OLEH :
DIAN ARDIAWAN
B 111 12 633
i
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYIDIKAN TINDAK
PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
SKRIPSI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Makassar,…..,November, 2017
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.S. Dr. Nur Azisa, S.H., M.H.
NIP. 19590317 198703 1 002 NIP. 19671010 19920 2 002
iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
penulis memohon ampunan atas dosa dan khilaf, bila tulisan ini ada
masih terdapat dalam penulisan skripsi ini, untuk itu maka kritik dan dan
penyempurnaan.
Dalam meyusun skripsi ini tidak terlepas dari motivasi dan doa
dari ayahanda dan ibunda yang telah mendidik dan membesarkan penulis
segala dukungan dan bantuan selama ini baik bantuan moril maupun yang
Pulubuhu, MA
v
3. Bapak Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.S. selaku pembimbing I yang
4. Ibu Dr. Nur Azisa, S.H., M.H selaku pembimbing II yang telah
5. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Said Karim, S.H., M.H., Bapak Prof. Dr.
Andi Muhammad Sofyan, S.H., M.H., Ibu Dr. Wiwie Heryani, S.H.,
masukan.
Hasanuddin
skripsi ini.
vi
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kata, penulis persembahkan karya ini dan semoga dapat bermanfaat bagi
Dian Ardiawan
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ....................................................................................... ix
x
C. Penyidik Tindak Pidana ........................................................ 35
A. Kesimpulan ............................................................................. 69
B. Saran ...................................................................................... 70
LAMPIRAN......................................................................................... 72
xi
BAB I
PENDAHULUAN
baru lagi dan dapat menimpa siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan,
yang paling sering terjadi di lingkup rumah tangga seperti pemukulan dan
ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang perempuan sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kemudian dalam Pasal 33,
ditentukan tentang hak dan kewajiban suami istri, “suami istri wajib saling
mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang
1
suami terhadap istri, karena tidak sesuai dengan tujuan perkawinan serta
sarana yang terbaik untuk mewujudkan rasa kasih sayang sesama manusia
di dunia ini yang pada akhirnya akan melahirkan keluarga sebagai unit
terkecil dari kehidupan dalam masyarakat. Adapun hak dan kedudukan istri
adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami, baik dalam kehidupan
2
Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 23 Tahun 2004
keutuhan dan kerukunan rumah tangga yang bahagia, aman, tentram, dan
pengendalian diri tidak dapat dikontrol, yang pada akhirnya dapat terjadi
yang negatif pada anak bahkan keluarga itu sendiri, seperti istri menuntut
untuk bercerai karena tidak tahan akan perilaku suami yang keras.
maupun seksual, telah membentuk dinding pemisah antara suami dan istri.
segitiga atau lebih. Hubungan yang tidak wajar lagi antara beberapa individu
Penderitaan ini akan lebih dirasakan oleh kaum istri, kerena istri merupakan
3
Tindakan penganiayaan merupakan salah satu kejahatan sering
dan tidak dilaporkan karena baik pelaku maupun korban berusaha untuk
sifat kejahatan yang meluas dan berlangsung secara sistematik dan terpola.
kepolisian, setelah adanya laporan dari pihak korban, maka akan segera
4
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti dan dengan bukti
tersebut membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya” .
Hal ini juga diatur dalam Pasal 102 KUHAP, menyatakan : “Pihak kepolisian
suatu tindak kekerasan dalam rumah tangga tersebut dan dapat menemukan
agar menghindari kekeliruan dalam penjatuhan pidana. Hal ini telah di atur
5
Dengan adanya ketentuan undang-undang diatas maka dalam
tersebut penulis tertarik melakukan penelitian dan dibuat dalam karya tulis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mengetahui proses penyidikan tindak pidana Kekerasan Dalam
D. Manfaat Penelitian
tertib hukum.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana
Dikalangan para ahli pidana istilah tindak pidana berasal dari istilah
diartikan dalam berbagai ragam kata dalam bahasa Indonesia yang dalam
8
Vos (Martiman Prodjohamidjojo, 1996: 16) merumuskan bahwa
peraturan perundang-undangan.
pidana.
pidana karena tindak pidana memberi suatu ciri tertentu pada suatu
dapat dibedakan mana yang termasuk tindak pidana dan mana yang tidak
memenuhi syarat formil maupun syarat materil. Syarat formil terdapat pada
sebagai perbuatan yang tidak boleh atau tidak patut dilakukan, dimana hal
9
hukum tertulis atau undang-undang saja. Tetapi juga hukum yang tidak
delik. Ini tidak berarti bahwa selalu dapat dijatuhkan pidana kalau
dua syarat: perbuatan itu bersifat melawan hukum dan dapat dicela”.
1) Unsur-unsur formal :
a. Perbuatan Sesuatu.
pidana.
2) Unsur-Unsur Materil :
10
Menurut lamintang unsur objektif itu adalah unsur yang ada
diuraikan lebih lanjut, delik seperti ini disebut sebagai delik materil
11
b. Akibat perbuatan manusia, yaitu akibat yang terdiri atas
hukum, yang menurut norma hukum pidana itu perlu ada supaya
berbeda tempat dan waktu dari tempat dan waktu perbuatan itu
waktu yang tertentu. Akan tetapi matinya (akibat) orang itu terjadi
345 KUHP, keadaan: “jika orang itu jadi membunuh diri” adalah
12
beberapa norma hukum pidana unsur “melawan hukum” ini
norma pidana yang tertentu. Sifat dapat dipidana ini bisa hilang,
sebagai berikut :
1. Dapat dipertanggungjawabkan.
pidana. Pemisahan itu diadakan pada waktu menyelidiki ada atau tidak
13
adanya peristiwa pidana dan pada waktu hendak menjatuhkan pidana
delik formiel yaitu Pasal 362 KUHP tentang pencurian dan dapat
14
terhadap keharusan di dalam undang-undang. Sebagai contoh
adalah Pasal 164 KUHP dan Pasal 165 KUHP tentang keharusan
Delik berdiri sendiri yaitu delik yang terdiri atas suatu perbuatan
KUHP suatu pencurian. Delik berlanjut yaitu delik yang terdiri atas
15
Delik rampung adalah delik yang terdiri atas satu perbuatan atau
berlanjut yaitu delik yang terdiri atas satu atau beberapa perbuatan
Delik tunggal adalah delik yang hanya satu kali perbuatan sudah
Delik Sederhana yaitu delik dasar atau delik pokok. Misalnya Pasal
16
pencurian. Delik dengan pemberatan atau delik berkualifikasi yaitu
unsur yang sama dengan delik dasar atau delik pokok, tetapi
lebih ringan daripada delik dasar atau delik pokok. Misalnya Pasal
17
Delik politik yaitu delik yang ditujukan terhadap keamanan negara
II Bab I sampai Bab V, Pasal 104 KUHP sampai Pasal 181 KUHP.
Delik khusus yaitu delik yang hanya dapat dilakukan orang tertentu
yaitu delik yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Misalnya Pasal
Delik Aduan yaitu delik yang hanya dapat dituntut, jika diadukan
pencurian dalam keluarga. Delik biasa yaitu delik yang bukan delik
18
Ada beberapa ketentuan mengenai tindak pidananya, seperti yang
dalam hukum pidana dianut asas legalitas yaitu asas yang menentukan
bahwa tiap-tiap tindak pidana harus ditentukan sedemikian rupa oleh suatu
yang ada berlaku bagi terdakwa sebelum dapat dituntut untuk dipidana
suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) yang
yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja
menimbulkan kejadian.
19
dilihat dari segi kemasyarakatan ia dapat dicela oleh karena perbuatannya
tersebut.
20
Tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan ancaman yang
tangga”.
yang berciri atau bersifat keras dan atau perbuatan seseorang atau
21
penekanan secara ekonomis yang terjadi dalam lingkup rumah
tangga”.
atau istri.
kekerasan ekonomi.
22
mengunjungi saudara maupun teman-temannya, mengancam akan
2004).
23
Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga sebagai
berikut:
24
Ancaman pidana bagi yang melakukan kekerasan psikis
berikut:
25
Tindakan kekerasan seksual menurut pasal 5 Undang-
sebagai berikut:
Pasal 46
26
Pasal 48
Dalam hal perbuatan sebagaimana dalam Pasal 46 dan
Pasal 47 mengakibatkan korban mendapatkan luka
yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
mengalami gangguan daya pikir atau kewajiban
sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus
menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur
atau matinya janin dalam kandungan, atau
mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh)
tahun atau denda paling sedikit Rp. 25.000.000,00 (dua
puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
4. Penelantaran Rumah Tangga
tersebut.
27
b. Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud
Pasal 9 ayat (2).
dipengaruhi oleh faktor dari luar atau lingkungan, tetapi dapat juga
faktor yaitu:
1. Faktor Internal
28
mereka menikah nanti. Hal ini disebabkan karena menganggap
2. Faktor Eksternal
29
1. Masalah Keuangan
2. Cemburu
3. Masalah Anak
suami istri. Hal ini dapat berlaku baik terhadap anak kandung
angkat.
30
antara suami istri. Dalam penelitian diperoleh gambaran bahwa
bagi orang tua yang selalu ikut campur dalam rumah tangga
5. Masalah Saudara
31
Sopan santun seharusnya tetap dipelihara meskipun suami
32
Suami dan istri ibarat dua kutub yang berbeda. Oleh karena
akan timbul kesalah pahaman. Kondisi ini sering dipicu oleh hal-
hal sepele, namun kalau dibiarkan terus tidak akan diperoleh titik
timbulnya kekerasan.
penderitaan yang tidak hanya dialami oleh istri saja tetapi juga anak-
33
1. Terus menerus mengalami ketakutan dan kecemasan,
diri.
cacat.
dan janin.
34
7. Menderita banyak gangguan kesehatan.
datang.
2. Anggapan yang keliru akan tetap lestari bahwa pria lebih baik
dari wanita.
kekerasan.
1. Pengertian Penyidik
35
pejabat dalam tahap penyidikan tersebut adalah pejabat penyidik
36
Pejabat polisi yang dapat diangkat sebagai pejabat
Dua Polisi
Letnan Dua.
Republik Indonesia
2) Penyidik Pembantu
37
b. Atau pegawai negeri sipil dalam lingkungan Kepolisian
masing.
38
tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan
penyidik Polri”.
2. Wewenang Penyidik
39
perkara penyidikan kepada penuntut umum, jika penyidikan
dan tindakan lain dalam rangka penyidikan (Pasal 112 ayat (2)
40
pemeriksaan (Pasal 122 KUHAP), Keempatbelas, dalam rangka
benda yang akan disita itu dengan disaksikan oleh Kepala Desa
atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi (Pasal 129 ayat
41
sesaat setelah dibungkus (Pasal 130 ayat (1) KUHAP),
kejadian.
dan penyitaan.
bertangggungjawab.
42
3. Penyidik dapat mengabulkan permintaan tersangka,
6. Dalam hal timbul dugaan kuat ada surat palsu atau yang
(2) KUHAP).
43
BAB III
METODE PENELITIAN
tentang isi tetapi tidak berdasarkan akurasi statistik. Penelitian kualitatif tidak
dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang di gunakan adalah setting
adalah POLSEK TALLO Makassar Jl. Gatot Subroto No. 14. Lokasi ini di
2017.
1. Jenis Penelitian
tempat tertentu secara rinci dan mendalam (Bogdan & Biklen, 1998).
44
untuk mengungkapkan makna atau menginterpretasikan fenomena
peneliti.
2. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh.
sebagai berikut :
a. Data Primer
penelitan ini.
b. Data Sekunder
45
Perundang-undangan, dokumentasi dari instansi yang berkaitan
dalam dua kategori, yaitu metode yang bersifat interaktif dan noninteraktif
pengamatan tak berperan serta, analisis isi dokumen dan arsip. Sumber
sebagai berikut:
46
peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta
berlangsunya wawancara.
masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua
47
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi
pembicaraan.
48
f) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
3. Dokumen
hanyalah nama lain dari analisis tulisan atau analisis terhadap isi
visual dari suatu dokumen. Buku teks, essay, surat kabar, novel,
artikel, majalah, buku resep, pidato politik, iklan, gambar nyata, dan isi
49
microfilm, disc, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan di
D. Analisis Data
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan
50
Data yang diperoleh atau yang dikumpulkan dalam penelitian ini
merupakan bahan yang sifatnya kualitatif. Jadi teknik analisis data yang
51
BAB IV
penyebabnya bermacam-macam.
a) Kekerasan Fisik :
Apabila korban jatuh sakit atau luka berat maka diancam hukuman
45.000.000 (empat puluh lima juta rupiah). Hal ini telah diatur
52
b) Kekerasan Psikis :
c) Kekerasan Seksual :
53
dipidana dengan hukuman penjara paling sedikit 4 tahun dan
Dua puluh lima juta rupiah dan paling banyak Rp 500.000.000 Lima
orang yang :
54
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang
tersebut.
rumah.
ada dalam KUHP. Hal ini membuat penyidik atau penegak hukum
55
Bertolak dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh
Tabel 1:
56
Berdasarkan Tabel di atas, maka pada tahun 2014 terdapat 11
penyelesaian selanjutnya.
Tabel 2:
57
(Tigabelas) kasus semua dapat diselesaikan melalui jalan damai atau
Tabel 3:
Januari s.d. Desember 2016 , hal ini menunjukkan bahwa dari tahun
58
perkara kekerasan dalam rumah tangga dari tahun 2014 sampai 2016
Tangga (KDRT)
berpendapat bahwa :
59
dalam rumah tangga kepada kepolisian setempat. Baik ditempat
ayat 2). Dalam hal ini korban adalah seorang anak, laporan dapat
keluarga lain, kecuali ada alasan yang patut (pasal 28). Dan
paling lama 1 tahun dan dapat diperpanjang jika ada keterangan dari
60
untuk mendapatkan perlindungan hukum sebagai korban kekerasan
rohani.
61
Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan alasan-
62
merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan mengancam jiwa
1. Menerima laporan
diproses.
4. Mengamankan pelaku
63
dimaksud adalah orang yang mengetahui dengan jelas mengenai
ahli).
Tangga
64
penyidikan tindakan kekerasan dalam rumah tangga ternyata tidak
cukup.
65
sehubungan dengan tindakan kekerasan dalam rumah tangga
kesalahannya.
sebagai delik aduan, korban tidak dapat dan tidak mau menerima
66
a. Setelah korban membuat laporan, korban tidak koperatif/sulit
untuk dihubungi
hilang.
4. Hambatan Negara
tidak dilaporkan
67
b. Kurangnya sarana dan prasarana sehingga sulit untuk
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sosial masyarakat.
69
B. Saran
oleh korban. Hal ini dirasakan berat khususnya bagi korban yang
70
DAFTAR PUSTAKA
Press.
Rangkang.
Kanter, E.Y. & S.R Sianturi.2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan
71
Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Persada Karya.
Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya dan Hasan Madani. Mengenal Hukum
PT. Eresco.
Gama Media.
72
LAMPIRAN
73
74