah adanya ganti kerugian yang layak, dan tidak menjadikan kehidupan
kepentingan pribadi secara tegas diatur dalam Pasal 28H UUD 1945, dan
Tahun 2012 yang menegaskan bahwa pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
tanah akibat adanya aturan dalam Pasal 6 juncto Pasal 18 UUPA. Dalam Pasal 6
UUPA, dijelaskan bahwa: “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”, yang
artinya hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang tidak dipergunakan
dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan
berhak atas tanah harus melakukan pelepasan hak atas tanahnya. Adapun apabila
dimungkinkan terjadi seperti itu, maka negara berdasarkan Pasal 18 UUPA harus
memberikan ganti kerugian yang layak kepada subjek yang hak atas tanahnya
dilepaskan/dicabut.
Berkaitan dengan kriteria ganti kerugian yang layak dan adil sering
49
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Mitra
Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004, h. 30.
memprediksi ganti kerugian yang diterima oleh pihak yang berhak, maka harus
layak dan adil dalam pelaksanaan pengadaan tanah menjadi pokok yang sangat
penting.
Penjelasan mengenai pengertian ganti kerugian yang layak dan adil tidak
Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya, yang
menyatakan bahwa ganti kerugian yang layak itu akan didasarkan atas nilai yang
nyata atau sebenarnya dari tanah atau benda yang bersangkutan.50 Adapun
dijabarkan dalam Pasal 31, 32, 33, 34, 35, dan 36.
pembangunan, yang salah satunya yakni tentang besaran nilai ganti kerugian.
50
Muwahid, “Prinsip Prinsip Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum”, AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, 2016, h. 8.
permasalahan yang beragam, antara daerah satu dengan daerah yang lain, antara
karakter sosial yang satu dengan karakter sosial yang lain, antara presepsi hak
harga jual beli, bahkan sangat sering menuntut ganti kerugian 3 (tiga) atau 4
(empat) kali lebih besar dari NJOP. Celah diantara kedua kecenderungan ini,
sedangkan pada spending pengadaan tanah untuk ganti kerugian melebihi clad apa
nilai ganti kerugian selalu timbul, oleh karenanya perlu diatur ketentuan mengenai
baik kepada panitia maupun warga, sehingga diperoleh transparansi tentang nilai
NJOP yang merupakan nilai pajak atau nilai administrasi tidak memadai
untuk menjadi dasar perhitungan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
pembangunan. Untuk itu perlu diubah mekanisme dasar perhitungan besaran ganti
ganti kerugian sudah dilakukan secara transparan dan hasil dari taksiran Lembaga
51
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan,
Jakarta, 2010, h. 8-9.
merupakan tindakan yang efektif. Tindakan ini dapat membuat warga bersepakat
dibandingkan memilih jalan litigasi yang memerlukan waktu lama. Jika warga
tidak bersepakat, maka panitia tetap dapat menggunakan langsung tanah tersebut
lembaga penitipan ganti kerugian efektif perlu diatur dalam ketentuan Undang-
Undang.52
Di dalam Pasal 28H ayat (4) UUD 1945, menyebutkan bahwa: “Setiap
orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
maka hak atas tanah yang dipunyai seseorang sesuai dengan hukum tanah nasional
dilindungi dari gangguan pihak lain. Demikian juga hak atas tanah seseorang tidak
oleh penguasa.53
yang berhak atas tanah. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan
untuk keperluan apapun harus dilandasi hak atas tanah yang disediakan oleh
hukum tanah nasional. Penguasaan dan penggunaan tanah yang berlandaskan hak
oleh sesama anggota masyarakat, maupun oleh pihak penguasa sekalipun (jika
gangguan tersebut tidak ada landasan hukumnya). Oleh karena itu sangat penting
52
Ibid., h. 14-15.
53
Maria S.W.Sumardjono, Tanah Dalam Prespektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,
Kompas, Jakarta, 2008, h. 269.
atas tanah.54
dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah masalah pemberian ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak sebagaimana telah diatur
dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, yaitu bahwa:
ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”. Sehingga untuk
mendapatkan ganti kerugian yang layak dan adil itu haruslah ada dasar dan cara
Bentuk lain dari perlindungan serta penghormatan hak atas tanah dalam
menetapkan besarnya nilai ganti kerugian yang diberikan kepada pihak yang
berhak atas tanah.55 Disamping itu, bagi mereka yang hak atas tanahnya dicabut
seperti semula.
54
Arie Sukanti Hutagalung, Pergulatan Pemikiran dan Aneka Gagasan Seputar Hukum Tanah
Nasional, Badan Penerbit FHUI, Depok, 2011, h. 171.
55
Mudakir Iskandar Syah, Dasar-Dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Jala
Permata, Jakarta, 2007, h. 17.
tanah yang diusahakan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan cara
musyawarah.56 Dalam hal ini, maka pemerintah harus bertindak dengan prinsip
pemerintah, juga sebaiknya dapat memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat yang
Tahun 2012 juga telah menyebutkan bahwa ciri-ciri dari kegiatan yang termasuk
dilakukan oleh Pemerintah, dan bersifat non-profit atau tidak mencari keuntungan.
2 Tahun 2012 juncto Pasal 74 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012, berupa:
a. uang;
b. tanah pengganti;
c. permukiman kembali;
d. kepemilikan saham; atau
e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Bentuk ganti kerugian tersebut dapat berdiri sendiri maupun gabungan dari
beberapa bentuk ganti kerugian sesuai dengan nilai ganti kerugian yang
nominalnya sama dengan nilai yang ditetapkan Penilai. Bentuk ganti kerugian
yang ditawarkan seharusnya tidak hanya ganti kerugian fisik yang hilang, akan
tetapi juga harus menghitung ganti kerugian non fisik seperti pemulihan kondisi
pemberian ganti kerugian tersebut harus tidak membawa dampak kerugian kepada
pemegang hak atas tanah yang kehilangan haknya tersebut, melainkan membawa
56
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan dan
Pengadaan Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2011, h. 101.
dampak pada tingkatan kehidupan yang lebih baik atau minimal sama pada waktu
tersebut adalah bahwa ganti kerugian yang diberikan merupakan imbalan yang
layak, atau tidak menjadikan pemegang hak atas tanah yang melepaskan tanahnya
dilakukan bidang per bidang tanah sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada
a. tanah;
b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan;
d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
f. kerugian lain yang dapat dinilai.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tidak disebutkan dasar
Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.
Apakah penetapan ganti kerugian berpedoman pada NJOP atau nilai nyata pada
57
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Op.Cit., h. 30.
dapat dikatakan merupakan langkah maju, dimana sudah cukup lama disarankan
oleh para ahli di bidang pertanahan karena pada peraturan tentang pengadaan
tanah sebelumnya tidak dikenal lembaga seperti ini. Hanya saja Lembaga Penilai
harga tanah ini akan sangat membawa manfaat apabila di dukung oleh insan
Tabel 2.1.
Perbandingan Pengaturan Ganti Kerugian
Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
Indikator Perbandingan
Peraturan
Perundang- Subjek yang
undangan Pengertian melakukan Objek yang Bentuk ganti
penilaian atas dinilai kerugian
ganti kerugian
Undang-Undang tidak menjelaskan tentang pengertian, subjek yang melakukan penilaian atas
Nomor 5 Tahun ganti kerugian, objek yang dinilai, dan bentuk ganti kerugiaan. Namun, pada
1960 Pasal 18 menyebutkan:
“Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan
memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan
Undang-Undang”.
Undang-Undang panitia penaksir tanah dan/atau berupa
Nomor 20 (Pasal 3 ayat benda-benda pembayaran,
Tahun 1961 - (1) (b)) yang haknya yang dapat
akan dicabut itu dimaknai dengan
(Pasal 3 ayat bentuk uang
(1) (b)) (Pasal 5)
mempertimbangk
an kemungkinan
dilaksanakannya
alih pemukiman
ke lokasi yang
sesuai (Pasal 16
ayat (4))
Peraturan ganti rugi adalah panitia a. hak atas a. uang; dan/atau
Presiden Nomor penggantian pengadaan tanah tanah; b. tanah
36 Tahun 2005 terhadap kerugian (Pasal 7 huruf b. bangunan; pengganti;
baik bersifat fisik (c)) c. tanaman; dan/atau
dan/atau non fisik d. benda-benda c. pemukiman
sebagai akibat lain yang kembali.
pengadaan tanah berkaitan dalam hal
kepada yang dengan tanah pemegang hak
mempunyai tanah, (Pasal 12) atas tanah tidak
bangunan, tanaman, menghendaki
dan/atau benda- bentuk ganti rugi
benda lain yang sebagaimana
berkaitan dengan dimaksud, maka
tanah yang dapat dapat diberikan
memberikan kompensasi
kelangsungan hidup berupa
yang lebih baik dari penyertaan modal
tingkat kehidupan (saham) sesuai
sosial ekonomi dengan ketentuan
sebelum terkena peraturan
pengadaan tanah perundang-
(Pasal 1 angka undangan (Pasal
(11)) 12 ayat (1) dan
(2))
Peraturan ganti rugi adalah panitia a. hak atas a. uang; dan/atau
Presiden Nomor penggantian pengadaan tanah tanah; b. tanah
65 Tahun 2006 terhadap kerugian (Pasal 7 huruf b. bangunan; pengganti;
baik bersifat fisik (c) Peraturan c. tanaman; dan/atau
dan/atau non fisik Presiden d. benda-benda c. pemukiman
sebagai akibat Nomor 36 lain yang kembali;
pengadaan tanah Tahun 2005) berkaitan dan/atau
kepada yang dengan tanah d. gabungan dari
mempunyai tanah, (Pasal 12 dua atau lebih
bangunan, tanaman, Peraturan bentuk ganti
dan/atau benda- Presiden kerugian
benda lain yang Nomor 36 sebagaimana
berkaitan dengan Tahun 2005) dimaksud
tanah yang dapat dalam huruf a,
memberikan huruf b, dan
pengertian, subjek yang melakukan penilaian terhadap ganti kerugian, objek yang
dinilai, serta bentuk ganti kerugian. Perubahan aturan tersebut juga dilakukan
yang dilakukan oleh negara. Adapun ratio legis dari pengaturan ganti kerugian
melindungi kepentingan pribadi pemegang hak atas tanah, yang tanahnya diambil
alih oleh negara untuk kepentingan umum. Hak atas tanah yang mempunyai
pengertian bahwa hak atas tanah selain bersifat pribadi, juga mengandung
umum daripada kepentingan pribadi. Namun demikian, hal ini bukan berarti
pribadi dari pemegang hak atas tanah diambil untuk kepentingan umum, maka
kepada pemegang hak atas tanah tersebut harus diberikan ganti kerugian yang
BAB III
Keadilan berasal dari kata adil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
yang dimaksud dengan adil ialah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak
berat sebelah.58 Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan
wenang. Keadilan pada dasarnya adalah konsep yang relatif, setiap orang tidak
memaknai dengan sama. Adil menurut yang satu, belum tentu adil bagi lainnya.
harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala
keadilan sendiri sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan setiap skala
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung
dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
58
Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Akar Media, Jakarta, 2007, h. 10.
59
Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan, Kencana, Jakarta, 2012, h. 85.
49
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
50
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
yang merupakan tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut
(kehidupan sosial). Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
sebagai salah satu asas dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk kepentingan
60
Ibid., h. 86-87.
61
Ibid., h. 92-93.
g. keikutsertaan;
h. kesejahteraan;
i. keberlanjutan; dan
j. keselarasan.
penggatian yang layak kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah
lebih baik”. Pembebasan tanah berdasarkan kriteria kepentingan umum yang ada
Nomor 2 Tahun 2012 dapat dimaknai dengan mengutip pendapat dari John Rawls,
yang menyatakan bahwa untuk mencapai suatu keadilan disyaratkan adanya suatu
unsur keadilan yang bersifat substantif (justice) dan unsur keadilan prosedural
diterima dan dirasakan oleh para pihak yang dibebaskan tanahnya, sedangkan
62
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, Op.Cit., h. 423.
keadilan prosedural lebih berorientasi pada keadilan yang telah dirumuskan oleh
Pengaturan terkait ganti kerugian telah diatur dalam ketentuan Pasal 31-
menjadi salah satu ketentuan yang disoroti dalam penelitian ini, karena sejak
Penilai untuk menaksirkan nilai ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
Adapun yang dimaksud dengan “kerugian lain yang dapat dinilai” adalah kerugian
non-fisik yang dapat disetarakan dengan nilai uang. Misalnya kerugian karena
kehilangan usaha atau pekerjaan, biaya pemindahan tempat, biaya alih profesi,
63
U. Fauzan dan H. Prasetyo, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, h. 95.
64
Rahayu Subekti, “Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal UNS: Yustisia Vol.5 No.2, 2016, h. 388.
2012, Penilai atau biasa dikenal dengan appraisal merupakan subjek yang
kerugian pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Dalam hal ini, pihak
dibutuhkan dalam memutuskan besaran ganti kerugian yang layak dan adil. 65
Nilai ganti kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan nilai pada saat
Lembaga Pertanahan dengan berita acara. Nilai ganti kerugian berdasarkan hasil
disebutkan bahwa: “Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena Pengadaan
Tanah terdapat sisa yang tidak dapat difungsikan sesuai dengan peruntukkan dan
penggunaannya, Pihak yang Berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas
bidang tanah tersebut tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan peruntukan dan
penggunaan semula, misalnya rumah hunian yang terbagi sehingga tidak lagi
dapat digunakan sebagai rumah hunian. Sehubungan dengan hal tersebut, pihak
65
Meilya Normawaty Simanjuntak, “Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Yang Berhak Atas
Tanah Dalam Hal Ganti Rugi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal USU, Vol 10, 2015, h.
8.
umum sampai saat ini masih berpatokan pada harga NJOP, sedangkan untuk ganti
kerugian terhadap bangunan dan tanaman mengikuti standar yang ditentukan oleh
lembaga yang terkait, baik standar ganti kerugian terhadap tanah maupun
yang beranggapan bahwa nilai ganti kerugian yang ditetapkan oleh Pemerintah
berpatokan dengan harga pasar atau harga jual-beli saat itu. Adapaun selain
berdasar NJOP, Pemerintah dalam hal ini juga perlu melihat ketentuan dalam
selama ini telah sesuai dengan asas keadilan yang ada di dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012. Hal ini karena telah terdapat pengaturan yang jelas, baik
adanya perbedaan pandangan terhadap nilai ganti kerugian, maka upaya yang
dapat dilakukan dalam pemberian ganti kerugian pada pengadaan tanah untuk
Tahun 2012. Dalam hal ini, upaya-upaya tersebut dapat berupa perlunya
66
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, Op.Cit., h. 430.
tanah), masyarakat juga perlu dilibatkan atau diberi kesempatan untuk ikut
berpartisipasi sejak dini sehingga tidak antipati kepada Pemerintah. Hal ini
dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kearifan lokal yang tumbuh
pada masyarakat, maka sulit rasanya masyarakat mau untuk melepaskan hak atas
tanahnya.
jalan baru dilaksanakan pada bulan Juli 2017, yang diawali dengan sosialisasi
Pekerjaan Umum selaku Panitia Pengadaan Tanah dan warga yang menolak uang
Pengadilan Negeri Semarang. Pihak yang merasa keberatan terhadap nilai dan
Adapun surat panggilan sidang konsinyasi dari Pengadilan Negeri Semarang telah
Dinas Pekerjaan Umum selaku Panitia Pengadaan Tanah. Pihak yang berhak
tersebut terdiri dari 4 orang yang bernama Ahmad Suhaili, Muchlasin, Achmadi,
Pada bulan Oktober 2018, permohonan upaya hukum kasasi diajukan oleh
pihak yang berhak yang terkena dampak pembangunan pelebaran jalan Kampung
kerugian tanah yang tidak diterima oleh hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang.
nilai ganti kerugian atas tanah yang diberikan pada 17 Oktober 2018 dengan
67
https://jateng.tribunnews.com/2018/10/31/warga-terdampak-pembangunan-kampung-bahari-
tambaklorok-semarang-resmi-tempuh-kasasi , diakses pada tanggal 13 Juli 2020, pukul 20:28.
Pengadaan Tanah, yaitu kasasi ke Mahkamah Agung. Proses diawali dari pihak
pemilik tanah yang menolak bentuk dan/atau besarnya nilai ganti kerugian yang
(empat belas) hari kerja terhitung setelah musyawarah dilakukan dalam bentuk
dijatuhkan oleh hakim belum memiliki kekuatan hukum tetap, sehingga dapat
dilakukan upaya hukum kasasi. Adapun berikut merupakan data pemilik tanah
Tabel 3.1.
Besaran Nilai Ganti Kerugian
Yang Diberikan Oleh Pemerintah Kota Semarang
Kemudian pihak pemilik tanah yang berhak mengajukan besarnya ganti kerugian
pada Instansi yang melaksanakan pengadaan tanah dengan rincian sebagai berikut:
68
Salinan Penetapan No. 374/Pdt.P/2018/PN.Semarang
Tabel 3.2.
Besaran Ganti Kerugian Fisik (Materiil)
Yang Diajukan Pemegang Hak Atas Tanah69
Tabel 3.3.
Besaran Ganti Kerugian Non-Fisik (Immateriil)
Yang Diajukan Oleh Pemegang Hak Atas Tanah70
69
Ibid.
70
Ibid.
disimpulkan bahwa nilai ganti kerugian yang diberikan oleh Pemerintah dengan
yang diharapkan oleh pemegang hak atas tanah, memiliki selisih rentan nilai yang
cukup jauh. Pihak yang berhak berkeinginan untuk mendapatkan nilai ganti
kerugian yang lebih besar dibandingkan dari yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah. Adapun dalam hal ini, tentu Pemerintah telah melakukan penilaian
fisik maupun non-fisik sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 33
pengadaan tanah untuk dijadikan sebagai aturan substansi atau ketentuan materil
dalam pengadaan tanah. Sedangkan prosedur atau tata cara pengadaan tanah yang
diatur dalam regulasi yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
dan peraturan pelaksananya, dijadikan sebagai aturan formil atau hukum acaranya.
tersebut telah sesuai dengan asas keadilan yang terdapat pada Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012. Berdasarkan data dari Kelurahan Tanjung Mas Semarang,
terdapat 108 bangunan rumah warga, 1 sekolah dasar swasta yang terkena
pelebaran jalan, 53 rumah terkena pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Pasar.71 Namun hanya terdapat 4 warga saja yang merasa menerima nilai ganti
kerugian dengan tidak adil. Hal ini sebetulnya membuktikan bahwa mayoritas
yang terkena dampak pengadaan tanah tersebut merasa nilai ganti kerugian yang
yang dilakukan oleh Pemerintah, maka perlu adanya pembenahan sistem dari
sensitif yang dapat memicu terjadinya konflik. Disamping itu, masyarakat juga
sekitar.
71
Anita Fitriani, “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Keadilan Prosedural
Terkait Penataan di Kampung Tambak Lorok Semarang”, Skripsi, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang, 2018, h. 2.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan
atas tanah, yang tanahnya diambil alih oleh negara untuk kepentingan umum.
Hak atas tanah yang mempunyai fungsi sosial sesuai dengan ketentuan pada
Pasal 6 UUPA, mengandung pengertian bahwa hak atas tanah selain bersifat
demikian, hal ini bukan berarti bahwa kepentingan pribadi dapat diabaikan
begitu saja. Apabila kepentingan pribadi dari pemegang hak atas tanah diambil
untuk kepentingan umum, maka kepada pemegang hak atas tanah tersebut
harus diberikan ganti kerugian yang layak. Dalam penggunaan tanah harus ada
dimaknai dengan mengutip pendapat dari John Rawls, yang menyatakan bahwa
untuk mencapai suatu keadilan disyaratkan adanya suatu unsur keadilan yang
61
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
62
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
substantif dimaknai sebagai keadilan yang secara nyata diterima dan dirasakan
lebih berorientasi pada keadilan yang telah dirumuskan oleh hukum dalam
bentuk hak dan kewajiban. Dalam rangka memberikan ganti kerugian yang adil
terhadap pemegang hak atas tanah, maka Pemerintah wajib menerapkan setiap
aturan tentang ganti kerugian yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 31
4.2. Saran
berikut:
perlu mengawasi proses penilaian ganti rugi yang dilakukan oleh Penilai, serta
pelaksanaannya.
2. Bagi Pemegang Hak Atas Tanah, perlu adanya kesadaran untuk memahami
bahwa tanah mempunyai fungsi sosial. Selain itu, pemegang hak atas tanah
juga perlu mengerti tujuan dari adanya pengadaan tanah untuk kepentingan
wilayah, disamping itu hasil dari perbaikan tersebut nantinya juga akan
DAFTAR BACAAN
A. BUKU
Achmad Rubai, Hukum Pengadaan Tanah, Bayu Media, Malang, 2007
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika,
Jakarta, 2006
Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Akar Media, Jakarta, 2007
Ibn Al-Arabiy, Lisan Al-Arb, Juz 11, Beirut, Daar Ehia Al-Tourath, 1999
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia,
Jakarta, 1997
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1993
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan
dan Pengadaan Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2011
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,
Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2011
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1990
Sri Hajati et al., Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan, Airlangga University
Press, Jakarta, 2018
Urip Santoso, Buku Ajar Hukum Pengadaan Tanah dan Pendaftaran Hak Atas
Tanah, PT Revika Petra Media, Surabaya, 2018
Yaman dan Nurtin Tarigan, Peran Advokad Dalam Sistem Hukum Nasional,
Kencana, Jakarta, 2019
B. SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
Agus Sekarmadji, “Prinsip-Prinsip Hukum Perolehan Hak Atas Tanah Dalam
Rangka Pembangunan Perumahan”, Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, 2010
Guna Negara, “Pengadaan Tanah Oleh Negara Untuk Kepentingan Umum”, Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, “Penerapan Prinsip Keadilan Dalam
Pembebasan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal
IUS, Vol. III No. 9, 2015
D. INTERNET
https://jateng.tribunnews.com/2018/10/31/warga-terdampak-pembangunan-
kampung-bahari-tambaklorok-semarang-resmi-tempuh-kasasi, diakses pada
tanggal 13 Juli 2020, pukul 20:28 WIB.