Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

PERANAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT


YANG MEMBUAT AKTA PENDIRIAN BADAN USAHA KOPERASI

DAFTAR IS

HALAMAN SAMPUL................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan Penulisan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3

A. Tinjauan tentang Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Otentik 3


B. Peranan Notaris Didalam Pembuatan Akta Pendirian Koperasi 6
C. Fungsi Dari Akta Pendirian Koperasi Yang Dibuat Oleh Notaris 9
D. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Oleh Notaris Didalam Pembuatan Akta
Pendirian Koperasi Dan Cara Mengatasi Hambatan Tersebut 11
BAB IV PENUTUP..................................................................................................................13

A. Kesimpulan 13
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem perekonomian di Indonesia disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal ini tercantum di dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD N RI 1945), khususnya
Pasal 33 ayat (1) yang menentukan bahwa perekonomian Indonesia disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pasal 33 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD N RI 1945), adalah
pedoman utama bagi orientasi dan penjabaran penyusunan perencanaan
membangun perekonomian Indonesia. Bangun perusahaan yang sesuai dengan
itu adalah koperasi.
Dalam menghadapi perkembangan perekonomian yang semakin kompleks,
maka koperasi harus memiliki kepastian hukum. Cara untuk memperoleh
kepastian hukum yaitu dokumen-dokumen/ surat-surat yang dibuatnya tersebut,
harus dibuat oleh pejabat yang berwenang. Pendirian suatu koperasi diperlukan
atau menggunakan suatu akta notaris yang berkekuatan hukum yang kuat.
Dengan adanya kekuatan hukum ini lah yang menjadi dasar kegiatan
perkoperasian, supaya mempunyai perlindungan bagi lembaga dan pengurusnya.
Kebijakan melibatkan notaris di dalam pendirian koperasi, bukan dimaksudkan
untuk menjadikan beban bagi koperasi, tetapi melainkan agar kedudukan
koperasi semakin kuat dengan adanya akta pendirian koperasi yang dibuat secara
otentik.
Sejarah mencatat awal lahirnya profesi jabatan Notaris adalah profesi kaum
terpelajar dan kaum yang dekat dengan sumber kekuasaan.1 Sejak awal lahirnya
profesi jabatan Notaris termasuk jabatan yang prestisius, mulia, bernilai
keluhuran dan bermartabat tinggi.2 Jabatan Notaris adalah jabatan umum atau
1
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (INI),2009, Jati Diri Notaris Indonesia, Dulu,
Sekarang, dan Dimasa Mendatang, Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm. 32
2
Ibid, hlm. 33.

1
publik karena Notaris diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, Notaris
menjalankan tugas negara, dan akta yang dibuat, yaitu minuta (asli akta) adalah
merupakan dokumen negara. Pejabat umum adalah pejabat yang diangkat dan
diberhentikan oleh kekuasaan umum (pemerintah) dan diberi wewenang serta
kewajiban untuk melayani publik dalam hal-hal tertentu, karena itu ia ikut
melaksanakan kewibawaan pemerintah.3 Meskipun Notaris adalah pejabat
umum/publik yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, namun Notaris
bukan pegawai pemerintah/negeri yang memperoleh gaji dari pemerintah.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Bagaimana peranan notaris didalam pembuatan akta pendirian koperasi?
2. Apa fungsi dari akta pendirian koperasi yang di buat oleh notaris?
3. Apa hambatan-hambatan yang di hadapi oleh notaris di dalam pembuatan
akta pendirian koperasi dan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan
tersebut?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui peranan notaris didalam pembuatan akta pendirian
koperasi.
2. Untuk mengetahui fungsi dari akta pendirian koperasi yang di buat oleh
notaris.
3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang di hadapi oleh notaris di
dalam pembuatan akta pendirian koperasi dan untuk mengetahui bagaimana
cara untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

3
R. Soesanto, 1982, Tugas, Kewajiban dan Hak-hak Notaris, Wakil Notaris, Pradnya Paramita,
Jakarta, hlm. 75.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan tentang Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta Otentik


Secara etimologi (tata bahasa) tanggung jawab berasal dari bahasa Inggris
yaitu “Responsibility” yang artinya tanggung jawab, bertanggung jawab atau
yang memiliki tanggung jawab.4 Responsibility is a duty or obligation to
satisfactorily perform or complete a task (assigned by someone, or created by
one’s own promise or circumstances) that one must full fill, and which has a
consequent penalty for failure. Pertanggungan jawaban berarti kewajiban
memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas semua hal yang terjadi
dan kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang mungkin
ditimbulkannya.5
Secara etimologi (tata bahasa) kewenangan berasal dari bahasa Inggris
yaitu “Authority” yang artinya kewenangan, yang berwenang atau yang
memiliki kewenangan.6 Authority is the power or right to give orders, make
decisions, and enforce obedience. Kewenangan menurut kamus besar bahasa
Indonesia adalah kekuasaan untuk membuat keputusan memerintah dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Pengertian secara umum
kewenangan adalah hak seorang individu untuk melakukan sesuatu tindakan
dengan batas-batas waktu tertentu dan diakui oleh individu lain dalam suatu
kelompok tertentu.
Salah satu kewenangan notaris adalah membuat akta otentik. Ketentuan-
ketentuan umum yang mengatur tentang bagaimana pentingnya akta otentik
dapat dilihat dalam ketentuan-ketentuan diantaranya sebagai berikut:
1. Pasal 147 KUHPerdata yang berbunyi “Atas ancaman kebatalan, setiap

4
John M. Echols, Hassan Shadily, 2005,Kamus Inggris Indonesia (An English-Indonesian
Dictionary), Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Hlm. 481
5
F. Sugeng Istanto,1994, Hukum Internasional, UAY Press. Jogjakarta. Hlm 77
6
John M. Echols, op.cit, Hlm. 46

3
perjanjian perkawinan harus dibuat dengan akta notaries sebelum
perkawinan berlangsung. Dan selanjutnya”.7
2. Pasal 613 KUHPerdata yang berbunyi “Penyerahan akan hutang piutang
atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan
membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak
atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain. Dan seterusnya”.8

3. Pasal 1171KUHPerdata yang berbunyi “Hipotik hanya dapat diberikan


dengan suatu akta otentik, kecuali dalam hal-hal yang dengan tegas
ditunjuk oleh undang-undang. Begitu pula kuasa untuk memberikan hipotik
harus dibuat dengan suatu akta otentik. Dan seterusnya”.
4. Pasal 1869 KUHPerdata yang berbunyi “Suatu akta otentik memberikan
diantara para pihak beserta ahli waris - ahli warisnya atau orang-orang
yang mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa
yang dimuat di dalamnya.9
5. Pasal 1871 KUHPerdata yang berbunyi “Suatu akta otentik namunlah tidak
memberikan bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya
sebagai suatu penuturan belaka selain sekadar apa yang dituturkan itu
hubungan langsung dengan pokok isi akta.
6. Pasal 1682 KUHPerdata yang berbunyi “Tiada suatu hibah, kecuali yang
disebutkan dalam pasal 1687 KUHPerdata, dapat, atas ancaman batal,
dilakukan selain dengan suatu akta notaries, yang aslinya disimpan oleh
notaris itu.10
Memperhatikan uraian di atas dengan berpedoman kepada ketentuan
perundang-undangan yang ada dalam jabatan seorang notaris melekat dua jabatan
sebagai pejabat negara yang memiliki tugas dan fungsi selain sebagai pejabat
pembuat akta otentik maupun sebagai pejabat pembuat akta pendirian Koperasi.

7
R. Subekti dan R. Tjitrosudibyo. 1992,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya
Paramita Jakarta, Hlm 475
8
Ibid
9
Ibid
10
Ibid

4
Notaris sebagai pejabat negara yang menjalankan profesi pelayanan
hukum kepada masyarakat, yang dalam melaksanakan tugasnya perlu
mendapatkan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum,11
selain itu notaris sebagai pejabat negara mampu memberi jaminan kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat
otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang diselenggarakan
melalui jabatan tertentu.12
Notaris mempunyai tempat kedudukan di daerah kabupaten atau kota,
yaitu keduddukan yang berkenaan dengan pengangkatan sebagai notaries oleh
Kantor kementerian Hukum dan HAM RI, Namun demikian dalam cakupan
wilayah kerja, notaris mempunyai wilayah jabatan meliputi seluruh wilayah
provinsi dari tempat kedudukannya. Notaris wajib mempunyai hanya satu kantor,
yaitu di tempat kedudukannya. Notaris tidak berwewenang secara teratur
menjalankan jabatan di luar tempat kedudukannya.13
Kedudukan notaris sebagai pejabat pembuat akte otentik disebutkan dalam
Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yang menyebutkan :
“Notaris adalah pejabat umum yang berwewenang untuk membuat akte otentik
dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini atau berdasarkan undang-undang lainnya”.
Tugas-tugas yang dilakukan oleh notaris diantaranya membuat akta
otentik. Akta dimaksud, Adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan
notaries menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini. 14
Selain itu bentuk-bentuk akta yang bersifat administrative diatur dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI yang menjelaskan tata
laksana teknis di lapangan.Berkenaan dengan bentuk-bentuk akta otentik yang
dibuat dan merupakan kewenangan notaries dapat dilihat dalam Pasal 15 Undang-

11
Konsideran sub c UU No. 30 Tahun 2004.
12
Ibid
13
Pasal 18 Ayat 1 dan 2, Pasal 19 Ayat 1 dan 2 UU No. 30 Tahun 2004.
14
Pasal 1 Ayat 7 UU No. 30 Tahun 2004

5
Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

B. Peranan Notaris Didalam Pembuatan Akta Pendirian Koperasi


Koperasi berasal dari kata Co-Operative, Co berarti bersama, Operative
berarti bekerja/operasi, sehingga secara harafiah berarti bekerjasama. Koperasi
memiliki kedudukan yang penting yaitu :
a. Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat
b. Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berwatak sosial
c. Koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian nasional dalam rangka
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.15

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tidak disebutkan secara


tegas bahwa notaris yang membuat akta pendirian koperasi adalah notaris yang
merupakan pejabat pembuat akta koperasi yang terdaftar pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi. Hal ini berbeda
dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012
yang mewajibkan notaris yang membuat akta pendirian koperasi adalah notaris
yang merupakan pejabat pembuat akta koperasi yang telah terdaftar pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koperasi.16
Pencabutan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusan No. 28/PUU-IX/2013
mengakibatkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
tersebut tidak lagi mempunyai kekuatan mengikat sebagai undang-undang, dan
juga mengakibatkan pengaturan hukum tentang perkoperasian tersebut kembali
ke Undang-Undang No. 25 Tahun 1992. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Republik Indonesia melalui Surat Edaran No. 169/SE/Dep

15
Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Koperasi, Alumni, Bandung, hlm. 37
16
Hadi Kusuma, 2006, Koperasi Indonesia, Raja Grafindo Persada, hlm. 62

6
1/VI/2014 tanggal 23 Juni 2014 pasca Putusan MK tersebut menyatakan bahwa:
Koperasi yang didirikan berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian tetap sah secara hukum karena Undang-Undang No. 17
Tahun 2012 tentang Perkoperasian pernah berlaku sebagai hukum positif, namun
harus menyesuaikan kembali anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya
sesuai Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dan peraturan
pelaksananya, pendirian koperasi setelah Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait
uji materi atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian
dilaksanakan dengan prosedur dan tata cara sebagai berikut :
a) Pembuatan akta pendirian koperasi, pengesahan badan hukum koperasi dan
perubahan anggaran dasar sejak tanggal 28 Mei 2014 dilakukan berdasarkan
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan peraturan
pelaksanaannya
b) Sehubungan dengan proses penerbitan akta koperasi melalui notaris sesuai
dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM No.
01/Per/M.KUKM/I/2006 tentang Petunjuk Pelaksana, pembentukan
pengesahan anggaran dasar koperasi dan Keputusan Menteri Negara Koperasi
dan UKM No. 98/Kep/M.KUKU/IX/2004 tentang Notaris sebagai pembuat
akta koperasi, maka dengan demikian untuk selanjutnya notaris dapat
menyesuaikan kembali proses tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
c) Perubahan anggaran dasar bagi koperasi yang didirikan berdasarkan Undang-
Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Pasal 12 ayat (2), yang
menyangkut penggabungan, pembagian dan perubahan bidang usaha koperasi
dimintakan pengesahan kepada pemerintah. Perubahan anggaran dasar
koperasi selain sebagaimana dimaksud di atas cukup dilaporkan kepada
pemerintah. Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam uraian
tersebut di atas harus diputuskan dalam Rapat Anggota bagi koperasi yang
didirikan dan yang telah melakukan perubahan anggaran dasar berdasarkan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian sudah tidak lagi

7
mempunyai kekuatan hukum mengikat, maka koperasi wajib melakukan
perubahan anggaran Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
Untuk dapat ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi, notaris
tersebut harus terlebih dahulu mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian
dengan bukti dikeluarkannya sertifikat yang ditandatangani oleh Menteri Negara
Koperasi dan UKM. Maksud dilakukannya pembekalan adalah diharapkan
bahwa para notaris peserta pembekalan tentang perkoperasian dapat mengikuti
pembekalan dengan sungguh-sungguh supaya kelak dapat membantu
memberikan nasihat untuk laju perkembangan koperasi kedepannya. Sehingga
keterlibatan notaris tidak sebatas dalam pembuatan akta koperasi saja, namun
juga ikut peduli terhadap perkembangan koperasi kedepannya. Materi
pembekalan yang diberikan kepada notaris antara lain meliputi nilai-nilai dan
prinsip-prinsip koperasi dan proses pembentukan, penggabungan dan
pembubaran koperasi. Setelah notaris mendapatkan sertifikat bukti telah
mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian yang ditandatangani oleh
Menteri, maka notaris tersebut harus melaporkan kepada Kepala Dinas/Instansi
yang membidangi koperasi ditingkat kabupaten/kota dengan melampirkan : surat
keputusan pengangkatan notaris, sertifikat tanda bukti telah mengikuti
pembekalan di bidang perkoperasian,dan alamat kantor beserta contoh tanda
tangan, contoh paraf dan cap stempel notaris.
Selanjutnya, Kepala Dinas/Instansi yang membidangi koperasi tingkat
kabupaten/kota memberikan tanda terima permohonan dan menyampaikan
berkas pendaftaran tersebut kepada Menteri dengan tembusan kepada Kepala
Dinas/Instansi yang membidangi koperasi tingkat Propinsi/D1 paling lama
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya permohonan
secara resmi. Setelah tahapan tersebut, Menteri Negara Koperasi dan UKM
menetapkan Notaris sebagai Pejabat Pembuatan Akta Koperasi (PPAK) melalui
Surat Keputusan Menteri yang disampaikan langsung kepada notaris yang
bersangkutan, dengan tembusan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi

8
Manusia, Gubernur dan Kepala Dinas/Instansi yang membidangi koperasi
tingkat kabupaten/kota pada tempat kedudukan notaris. Notaris yang telah
menerima Surat Keputusan sebagai Pejabat Pembuat Akta Koperasi (PPAK) dari
Menteri Koperasi harus segera melaporkan kepada instansi koperasi di daerah
kerjanya. Dalam waktu paling lambat 30 hari setelah diterimanya Surat
Keputusan Penetapan, Notaris Pembuat Akta Koperasi wajib menyampaikan
fotokopi dan menunjukkan asli Surat Keputusan Menteri kepada Dinas/Instansi
yang membidangi koperasi tingkat kabupaten/kota. Selanjutnya notaris yang
bersangkutan telah resmi terdaftar sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi di
daerah kerja kabupaten/kota, dan melaksanakan tugas sebagaimana mestinya
sesuai dengan Undang-Undang Jabatan Notaris.
Peranan notaris tidak hanya terkait dengan pembuatan akta pendirian
koperasi saja, namun juga dalam kegiatan-kegiatan koperasi yang lainnya.
Notaris diharapkan dapat membantu memberikan nasihat untuk perkembangan
koperasi kedepannya. Notaris dapat membuat akta-akta koperasi secara utuh,
sehingga para anggota koperasi merasa terarah dalam membangun koperasI
tersebut. Oleh karena itu, akta koperasi yang dibuat oleh notaris dapat
memberikan hal positif dalam pertumbuhan dan perkembangan koperasi.
Diharapkan dengan mengikuti pelatihan secara sungguh-sungguh, para notaris
dapat memahami tentang sosok koperasi, sehingga pada saat berhubungan
langsung dengan koperasi, Notaris dapat dengan benar-benar memberikan
pelajaran yang positif bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan.

C. Fungsi Dari Akta Pendirian Koperasi Yang Dibuat Oleh Notaris


Dilihat dari fungsinya, maka akta berfungsi sebagai :
1. Formalitatis causa (fungsi formal), syarat untuk adanya sesuatu;
2. Probationes causa (satu-satunya alat bukti);
3. Alat bukti. Setidak-tidaknya suatu akta merupakan salah satu alat bukti.
Fungsi dari akta pendirian koperasi yang dibuat oleh notaris adalah
sebagai syarat untuk adanya sesuatu (formlitatis causa). Maksudnya adalah

9
untuk lengkap atau sempurnanya suatu perbuatan hukum, harus dibuat suatu
akta. Disini akta merupakan syarat formal untuk adanya sesuatu, dengan kata
lain tanpa adanya akta tersebut maka tidak ada suatu keadaan hukum atau
hubungan hukum. Disini akta notaris merupakan syarat untuk adanya koperasi.
Jadi untuk koperasi tersebut bisa berbadan hukum, salah satu syaratnya adalah
koperasi tersebut harus melampirkan akta pendirian koperasi yang dibuat oleh
notaris. Apabila koperasi tersebut tidak mempunyai akta pendirian koperasi yang
dibuat oleh notaris, koperasi tersebut tidak bisa berbadan hukum.
Akta yang dibuat oleh notaris adalah akta yang otentik, Akta otentik
adalah suatu tulisan yang dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang
berkuasa untuk membuat itu, menjadi bukti yang cukup bagi kedua belah pihak
dan ahli warisnya dan orang yang mendapatkan hak daripadanya, tentang segala
hal yang disebut dalam akta dan juga yang ada didalam akta sebagai
pemberitahuan, hal terakhir ini hanya jika hal yang diberitahukan itu
berhubungan langsung dengan perihal yang disebut dalam akta itu. Akta otentik
dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
1. Ambtelijke akte atau relaas akteatau Procesverbaal akt Adalah akta yang
memuat keterangan resmi dari pejabat yang berwenang. Jadi akta ini
hanya memuat keterangan dari satu pihak saja, yakni pihak pejabat yang
membuatnya. Akta ini dianggap mempunyai kekuatan pembuktian
terhadap semua orang. Contohnya adalah akta kelahiran, akta nikah.
2. Partij akte (akta pihak) Adalah akta yang memuat keterangan apa yang
dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Partij akte ini
mempunyai kekuatan pembuktian sempurna bagi pihakpihak yang
bersangkutan. Akta pendirian koperasi termasuk didalam Ambtelijke akte.
Setelah dicabutnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian oleh Mahkamah Konstitusi, tidak serta merta mengakibatkan
Koperasi yang didirikan berdasarkan undang-undang tersebut menjadi batal demi
hukum. Akan tetapi pendirian koperasi tersebut tetap sah adanya namun harus
melakukan penyesuaian AD/ART berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992

10
tentang Perkoperasian beserta peraturan pelaksanaannya. Demikian pula halnya sejak
keluarnya putusan MK tentang pencabutan Undang-Undang No. 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian, maka sejak saat itu seluruh ketentuan tentang prosedur dan
tata cara pendirian koperasi dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian beserta peraturan pelaksananya.
Bagi para notaris yang akan membuat akta pendirian koperasi pasca
dicabutnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian tersebut,
maka harus berpedoman kepada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian beserta peraturan pelaksananya. Hal ini disebabkan karena Undang-
Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian sudah tidak punya kekuatan
hukum mengikat lagi, dan sudah tidak berlaku lagi sebagai undang-undang yang
mengatur tentang prosedur dan tata cara pendirian, pengesahan badan hukum
koperasi, perubahan akta pendirian maupun pembubaran koperasi. 17

D. Hambatan-Hambatan Yang Dihadapi Oleh Notaris Didalam Pembuatan


Akta Pendirian Koperasi Dan Cara Mengatasi Hambatan Tersebut
Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh notaries didalam pembuatan akta
pendirian koperasi adalah :
1. Pembekalan tentang perkoperasian bagi notaris calon Notaris Pembuat
Akta Koperasi (NPAK) dirsakan belum memadai. Karena Notaris
Pembuat Akta Koperasi adalah pejabat pertama yang akan berhubungan
langsung dengan para pendiri koperasi dalam rangka pembuatan akta
koperasi. Untuk itu bagi Notaris Pembuat Akta Koperasi diperlukan ilmu
pengetahuan yang cukup besar tentang perkoperasian.
2. Banyak para pendiri koperasi yang datang kepada notaris mereka tidak
memahami apa itu koperasi, sehingga notaris tidak dengan gampang bisa
membuat akta pendirian koperasi.
3. Banyak para pendiri koperasi yang takut untuk datang kepada notaris,
karena banyak dari para pendiri koperasi yang beranggapan bahwa
berurusan dengan notaris membutuhkan dana yang mahal.
17
Sonny Sumarsono, 2003 Manajemen Koperasi : Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 59

11
Cara mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh notaris didalam
pembuatan akta pendirian koperasi adalah:
a. Bagi notaris calon Notaris Pembuat Akta Koperasi sebaiknya diberikan
pembekalan yang cukup besar tentang ilmu perkoperasian dan diberikan
bekal pengalama-pengalaman dari para petugas yang sebelum adanya
Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi dalam menangani pembuatan
akta pendirian koperasi.
b. Banyak para pendiri koperasi yang tidak memahami tentang koperasi,
sehingga dalam hal ini notaris juga harus memberikan penjelasan tentang
koperasi kepada para pendiri. Setelah para pendiri koperasi memahami
tentang perkoperasian, maka Notaris Pembuat Akta Koperasi
membuatkan akta pendirian koperasi yang bersangkutan. Selain itu
Notaris juga harus membantu perkembangan koperasi tersebut ke
depannya, supaya koperasi tersebut dapat berjalan lebih maju.
c. Banyak para pendiri koperasi yang takut untuk datang kepada notaris,
karena mereka menganggap bahwa berhubungan dengan notaris
memerlukan dana yang mahal. Untuk itu, notaris juga harus memberikan
penjelasan kepada para pendiri, bahwa dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 yang
menyebutkan tentang Notaris adalah Pembuat Akta Koperasi

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peran notaris tidak hanya terkait dengan pembuatan akta pendirian
koperasi saja, namun juga dalam kegiatan-kegiatan koperasi yang
lainnya. Akta koperasi yang dibuat oleh notaris dapat memberikan hal
positif dalam pertumbuhan dan perkembangan koperasi. Diharapkan
dengan mengikuti pelatihan secara sungguh-sungguh, para notaris dapat
memahami tentang sosok koperasi, sehingga pada saat berhubungan
langsung dengan koperasi, notaris dapat dengan benar-benar memberikan
pelajaran yang positif bagi perkembangan koperasi yang bersangkutan.
2. Fungsi dari akta pendirian koperasi yang dibuat oleh notaris adalah
sebagai syarat untuk adanya sesuatu (formlitatis causa). Maksudnya
adalah untuk lengkap atau sempurnanya suatu perbuatan hukum, harus
dibuat suatu akta. Disini akta notaris merupakan syarat untuk adanya
koperasi. Jadi untuk koperasi tersebut bisa berbadan hukum, salah satu
syaratnya adalah koperasi tersebut harus melampirkan akta pendirian
koperasi yang dibuat oleh notaris. Jadi kalau koperasi tersebut tidak
mempunyai akta pendirian koperasi yang dibuat oleh notaris, maka
koperasi tersebut tidak bisa berbadan hukum. Akta pendirian koperasi
merupakan ambtelijk akte.
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh notaries didalam pembuatan
akta pendirian koperasi adalah
a. Pembekalan tentang perkoperasian bagi notaris calon Notaris
Pembuat Akta Koperasi (NPAK) dirsakan belum memadai.
b. Banyak para pendiri koperasi yang datang kepada notaris mereka
tidak memahami apa itu koperasi, sehingga notaris tidak dengan
gampang bisa membuat akta pendirian koperasi.

13
c. Banyak para pendiri koperasi yang takut untuk datang kepada notaris,
karena banyak dari para pendiri koperasi yang beranggapan bahwa
berurusan dengan notaris membutuhkan dana yang mahal.
Cara mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh notaris
didalam pembuatan akta pendirian koperasi adalah:
a. Bagi notaris calon Notaris Pembuat Akta Koperasi sebaiknya
diberikan pembekalan yang cukup besar tentang ilmu perkoperasian
dan diberikan bekal pengalama-pengalaman dari para petugas yang
sebelum adanya Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi dalam
menangani pembuatan akta pendirian koperasi.
b. Notaris juga harus memberikan penjelasan tentang koperasi kepada
para pendiri. Setelah para pendiri koperasi memahami tentang
perkoperasian, maka Notaris Pembuat Akta Koperasi membuatkan
akta pendirian koperasi yang bersangkutan. Selain itu Notaris juga
harus membantu perkembangan koperasi tersebut ke depannya,
supaya koperasi tersebut dapat berjalan lebih maju.
c. Banyak para pendiri koperasi yang takut untuk datang kepada notaris,
karena mereka menganggap bahwa berhubungan dengan notaris
memerlukan dana yang mahal. Untuk itu, notaris juga harus
memberikan penjelasan kepada para pendiri tentang undang-undang
yang berkaitan.

B. Saran
1. Sebaiknya Dinas Koperasi dan UKM melakukan sosialisasi mengenai
pentingnya pembuatan akta pendirian koperasi di hadapan notaris.
2. Sebaiknya notaris sebelum membuat akta pendirian koperasi harus terlebih
dahulu dipastikan bahwa para pihak yang akan membuat akta tersebut
benar-benar telah memahami tentang perkoperasian. Kemudian setelah
akta tersebut jadi, maka akta tersebut harus dibacakan di hadapan para
pihak yang berkepentingan dan saksi-saksi dengan harapan supaya tidak
terjadi penyalahgunaan akta di kemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kohar, 1983, Notaris Dalam Praktek Hukum, Alumni, Bandung.


Abdulkadir Muhammad, 1995, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia,
PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Ali Rido, 1977, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan,
Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf,(Bandung: Alumni,1977).
Andjar Pachta W, dan Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay,
2005, Hukum Koperasi Indonesia, BPFHUI, Jakarta
Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Budi Untung, 2005, Hukum Koperasi dan Peran notaris Indonesia, Andi,
Yogyakarta
Chairuman Pasaribu, dan Suhrawardi K. Lubis, 1994, Hukum perjanjian
Dalam Islam, Sinar Grafika, Jakarta
G. Kartasaputra, 2005, Praktek Pengelolaan Koperasi, PT. Rineka Cipta,
Jakarta
G.H.S. Lumban Tobing, 1996, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta
Hadi Kusuma, 2006, Koperasi Indonesia, Raja Grafindo Persada
Ignatius Ridwan Widayadharma, 1994, Hukum Profesi, CV. Ananta, Jakarta
Ima Suwandi, 1985, Koperasi: Organisasi Ekonomi Yang Berwatak sosial,
J. Satria, 1993, Hukum Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung
Liliana Tedjosaputro, 1994, Malpraktek Notaris dan Hukum Pidana, CV.
Agung, Semarang
Mochammad Dja’is, dan RMJ Koosmargono, 2010, Membaca Dan Mengerti
HIR, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Muhammad Adam, 1985, Asal-Usul dan Sejarah Akta Notarial, CV. Sinar
Baru, Bandung
Pandji Anoraga, dan Ninik Widiyanti, 2005, Dinamika Koperasi, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, 2001, Hukum Koperasi Indonesia,
cetakan II, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Revrisond Baswir, 1997, Koperasi Indonesia, BPFE, Yogyakarta
Soegondo Notodisoerjo, 1982, Hukum Notariat di Indonesia Suatu
Penjelasan, CV. Rajawali, Jakarta
Sonny Sumarsono, 2003 Manajemen Koperasi : Teori dan Praktek, Graha
Ilmu, Yogyakarta

15
Sudarsono, dan Edilius, 2004, Manajemen Koperasi Indonesia, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Sudarsono, dan Edilius, 2005, Koperasi Dalam Teori dan Praktek, PT. Rineka
Cipta, Jakarta
Tan Thong Kie, 2000, Buku I Studi Notariat dan Serba-serbi Praktek Notaris,
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta
Tan Thong Kie, 2000, Buku II Studi Notariat dan Serba-serbi Praktek Notaris,
PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
-------------, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2001 tentang Jabatan Notaris.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
123/Kep/M.KUKM/X/2004 Tentang Penyelenggaraan Tugas
Pembantuan Dalam Rangka Pengesahaan Akta Pendirian, Perubahan
Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi Pada Provinsi dan
Kabupaten/Kota.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
124/Kep/M.KUKM/X/2004 Tentang Penugasan Pejabat Yang
Berwenang Untuk Memberikan Pengesahan Akta Pendirian,
Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi di Tingkat
Nasional.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor
98/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris Sebagai Pembuat Akta
Koperasi
Peraturan Pemerintah Nomor: 4 Tahun 1994 Tentang Persyaratan dan Tata
Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan anggaran Dasar
Koperasi

16

Anda mungkin juga menyukai