Oleh :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta petunjuk yang berlimpah, sehingga penulis dapat
Rehabilitasi Bagi Pecandu Napza di Instalasi Napza Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof
bantuan berupa ide, saran, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti
2. Yth. Ibu Prof. dr. Nur Indrawaty Lipoeto, MSc, Ph.D, Sp.GK, selaku
4. Yth. Ibu dr. Adila Kasni Astiena, MARS selaku pembimbing I dalam
pembuatan skripsi.
5. Yth. Ibu Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes selaku pembimbing II dalam
pembuatan skripsi.
6. Yth. Ibu Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes selaku penguji I dalam
pembuatan skripsi.
7. Yth. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, PhD selaku penguji II dalam
pembuatan skripsi.
i
9. Teman-teman di FKM yang telah memberikan semangat, masukan dan
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak yang sifatnya membangun. Semoga semua bantuan, bimbingan,
semangat dan amal kebaikan yang telah diberikan dijadikan amal shaleh dan diridhoi
BP. 1210333027
ii
Alhamdulillahirabbil’alamin… atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT sehingga karya kecil ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Salawat
dan salam tidak lupa dipersembahkan kepada baginda rasulullah yakni Nabi
Muhammad SAW, kalau bukan karena perjuangan beliau memperjuangkan agama
dan menyiarkan ilmu saya mungkin tidak akan bisa menyelesaikan karya saya pada
saat ini.
Mama Irdiralia atas segala dukungan, doa, dan nasehat-nasehat mama. Terima
kasih karena selalu menyebut nama kakak di setiap doa mama. Karya kecil ini
kakak persembahkan khusus buat mama, supaya mama bisa bangga dengan kerja
keras kakak dan bukan untuk membalas pengorbanan mama, karena kakak tau
pengorbanan mama tidak akan bisa dibalas dengan apapun. Terima kasih ya maa..
Buat almarhum papa Zelman Efriadi, terima kasih selalu ada disamping kakak,
kakak yakin papa pasti selalu ngedukung dan mendoakan apa yang kakak
kerjakan. Begitu juga dengan kakak yang selalu mendoakan papa dari sini dan
semoga kakak bisa membuat papa bangga disana juga ya paa
Buat adek-adek tersayang dara dan dedek, terima kasih buat dukungan, bantuan,
dan doanya, sehingga kakak tidak pernah menyerah dan sampai pada detik yang
membahagiakan ini
Buat Ibuk dr. Adila Kasni Astiena, MARS dan Ibuk Dra. Sri Siswati, Apt, SH,
M.Kes sebagai pembimbing saya yang tidak pernah lelah dan selalu sabar untuk
mengajari, mengarahkan, memperbaiki kesalahan, dan menunjukkan kepada saya
hal yang benar. Terima kasih atas bimbingannya selama ini buk dila dan buk sis…
iii
Untuk sahabat-sahabat terbaik yang menemani selama perkuliahan ini,
½ lsn kuu terima kasih selalu ada. Buat Ciam Harza yang selalu menemani kemana-
kemana dan selalu sabar mendengarkan keluh kesal diriku ini, Merisamei bro
Amriani yang menjadi sahabat pertama di kampus dan yang paling tau luar
dalamnya aku ini, Dulfa Roza yang selalu terbully tapi sangat menghibur dan
tempat menggalau yang pas, Depoy Wahyuni yang rela kamar kos nya diberantakin
dan rela memberikan tumpangan tempat kepada mahasiswa yang tak tau mau
kemana karena rumah yang amat sangat teramat jauh ini, Dhilla Mae yang ikhlas
mobilnya dikotori karena ingin membantu kami melepas stress. Thanks a lot guys…
kalau nggak ada kalian hampa lah dunia perkuliahan aku ini (nggak gitu juga sih,
hahaha) tapi emang kalian da best laah
Buat nyonyon dan jelik sahabat kecil terbaik, terima kasih ya tetap ada buat aku
walaupun kita udah beda tempat kuliah, tapi kalian masih tetap menyempatkan diri
untuk membantu dan ngedukung. Muaah, sayang kalian... Buat kak mblo, iki, akil,
terima kasih buat dukungan, bantuan dan kebahagiaan yang diberikan selama
perkuliahan ini. Dan buat teman-teman AKK terima kasih telah menemani dalam
berjuang untuk menyelesaikan perkuliahan ini dan teman-teman kelas A2 terima
kasih telah menemani masa-masa maba dan memberikan warna tersendiri dalam
perkuliahan.
Terakhir buat pembaca skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
membantu, serta mohon do’a nya semoga saya jadi orang sukses yang selalu
bersyukur (amin)
TERIMA KASIH
iv
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
ABSTRAK
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta
mengetahui sejauh mana program rehabilitasi bagi pecandu NAPZA dilaksanakan di
RSJ Prof H.B Saanin Padang Tahun 2015.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Instalasi
NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang pada bulan Januari sampai April 2016.
Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah informan
sebanyak 12 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam,
FGD, Observasi, dan telaah dokumen.
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pelaksanaan program rehabilitasi NAPZA
di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang masih terdapat beberapa kendala
dalam pelaksanaan dikarenakan adanya kekurangan dari segi tenaga, dana, serta
sarana dan prasarana. Selain itu dalam pelaksanaan program rehabilitasi masih ada
program yang belum mencapai target yang telah direncanakan.
Kesimpulan
Program-program rehabilitasi yang ada di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin
Padang beberapa diantaranya sudah berjalan dengan baik, sedangkan yang lainnya,
seperti : After care dan RGD NAPZA masih belum berjalan dengan semestinya.
Disarankan kepada pihak rumah sakit lebih memperhatikan bagaimana pelaksanaan
program rehabilitasi di Instalasi NAPZA, sehingga kedepannya dapat berjalan lebih
baik dan tidak ada lagi program yang tidak mencapai target.
v
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY
ABSTRACT
Objective
The purpose of this research is to obtain in-depth information as well as determine
the extent of the rehabilitation program for drug addicts held in RSJ Prof H.B Saanin
Padang.
Methods
This research uses a qualitative method. This research was conducted in drug
Installation RSJ Prof H.B Saanin Padang in January to April 2016. Determination of
informants done by purposive sampling with the number of informants as many as 12
people. The data collection was done by in-depth interviews, focus group
discussions, observation, and study documents.
Results
The results of the research showed that in the implementation of the program of drug
rehabilitation in drug Installation RSJ Prof H.B Saanin Padang there are still some
obstacles in the implementation due to shortages in terms of manpower, funds, and
facilities. In addition, in the implementation of the rehabilitation program there are
program that has not reached the target that had been planned.
Conclusions
Rehabilitation programs that exist in drug Installation RSJ Prof H.B Saanin Padang
some of which are already running well, while others, such as: After care and drugs
emergency room are still not running properly. It is suggested that the hospital more
attention to how the implementation of the rehabilitation program in the Installation
drugs, so that the future can walk better and there is no program that does not reach
the target.
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENGESAHAN
ABSTRAK................................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................................vi
vii
2.2 Jenis-jenis NAPZA............................................................................................. 9
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1 : PENDAHULUAN
sudut kesehatan fisik, psikis, dan sosial. NAPZA juga sering disebut sebagai
psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak sehingga menimbulkan perubahan
(1)
perilaku, perasaan, dan pikiran.
relaksasi dan hidup mereka tidak berputar di sekitar narkoba. Pengguna jenis ini
disebut juga pengguna sosial rekreasional. Penyalah guna adalah seseorang yang
tersebut bisa muncul dari ranah fisik, mental, emosional maupun spiritual. Penyalah
guna selalu menolak untuk berhenti sama sekali dan selamanya. Sedangkan pecandu
adalah seseorang yang sudah mengalami hasrat/obsesi secara mental dan emosional
serta fisik. Bagi pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain memperoleh
rata-rata dunia. Bila tidak ada kesungguhan untuk memeranginya, diprediksi pada
1
2
tahun 2016 tingkat prevalensinya akan mencapai 2,8 persen. Artinya pengguna
Indonesia periode 2014, angka prevalensi pecandu napza sebesar 2,2 persen atau
setara dengan 3,8-4,2 juta orang. Sedangkan proyeksi angka prevalensi internasional
sebesar 2,32 persen. Kondisi ini naik dibandingkan angka prevalensi di Indonesia
4.022.702 orang. Angka ini naik dibandingkan pada tahun 2011 yang hanya sebesar
3,8 juta orang. Di Sumatera barat, pada tahun 2013 angka pecandu napza mencapai
63.783 orang dan pada tahun 2014 angka tersebut naik sehingga mencapai 65.208
orang. Menurut BNNP hal ini sudah masuk dalam fenomena yang membahayakan.
Dari 65.208 orang pecandu, yang sudah melaporkan diri secara sukarela baru
rehabilitasi jalan.(3)
narkoba. Faktor individu/diri sendiri dipicu oleh keingintahuan yang besar untuk
mencoba, tanpa sadar atau berfikir panjang tentang akibatnya di kemudian hari.
dsb. Sedangkan faktor ketersediaan narkoba dipicu oleh NAPZA yang semakin
mudah didapat dan dibeli dan harganya yang semakin murah dan dapat dijangkau
ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan sejumlah Napza yang
gejala putus zat (withdrawal syndrome). Oleh karena itu bagi mereka yang sudah
cara apapun agar dapat melakukan kegiatannya sehari – hari secara normal terlebih
pertolongan medis. Bila keadaan ini tidak diatasi dengan tepat, maka akan berakhir
keracunan, over dosis, komplikasi medis atau penyakit seperti AIDS, hepatitis,
hidup dan masa depan penyalahgunanya saja, namun juga masa depan bangsa dan
negara, tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan.
maupun seks bebas. Selain itu, negara juga akan menderita kerugian dikarenakan
masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan yang meningkat, belum lagi
sarana dan prasarana yang harus disediakan untuk mengobati korban narkoba. (7)
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis adalah suatu
kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial, agar bekas
masyarakat.(6)
terpadu antara medis, keagamaan, dan sosial. Dalam teknik terpadu ini selain
pengobatan medis pecandu juga diberikan siraman rohani yang akan memperkuat
keimanan dan ketaqwaan, serta menjadikannya pribadi yang kuat, sehingga tidak
akan kembali menggunakan NAPZA. Hal ini tentu akan membantu dalam upaya
penurunan angka pecandu NAPZA. Selain itu, pecandu juga diberikan keterampilan-
rehabilitasi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh
Khairul tahun 2013 di Instalasi Wisma Sirih Sungai Bangkong Pontianak, bahwa
rehabilitasi yang menggunakan teknik terpadu akan membuat para pecandu lebih
Proses rehabilitasi NAPZA ini akan didapat setelah pecandu melapor kepada
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) yang ada. Berdasarkan Keputusan Menkes
atau pecandu narkoba, sebagai proses rehabilitasi. IPWL merupakan langkah yang
bukan hanya sekedar pemberantasan, tapi juga proses rehabilitasi pecandu yang
Setiap pecandu narkoba wajib melaporkan diri ke IPWL, apabila tidak maka akan
Padang diantaranya Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. HB. Sa'anin Padang, RS M.
Di Sumatera Barat, khusunya Padang salah satu IPWL dan tempat rehabilitasi
narkoba yang memiliki instalasi NAPZA satu-satunya adalah Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Prof H.B Saanin Padang. Program rehabilitasi di instalasi NAPZA ini
merupakan program unggulan dari direktorat kesehatan jiwa dan NAPZA dan sangat
Setelah dilakukan survei data awal di RSJ Prof H.B Saanin Padang
ada beberapa program yang pelaksanaannya tidak mencapai target, ada program yang
tidak terlaksana sama sekali di tahun 2015, dan juga banyaknya pasien rehabilitasi
residensial atau rawat inap. Program 6 bulan ini belum mencapai target yang
ditetapkan dikarenakan baru dijalankan. Sedangkan untuk program after care tidak
terlaksana sama sekali dari target 2 kali/tahun dan untuk program ruang gawat
darurat NAPZA (RGD) sudah tidak dilaksanakan lagi pada tahun 2015. Selain
program yang tidak mencapai target, juga ditemukan pasien yang tidak
rincian : pasien yang lari sebesar 21,9% dan yang dipulang paksa sebesar 13,4%.
Dikarenakan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui apa saja program-
program pelayanan bagi pecandu NAPZA yang terdapat di Instalasi NAPZA RSJ
6
NAPZA di Instalasi NAPZA Rumah Sakit Jiwa Prof H.B Saanin Padang. Aspek-
Padang
pecandu NAPZA
berikut.
NAPZA?
rehabilitasi bagi pecandu NAPZA dijalankan atau dilaksanakan di RSJ Prof H.B
program rehabilitasi bagi pecandu NAPZA di RSJ Prof H.B Saanin Padang.
rehabilitasi bagi pecandu NAPZA di RSJ Prof H.B Saanin Padang, khususnya
NAPZA, manfaat, serta kendala yang ada di Instalasi NAPZA di RSJ Prof H.B
c. Sebagai bahan informasi bagi pihak terkait atau yang berwenang tentang
kecanduan NAPZA.
pecandu NAPZA yang ada di RSJ Prof H.B Saanin Padang pada tahun 2015. Sasaran
penelitian adalah semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program rehabilitasi
pecandu NAPZA di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang. Metode ini
sejauh mana program telah dilaksanakan, manfaat dan tingkat keberhasilan program
2.1 Narkoba
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia
baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya.
1. Narkotika
2. Psikotropika
Psikotropika dan Zat Adiktif). Penyalahgunaan dari NAPZA ini merupakan masalah
yang kompleks dan memiliki dimensi yang luas baik dari sudut medis, psikiatrik,
(10)
kesehatan jiwa maupun psikososial.
9
10
tertentu.
2. Psikotropika
LSD, ST
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
(Ritalin).
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
3. Zat Adiktif
sebelum menjadi pecandu aktif. Zat adiktif yang akrab ditelinga masyarakat
ialah nikotin dalam rokok dan etanol dalam minuman beralkohol dan pelarut
cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang
pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih
berat.
4. Penyalahgunaan (abuse)
ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik,
perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering
bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu
Yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian
masyarakat(10).
penyalahguna narkoba yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih
narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun
psikis.(12)
menerus, dan apabila pemakaiannya dihentikan gejala putus zat. Berat ringannya
gejala putus zat bergantung pada jenis narkoba, dosis yang digunakan, serta lama
pemakaian. Makin tinggi dosis yang digunakan dan makin lama pemakaiannya,
1. Perubahan perilaku
2. Sering mengantuk
pemalas dan suka melamun. Para calon pecandu ini biasanya mulai cuek
dengan jarang mandi dan tidak mempedulikan penampilan. Namun, pada saat
yang berbeda dia bisa berubah menjadi seseorang yang sangat berenergi dan
rajin sekali. Perubahan ini karena dia memakai zat tertentu yang membuat dia
lebih bersemangat.
3. Sering bolos
Apabila dia adalah anak sekolah, biasanya dia malas dan suka bolos
sekolah. Ia juga jarang berada di rumah dan sering menghindari acara yang
4. Prestasi menurun
dan melamun. Prestasi akan menurun drastis karena sering absen mengikuti
pelajaran di sekolah.
untuk mengurung diri di kamar atau sendirian. Para pecandu ini tidak ingin
pecandu dan ini adalah hal yang umum. Bila teman kamu seorang pecandu,
7. Suka mencuri
memuaskan hasrat mereka. Ini berarti uang saku harian atau bulanan mereka
8. Stres
susah tidur. Mereka juga menjadi mudah curiga dan sering mencemaskan
sesuatu.
9. Pikun
menjadi cepat lupa bahkan untuk hal yang sangat penting. Mereka jadi
karena gaya atau supaya terlihat misterius, para pecandu ini akan berusaha
Selain itu ciri-ciri pecandu NAPZA dapat juga dilihat berdasarkan jenis obat
(5, 14)
yang dikonsumsinya, seperti :
Pecandu jenis pil biasanya akan menunjukan ciri umum cadel. Bahkan
bicaranya juga kadang meracau, tidak jelas. Suka keluar rumah, selalu riang
jika mendengar musik house, wajah terlihat lelah, bibir suka pecah-pecah dan
2. Ganja
16
akan terlihat gugup. Karena, kebanyakan pemakaian ganja seperti rokok tidak
jarang ada pecandu yang sering mampet hidungnya serta berair, seperti flu.
Cenderung lusuh, mata merah, kelopak mata mengatup terus, doyan makan
karena perut merasa lapar terus dan suka tertawa jika terlibat pembicaraan
3. Sabu-Sabu
efek saat menghisap sabu. Ketika dihisap dan dikeluarkan lewat hidung ada
sensasi gatal di lubang hidung. Bahkan pemakai jenis ini akan selalu merasa
gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika
diajak bicara, mata sering jelalatan, karakternya dominan curiga, apalagi pada
orang yang baru dikenal, badan berkeringat meski berada di dalam ruangan
4. Pecandu putauw
karena kondisi badan selalu kedinginan, badan kurus, layu serta selalu apatis
menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Dampak yang negatif itu
sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia
dikonsumsi secara umum dan bebas oleh masyarakat. Oleh karena itu obat dan
17
ragam.
tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya
3. Depresan, efek dari narkoba yang bisa menekan sistem syaraf pusat
tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri.
Contohnya putaw
ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan
putaw
5. Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun
organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka
5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba
6. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta
7. Bisa dijebloskan ke dalam penjara yang sangat menyiksa lahir dan batin.
pengrusakan(13).
Namun orang normal yang depresi dapat menjadi pemakai narkoba karena
Selain dampak langsung dan tidak langsung, kecanduan NAPZA juga dapat
(13, 15)
menimbulkan :
1. Dampak fisik
jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan obat-
obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita bahkan dapat
20
berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi
Alkohol juga meningkatkan cytocell dan mitokondria yang ada di dalam liver
untuk menetralisir zat-zat yang masuk. Sel-sel tubuh ini menjadi tergantung
semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada kelebihan
suatu jenis enzim dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja,
akan dilakukan secara berlebihan pada masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.
narkoba dengan cepat berubah menjadi GPO yang sangat tidak mengenakkan
Bagi para pecandu, ketakutan terhadap sakit yang akan dirasakan saat
mengalami GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka sulit untuk
mau merasakan pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur tubuh dan persendian,
kram otot, insomnia, mual, muntah, dll yang merupakan selalu muncul bila
yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong,
gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul
akibat infeksi virus (Hepatitis C dan HIV/AIDS) yang sangat umum terjadi di
2. Dampak mental
setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental,
menganggap bahwa sakaw dan sugesti adalah hal yang sama, ini adalah
anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan merupakan istilah lain untuk
seorang pecandu, karena di satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin
mencegahnya. Bayangkan saja bila Anda harus berperang melawan diri Anda
22
sendiri, dan Anda sama sekali tidak bisa sembunyi dari suara-suara itu karena
tidak ada tempat dimana Anda bisa sembunyi dari diri Anda sendiri dan tak
tidak lagi menggunakan akal sehat karena pikirannya sudah terobsesi dengan
narkoba dan nikmatnya efek dari menggunakan narkoba. Sugesti inilah yang
Sugesti ini tidak bisa hilang dan tidak bisa disembuhkan, karena inilah
penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti, tetapi para pecandu akan tetap
memiliki sugesti bahkan saat hidupnya sudah bisa dibilang normal kembali.
Sugesti memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kita dapat merubah cara kita
satunya hal yang ada didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua daya
seorang pecandu yang sudah keluar dari sebuah tempat pemulihan sudah
23
3. Dampak emosional
seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba
dan jenis-jenis narkoba yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-
kekerasan. Terutama bila orang tersebut pada dasarnya memang orang yang
pikiran yang terobsesi oleh narkoba dan penggunaan narkoba, maka ia tidak
Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan
saja. Satu saat tampaknya ia baik-baik saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba
ada di dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga seorang alkoholik
Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain, satu-satunya hal
yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa terus
tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang tadinya selalu
bersikap manis, sopan, riang, dan jujur berubah total mejadi seorang pecandu
perubahan yang muncul ini bukan perubahan ringan, karena pecandu adalah
orang-orang yang memiliki perasaan dan emosi yang sangat mendalam. Para
dan emosi kita. Di bawah pengaruh narkoba, ia dapat merasa senang dan
Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah satu dampak
tidak memiliki pola pikir dan kestabilan emosi seperti layaknya orang-orang
lain seusianya.
4. Dampak spiritual
sekitarnya. Tidak ada hal lain yang lebih penting daripada narkoba, dan ia
26
Narkoba menjadi jauh lebih penting daripada istri, suami, pacar, anak,
atau bekerja seperti biasa, bila sebelumnya ia termasuk rajin beribadah bisa
dipastikan ia akan menjauhi kegiatan yang satu ini, apalagi dengan khotbah
dunianya sendiri dan mengisolasi dirinya dari dunia luar, yaitu dunia yang
narkoba selalu setia dan selalu dapat memberikan efek yang diinginkannya.
tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing needle,
seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja, tetapi juga harus mencakup
ketiga aspek lainnya sebelum pemulihan itu dapat dianggap sebagai suatu
- Berlajar mengatakan tidak kepada diri sendiri dan orang lain, yang menawarkan
- Tidak usah terpancing lingkungan, sekalipun diri kita di anggap kuper oleh orang
- Bergaul dengan teman yang baik dan jauh dari barang haram tersebut
- Ciptakan suasana yang hangat dan nyaman sehingga membuat kita nyaman
dirumah
obat terlarang. Selain itu, kita sebagai anggota masyarakat perlu memberi
informasi kepada pihak yang berwajib jika ada pemakai dan pengedar
Peran Sekolah
tentang bahaya penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika bagi diri pribadi,
keluarga, dan orang lain. Selain itu, sekolah perlu mendorong setiap siswa
untuk melaporkan pada pihak sekolah jika ada pemakai atau pengedar zat
sanksi yang mendidik untuk setiap siswa yang terbukti menjadi pemakai atau
(13)
pengedar narkoba.
Peran Pemerintah
dan psikotropika dengan cara mengeluarkan aturan hukum yang jelas dan
pembuat, dan penyimpan narkoba perlu diberikan sanksi atau hukuman yang
membuat efek jera bagi si pelaku dan mencegah yang lain dari kesalahan
yang sama.
b) Kuratif (Pengobatan)
rehabilitasi.
c) Rehabilitatif (Rehabilisasi)
narkoba.
d) Represif (Penindakan)
terlarang dapat kembali sehat, yang meliputi sehat jasmani atau fisik (biologik), jiwa
tertentu dengan kepentingan khusus yang dapat memasuki area ini. Rehabilitasi
atau perawatan bagi para pecandu narkotika, agar para pecandu dapat sembuh dari
30
1. Rehabilitasi Medis
rehabilitasi, program rehabilitasi rawat jalan atau rawat inap, dan program
jalan dan/atau rawat inap sesuai dengan rencana rehabilitasi yang telah
(19)
disusun dengan mempertimbangkan hasil assesmen.
(20)
Pelaksanaan rawat jalan meliputi:
(dua belas) langkah dan pendekatan filosofi lain yang sudah teruji
secara ilmiah.
2. Rehabilitasi Sosial
e. Bimbingan fisik
g. Pelayanan aksesibbilitas
i. Bimbingan resosialisasi
k. Rujukan
a. Pendekatan awal
d. Pemecahan masalah
e. Resosialisasi
f. Terminasi; dan
g. Pembinaan lanjut
(6)
Selain itu, ada program rehabilitasi yang lamanya 3 bulan mencakup:
(individual psychotherapy)
c) Pendidikan umum
d) Pendidikan keterampilan
f) Rekreasi
Selain itu juga ada program intervensi psikososial yang terdiri dari :
b) Konseling Dasar
e) Pencegahan Kekambuhan
f) Program 12 Langkah
g) Layanan Penunjang
(8)
Hasil yang Diharapkan seusai menjalani program rehabilitasi ini adalah:
3. Memiliki keterampilan
masyarakat.
prosedur:
rehabilitasi.
dan Badan Narkotika Nasional standar pelayanan dalam rehabilitasi NAPZA adalah
dalam mengatasu gejala putus NAPZA dan merupakan langkah awal dari proses
panjang terapi gangguan penggunaan NAPZA dengan cara yang aman dan efektif.
Tujuannya adalah untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan fisik dan atau psikis
yang terdiri dari : dokter dan perawat dengan pelatihan dasar penatalaksanaan medik
Fasilitas dan peralatan minimal yang harus ada dalam pelayanan detoksifikasi
adalah :
a. Peralatan medik
1. Stetoskop
2. Pen light
3. Tensimeter
4. Timbangan
5. Tempat tidur
6. Oksigen
2. Cairan dextrose
3. Mannitol
4. Nolaxone HCL
5. Antagonis opiat
9. Analgetik
10. Spasmolitik
1. Meja, kursi
3. Meja periksa
4. Step stool
6. Telepon
8. Lemari obat
adalah ruangan yang memiliki kecukupan cahaya baik dengan listrik maupun
limbah sesuai pedoman sanitasi rumah sakit, baik untuk limbah padat dan
cait.
mengatasi kondisi gawat dan darurat baik fisik maupun psikis akibat penggunaan
NAPZA yang dapat mengancam kehidupan diri sendiri maupun orang lain. Layanan
gawat darurat NAPZA harus dilakukan dengan cepat dan akurat dengan mengikuti
dengan tujuan :
b. Staf dokter umum dan perawat terlatih NAPZA dangan sertifikat PPGD.
c. Tenaga administrasi
37
Sedangkan fasilitas dan peralatan minimal yang harus ada dalam layanan
1. EKG
2. Tabung oksigen
3. Suction
4. Peralatan resusitasi
5. Tiang infus
7. Tempat tidur yang dapat dirubah posisi ketinggian kepala dan kaki
8. Autoclave/sterilisator
rawat inap jangka pendek maupun panjang. Tujuannya adalah untuk membantu
sarana pemberi layanan rehabilitasi sesuai dengan jenis penggunaan NAPZA dan
psikologis klinis, dokter, perawat, pengajar agama, maupun praktisi lain yang
2. Model Minnesota
kognitif yang baik, kondisi mental stabil, dan motivasi pemulihan yang kuat.
adiksi, pendidik, psikologis klinis, pengajar agama, maupun praktisi lain yang
3. Model medis
penyakit fisik lainnya. Tenaga yang diperlukan dalam layanan rehabilitasi ini
dengan dokter, asisten apoteker (apoteker), ahli gizi maupun praktisi lain
Sarana dan prasarana yang harus ada dalam pelayanan rehabilitasi NAPZA
meliputi :
d. Ruang tidur
g. Hall atau ruang serba guna (ruang makan, pertemuan, seminar, grup sesi,
dll)
h. Ruang kantor
i. Ruang ibadah
psikolog klinis
Sarana dan prasarana yang harus ada dalam pelayanan rawat jakan non
rumatan adalah :
3. Ruang tunggu
4. Kamar mandi/WC
sintetis agonis atau agonis parsial dengan cara oral/sub-lingual dibawah pengawasan
dokter yang terlatih, dengan merujuk pada pedoman nasional. Tujuannya adalah
Tenaga dan petugas yang sudah mengikuti pelatihan dalam terapi rumatan
terdiri dari :
2. Perawat
3. Psikolog
4. Pekerja sosial
42
7. Petugas Laboratorium
8. Konselor
9. Petugas Keamanan
jalan yaitu :
2. Ruangan : memiliki beberapa ruangan yang terdiri dari ruangan untuk ruang
Prasarana :
1. Cahaya seluruh ruangan dalam sarana pelayanan rawat jalan rumatan adalah
ruangan yang memiliki kecukupan cahaya baik dengan listrik maupun cahaya
2. Limbah sarana pelayanan rawat jalan rumatan harus memiliki tata cara
pembuangan limbah sesuai pedoman sanitasi rumah sakit, baik untuk limbah
3. Sarana pelayanan rawat jalan rumatan harus memiliki tempat cuci tangan
mengalami gangguan penggunaan NAPZA dalam suatu periode, baik itu merupakan
43
penyakit primer maupun sekunder yang satu sama lain saling terkait dan dapat
memperburuk kondisi klinis klien. Pelayanan dapat dilaksanakan secara rawat jalan
1. Ruang periksa
1. Bed fiksasi
3. Ruang isolasi
4. Ruang konseling/psikoterapi
6. Ruang rekreasi
44
2. Situasi mental emosional pasien mencapai kondisi stabil dalam waktu 3 bulan
metode untuk menunjang penegakan diagnosis dari tindakan, tidak untuk proses
Tes urin harus disertai dengan wawancara dan pemeriksaan klinis yang dapat
memperkuat hasil pemeriksaan tersebut. Ada 2 tipe tes urin, yaitu : tipe cepat
laboratorium.
1. Analis
2. Dokter
3. Perawat
4. Konselor
5. Psikolog
6. Pekerja sosial
45
dilakukan oleh :
1. Analis
Interpretasi hasil dilakukan oleh : dokter spesialis patologi klinik dan dokter.
Fasilitas dan peralatan yang harus ada dalam pelaksanaan pelayanan tes urin
ini adalah :
gangguan penggunaan NAPZA dan dual diagnosa. Formulir data pasien gangguan
ini adalah :
adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat
sampai tiga minggu, hingga hasil tes urin menjadi negatif dari zat adiktif.
Karena pada prinsipnya tes HIV tidak boleh dilakukan dengan paksaan atau
tahapan pertama adalah pre konseling, pada tahap ini dilakukan pemberian
informasi tentang HIV dan AIDS, cara penularan, cara pencegahannya dan
Konselor tidak akan memaksa klien untuk melakukan tes HIV. Klien bisa
kembali lagi kapan saja. Jika klien mau tes HIV, konselor akan memberikan
informed consent atau izin dari klien untuk melakukan tes HIV. Dalam surat
menerima informasi yang berhubungan dengan tes ini, HIV dan telah
menjalani penilaian risiko klinis. Klien juga menyatakan jika dirinya bersedia
steril juga biasanya terjadi penularan berbagai penyakit menular, antara lain
narkoba penghidupan seks nya juga tidak terkontrol, sehingga banyak yang
Tidak hanya itu, banyak juga yang mengalami gangguan saraf yang
Yang diutamakan dalam terapi medis ini adalah agar individu secara fisik
menjadi sehat, sehingga dapat mengikuti terapi psikis dan mengikuti proses
swadaya.(15)
49
2.8.5 Pengawasan
Setelah mantan penyalahguna narkoba dinyatakan boleh keluar dari
berarti telah tuntas tugas panti rehabilitasi. Masih ada tugas yang perlu
dilakukan yaitu pemantauan selama satu hingga dua tahun. Hal ini bertujuan
narkoba. Tentu saja hal ini tidak mudah dilakukan dan sangat memerlukan
(10)
bantuan dari pihak yang terkait.
2.9 Evaluasi
(24)
2.9.1 Pengertian Evaluasi
Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian
atau penaksiran. Evaluasi adalah suatu kegiatan sistematis dan terencana untuk
Azwar, evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam
membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah
ditetapkan kemudian dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap
Dengan kata lain, Evaluasi adalah suatu metode dan proses penilaian dan
pelaksanaan tugas seseorang atau sekelompok orang atau unit-unit kerja dalam satu
perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan
lebih dahulu. Evaluasi kinerja merupakan cara yang paling adil dalam memberikan
dengan hasil yang diharapkan dalam kegiatan, apa sudah tercapai apa belum tercapai.
Selain itu juga menyediakan informasi untuk pembuat keputusan dalam suatu
50
kebijakan, nilai yang dihasilkan dari evaluasi membuat suatu kebijakan bermanfaat
terutama dalam mencari peluang perbaikan yang tidak ditetapkan terlebih dahulu.
Serta untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi
kepada penggunaan sumber daya secara efektif dan efisiensi ekonomis . Untuk
dari aspek tertentu misalnya kemajuan kerja,dan program kerja tahunan. Untuk
dengan istilah program dan kegiatan. Program adalah bentuk instrument kebijakan
yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program. Kegiatan terdiri atas sekumpulan tindakan pengetahuan sumber daya baik
berupa personil (sumber daya manusia), maupun yang berupa modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis
sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
pengorganisasian.
Jadi, evaluasi program merupakan satu metode untuk mengetahui dan menilai
efektivitas suatu program dengan membandingkan kriteria yang telah ditentukan atau
tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang dicapai. Hasil yang dicapai dalam
target tertentu.
masyarakat.
atau imbalan pada karyawan. Evaluasi kerja tentu saja bertujuan untuk menjamin
mencapaian sasaran serta tujuan perusahaan. Selain itu tujuan evaluasi untuk
karyawan. Evaluasi ini sangat berguna untuk mengetahui adanya ketidak beresan
penyimpangan yang telah terjadi, setelah di evaluasi maka akan di ketahui semua
Selain itu tujuan evaluasi juga untuk menjamin pencapaian sasaran dan tujuan
perusahaan dan juga untuk mengetahui posisi perusahaan dan tingkat pencapaian
penyimpangan supaya segera diperbaiki, sehingga sasaran atau tujuan tercapai. Hasil
yaitu:
program.
program.
langkah-langkah : (25)
2. Evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil
akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu
1. Evaluasi input meliputi pertimbangan tentang sumber dan strategi yang akan
3. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut
4. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu
Program Kesehatan. Jika dikaitkan dengan pengertian tentang kesehatan yang luas,
maka ruang lingkup evaluasi pun dapat menjadi luas pula. Namun pada dasarnya
(24)
ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat dibedakan atas 4 kelompok yaitu :
sumber daya, baik sumber dana, tenaga maupun sarana. Evaluasi ini
apakah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Proses yang
sebagainya.
mengetahui apakah hasil yang dicapai suatu program sudah sesuai dengan
bahwa suatu penelitian berawal dari adanya masalah dengan terlebih dahulu berusaha
Evaluasi
keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi.
Dengan digunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih
lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat
dicapai. Sedangkan dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang
bersifat empirik dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit
diungkapkan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode kualitatif agar diperoleh
data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
Prof H.B Saanin Padang. Dimulai dari bulan Januari – April 2016.
yang dipandang tahu atau memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan tujuan
58
59
pengumpul data. Data primer berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui
(FGD).(26)
60
kepada peneliti. Data sekunder didapat dari telaah dokumen yang berkaitan dengan
data-data/ dokumen yang sudah tersedia dan diperoleh oleh peneliti dengan cara
uraian, juga penjelasan data dari informan baik lisan maupun data yang dokumen
tertulis, perilaku subjek yang diamati di lapangan juga menjadi data dalam
pihak terkait yang dianggap perlu untuk dikumpulkan datanya, dari data hasil
Rekaman dalam bentuk audio dan video ini juga diperlukan sebagai bukti
2. Catatan lapangan
lapangan penelitian, dan hal ini berkisar pada isi catatan lapangan, model, dan
3. Dokumentasi
tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi objektif, juga silsilah
4. Foto
namun sangat mendukung untuk kondisi objek penelitian. Dengan foto dapat
Di Instalasi Napza Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof H.B Saanin Padang Tahun 2015
dilakukan kepada Kepala bidang pelayanan RSJ Prof H.B Saanin Padang,
Kepala Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang, Kepala Ruangan
Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang, dan pasien atau keluarga
pecandu NAPZA.
adalah :
Penetapan/Putusan Pengadilan
penelitian.
4. Buku catatan, berfungsi mencatat setiap hasil wawancara dengan sumber data
NAPZA
b. Pelayanan
Rawat Inap
Detoksifikasi
Residential
Program
After Care
c. Pengawasan
3. Output
Sesuai dengan
SOP
Tercapainya
target pelayanan
b. Penyajian data
(data display). Data dan informasi yang didapat disajikan dalam bentuk narasi
dan dikategorisasikan.
bersifat sementara dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya atau pada
semua data tersebut, dilakukan dengan cara analisis isi (content analysis) yaitu
yang ada dan tinjauan pustaka, dan dilengkapi dengan telaah dokumen. Proses
b. Proses transkrip data dengan menuliskan semua data yang didapat dari
yang sama dengan teknik yang berbeda. Untuk menjaga kevalidan data,
BAB 4 : HASIL
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat Kelas
”A” dengan kapasitas 316 tempat tidur, berlokasi di Jalan raya Ulu Gadut,
Kecamatan Pauh, Kota Padang. Rumah Sakit Jiwa Prof H.B Saanin Padang resmi
didirikan pada tahun 1932, dahulunya disebut dengan tempat Koloni Orang Sakit
Djiwa (KOSD). Pada 21 Januari 1947 dikarenakan agresi Belanda, KOSD sempat
(Pimpinan RSU waktu itu Dr.H. Hasan Basri Sa`anin Dt.Tan Pariaman) kemudian
bangsal di Ulu Gadut dan pasien dikembalikan secara bertahap, dan KOSD diubah
namanya menjadi Rumah Sakit Jiwa Ulu Gadut. Sejak tahun 1961 statusnya diubah
menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Ulu Gadut Padang (kapasitas 110 tempat tidur) dan
(UPT), Rumah Sakit Jiwa Pusat Ulu Gadut berganti nama menjadi RSJ Prof. Dr. HB.
Sumatera Barat.
Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor : 7 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dan Peraturan Gubernur Sumatera
Barat No. 6 tahun 2011 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Rumah
68
Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Adapun visi dan misi dari RSJ Prof H.B Saanin
Padang adalah :
b. Misi :
Jiwa Prima.
tercatat sebanyak 345 orang. Untuk pelaksanaan Instalasi NAPZA dipegang oleh
seorang tenaga yang menjabat sebagai Kepala Instalasi NAPZA yang nantinya akan
Adapun rincian tenaga yang ada di RSJ Prof H.B Saanin Padang adalah,
Table 4.1 Data Tenaga Kerja Di RSJ Prof H.B Saanin Padang Tahun 2015
No Fungsi Jumlah
1. Tenaga Medis
- Dokter Spesialis Jiwa 5
- Dokter neurologi 1
- Dokter Umum 13
- Dokter Gigi 1
2. Tenaga Magister Psikolog 3
3. Tenaga Magister Farmasi 1
4. Tenaga Apoteker 3
69
dalam upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan, karena apabila kedua hal ini
tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan rencana. Sarana dan prasarana yang ada di RSJ Prof H.B
(28)
Saanin Padang adalah :
4. Taman : 5.979 m2
8. Ruangan : 12 unit
a. Anggrek ( VIP ) = 14 tt
b. Flamboyan ( Kelas I ) = 25 tt
c. Cendrawasih ( Kelas II ) = 40 tt
d. PICU/IGD ( Kelas II ) = 12 tt
i. Dahlia = 18 tt
interview) dan focus group discussion (FGD) terhadap informan terkait dalam
pelaksanaan program rehabilitasi NAPZA di RSJ Prof H.B Saanin Padang serta
Focus Group Discussion dilakukan dengan enam orang petugas yang ada
rehabilitasi di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang. Dari hasil wawancara
penyelenggaraan Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang adalah Permenkes
RI nomor 50 tahun 2015 tentang “Petunjuk Teknis Pelaksanaan Wajib Lapor dan
Narkotika”. Selain itu juga ada tentang pelaksanaan wajib lapor pecandu NAPZA
yaitu Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2011, seperti yang diungkapkan oleh
informan berikut :
(…) Peraturan Menteri Kesehatan nomor 50 tahun 2015 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan wajib lapor dan rehabilitasi medis bagi pecandu, penyalahguna, dan
korban penyalahgunaan narkotika. Ini dasarnya. Kalau undang-undangnya itu UU
no. 35 tahun 2009 tentang narkotika, Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2011
tentang pelaksanaan wajib lapor penyalahguna narkotika (…) (Inf -1)
(…) Kebijakan yang dipakai yang terbaru itu Permenkes no. 50 tahun 2015, karena
semuanya ada di permenkes terbaru. Peraturan-peraturan sebelumnya juga ada,
seperti UU nomor 35 tahun 2009 tentang Institusi Penerima Wajib Lapor, RSJ ini
juga merupakan salah satunya. Habis itu juga ada tentang pelaksanaan wajib lapor,
yaitu Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2011. (…) (Inf -3)
NAPZA juga berpedoman kepada Permenkes No. 50 tahun 2015. Dari hasil
72
wawancara mendalam yang telah dilakukan, diketahui bahwa petunjuk teknis dan
(…) Juknis dan juklak ada, soalnya SOP kita punya kan. Itu berpedoman ke
Permenkes nomor 50 tahun 2015 yang terbaru (…) (Inf -2)
(…)Juklak dan juknis juga berpedoman kepada Permenkes No.50 tahun 2015. Kalau
untuk sosialisasi sudah dilakukan dan petugas harus tahu tentang juklak dan juknis
ini (…) (Inf-3)
Sosialisasi petunjuk Juklak dan Juklak dan juknis Juklak dan juknis
teknis dan Juknis sudah berpedoman berpedoman
pelaksanaan disosialisasikan kepada kepada
rehabilitasi kepada petugas Permenkes RI Permenkes RI
nomor 50 tahun nomor 50 tahun
2015 2015 dan sudah
disosialikan
kepada petugas.
73
4.2.2 Tenaga
Tenaga merupakan orang yang mempunyai peranan dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan program rehabilitasi NAPZA di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B
Saanin Padang. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan diketahui bahwa tenaga
pelaksana di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang berjumlah 12 orang
informan berikut :
diketahui bahwa jumlah tenaga yang ada di Instalasi NAPZA belum mencukupi,
dikarenakan masih kurangnya tenaga konselor NAPZA dan petugas labor untuk
program voluntary counseling testing (VCT). Tenaga konselor, yaitu seorang mantan
pecandu yang telah di rehabilitasi dan telah mendapatkan pelatihan, serta memiliki
sertifikat tenaga konselor. Hal ini diungkapkan oleh informan sebagai berikut :
“Mungkin konselor kita yang kurang, konselor sekarang dua tapi yang resmi dari
RS 1, 1 orang lagi mantan residen kita yang kita berdayakan” (Inf-2)
“Kalau menurut kakak masih kurang, soalnyo ado yang cuti lo surang. Banyakan
pun untuak dinas pagi, kadang banyak kerjaan pagi tu sibuk juo” (R-5)
wawancara mendalam dan telaah dokumen, diketahui bahwa belum semua petugas
yang mendapatkan pelatihan, baru beberapa orang saja. Pelatihan yang dilakukan
74
(HIV/AIDS), dan juga ada pelatihan selama 3 bulan ke Lido. Pelatihan untuk petugas
BNN, sedangkan untuk waktu pelaksanan tidak bisa dipastikan berapa kalinya. Hal
“Belum semua pegawai yang mendapat pelatihan, berapa kalinya tidak tentu. Yang
seringnya kan kalau BNN yang mengadakan kita diundang u ntuk pelatihan atau
kemenkes” (Inf-2)
4.2.3 Dana
Dana merupakan biaya yang dianggarkan untuk pelaksanaan program
rehabilitasi NAPZA. Alokasi dana di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang
melaporkan diri atau yang disebut pasien IPWL (Institusi Penerima Wajib
Lapor).
2. Dari anggaran Rumah Sakit jiwa Prof H.B Saanin padang atau yang disebut
Rancangan Biaya Anggaran (RBA) rumah sakit. Dana ini digunakan untuk
kepada Instalasi NAPZA dengan proses pengajuan jumlah dana yang dibutuhkan,
“Rehabilitasi itu yang membayarkan kemenkes, dananya untuk semua program mulai
tahun 2015” (Inf-1)
“Untuk sarana dan prasarana dananya dari rumah sakit, terus ada sedikit bantuan
dari BNN. Kalau kemenkes dana untuk pelaksanaan rehab semuanya dari kemenkes”
(Inf-2)
“Sumber dana sebenarnya ada dua, kalau yang IPWL yang melaporkan diri secara
sukarela tanpa menempuh jalur hukum itu dananya dari kemenkes. Kalau yang terkait
dengan hukum atau dalam proses hukum itu dananya dari BNN.Kalau penganggaran
itu dari Rumah Sakit, kalau untuk pemanfaatan itu dari instalasi NAPZA sendiri dan
kita mengajukan ke RS” (Inf-3)
76
program rehabilitasi NAPZA di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang.
Sarana dan prasarana yang ada di Instalasi NAPZA dalam pelaksanaan program
rehabilitasi belum cukup baik, sebab masih ada kekurangan baik itu di rawat jalan
dan rawat inap, seperti : gedung, media promosi (leaflet dan brosur), dan alat-alat
untuk pemeriksaan dan terapi pasien. Hal ini diungkapkan oleh informan berikut :
“Kalau untuk rawat jalan saya rasa sudah cukup, kalau untuk rawat inap masih
banyak yang kurang, contohnya jumlah tempat itdur masih kurang terutama untuk
cewek” (Inf-1)
“Untuk rawat jalan brosur dan leaflet-leaflet masih kurang, media penyampaiannya
sih yang kurang. Kalau rawat inap sarana prasarana kegiatan vokasional yang
kurang, kayak kegiatan olahraganya, alat-alat senam udah rusak, untuk musik” (Inf-
2)
77
“Ada kurang-kurang satu-satu karena mungkin rusak, seperti timbangan sama alat
ukur” (R-3)
Dalam hal gedung untuk tempat rehabilitasi rawat inap hanya mampu
sudah melebihi kapasitas baik itu pasien IPWL, maupun pasien yang tertangkap
BNN. Pasien yang telah melaporkan diri secara sukarela apabila tempat rehabilitasi
sudah penuh masuk ke waiting list atau daftar tunggu, untuk saat ini waiting list di
Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang telah mencapai 25 orang. Sedangkan
untuk pasien yang diterima dari putusan pengadilan wajib diterima di rehabilitasi,
meskipun tempat sudah penuh dan melebihi kapasitas. Hal ini diungkapkan oleh
“Tempat tidur kita baru 20, kita punya waiting list atau daftar tunggu untuk masuk.
Sekarang sudah ada 25 orang. Rencananya aka nada penambahan gedung , baru
mau diusulkan ke pemda” (Inf-1)
“Untuk pasien yang putusan pengadilan, penuh atau tidaknya tempat wajib kita
terima. Tidak boleh ditolak.” (Inf-2)
“Kita hanya mempunyai dua gedung, 1 gedung cuma bisa menampung 10 residen,
jadi 2 gedung hanya bisa menampung 20 residen. Sementara kita dengan keadaan
sekarang sudah ada waiting list atau daftar tunggu pasien, kemaren ini sud ah
mencapai 25 daftar tunggu” (Inf-3)
Padang. SOP di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang berpedoman kepada
“SOP yang bikin rumah sakit berpedoman kepada peraturan yang lebih tinggi, yaitu
Permenkes nomor 50 tahun 2015 yang terbaru” (Inf-1)
“SOP ni rumah sakit yang bikin, kan mengenai wajib lapor dan segala macamnya
kita pedomani permenkes nomor 50 tahun 2015 yang terbaru” (Inf-2)
Rumah Sakit dan Kepala Bidang Pelayanan RSJ Prof H.B Saanin Padang, seperti
“Program rawat jalan ditentukan atau direncanakan oleh dokter. Sedangkan untuk
program rawat inap direncanakan oleh Kepala Instalasi bersama dengan petugas
yang ada disana” (Inf-1)
“Perencanaan untuk program rehab ini dilakukan oleh Kepala Instalasi dan
petugas, bersama dengan Kepala Rumah Sakit dan Kabid Pelayanan” (Inf -3)
didiskusikan dengan Kepala Ruangan Instalasi NAPZA. Hal ini diungkapkan oleh
informan berikut :
“Personilnya juga kita yang mengatur dan menyediakan. Sistem pembagian tugas
dan tanggung jawab diatur oleh kepala instalasi NAPZA” (Inf-3)
NAPZA RSJ Prof H.B Saanin pelaksanaan Poliklinik NAPZA sudah cukup
baik, hanya saja terdapat kendala pelaksanaan pada pasien yang tidak rutin
melakukan kontrol sesuai jadwal. Hal ini diungkapkan oleh informan berikut
yang dilakukan secara sukarela. Di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin
pelaksanaan Klinik VCT belum cukup baik atau belum berjalan dengan
semestinya. Hal ini dikarenakan tenaga konselor VCT yang tidak standby
setiap hari untuk melakukan pelayanan dan juga petugas labor untuk VCT ini
hanya ada satu orang, sehingga apabila petugas labor yang bersangkutan libur
atau cuti kegiatan klinik VCT tidak dilaksanakan atau terhenti, seperti yang
“Kalau vct kita sih nggak standby tiap hari, tapi kalau ada pasien vct
karena kebetulan saya konselor HIV kan juga bisa. Atau pasien yang kita
curigai HIV kita cari konselor yang ada” (Inf-2)
82
“Kadang awak lah tibo tapi dokternyo ndak ado, tu disuruah baliak bisuak.
Bulak baliak tu yang payah, tingga jauah pulo soalnyo” (Inf-4)
“Mungkin untuk VCT ni kan khusus pula petugas labornya. Jadi kalau
misalnya petugas labornya cuti, ada pasien kita di VCT jadi kita tunggu dia
masuk dulu. Petugas labor khusus VCT yang ada disini cuma 1 orang” (R-
4)
pelayanan pada klinik VCT di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin tidak
tertentu yang dicurigai terkena HIV/AIDS saja. Hal ini seperti yang
“VCT dilakukan cuma untuk pasien yang kita curigai HIV saja, tidak ke
semuanya tergantung kasus” (Inf-2)
“kalau untuk VCT kita lakukan pada pasien dengan kasus tertentu saja”
(R-5)
diketahui bahwa ruang gawat darurat NAPZA di Instalasi NAPZA RSJ Prof
H.B Saanin Padang tidak digunakan lagi dan digabungkan dengan IGD
Rumah Sakit untuk pasien biasa tidak dikhususkan. Menurut informan hal ini
dikarenakan tidak ada pasien yang mengalami gawat darurat NAPZA dan
semua pasien rehabilitasi yang akan di rawat inap semuanya masuk dari
“Sekarang kita tidak pakai RGD NAPZA. Kalau kita sekarang kan proses
masuknya harus dari poli semua, semua pasien dari poli” (R-3)
“RGD tidak digunakan lagi. karena memang nggak ada pasien yang gawat”
(R-1)
narkotika atau adiktif lain) dari tubuh dengan cara menghentikan total
pemakaian semua zat adiktif yang dipakai atau dengan penurunan dosis obat
lainnya.
dipisahkan dengan pasien yang lain dalam ruangan khusus. Fungsinya adalah
untuk melihat masa pemutusan zat yang menyebabkan efek kecanduan pada
yang lain dilakukan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan berikut :
“Detoks ini pasiennya terpisah dengan yang lain ada ruangan khusus” (Inf-
1)
“Semua pasien yang baru masuk rehab kita detoks dulu, maksimal 5 -10
hari. Tujuannya kan biar dia beradaptasi sebelum masuk programnya” (Inf-
2)
tempat tidur yang tidak mencukupi, apabila banyak pasien yang akan di
“Masih ada yang kurang, seperti bed. Tapi udah mau ditambah.
Kalau dikamar sudah lengkap, di detoks yang kurang” (R-1)
85
B. Residential Program
mulai dari pasien bangun pagi sampai tidur lagi disiapkan aktifitas yang
dijalani pasien untuk merubah pola pikir dan perilaku menjadi lebih sehat
tanpa narkoba. Program residential ini terdiri dari program tiga bulan dan
enam bulan. Hasil dari wawancara mendalam dan telaah dokumen diketahui
bahwa kamar rawat yang ada dan kapasitas pasien yang bisa di rehabilitasi
hanya 20 orang, sedangkan pasien yang ingin di rehabilitasi atau telah masuk
ke dalam waiting list (daftar tunggu) sudah mencapai 25 orang. Seperti yang
“Kapasitas pasien kita 20, kita punya waiting list/ daftar tunggu untuk
masuk. Sekarang sudah ada 25 orang” (Inf-1)
“Residential program ini ada dua, ada yang 3 bulan dan 6 bulan. Kala u
yang wajib lapor atau IPWL itu biasanya menjalani program 3 bulan, kalau
yang terkait putusan hukum itu biasanya sesuai dengan putusan hukum itu
sendiri, tapi biasanya standar perawatannya itu selama 6 bulan” (Inf-3)
C. After Care
dapat bernilai ekonomis dan terus memotivasi mereka agar tetap bisa
bertahan bersih dari narkoba. Hasil dari wawancara mendalam, FGD, dan
telaah dokumen diketahui bahwa program after care di Instalasi NAPZA RSJ
Prof H.B Saanin Padang belum berjalan dengan baik bahkan tidak berjalan
sama sekali pada tahun 2015. Dikarenakan terkendala masalah dana dan
SDM yang kurang, selain itu juga belum dilakukannya konfirmasi dengan
BNN untuk pelaksanaan program after care tersebut. Hal ini diungkapkan
“After care kita belum jalan sih. Kita belum ada sarana dan prasarana.
After care kan lebih ke kegiatan dia setelah rehab, kendalanya itu dana
yang belum ada, terus SDM kurang, sama tempatnya juga ngga k ada.
Dimana mau kita tempatkan mereka” (Inf-2)
“After care ini yang programnya masih terhambat, biasanya kita konfirmasi
dengan pihak BNN. Mungkin kita melaksanakan FGD, kita undang pasien-
pasien yang sudah pulang, nanti kita telfon kita kump ulkan, kerja sama
dengan BNN” (R-4)
tidak
terlaksana
4.3.3 Pengawasan
Pengawasan harus dilakukan secara terus-menerus dan berkala dalam
pelaksanaan program rehabilitasi NAPZA sesuai dengan rencana kerja yang disusun
program rehabilitasi NAPZA di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang
dilakukan oleh pihak Rumah Sakit melalui laporan bulanan, laporan tahunan, serta
“Pengawasan dilakukan oleh eselon 3 dan 4, atasan dari instalasi NAPZA. Minimal
pengawasan berkala itu ada yang satu kali, tapi pengawasan setiap hari kan ada”
(Inf-1)
“Pengawasan dilakukan rumah sakit. Kan kita juga menyerahkan laporan bulanan
dan tahunan, jadi dapat juga dilihat dan diawasi darisana” (Inf-2)
4.4 Output
Hasil wawancara mendalam dengan informan dan telaah dokumen yang
Prof H.B Saanin Padang ada yang belum terlaksana dengan baik dan tidak mencapai
seharusnya dilaksanakan dua kali/tahun, pada tahun 2015 tidak terlaksana. Selain itu,
juga ada program rawat inap selama 6 bulan yang belum memenuhi target
dikarenakan baru dijalankan dan juga Ruang Gawat Darurat NAPZA yang tidak
digunakan karena telah digabung dengan IGD Rumah Sakit untuk paien biasa. Hal
“Rawat inap yang enam bulan baru dijalankan ya, jadi belum ada pasien yang
sampai di rehab enam bulan” (Inf-2)
“Sekarang kita tidak pakai RGD NAPZA kalau ada pasien gawat NAPZA ya
langsung ke IGD rumah sakit aja” (R-3)
“Paling program after care yang tidak mencapai target. Dalam perencanaan kita
pelaksanaannya 2 kali dalam setahun dan sejauh ini belum terlaksana” (R-4)
Selain program yang tidak mencapai target, dari hasil wawancara mendalam
dan FGD diketahui bahwa masih banyak pasien yang tidak menyelesaikan seluruh
proses rehabilitasi yang ada. Pada rawat inap masih ada pasien yang melarikan diri,
sedangkan pada rawat jalan masih banyak pasien yang tidak rutin datang berobat
sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap output
yang dihasilkan Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin. Untuk masalah pasien yang
90
sedangkan untuk pasien yang tidak rutin datang berobat, tidak ada peringatan yang
diberikan atau follow up yang dilakukan petugas kepada pasien, hal ini sepenuhnya
diserahkan kepada niat atau keinginan pasien untuk sembuh. Seperti yang
“Masih ada pasien lari. Kalau terjadi seperti itu biasanya kami memberitahu
kepada keluarga. Kalau di rawat jalan itu pasiennya tidak datang-datang lagi” (Inf-
1)
“Nggak ada petugas yang ngubungin abang kalau nggak datang, mungkin karena
udah dikasih tau pas berobat sebelumnya hari apa lagi datang” (Inf-5)
“Kebanyakan rata-rata pasien NAPZA ini banyak kadang nggak mau datang lagi,
kadang kan kesadarannya kurang. Biasanya kita pesan ke keluarga. Tapi emang
semuanya tergantung ke kesadaran pasien itu sendiri, kalau dipaksa pun setengah
hati jadinya berobat, nggak berhasil juga jadinya” (R-3)
“Kalau petugas sendiri mungkin nggak ada menfollow up pasien untuk datang
berkujung, sebelumnya kita kan sudah ngasih syarat sendiri ke pasiennya datang
kontrol berapa kali seminggu” (R-4)
BAB 5 : PEMBAHASAN
focus group discussion (FGD), yaitu terkendala dalam penyesuaian waktu dengan
tertentu atau sedan bertugas melayani pasien, sehingga dibutuhkan waktu untuk
digunakan di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin padang yang terbaru adalah
Permenkes nomor 50 tahun 2015 tentang petunjuk teknis pelaksanaan wajib lapor
narkotika. Selain itu, juga ada UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, Peraturan
421 tahun 2010 tentang standar pelayanan terapi dan rehabilitasi gangguan
penggunaan napza dan Permenkes nomor 80 tahun 2014 tentang petunjuk teknis
standar-standar dan persyaratan yang harus dimiliki oleh suatu rehabilitasi NAPZA,
92
berkualitas.(19, 22)
Diharapkan kepada RSJ Prof H.B Saanin Padang agar menjadikan kebijakan
yang ada di Instalasi NAPZA dan hendaknya Rumah sakit menggunakan semua
5.2.1.2 Tenaga
Jumlah tenaga yang ada di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang
berjumlah 12 orang, terdiri dari dua orang dokter ruangan, 9 orang perawat, dan 1
konselor. Petugas di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang berlatar
Instalasi NAPZA berada dibawah bidang pelayanan dan dipimpin oleh seorang
dokumen dan FGD didapatkan bahwa tenaga dalam pelaksanaan rehabilitasi NAPZA
berjumlah satu orang. Tenaga konselor dalam rehabilitasi NAPZA ini memegang
peranan yang sangat penting, yaitu untuk memotivasi pasien pecandu agar berhenti
tenaga konselor ini tercukupi, maka akan lebih memaksimalkan proses penyembuhan
pasien dan juga akan mengurangi angka pasien yang kembali mengkonsumsi
NAPZA.(22)
dengan cukup baik, karena tugas yang diberikan sudah sesuai dengan kompetensi
93
tenaga kesehatan yang ada di Instalasi NAPZA harus mendapatkan pelatihan khusus
dan memiliki sertifikat khusus rehabilitasi NAPZA. Tetapi di Instalasi NAPZA RSJ
prof H.B Saanin belum seluruh petugas yang mendapatkan pelatihan dan sertifikat
khusus rehabilitasi NAPZA. Oleh karena itu dapat disimpulkan belum semua petugas
di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin yang memenuhi standar sebagai petugas
(22)
rehabilitasi NAPZA.
Tahun 2014 bahwa tempat rehabilitasi NAPZA harus memiliki tenaga dokter,
Sedangkan di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang tidak memiliki tenaga
apoteker, hanya dokter dan perawat saja. Tenaga apoteker yang dimaksud adalah
tenaga apoteker yang telah mendapatkan pelatihan dan sertifikat khusus untuk
menangani obat-obat bagi pecandu NAPZA. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa
tenaga kesehatan yang ada di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin belum
(19)
memenuhi syarat.
Diharapkan kepada pihak RSJ Prof H.B Saanin Padang, terutama khususnya
kepada Kepala Rumah Sakit agar lebih meningkatkan kinerja petugas dalam
NAPZA dan berdasarkan permenkes nomor 421 tahun 2010 pelatihan tersebut adalah
standar kriteria tenaga yang bertugas di suatu tempat rehabilitasi NAPZA. Selain itu,
yang akan melayani pasien pecandu NAPZA, dikarenakan untuk saat ini tenaga
94
konselor yang ada masih sangat minim, yaitu hanya satu orang. Pihak Rumah Sakit
syarat tempat rehabilitasi dan membuat pelayanan yang diberikan lebih baik.
5.2.1.3 Dana
Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa ketersediaan dana untuk
akan tetapi dalam hal penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada
sumber dana berasal dari anggaran Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan dan sedikit
bantuan dari Badan Narkotika Nasional (BNN). Sedangkan dana dari BPJS tidak ada,
karena rehabilitasi NAPZA tidak masuk dalam pelayanan kesehatan yang ditanggung
oleh BPJS. Dana dari Kementerian Kesehatan digunakan untuk membiayai seluruh
rehabilitasi NAPZA ditetapkan oleh RSJ Prof H.B Saanin dan direncanakan satu kali
dalam setahun. Sedangkan untuk pengelolaan dana yang ada sepenuhnya dilakukan
oleh Rumah sakit dan untuk pemanfaatan diserahkan kepada Instalasi NAPZA.
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit agar mengelola dana yang ada dengan
sebaik-baiknya, sehingga tidak terjadi lagi kekurangan dana dalam penyediaan dan
ada di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang belum tercukupi. Kekurangan
dalam hal sarana, seperti gedung untuk pasien rawat inap masih kurang untuk
menampung pasien yang ingin di rehabilitasi. Untuk saat ini gedung yang tersedia
sebanyak dua buah dan hanya bisa menampung 20 pasien, sehingga hal ini
menyebabkan menumpuknya pasien di daftar tunggu (waiting list) yang saat ini
rawat jalan maupun rawat inap juga masih kurang, yaitu timbangan dan tempat tidur
dikarenakan rusak dan belum ada tindakan perbaikan. Selain itu juga terdapat
kekurangan pada alat-alat untuk kegiatan musik dan olahraga. Sedangkan untuk
Ketersediaan sarana dan prasarana memadai perlu diperhatikan juga agar alat dan
bahan yang tersedia lengkap dan pelaksanaan kegiatan lebih maksimal. (24)
Diharapkan agar RSJ Prof H.B Saanin Padang lebih memperhatikan sarana
dan prasarana di Instalasi NAPZA agar program-program yang ada dapat berjalan
dengan semestinya. Selain itu, hendaknya juga dilakukan pengecekan rutin terhadap
peralatan yang sudah ada, apakah masih layak digunakan atau perlu diperbaiki dan
yang digunakan di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang dibuat oleh Kepala
Rumah Sakit bersama Kepala Bidang Pelayanan dan Kepala Instalasi dengan
berpedoman kepada Permenkes nomor 50 tahun 2015. SOP ini sudah dilaksanakan
oleh petugas sebagaimana yang tertulis dan menjadi acuan untuk melayani pasien di
Diharapkan agar RSJ Prof H.B Saanin Padang dalam melaksanakan program-
program rehabilitasi di Instalasi NAPZA harus sesuai dengan SOP yang telah
ditetapkan dan selalu melakukan pengawasan kepada petugas-petugas agar tidak ada
program rehabilitasi di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin terlebih dahulu
dilakukan perundingan antara Kepala Instalasi dengan petugas dalam membuat suatu
yang akan dilaksanakan untuk satu tahun kedepan, yang tentunya semua itu bertitik
program ditentukan oleh Kepala Instalasi dan didiskusikan dengan Kepala Ruangan
Instalasi NAPZA. Setiap program diberi satu penanggung jawab, tetapi semua
mempunyai rasa tanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepada masing-
a. Poliklinik NAPZA
pengobatan.
tidak standby setiap hari untuk melayani pasien. Petugas labor VCT
HIV/AIDS. Petugas labor yang ada saat ini di Instalasi NAPZA RSJ
Prof H.B Saanin Padang hanya satu orang dan apabila petugas yang
dan tes HIV yang didapatkan dari klinik VCT. Sehingga dari hal
NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang sudah tidak digunakan lagi dan
digabung dengan IGD untuk pasien biasa. Hal ini dikarenakan untuk
banyak.
dengan pasien biasa. Hal ini dilakukan agar pelayanan yang diberikan
B. Rawat Inap
a. Detoksifikasi
100
Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang sudah cukup baik,
hanya saja terdapat kendala dalam hal sarana, yaitu tempat tidur
akan di detoksifikasi lebih dari tiga orang dan tentunya hal ini juga
detoksifikasi.
NAPZA.(22)
b. Residential Program
residential program terdiri dari program tiga bulan dan program enam
karena Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang lebih berfokus
bulan saja. Hal ini dikarenakan telah banyaknya pasien yang masuk ke
dalam waiting list (daftar tunggu), yang untuk saat ini sudah mencapai
25 orang.
pemulangan pasien agar tidak ada lagi pemulangan paksa dari pihak
keluarga.
c. After Care
after care di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang tidak
dilaksanakan sama sekali pada tahun 2015. Hal ini disebabkan tidak
Provinsi (BNNP) terkait pelaksanaan after care. BNN dalam hal ini
tersebut, target yang telah direncanakan dapat tercapai dan pasien akan
tersebut.
5.2.2.3 Pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan dilakukan oleh
pihak Rumah Sakit melalui laporan bulanan, laporan tahunan, serta pengawasan
internal yang dilaksanakan tiap triwulan. Pengawasan dilakukan oleh tim auditor
yang telah diberikan wewenang oleh rumah sakit untuk melakukan pengawasan.
dapat mengetahui sejauh mana kegiatan yang sudah dilakukan, apakah sudah sesuai
dengan standar atau rencana kerja, apakah sudah sesuai sumberdayanya, dan apakah
sudah digunakan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Dalam hal ini fungsi
pengawasan, agar selalu rutin melakukan pengawasan dan teliti atau sedetail
tersebut. Sehingga kedepannya kegiatan tersebut dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
5.2.3 Output
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan dan forum group
NAPZA di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang masih adanya program
yang belum mencapai target. Salah satu diantaranya yaitu program After Care yang
seharusnya dilaksanakan dua kali dalam setahun, pada tahun 2015 tidak terlaksana
sama sekali. Hal ini dikarenakan tidak adanya dana dan ruangan pertemuan untuk
pelaksanaan kegiatan ini, serta sulitnya menghubungi pasien yang tidak berdomisili
di Kota Padang. Selain itu juga dikarenakan belum adanya koordinasi dari pihak
Rumah Sakit dengan BNN yang akan berperan penting dalam membantu
Dari hasil wawancara dan FGD juga didapatkan bahwa program rehabilitasi 6
bulan juga belum memenuhi target, dikarenakan program baru berjalan dan Instalasi
NAPZA untuk saat ini lebih berfokus kepada program rehabilitasi 3 bulan. Hal ini
disebabkan karena menumpuknya pasien yang berada di waiting list, sehingga untuk
pasien yang melaporkan diri secara sukarela atau pasien IPWL diberikan program
105
rehabilitasi yang 3 bulan saja, terkecuali untuk pasien yang melalui proses hukum
rehabilitasi ini adalah pasien yang telah dinyatakan sembuh atau telah melewati
semua rangkaian program rehabilitasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
didapatkan bahwa tidak semua pasien yang masuk ke rehabilitasi melewati semua
proses yang ada atau pulang setelah selesai program. Banyak diantaranya yang
melarikan diri dan dipulang paksa oleh keluarga. Dari laporan tahunan Instalasi
NAPZA diketahui pasien yang melarikan diri sebesar 21,9% dan pasien yang
dipulangkan paksa sebesar 13,4%. Sudah hampir dari setengah pasien yang masuk ke
rehabilitasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang tidak menyelesaikan program
(30)
rehabilitasinya.
Prof H.B Saanin Padang untuk lebih meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan
masing program dapat tercapai. Apabila semua program telah mencapai target,
tentunya program rehabilitasi yang diberikan akan lebih baik dan maksimal serta
akan dapat mencegah pecandu untuk kembali menggunakan atau memakai NAPZA.
Selain itu juga diharapkan kepada petugas Instalasi untuk lebih memperketat
keamanan di Instalasi NAPZA agar tidak ada lagi kejadian pasien melarikan diri dan
lebih memperketat peraturan tentang pemulangan pasien, agar tidak ada lagi
pemulangan paksa dari pihak keluarga. Sehingga hal ini akan dapat membantu dalam
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai “Evaluasi
Program Rehabilitasi Bagi Pecandu Napza di Instalasi Napza Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Prof H.B Saanin Padang Tahun 2015” dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Komponen Input
2. Jumlah tenaga yang ada di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin Padang
petugas labor VCT yang hanya berjumlah satu orang dan tidak adanya
3. Dana untuk Instalasi NAPZA bersumber dari anggaran RSJ Prof H.B
maupun rawat inap. Dana yang tersedia masih kurang untuk perbaikan
rawat inap, kamar rawat pasien, peralatan untuk terapi rekreasi (musik
Prof H.B Saanin Padang dibuat oleh Kepala Rumah Sakit bersama Kepala
b. Komponen proses
NAPZA.
klinik VCT. Dalam program rawat inap masih banyaknya pasien yang
proses rehabilitasi.
triwulan.
c. Komponen Output
banyak kekurangan baik dari segi input, seperti tenaga dan sarana, maupun
108
pelaksanaan program itu sendiri. Sehingga program tersebut, yaitu: after care
direncanakan.
6.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan sebagai berikut :
ditingkatkan, sehingga tidak ada lagi kasus pasien melarikan diri dan dipaksa
bulan dan after care dapat lebih diperhatikan lagi pelaksanaannya oleh
pengelola dan penanggung jawab program dan dilihat apa penyebab dari
2. Badan Narkotika Nasional RI. Tingkat Pemakaian NAPZA. Jakarta: BNN RI;
2012.
109
110
23. Badan Narkotika Nasional RI. Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi
Gangguan Penyalahgunaan NAPZA. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Jiwa
Kementerian Kesehatan RI; 2011.
28. Rumah Sakit Jiwa Prof H.B Saanin Padang. Profil Rumah Sakit Jiwa Prof
H.B Saanin Padang,. Padang: RSJ Prof H.B Saanin Padang; 2015.
30. Rumah Sakit Jiwa Prof H.B Saanin Padang. Laporan Tahunan Instalasi
NAPZA RSJ prof H.B Saanin Padang. Padang: RSJ Prof H.B Saanin Padang;
2015.
32. Siagian S. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara; 2007.
111
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 7. Visi dan misi Instalasi NAPZA Gambar 8. Poster tentang IPWL
113
Gambar 9. Visi dan misi Instalasi NAPZA Gambar 10. Ruang tunggu Instalasi
NAPZA
(Informed Consent)
NAPZA Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof H.B Saanin Padang Tahun 2015”
Nama :
Jabatan :
Institusi :
Augia Haliffa Pratiwi Zelfi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Padang.
sebagaimana mestinya.
Yang menyatakan
( )
115
Nama Informan :
Hari/Tanggal :
A. Petunjuk Umum
1. Disampaikan ucapan terima kasih karena bersedia meluangkan waktu untuk
diwawancarai. Hal ini penting untuk merangkai persahabatan dan hubungan
baik.
2. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara.
I. Identitas Informan
Hari/tanggal :
Nama :
NIP :
Jabatan :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Umur :
Masa Kerja :
II. Pertanyaan
A. Komponen Input
a. Kebijakan
1) Apa saja kebijakan terkait rehabilitasi NAPZA di RSJ Prof H.B Saanin?
Kesehatan)
b. Tenaga Pelaksana
1) Berapa jumlah tenaga pelaksana di Instalasi NAPZA RSJ Prof H.B Saanin?
pelaksana program rehabilitasi NAPZA di RSJ Prof H.B Saanin saat ini?
c. Dana
1) Dari manakah sumber dana pelayanan rehabilitasi NAPZA di RSJ Prof H.B
Saanin?
(probing : apakah dari APBN, APBD, BPJS Kesehatan atau dari pasien?)
2) Apakah dana yang tersedia saat ini telah mencukupi untuk memberikan
dana)
d. Sarana/Prasarana
(probing : ada atau tidak? Jika ada, apakah pelaksanaan program sudah
2) Apa pedoman pembuatan SOP untuk Instalasi NAPZA di RSJ Prof H.B
Saanin Padang?
B. Komponen Proses
H.B Saanin?
H.B Saanin?
(probing : Apa saja yang dilakukan? siapa saja yang terlibat? waktu
pelaksanaan?)
120
Saanin?
(probing : Apa saja yang dilakukan? siapa saja yang terlibat? waktu
pelaksanaan?)
(probing : Apa saja yang dilakukan? siapa saja yang terlibat? waktu
pelaksanaan?)
(probing : Apa saja yang dilakukan? siapa saja yang terlibat? waktu
pelaksanaan?)
121
(probing : Apa saja yang dilakukan? siapa saja yang terlibat? waktu
pelaksanaan?)
c. Pengawasan
Saanin Padang?
C. Komponen Output
(probing : kegiatan apa saja yang sudah/belum mencapai target? mengapa kegiatan
(probing : sudah/belum? mengapa belum tercapai? apa saja kendala? dan bagaimana
mengatasinya?)
(probing : sudah/belum? mengapa belum tercapai? apa saja kendala? dan bagaimana
mengatasinya?)
(probing : sudah/belum? mengapa belum tercapai? apa saja kendala? dan bagaimana
mengatasinya?)
(probing : sudah/belum? mengapa belum tercapai? apa saja kendala? dan bagaimana
mengatasinya?)
(probing : sudah/belum? mengapa belum tercapai? apa saja kendala? dan bagaimana
mengatasinya?)
123
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Umur :
II. Pertanyaan
Pelaksanaan
Gawat darurat Napza? apakah sudah baik pelaksanaannya? Jika belum, apa
124
3) Apakah ada pemantauan atau peringatan dari petugas apabila bapak/ibu tidak
(probing: manfaat terhadap diri sendiri? Apakah lebih baik dari sebelum
(probing : berhasil atau tidak? Jika tidak, kenapa? apa yang harus diperbaiki
125
126
rehabilitasi
NAPZA di RSJ
Prof H.B Saanin?
b. Tenaga
1. Berapa jumlah Jumlah tenaga ada 11 Tenaga ada 12 Tenaga disini Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
tenaga pelaksana orang, orang, satu orang berjumlah 11 orang menjawab jumlah tenaga yang ada di
di Instalasi cuti. Instalasi NAPZA berjumlah 11 orang.
Sedangkan 1 informan menjawab ada 12
NAPZA RSJ Prof
orang.
H.B Saanin?
2. Bagaimana Kompetensi yang Belum terlalu sesuai sudah mencapai Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
menurut dimiliki tenaga karena belum standar kompetensi menjawab kompetensi tenaga yang ada
Bapak/Ibu pelaksana sudah semuanya yang yang ada di Instalasi NAPZA sudah sesuai dengan
kompetensi yang sesuai dengan standar dapat pelatihan standar. Sedangkan 1 informan lagi
yang ditetapkan. menjawab belum sesuai, dikarenakan
dimiliki oleh
belum semua tenaga mendapatkan
tenaga pelaksana pelatihan.
program
rehabilitasi
NAPZA di RSJ
Prof H.B Saanin
saat ini?
3. Apakah sudah ada Sosialisasi sudah ada, Sosialisasi sudah Sosialisasi dan Dari 3 orang informan semuanya
sosialisasi dan kalau pelatihan juga dilakukan, kalau pelatihan sudah ada. mengatakan sosialisasi sudah dilakukan,
pelatihan terkait sudah tetapi belum pelatihan belum Pelatihannya seperti sedangkan untuk pelatihan juga sudah
kebijakan yang semua petugas. semua pegawai yang pelatihan assesmen, diberikan ke beberapa petugas, belum
mendapatkan. pelatihan konselor semuanya yang mendapatkan pelatihan
diturunkan serta
(HIV/AIDS) tersebut
tupoksi selaku
tenaga pelaksana
rehabilitasi
NAPZA?
127
c. Dana
1. Dari manakah Dana berasal dari Dana untuk Sumber dana ada Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
sumber dana Kemenkes untuk rehabilitasi dua, kalau yang menjawab sumber dana untuk pelayanan
pelayanan semua program mulai semuanya berasal IPWL yang di rehabilitasi NAPZA berasal dari
tahun 2015. dari Kemenkes. melaporkan diri Kemenkes. Sedangkan 1 informan lagi
rehabilitasi
secara sukarela menjawab sumber dana berasal dari
NAPZA di RSJ tanpa menempuh Kemenkes dan BNN.
Prof H.B Saanin? jalur hukum dananya
dari kemenkes.
Sedangkan yang
terkait dengan
hukum atau dalam
proses hukum itu
dananya dari BNN.
2. Apakah dana yang Dana yang tersedia Tidak terlalu Untuk pelayanan Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
tersedia saat ini saat ini masih teraas mencukupi, tetapi dana ini sudah menjawab dana belum terlalu
telah mencukupi kurang, banyak harus dicukup- cukup, dikarenakan mencukupi untuk melaksanakan
untuk kegiatan kita yang cukupkan untuk sudah ada standar kegiatan pelayanan. Sedangkan 1
belum terpenuhi, memberikan dan peraturannya informan lagi menjawab dana sudah
memberikan
seperti untuk terapi pelayanan yang tersendiri. mencukupi.
pelayanan rekreasi dan baik.
rehabilitasi olahraganya belum
NAPZA di RSJ terpenuhi.
Prof H.B Saanin?
3. Bagaimana Pengelola dana Pengelolaan dana Pengelolaan dan Dari 3 orang informan semuanya
pengelolaan dan Instalasi NAPZA dari RS, kalau penganggaran dari mengatakan pengelolaan dan
pemanfaatan dana bagian keuangan, pemanfaatan dana Rumah Sakit, kalau penganggaran dana untuk pelayanan
pelayanan untuk pemanfaatan untuk kegiatan- untuk pemanfaatan rehabilitasi NAPZA dilakukan oleh
ditentukan RS begitu kegiatan instalasi itu dari instalasi pihak Rumah Sakit. Sedangkan
rehabilitasi
juga dengan melalui proses NAPZA dengan pemanfaatan untuk kegiatan-kegiatan
NAPZA di RSJ penganggaran. pengajuan proposal. mengajukan jumlah rehabilitasi ditentukan oleh Instalasi
Prof H.B Saanin? dana ke RS. NAPZA dengan proses pengajuan
128
memiliki Standar SOP program rehabilitasi masing-masing. di Instalasi NAPZA sudah ada dan
Operasional diatur oleh SOP. program rehabilitasi yang ada memiliki
Prosedur untuk SOP masing-masing.
pelaksanaan
semua program?
2. Apa pedoman SOP dibuat oleh SOP dibuat ole SOP dibuat oleh Dari 3 orang informan, 2 orang
pembuatan SOP rumah sakit dengan rumah sakit dan rumah sakit dengan diantaranya mengatakan bahwa SOP
untuk Instalasi berpedoman kepada berpedoman berpedoman kepada untuk Instalasi NAPZA berpedoman
NAPZA di RSJ Permenkes nomor 50 kepadaka Permenkes Permenkes nomor kepada Permenkes yang terbaru, yaitu
tahun 2015 dan yang terbaru, yaitu 50 tahun 2015. Permenkes nomor 50 tahun 2015.
Prof H.B Saanin
peraturan-peraturan Permenkes nomor Sedangkan 1 informan lagi mengatakan
Padang? yang lebih tinggi dan 50 tahun 2015. selain Permenkes nomor 50 tahun 2015,
terkait dengan SOP Instalasi NAPZA juga berpedoman
rehabilitasi NAPZA. kepada peraturan-peraturan yang lebih
tinggi dan terkait dengan rehabilitasi
NAPZA.
Pelaksanaan
a. Rawat jalan Perencanaan program Perencanaan Perencanaan Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
1. Bagaimana proses
perencanaan rawat jalan ditentukan program rawat jalan program rawat jalan menjawab bahwa perencanaan program
program oleh dokter yang dibuat oleh Kepala dibuat oleh Kepala rehabilitasi rawat jalan ditentukan oleh
rehabilitasi rawat bertugas. Instalasi. Instalasi dengan Kepala Instalasi. Sedangkan 1 informan
jalan di RSJ Prof
H.B Saanin? dibantu oleh Kepala lagi menjawab bahwa perencanaan rawat
Ruangan dan jalan ditentukan oleh dokter yang
petugas. bertugas.
2. Bagaimana Pengorganisasian Pengorganisasiannya Pengorganisasian Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
pengorganisasian ditentukan oleh juga kepala instalasi, diatur oleh Kepala mengatakan pengorganisasian diatur
dari perencanaan kepala ruangan ada shiftnya masing- Instalasi NAPZA oleh Kepala Instalasi NAPZA.
130
Ruang Gawat dengan gawat darurat digabung dengan Darurat (RGD) NAPZA sudah tidak
Darurat (RGD) IGD, tidak IGD, tidak digunakan dan digabung dengan IGD
NAPZA di dikhususkan dikhususkan. untuk pasien umum, tidak dikhususkan.
Instalasi NAPZA
RSJ Prof H.B
Saanin?
6. Bagaimana Anggaran ditentukan Anggaran dana Anggaran dana Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
anggaran untuk oleh rumah sakit. ditentukan oleh berasal dari mengatakan bahwa anggaran dana untuk
melaksanakan rumah sakit. Kemenkes. rehabilitasi rawat jalan ditentukan oleh
rehabilitasi rawat rumah sakit. Sedangkan 1 informan
mengatakan bahwa anggaran dana
jalan di instalasi berasal dari Kemenkes.
NAPZA RSJ Prof
H.B Saanin?
7. Apakah terdapat Tidak ada kendala Kendalanya dari Untuk rawat jalan Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
kendala dalam dalam rawat jalan. keteguhan pasien, sejauh ini belum menjawab tidak ada kendala dalam
melaksanakan yang tidak rutin ditemukan kendala. pelaksanaan program rehabilitasi rawat
rehabilitasi rawat untuk balik jalan. Sedangkan 1 informan lagi
melakukan menjawab terdapat kendala dalam
jalan di Instalasi
pemeriksaan. pelaksanaan rawat jalan, yaitu dari
NAPZA RSJ Prof keteguhan pasien yang tidak rutin datang
H.B Saanin? berobat.
b. Rawat inap
1. Bagaimana proses Perencanaan program Perencanaan Perencanaan Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
perencanaan rawat inap dibuat oleh program rawat inap program dilakukan menjawab perencanaan program dibuat
program kepala instalasi dibuat oleh kepala oleh kepala RS oleh Kepala Instalasi. Sedangkan 1
instalasi bersama dengan informan lagi menjawab perencanaan
rehabilitasi rawat Kabid Pelayanan program dilakukan oleh Kepala rumah
inap di Instalasi dan Kepala instalasi. sakit bersama dengan Kabid Pelayanan
NAPZA RSJ Prof dan Kepala instalasi.
H.B Saanin?
2. Bagaimana Pengorganisasian Pengorganisasian Pengorganisasian Dari 3 orang informan semuanya
132
pengorganisasian ditentukan oleh ditentukan oleh semuanya diatur menjawab bahwa pengorganisasian
dari perencanaan Kepala Instalasi. Kepala Instalasi. oleh instalasi program rawat jalan ditentukan oleh
yang telah NAPZA, begitu juga Kepala Instalasi NAPZA.
disusun? dengan pembagian
tugas dan
penanggung jawab.
3. Bagaimana proses Pelaksanaan Detoksifikasi Program detoks ini Dari 3 orang informan, semuanya
pelaksanaan dari detoksifikasi dilakukan sewaktu adalah proses mengatakan bahwa program
program dilakukan sewaktu pasien baru pertama setelah detoksifikasi dilaksanakan sewaktu
detoksifikasi di pasien baru memasuki masuk ke ruang pasien baru memasuki rehabilitasi,
memasuki rehabilitasi, rawat inap atau dilakukan selama 10 hari. Yang terlibat
Instalasi NAPZA
rehabilitasi, dan maksimal 5-10 hari. menjalani masa dalam program ini adalah dokter,
RSJ Prof H.B pasiennya terpisah Yang terlibat rehab, minimal perawat, serta konselor.
Saanin? dengan yang lain ada perawat, dokter, dilakukan selama 10
ruangan khusus. konselor. hari. Yang
Petugas yang melakukan petugas
melakukan yang Instalasi NAPZA, itu
bertugas hari itu. ada dokter dan
perawat.
4. Bagaimana proses Kurang tau Dalam pelaksanaan Residential program Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
pelaksanaan dari bagaimana residential program ada dua, ada yang 3 menjawab bahwa dalam pelaksanaan
residential pelaksanaannya. banyak kegiatan- bulan dan 6 bulan. residential program untuk proses
program di kegiatan yang Kalau yang wajib penyembuhan pasien, banyak kegiatan-
terlibat didalamnya, lapor atau IPWL kegiatan yang terlibat didalamnya.
instalasi NAPZA
seperti : psikoterapi, biasanya menjalani Residential program itu ada 2, ada yang
RSJ Prof H.B konseling, siraman program 3 bulan, 3 bulan dan ada yang 6 bulan.
Saanin? rohani, kegiatan kalau yang terkait Sedangkan 1 informan lagi menjawab
vokasional, dsb. putusan hukum itu kurang tau bagaimana pelaksanaannya.
disesuaikan dengan
putusan hukum itu
sendiri, tapi biasanya
standar
133
perawatannya itu
selama 6 bulan.
5. Bagaimana proses After care adalah Pelaksanaan Program after care Dari 3 orang informan semuanya
pelaksanaan dari program setelah program after care, ini adalah program mengatakan bahwa program after care
program after care pasien menjalani belum dijalankan. setelah pasien belum berjalan dengan baik,
di instalasi rehabilitasi rawat karena belum ada menjalani dikarenakan terkendala sarana dan
inap. untuk tahun ini sarana dan rehabilitasi rawat prasarana, juga SDM yang tidak
NAPZA RSJ Prof
belum ada terlaksana. prasarana, dan juga inap, yaitu berupa mencukupi.
H.B Saanin? SDM yang kurang. konsultasi dan dalam
tahap ini pasien
sudah boleh dirawat
jalan, tapi dalam
pelaksanaannya
belum terlalu
dijalankan.
6. Bagaimana Anggaran berasal dari Anggaran dana Anggarann dana Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
anggaran untuk kemenkes, kalau ditentukan oleh ditentukan oleh mengatakan bahwa anggaran untuk
melaksanakan BNN biasanya rumah sakit. rumah sakit, dengan rehabilitasi rawat inap ditentukan oleh
rehabilitasi rawat membantu peralatan pertimbangan rumah sakit. Sedangkan 1 informan lagi
pengajuan dari mengatakan bahwa anggaran berasal
inap di instalasi
Instalasi NAPZA. dari Kemenkes.
NAPZA RSJ Prof
H.B Saanin?
7. Apakah terdapat Ada, kendalanya pada Terdapat kendala, Kendala dalam Dari 3 orang informan, semuanya
kendala dalam petugas yang kurang yaitu konselor yang rawat inap itu mengatakan bahwa kendala dalam
melaksanakan pelatihan, kemudian kurang, dan untuk fasilitas, dan tenaga pelaksanaan rehabilitasi rawat inap
rehabilitasi rawat sarana dan prasarana kegiatan vokasional konselornya belum terletak pada tenaga, seperti kurangnya
yang kurang. pelaksanaannya mencukupi. pelatihan dan tenaga konselor yang tidak
inap di Instalasi
bergantung kepada mencukupi. Selain itu juga terkendala
NAPZA RSJ Prof dana. Awal-awal dalam sarana dan prasarana yang masih
H.B Saanin? bulan tahun ini, belum mencukupi, serta dana untuk
anggaran belum ada, pelaksanaan kegiatan.
134
3. Apakah kepala Kepala RS langsung Auditor yang Biasanya kepala RS Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
Rumah Sakit melakukan bertugas mengawasi, tidak langsung mengatakan bahwa Kepala Rumah Sakit
sudah melakukan pengawasan tidak langsung mengawasi, karena tidak langsung melakukan pengawasan,
pengawasan Kepala RS. RS sudah memiliki tetapi melalui auditor yang telah diberi
tim auditor sendiri tugas. Sedangkan 1 orang informan
langsung terhadap
yang akan mengatakan bahwa kepala Rumah Sakit
pelaksanaan memeriksa ke langsung terlibat dalam pengawasan.
pelayanan masing-masing
rehabilitasi bidang pelayanan.
NAPZA di
Instalasi NAPZA
RSJ Prof H.B
Saanin Padang?
Output
1. Apakah target Belum tercapai Ada yang tercapai, Untuk tahun 2015, Dari 3 orang informan, 2 diantaranya
masing- masing semua, dikarenakan ada yang tidak. target semua mengatakan bahwa masih ada program
uraian program ada pasien yang lari. seperti outing dalam kegiatan tercapai yang belum mencapai target. Sedangkan
residential program 1 informan lagi mengatakan bahwa
rehabilitasi
targetnya 4 kali yang semua profram telah mencapai target.
NAPZA di
terlaksana 3 kali.
Instalasi NAPZA
RSJ Prof H.B
Saanin sudah
tercapai?
2. Apakah target Sudah tercapai Sudah tercapai Tercapai Dari 3 orang informan, semuanya
poliklinik mengatakan bahwa target poliklinik
NAPZA sebesar NAPZA sbesar 15 orang/bulan tercapai.
15 orang/bulan
sudah tercapai?
3. Apakah target Sudah tercapai Sudah tercapai Sudah tercapai Dari 3 orang informan, semuanya
klinik VCT mengatakan bahwa target klinik VCT
136
Informan
Indikator yang ingin Kesimpulan
diketahui Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3
(Inf-4) (Inf-5) (Inf-6)
Pelaksanaan
1. Bagaimana menurut Pelayanan Poliklinik Pelaksanaannya sudah Menurut saya sudah Pelaksanaan program
bapak/ibu NAPZA dan rehabilitasi cukup baik. Hanya saja cukup baik rehabilitasi NAPZA
pelaksanaan program rawat inap sudah cukup pelayanan setelah pelaksanaannya, sudah cukup baik, hanya
rehabilitasi di baik. Kalau pelayanan rehabilitasi (after care) mungkin pelayanan after saja terdapat kekurangan
Instalasi Napza RSJ after care dan klinik tidak ada diberikan. care saja yang tidak pada tidak
Prof H.B Saanin? VCT tidak ada diberikan. dilaksanakannya
diberikan. program after care.
Sedangkan untuk klinik
VCT tidak semua pasien
yang diberikan
pelayanan VCT tersebut.
2. Bagaimanakah Sudah cukup baik Masih adanya petugas Pelayanan yang Pelayanan yang
pelayanan yang pelayanan yang yang kurang ramah diberikan sudah cukup diberikan petugas sudah
diberikan oleh diberikan, hanya saja dalam pelaksanaan baik, hanya saja terdapat cukup baik, hanya masih
138
petugas di Instalasi terkadang masih ada program rehabilitasi. kekurangan pada sarana terdapat petugas yang
Napza RSJ Prof H.B petugas yang tidak rekreasi dan hiburan tidak standby dan kurang
Saanin? standby untuk untuk pasien. ramah dalam pemberian
memberikan pelayanan. pelayanan
3. Apakah ada Kalau di rawat jalan Sejauh ini tidak ada Pemantauan dan Pemantauan dan
pemantauan atau tidak ada pemantauan pemantauan dan peringatan ada diberikan peringatan dari petugas
peringatan dari dan peringatan dari peringatan dari petugas. petugas apabila tidak untuk rawat inap ada,
petugas apabila petugas. Kalau di rawat Tidak ada yang menyelesaikan program sedangkan untuk rawat
bapak/ibu tidak inap ada, karena pasien menghubungi apabila rehabilitasi. tetapi jalan tidak ada .
menyelesaikan diawasi 24 jam oleh tidak datang sesuai semuanya tergantung
program rehabilitasi petugas dan memang jadwal. diri kita sendiri dan
yang seharusnya harus menyelesaikan keinginan untuk
dijalankan? semua rehabilitasi yang sembuh.
ada.
4. Apa saja manfaat Manfaat yang dirasakan Badan lebih berisi, nafsu Badan terasa lebih sehat, Manfaat setelah
yang bapak/ibu badan lebih sehat dari makan bertambah, dan tidak sakit lagi apabila rehabilitasi NAPZA
rasakan setelah sebelumnya, lebih rajin emosi lebih terkontrol. tidak memakai NAPZA. banyak dirasakan untuk
rehabilitasi? ibadah, keluarga lebih Lebih termotivasi untuk pasien sendiri ddan juga
bahagia. benar-benar lepas dari untuk keluarga pasien.
NAPZA, dan tidak Seperti : badan yang
menjadi beban lagi bagi lebih sehat, emosi lebih
keluarga. terkontrol., dan keluarga
yang lebih bahagia.
5. Menurut bapak/ibu Untuk saat ini sudah Sudah berkurang, tetapii Untuk rasa kecanduan Setelah diberikan
apakah pelayanan berkurang. Tidak terlalu terkadang masih tergoda terhadap NAPZA sudah pelayanan rehabilitasi,
139
rehabilitasi yang tergantung lagi pada atau ada keinginan untuk hilang, motivasi diri rasa candu pasien
diberikan telah NAPZA. memakai NAPZA lagi. sendiri saja yang lebih terhadap NAPZA mulai
berhasil membuat ditingkatkan untuk berkurang. Sedangkan
rasa kecanduan benar-benar sembuh. agar pasien benar-benar
bapak/ibu terhadap sembuh dan lepas dari
napza berkurang? NAPZA, pemberian
motivasi kepada pasien
harus ditingkatkan.
PEDOMAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)
I. Sebelum Pelaksanaan
a. Tim pelaksana mempersiapkan semua kebutuhan sebelum pelaksanaan
FGD
b. Tim mengidentifikasi calon partisipan
c. Tim atau utusan tim memberikan pemberitahuan kepada partisipan
mengenai tujuan, kegiatan atau waktu FGD
d. Tim atau utusan melakukan konfirmasi kesediaan responden dan waktu
serta tempat yang disepakati (pilih lokasi yang tenang dan dapat
mendukung pelaksanaan FGD, misalnya tidak ramai, tidak banyak orang,
dan tidak berisik)
140
141
PANDUAN FGD
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Umur :
IV. Pertanyaan
A. Komponen Input
a. Tenaga
1) Berapa jumlah tenaga kesehatan di Instalasi Napza RSJ Prof H.B
Saanin?
(probing : apakah sudah mencukup atau belum mencukupi?)
2) Menurut bapak/ibu apakah tupoksi yang diberikan kepada petugas di
Instalasi Napza RSJ prof H.B Saanin telah sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki masing- masing petugas?
142
(probing : Jika belum sesuai, kenapa? dan apa sebaiknya solusi untuk
hal ini?)
3) Menurut bapak/ibu apakah tugas-tugas yang diberikan kepada petugas
instalasi NAPZA sudah terbagi secara merata?
(probing : jika belum, kenapa? apakah ada petugas yang mendapat
tugas lebih banyak dari yang lain?)
B. Komponen Proses
a. Program rehabilitasi rawat jalan
1) Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai pelaksanaan Poliklinik
Napza di Instalasi Napza RSJ Prof H.B Saanin?
(probing : apa saja yang dilakukan? siapa yang melaksanakan
kegiatan? Apakah ada kendala dalam pelaksanaannya, jika ada
kenapa?)
2) Bagaimana menurut bapak/ibu mengenai pelaksanaan klinik VCT di
Instalasi Napza RSJ Prof H.B Saaanin?
(probing : apa saja yang dilakukan? siapa yang melaksanakan
kegiatan? Apakah ada kendala dalam pelaksanaannya, jika ada
kenapa?)
143
C. Output
1) Bagaimanakah hasil dari pelaksanaan program rehabilitasi rawat jalan?
144
2. Menurut bapak/ibu “… sudah “…sudah “…sudah “…sudah “…belum “…belum Dari 6 responden, 4
apakah tupoksi yang sesuai…” sesuai…” sesuai…” sesuai…” sesuai…” sesuai…” diantaranya menjawab
diberikan kepada tupoksi yang diberikan
petugas di Instalasi telah sesuai dengan
Napza RSJ prof H.B kompetensi. Sedangkan
Saanin telah sesuai 2 responden lagi
dengan kompetensi menjawab belum sesuai.
yang dimiliki
145
146
masing-masing
petugas?
3. Menurut bapak/ibu “…sudah “…sudah “…sudah “…sudah “…sudah “…sudah Ke semua responden
apakah tugas-tugas merata…” merata…” merata…” merata…” merata…” merata…” menjawab bahwa
yang diberikan pembagian tugas yang
diberikan sudah merata.
kepada petugas
instalasi NAPZA
sudah terbagi
secara merata?
b. Sarana dan Prasarana
2. Bagaimana “…Masih “… tempat “… sudah “…masih “…ada yang “…kekurang Dari 6 responden, 5
ketersediaan alat ada yang tidur di cukup…” kurang, kurang, an pada diantaranya menjawab
dan bahan yang kurang, detoks seperti seperti tempat bahwa ketersediaan alat
seperti masih tempat peralatan tidur…” dan bahan di rehabilitasi
ada di Instalasi
kurang…” tidur…” medis untuk rawat inap masih
Napza dalam bed…” tindakan terdapat kekurangan,
proses pelaksanaan invasif…” seperti : tempat tidur dan
rehabilitasi rawat peralatan medis untuk
inap? tindakan invasif.
147
Sedangkan 1 responden
lagi menjawab bahwa
alat dan bahan sudah
cukup.
3. Apakah alat dan “… masih “… masih “…sudah “… di VCT “… belum “…masih Dari 6 responden, 5
bahan yang ada di kekurangan kekurangan cukup…” masih lengkap…” ada yang diantaranya mengatakan
masing- masing tempat tempat kurang kurang..” bahwa alat dan bahan di
tidur di tidur di untuk masing-masing program
program Instalasi detoks…” detoks…” pemeriksaa masih terdapat
Napza telah n darah…” kekurangan, seperti di
cukup? detoksifikasi kekurangan
tempat tidur dan di
klinik VCT kekurangan
alat untuk pemeriksaan
darah. Sedangkan 1
responden lagi
mengatakan bahwa alat
dan bahan yang ada
sudah cukup.
Proses
a. Rawat jalan
4. Apakah ada pasien “… tidak “… tidak “… ada…” “… ada, “… masih “… ada Dari 6 responden, 4
yang tidak rutin ada…” ada…” banyak…” banyak beberapa…” diantaranya mengatakan
dalam pasien yang bahwa ada pasien yang
melaksanakan tidak rutin tidak rutin dalam
datang…” melaksanakan program
program
rawat jalan. Sedangkan 2
rehabilitasi rawat responden lagi
jalan? mengatakan tidak ada.
b. Rawat inap
4. Apakah ada pasien “… ada…” “… masih “… ada, “… ada, “… ada, “… ada, Ke semua responden
di rehabilitasi ada pasien dikarenaka dikarenaka dikarenakan dikarenakan menjawab bahwa masih
rawat inap yang yang n lari dan n lari dan lari dan lari dan ada pasien rehabilitasi
lari…” dipaksa dipaksa dipaksa dipaksa rawat inap yang tidak
tidak pulang oleh pulang oleh pulang oleh pulang oleh menyelesaikan semua
menyelesaikan keluarga… keluarga… keluarga…” keluarga…” program yang ada,
semua program ” ” dikarenakan melarikan
yang ada? diri dan dipaksa pulang
oleh keluarga.
Output
1. Bagaimanakah “… “… hasil “… untuk “… target “… target “… untuk Ke semua responden
hasil dari kunjungan pelaksanaa kunjungan dalam 1 tidak ada, rawat jalan menjawab bahwa hasil
pelaksanaan per bulan n rawat per bulan bulan hanya di targetnya dari pelaksanaan
tercapai…” jalan cukup tercapai…” tercapai, persenkan tercapai…” program rawat jalan
program
baik, target bahkan pada akhir cukup baik dan target-
rehabilitasi rawat tercapai…” lebih…” tahun…” target yang direncanakan
jalan? tercapai.
d. Psikolog NAPZA
e. Konselor NAPZA 1 orang
152
153
Penilaian
No Aspek yang diobservasi Ada Tidak Keterangan
ada
1. Undang-undang dan peraturan lainnya
terkait rehabilitasi NAPZA di Instalasi
NAPZA
2. Juklak/Juknis pelaksanaan program
rehabilitasi NAPZA di Instalasi
NAPZA
3. Standar Operasional Prosedur
Rehabilitasi NAPZA
4. Buku panduan pelaksanaan program
rehabilitasi NAPZA
5. Dokumen alokasi dana untuk
pelaksanaan program rehabilitasi
NAPZA
6. Dokumen perencanaan program
rehabilitasi NAPZA di Instalasi
NAPZA tahun 2015
7. Data pencapaian target program-
program rehabilitasi NAPZA tahun
2015
8. Laporan tahunan Instalasi NAPZA
(tahun 2014)
9. Laporan Tahunan Instalasi NAPZA
(tahun 2015)
10. Struktur organisasi di RSJ Prof H.B
Saanin Padang