Anda di halaman 1dari 82

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

TESIS

ASAS KEADILAN DALAM GANTI KERUGIAN PADA PENGADAAN


TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012

OLEH :

RICO ANDRIAN HARTONO, S.H.


NIM. 031814253076

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVESITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ASAS KEADILAN DALAM GANTI KERUGIAN PADA PENGADAAN


TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program


Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Airlangga

OLEH :

RICO ANDRIAN HARTONO, S.H.


NIM. 031814253076

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020

ii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tesis ini telah Diuji dan Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji pada
Tanggal 4 Agustus 2020

Panitia Penguji Tesis :

Ketua : Oemar Moechthar, S.H., M.Kn.

Anggota : 1. Dr. Agus Sekarmadji, S.H., M.Hum.

2. Dr. Urip Santoso, S.H., M.H.

3. Dr. Deddy Sutrisno, S.H., M.H.

4. Indrawati, S.H., LL.M.

iv
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Tesis berjudul “ASAS KEADILAN DALAM GANTI KERUGIAN


PADA PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012”, yang
diteliti menggunakan metode yuridis normatif dengan pendekatan perundang-
undangan (statute approach), pendekatan konsep (conceptual approach), dan
studi kasus (case study). Tesis ini membahas mengenai ratio legis ketentuan ganti
kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Selain itu, dalam tesis
ini juga membahas mengenai dasar pemberian ganti kerugian dalam pengadaan
tanah untuk kepentingan umum dengan melihat makna keadilan di dalam Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2012, serta dasar pemberian ganti kerugian yang ditinjau
dari peraturan perundang-undangan dan studi kasus pada Pembangunan Jalan
Tambaklorok Kota Semarang. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa asas
keadilan merupakan fondasi utama untuk mengatur ketentuan yang berkaitan
dengan ganti kerugian dalam pengadaan tanah. Oleh sebab itu diharapkan adanya
keterlibatan baik oleh Pemerintah maupun masyarakat dalam setiap tahapan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Kata Kunci : Asas Keadilan, Ganti Kerugian, Pengadaan Tanah.

v
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

The thesis entitled “THE PRINCIPLE OF JUSTICE IN


COMPENSATION OF LAND ACQUISITION FOR PUBLIC INTEREST
BASED ON LAW NUMBER 2 OF 2012” Is researched using normative
juridical methods with statute approach, conceptual approach, and case study.
This thesis discusses about ratio legis provisions in compensation of land
acquisition for public interest. Furthermore, it also studies about the ground of
giving the compensation of land acquisition for public interest seen from the
meaning of justice based on law number 2 of 2012, as well as the ground of giving
the compensation in accordance with the laws and regulations and a case study
on Road Development at Tambaklorok, Semarang. The result of the thesis reveals
that the principle of justice is the main foundation for regulating the relevant
provisions of compensation in land acquisition. Hence, it is expected to have
involvement by both the Government and the community at every stage of land
acquisition for public interest.

Key word : Principle of Justice, Compensation, Land Acquisition

vi
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

vii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas berkat dan rahmatnya
penulisan tesis dengan judul “ASAS KEADILAN DALAM GANTI
KERUGIAN PADA PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN
UMUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012”
dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak
terlepas dari bimbingan, bantuan, arahan, do’a dan semangat dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapak terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yakni :
1. Bapak Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak., CMA selaku Rektor
Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
menuntut ilmu dan menjadi bagian dari civitas akademika Universitas
Airlangga Surabaya.
2. Ibu Nurul Barizah, S.H., LL.M., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan untuk penulis dapat
menuntut ilmu dan kesempatan belajar dalam perkuliahan untuk memperoleh
gelar Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Surabaya.
3. Ibu Dr. Mas Rahmah, S.H., M.H., LL.M. selaku Kepala Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Airlangga yang telah memberikan ilmu
serta kesempatan untuk mengikuti perkuliahan di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.
4. Ibu Dr. Nurwahjuni, S.H., M.H. selaku Dosen Wali yang cukup banyak
memberikan arahan dalam memproses mata kuliah selama empat semester
saya menempuh perkuliahan di Program Studi Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya
5. Bapak Oemar Moechthar, S.H., M.Kn. selaku Ketua Penguji yang telah
menyediakan waktu untuk menguji hasil penelitian disela-sela kesibukan
beliau.

viii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Bapak Dr. Agus Sekarmadji, S.H., M.Hum. selaku pembimbing utama serta
penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing sejak
awal perencanaan penulisan tesis hingga hasil penulisan tesis ini diujikan.
7. Bapak Dr. Urip Santoso, S.H., M.H. selaku pembimbing kedua serta penguji
yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing sejak awal
perencanaan penulisan tesis hingga hasil penulisan tesis ini diujikan.
8. Bapak Dr. Deddy Sutrisno, S.H., M.H. selaku penguji dalam ujian tesis yang
telah menyediakan waktu untuk menguji hasil penelitian disela-sela
kesibukan beliau.
9. Ibu Indrawati, S.H., LL.M. selaku penguji dalam ujian tesis yang telah
menyediakan waktu untuk menguji hasil penelitian disela-sela kesibukan
beliau.
10. Kedua orang tua tercinta yang selama ini selalu memberikan dukungan dan
do’a tiada henti untuk mendorong saya mencapai cita-cita saya.
11. Mas Rizal, Rifky, dan Amel, saudara kandung saya yang baik langsung
maupun tidak langsung mendukung dan mendo’akan dalam menyelesaikan
tesis ini..
12. Keluarga besar Bani Rifa’i yang selalu mendukung dan menginspirasi saya
untuk segera menyelesaikan tesis ini.
13. Hafid, Edo, Pinkda, Vio, Nia, Ennys, serta Paguyuban Duta Wisata Guk &
Yuk Sidoarjo yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam
menyelesaikan tesis ini.
14. Nadia, Kak Santhy, Lidya, Sonia, Yesi, Rian, Aya, Gea, Debby, Kak Qisty,
Tika, Fadiyah, Eliz, Hendri, Inggird, Sekar teman-teman yang selalu
mendukung dan memberikan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
15. Rekan-rekan seperjuangan Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga Surabaya angkatan 2018 yang telah bersama-sama
dalam penempuh pendidikan dalam memperoleh gelar Magister Kenotariatan.
16. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan semnagat dalam menyelesaikan Tesis ini.

ix
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini mungkin


terdapat hal-hal yang kurang sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun akan sangat diharapkan dalam penyempurnaan penulisan ini.
Harapan penulis semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama untuk
almamter tercinta Universitas Airlangga Surabaya.

Surabaya, 10 Agustus 2020


Hormat Penulis,

RICO ANDRIAN HARTONO, S.H.

x
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-Pokok Agraria, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2043.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata


Usaha Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3344.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4380.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan


Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 160,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5079.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan


Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5280.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang


Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.

xi
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan


Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan


Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 148 Tahun 2015 tentang


Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum.

xii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pengadaan tanah sebagai perbuatan Pemerintah.

Tabel 2.1. Perbandingan pengaturan ganti kerugian dalam pengadaan tanah


untuk kepentingan umum.

Tabel 3.1. Besaran nilai ganti kerugian yang diberikan oleh Pemerintah Kota
Semarang.

Tabel 3.2. Besaran ganti kerugian fisik (materiil) yang diajukan oleh pemegang
hak atas tanah.

Tabel 3.3. Besaran ganti kerugian non-fisik (immateriil) yang diajukan oleh
pemegang hak atas tanah.

xiii
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
ABSTRAK..................................................................................................... v
LEMBAR ORISINALITAS ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ............................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah ..................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.3. Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.3.1. Manfaat Teoritis ............................................................. 7
1.3.2. Manfaat Praktis .............................................................. 8
1.4. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 8
1.4.1. Pengadaan Tanah ............................................................ 8
1.4.2. Kepentingan Umum ........................................................ 11
1.4.3. Ganti Kerugian ............................................................... 13
1.4.4. Asas Keadilan................................................................. 15
1.4.5. Pengadaan Tanah Sebagai Perbuatan Pemerintah ............ 17
1.5. Metode Penelitian .................................................................... 20
1.5.1. Tipe Penelitian................................................................ 20
1.5.2. Pendekatan Masalah ....................................................... 20
1.5.3. Sumber Bahan Hukum .................................................... 21
1.5.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum .............................. 22
1.5.5. Analisis Bahan Hukum ................................................... 22
1.6. Pertanggungjawaban Sistematika ............................................. 23

BAB II. RATIO LEGIS KETENTUAN GANTI KERUGIAN DALAM


PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM ...... 25
2.1. Tinjauan Historis Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum ................................................................. 25
2.2. Ratio Legis Ketentuan Ganti Kerugian Dalam Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum ............................................ 30

xiv
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III. DASAR PEMBERIAN GANTI KERUGIAN DALAM


PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM
SESUAI DENGAN ASAS KEADILAN BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 .......................... 49
3.1. Makna Keadilan Dalam Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2012 ........................................................................... 49
3.2. Dasar Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum Sesuai Asas Keadilan .......... 52
1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 ............. 52
2. Studi Kasus Pembangunan Jalan Tambaklorok,
Kota Semarang .................................................................... 55

BAB IV. PENUTUP ..................................................................................... 61


4.1. Kesimpulan .............................................................................. 61
4.2. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR BACAAN

xv
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

Negara Indonesia adalah negara berkembang yang menerapkan dasar

hukum dalam setiap perkembangannya. Menurut Aristoteles, negara hukum

adalah negara yang berdiri dan berdasar di atas hukum yang menjamin keadilan

kepada warga negaranya. 1 Dalam pengertian tersebut dapat diketahui bahwa

keadilan merupakan tonggak utama keberhasilan dari adanya negara hukum.

Sesuai dengan konstitusi dasar Negara Indonesia yaitu Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945),

tertulis bahwa tujuan negara yaitu: “melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa serta mewujudkan keadilan sosial”. Di dalam penjelasan UUD

1945-pun disebutkan bahwa, “Negara Indonesia berdasar atas hukum

(rechtsstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat)”, maka dapat

diketahui bahwa Negara Indonesia mempunyai tujuan untuk berdiri dan

berkembang bukan hanya dari struktur kekuasaan semata, namun tujuan utamanya

ialah untuk mewujudkan keadilan sosial.

Adrian Sutedi dalam bukunya mengungkapkan bahwa Indonesia adalah

negara hukum yang memberikan jaminan dan perlindungan atas hak-hak warga

1
Yaman dan Nurtin Tarigan, Peran Advokad Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana,
Jakarta, 2019, h. 1.

1
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
2
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

negara, antara lain hak warga negara untuk mendapatkan, mempunyai dan

menikmati hak milik. 2 Salah satunya ialah hak kepemilikan atas tanah.

Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu

sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Bagi

bangsa Indonesia, tanah adalah sumber kekayaan nasional. Sebagai sumber

kekayaan nasional, tanah juga mengandung berbagai macam kekayaan alam yang

dapat dimanfaatkan manusia. 3 Arie Sukanti Hutagulung memberikan pengertian

tanah, yaitu merupakan aset bangsa Indonesia yang menjadi modal utama dalam

pembangunan yang adil dan makmur. Oleh karena itu, pemanfaatan tanah harus

didasarkan pada prinsip yang berkembang di masyarakat.4

Dari fungsi dan pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa tanah berperan

sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanah harus

dimanfaatkan dan dikelola dengan baik sesuai dengan ketentuan yang terdapat

dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, yang berbunyi: “bumi dan air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dari ketentuan dalam pasal tersebut, dapat

ditarik kesimpulan bahwa negara menguasai apa saja yang terdapat di dalamnya

sepanjang dalam wilayah teritorialnya.

Kekuasaan ini apabila dihubungkan dengan konsep yang dianut oleh

Negara Indonesia yaitu sebagai negara hukum, maka negara harus bertindak adil

2
Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,
h. 1.
3
Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, h. 45.
4
Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 83.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


3
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam menguasai segala sesuatu yang terdapat dan terkandung di dalam bumi,

yaitu termasuk dengan mempergunakan kekuasaannya untuk kepentingan dan

kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai kesejahteraan rakyat tersebut, harus

didapatkan suatu keadilan dan hal ini membutuhkan sebuah peraturan untuk

mengatur agar terciptanya keselarasan antara tujuan dan hasil yang didapatkan.

Negara Indonesia telah mengatur tentang peraturan pertanahan, yaitu

termuat dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA). Di dalam Pasal 2 UUPA

disebutkan bahwa: “bumi air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara”. Pasal

tersebut memperkuat ketentuan yang ada dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945.

Pemerintah sebagai pihak penyelenggara di dalam negara harus bertindak

bijak dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah secara adil dan baik sesuai

dengan tujuan utama negara hukum, yaitu keadilan sosial. Adapun kewenangan

dari pemerintah dalam bidang pertanahan yaitu: 5

1) mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan, dan

pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa;

2) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air, dan ruang angkasa;

3) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

5
Urip Santoso, “Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang Pertanahan”, Jurnal
Hukum, ADIL : Jurnal Hukum Vol.3 No.2, 2011, h. 240.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


4
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perkembangan penduduk yang meningkat pesat pada jaman modern ini

sangat mempengaruhi kebutuhan akan tanah. Baik kebutuhan setiap individu,

masyarakat, ataupun kebutuhan instansi pemerintahan yang digunakan untuk

kepentingan bersama. Masing-masing pihak mempunyai tujuan dalam

mempertahankan tanahnya. Terutama dalam kebutuhan untuk kepentingan

bersama, hal ini penting dilakukan karena berkaitan dengan pembangunan negara.

Apabila pemerintah tidak dapat mengatur dan menyediakan tanah, maka laju

perkembangan negara akan terhambat.

Sesuai dengan hal yang berkaitan dengan pembangunan negara,

pembangunan negara sendiri memiliki arti yaitu suatu perubahan yang

direncanakan oleh suatu instansi atau penyelenggara negara dalam usahanya

menuju sesuatu yang lebih baik dalam rangka pembinaan agar negara tersebut

menjadi lebih besar dan berkembang. Pembangunan negara yang dimaksud disini

adalah pembangunan negara yang berdasarkan atas asas kepentingan masyarakat

umum. Maka di dalam pembangunan negara ini bukan hanya pemerintah yang

berperan aktif, melainkan juga masyarakat memiliki faktor yang besar dalam

terjadinya pembangunan negara.

Sebagai contoh dalam pembangunan suatu jalur rel kereta api, ataupun

jalan tol. Karena pembangunan tersebut membutuhkan lahan pertanahan yang

besar, sedangkan kondisi tanah yang terbatas di jaman modernisasi seperti ini,

maka diperlukan kesadaran masyarakat untuk bekerja sama dengan pemerintah

dalam menyediakan sebuah lahan tanah untuk pembangunan tersebut. Hal seperti

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


5
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

inilah yang biasa disebut dengan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum.

Pengadaan tanah secara sederhana didefinisikan sebagai suatu kegiatan

yang bertujuan untuk mendapatkan lahan tanah. 6 Pengadaan tanah yang dilakukan

oleh pemerintah haruslah berdasar atas asas kepentingan umum. Definisi

kepentingan umum bila dilihat di dalam Pasal 1 angka (6) Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 juncto Pasal 1 angka (6) Peraturan Presiden Nomor 148

Tahun 2015, kepentingan umum adalah “kepentingan bangsa, negara, dan

masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Di dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum, dilakukan

dengan memperhatikan prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas

tanah, maka dalam pelaksanaannya proses pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dijalankan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan musyawarah

dengan para pemilik tanah atau pemegang hak atas tanah.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum terkesan masih banyak

kekurangan, karena dalam realitanya aturan tersebut masih banyak menimbulkan

masalah. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai konflik yang muncul, salah

satunya yakni sengketa pembangunan pada Jalan Tambaklorok, yang berada di

Kota Semarang.

6
Urip Santoso, Buku Ajar Hukum Pengadaan Tanah dan Pendaftaran Hak Atas Tanah, PT
Revika Petra Media, Surabaya, 2018, h. 16.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


6
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Permasalahan lain yang timbul dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 ialah, mengingat terdapatnya asas keadilan dalam undang-undang tersebut,

yang secara tertulis tertuang dalam Pasal 2 huruf (b). Bahwa makna dari keadilan

secara fundamental bermakna luas dan relatif, bergantung dari dan oleh siapa

yang menggunakannya. Dalam hal ini, tolak ukur ganti kerugian yang layak dan

adil pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum baik oleh pemegang hak atas

tanah dengan pemerintah tentu akan berbeda walaupun secara tertulis telah

dijelaskan dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, namun tetap

sulit rasanya mencapai rasa adil sesuai dengan asas keadilan yang ada dalam

undang-undang tersebut. Perbedaan tersebut terletak pada pemilik tanah atau

pihak yang berhak atas ganti kerugian berpedoman pada harga pasar tanah saat

itu, sedangkan Lembaga Pertanahan atau Pelaksana Pengadaan Tanah

berpedoman pada taksiran yang dilakukan oleh Lembaga Penilai atau pada

umumnya memilih harga Nilai Jual Objek Pajak (selanjutnya disebut NJOP).7

Di dalam konsep bernegara sebagai negara hukum yang mempunyai tujuan

utama untuk keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat, maka permasalahan ini

tentu tidak diharapkan dalam proses berkembangnya suatu negara. Karena di

dalam negara hukum, hukum tidak dibuat hanya untuk mengatur manusia dalam

menjalankan kehidupan bermasyarakatnya, namun juga untuk mengatur lembaga

negara dan mengatur proses dalam mewujudkan sebuah regulasi agar dapat

berjalan dengan baik.

7
Ibid., h. 40-41.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


7
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, perlu kiranya dikaji dalam

penelitian yang berjudul “Asas Keadilan Dalam Ganti Kerugian Pada

Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012”. Adapun dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum?

2. Apakah dasar pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum sesuai dengan asas keadilan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012?

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah

untuk kepentingan umum.

2. Menganalisa dasar pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum sesuai dengan asas keadilan berdasarkan Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ditinjau dari dua segi,

yaitu segi teoritis dan segi praktis. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah

sebagai berikut :

1.3.1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta

memperkaya keilmuan dan pengetahuan akademis dalam Hukum Pertanahan.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


8
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.3.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara praktis,

yaitu memberikan sumbangan pemikiran kepada berbagai pihak yang

berkepentingan khususnya bagi masyarakat yang memiliki Hak Atas Tanah yang

kemudian harus dilepaskan untuk kepentingan umum ataupun untuk

pembangunan lain yang berkaitan dengan kepentingan umum.

1.4. Tinjauan Pustaka

1.4.1. Pengadaan Tanah

Pengadaan tanah dalam pengaturannya dibedakan menjadi

dua, yaitu:

1. pengadaan tanah untuk kepentingan umum, dan

2. pengadaan tanah selain untuk kepentingan umum.

Sedangkan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam skala luas, dan

2. pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam skala kecil. 8

Sejak berlakunya Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993 hingga diundangkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,

pengertian pengadaan tanah mengalami perubahan. Semula dalam

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 dan Peraturan Presiden

Nomor 36 Tahun 2005 yang diubah oleh Peraturan Presiden

Nomor 65 Tahun 2006 dinyatakan bahwa pengertian pengadaan

8
Agus Sekarmadji, “Prinsip-Prinsip Hukum Perolehan Hak Atas Tanah Dalam Rangka
Pembangunan Perumahan”, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2010, h. 40.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


9
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tanah adalah kegiatan untuk mendapatkan tanah. Kemudian diubah

oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden

Nomor 148 Tahun 2015 menjadi kegiatan untuk menyediakan

tanah. Dimana undang-undang dan peraturan inilah yang menjadi

pedoman pengadaan tanah hingga saat ini.

Istilah pengadaan tanah ini menjadi pengganti dari istilah

“pembebasan tanah” yang mendapat respon kurang positif di

tengah-tengah masyarakat sehubungan dengan banyaknya

permasalahan yang ditimbulkan dalam pelaksanaannya di

lapangan, sekaligus bermaksud untuk menampung aspirasi

berbagai kalangan dalam masyarakat sebagai reaksi terhadap

eksist-eksist pembebasan tanah yang selama ini terjadi. 9

Secara otonomi, dalam Keputusan Presiden Nomor 55

Tahun 1993 tersebut terlihat adanya penyempurnaan bila

dibandingkan dari peraturan pembebasan tanah yang ada

sebelumnya. Dapat dicermati perbaikan-perbaikan tersebut mulai

dari tingkatan peraturannya, konsideran sampai diktum, juga dari

substansi dan formalitasnya.

Setelah diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, dan Peraturan

Presiden Nomor 65 Tahun 2006, serta Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012, munculah istilah tentang Pengadaan Tanah. Definisi

9
Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta, 2001, h. 72.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


10
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengenai pengadaan tanah-pun berbeda-beda di setiap peraturan

tersebut.10

a. Menurut Pasal 1 angka (1) Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993, disebutkan definisi dari pengadaan tanah yaitu "setiap

kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan

ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut”.

b. Menurut Pasal 1 angka (3) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2005, mendefinisikan pengadaan tanah yaitu:

setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara


memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau
menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda
yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak
atas tanah.

c. Di dalam Pasal 1 angka (3) Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun

2006 mendefinisikan pengertian yang sama dengan Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang pengadaan tanah,

namun dengan menghilangkan kata-kata terakhir yaitu “atau

dengan pencabutan hak atas tanah”.

d. Dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

disebutkan bahwa arti dari pengadaan tanah adalah “kegiatan

menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang

layak dan adil kepada pihak yang berhak”.

Beberapa definisi tentang pengadaan tanah diatas

memberikan poin penting, bahwa inti dari pengadaan tanah adalah

10
Urip Santoso, Op.Cit., h. 20.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


11
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan lahan tanah

dengan cara pelepasan atau penyerahan.

1.4.2. Kepentingan Umum

Menurut Bruggink, pengertian kepentingan umum dapat

diartikan sebagai pengertian yang kabur, yakni pengertian-

pengertian yang intinya sendiri juga tidak jelas. Bruggink

menyatakan bahwa pengertian kabur di bidang hukum sering

dikenal, mengingat pembuat undang-undang kadang-kadang

menggunakannya. Contohnya, antara lain: kesusilaan yang baik,

dapat diterima akal, adil, ketertiban umum, kecermatan yang layak

dalam pergaulan masyarakat, dan sebagainya. 11

Konsep kepentingan umum tidak dapat didefinisikan secara

tepat, maka cara yang tepat untuk menguraikan kepentingan umum

hanya dengan cara menemukan kriteria-kriteria dari kepentingan

umum. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembentukan

normanya. Dengan kriteria kepentingan umum yang tepat, maka

kepentingan umum dalam pengadaan tanah tidak menjadikan

negara bertindak sewenang-wenang dan sebaliknya rakyat akan

lebih terlindungi hak-haknya.12

Pengertian Kepentingan Umum dalam Pasal 1 angka (6)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juncto Pasal 1 angka (6)

11
Sri Hajati et al., Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan, Airlangga University Press, Jakarta,
2018, h. 234.
12
Guna Negara, “Pengadaan Tanah Oleh Negara Untuk Kepentingan Umum”, Tesis, Program
Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006, h. 9.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


12
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015, ialah: “Kepentingan

Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang

harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat”.

Kemudian dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012, menyatakan bahwa:

Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan:
a. pertanahan dan keamanan nasional;
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum,
saluran pembangunan air dan sanitasi, dan bangunan
pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi
tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah;
h. tempat pembuangan dan pengelolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;
j. fasilitas keselamatan umum;
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah
Daerah;
l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau
publik;
m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau
konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah dengan status sewa;
p. prasarana pendidikan atau sekolah
Pemerintah/Pemerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan
r. pasar umum dan lapangan parkir umum.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sebagaimana

yang dimaksud di atas wajib diselenggarakan oleh pemerintah dan

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


13
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tanahnya selanjutnya dimiliki oleh pemerintah atau pemerintah

daerah.

Penggunaan tanah untuk kepentingan umum merupakan

implementasi dari salah satu asas dalam UUPA, yaitu semua hak

atas tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana yang ditetapkan

dalam Pasal 6 UUPA. Hak atas tanah mempunyai fungsi sosial

mengandung pengertian bahwa hak atas tanah selain bersifat

pribadi, juga mengandung kebersamaan. Dalam menggunakan

tanah harus mengutamakan kepentingan umum daripada

kepentingan pribadi. Namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa

kepentingan pribadi diabaikan begitu saja. Kalau kepentingan

pribadi dari pemegang hak atas tanah diambil untuk kepentingan

umum, maka kepada pemegang hak atas tanah tersebut harus

diberikan ganti kerugian yang layak. Dalam penggunaan tanah

harus ada keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan

kepentingan umum. 13

1.4.3. Ganti Kerugian

Menurut Pasal 1 angka (10) Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 juncto Pasal 1 angka (10) Peraturan Presiden Nomor

148 Tahun 2015, yang dimaksud dengan ganti kerugian adalah:

“Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada

pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah”.

13
Urip Santoso, Op.Cit., h. 29.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


14
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

juncto Pasal 65 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012,

menjelaskan bahwa:

Penilaian besarnya Ganti Kerugian oleh Penilai


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) dilakukan
bidang per bidang tanah, meliputi:
a. tanah;
b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan;
d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
f. kerugian lain yang dapat dinilai.

Ganti kerugian yang diberikan kepada pemegang hak atas

tanah tidak sekedar ganti kerugian, namun ganti kerugian itu harus

layak dan adil. Nilai ganti kerugian itu tidak boleh menurunkan

tingkat kesejahteraan pemegang hak atas tanah atau dengan kata

lain kehidupan pemegang hak atas tanah harus lebih baik setelah

hak atas tanahnya diambil untuk kepentingan umum. 14

Dalam hal terdapat sisa dari bidang tanah tertentu yang

terkena pengadaan tanah yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai

dengan peruntukan dan penggunaannya, pihak yang berhak dapat

meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya. Sisa tanah

yang tidak lagi dapat difungsikan merupakan bidang tanah yang

tidak lagi dapat digunakan sesuai dengan peruntukan dan

penggunaan semula.

14
Ibid., h. 31.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


15
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Merujuk pada ketentuan dalam Pasal 36 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 juncto Pasal 74 Peraturan Presiden Nomor 71

Tahun 2012, bahwa:

Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam bentuk:


a. uang;
b. tanah pengganti;
c. permukiman kembali;
d. kepemilikan saham; atau
e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Bentuk ganti kerugian, baik berdiri sendiri maupun

gabungan dari beberapa bentuk ganti kerugian, diberikan sesuai

dengan nilai ganti kerugian yang nominalnya sama dengan nilai

yang ditetapkan oleh Penilai Pertanahan.

1.4.4. Asas Keadilan

Keadilan berasal dari kata “adil” merupakan serapan bahasa

Arab “al-adl” yang memiliki makna sangat dekat dengan kata “al-

qisth” yaitu lurus dalam jiwa, tidak dikalahkan oleh hawa nafsu,

berhukum dengan kebenaran, tidak zalim, seimbang, setara, dan

sebagainya.15

Dalam bahasa Indonesia adil artinya sama berat, tidak berat

sebelah, dan tidak memihak. Sedangkan keadilan berarti sifat yang

adil, tidak berat sebelah, sepatutnya dan tidak sewenang-wenang.

Kemudian dalam bahasa Inggris istilah “keadilan” disebut dengan

beberapa terminologi yaitu justice, fairness, equity, dan

impartiality. Istilah justice diartikan dengan “the fair treatment of

15
Ibn Al-Arabiy, Lisan Al-Arb, Juz 11, Beirut, Daar Ehia Al-Tourath, 1999, h. 430.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


16
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

people, the quality of being fair or reasonable, the legal system

used to punish people who have committed crimes”.16

Untuk menelaah lebih jelas tentang pengertian keadilan,

maka perlu kiranya merujuk pandangan hukum klasik yang

diajarkan oleh Thomas Aquinas. Dengan mengikuti pandangan

Aristoteles, Thomas Aquinas mengemukakan dua macam keadilan,

yaitu keadilan distributif (iustitia distributiva) dan keadilan

komutatif (iustitia commutativa). Dua macam keadilan itu

sebenarnya merupakan varian-varian persamaan, tetapi bukan

persamaan itu sendiri.

Bentuk keadilan pertama, yaitu keadilan distributif, merujuk

kepada adanya persamaan di antara manusia didasarkan atas prinsip

proporsionalitas. Untuk melaksanakan keadilan ini diperlukan

adanya pihak yang membagi yang bersifat superordinasi dan

subordinasi, artinya antara yang mempunyai wewenang untuk

membagi dan yang mendapat bagian.

Bentuk keadilan kedua, yaitu keadilan komutatif, terdapat

pada hubungan yang bersifat koordinatif di antara para pihak.

Untuk melihat bekerjanya keadilan ini diperlukan adanya dua pihak

yang mempunyai kedudukan yang sama. Mengenai keadilan

komutatif ini, Thomas Aquinas mengungkapkan bahwa dalam

hubungan antara dua orang yang bersifat koordinatif tersebut,

16
A.S. Horby, Oxford Advanced Learn’s Dictionary of Current English, sixth edition, Oxford
University Press, New York, 2000, h. 734.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


17
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

persamaan diartikan sebagai ekuivalensi, harmoni, dan

keseimbangan.17

Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

menyebutkan bahwa:

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan


berdasarkan asas:
a. kemanusiaan;
b. keadilan;
c. kemanfaatan;
d. kepastian;
e. keterbukaan;
f. kesepakatan;
g. keikutsertaan;
h. kesejahteraan;
i. keberlanjutan; dan
j. keselarasan.

Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,

asas keadilan dimaknai sebagai memberikan jaminan penggantian

yang layak kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan

tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat

melangsungkan kehidupan yang lebih baik. 18

1.4.5. Pengadaan Tanah Sebagai Perbuatan Pemerintah

Di dalam negara hukum, pemerintah harus berdasarkan atas

hukum (asas legalitas). Asas legalitas menurut Sjachran Basah,

berarti upaya untuk mewujudkan duet integral secara harmonis

antara paham kedaulatan hukum dan paham kedaulatan rakyat

berdasarkan prinsip monodualitis selaku pilar-pilar, yang sifat

17
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2011, h. 131-133.
18
Sri Hajati et al., Op.Cit., h. 235.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


18
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hakikatnya konstitutif. Melalui prinsip legalitas ini, perbuatan

pemerintah harus di dasarkan pada peraturan perundang-undangan

yang kemudian menjadi kewenangan dari pemerintah. 19

Kewenangan akan melahirkan perbuatan pemerintah. Untuk

itu perlu juga memaparkan mengenai perbuatan pemerintah

(besturhandeling). Perbuatan pemerintah merupakan perbuatan

materiil dan perbuatan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam

menjalankan fungsi pemerintah. Demi menjamin dan memberikan

landasan hukum bahwa perbuatan pemerintah yang dilakukan

sebagai suatu perbuatan yang sah, dapat dipertanggung jawabkan,

dan bertanggung jawab, maka setiap perbuatan pemerintah itu

harus berdasarkan atas hukum yang adil, bermanfaat, dan

demokratis.

Secara umum dalam melakukan aktifitasnya, pemerintah

melakukan dua macam perbuatan, yaitu: perbuatan biasa

(feitelijkehandelingen), dan perbuatan hukum (rechtshandelingen).

Dalam kajian hukum, yang terpenting untuk dikemukakan adalah

perbuatan dalam kategori kedua, yakni perbuatan hukum

(rechtshandelingen). Perbuatan hukum pemerintah adalah

perbuatan yang dilakukan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.

19
Upik Hamidah, “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Pembangunan Infrastruktur Dalam
Rangka Pembangunan Wilayah”, Jurnal FH UNILA, 2012, h. 115.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


19
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perbuatan hukum publik dalam pengadaan tanah dilakukan

dengan cara pelepasan hak atas tanah atau pencabutan hak atas

tanah. Dengan pelepasan hak ataupun pencabutan hak atas tanah

tersebut, pemerintah maupun pemerintah daerah menggunakan

wewenang yang dimiliki dalam konteks perbuatan hukum publik.

Perbuatan hukum privat dalam pengadaan tanah dilakukan dengan

cara jual-beli, tukar-menukar, atau cara lain yang disepakati oleh

kedua belah pihak, yakni antara pemerintah atau pemerintah daerah

dengan masyarakat pemilik hak atas tanah tersebut. Cara privat

tersebut hanya dapat dilakukan dengan kualifikasi tertentu, yaitu

untuk pengadaan tanah dalam skala kecil dan skala luas tanah yang

dibutuhkan tidak lebih dari 1 hektar. Untuk lebih memperjelas,

pengadaan tanah oleh pemerintah daerah untuk penyelenggaraan

pemerintahan daerah dalam konteks perbuatan hukum publik

maupun hukum privat, dapat dilihat sebagai berikut. 20

Tabel 1.1.
Pengadaan Tanah Sebagai Perbuatan Pemerintah
Perbuatan Pemerintah
(bestuurhandalingen)

Perbuatan Materiil Perbuatan Hukum


(feitelijkehandelingen) (rechtshandelingen)

Perbuatan Hukum Privat Perbuatan Hukum Publik


Dalam Pengadaan Tanah Dalam Pengadaan Tanah

Jual Beli / Tukar Pelepasan /


Menukar Pencabutan Hak
Atas Tanah
20
Ibid., h. 116.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


20
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan sebuah proses untuk memperoleh data

dalam menunjang penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini mencakup antara lain:

1.5.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum.21 Penelitian hukum merupakan

suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun

doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian

hukum juga merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, dan bukan

sekedar know-about, sehingga dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang

dihadapi.22

1.5.2. Pendekatan Masalah

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual

approach), dan studi kasus (case study).

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut

paut dengan isu hukum yang sedang dibahas. 23 yaitu aturan hukum yang berkaitan

tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Pendekatan konseptual (conceptual approach) dilakukan dengan

berpedoman pada pandangan maupun doktrin dalam ilmu hukum untuk kemudian

21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-13, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2017, h. 56.
22
Ibid., h. 60.
23
Ibid., h. 133.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


21
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian hukum, konsep hukum, dan asas

hukum yang relevan bagi isu yang dihadapi pada penelitian ini. 24 Tujuan dari

peneliti memilih pendekatan ini adalah untuk mengetahui asas keadilan dalam

ganti kerugian pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum berdasarkan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Tentunya peneliti akan membangun

sebuah konsep untuk dijadikan acuan dalam penelitian.

Studi kasus (case study) dilakukan terhadap suatu kasus tertentu dari

berbagai aspek hukum. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji kasus

pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada studi kasus pembangunan Jalan

Tambaklorok, Kota Semarang yang nantinya akan dibuat sebagai opini hukum.

1.5.3. Sumber Bahan Hukum

Sumber hukum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat sebagai

landasan utama yang dipakai dalam penelitian ini. 25 Antara lain khususnya di

bidang hukum pertanahan, berupa peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu untuk menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, 26 seperti pendapat ahli, dan konsep yang

bersumber dari buku, jurnal-jurnal hukum, makalah, artikel ilmiah, dan

24
Ibid., h. 135-136.
25
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1990, h. 53.
26
Ibid.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


22
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sumber lainnya yang dapat memberi penjelasan pada bahan hukum primer

yang didapat dari media cetak ataupun elektronik.

3. Bahan hukum tersier, yaitu berupa penjelasan terhadap bahan hukum primer

ataupun bahan hukum sekunder yang bersumber dari kamus dan ensiklopedia.

1.5.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara menelusuri bahan

hukum yang relevan dengan rumusan masalah yang diteliti untuk selanjutnya

dikumpulkan, diklasifikasikan dan dipilah sesuai dengan topik-topik dan bahasan-

bahasan yang diteliti. Selanjutnya disusun sesuai dengan struktur penulisan

sehingga terdapat alur logika yang sistematis.

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier

yang telah dikumpulkan, dikelompokkan, untuk selanjutnya dikaji dengan

pendekatan perundang-undangan untuk memperoleh gambaran sinkronisasi dari

semua bahan hukum. Bahan hukum yang dikumpulkan tersebut dipelajari, dikaji,

dan dibandingkan dengan teori dan prinsip hukum yang dikemukakan oleh para

ahli untuk dianalisis secara normatif.

1.5.5. Analisis Bahan Hukum

Analisa bahan hukum pada penelitian ini menggunakan interpretasi

gramatikal, dan interpretasi sistematis guna menjawab isu hukum dari rumusan

masalah yang ada. Metode interpretasi yang digunakan dalam penelitian ini,

diantaranya yaitu:

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


23
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Interpretasi Gramatikal (grammatikale interpretatie) atau interpretasi

bahasa,27 yakni ketentuan atau kaidah hukum yang tertulis diartikan menurut

kalimat atau bahasa sebagaimana diartikan oleh orang biasa yang

menggunakan bahasa sehari-hari.

2. Interpretasi Sistematis,28 yakni suatu penafsiran yang menghubungkan pasal

yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu perundang-undangan yang

bersangkutan atau pada perundang-undangan hukum lainnya, atau membaca

penjelasan suatu perundang-undangan sehingga dapat dimengerti apa yang

dimaksud.

1.6. Pertanggungjawaban Sistematika

Sistematika penulisan ini diuraikan secara rinci menjadi bagian tiap-tiap

bab serta sub bab yang dibahas serta yang memberikan uraian-uraian yang

mendukung di dalam menganalisis permasalahan yang dipaparkan di atas.

Penulisan tesis ini dibagi menjadi 4 (empat) bab sebagai berikut:

Bab I berisi Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan

metode penelitian yang berisi tentang tipe penelitian, pendekatan masalah, sumber

bahan hukum, metode pengumpulan bahan hukum, analisis bahan hukum, dan

pertanggunggjawaban sistematika penulisan.

Bab II berisi pembahasan mengenai rumusan masalah pertama. Peneliti

melakukan analisis untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat yaitu

megenai ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk
27
Enju Juanda, “Konstruksi Hukum dan Metode Interpretasi Hukum”, Jurnal Ilmiah Galuh
Justisi, Vol.4 No.2, 2016, h. 162.
28
Ibid., h. 163.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


24
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kepentingan umum. Pada bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan historis

pengaturan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, dan ratio legis ketentuan

ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Bab III berisi pembahasan mengenai rumusan masalah kedua. Peneliti

melakukan analisis untuk menjawab rumusan masalah yakni dasar pemberian

ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan

asas keadilan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Penulis akan

membahas mengenai makna keadilan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012, dan dasar pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum sesuai dengan asas keadilan berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan berdasarkan studi kasus pembangunan Jalan Tambaklorok, Kota

Semarang.

Bab IV berisi Penutup yang memuat kesimpulan mengenai segala sesuatu

yang telah diuraikan pada penulisan tersebut serta saran yang mungkin bermanfaat

bagi yang berkepentingan.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

RATIO LEGIS KETENTUAN GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN

TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

2.1. Tinjauan Historis Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan

Umum

Dasar hukum pengadaan tanah untuk pembangunan pasca kemerdekaan

Indonesia pertama kali dituangkan dalam UUPA. Dibentuknya undang-undang ini

mengacu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa:

“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Ketentuan ini

melahirkan hak menguasai negara, yang memberi wewenang kepada negara

untuk:29

a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan

pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut; dan

b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan

perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.

Sejarah pengaturan pengadaan tanah untuk pembangunan diketahui

menggunakan istilah pencabutan, pembebasan, dan pelepasan hak atas tanah.

Pengaturan pencabutan hak atas tanah didasarkan pada ketentuan Pasal 18

UUPA, yang isinya: “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa

dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat

dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur

29
Upik Hamidah, Op.Cit., h. 111.

25
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
26
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dengan Undang-undang”. Dari ketentuan tersebut kemudian dikeluarkan Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan

Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya. Sebagai peraturan pelaksana Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 1961, dibuatlah Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun

1973. Peraturan pemerintah ini dibentuk dalam rangka pelaksanaan ketentuan-

ketentauan dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 yang

mengamanatkan perlunya ditetapkan peraturan pemerintah tentang acara

penetapan ganti kerugian oleh pengadilan tinggi sehubungan dengan pencabutan

hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya. Untuk mendukung

teknis keberlakuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 39 Tahun 1973, ditetapkan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun

1973 tentang Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda

Yang Ada Di Atasnya.

Pengadaan tanah untuk pembangunan dengan cara pembebasan tanah

didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 tentang

Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah. Berdasarkan

ketentuan tersebut, pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum oleh pemerintah dilaksanakan dengan cara pembebasan tanah.

Pengadaan tanah dengan cara pembebasan tanah berlaku juga untuk pengadaan

tanah oleh pihak swasta. Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 2 Tahun 1976 tentang Penggunaan Acara Pembebasan Tanah Untuk

Kepentingan Pemerintah Bagi Pembebasan Tanah Oleh Pihak Swasta.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


27
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengaturan pengadaan tanah untuk pembangunan dengan cara pelepasan

hak atas tanah diawali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun

1985 tentang Tata Cara Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Proyek Pembangunan

Di Wilayah Kecamatan. Berdasarkan ketentuan tersebut, pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh perangkat kecamatan

dilaksanakan dengan cara pelepasan hak atas tanah. Pengadaan tanah dengan

pelepasan hak selanjutnya diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum, yang keberlakuannya menyatakan tidak berlaku lagi

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975, Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1976, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

2 Tahun 1985. Sebagai peraturan pelaksanaan dari Keputusan Presiden Nomor 55

Tahun 1993, dibuatlah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994 tentang Keputusan Presiden Republik

Indonesia Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Peraturan Menteri tersebut dibuat

untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun

1993.

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 selanjutnya dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum. Berdasarkan peraturan tersebut, pengadaan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


28
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas

tanah, atau pencabutan hak atas tanah. Pada ketentuan peralihan disebutkan bahwa

dengan berlakunya Peraturan Presiden ini, peraturan pelaksanaan dari Keputusan

Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan Peraturan Presiden ini. Peraturan pelaksanaan yang dimaksud adalah

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1

Tahun 1994.

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 selanjutnya diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Berdasarkan Peraturan Presiden

Nomor 65 Tahun 2006, pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan

cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Sebagai peraturan pelaksana dari

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, dibuatlah Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007. Peraturan ini dibuat untuk

melaksanakan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 22 Peraturan Presiden Nomor 36

Tahun 2005. Pada ketentuan penutupnya disebutkan dengan berlakunya peraturan

ini, maka Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 1 Tahun 1994 dinyatakan tidak berlaku lagi.30

Pengaturan pengadaan tanah dengan pelepasan hak atas tanah sejak 14

Januari 2012 merujuk pada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dan peraturan

perundang-undangan dibawahnya sebagai peraturan pelaksana.

30
Ibid., h. 112-113.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


29
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Munculnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 beranjak dari adanya

kelima prinsip sebagai berikut:31

1. tanah untuk pembangunan harus tersedia tanahnya;

2. masyarakat terjamin penguasaan atau pemilikan atas tanahnya;

3. spekulasi tanah diminimalisir;

4. memperhatikan praktik pengadaan tanah di negara-negara lainnya; dan

5. mendasarkan pada sejarah, politik, dan hukum pertanahan nasional.

Berdasarkan kelima prinsip di atas, maka pengaturan pengadaan tanah harus

dengan tataran undang-undang. Pengaturan pengadaan tanah wajib ada di dalam

kerangka pembangunan negara dengan prinsip-prinsip kebangsaan yang dianut

dalam UUD 1945. Dengan demikian pelaksanaan pengadaan tanah harus dapat

didekatkan pada keadilan, sekaligus eksplorasi nilai-nilai luhur yang tumbuh dan

berkembang dalam praktik, dengan meninggalkan sisi-sisi lemahnya.

Pertimbangan lain pembentukan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

adalah dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka pemerintah perlu melaksanakan

pembangunan. Untuk menjamin terselenggaranya pembangunan untuk

kepentingan umum, diperlukan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan

mengedepankan prinsip kemanusiaan, demokratis, dan adil.32

31
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan,
Jakarta, 2010, h. 6.
32
Upik Hamidah, “Politik Hukum Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Bagi
Kepentingan Umum”, PRAEVIA Jurnal Ilmu Hukum, 2012, h. 10.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


30
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2. Ratio Legis Ketentuan Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah

Untuk Kepentingan Uum

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum dilaksanakan oleh pemerintah dengan mendasarkan pada ketentuan

peraturan perundang-undangan yang ada. Di dalam Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 mencantumkan asas-asas atau prinsip-prinsip yang mendasari

pengaturan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, yaitu:

prinsip kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan,

kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan.33 Prinsip tersebut menjadi landasan

penormaan dalam peraturan perundang-undangan. Artinya setiap norma yang

mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum harus mengacu pada prinsip-prinsip yang ada.

Sacipto Raharjo menjelaskan bahwa prinsip atau asas hukum merupakan

jantungnya peraturan hukum, asas hukum merupakan landasan yang paling luas

bagi lahirnya suatu peraturan hukum, di samping itu asas hukum merupakan

jembatan suatu peraturan hukum yang menghubungkan antara peraturan-peraturan

hukum dengan hukum positif dengan cita-cita sosial dan pandangan etis

masyarakatnya.34 Lebih lanjut Sacipto Raharjo menyatakan bahwa asas hukum

bukanlah peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami tanpa

mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk

memahami suatu hukum tidak bisa hanya dilihat pada peraturan-peraturan

33
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
34
Sacipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya, Bandung, 2000, h. 45.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


31
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

hukumnya saja, melainkan harus menggalinya sampai pada asas hukumnya. Asas

hukum inilah yang memberi makna etis kepada peraturan-peraturan hukum serta

tata hukum.35 Dengan demikian, idealnya setiap prinsip yang ada di dalam

peraturan perundang-undangan harus dijabarkan dalam norma hukum.

Kata prinsip sendiri merupakan serapan dari bahasa Inggris principle, yang

berarti dasar atau asas,36 atau merupakan serapan dari bahasa Arab asasun yang

berarti dasar, basis, atau fondasi.37 Dalam kamus bahasa Indonesia, kata asas

mempunyai makna dasar sesuatu yang menjadi tumpuan, dasar cita-cita, dan

hukum dasar.38 Dengan demikian istilah prinsip atau asas dapat disimpulkan

mempunyai makna yang sama yaitu dasar atau fondasi.

Prinsip hukum atau asas hukum adalah prinsip yang dianggap dasar atau

fundamen hukum yang terdiri dari pengertian-pengertian atau nilai-nilai yang

menjadi titik tolak berfikir tentang hukum.39 Disamping itu, asas hukum juga

merupakan landasan atau alasan bagi terbentuknya suatu peraturan hukum atau

merupakan ratio legis dari suatu peraturan hukum, yang memuat nilai-nilai, jiwa

cita sosial atau pandangan-pandangan etis yang ingin diwujudkan.40 Asas-asas itu

merupakan titik tolak juga bagi pembentukan undang-undang dan interpretasi

undang-undang tersebut. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Suhariningsih,

bahwa asas hukum atau prinsip hukum merupakan kebenaran yang tersirat dalam

35
Ibid., h. 47.
36
John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta, 1997, h.
447.
37
Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, PT.
Grafindo Persada, Jakarta, 1993, h. 112.
38
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, h.
70.
39
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995, h. 79.
40
SF Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia, Liberty,
Yogyakarta, 1997, h. 180.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


32
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

peraturan hukum konkrit, dan itu ada pada setiap peraturan perundang-undangan,

guna pelaksanaan hukum dan penegakan hukum.41 Prinsip hukum mempunyai

fungsi yang sangat penting dalam sistem hukum. Prinsip hukum itu

mempengaruhi sistem hukum positif dan menjelma dalam sistem yang dibentuk,

tidak ada sistem tanpa prinsip di dalamnya.42

Selain disebut sebagai landasan lahirnya peraturan hukum, asas hukum

juga dapat disebut sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum, asas hukum ini

tidak akan habis kekuatannya dengan melahirkan suatu peraturan hukum,

melainkan akan tetap saja ada dan akan melahirkan peraturan-peraturan

selanjutnya.43

Prinsip hukum merupakan dasar atau fondasi dalam peraturan perundang-

undangan, dengan demikian setiap norma hukum dalam peraturan perundang-

undangan haruslah mengacu pada prinsip atau asas hukum. Implementasi dari

asas-asas hukum tersebut akan menjadi tolak ukur atau dasar pengujian bagi

hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara untuk menilai apakah dalam pelaksanaan

pengadaan tanah telah sesuai dan sejalan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012.44 Sebagai sebuah fondasi atau dasar, asas dapat digunakan sebagai alat

untuk menyelesaikan jika dalam sebuah sistem hukum terjadi sengketa, misalnya

jika dalam suatu peraturan perundang-undangan terjadi konflik norma.45

41
Suhariningsih, Tanah Terlantar, Asas dan Pembaharuan Konsep Menuju Penertiban,
Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009, h. 224.
42
Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian, Prinsip Hukum Kontrak Pengadaan Barang
dan Jasa Oleh Pemerintah, Laks Bang, Yogyakarta, 2009, h. 37.
43
Sacipto Raharjo, Op.Cit., h. 45.
44
Sudjito et all., Restorasi Kebijakan Pengadaan, Perolehan, Pelepasan, dan Pendayagunaan
Tanah Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi, Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, 2012, h. 58.
45
Imam Koeswahyono, “Suatu Catatan Kritis Atas Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Nomor 2 Tahun 2012”, Makalah, 2012, h. 6.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


33
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan

dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:46

1. Prinsip kemanusiaan adalah pengadaan tanah harus memberikan perlindungan

serta penghormatan terhadap hak asasi manusia, harkat dan martabat setiap

warga negara dan penduduk Indonesia secara proporsional.

2. Prinsip keadilan adalah memberikan jaminan penggantian yang layak kepada

yang berhak dalam proses pengadaan tanah sehingga mendapatkan kesempatan

untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik.

3. Prinsip kemanfaatan adalah hasil pengadaan tanah mampu memberikan

manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

4. Prinsip kepastian adalah memberikan kepastian hukum tersedianya tanah

dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan dan memberikan jaminan

kepada pihak yang berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang layak.

5. Prinsip keterbukaan adalah bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan yang

dilaksanakan dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk

mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pengadaan tanah.

6. Prinsip kesepakatan adalah di dalam proses pengadaan tanah dilakukan dengan

musyawarah para pihak tanpa didasari oleh suatu unsur paksaan untuk

mendapatkan kesepakatan bersama.

7. Prinsip keikutsertaan adalah dukungan dalam penyelenggaraan pengadaan

tanah melalui partisipasi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak

langsung, sejak perencanaan sampai dengan kegiata pembangunan.

46
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, “Penerapan Prinsip Keadilan Dalam
Pembebasan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal IUS, Vol. III No. 9,
2015, h. 424-425.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


34
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

8. Prinsip kesejahteraan adalah pengadaan tanah untuk pembangunan dapat

memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan pihak yang berhak dan

masyarakat secara luas.

9. Prinsip keberlanjutan adalah kegiatan pembangunan dapat berlangsung secara

terus menerus, berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

10.Prinsip keselarasan adalah pengadaan tanah untuk pembangunan dapat

seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

Pada dasarnya, prinsip keadilan merupakan fondasi utama dalam mengatur

ketentuan yang berkaitan dengan ganti kerugian dalam pengadaan tanah. Prinsip

keadilan dalam pengadaan tanah harus memberikan jaminan penggantian yang

layak kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah, sehingga

mendapatkan kesempatan untuk dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik.

Keadilan sendiri merupakan salah satu tujuan hukum yang berangkat dari nilai-

nilai moral manusia. Keadilan merupakan konsep filsafat yang mengandung

pengertian yang abstrak. Hukum selalu menginginkan terwujudnya ide hukum

tertentu. Tujuan hukum untuk sebagian terletak dalam merealisasikan keadilan,

disamping itu juga untuk ketertiban, perdamaian, harmoni, predikbilitas, dan

kepastian hukum.47 Dalam pengadaan tanah, asas keadilan diletakkan sebagai

dasar penentuan bentuk dan besarnya ganti kerugian yang diberikan kepada

pemegang hak atas tanah yang tanahnya diambil untuk kepentingan umum.48

Prinsip pemberian ganti kerugian harus seimbang dengan nilai tanah,

termasuk segala benda yang ada di atasnya. Dalam perundang-undangan

47
B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori dan
Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007, h. 37.
48
Achmad Rubai, Hukum Pengadaan Tanah, Bayu Media, Malang, 2007, h. 31.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


35
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ditentukan bahwa salah satu prinsip yang menjadi tolak ukur keseimbangan

adalah adanya ganti kerugian yang layak, dan tidak menjadikan kehidupan

ekonomi pemegang hak atas tanah mengalami kemunduran.49 Perlindungan

kepentingan pribadi secara tegas diatur dalam Pasal 28H UUD 1945, dan

ketentuan tersebut kemudian diuraikan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 yang menegaskan bahwa pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum dilaksanakan berdasarkan asas keadilan.

Selain itu, munculnya aturan tentang ganti kerugian dalam pengadaan

tanah akibat adanya aturan dalam Pasal 6 juncto Pasal 18 UUPA. Dalam Pasal 6

UUPA, dijelaskan bahwa: “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”, yang

artinya hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang tidak dipergunakan

semata-mata hanya untuk kepentingan pribadinya. Pada penjelasan umum UUPA

angka (4), menyatakan: “Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya

dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan

kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan

Negara”. Apabila sewaktu-waktu negara membutuhkan tanah tersebut, maka yang

berhak atas tanah harus melakukan pelepasan hak atas tanahnya. Adapun apabila

dimungkinkan terjadi seperti itu, maka negara berdasarkan Pasal 18 UUPA harus

memberikan ganti kerugian yang layak kepada subjek yang hak atas tanahnya

dilepaskan/dicabut.

Berkaitan dengan kriteria ganti kerugian yang layak dan adil sering

menjadi permasalahan dalam pelaksanaan pengadaan tanah. Untuk dapat

49
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Mitra
Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004, h. 30.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


36
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memprediksi ganti kerugian yang diterima oleh pihak yang berhak, maka harus

benar-benar dikaji secara cermat dan seksama. Pemerintah harus dapat

memberikan jaminan, karena merupakan kewajiban pemerintah untuk

memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dengan demikian, ganti kerugian yang

layak dan adil dalam pelaksanaan pengadaan tanah menjadi pokok yang sangat

penting.

Penjelasan mengenai pengertian ganti kerugian yang layak dan adil tidak

diatur dalam Undang-Undang Pengadaan Tanah maupun peraturan pelaksananya.

Pengertian mengenai ganti kerugian yang layak dapat ditemukan dalam

Penjelasan Umum angka 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang

Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya, yang

menyatakan bahwa ganti kerugian yang layak itu akan didasarkan atas nilai yang

nyata atau sebenarnya dari tanah atau benda yang bersangkutan.50 Adapun

perwujudan prinsip keadilan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,

dijabarkan dalam Pasal 31, 32, 33, 34, 35, dan 36.

Dalam Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah

Untuk Pembangunan, menjelaskan bahwa terdapat kendala dan hambatan yang

selama ini sering ditemui dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk

pembangunan, yang salah satunya yakni tentang besaran nilai ganti kerugian.

Bahwa sebelum disahkannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, masalah

ketidaksepakatan antara harga yang dituntut pemilik tanah dengan panitia

pengadaan tanah selalu mengemuka. Persoalan tersebut menonjol dari

50
Muwahid, “Prinsip Prinsip Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum”, AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, 2016, h. 8.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


37
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

permasalahan yang beragam, antara daerah satu dengan daerah yang lain, antara

karakter sosial yang satu dengan karakter sosial yang lain, antara presepsi hak

pribadi dengan hak publik, dan sebagainya.

Dalam skala persoalan yang lebih sederhana, panitia mempunyai

kecenderungan untuk menggunakan NJOP sebagai acuan ganti kerugian. Di lain

pihak, pemilik tanah berkecenderungan untuk menggunakan harga pasar atau

harga jual beli, bahkan sangat sering menuntut ganti kerugian 3 (tiga) atau 4

(empat) kali lebih besar dari NJOP. Celah diantara kedua kecenderungan ini,

terpicu dari perencanaan penganggaran yang menggunakan basis NJOP,

sedangkan pada spending pengadaan tanah untuk ganti kerugian melebihi clad apa

yang telah direncanakan.51

Masalah klasik tentang perbedaan persepsi warga dan panita mengenai

nilai ganti kerugian selalu timbul, oleh karenanya perlu diatur ketentuan mengenai

tata cara penghitungan ganti kerugian. Ketentuan ini seyogyanya disosialisasikan

baik kepada panitia maupun warga, sehingga diperoleh transparansi tentang nilai

ganti kerugian yang diberikan.

NJOP yang merupakan nilai pajak atau nilai administrasi tidak memadai

untuk menjadi dasar perhitungan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

pembangunan. Untuk itu perlu diubah mekanisme dasar perhitungan besaran ganti

kerugian. Dalam hal tetap terjadi ketidaksepakatan meskipun penghitungan nilai

ganti kerugian sudah dilakukan secara transparan dan hasil dari taksiran Lembaga

Penilai Tanah, maka penitipan uang ganti kerugian di pengadilan (konsinyasi)

51
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan,
Jakarta, 2010, h. 8-9.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


38
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

merupakan tindakan yang efektif. Tindakan ini dapat membuat warga bersepakat

dibandingkan memilih jalan litigasi yang memerlukan waktu lama. Jika warga

tidak bersepakat, maka panitia tetap dapat menggunakan langsung tanah tersebut

untuk keperluan pembangunan dengan penitipan ganti kerugian, maka agar

lembaga penitipan ganti kerugian efektif perlu diatur dalam ketentuan Undang-

Undang.52

Di dalam Pasal 28H ayat (4) UUD 1945, menyebutkan bahwa: “Setiap

orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh

diambil secara sewenang-wenang oleh siapapun”. Ketentuan tersebut merupakan

prinsip penghormatan terhadap hak perorangan. Dengan adanya prinsip tersebut,

maka hak atas tanah yang dipunyai seseorang sesuai dengan hukum tanah nasional

dilindungi dari gangguan pihak lain. Demikian juga hak atas tanah seseorang tidak

boleh dirampas dengan sewenang-wenang dan secara melawan hukum, termasuk

oleh penguasa.53

Hukum tanah nasional memberikan perlindungan hukum kepada pihak

yang berhak atas tanah. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan

untuk keperluan apapun harus dilandasi hak atas tanah yang disediakan oleh

hukum tanah nasional. Penguasaan dan penggunaan tanah yang berlandaskan hak

dilindungi oleh hukum terhadap gangguan-gangguan dari pihak manapun, baik

oleh sesama anggota masyarakat, maupun oleh pihak penguasa sekalipun (jika

gangguan tersebut tidak ada landasan hukumnya). Oleh karena itu sangat penting

52
Ibid., h. 14-15.
53
Maria S.W.Sumardjono, Tanah Dalam Prespektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya,
Kompas, Jakarta, 2008, h. 269.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


39
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dipahami, karena di dalamnya mengandung prinsip penghormatan terhadap hak

atas tanah.54

Sebagai bentuk perwujudan perlindungan hukum yang paling esensial

dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah masalah pemberian ganti

kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak sebagaimana telah diatur

dalam Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, yaitu bahwa:

“Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi

ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”. Sehingga untuk

mendapatkan ganti kerugian yang layak dan adil itu haruslah ada dasar dan cara

perhitungan harga ganti kerugian tanah yang diformulasikan, sehingga menjadi

layak dan adil sesuai dengan bunyi undang-undang tersebut.

Bentuk lain dari perlindungan serta penghormatan hak atas tanah dalam

pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah dengan dilakukannya

musyawarah terlebih dahulu dengan pemilik tanah untuk menentukan dan

menetapkan besarnya nilai ganti kerugian yang diberikan kepada pihak yang

berhak atas tanah.55 Disamping itu, bagi mereka yang hak atas tanahnya dicabut

harus diupayakan sedemikian rupa agar mereka yang dipindahkan tetap

menjalankan kegiatan usahanya/mencari nafkah kehidupan yang lebih layak

seperti semula.

Pengadaan tanah pada prinsipnya ditujukan untuk kepentingan umum,

dilakukan dengan prinsip keadilan dengan penghormatan terhadap hak-hak atas

54
Arie Sukanti Hutagalung, Pergulatan Pemikiran dan Aneka Gagasan Seputar Hukum Tanah
Nasional, Badan Penerbit FHUI, Depok, 2011, h. 171.
55
Mudakir Iskandar Syah, Dasar-Dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Jala
Permata, Jakarta, 2007, h. 17.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


40
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tanah yang diusahakan dengan cara seimbang dan dilakukan dengan cara

musyawarah.56 Dalam hal ini, maka pemerintah harus bertindak dengan prinsip

kehati-hatian yaitu selain untuk terlaksananya pembangunan yang direncanakan

pemerintah, juga sebaiknya dapat memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat yang

tanahnya terkena proyek dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum

sebagai bentuk perlindungan hukum masyarakat. Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 juga telah menyebutkan bahwa ciri-ciri dari kegiatan yang termasuk

dalam kepentingan umum adalah kegiatan pembangunan yang dimiliki dan

dilakukan oleh Pemerintah, dan bersifat non-profit atau tidak mencari keuntungan.

Bentuk ganti kerugian yang diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2012 juncto Pasal 74 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012, berupa:

a. uang;
b. tanah pengganti;
c. permukiman kembali;
d. kepemilikan saham; atau
e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Bentuk ganti kerugian tersebut dapat berdiri sendiri maupun gabungan dari

beberapa bentuk ganti kerugian sesuai dengan nilai ganti kerugian yang

nominalnya sama dengan nilai yang ditetapkan Penilai. Bentuk ganti kerugian

yang ditawarkan seharusnya tidak hanya ganti kerugian fisik yang hilang, akan

tetapi juga harus menghitung ganti kerugian non fisik seperti pemulihan kondisi

sosial ekonomi masyarakat yang dipindahkan ke lokasi baru. Sepatutnya

pemberian ganti kerugian tersebut harus tidak membawa dampak kerugian kepada

pemegang hak atas tanah yang kehilangan haknya tersebut, melainkan membawa

56
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan dan
Pengadaan Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2011, h. 101.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


41
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dampak pada tingkatan kehidupan yang lebih baik atau minimal sama pada waktu

sebelum terjadinya kegiatan pembangunan.

Prinsip ganti kerugian harus seimbang dengan nilai tanah. Keseimbangan

tersebut adalah bahwa ganti kerugian yang diberikan merupakan imbalan yang

layak, atau tidak menjadikan pemegang hak atas tanah yang melepaskan tanahnya

mengalami kemunduran sosial atau tingkat ekonominya.57

Penilaian ganti kerugian ditetapkan oleh Penilai Pertanahan yang

ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan, yakni Badan Pertanahan Nasional

(selanjutnya disebut BPN). Penilaian besarnya ganti kerugian oleh Penilai

dilakukan bidang per bidang tanah sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada

Pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juncto Pasal 65 Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012, meliputi:

a. tanah;
b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan;
d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
f. kerugian lain yang dapat dinilai.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tidak disebutkan dasar

perhitungan ganti kerugian sebagaimana sebelumnya diatur dalam Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2005 juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.

Apakah penetapan ganti kerugian berpedoman pada NJOP atau nilai nyata pada

saat dilaksanakan pengadaan tanah. Penilaian harga tanah diserahkan kepada

Penilai Pertanahan atau Lembaga Penilai.

57
Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Op.Cit., h. 30.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


42
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Adanya Lembaga Penilai harga tanah di dalam pengadaan tanah tersebut

dapat dikatakan merupakan langkah maju, dimana sudah cukup lama disarankan

oleh para ahli di bidang pertanahan karena pada peraturan tentang pengadaan

tanah sebelumnya tidak dikenal lembaga seperti ini. Hanya saja Lembaga Penilai

harga tanah ini akan sangat membawa manfaat apabila di dukung oleh insan

Penilai yang professional, punya pengalaman kerja, tidak memihak/objektif, serta

di dukung kualifikasi pendidikan yang baik sehingga mampu melakukan penilaian

terhadap nilai tanah dengan akurat.

Selanjutnya, untuk memperjelas pemaknaan ganti kerugian dalam

pengaturan tentang pengadaan tanah untuk kepentingan umum, maka akan

diuraikan dalam tabel perbandingan sebagai berikut.

Tabel 2.1.
Perbandingan Pengaturan Ganti Kerugian
Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Indikator Perbandingan
Peraturan
Perundang- Subjek yang
undangan Pengertian melakukan Objek yang Bentuk ganti
penilaian atas dinilai kerugian
ganti kerugian
Undang-Undang tidak menjelaskan tentang pengertian, subjek yang melakukan penilaian atas
Nomor 5 Tahun ganti kerugian, objek yang dinilai, dan bentuk ganti kerugiaan. Namun, pada
1960 Pasal 18 menyebutkan:
“Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan
memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan
Undang-Undang”.
Undang-Undang panitia penaksir tanah dan/atau berupa
Nomor 20 (Pasal 3 ayat benda-benda pembayaran,
Tahun 1961 - (1) (b)) yang haknya yang dapat
akan dicabut itu dimaknai dengan
(Pasal 3 ayat bentuk uang
(1) (b)) (Pasal 5)

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


43
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Instruksi panitia penaksir tanah/bangunan/ berupa


Presiden Nomor (Pasal 5 ayat tanaman yang pembayaran
9 Tahun 1973 - (1)) berada di secara tunai,
atasnya (Pasal 5 dapat dimaknai
ayat (1)) dengan bentuk
uang (Pasal 6
ayat (1))
Permendagri panitia bangunan dan berupa uang,
Nomor 15 pembebasan tanaman (Pasal tanah dan atau
Tahun 1975 - tanah (Pasal 6 6 ayat (2) (a)) fasilitas-fasilitas
ayat (1)) lain (Pasal 6 ayat
(2) (b))
Permendagri pemimpin tanah dan/atau berupa uang atau
Nomor 2 Tahun proyek (Pasal 5 bangunan/tanam bentuk lain
1985 - ayat (1)) an yang ada di (Pasal 6 ayat (1))
atasnya (Pasal 6
ayat (2))
Keputusan ganti kerugian panitia a. hak atas a. uang;
Presiden Nomor adalah penggantian pengadaan tanah tanah; b. tanah
55 Tahun 1993 atas nilai tanah (Pasal 8 angka b. bangunan; pengganti;
berikut bangunan, (3)) c. tanaman; c. permukiman
tanaman dan/atau d. benda-benda kembali;
benda-benda lain lain, yang d. gabungan dari
yang terkait dengan berkaitan dua atau lebih
tanah sebagai akibat dengan tanah untuk ganti
pelepasan atau (Pasal 12) kerugian
penyerahan hak atas sebagaimana
tanah (Pasal 1 dimaksud
angka (7)) dalam huruf a,
b, dan huruf c;
dan
e. bentuk lain
yang disetujui
oleh pihak-
pihak yang
bersangkutan
(Pasal 13)
Permen panitia hak atas tanah, ganti kerugian
Agraria/Kepala pengadaan tanah bangunan, diupayakan
BPN Nomor 1 - (Pasal 4 ayat tanaman dalam bentuk
Tahun 1994 (3) (b)) dan/atau benda- yang tidak
benda lain yang menyebabkan
terkait dengan perubahan
tanah yang terhadap pola
bersangkutan hidup masyarakat
dengan

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


44
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

mempertimbangk
an kemungkinan
dilaksanakannya
alih pemukiman
ke lokasi yang
sesuai (Pasal 16
ayat (4))
Peraturan ganti rugi adalah panitia a. hak atas a. uang; dan/atau
Presiden Nomor penggantian pengadaan tanah tanah; b. tanah
36 Tahun 2005 terhadap kerugian (Pasal 7 huruf b. bangunan; pengganti;
baik bersifat fisik (c)) c. tanaman; dan/atau
dan/atau non fisik d. benda-benda c. pemukiman
sebagai akibat lain yang kembali.
pengadaan tanah berkaitan dalam hal
kepada yang dengan tanah pemegang hak
mempunyai tanah, (Pasal 12) atas tanah tidak
bangunan, tanaman, menghendaki
dan/atau benda- bentuk ganti rugi
benda lain yang sebagaimana
berkaitan dengan dimaksud, maka
tanah yang dapat dapat diberikan
memberikan kompensasi
kelangsungan hidup berupa
yang lebih baik dari penyertaan modal
tingkat kehidupan (saham) sesuai
sosial ekonomi dengan ketentuan
sebelum terkena peraturan
pengadaan tanah perundang-
(Pasal 1 angka undangan (Pasal
(11)) 12 ayat (1) dan
(2))
Peraturan ganti rugi adalah panitia a. hak atas a. uang; dan/atau
Presiden Nomor penggantian pengadaan tanah tanah; b. tanah
65 Tahun 2006 terhadap kerugian (Pasal 7 huruf b. bangunan; pengganti;
baik bersifat fisik (c) Peraturan c. tanaman; dan/atau
dan/atau non fisik Presiden d. benda-benda c. pemukiman
sebagai akibat Nomor 36 lain yang kembali;
pengadaan tanah Tahun 2005) berkaitan dan/atau
kepada yang dengan tanah d. gabungan dari
mempunyai tanah, (Pasal 12 dua atau lebih
bangunan, tanaman, Peraturan bentuk ganti
dan/atau benda- Presiden kerugian
benda lain yang Nomor 36 sebagaimana
berkaitan dengan Tahun 2005) dimaksud
tanah yang dapat dalam huruf a,
memberikan huruf b, dan

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


45
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kelangsungan hidup huruf c;


yang lebih baik dari e. bentuk lain
tingkat kehidupan yang disetujui
sosial ekonomi oleh pihak-
sebelum terkena pihak yang
pengadaan tanah bersangkutan
(Pasal 1 angka (Pasal 13)
(11) Peraturan
Presiden Nomor
36 Tahun 2005)
Undang-Undang ganti kerugian penilai (Pasal a. tanah; a. uang;
Nomor 2 Tahun adalah penggantian 31 ayat (1) dan b. ruang atas b. tanah
2012 yang layak dan adil (2)) tanah dan pengganti;
kepada pihak yang bawah tanah; c. permukiman
berhak dalam c. bangunan; kembali;
proses pengadaan d. tanaman; d. kepemilikan
tanah (Pasal 1 e. benda yang saham; atau
angka (10)) berkaitan e. bentuk lain
dengan tanah; yang disetujui
dan/atau oleh kedua
f. kerugian lain belah pihak
yang dapat (Pasal 36)
dinilai
(Pasal 33)
Peraturan ganti kerugian ketua pelaksana a. tanah; a. uang;
Presiden Nomor adalah penggantian pengadaan tanah b. ruang atas b. tanah
71 Tahun 2012 yang layak dan adil berdasarkan tanah dan pengganti;
kepada pihak yang hasil penilaian bawah tanah; c. permukiman
berhak dalam jasa penilai atau c. bangunan; kembali;
proses pengadaan penilai publik d. tanaman; d. kepemilikan
tanah (Pasal 1 (Pasal 63 ayat e. benda yang saham; atau
angka (10)) (1)) berkaitan e. bentuk lain
dengan tanah; yang disetujui
dan/atau oleh kedua
f. kerugian lain belah pihak.
yang dapat bentuk ganti
dinilai kerugian dapat
(Pasal 65 ayat berdiri sendiri
(1)) maupun
gabungan dari
beberapa bentuk
ganti kerugian
(Pasal 74 ayat
(1) dan (2))

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


46
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peraturan ganti kerugian ketua pelaksana a. tanah; a. uang;


Presiden Nomor adalah penggantian pengadaan tanah b. ruang atas b. tanah
99 Tahun 2014 yang layak dan adil berdasarkan tanah dan pengganti;
kepada pihak yang hasil penilaian bawah tanah; c. permukiman
berhak dalam jasa penilai atau c. bangunan; kembali;
proses pengadaan penilai publik d. tanaman; d. kepemilikan
tanah (Pasal 1 (Pasal 63 ayat e. benda yang saham; atau
angka (10) (1)) berkaitan e. bentuk lain
Peraturan dengan tanah; yang disetujui
Presiden Nomor dan/atau oleh kedua
71 Tahun 2012) f. kerugian lain belah pihak
yang dapat bentuk ganti
dinilai kerugian dapat
(Pasal 65 ayat berdiri sendiri
(1) Peraturan maupun
Presiden gabungan dari
Nomor 71 beberapa bentuk
Tahun 2012) ganti kerugian
(Pasal 74 ayat
(1) dan (2)
Peraturan
Presiden Nomor
71 Tahun 2012)
Peraturan ganti kerugian ketua pelaksana a. tanah; a. uang;
Presiden Nomor adalah penggantian pengadaan tanah b. ruang atas b. tanah
30 Tahun 2015 yang layak dan adil berdasarkan tanah dan pengganti;
kepada pihak yang hasil penilaian bawah tanah; c. permukiman
berhak dalam jasa penilai atau c. bangunan; kembali;
proses pengadaan penilai publik d. tanaman; d. kepemilikan
tanah (Pasal 1 (Pasal 63 ayat e. benda yang saham; atau
angka (10)) (1) Peraturan berkaitan e. bentuk lain
Presiden dengan tanah; yang disetujui
Nomor 99 dan/atau oleh kedua
Tahun 2014) f. kerugian lain belah pihak
yang dapat bentuk ganti
dinilai kerugian dapat
(Pasal 65 ayat berdiri sendiri
(1) Peraturan maupun
Presiden gabungan dari
Nomor 71 beberapa bentuk
Tahun 2012) ganti kerugian
(Pasal 74 ayat
(1) dan (2)
Peraturan
Presiden Nomor
71 Tahun 2012)

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


47
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Peraturan ganti kerugian ketua pelaksana a. tanah; a. uang;


Presiden Nomor adalah penggantian pengadaan tanah b. ruang atas b. tanah
148 Tahun 2015 yang layak dan adil berdasarkan tanah dan pengganti;
kepada pihak yang hasil penilaian bawah tanah; c. permukiman
berhak dalam jasa penilai atau c. bangunan; kembali;
proses pengadaan penilai publik d. tanaman; d. kepemilikan
tanah (Pasal 1 (Pasal 63 ayat e. benda yang saham; atau
angka (10)) (1) Peraturan berkaitan e. bentuk lain
Presiden dengan tanah; yang disetujui
Nomor 99 dan/atau oleh kedua
Tahun 2014) f. kerugian lain belah pihak
yang dapat bentuk ganti
dinilai kerugian dapat
(Pasal 65 ayat berdiri sendiri
(1) Peraturan maupun
Presiden gabungan dari
Nomor 71 beberapa bentuk
Tahun 2012) ganti kerugian
(Pasal 74 ayat
(1) dan (2)
Peraturan
Presiden Nomor
71 Tahun 2012)

Dari uraian tabel perbandingan tersebut, maka menurut peneliti dapat

disimpulkan bahwa aturan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum selalu mengalami perubahan. Baik perubahan secara

pengertian, subjek yang melakukan penilaian terhadap ganti kerugian, objek yang

dinilai, serta bentuk ganti kerugian. Perubahan aturan tersebut juga dilakukan

dengan tujuan meminimalisir terjadinya konflik akibat adanya pengadaan tanah

yang dilakukan oleh negara. Adapun ratio legis dari pengaturan ganti kerugian

dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dalam rangka

melindungi kepentingan pribadi pemegang hak atas tanah, yang tanahnya diambil

alih oleh negara untuk kepentingan umum. Hak atas tanah yang mempunyai

fungsi sosial sesuai dengan ketentuan pada Pasal 6 UUPA, mengandung

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


48
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pengertian bahwa hak atas tanah selain bersifat pribadi, juga mengandung

kebersamaan. Dalam menggunakan tanah harus mengutamakan kepentingan

umum daripada kepentingan pribadi. Namun demikian, hal ini bukan berarti

bahwa kepentingan pribadi dapat diabaikan begitu saja. Apabila kepentingan

pribadi dari pemegang hak atas tanah diambil untuk kepentingan umum, maka

kepada pemegang hak atas tanah tersebut harus diberikan ganti kerugian yang

layak. Dalam penggunaan tanah harus ada keseimbangan antara kepentingan

pribadi dengan kepentingan umum.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

DASAR PEMBERIAN GANTI KERUGIAN DALAM PENGADAAN

TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM SESUAI DENGAN ASAS

KEADILAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 2012

3.1. Makna Keadilan Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Keadilan berasal dari kata adil. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

yang dimaksud dengan adil ialah tidak sewenang-wenang, tidak memihak, tidak

berat sebelah.58 Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan

didasarkan atas norma-norma yang objektif, tidak subjektif, apalagi sewenang-

wenang. Keadilan pada dasarnya adalah konsep yang relatif, setiap orang tidak

memaknai dengan sama. Adil menurut yang satu, belum tentu adil bagi lainnya.

Kapan seseorang menegaskan bahwa ia melakukan keadilan, hal itu tentunya

harus relevan dengan ketertiban umum dimana suatu skala keadilan diakui. Skala

keadilan sendiri sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan setiap skala

didefinisikan dan sepenuhnya ditentukan oleh masyarakat sesuai dengan

ketertiban umum dari masyarakat tersebut.59

Di Indonesia, keadilan digambarkan dalam Pancasila sebagai dasar negara

yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung

dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia didasari dan dijiwai oleh

sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan

58
Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Akar Media, Jakarta, 2007, h. 10.
59
Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan, Kencana, Jakarta, 2012, h. 85.

49
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
50
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Indonesia, serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan. Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai

yang merupakan tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut

terkandung nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama

(kehidupan sosial). Adapun keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat

keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungannya manusia dengan dirinya

sendiri; manusia dengan manusia lainnya; manusia dengan masyarakat, bangsa,

dan negara; serta hubungan manusia dengan Tuhannya. 60

Konsekuensi nilai-nilai keadilan harus diwujudkan meliputi: 61

1. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara


terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban;
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara
warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah
yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam negara; dan
3. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara
satu dengan lainnya secara timbal balik.

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juga menggunakan keadilan

sebagai salah satu asas dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum. Pada Pasal 2 undang-undang tersebut, menyebutkan bahwa:

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan berdasarkan


asas:
a. kemanusiaan;
b. keadilan;
c. kemanfaatan;
d. kepastian;
e. keterbukaan;
f. kesepakatan;

60
Ibid., h. 86-87.
61
Ibid., h. 92-93.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


51
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

g. keikutsertaan;
h. kesejahteraan;
i. keberlanjutan; dan
j. keselarasan.

Dalam penjelasan Pasal 2 huruf (b) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan keadilan adalah “memberikan jaminan

penggatian yang layak kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah

sehingga mendapatkan kesempatan untuk dapat melangsungkan kehidupan yang

lebih baik”. Pembebasan tanah berdasarkan kriteria kepentingan umum yang ada

harus tetap memperhatikan aspek keadilan dalam pemberian ganti kerugian

kepada pihak yang berhak.

Adapun yang dimaksud dengan adil dalam pembebasan tanah untuk

kepentingan umum adalah: 62

1. dapat memperbaiki kondisi sosial ekonomi pemilik tanah yang


mendapat ganti kerugian, dan paling tidak setara dengan keadaan
sebelum pencabutan atau pembebasan hak atas tanah mereka;
2. pihak yang membutuhkan tanah juga dapat memperoleh tanah sesuai
rencana dan peruntukkannya serta memperoleh perlindungan hukum;
dan
3. keadilan yang dirumuskan oleh hukum dalam bentuk hak dan
kewajiban harus mencerminkan keadilan yang diterima dan dirasakan
oleh para pihak.

Sehingga makna keadilan menurut peneliti di dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 dapat dimaknai dengan mengutip pendapat dari John Rawls,

yang menyatakan bahwa untuk mencapai suatu keadilan disyaratkan adanya suatu

unsur keadilan yang bersifat substantif (justice) dan unsur keadilan prosedural

(fairness). Keadilan substantif dimaknai sebagai keadilan yang secara nyata

diterima dan dirasakan oleh para pihak yang dibebaskan tanahnya, sedangkan

62
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, Op.Cit., h. 423.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


52
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

keadilan prosedural lebih berorientasi pada keadilan yang telah dirumuskan oleh

hukum dalam bentuk hak dan kewajiban. 63

3.2. Dasar Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Umum Sesuai Asas Keadilan

1. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Pengaturan terkait ganti kerugian telah diatur dalam ketentuan Pasal 31-

Pasal 44 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 serta peraturan perundang-

undangan dibawahnya. Pasal 33 dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

menjadi salah satu ketentuan yang disoroti dalam penelitian ini, karena sejak

diberlakukannya undang-undang ini, pasal tersebut menjadi dasar penilaian oleh

Penilai untuk menaksirkan nilai ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum. Adapun isi dari pasal tersebut ialah:

Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 32 ayat (1) dilakukan bidang per bidang tanah, meliputi:
a. tanah;
b. ruang atas tanah dan bawah tanah;
c. bangunan;
d. tanaman;
e. benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
f. kerugian lain yang dapat dinilai.

Adapun yang dimaksud dengan “kerugian lain yang dapat dinilai” adalah kerugian

non-fisik yang dapat disetarakan dengan nilai uang. Misalnya kerugian karena

kehilangan usaha atau pekerjaan, biaya pemindahan tempat, biaya alih profesi,

dan nilai atas properti sisa.64

63
U. Fauzan dan H. Prasetyo, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, h. 95.
64
Rahayu Subekti, “Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal UNS: Yustisia Vol.5 No.2, 2016, h. 388.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


53
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menurut ketentuan dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012, Penilai atau biasa dikenal dengan appraisal merupakan subjek yang

ditunjuk oleh Lembaga Pertanahan untuk menaksirkan besaran nilai ganti

kerugian pada pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Dalam hal ini, pihak

pemerintah dan appraisal harus memperhitungkan segala variabel-variabel yang

dibutuhkan dalam memutuskan besaran ganti kerugian yang layak dan adil. 65

Nilai ganti kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan nilai pada saat

pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Besarnya

nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai disampaikan kepada

Lembaga Pertanahan dengan berita acara. Nilai ganti kerugian berdasarkan hasil

penilaian Penilai menjadi dasar musyawarah penetapan ganti kerugian.

Dalam ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012,

disebutkan bahwa: “Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena Pengadaan

Tanah terdapat sisa yang tidak dapat difungsikan sesuai dengan peruntukkan dan

penggunaannya, Pihak yang Berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas

bidang tanahnya”. Yang dimaksud dengan “tidak dapat difungsikan” adalah

bidang tanah tersebut tidak dapat lagi digunakan sesuai dengan peruntukan dan

penggunaan semula, misalnya rumah hunian yang terbagi sehingga tidak lagi

dapat digunakan sebagai rumah hunian. Sehubungan dengan hal tersebut, pihak

yang menguasai/memiliki tanah dapat meminta ganti kerugian atas seluruhnya.

65
Meilya Normawaty Simanjuntak, “Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Yang Berhak Atas
Tanah Dalam Hal Ganti Rugi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal USU, Vol 10, 2015, h.
8.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


54
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan

umum sampai saat ini masih berpatokan pada harga NJOP, sedangkan untuk ganti

kerugian terhadap bangunan dan tanaman mengikuti standar yang ditentukan oleh

lembaga yang terkait, baik standar ganti kerugian terhadap tanah maupun

bangunan. 66 Hal ini masih dimungkinkan menjadi pemicu konflik masyarakat

yang beranggapan bahwa nilai ganti kerugian yang ditetapkan oleh Pemerintah

tidak berlandaskan pada prinsip keadilan, karena masyarakat selama ini

berpatokan dengan harga pasar atau harga jual-beli saat itu. Adapaun selain

berdasar NJOP, Pemerintah dalam hal ini juga perlu melihat ketentuan dalam

Standar Penilaian Indonesia Tahun 2015.

Menurut peniliti, berdasarkan peraturan perundang-undangan bahwa

pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum

selama ini telah sesuai dengan asas keadilan yang ada di dalam Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012. Hal ini karena telah terdapat pengaturan yang jelas, baik

dalam undang-undang tersebut maupun di dalam peraturan pelaksana yang berada

di bawahnya. Adapun apabila terdapat suatu permasalahan yang muncul akibat

adanya perbedaan pandangan terhadap nilai ganti kerugian, maka upaya yang

dapat dilakukan dalam pemberian ganti kerugian pada pengadaan tanah untuk

kepentingan umum harus dengan menerapkan prinsip keadilan, serta prinsip-

prinsip lain yang terdapat di dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012. Dalam hal ini, upaya-upaya tersebut dapat berupa perlunya

dilakukan penguatan komunikasi dari pihak terkait dalam pembebasan tanah

66
Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, Op.Cit., h. 430.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


55
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(seperti: Pemerintah yang membutuhkan tanah dengan masyarakat yang memiliki

tanah), masyarakat juga perlu dilibatkan atau diberi kesempatan untuk ikut

berpartisipasi sejak dini sehingga tidak antipati kepada Pemerintah. Hal ini

dikarenakan tanpa melakukan pendekatan yang baik dengan cara kekeluargaan

dengan tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip kearifan lokal yang tumbuh

pada masyarakat, maka sulit rasanya masyarakat mau untuk melepaskan hak atas

tanahnya.

2. Studi Kasus Pembangunan Jalan Tambaklorok, Kota Semarang

Dalam rangka menuntaskan kondisi lingkungan yang kumuh dan untuk

meningkatkan perekonomian warga, Pemerintah Kota Semarang mengadakan

perbaikan kondisi jalan dalam Pembangunan Kampung Nelayan Tepi Air

Kelurahan Tanjung Mas, yang berada di Kota Semarang. Pembangunan tersebut

telah direncanakan sejak tahun 2015. Namun, proses pembangunan pelebaran

jalan baru dilaksanakan pada bulan Juli 2017, yang diawali dengan sosialisasi

sampai dengan proses pemberian ganti kerugian terhadap pembangunan tersebut.

Akan tetapi, proses pelebaran jalan sempat tertunda karena terjadi

ketidaksepakatan mengenai bentuk dan nilai ganti kerugian antara Dinas

Pekerjaan Umum selaku Panitia Pengadaan Tanah dan warga yang menolak uang

ganti kerugian yang ditetapkan.

Pada tanggal 31 Juli 2018, Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas

Pekerjaan Umum harus menitipkan uang ganti kerugian melalui konsinyasi ke

Pengadilan Negeri Semarang. Pihak yang merasa keberatan terhadap nilai dan

bentuk ganti kerugian menolak untuk menghadiri panggilan sidang konsinyasi

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


56
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dari Pengadilan Negeri Semarang yang diselenggarakan pada 1 November 2018.

Adapun surat panggilan sidang konsinyasi dari Pengadilan Negeri Semarang telah

disampaikan oleh juru sita Pengadilan Negeri Semarang dengan nomor

12/Pdt/Kons/PN.Smg, tertanggal Senin 29 Oktober 2018.67

Pada tanggal 14 September 2018, beberapa pemilik tanah mengajukan

permohonan keberatan terhadap besarnya ganti kerugian yang ditetapkan oleh

Dinas Pekerjaan Umum selaku Panitia Pengadaan Tanah. Pihak yang berhak

tersebut terdiri dari 4 orang yang bernama Ahmad Suhaili, Muchlasin, Achmadi,

dan Achmad Busairi. Pada tanggal 17 Oktober 2018 berdasarkan Penetapan PN

nomor 374/Pdt.P/2018/PN.Smg, Hakim Pengadilan Negeri Semarang

menjatuhkan Penetapan dengan tidak menerima besarnya ganti kerugian yang

diajukan oleh pihak yang berhak.

Pada bulan Oktober 2018, permohonan upaya hukum kasasi diajukan oleh

pihak yang berhak yang terkena dampak pembangunan pelebaran jalan Kampung

Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang terkait besaran ganti

kerugian tanah yang tidak diterima oleh hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang.

Beberapa warga tersebut telah mendaftarkan upaya hukum kasasi ke Mahkamah

Agung melalui Pengadilan Negeri Semarang atas permohonan keberatan besaran

nilai ganti kerugian atas tanah yang diberikan pada 17 Oktober 2018 dengan

nomor registrasi: 374/Pdt.P/2018/PN.Smg.

Pemilik tanah yang tidak sepakat dengan besarnya ganti kerugian,

mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri Semarang dan Putusan Pengadilan

67
https://jateng.tribunnews.com/2018/10/31/warga-terdampak-pembangunan-kampung-bahari-
tambaklorok-semarang-resmi-tempuh-kasasi , diakses pada tanggal 13 Juli 2020, pukul 20:28.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


57
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Negeri tidak menerima keberatan pemohon. Maka upaya hukum berikutnya

bukanlah banding ke Pengadilan Tinggi sebagaimana dalam Hukum Acara

Perdata, namun diatur hukum acara secara khusus dalam Undang-Undang

Pengadaan Tanah, yaitu kasasi ke Mahkamah Agung. Proses diawali dari pihak

pemilik tanah yang menolak bentuk dan/atau besarnya nilai ganti kerugian yang

ditetapkan oleh appraisal ke Pengadilan Negeri. Maka berdasarkan peraturan

perundang-undangan, pihak pemilik tanah mengajukan keberatan paling lama 14

(empat belas) hari kerja terhitung setelah musyawarah dilakukan dalam bentuk

permohonan gugatan ke Pengadilan Negeri setempat. Putusan Pengadilan yang

dijatuhkan oleh hakim belum memiliki kekuatan hukum tetap, sehingga dapat

dilakukan upaya hukum kasasi. Adapun berikut merupakan data pemilik tanah

yang mengajukan keberatan atas ganti kerugian ke Pengadilan Negeri Semarang:68

Tabel 3.1.
Besaran Nilai Ganti Kerugian
Yang Diberikan Oleh Pemerintah Kota Semarang

No Nama Status Nilai Total


Setipikat/TN Terkena Pergantian Wajar
1 Drs. Ahmad HM 61m² Rp. 688.958.000,-
Suhaili Tanah Negara 156,5m²
2 Achmad Busairi HM 71m² Rp. 414.652.000,-

3 Muchlasin HM 75m² Rp. 417.538.000,-


Tanah Negara 60m²
4 Achmadi HM 47m² Rp. 244.414.000,-
Tanah Negara 14m²

Kemudian pihak pemilik tanah yang berhak mengajukan besarnya ganti kerugian

pada Instansi yang melaksanakan pengadaan tanah dengan rincian sebagai berikut:

68
Salinan Penetapan No. 374/Pdt.P/2018/PN.Semarang

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


58
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tabel 3.2.
Besaran Ganti Kerugian Fisik (Materiil)
Yang Diajukan Pemegang Hak Atas Tanah69

No Nama Pemilik Alamat Pemilik Nilai Ganti


Kerugian
1 Drs. Ahmad Tambak Mulyo, RT.004 Rp. 1.000.000.000,-
Suhaili RW.014, Kelurahan Tanjung
Mas, Kecamatan Semarang
Utara, Kota Semarang
2 Achmad Busairi Tambak Mulyo, RT.005 Rp 750.000.000,-
RW.014, Kelurahan Tanjung
Mas, Kecamatan Semarang
Utara, Kota Semarang
3 Muchlasin Jalan Ngablak Indah RT.001 Rp. 450.000.000,-
RW.004, Kelurahan
Bangetayu Kulon, Kecamatan
Genuk, Kota Semarang
4 Achmadi ambak Mulyo RT.008 Rp. 700.000.000,-
RW.012, Kelurahan Tanjung
Mas, Kecamatan Semarang
Utara, Kota Semarang

Tabel 3.3.
Besaran Ganti Kerugian Non-Fisik (Immateriil)
Yang Diajukan Oleh Pemegang Hak Atas Tanah70

No Nama Pemilik Alamat Pemilik Nilai Ganti


Kerugian
1 Drs. Ahmad Tambak Mulyo, RT.004 Rp. 1.000.000.000,-
Suhaili RW.014, Kelurahan Tanjung
Mas, Kecamatan Semarang
Utara, Kota Semarang
2 Achmad Busairi Tambak Mulyo, RT.005 Rp 500.000.000,-
RW.014, Kelurahan Tanjung
Mas, Kecamatan Semarang
Utara, Kota Semarang
3 Muchlasin Jalan Ngablak Indah RT.001 Rp. 200.000.000,-
RW.004, Kelurahan
Bangetayu Kulon, Kecamatan
Genuk, Kota Semarang
4 Achmadi ambak Mulyo RT.008 Rp. 300.000.000,-
RW.012, Kelurahan Tanjung

69
Ibid.
70
Ibid.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


59
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mas, Kecamatan Semarang


Utara, Kota Semarang

Apabila melihat dari pengajuan besarnya ganti kerugian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa nilai ganti kerugian yang diberikan oleh Pemerintah dengan

yang diharapkan oleh pemegang hak atas tanah, memiliki selisih rentan nilai yang

cukup jauh. Pihak yang berhak berkeinginan untuk mendapatkan nilai ganti

kerugian yang lebih besar dibandingkan dari yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah. Adapun dalam hal ini, tentu Pemerintah telah melakukan penilaian

ganti kerugian telah memperhatikan dan memperhitungkan kerugian baik secara

fisik maupun non-fisik sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 33

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Untuk menghindari terjadinya konflik dalam pengadaan tanah seperti yang

telah diuraikan di atas, maka Pemerintah atau pihak yang melaksanakan

pengadaan tanah sebaiknya mengedepankan prinsip-prinsip dan asas-asas

pengadaan tanah untuk dijadikan sebagai aturan substansi atau ketentuan materil

dalam pengadaan tanah. Sedangkan prosedur atau tata cara pengadaan tanah yang

diatur dalam regulasi yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

dan peraturan pelaksananya, dijadikan sebagai aturan formil atau hukum acaranya.

Dengan ketentuan sebagai hukum acara pengadaan tanah untuk kepentingan

umum, sangatlah penting diperhatikan agar dalam pelaksanaannya tidak mengusik

rasa ketidakadilan masyarakat.

Menurut peneliti, berdasarkan studi kasus pada pembangunan Jalan

Tambaklorok, Kota Semarang, bahwa pemberian ganti kerugian dalam kasus

tersebut telah sesuai dengan asas keadilan yang terdapat pada Undang-Undang

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


60
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nomor 2 Tahun 2012. Berdasarkan data dari Kelurahan Tanjung Mas Semarang,

terdapat 108 bangunan rumah warga, 1 sekolah dasar swasta yang terkena

pelebaran jalan, 53 rumah terkena pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan

Pasar.71 Namun hanya terdapat 4 warga saja yang merasa menerima nilai ganti

kerugian dengan tidak adil. Hal ini sebetulnya membuktikan bahwa mayoritas

yang terkena dampak pengadaan tanah tersebut merasa nilai ganti kerugian yang

diberikan oleh Pemerintah telah sesuai.

Terkait permasalahan pemberian ganti kerugian pada pengadaan tanah

yang dilakukan oleh Pemerintah, maka perlu adanya pembenahan sistem dari

Pemerintah selaku penyelenggara pengaadaan tanah untuk melibatkan masyarakat

sejak dini mulai dari tahapan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta

penyerahan hasil (Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012). Terutama

dalam keterlibatan musyarawah penetapan ganti kerugian yang merupakan hal

sensitif yang dapat memicu terjadinya konflik. Disamping itu, masyarakat juga

harus memahami bahwa pengadaan tanah yang dilakukan oleh Pemerintah

bertujuan untuk perbaikan pembangunan wilayah tersebut, yang nantinya dampak

dari pembangunan tersebut dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat

sekitar.

71
Anita Fitriani, “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Keadilan Prosedural
Terkait Penataan di Kampung Tambak Lorok Semarang”, Skripsi, Universitas Islam Sultan Agung
Semarang, 2018, h. 2.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diambil suatu

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ratio legis ketentuan ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dilakukan dalam rangka melindungi kepentingan pribadi pemegang hak

atas tanah, yang tanahnya diambil alih oleh negara untuk kepentingan umum.

Hak atas tanah yang mempunyai fungsi sosial sesuai dengan ketentuan pada

Pasal 6 UUPA, mengandung pengertian bahwa hak atas tanah selain bersifat

pribadi, juga mengandung kebersamaan. Dalam menggunakan tanah harus

mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Namun

demikian, hal ini bukan berarti bahwa kepentingan pribadi dapat diabaikan

begitu saja. Apabila kepentingan pribadi dari pemegang hak atas tanah diambil

untuk kepentingan umum, maka kepada pemegang hak atas tanah tersebut

harus diberikan ganti kerugian yang layak. Dalam penggunaan tanah harus ada

keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum.

2. Pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum

telah sesuai dengan asas keadilan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012. Keadilan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dapat

dimaknai dengan mengutip pendapat dari John Rawls, yang menyatakan bahwa

untuk mencapai suatu keadilan disyaratkan adanya suatu unsur keadilan yang

bersifat substantif (justice) dan unsur keadilan prosedural (fairness). Keadilan

61
TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H
62
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

substantif dimaknai sebagai keadilan yang secara nyata diterima dan dirasakan

oleh para pihak yang dibebaskan tanahnya, sedangkan keadilan prosedural

lebih berorientasi pada keadilan yang telah dirumuskan oleh hukum dalam

bentuk hak dan kewajiban. Dalam rangka memberikan ganti kerugian yang adil

terhadap pemegang hak atas tanah, maka Pemerintah wajib menerapkan setiap

aturan tentang ganti kerugian yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 31

sampai Pasal 44 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 serta peraturan

perundang-undangan dibawahnya sebagai peraturan pelaksana, serta

mengedepankan seluruh prinsip yang terdapat dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012.

4.2. Saran

Dari kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai

berikut:

1. Bagi Pemerintah, perlu melibatkan semua pihak terkait dalam proses

pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Dengan adanya keterlibatan sejak

dini oleh semua pihak seperti masyarakat, maka diharapkan masyarakat

nantinya tidak antipati terhadap Pemerintah. Disamping itu, Pemerintah juga

perlu mengawasi proses penilaian ganti rugi yang dilakukan oleh Penilai, serta

menerapkan prinsip keterbukaan, sehingga dapat tercapai keadilan dalam

pelaksanaannya.

2. Bagi Pemegang Hak Atas Tanah, perlu adanya kesadaran untuk memahami

bahwa tanah mempunyai fungsi sosial. Selain itu, pemegang hak atas tanah

juga perlu mengerti tujuan dari adanya pengadaan tanah untuk kepentingan

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


63
IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

umum yang dilakukan oleh Pemerintah ialah untuk perbaikan pembangunan

wilayah, disamping itu hasil dari perbaikan tersebut nantinya juga akan

berdampak dan dinikmati secara langsung oleh masyarakat luas.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR BACAAN

A. BUKU
Achmad Rubai, Hukum Pengadaan Tanah, Bayu Media, Malang, 2007

Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan


Tanah Untuk Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 2007

Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika,
Jakarta, 2006

Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan, Kencana, Jakarta, 2012

Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di


Bidang Pertanahan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006

Arie Sukanti Hutagalung, Pergulatan Pemikiran dan Aneka Gagasan Seputar


Hukum Tanah Nasional, Badan Penerbit FHUI, Depok, 2011

A.S. Horby, Oxford Advanced Learn’s Dictionary of Current English, sixth


edition, Oxford University Press, New York, 2000

B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum,


Teori dan Filsafat Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2007

Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Akar Media, Jakarta, 2007

Ibn Al-Arabiy, Lisan Al-Arb, Juz 11, Beirut, Daar Ehia Al-Tourath, 1999

John M Echol dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, PT. Gramedia,
Jakarta, 1997

Maria S.W.Sumardjono, Tanah Dalam Prespektif Hak Ekonomi, Sosial dan


Budaya, Kompas, Jakarta, 2008

Mohammad Daud Ali, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1993

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mudakir Iskandar Syah, Dasar-Dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan


Umum, Jala Permata, Jakarta, 2007

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Pencabutan Hak, Pembebasan
dan Pengadaan Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2011

Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum,
Mitra Kebijakan Tanah Indonesia, Yogyakarta, 2004

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cetakan ke-13, Kencana Prenada


Media Group, Jakarta, 2017

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2011

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1990

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1990

Sacipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya, Bandung, 2000

Suhariningsih, Tanah Terlantar, Asas dan Pembaharuan Konsep Menuju


Penertiban, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2009

SF Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di


Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997

Sri Hajati et al., Buku Ajar Politik Hukum Pertanahan, Airlangga University
Press, Jakarta, 2018

Sudjito et all., Restorasi Kebijakan Pengadaan, Perolehan, Pelepasan, dan


Pendayagunaan Tanah Serta Kepastian Hukum di Bidang Investasi,
Tugujogja Pustaka, Yogyakarta, 2012

Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Penerbit


Buku Kompas, Jakarta, 2001

Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

U. Fauzan dan H. Prasetyo, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006

Urip Santoso, Buku Ajar Hukum Pengadaan Tanah dan Pendaftaran Hak Atas
Tanah, PT Revika Petra Media, Surabaya, 2018

Yaman dan Nurtin Tarigan, Peran Advokad Dalam Sistem Hukum Nasional,
Kencana, Jakarta, 2019

Yohanes Sogar Simamora, Hukum Perjanjian, Prinsip Hukum Kontrak


Pengadaan Barang dan Jasa Oleh Pemerintah, Laks Bang, Yogyakarta, 2009

B. SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
Agus Sekarmadji, “Prinsip-Prinsip Hukum Perolehan Hak Atas Tanah Dalam
Rangka Pembangunan Perumahan”, Disertasi, Program Pascasarjana
Universitas Airlangga, 2010

Anita Fitriani, “Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dengan Keadilan


Prosedural Terkait Penataan di Kampung Tambak Lorok Semarang”, Skripsi,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 2018

Guna Negara, “Pengadaan Tanah Oleh Negara Untuk Kepentingan Umum”, Tesis,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, 2006

C. JURNAL DAN KARYA ILMIAH LAIN


Enju Juanda, “Konstruksi Hukum dan Metode Interpretasi Hukum”, Jurnal Ilmiah
Galuh Justisi, Vol.4 No.2, 2016

Imam Koeswahyono, “Suatu Catatan Kritis Atas Undang-Undang Pengadaan


Tanah Untuk Pembangunan Nomor 2 Tahun 2012”, Makalah, 2012

Meilya Normawaty Simanjuntak, “Perlindungan Hukum Terhadap Pihak Yang


Berhak Atas Tanah Dalam Hal Ganti Rugi Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum”, Jurnal USU, Vol 10, 2015

Muwahid, “Prinsip Prinsip Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk


Kepentingan Umum”, AL HIKMAH Jurnal Studi Keislaman, 2016

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rahayu Subekti, “Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah


Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal UNS: Yustisia Vol.5
No.2, 2016

Sahnan, M. Yazid Fathoni dan Musakir Salat, “Penerapan Prinsip Keadilan Dalam
Pembebasan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, Jurnal
IUS, Vol. III No. 9, 2015

Upik Hamidah, “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Pembangunan


Infrastruktur Dalam Rangka Pembangunan Wilayah”, Jurnal FH UNILA,
2012

Upik Hamidah, “Politik Hukum Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk


Pembangunan Bagi Kepentingan Umum”, PRAEVIA Jurnal Ilmu Hukum,
2012

Urip Santoso, “Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota Dalam Bidang


Pertanahan”, Jurnal Hukum, ADIL : Jurnal Hukum Vol.3 No.2, 2011

D. INTERNET
https://jateng.tribunnews.com/2018/10/31/warga-terdampak-pembangunan-
kampung-bahari-tambaklorok-semarang-resmi-tempuh-kasasi, diakses pada
tanggal 13 Juli 2020, pukul 20:28 WIB.

TESIS ASAS KEADILAN DALAM ... RICO ANDRIAN H

Anda mungkin juga menyukai