OLEH:
DEWA HADI KHALFIHIM
B111 11 907
SKRIPSI
Oleh
B 111 11 907
i
PENGESAHAN SKRIPSI
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Muhadar, S.H., M.H. Dr. Wiwie Heryani, S.H., M.H.
NIP. 19690317 198703 1 002 NIP. 1968 0125 1997 022 001
An. Dekan
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Pengembangan,
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing I Pembimbing II
iii
iv
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................. v
vii
3. Jenis-Jenis Prostitusi ............................................................ 30
A. Kesimpulan ................................................................................. 60
B. Saran ......................................................................................... 60
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menuntut wanita harus bekerja di luar rumah untuk mencari kegiatan yang
yang sangat rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tidak
jenis pekerjaan yang dengan cepat menghasilkan uang. Salah satu jalan
pelacuran.
1
adalah masalah sosial yang sangat sensitif yang menyangkut peraturan
akan memiliki daya berlaku yang efektif apabila berisikan dan atau selaras
karena itu harus dihukum, akan tetapi menurut hukum pidana, tidak
2
masyarakat, tetapi dipandang sebagai perbuatan melanggar hukum,
dalam KUHP tidak satupun pasal yang mengatur secara khusus mengenai
menganut azas nullum delictum noela poena sine praevia lege poenale,
yang inti pokoknya menyatakan bahwa tidak ada suatu perbuatan yang
jasa seks atau melakukan aktifitas lain yang sejenis. Hukum pidana hanya
secara illegal seperti yang tertera di dalam KUHP Pasal 296, 297, dan
bila ditinjau dari norma yang hidup dalam masyarakat, maka prostitusi
3
seperti halnya mengungkapkan masalah yang paling klasik di bumi ini,
namun tetap terasa baru untuk dibicarakan dan dibahas, sulit ditentukan
secara pasti kapan munculnya profesi ini, namun bisa dikatakan sejak
adanya norma perkawinan, konon bersamaan itu pula lahirlah apa yang
menjunjung tinggi nilai - nilai moral sebagaimana yang tertuang dalam sila
4
- sila Pancaslla. Di setiap tempat pijat dan spa, wanita yang bertugas
lama dan salah satu dari sekian profesi tertua di dunia. Di Indonesia
tindakan atau praktik - praktik prostitusi yang banyak sekali terjadi dalam
saat ini belum terdapat pasal - pasal yang mengatur mengenai prostitusi.
media cetak dan elektronik, maka tidak sulit bagi penulis untuk
5
memandang periu untuk mengkaji dan meneliti perkembangan praktik
B. Rumusan Masalah
Kabupaten Maros?
Kabupaten Maros?
C. Tujuan Penelitian
di Kabupaten Maros;
Kabupaten Maros.
D. Kegunaan Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Kriminologi
Secara etimologi, kriminologi berasal dari kata crime dan logos. Crime
yang mencakup:1
1 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2001, Kriminologi, Jakarta: PT Rajawali Press,
hlm. 9-10.
7
a. Antropologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang manusia
sebagai berikut:2
8
Edwin H. Sutherland dan Donald R. Cressey bertolak dari pandangan
9
suatu objek yang sama, yakni kejahatan.5 Van Bemmele tanpa
disipliner dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta dalam pengertian yang
5 Teguh Prasetyo, 2011, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media,
hlm.15.
6 Ibid.
7 Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi dan Hukum Pidana, Yogyakarta: Laksbang Grafika,
hlm.14.
8 Ibid, hlm. 2.
9 Topo Santoso dan Eva Achjani, Op. Cit., hlm. 35.
10
a. Akan menelusurkan atau paling sedikit mengurangi kepercayaan
kejahatan.
“kenyataan”.10
11
a. Mr. Paul Moedigdo Moeliono menyatakan kriminologi adalah ilmu
individual;
bangsa-bangsa;
kejahatan.
12
b. Thrsten Sellin, kriminologi dipakai untuk menggambarkan tentang
menanggulanginya (treatment);
2. Pembagian Kriminologi
besar, yaitu:13
a. Kriminologi Teoritis
seterusnya;
13A.S. Alam dan Amir Ilyas, 2010, Pengantar Kriminologi, Makassar: Pustaka Refleksi
Books, hlm.4-7.
13
2) Sosiologi criminal, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari
ini adalah:
golongan-golongan penjahat;
Makassar;
14
b. Kriminologi Praktis, yaitu ilmu pengetahuan yang berguna untuk
lagi;
statistik kejahatan;
15
b. Etiologi Kriminal, yang membahas teori-teori yang menyebabkan
perspektif kriminologi;
1) Teori-teori penghukuman;
rehabilitative.
16
4. Aliran Pemikiran dalam Kriminologi
kritis, yaitu:
a. Kriminologi Klasik
sebagai hasil pilihan bebas dari individu yang menilai untung ruginya
17
dan sebaliknya dengan menurunkan keuntungan yang dapat diperoleh
b. Kriminologi Positivis
penjahat dari aspek fisik, sosial dan kultural. Oleh karena kriminologi
terhadap ciri-ciri perilaku itu sendiri dari pada perilaku yang didefinisikan
oleh undang-undang.
c. Kriminologi Kritis
18
manusia dalam membangun duniahnya dimana dia hidup. Dengan
1. Pengertian Prostitusi
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah pelacur berkata dasar “lacur” yang
berarti malang, celaka, gagal, sial, atau tidak jadi. Kata lacur bahkan juga
dengan itu pula, Iwan Bloch berpendapat bahwa pelacuran adalah suatu
yakni kepada siapapun secara terbuka dan hampir selalu dengan bayaran
15Koenjoro, 2004, Tutur dari Seorang Pelacur, Cet.1, Yogyakarta: Tinta, hlm. 26.
16 Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar, 1985, Dolly Membedah Dunia Pelacuran
Surabaya, Surabaya: Graffiti Pers, hlm. 10.
19
baik untuk persebadanan maupun kegiatan seks lainnya yang memberi
berlaku saat ini mengenai istilah pelacur ini tidak diatur secara jelas,
hanya mengenai mereka yang mencari keuntungan dari orang lain yang
dengan istilah Germo dan diatur dalam Pasal 297 KUHP, yaitu:
penyerahan tubuh oleh wanita kepada banyak laki-laki (lebih dari satu)
17 Soedjono D, 1977, Pelacuran Ditinjau Dari Segi Hukum dan Kenyataan dalam
Mayarakat, Bandung: PT Karya Nusantara, hlm. 17.
18 Lihat Pasal 297 KUHP.
20
2. Sejarah Singkat Perkembangan Prostitusi di Indonesia
kerajaan yang sangat lama berkuasa di Jawa berdiri pada tahun 1755
menguasai segalanya, tidak hanya tanah dan harta benda, tetapi juga
Kekuasaan raja yang tidak terbatas ini terlihat dari banyaknya selir
Sebagian lagi persembahan dari kerajaan lain dan ada juga selir yang
19Hull, T., Sulistyaningsih, E., dan Jones, G.W., Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan
perkembangannya, Pustaka Sinar Harapan dan Ford Foundation, Jakarta, 1997, hlm. 1-3
21
berada di lingkungan luar kerajaan dengan maksud agar keluarga tersebut
raja. Perempuan yang menjadi selir tersebut berasal dari daerah tertentu
Makin banyak selir yang dipelihara bertambah kuat posisi raja di mata
20 Ibid, hlm. 7
21 Ibid, hlm. 4
22
b. Perkembangan Prostitusi Selama Masa Penjajahan
untuk para serdadu, pedagang dan para utusan menjadi isu utama dalam
hukum, tidak diterima secara baik dalam masyarakat, dan dirugikan dari
22 Ibid, hlm.3
23
perempuan baik-baik untuk berzinah. Pada aturan tersebut tidak
dan dialek yang digunakan saat ini. Apa yang digunakan sebagai wanita
tuna susila sekarang ini, pada waktu itu disebut sebagai wanita public
menjadi sia-sia.25
24
Surabaya misalnya, pemerintah daerah telah menetapkan tiga daerah
ini pada peringkat III (tidak setara dengan eselon III zaman sekarang yaitu
mengunjungi dan memeriksa wanita publik pada setiap hari Sabtu pagi.
hukum agrarian pada tahun 1870, dimana pada saat itu perekonomian
di Sumatera dan pembangunan jalan raya dan jalur kereta api, telah
26 Astry Sandra Amalia, 2013, Dampak Lokalisasi Kompleks Pekerja Seks Komersial
(PSK) Terhadap Masyarakat Sekitar, eJournal Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik, Volume 1, Nomor 2, hlm. 474-475
27 Hull, T., Sulistyaningsih, E., dan Jones, G.W., Op.cit., hlm. 13.
25
merangsang terjadinya migrasi tenanga kerja laki-laki secara besar-
tidak hanya aktivitas prostitusi saja yang timbul untuk melayani para
prostitusi yang tumbuh di stasiun kereta api hampir di setiap kota. Dari
prostitusi di Surabaya.
baru. Hingga pertengahan abad ke-19 para pelacur diizinkan naik ke kapal
26
mereka berkeliaran dalam kota untuk mencari perempuan penghibur
tersebut.29
pendudukan Jepang antara tahun 1941 hingga tahun 1945. Wanita yang
27
Pada masa pendudukan Jepang, banyak perempuan dewasa dan
anak - anak sekolah yang tertipu atau dipaksa memasuki dunia prostitusi.
pelajar perempuan. Banyak calon yang berparas menarik dan cerdas dari
keluarga kalarigarl atas untuk mencoba tawaran pihak Jepang ini. Kondisi
pada masa penjajahan Belanda, karena pada masa banyak sinyo yang
terasa sulit.31
31 Hull, T., Sulistyaningsih, E., dan Jones, G.W., Op.cit., hlm. 15.
28
pedesaan terutama bagi keluarga untuk bekerja di luar sektor pertanian,
yang dikerjakan oleh keiompok ini adalah pekerja sektor informal, sebagai
Menurut faktor lain yang mendorong para wanita muda masuk ke dunia
keluarga jawa.
tertinggi di dunia, Jawa Timur dan Jawa Tengah lebih rendah. Industri
29
meningkatnya mobilitas penduduk, gaya hidup, pendapatan masyarakat
dan tantangan yang dihadapi, hingga kini lokasi tempat kerja industri seks
3. Jenis-Jenis Prostitusi
sangat dirugikan.
4. Tipe-tipe Pelacur
berikut:35
33Ibid, hlm.20.
34Ayu, 2011, Prostitusi, Diakses dari http://ayu.blog.fisip.uns.ac.id/2011/02/25/prostitusi,
Diakses pada 25 Agustus 2016.
30
a. Professional Prostitute, ialah mereka yang melakukan pelacuran
keuntungan belaka;
keuntungan;
35 G.W. Bawengan, 1977, Masalah Kejahatan dengan Sebab dan Akibat, Jakarta:
Pradnya Paramita, hlm. 54.
31
g. Unconvensional, ialah perempuan yang memasuki sesuatu rumah
tangga secara tidak resmi dan berlaku sebagai suami istri, atau
yang sah;
melakukan perzinahan.
ke tempat itu;
melalui perantara-perantara;
32
digolongkan sebagai tingkat atas atau biasanya mengadakan
tuna susila) dan WTS dalam melakukan kegiatannya. Ada yang berdiri di
pinggiran jalan, ada dudi.k di taman, ada yang mendapatkan tamu di bar,
ada yang menunggu panggiian melalui telepon, dan ada yang menempati
lokasi tempat tertentu sebagai tempat praktik prostitusi. Dari berbagai cara
a. Prostitusi Jalanan
Ibukota Provinsi di Indonesia. Para WTS pada kegiatan ini sering berdiri
33
menunggu laki - laki atau tamu di pinggiran jalan tertentu, terutama pada
malam hari. Biasanya para WTS semacam ini dengan mudah dapat
dikenal, hal itu dapat dilihat dari tingkah lakunya yang dapat
mengkedipkan salah satu matanya dan gerakkan lain yang dapat menarik
oleh jenis prostitusi semacam Ini diberikan kepada laki - laki atau
dan pedagang kecil lainnya. Hal ini disebabkan karena tarif pelayanan
seksual yang ditawarkan tidak mahal dan mudah terjangkau oleh mereka
seksual kepada setiap laki - laki yang membutuhkannya. Oleh karena itu
34
seorang germo, mereka mendapatkan keuntungan dan seksual itu hanya
untuk diri sendiri. Dalam praktiknya sering terjadi para pelacur jalanan
bagi keselamatan mereka dari laki -laki yang berlaku kasar atau tidak
periindungan tersebut.
b. Prostitusi Panggilan
bawah pengawasan perantara tadi. Salah satu ciri khas dari prostitusi
pada tempat – tempat tertentu saja akan tetapi selalu berubah - ubah.
panggiian ini tergolong pelacur yang memiliki posisi tawar yang cukup
ribu untuk short time. Penghasilan yang di peroleh dari pelayanan seksual
mucikari.
35
c. Prostitusi Rumah Bordil
dapat dijumpai d' tempat - tempat tertentu, berupa rumah – rumah yang
lapangan kerja pada berbagai pihak, antara lain penjual makanan, tukang
cuci pakaian, penjual obat, dan usaha - usaha lainnya, yang mendapat
d. Prostitusi Terselubung
mereka adanya di jalanan. Tentu saja illegal, dan bukan tak pernah
(mucikari/germo), prostitusi dengan kedok salon dan spa atau bias juga
melalui internet. Sudah rahasia umum mereka tak bekerja sendirian. Ada
menengah, segmen pelacur kelas atas dan segmen pelacur kelas tinggi.
36
Beberapa contoh perusahaan yang melayani para pelanggan
rata - rata Rp. 5.000,00. Fasilitas yang disediakan di kompleks ini sangat
kawasan kumuh, di pasar dan di lokasi lain yang sulit dijangkau bahkan
pelacur tersebut.
tinggi, mereka ini termasuk pelacur yang bertarif Rp. 25.000,00 - Rp.
kontak - kontak khusus yang hanya menerima klien tertentu. Untuk setiap
transaksl para pelanggan harus membayar harga yang relatif mahal yaitu
Rp. 100.000,00 - Rp. 300.000,00. Jumlah ini akan berlipat dua kali
panti - panti pijat yang sangat mahal. Pada sebagian besar usaha
37
penyedia layanan seks, tarif ditentukan menurut usia dan daya tarik
Hukum Pidana (KUHP) sebagai apa yang disebut hukum pidana umum. Di
prostitusi KUHP mengaturnya dalam dua pasal, yaitu Pasal 296 dan Pasal
38
Perlindungan Anak, yaitu manakala melibatkan anak atau perundangan
1. Zaman Kuno
39
sebaliknya kemiskinan dapat mendorong manusia yang menderita
kaya yang hidup hanya berfoya-foya bila jatuh miskin mudah untuk
mencuri”.
karena kemiskinan dan sebab-sebab sosial lainnya, juga masa ini dikenal
40
(hubungan) dengan “Definition favorable to violation of law” atau dengan
2. Teori Anomie
atau culture goals yang diyakini berharga untuk diperjuangkan, dan (2)
Jika suatu masyarakat stabil, dua unsur ini akan terintegrasi, dengan kata
lain saran harus ada bagi setiap individu guna mencapai tujuan-tujuan
structural explanation). Selain ituteori ini berasumsi bahwa orang itu taat
disparitas antar tujuan dan sarana inilah yang memberikan tekanan tadi.
41
pengertia teori kontrol sosial merujuk kepada pembahasan delikuensi dan
yaitu: penjahat;
42
diatas, maka dilihat dari sudut kebijakan, pengunaan atau intervensi
selektif dan limitatif. Dengan kata lain, saran penal tidak selalu harus
43
nilai sosiokultural dan perubahan masyarakat, juga dalam hubungannya
bahwa:42
fungsional/struktural.
44
Dalam hal praktik Prostitusi, Menurut Sudarsono tindakan atau upaya
pelanggannya;
prostitusi;
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Jenis dan sumber data yang terhimpun dari hasil penelitian ini diperoleh
46
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Analisis Data
47
deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden
secara tertulis atau lisan, dan juga pelakunya yang nyata, yang
48
BAB IV
Maros
Hal ini juga terjadi pada kasus praktik prostitusi, dimana pada
Keadaan ini disebabkan karena sifat dan kepentingan yang pada saat itu
1. Faktor Ekonomi
49
menghidupkan daya minat dengan memasang iklan-iklan dan
prostitusi.
karena uang sewa elektone itu lebih sering digunakan untuk biaya
50
Di tempat lain Penulis juga mengunjungi salah satu tempat
2. Faktor Lingkungan
51
dengan orang lain. Lingkungan pergaulan memegang peranan penting
orang-orang dewasa serta anak-anak muda dan anti sosial yang bisa
ini bermula sejak dia masih SMA hingga saat ini dia telah berusia 25
tahun, dimana pada saat SMA dia sering bergaul dengan temannya
yang juga merupakan PSK dan pada saat SMA dia sering diajak bolos
oleh temannya ke tempat yang katanya tempat prostitusi pada saat itu.
52
3. Faktor Sakit Hati
karena faktor sakit hati, bercerai dengan suami, istri yang memergoki
begitu saja dan akhirnya dia memilih jalan untuk menjadi seorang
itu dia merasa sakit hati karena kekasih yang sangat dia cintai telah
53
menjelaskan kepada Penulis bahwa latar belakang awal dirinya
utamanya
1. Upaya Preventif
daripada mengobati.
54
a. Mengadakan penyuluhan bahaya penyakit yang diakibatkan
55
2. Upaya Represif
prostitusi.
prostitusi
usaha sewa elektone sejak tahun 2008 namun harus ditutup dan
56
dicabut izinnya oleh Pemerintah Kabupaten Maros pada tahun
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
prostitusi.
58
2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian maupun
selalu diutamakan.
praktik prostitusi.
B. Saran
59
3. Sebaiknya pihak pemerintah mengambil inisiatif untuk membuka
60
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
61
T., Hull, Sulistyaningsih, dan Jones, G.W.. Pelacuran di Indonesia:
Sejarah dan perkembangannya. Pustaka Sinar Harapan dan Ford
Foundation. Jakarta. 1997.
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Internet
Ayu. 2011. Prostitusi. Diakses dari
http://ayu.blog.fisip.uns.ac.id/2011/02/25/prostitusi. Diakses pada
25 Agustus 2016.
62