Anda di halaman 1dari 80

TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI KEPADA IBU


MERTUA YANG TINGGAL BERSAMA (STUDI PUTUSAN NOMOR
1578/PID.SUS/2017/PN BKS)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

HAMBALI
NPM : 742010117028

Dibawah Bimbingan:

DR. HAMJA, S.H.,M.H.


MURTININGSIH KARTINI, S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIRALODRA
2021
TINJAUAN YURIDIS NORMATIF TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN
DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI KEPADA IBU
MERTUA YANG TINGGAL BERSAMA (STUDI PUTUSAN NOMOR
1578/PID.SUS/2017/PN BKS)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

HAMBALI
NPM : 742010117028

Telah Disetujui Untuk


Dipertahankam Dalam Ujian Sidang Kesarjanaan
Pada Tanggal 2021

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

DR. HAMJA, SH., M.H. MURTININGSIH KARTINI, SH., MH.

Fakultas Hukum Universitas Wiralodra


Wakil Dekan,

KODRAT ALAM, SH., MH


NIDN. 0408038502

2
ABSTRAK

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan yang menyakitkan


terhadap seseorang terutama perempuan, yang mengakibatkan adanya
kesengsaraan atapun penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau
penelantaran rumah tangga, perampasan kemerdekaan, ancaman dan pemaksaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sedangkan Pemerkosaan
berasal dari kata dasar “perkosa” yang berarti paksa, gagah, kuat, perkasa.
Memperkosa berarti menundukkan dengan kekerasan, memaksa, melanggar
dengan kekerasan.

Permasalahan yang terdapat pada skripsi ini yaitu mengenai seorang suami
yang melakukan perbuatan pemaksaan hubungan seksual terhadap ibu dari
isterinya (mertua) yang tinggal menetap dalam satu rumah tangga. Jenis penelitian
yang penulis gunakan yaitu jenis penelitian yuridis normatif yang menggunakan
analisis kualitatif, yaitu dengan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji
kualitas dan penetapan suatu aturan atau norma hukum yang diambil dari bahan
hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku sehubungan
kosepsi tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dimasa pandemi, dan bahan-
bahan hukum sekunder berupa buku-buku, hasil penelitian dan pendapat para
pakar terkait dengan tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga di masa
pandemi.

Hasil penelitian ini berdasarkan fakta hukum yang terdapat dalam putusan
hakim Nomor 1578/PID.SUS/2017/PN BKS menyatakan bahwa Terdakwa
terbukti melakukan perbuatan pemaksaan hubungan seksual terhadap ibu dari
isterinya (mertua) yang tinggal menetap dalam satu rumah tangga, sehingga unsur
kedua terpenuhi dalam perbuatan Terdakwa, Maka Hakim Menjatuhkan pidana
kepada Wildan Bin Herman dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun.

Kata Kunci: Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pemerkosaan

3
KATA PENGANTAR

4
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan karunia sehingga penelitian ini

dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis sanjungkan

kepangkuan alam Nabi Muhammad SAW, atas perjuangan dan kesabaran serta

kebesaran hati beliau memberikan kita teladan dan ajaran yang penuh dengan

keberkahan dan ilmu pengetahuan. Skripsi ini merupakan penelitian yang berjudul

“Tinjauan Yuridis Normatif Tindak Pidana Pemerkosaan Dalam Rumah

Tangga Yang Dilakukan Suami Kepada Ibu Mertua Yang Tinggal Bersama

(Studi Putusan Nomor 1578/Pid.Sus/2017/Pn Bks)”. Skripsi ini disusun dengan

tujuan melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar

sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Wiralodra. Harapan dari saya semoga

penelitian ini bisa bermanfaat sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi

peneliti maupun yang membacanya nanti.

Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak Dr. Hamja, S.H.,M.H dan Ibu

Murtiningsih Kartini, S.H., M.H yang telah membimbing saya dengan penuh

kesabaran dan telah banyak memberikan ilmu yang sangat bermanfaat sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan, serta tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih

banyak kepada Bapak Syamsul Bahri Siregar, S.H.,M.H yang selaku Dekan

Fakultas Hukum Universitas Wiralodra. Penulis juga ingin mengucapkan

terimakasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung penyelesaian skripsi

ini.

5
1. Kepada orang tua penulis, yakni Ibunda tersayang Minah dan Bapak

tercinta Rohmanudin yang selalu sabar memberi nasehat, dukungan

moril dan materil serta do’a yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-

kata dan tidak dapat tergantikan oleh apapun didunia ini, dan juga

kepada kakak-kakak tersayang yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

serta segenap anggota keluarga besar yang tiada henti memberikan

dorongan dan dukungan moral dan tulus mendo’akan penulis, serta

orang-orang yang saya sayangi yang sudah saya anggap sebagai bagian

keluarga saya sendiri karena telah memberikan saya semangat dalam

penyusunan skripsi ini sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Kepada Rektor Universitas Wiralodra Bapak Dr. Ujang Suratno, S.H.,

M.SI.

3. Kepada Wakil Dekan dan Ketua Prodi Ilmu Hukum Universitas

Wiralodra beserta seluruh dosen Prodi Ilmu Hukum, yang telah

memotivasi penulis dari awal sampai selesainya penulisan ini. Saya juga

berterimakasih kepada para pihak Civitas Akademika Fakultas Hukum

Universitas Wiralodra yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

4. Kepada rekan-rekan sepermainan seperti: Donny Dwi Ramdhani, Yoga

Prasetyo, Indra Kusumah Fitrah, Dodi Rolana, Deden Prasetyo, Zamzam

Abdul Faqih, Bambang Sumanto, Rizky Ilhamudin Alfazry, Dwi Septian

Hermawan, Heriawan Rizky, Yanto Kurniawan, Eko Subondo dan Intan

Indayani yang telah membantu memberikan solusi dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan terkait perkuliahan maupun skripsi ini.

6
5. Kepada teman seperjuangan angkatan Hukum 35 umumnya dan

khususnya kelas Rombel B yang telah membantu, memotivasi dan

memberi banyak pengalaman baik diluar dan didalam proses

perkuliahan dan juga dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun serta dukungan dari seluruh pihak agar skripsi ini jadi

lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Indramayu, 17 Januari 2022

Penulis,
Hambali
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................ii

7
ABSTRAK ............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI .......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Kegunaan Penelitian 6
E. Kerangka Pemikiran 7
F. Metodologi Penelitian 12
G. Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................17


A. TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA....................17
1. Pengertian Tindak Pidana 17
2. Tindak Pidana Perkosaan 19
B. TINJAUAN UMUM TENTANG KEKERASAN DALAM RUMAH
TANGGA 22
1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga ............................22
2. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga...................................26
3. Faktor-Faktor Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga......27

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGRI BEKASI NOMOR


1578/PID/.SUS/2017/PN BKS 31
A. Uraian Perkara Dalam Putusan Pengadilan Negri Bekasi Nomor
1578/ Pid.Sus/ 2017/ Pn Bks 31
B. Bukti Dan Fakta Hukum Dalam Persidangan 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48

8
A. Penerapan Hukum PIdana Materiil Kekerasan Dalam Rumah
Tangga Dalam Putusan Pengadilan Negri Bekasi Nomor 1578/
Pid.Sus/ 2017/ Pn Bks 48
1. Kronologi Kasus 48
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum 50
3. Fakta Hukum 51
4. Analisis Penulis dan Pendapat Hukum 56
B. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Kasus Pemerkosaan Dalam
Rumah Tangga Berdasarkan Putusan Pengadilan Negri Bekasi
Nomor 1578/ Pid.Sus/ 2017/ Pn Bks 56

BAB V PENUTUP 65
A. Kesimpulan 65
B. Saran 66

DAFTAR PUSTAKA

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kekerasan Dalam Rumah Tanggga (KDRT) perempuan menjadi

korban terbanyak dengan 26 kasus atau 89,65 persen. Mayoritas mereka

berusia 0-18 tahun. Kekerasan seksual paling menonjol yakni 13 kasus,

seperti pencabulan, pelecehan dan pemerkosaan. Kekerasan lainnya berupa

kekerasan fisik, kekerasan psikis, eksploitasi, penelantaran, perebutan

anak, dan perdagangan manusia.1

Survei komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan

(Komnas Perempuan) menunjukkan peningkatan kekerasan dalam rumah

tangga (KDRT) ditengah perebakan virus corona sekarang ini. Komnas

Perempuan secara berkala membuat catatan tahun untuk melihat trend

kasus-kasus yang diadukan dan dilayani dilembaga-lembaga hukum

Indonesia, dan upaya penanganan yang dilakukan. Selama masa penutupan

wilayah dan pembatasan jarak sosial akibat pandemi corona, tercatat

kenaikan dalam kasus kekerasan rumah tangga.2

Hal ini terungkap dari survei yang digelar pada April hingga Mei

2020 terhadap 2.285 responden perempuan dan laki laki. Lembaga

Bantuan Hukum Apik yang merupakan salah satu dari sekitar 40-an

1
https://nasional.tempo.co/read/570568/kekerasan-dalam-rumah-
tangga-meningkat
2
https://www.voaindonesia.com/amp/kekerasan-di-dalam-
rumahtangga-(kdrt)-meningkat-selama-pandemi/5513427.html

1
2

Lembaga Bantuan Hukum di Jakarta,setiap hari menerima tiga hingga 4

kasus. Tahun

2
2

2019 lalu kantor bantuan hukumnya menerima 60 kasus perbulan.Namun

pada masa pandemi ini terdapat 90 kasus perbulan.3

Sedangkan berdasarkan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan

Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Bogor mencatat, selama 2021 ini,

sudah ada 25 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terjadi

disejumlah wilayah di Kota Bogor. Koordinator dan Advokat P2TP2A

Kota Bogor, Iit Rahmatin mengatakan, dari 25 kasus yang masuk, 10

diantara nya merupakan kasus rujukan dari kepolisian.4

Hal ini juga terungkap dari survei yang digelar pada April hingga

Mei 2020 secara daring oleh Komnas Perempuan.Survei dilakukan

terhadap 2.285 responden perempuan dan laki-laki. Sebanyak 80 persen

dari responden perempuan pada kelompok berpenghasilan di bawah Rp 5

juta rupiah perbulan menyampaikan bahwa kekerasan yang dialami

cenderung meningkat selama masa pandemi. Secara umum, hasil survei

mencatat kekerasan psikologis dan ekonomi mendominasi KDRT.

Hasil survei daring juga mengidentifikasi bahwa kerentanan pada

beban kerja berlipat ganda dan kekerasan terhadap perempuan terutama

dihadapi oleh perempuan yang berlatar belakang kelompok

berpenghasilan kurang dari Rp 5 juta rupiah per bulan, pekerja sektor

informal, berusia antara 31- 40 tahun, berstatus perkawinan menikah,

memiliki anak lebih dari 3 orang dan menetap di 10 provinsi dengan

3
https://www.voaindonesia.com/amp/kekerasan-di-dalam-rumah-tangga-(kdrt)-
meningkat-selama-pandemi/5513427.html
4
https://m.ayobogor.com/read/2021/03/24/10015/137-kasus-kekerasan-
anak-dan-kdrt-terjadi-di-kota-bogor-selama-pandemi
3

paparan tertinggi Covid-19. Kemudian, kekerasan fisik dan seksual

terutama meningkat pada rumah tangga dengan pengeluaran yang

bertambah.5

Studi tentang korban kejahatan yang dilakukan oleh Van Dijk dan

Stenmetz (1980) di Belanda menunjukkan bahwa perempuan lebih kecil

kemungkinannya dibandingkan laki-laki untuk menjadi korban, tetapi

yang pertama memiliki risiko kriminal yang lebih tinggi untuk kejahatan

seperti pemerkosaan. Meskipun jumlah korban perempuan yang rendah,

perempuan cenderung menyembunyikan apa yang mereka alami

dibandingkan dengan laki-laki. Roy Morgan Research Center (1997)

menemukan bahwa 79% wanita yang disurvei merasa terancam berada di

tempat umum pada malam hari, sedangkan Women's Safety Survey

menemukan bahwa 52% wanita merasa terancam saat menunggu angkutan

umum sendirian di malam hari. Perempuan dianggap rawan menjadi

korban kejahatan.6 Berikut sebagian kecil kasus KDRT yang paling

menyita perhatian:

1. Suami Tega Injak Perut Istri yang Sedang Hamil

Awal tahun 2018 dihebohkan dengan berita suami menginjak-

injak perut istrinya yang sedang hamil tua. Suami yang menendang

perut istrinya bernama Kasdi 21 tahun. Ia menginjak perut istrinya,

5
https://www.kompas.tv/amp/article/135821/videos/kdrt-meningkat-selama-
pandemi-ini-bantuan-strategi-dari-komnas-perempuan-serta-kementerian-pppa
6
Rima Astuti [dalam hamja dan Faizin (2018)], ‘Hubungan Kesadaran Akan
Kerentanan Diri dan Mekanisme Coping Pada Perempuan Pekerja Malam di Tempat
Hiburan Karaoke di Wilayah Jakarta Barat’, (2011) 7(11) Jurnal Kriminologi Indonesia,
hlm193.
4

Lina Rahmawati 21 tahun yang sedang mengandung karena curiga

dengan anak dalam kandungannya merupakan hubungan gelap dengan

orang lain. Bayi dalam kandungan yang tidak diakui sebagai darah

dagingnya itu terpaksa lahir sebelum waktunya atau sesar dan

meninggal dunia. Peristiwa itu terjadi pada Kamis 4 Januari

kemarin. Saat itu, pasangan suami istri (Pasutri) yang menikah

pada 14 Juli 2017 itu sedang duduk di lantai seraya bersenderan ke

tembok di kediamannya, Jalan Tanah Tinggi Gang XII, Tanah Tinggi,

Johar Baru, Jakarta Pusat. Tanpa basa-basi Kasdi langsung

menendang perut istrinya dan menanyakan bapak dari bayi yang

sedang dikandungnya tersebut, karena usia kandungan dengan

pernikahannya tidak wajar. Sambil teriak kesakitan sang istri

menjawab dan meyakinkan Kasdi bahwa anak itu darah dagingnya.

Namun, sang suami tetap tidak percaya, kemudian menginjak

pada bagian pinggang sebelah kiri korban hingga berkali-kali.

Kemudian memukul bagian lengan sebelah kiri sebanyak 1 kali, Lina

pun pasrah menerima pukulan dari suami, hingga pada akhirnya

mengalami pendarahan. Akibat perbuatannya itu Kasdi dijerat pasal

berlapis yakni Pasal 338 KUHP, Pasal 44 UU RI Nomor 23 Tahun

2004 tentang KDRT dan pasal 80 UU RI Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Perlindungan Anak.7

7
https://megapolitan.okezone.com/amp/2018/01/10/338/1842911/suami-
injak-perut-istri-yang-hamil-tua-hingga-bayinya-tewas-diancam-20-tahun-
penjara. Diakses pada 19 Juni 2021.
5

2. Suami Bacok Istri 12 Kali hingga Tewas

Lantaran cemburu dan tidak mau ditinggalkan oleh istrinya,

seorang suami di RT 01, Kelurahan Pasar Muara Beliti, Kecamatan

Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas nekat menghabisi nyawa

istrinya dengan sadis, Senin 4 Desember 2017. Peristiwa tersebut

bermula dari kecemburuan suami terhadap korban yang ingin kabur

dari rumah. R (33), suami korban mencegahnya pergi dari rumah

dengan mengunci pintu. Namun, korban berhasil merebut kunci dari

tangan pelaku. Emosi pelaku pun meledak karena istrinya tetap ingin

membuka pintu rumah. Lalu pelaku berlari ke dapur mengambil pisau

dan langsung menusuk punggung istrinya berinisial Z (29) sebanyak 6

kali. Pelaku juga dua kali menyayat leher bagian belakang dan enam

kali menusuk dada korban.8

Berdasarkan pemaparan kasus tersebut diatas, maka peneliti

tertarik untuk membuat penelitian dengan judul "TINJAUAN

YURIDIS NORMATIF TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN

DALAM RUMAH TANGGA YANG DILAKUKAN SUAMI

KEPADA IBU MERTUA YANG TINGGAL BERSAMA (STUDI

PUTUSAN NOMOR 1578/PID.SUS/2017/PN BKS)".

B. Identifikasi Masalah

8
https://news.okezone.com/amp/2017/12/05/340/1825225/terbakar-
api-cemburu- suami-bacok-istri-12-kali-hingga-tewas. Diakses pada 19 Juni
2021.
6

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang diatas,maka

peneliti memfokuskan pada identifikasi permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana penerapan hukum pidana formil kekerasan dalam

rumah tangga dalam Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor

1578/Pid.Sus/2017/PN.Bks?

2. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus kasus

pemerkosaan dalam rumah tangga berdasarkan putusan Nomor

1578/Pid.Sus/2017/PNBks ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari penelitian

ini yaitu:

1. Untuk mengetahui penegakan hukum pada kekerasan dalam rumah

tangga ditinjau dari undang-undang nomor 23 tahun 2004.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan kasus

pemerkosaan dalam rumah tangga berdasarkan putusan Nomor

1578/Pid.Sus/2017/PNBks.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian

inidan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat

memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengembangkan keilmuan dibidang hukum perdata


7

mengenai kekerasan dalam rumah tangga.

b. Untuk menambah keberlanjutan dan perkembangan kajian

ilmiah dalam penegakkan hukum diIndonesia.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan mampu memberikan informasi dan nilai tambah

terhadap pembaca dan para penulis atau bahkan dapat dijadikan

perbandingan dengan penulis selanjutnya terkait dengan tinjauan

Hukum mengenai kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan

putusan Nomor 1578/Pid.Sus/2017/PNBks.

E. Kerangka Pemikiran

1. Teori Penyebab Kejahatan

Kejahatan adalah suatu tindakan yang buruk yang dilakukan

oleh seseorang ataupun beberapa orang.9 Secara yuridis kejahatan

adalah perbuatan manusia yeng bertentangan dengan hukum, yang

dapat dijatuhkan pidana serta diatur dalam hukum pidana.

Sedangkan, secara kriminologi kejahatan merupakan perbuatan

tertentu yang tidak disetujui oleh masyarakat.

Menurut Sue Titus Reid menyatakan bahwa kejahatan adalah

suatu tindakan yang dilakukan baik dengan sengaja (intentional act)

maupun dengan kelalaian (oomission) yang melanggar suatu norma

hukum pidana baik tertulis maupun putusan hakim yang dilakukan

oleh seorang yang bukan pembelaan atau pembenaran diancam

9
Syarifuddin Pettanasse, “Mengenal Kriminologi” , Penerbit Unsri,
Palembang, 2018. hlm. 25.
8

dengan sanksi oleh Negara sebagai perbuatan kejahatan maupun

pelanggaran. menurutnya ciri-ciri suatu kejahatan antara lain;

a. Kejahatan adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara

sengaja, seseorang tidak dapat dihukum hanya karena

pikirannya, melainkan harus ada suatu perbuatan atau kealpaan

dalam bertindak.

b. Kejahatan adalah pelanggaran hukum pidana

c. Kejahatan dilakukan tanpa adanya pembenaran yang diakui

secara hukum serta diberi sanksi oleh Negara sebagai suatu

perbuatan kejahatan atau pelanggaran.10

Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan terbagi menjadi faktor

intrinsik dan ekstrinsik.

1. Faktor intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor yang datangnya dari dalam diri si

pelaku dapat disebabkan karena berbagai faktor antara lain :

a. Niat Pelaku

Niat adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu

perbuatan jahat, niat dari seorang pelaku sangat penting dalam

faktor penyebab terjadinya suatu kejahatan.

b. Moral dan pendidikan

Moral adalah perbuatan, perilaku, dan ucapan antar sesama

manusia yang merujuk pada tindakan, perilaku seseorang yang

memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada disuatu


10
M.Ali Zaidan, “kebijakan kriminal”, Sinar Grafika, Jakarta, 2016. hlm. 11-12.
9

masyarakat. Moral disini apabila seseorang sadar akan

perbuatan yang dilarang maka ia tidak akan melakukan suatu

perbuatan karena takut akan adanya sanksi yang dapat

diterimanya, sanksi tersebut dapat berasal dari pemerintah atau

masyarakat sekitar.

c. Faktor Keluarga

Secara umum faktor keluarga sebagai faktor utama dari

timbulnya perubahan kondisi dalam rumah tangga seperti

adanya kematian ataupun perceraian yang mengakibatkan

seseorang menjadi depresi yang mengakibatkan seseorang

tersebut melakukan kejahatan. Selain itu faktor keluarga seperti

pada umunya yaitu kurangnya waktu berkumpul bersama

keluarga sehingga kasih sayang dan keharmonisan keluarga jadi

berkurang dan menyebabkan anggota keluarga berusaha mencari

kesenagan lain diluar keluarga.

2. Faktor ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor yang datangnya dari luar diri si

pelaku dapat disebabkan karena berbagai faktor antara lain :

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan tempat tinggal pelaku kejahatan yang biasanya

sosial nya rendah, norma-norma sosial dilingkungan tersebut

sudah tidak ditaati lagi dan sering dilanggar. Selain itu standar

pendidikan dan lingkungan tempat tinggal yang sering


10

melakukan tindak pidana menjadi salah satu faktor membentuk

sesorang atau individu untuk menjadiseorang pelaku kejahatan

b. Faktor Ekonomi

Salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia

yang melatar belakangi seseorang melakukan tindak pidana

dikarenakan tidak mempunyai pekerjaan atau seorang

pengangguran. Serta desakan ekonomi sehingga membuat

seseorang nekat dalam melakukan tindak kejahatan. Plato

menyatakan bahwa:

“Kekayaan dan kemiskinan menjadi bahaya besar bagi jiwa


orang, yang miskin sukar memenuhi kebutuhan hidupnya dan
merasa rendah diri dantimbul hasrat untuk melakukan kejahatan,
sebaliknya juga orang kaya hidup mewah untuk segala
hiburannya”.11
2. Teori Upaya Penanggulangan Kejahatan

Kejahatan adalah suatu tingkah laku buruk yang dilakukan oleh

seseorang atau beberapa orang yang merupakan masalah sosial yang

dihadapkan masyarakat. Dalam arti luas kejahatan merupakan

pelanggaran-pelanggaran dan aturan-aturan yang berlaku

dimasyarakat, seperti norma agama dan norma hukum. Tingginya

tingkat kejahatan, mendorong perkembangan dari pemberian reaksi

terhadap kejahatan dan pelaku kejahatan pada hakikatnya yang

berkaitan dengan maksud dan tujuan dari upaya penanggulangan

11
Noach Simanjuntak, ”Kriminologi”, Bandung : Penerbit Tarsito, 1984,
hlm 53.
11

baik secara langsung atau tidak langsung.

Upaya penanggulangan suatu kejahatan merupakan suatu proses

untuk menanggulangi suatu kejahatan yang telah dilakukan oleh

semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam penanggulangan

kejahatan yaitu:

a. Penerapan hukum pidana (criminal law application)

b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan

dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of

society on crime and punishment/mass media)12

Upaya penanggulangan kejahatan dapat dibagi menjadi dua,

yaitu lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur non penal (diluar

hukum pidana). Menurut pembagian G. P. Hoefnagels di atas upaya

pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment) dan

mempengaruhi masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanann lewat

media massa (influencing views of society on crime and

punishment/mass media) dapat dimasukan dalam upaya non penal.

Secara garis besar dapat dibedakan, bahwa upaya

penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada

sifat represif yaitu sesudah kejahatan terjadi sedangkan Jalur non penal

12
Barda Nawawi Arif, “Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana”, Kencana, Jakarta, 1998. hlm. 52.
12

lebih menitikberatkan pada sifat preventif yaitu pencegahan,

pengendalian sebelum kejahatan terjadi, dikatakan sebagai perbedaan

secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat

dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas.13

F. Metode Penelitian

1. Metode Pendekatan

Penelitian dan tulisan ini dibuat dan disusun dengan metode

penelitian yuridis normatif yang menggunakan analisis kualitatif, yaitu

dengan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji kualitas dan

penetapan suatu aturan atau norma hukum yang diambil dari bahan

hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku

sehubungan kosepsi tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga

dimasa pandemi, dan bahan-bahan hukum sekunder berupa buku-

buku, hasil penelitian dan pendapat para pakar terkait dengan tindak

pidana kekerasan dalam rumah tangga di masa pandemi. Penelitian ini

menggunakan pendekatan undang-undang (statuteapproach) yang

dilakukan dengan menelaah beberapa peraturan perundang- undangan

dan regulasi lainnya yang bersangkut pautdengan ketentuan dan aturan

mengenai tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga dimasa

pandemi.

2. Teknik Pengumpulan Data dan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data

13
Ibid. hlm. 46.
13

dasar yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai data

sekunder.14 Dalam menyusun skripsi ini, data yang digunakan adalah

data sekunder, yang diperoleh dari:

1. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berasal dari

peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, atau keputusan

pengadilan.

2. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah

pendapat parasarjana, bauku-buku dari para ahli yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer yang berkaitan tentang

objek penelitian ini serta putusan hakim pengadilan yang berkaitan

dengan kasus-kasus dalam penelitian ini.

3. Bahan hukum tersier

Bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan

bermakna terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, yaitu kamus hukum dan lain-lain. Penelitian ini

menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif yang

pengumpulan datanya berdasarkan penelitian kepustakaan

(libraryre search). Pengumpulan data kepustakaan adalah

mengumpulkan berbagai sumber bacaan seperti buku-buku,

14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2001, hlm
24.
14

majalah, internet, pendapat sarjana maupun literatur dan hasil

putusan untuk dikaitkan dengan objek penelitian ini.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif, artinya data yang

telah diperoleh itu disusun secara sistematis dan lengkap, kemudian

dianalisis secara kualitatif yang berguna untuk mengkaji isi dari

informasi yang didapat secara sistematis, kritis, dan konsisten

dengan tujuan untuk mengetahui tinjauan hukum dari tindak pidana

kekerasan dalam rumah tangga di masa pandemi covid 19 ditinjau

dari undang-undang nomor 23 tahun 2004.

G. Sistematika Penulisan

Berikut ini adalah tahap dalam sistematika penulisan:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini akan berisikan materi berupa latar belakang,

tujuan, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup hingga

kemaslahatan dari penelitian. Begitulah urutan dari isi

pendahuluan yang mana merupakan isi dari sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini penulis akan dituntut untuk bisa

menyuguhkan tulisan berupa definisi atau pengertian dari

apa yang diteliti atau dibahas. Pada bagian ini bisa mengutip

dari berbagai sumber dalam penyusunanya. Sumber tersebut


15

tentu harus apa yang sesuai dengan standar dalam ketentuan

penulisan makalah atau skripsi.

BAB III PENEGAKAN HUKUM PADA KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA DITINJAU DARI UNDANG-

UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG

PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA

Pada tahap ini sistematika akan berisi tentang pembahasan

tentang data dari tinjauan umum dan tinjauan khusus yang

terdiri dari format organisasi, masalah sedang diteliti,

menyelesaikan masalah, aktivitas analisis hingga hasil akhir.

BAB IV PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN

KASUS PEMERKOSAAN DALAM RUMAH TANGGA

BERDASARKAN PUTUSAN NOMOR

1578/PID.SUS/2017/PNBKS

Pada tahap ini adalah tahap mempersiapkan dan penerapan.

Pada sesiini penulis akan menjabarkan tentang analisis sistem

yang akan dikemukakan untuk penerapan (implementasi)

beserta detail tentang keputusan final dari bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini penulis akan menyuguhkan saran serta

kesimpulan dari hasil penelitian. Sehingga sistem bisa lebih

maksimal setelah adanya proses analisis di bab sebelumnya.


16

Kesimpulan dan saran berguna agar hasil dari penelitian

yang dilakukan penulis bisa bermanfaat bagi

penulis/penelitian lain sebagai bahan pertimbangan agar

penelitian dengan bahasan yang sama bisa lebih maksimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana atau yang sering disebut delik berasal dari

istilah Belanda yaitu strafbaarfeit atau juga sering disebut delict.

Istilah tersebut merupakan istilah yang banyak dipergunakan dalam

doktrin atau ilmu pengetahuan. Diantara para ahli ternyata banyak

mempergunakan istilah yang berlainan sesuai dengan dasar

pemikirannya masing-masing. Hal ini menimbulkan pendapat yang

beraneka ragam istilah ataupun pengertian delik, seperti: “ perbuatan

pidana”, “ peristiwa pidana”, “tindak pidana”, “ perbuatan yang dapat

dihukum”.15

15
I Made Widnyana, 2010, Asas- Asas Hukum Pidana, Fikahati Aneska,
Jakarta, hlm. 32
17

Tindak pidana didalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

dikenal sebagai Strafbarfeit dan didalam hukum pidana kita kenal

sebagai delik. Strafbaarfeit terdiri dari 3 suku kata straf, baar dan

feit. Straf yang berarti pidana dan hukum. Kata baar diartikan dapat

dan boleh. Sedangkan feit sendiri diartikan tindak, peristiwa,

pelanggaran dan perbuatan.16

Pompe merumuskan Strafbaarfeit sebagaimana yang dikutip

dari buku karya Lamintang, sebagai “Suatu pelanggaran norma

16
Adami Chazawi, 2005. Pelajaran Hukum Pidana 1. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. hlm 69.
18

(gangguan terhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun

tidak Sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana

penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi

terpeliharanya tertib hukum”.17

Simons mengartikan sebagaimana dikutip dalam buku Leden

Marpaung, “strafbaarfeit adalah suatu tindakan yang melanggar

hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja

oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat

dipertanggungjawabkan dan oleh undang-undang telah dinyatakan

sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum”18

Sementara Jonkers merumuskan “Strafbaarfeit sebagai

peristiwa pidana yang diartikannya sebagai suatu perbuatan yang

melawan hukum (wederrechttelijk) yang berhubungan dengan

kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat

dipertanggungjawabkan”.19

Menurut Simons dalam buku Roni Wiyanto mendefinisikan

tindak pidana sebagai suatu perbuatan (handeling) yang diancam

dengan pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum

(onrechtmatig) dilakukan dengan kesalahan (schuld) oleh seseorang

yang mampu bertanggung jawab. Rumusan pengertian tindak pidana

oleh Simons dipandang sebagai rumusan yang lengkap karena akan


17
Pompe dalam P.A.F, Lamintang, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia, Cetakan Keempat, Bandung, P.T.Citra Aditya Bakti, , hlm 182
18
Simons dalam Leden Marpaung, 2012, Asas Teori Praktik Hukum
Pidana, Cetakan ketujuh, Jakarta, Sinar Grafika, hlm 8.
19
Jonkers dalam Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana,
Yogyakarta, Rengkang Education Yogyakarta dan Pukap Indonesia, hlm 20
19

meliputi:

a. Diancam dengan pidana oleh hukum.

b. Bertentangan dengan hukum.

c. Dilakukan oleh seseorang dengan kesalahan

d. Seseorang itu dipandang bertanggung jawab atas

perbuatannya.20

2. Tindak Pidana Perkosaan

Pemerkosaan berasal dari kata dasar “perkosa” yang berarti

paksa, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa berarti menundukkan

dengan kekerasan, memaksa, melanggar dengan kekerasan. Sedangkan

pemerkosaan diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

pemerkosaan memiliki unsur-unsur pria memaksa dengan kekerasan,

bersetubuh dengan seorang wanita.21 Jadi inti dari pemrkosaan adalah

bersetubuh dan disertai paksaan.

Menurut KBBI, pengertian perkosaan diuraikan menjadi,

Perkosa yang memiliki arti gagah atau paksa sedangkan kekerasan

memiliki arti perkasa. Memperkosa merupakan menundukan dan

sebagainya dengan kekerasan serta melanggar (menyerang dan

sebagainya) dengan kekerasan. Sedangkan Perkosaan merupakan

perbuatan memperkosa, penggagahan atau paksaan disertai dengan

pelanggaran dengan kekerasan. Mengenai kekerasan dapat kita lihat

20
Simons dalam Roni Wiyanto, 2012, Asas-asas Hukum Pidana Indonesia,
Bandung, C.V Mandar Maju, hlm 160
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 1990,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hlm 673
20

pada Pasal 89 KUHP yang berbunyi “membuat orang pingsan atau

tidak berdaya disamakan dengan menggunakankekerasan”.

Berikut pengertian perkosaan menurut beberapa ahli, antara lain :

a. Soetandyo Wignjosoebroto mendefinisikan bahwa perkosaan

adalah suatu usaha melampiaskan nafsu seksual oleh seorang

lelaki terhadap seorang perempuan dengan cara yang menurut

moral dan atau hukum yang berlaku melanggar.22

b. R. Sugandhi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan

perkosaan adalah “seseorang pria yang memaksa pada seorang

wanita bukan isterinya untuk melakukan persetubuhan

dengannya dengan ancaman kekerasan, yang mana diharuskan

kemaluan pria telah masuk ke dalam lubang kemaluan seorang

wanita yang kemudian mengeluarkan air mani.23

c. Wirdjono Prodjodikoro yang mengungkapkan, bahwa

perkosaan adalah “seorang laki-laki yang memaksa seorang

perempuan yang bukan isterinya untuk bersetubuh dengan dia,

sehingga sedemikian rupa ia tidak dapat melawan, maka

dengan terpaksa ia mau melakukan persetubuhan itu. Pendapat

wirdjono itu juga menekankan mengenai pemaksaan hubungan

seksual (bersetubuh) pada seseorang perempuan yang bukan

isterinya, pemaksaan yang dilakukan laki-laki membuat atau

22
Soetandyo Wignjosoebroto dalam Suparman Marzuki (et.al), 1997,
Pelecehan Seksual, Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, hlm 25.
23
Abdul Wahid dan Muhammad Irfan, 2011, Perlindungan Terhadap Korban
Kekerasan Seksual, Bandung, Refika Aditama, hlm 41
21

mengakibatkan perempuan terpaksa melayani persetubuhan.24

Dalam KUHP tindak pidana perkosaan dimuat pada bab XIV dengan

judul kejahatan yang mana terdapat pada Pasal 285 yaitu yang berbunyi:

“Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa


seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena
melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”.

Unsur- unsur dari tindak pidana perkosaan menurut Pasal 285 KUHP

yaitu :

a. Barang siapa

b. Dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

c. Memaksa seorang wanita bersetubuh

d. Dilakukan di luar perkawinan

Dari pengertian pengertian diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa

tindak pidana perkosaan merupakan suatu perbuatan memaksa atau dengan

cara apapun diluar kehendak seorang wanita yang tidak memiliki ikatan

perkawinan dengannya untuk melakukan persetubuhan dengannya disertai

kekerasan ataupun ancaman kekerasan sehingga perempuan tersebut mau

melakukan persetubuhan tersebut baik itu dilakukan pada lubang

kemaluan, anus ataupun mulut wanita.

Banyak sekali kasus-kasus tindak pidana perkosaan yang hanya

diselesaikan dengan cara kekeluargaan yaitu dengan menikahkan korban

dengan pelakunya atau bahkan keluarga korban hanya menerima dengan

pasrah apa yang telah terjadi pada korban dan tidak menyelesaikannya

24
Ibid.
22

melalui jalur hukum karena takut akan sanksi sosial yang akan di dapatkan

dari masyarakat.

B Tinjauan Umum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Istilah kekerasan digunakan oleh John Conrad dengan istilah

“criminally violence”, sedangkan Clinard dan Quenney

menggunakan istilah “criminal violence”. Di Kolumbia istilah

kekerasan dikenal dengan La Violencia‖. Kekerasan pada dasarnya

adalah merupakan tindakan agresif, yang dapat dilakukan oleh setiap

orang, misalnya tindakan memukul, menusuk, menendang,

menampar, meninju, menggigit, semua itu adalah bentuk-bentuk

kekerasan.

Kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah prihal

yang bersifat, berciri keras, perbuatan yang seseorang

ataupunkelompok yang dapat menyebabkan cedera atau matinya

orang lain atau mengalami kerusakaan fisik atau paksaan.25

kekerasan secara yuridis dapat dilihat pada pasal 89 kitab

Undang-undang Hukum Pidana, yaitu yang disamakan melakukan

kekerasan itu, membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi

(lemah).

Pingsan diartikan hilang ingatan atau tidak sadar akan dirinya.

Kemudian, tidak berdaya dapat diartikan tidak mempunyai kekuatan


25
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,
http://kamusbahasaindonesia.org/kekerasan, diakses pada tanggal 27 September
2021
23

atau tenaga sama sekali sehingga tidak mampu mengadakan

perlawanan sama sekali, tetapi seseorang tiada berdaya masih dapat

mengetahui apa yang terjadi atas dirinya. Pengertian kekerasan

tersebut di atas dapat dikatakan penganiayaan.

Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga menurut pasal 1

Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah:

“Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang


berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah
tangga‖”.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan yang

menyakitkan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

mengakibatkan adanya kesengsaraan atapun penderitaan secara fisik,

seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga, perampasan

kemerdekaan, ancaman dan pemaksaan secara melawan hukum

dalam lingkup rumah tangga.26

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik,seksual,psikologis dan penelantaran rumah tangga termasuk

ancaman untuk melakukan perbuatan,pemaksaan atau perampasan

26
Undang-Undang Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
24

yang secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.KDRT

dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual

atau penelantaran rumah tangga, tetapi umumnya masyarakat masih

banyak mengartikan bahwa KDRT itu hanya semata kekerasan

fisik.27

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan fenomena sosial

yang telah berlangsung lama dalam sebagian rumah tangga didunia,

termasuk di Indonesia. Jika selama ini kejadian tersebut nyaris tidak

terdengar, hal itu lebih disebabkan adanya anggapan dalam

masyarakat bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan

peristiwa domestik yang dibentuk namun dibicarakan secara

terbuka.28

Sedangkan dalam Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1

disebutkan bahwa Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap

perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan pemaksaan atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dan lingkup rumah tangga.

Undang-undang diatas menyebutkan bahwa kasus kekerasan

dalam rumah tangga adalah segala jenis kekerasan (baik fisik


27
Syufri..Perspektif Sosiologis Tentang Kekerasan Terhadap
Perempuan Dalam Rumah Tangga, 2009 hlm, 97-101.
28
Marchica, (et al), Hubungan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Dengan Tingkat Kecemasan PadaWanita, .2007 hlm, 119-120.
25

maupunpsikis) yang dilakukan oleh anggota keluarga kepada anggota

keluargayang lain (yang dapat dilakukan oleh suami kepada istri dan

anaknya, atauoleh ibu kepada anaknya, atau bahkan sebaliknya).

Meskipun demikian, korban yang dominan adalah kekerasan

terhadap istri dan anak oleh sang suami.

Berdasarkan pasal 2 ayat 1 juga menyebutkan bahwa lingkup

rumah tangga dalam Undang-Undang 23 tahung 2004 ini meliputi:

a. suami, istri dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri);

b. orang yang mempunya hubungan darah, perkawinan,

pesusua, pengasuhan dan perwalian, yang menetap dalam

rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan atau

c. orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap

dalam rumah tangga tersebut.29

Kekerasan Dalam Rumah Tangga bisa menimpa siapa saja

termasuk ibu, bapak, anak, atau pembantu rumah tangga. Namun

secara umum pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga lebih

dipersempit artinya sebagai penganiayaan oleh suami terhadap istri.

Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan suami dapat pula

sebagai korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga oleh istrinya.

Berdasarkan beberapa difinisi di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa segala tindakan kekerasan dalam rumah tangga merupakan

perbuatan melanggar hak asasi manusia yang dapat dikenakan sanksi

hukum pidana maupun perdata.


29
Ibid hlm 24
26

2. Bentuk Kekerasan Dalam Ruamah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga adalah merupakan berbagai

bentuk kekerasan yang terjadi didalam hubungan keluarga, antara

pelaku dan korbannya memiliki kedekatan tertentu.Tercakup disini

penganiayaan terhadap istri, bekas istri, tunangan, penganiayaan

terhadap orangtua, serangan seksual, atau perkosaan oleh anggota

keluarga.

Menurut Undang-Undang Republi kIndonesia Nomor 23 Tahun

2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, pada

pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan

terhadap orang dalam lingkup rumah tangganya dengan cara kekerasan

fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual ataupun penelantaran rumah

tangga.30

a. Kekerasan fisik, Kekerasan fisik adalah perbuatan yang

mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau terluka berat.

b. Kekerasan psikis, Kekerasan psikis adalah perbuatan yang

mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya

kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau

penderitaan psikis berat pada seseorang.

c. Kekerasan seksual, Kekerasan seksual meliputi pemaksaan

hubunganseksual yang dilakukan terhadap orang dalam lingkup

30
Ramadhan,RendiAmanda..Pengaruh Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(KDRT) Terhadap Tingkat Keharmonisan Dalam Keluarga di Keluarga Umban Sari
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru, 2018, hlm 5-6.
27

rumah tangga untuk tujuan komersil dan/atau tujuan tertentu.

d. Penelantaran rumah tangga, Penelantaran rumah tangga

berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan

ekonomi.

3. Faktor-Faktor Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Berdasarkan hasil SPHPN Tahun 2016 mengungkapkan terdapat 4

(empat) faktor penyebab terjadinya kekerasan fisikdan/atau seksual

terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan yaitu faktor

individu, faktor pasangan, faktorsosial budaya,dan faktor ekonomi.

Faktor individu perempuan, jika dilihat dari bentuk pengesahan

perkawinan, seperti melalui kawin siri, secara agama, adat, kontrak, atau

lainnya perempuan yang menikah secara siri, kontrak ,dan lainnya

berpotensi 1,42 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan/atau

seksual dibandingkan perempuan yang menikah secara resmi diakui

negara melalui catatan sipil atau KUA.31

Selain itu, faktor seringnya bertengkar dengan suami, perempuan

dengan faktor ini beresiko 3,95 kali lebih tinggi mengalami kekerasan

fisik dan atau seksual ,dibandingkan yang jarang bertengka rdengan

suami pasangan. Perempuan yang sering menyerang suami/pasangan

terlebih dahulu juga beresiko 6 kali lebih besar mengalami kekerasan

fisik dan atau seksual dibandingkan yang tidak pernah menyerang

suami/pasangan lebih dahulu.

31
Rinawati,Rini. Pola Komunikasi dalam Pencegahan KDRT di Jawa
Barat, .2017 hlm 88-91.
28

Faktor pasangan, perempuan yang suaminya memiliki pasangan

lain beresiko 1,34 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan atau

seksual dibandingkan perempuan yang suaminya tidak mempunyai istri

pasangan lain. Begitujuga dengan perempuan yang suaminya

berselingkuh dengan perempuan lain cenderung mengalami kekerasan

fisikdan atau seksua l2,48 kali lebih besar dibandingkan yang tidak

berselingkuh.

Disamping itu, adapula perempuan yang memiliki suami

menggangur beresiko 1,36 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik

dan atau seksual dibandingkan yang pasangannya bekerja tidak

menganggur. Faktor suami yang pernah minum miras, perempuan

dengan kondisi suami tersebut cenderung 1,56 kali lebih besar

mengalami kekerasan fisik dan atau seksual dibandingkan yang

suaminya tidak pernah minum miras. Begitu juga dengan perempuan

yang memiliki suami sukamabuk minimal seminggu sekali, beresiko

2,25 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan seksual

dibandingkan yang tidak pernah mabuk.

Perempuan dengan suami pengguna narkotika beresiko

mengalami kekerasan fisik dan seksual 2 kali lebih besar dibandingkan

yang tidak pernah menggunakan narkotika. Perempuan yang memiliki

suami pengguna narkotika tercatat 45,1% mengalami kekerasan fisik,

35,6% mengalami kekerasan seksual, 54,7% mengalami kekerasan fisik

dan seksual, 59,3% mengalami kekerasan ekonomi, 61,3% mengalami

kekerasan emosional psikis, dan yang palingtinggi yaitu 74,8%


29

mengalami kekerasan pembatasan aktivitas. Selain itu faktor suami

yang pernah berkelahi fisik dengan orang lain, perempuan dengan suami

kondisi ini beresiko 1,87 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan

seksual dibandingkan yang tidak pernah berkelahi fisik.

Faktor ekonomi, perempuan yang berasal dari rumah tangga

dengan tingkat kesejahteraan yang semakin rendah cenderung memiliki

risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kekerasan fisik dan seksual

oleh pasangan. Perempuan yang berasal dari rumah tangga pada

kelompok 25% termiskin memiliki risiko 1,4 kali lebih besar mengalami

kekerasan fisik dan seksual oleh pasangan dibandingkan kelompok 25%

terkaya. Aspek ekonomi merupakan aspek yang lebih dominan menjadi

faktor kekerasan pada perempuan dibandingkan dengan aspek

pendidikan. Hal ini paling tidak di indikasikan oleh pekerjaan pelaku

yang sebagian besar adalah buruh, dimana kita tahu bahwa tingkat upah

buruh di Indonesia masih tergolong rendah dan hal ini berdampak pada

tingkat kesejahteraan rumah tangga.32

Faktor sosial budaya, seperti timbulnya rasa khawatir akan bahaya

kejahatan yang mengancam. Perempuan yang selalu dibayangi

kekhawatiran ini memiliki risiko 1,68 kali lebih besar mengalami

kekerasan fisik dan seksual oleh pasangan, dibandingkan mereka yang

tidak merasa khawatir. Perempuan yang tinggal di daerah perkotaan

memiliki risiko 1,2 kali lebih besar mengalami kekerasan fisik dan

32
Handayani at al. KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) Dan
Pemberdayaan Perempuan Dalam Bidang Ekonomi, hlm 20-22.
30

seksual oleh pasangan dibandingkan mereka yang tinggal didaerah

perdesaan.

Dari sekian banyak faktor yang memicu terjadinya KDRT, perlu

kita pahami bahwa pentingnya konsep kesetaraan dalam keluarga adalah

kunci dalam menghentikan tindak KDRT. Dalam keluarga terbagi

peran-peran yang dijalankan oleh laki-laki dan perempuan dimana

peranan ini menentukan berbagai pengambilan keputusan, serta nilai-

nilai luhur termasuk nilai kesetaraan dan keadilan gender yang

ditanamkan. Nilai-nilai ini semestinya bisa dikomunikasikan di awal

pembentukan keluargayakni pada jenjang pernikahan. Perlu adanya

komitmen yang kuat yang terbangun baik dalam pribadi laki-laki

maupun perempuan, untuk mengemban semua konsekuensi yang hadir

ketika formasi keluarga telah terbentuk. Komitmen yang telah terbentuk

tersebut diharapkan mampu membangun komunikasi dua arah diantara

suami dan istri yang berimplikasi pada keutuhan keluarga, sehingga

kasus KDRT pun dapat tereliminasi.33

33
Santoso,Agung Budi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Terhadap Perempuan Perspektif Pekerjaan Sosial, 2019, hlm. 43-46.
BAB III

PUTUSAN PENGADILAN NEGRI BEKASI

NOMOR 1578/PID.SUS/2017/PN BKS

A. Uraian Perkara Dalam Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor

1578/PID.SUS/2017/PN BKS

Pengadilan Negeri Bekasi yang mengadili perkara pidana dengan acara

pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut

dalam perkara Terdakwa :

Nama lengkap : Wildan Bin Herman;

Tempat lahir : Palembang;

Umur/Tanggal lahir : 25 tahun /1 Februari 1993;

Jenis kelamin : Laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Kampung Siluman Rt. 002 / Rw. 004 Desa

Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan

Kabupaten Bekasi atau Kampung Siluman Rt.

005/Rw.005 Desa Mangunjaya Kecamatan

Tambun Selatan;

Agama : Islam;

Pekerjaan : Tidak Kerja;

Terdakwa Wildan Bin Herman ditahan dalam tahanan Rutan oleh:

1. Penyidik sejak tanggal 5 Oktober 2017 sampai dengan tanggal 24 Oktober

2017;

2. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 25 Oktober 2017

31
32

sampai dengan tanggal 3 Desember 2017;

3. Penuntut Umum sejak tanggal 22 November 2017 sampai dengan tanggal 11

Desember 2017;

4. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 4 Desember 2017 sampai dengan

tanggal 2 Januari 2018;

5. Hakim Pengadilan Negeri Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri

sejak tanggal 3 Januari 2018 sampai dengan tanggal 3 Maret 2018;

Di Persidangan Terdakwa didampingi Penasihat Hukum dari Pos Bantuan Hukum

Advokat Indonesia (POSBAKUM ADIN) Pengadilan Negeri Bekasi yaitu : Efendy

Santoso, S.H., Slamet Khoeron, S.H., Hilda Aisyah, S.H., Moeh. Solehudin, S.H.,

Heru Iskandar, S.H., dan Misdiyono, S.H., berdasarkan Penetapan No.

1578/Pen.Pid.B/ 2017/PN.Bks, tertanggal 12 Desember 2017;

Pengadilan Negeri tersebut;

Setelah membaca:

- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 1578/Pid.Sus/2017/PN Bks

Tanggal 4 Desember 2017 tentang penunjukan Majelis Hakim ;

- Penetapan Majelis Hakim Nomor 1578/Pid.Sus/2017/PN Bks tanggal 6

Desember 2017 tentang penetapan hari sidang;

- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;

Setelah mendengar keterangan Saksi-saksi dan Terdakwa serta memperhatikan

bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut

Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Wildan Bin Alm Herman bersalah melakukan tindak

pidana “kekerasan dalam rumah tangga” sebagaimana diatur dan diancam

pidana dalam dakwaan pertama: Pasal 46 Undang-Undang Republik


33

Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga.

2. Menjatuhkan pidana kepada Wildan Bin Alm Herman dengan pidana penjara

selama 7 (tujuh) tahun dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan

sementara, dan agar terdakwa tetap dalam tahanan;

3. Menyatakan barang bukti:

- 1 (satu) bila senjata tajam jenis golok bergagang kayu warna coklat;

- 1 (satu) helai baju kaos tanpa lengan warna merah merk JIMBOSS;

- 1 (satu) helai celana pendek warna hijau Lis Hitam merk NIKE;

- 1 (satu) potong baju kaos lengan panjang warna merah;

- 1 (satu) potong rok corak warna kombinasi;

- 1 (satu) potong celana dalam warna Pink;

- 1 (satu) potong kerudung warna merah; Dirampas untuk dimusnahkan;

4. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp2.500,00

(dua ribu lima ratus rupiah);

Setelah mendengar pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya

tidak sependapat dengan hukuman yang akan dijatuhkan pada diri Terdakwa

mengingat Terdakwa mengakui perbuatannya dan menyesali perbuatannya,

Terdakwa belum pernah dihukum, Terdakwa sopan selama persidangan dan ingin

memulai hidup baru sehingga perkara ini merupakan pelajaran hidup yang berharga

untuk menata masa depan. Oleh karenanya mohon agar hukumannya diringankan yang

seringan-ringannya;

Setelah mendengar permohonan Terdakwa yang pada pokoknya

menyatakan mohon hukumannya diringankan karena ia menyesali perbuatannya;

Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan


34

Penasihat Hukum Terdakwa dan Terdakwa yang pada pokoknya meyatakan tetap

pada tuntutannya;

Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum

didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

PERTAMA:

Bahwa Terdakwa WILDAN Bin Alm HERMAN sejak bulan Juni 2017 sampai

dengan hari Selasa tanggal 03 Oktober 2017 sekira jam 10.00 Wib atau setidak-

tidaknya pada waktu lain yang masih termasuk dalam bulan Juli sampai dengan

Oktober tahun 2017 atau setidak-tidaknya pada waktu lain masih dalam tahun 2017,

bertempat di rumah saksi LIMIH dengan alamat Kampung Siluman Rt. 005/Rw. 005

Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi yang berwenang

mengadili perkara tersebut, telah “melakukan perbuatan kekerasan seksual terhadap

LIMIH yang menetap dalam lingkup rumah tangga, jika antara beberapa perbuatan,

meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya

sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut,

perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut :

 Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, berawal sekitar bulan Juni

tahun 2017 (saat bulan puasa) di rumah LIMIH pada saat LIMIH sedang mandi

sekira pukul 04.30 Wib, Terdakwa tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi saat

LIMIH dalam keadaan telanjang bulat, lalu LIMIH yang terkejut kemudian berkata

kepada Terdakwa,

“YA ALLAH KAKAK NGAPAIN DISINI, JANGAN…JANGAN” lalu Terdakwa


berkata “UDAH DIEM AJA MIH, NUNGGING AJA LANGSUNG, KALAU
MAMIH GAK MAU AKAN SAYA BUNUH!”,

sehingga akhirnya LIMIH merasa ketakutan atas ancaman Terdakwa dan

melakukan perintah Terdakwa. Selanjutnya Terdakwa membuka celananya dan

langsung memasukan dengan paksa alat kelaminnya ke dalam alat kelamin LIMIH
35

sekitar 1 (satu) menit, walaupun LIMIH berusaha untuk memberontak, selanjutnya

Terdakwa mengeluarkan sperma di dalam alat kemaluan LIMIH kemudian setelah

selesai Terdakwa keluar dari kamar mandi tersebut.

 Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan lebih dari sekali dengan cara yang

sama dan dilakukan saat suasana rumah sedang sepi tepatnya di dalam kamar

mandi, di dapur dan di dalam kamar tidur dengan cara menarik LIMIH secara

paksa kemudian memerintahkan LIMIH untuk berdiri dan membelakangi

Terdakwa, apabila LIMIH tidak menuruti perintah LIMIH maka Terdakwa

mengancam akan membunuh LIMIH dan karena LIMIH merasa ketakutan sehingga

LIMIH kembali mengikuti kemauan Terdakwa.

 Bahwa perbuatan Terdakwa yang terakhir kali terjadi pada hari Selasa tanggal 03

Oktober 2017 pada pukul 10.00 wib di ruang tamu, dan kembali LIMIH berusaha

menolak perintah Terdakwa dan tiba-tiba Terdakwa membanting botol

plastik air mineral (aqua), selanjutnya Terdakwa menunjukan 1 (satu) bilah

GOLOK, dan mengancam LIMIH dengan berkata,

“AWAS KALAU MAMIH GAK MAU INI GOLOKNYA, MAMIH AKAN KU


BUNUH!”

selanjutnya Terdakwa juga mengancam akan membunuh istri Terdakwa yaitu SUSI

yang merupakan anak kandung dari LIMIH dan suami LIMIH yaitu IPING yang

merupakan bapak mertua Terdakwa sehingga LIMIH saat itu dibawah ancaman

dan paksaan kembali melakukan perintah Terdakwa.

 Selanjutnya karena LIMIH sudah tidak kuat menahan rasa takut atas perbuatan

Terdakwa, lalu melaporkan perbuatan Terdakwa ke petugas Polsek Tambun

untuk diproses lebih lanjut.

 Bahwa berdasarkan hasil Visum et Repertum dari Rumah Sakit Umum Daerah
36

Pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor. 01/VER/RSUD/X/2017 tanggal 04

Oktober 2017 yang ditandatangani oleh dr. NANDI NURHADI, Sp.OG dengan

kesimpulan “LIANG SENGGAMA DARI SEORANG PEREMPUAN YANG

SUDAH SERING MELAHIRKAN ANAK. ”

 Bahwa LIMIH dan Terdakwa memiliki hubungan keluarga yaitu Terdakwa sebagai

menantu dan LIMIH sebagai ibu mertua yang menetap dalam satu tempat tinggal

dengan alamat Kampung Siluman Rt. 005/Rw. 005 Desa Mangunjaya Kecamatan

Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 46

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP;

ATAU

KEDUA

Bahwa Terdakwa WILDAN Bin Alm HERMAN sejak bulan Juni 2017 sampai

dengan hari Selasa tanggal 03 Oktober 2017 sekira jam 10.00 Wib atau setidak-

tidaknya pada waktu lain yang masih termasuk dalam bulan Juli sampai dengan

Oktober tahun 2017 atau setidak-tidaknya pada waktu lain masih dalam tahun 2017,

bertempat di rumah saksi LIMIH dengan alamat Kampung Siluman Rt. 005/Rw. 005

Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi yang berwenang

mengadili perkara tersebut, telah “dengan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena

melakukan perkosaan Jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing

merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa

sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan berlanjut, perbuatan tersebut

dilakukan oleh terdakwa dengan cara sebagai berikut :

 Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, berawal sekitar bulan Juni
37

tahun 2017 (saat bulan puasa) di rumah LIMIH pada saat LIMIH sedang mandi

sekira pukul 04.30 Wib, Terdakwa tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi saat

LIMIH dalam keadaan telanjang bulat, lalu LIMIH yang terkejut kemudian berkata

kepada Terdakwa,

“ YA ALLAH KAKAK NGAPAIN DISINI, JANGAN…JANGAN” lalu Terdakwa


berkata “ UDAH DIEM AJA MIH, NUNGGING AJA LANGSUNG, KALAU
MAMIH GAK MAU AKAN SAYA BUNUH! ”,

sehingga akhirnya LIMIH merasa ketakutan atas ancaman Terdakwa dan

melakukan perintah Terdakwa. Selanjutnya Terdakwa membuka celananya dan

langsung memasukan dengan paksa alat kelaminnya ke dalam alat kelamin

LIMIH sekitar 1 (satu) menit, walaupun LIMIH berusaha untuk memberontak,

selanjutnya Terdakwa mengeluarkan sperma di dalam alat kemaluan LIMIH

kemudian setelah selesai Terdakwa keluar dari kamar mandi tersebut.

 Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan lebih dari sekali dengan cara yang

sama dan dilakukan saat suasana rumah sedang sepi tepatnya di dalam kamar

mandi, di dapur dan di dalam kamar tidur dengan cara menarik LIMIH secara

paksa kemudian memerintahkan LIMIH untuk berdiri dan membelakangi

Terdakwa, apabila LIMIH tidak menuruti perintah LIMIH maka Terdakwa

mengancam akan membunuh LIMIH dan karena LIMIH merasa ketakutan sehingga

LIMIH kembali mengikuti kemauan Terdakwa.

 Bahwa perbuatan Terdakwa yang terakhir kali terjadi pada hari Selasa tanggal 03

Oktober 2017 pada pukul 10.00 wib di ruang tamu, dan kembali LIMIH berusaha

menolak perintah Terdakwa dan tiba-tiba Terdakwa membanting botol plastik air

mineral (aqua), selanjutnya Terdakwa menunjukan 1 (satu) bilah GOLOK, dan

mengancam LIMIH dengan berkata,

“AWAS KALAU MAMIH GAK MAU INI GOLOKNYA, MAMIH AKAN KU


BUNUH”
38

selanjutnya Terdakwa juga mengancam akan membunuh istri Terdakwa yaitu SUSI

yang merupakan anak kandung dari LIMIH dan suami LIMIH yaitu IPING yang

merupakan bapak mertua Terdakwa sehingga LIMIH saat itu dibawah ancama dan

paksaan kembali melakukan perintah Terdakwa.

 Selanjutnya karena LIMIH sudah tidak kuat menahan rasa takut atas perbuatan

Terdakwa, lalu melaporkan perbuatan Terdakwa ke petugas Polsek Tambun untk

diproses lebih lanjut.

 Bahwa berdasarkan hasil Visum et Repertum dari Rumah Sakit Umum Daerah

Pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor. 01/VER/RSUD/X/2017 tanggal 04

Oktober 2017 yang ditandatangani oleh dr. NANDI NURHADI, Sp.OG dengan

kesimpulan

“LIANG SENGGAMA DARI SEORANG PEREMPUAN YANG SUDAH SERING


MELAHIRKAN ANAK.”

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 285

KUHP Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP;

B. Bukti dan Fakta Hukum Dalam Persidangan

Menimbang, bahwa terhadap dakwaan Penuntut Umum, Terdakwa menyatakan

mengerti dan atau Penasihat Hukum Terdakwa tidak mengajukan keberatan;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah

mengajukan Saksi-saksi masing-masing memberikan keterangan dibawah sumpah

pada pokoknya sebagai berikut:

1. Saksi Limih Binti Limin

- Bahwa kejadian yang dialami Saksi berupa pemerkosaan yang dilakukan

oleh Terdakwa terjadi sejak bulan Juni tahun 2017 sampai dengan perbuatan

terakhir pada hari Selasa tanggal 3 Oktober 2017 bertempat di rumah Saksi
39

di Kp Siluman Rt.005/005 Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan,

Kabupaten Bekasi ;

- Bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan cara pada kejadian yang

pertama Saksi sedang mandi di kamar mandi yang terletak di dapur dan tidak

ada daun pintunya, pada waktu itu Saksi tidak memakai pakaian dan

Terdakwa langsung masuk ke kamar mandi dan menyuruh Saksi nungging,

Saksi menuruti perintah Terdakwa karena Terdakwa waktu itu membawa

golok yang digunakan untuk menakuti Saksi dengan mengancam akan

membunuh Saksi, lalu Terdakwa memasukkan kemaluannya pada kemaluan

Saksi sampai merasa puas;

- Bahwa kejadian berikutnya terjadi di warung milik Saksi yang letaknya di

rumah bagian depan ketika rumah sedang sepi, dilakukan dengan cara Saksi

disuruh nungging lalu ia memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan Saksi

dari arah belakang Saksi sampai ia merasa puas;

- Bahwa kejadian selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama yang

dilakukan di dapur, di ruang tengah dan di dalam kamar tidur Terdakwa;

- Bahwa kejadian di dapur terjadi ketika Saksi sedang memasak dan Saksi

memakai pakaian berupa daster;

- Bahwa sebelum melakukan perbuatannya Terdakwa selalu

mengancamnmenggunakan golok miliknya dan akan membunuh Saksi,

suami Saksi bernama Iping dan anak Saksi bernama Susi yang menjadi istri

Terdakwa, jika Saksi tidak mengikuti kemauan Terdakwa tersebut;;

- Bahwa Terdakwa melakukan pemerkosaan terhadap Saksi, karena Terdakwa

suka kepada Saksi dan ingin memiliki Saksi;

- Bahwa Terdakwa tinggal satu rumah dengan Saksi, suami Saksi serta anak
40

Saksi bernama Susi dengan cucu yang merupakan anak dari Terdakwa

dengan Susi;

- Bahwa Saksi tidak diberikan apapun dan tidak dirayu;

- Bahwa Saksi tidak melakukan perlawanan dan tidak berteriak karena takut ;

- Bahwa Saksi merasakan sakit di bagian kemaluan (vagina), Saksi juga

merasa takut dan malu terhadap keluarga terutama anak Saksi yaitu Susi dan

suami Saksi yaitu Iping;

- Bahwa kejadian tersebut terjadi saat rumah dalam keadaan keadaan sepi

kecuali kejadian yang pertama di kamar mandi saat itu di rumah ada anak

Saksi yaitu Susi sedang tidur di dalam kamarnya;

- Bahwa tidak ada satupun yang mengetahui pada saat kejadian tersebut ;

- Bahwa Saksi tidak bersedia memaafkan Terdakwa ;

- Bahwa Saksi tidak pernah memberi harapan kepada Terdakwa ;

- Bahwa Terdakwa gampang marah;

- Bahwa Saksi mengenal barang bukti yang diperlihatkan di persidangan yaitu

golok milik Terdakwa yang digunakan oleh Terdakwa untuk mengancam

Saksi, dan baju kaos merk Jimboss serta celana pendek warna hijau Lis

Hitam merk Nike itu juga milik Terdakwa. Sedangkan untuk baju kaos

lengan panjang warna merah, rok corak warna kombinasi, celana dalam

warna pink dan kerudung warna merah semuanya itu milik Saksi ;

- Bahwa golok tersebut dimiliki oleh Terdakwa sejak tahun 2012 ;

- Bahwa Terdakwa menikah dengan anak Saksi setelah 2 (dua) bulan kenal

dengan Saksi, Terdakwa punya sikap yang baik;


41

- Bahwa Saksi tetap pada keterangannya dalam BAP Penyidik;

- Terhadap keterangan Saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;

2. Saksi Siti Jun Susilawati Als Susi Binti Iping

- Bahwa Saksi menikah secara sah dengan Terdakwa dan sudah mempunyai

satu orang anak;

- Bahwa Saksi mengetahui kejadian ini karena ibu Saksi mengaku pada Saksi

kalau ibu Saksi diperkosa oleh Terdakwa ;

- Bahwa kejadiannya yang diceritakan oleh ibu Saksi hanya yang pertama dan

terakhir ;

- Bahwa Saksi sering bertengkar dengan suami Saksi yaitu Terdakwa ;

- Bahwa Terdakwa mempunyai hasrat seks yang berlebihan (hiper seks), sehari

dapat melakukan lebih dari lima kali dan Saksi selalu berusaha memenuhi

keinginannya sekalipun sedang haid;

- Bahwa Saksi tidak mengajukan cerai ;

- Bahwa benar Saksi bersama Terdakwa sudah pernah mengontrak rumah

sendiri ;

- Bahwa Pertama kali Terdakwa melakukan pemerkosaan terhadap ibu Saksi,

Saksi tidak curiga;

- Bahwa pada saat kejadian Saksi sedang tidur di kamar;

- Terhadap keterangan Saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan

3. Saksi IPING Bin SAWAL

- Bahwa Saksi kenal dengan Terdakwa karena Terdakwa adalah menantu

Saksi;

- Bahwa Saksi tidak mengetahui kejadian ini dan hanay tahu karena cerita dari

isteri Saksi;
42

- Bahwa menurut keterangan isteri Saksi kejadian pemerkosaan yang

dilakukan oleh Terdakwa terhadap isteri Saksi terjadi pada hari Selasa

tanggal 03 Oktober 2017 sekira jam 10.00 Wib bertempat di rumah Saksi

dengan alamat Kp. Siluman Rt.005/005 Desa Mangun Jaya Kec. Tambun

Selatan Kab. Bekasi dan dilakukan pada saat keadaan rumah sepi;

- Bahwa saat itu Saksi sedang belanja di agen Sembako di daerah Desa

Mangun Jaya Kec. Tambun Selatan Kab. Bekasi;

- Bahwa menurut keterangan dari isteri Saksi (korban) bahwa Terdakwa pernah

mengatakan kepada isteri Saksi (korban) kalau Terdakwa suka pada isteri

Saksi (korban) dan ingin memiliki korban ;

- Bahwa perbuatan tersebut sudah sering dilakukan poleh Terdakwa terhadap

isteri Saksi yaitu berawal pada Bulan Juni 2016 sampai dengan perbuatan

terakhir hari Selasa tanggal 3 Oktober 2017 sekitar pukul 10.00 Wib di

rumah saya tersebut dengan cara Terdakwa selalu mengancam ingin

membunuh korban maupun anak Saksi yaitu Siti Jun Susilawati Als Susi (istri

Terdakwa) dan juga Saksi apabila isteri Saksi tidak mengikuti kemauan dari

Terdakwa tersebut ;

- Bahwa Terdakwa tidak ada melakukan bujuk rayu atau memberikan janji-

janji akan memberikan sesuatu barang atau hadiah terhadap diri korban

tersebut ;

- Bahwa menurut keterangan korban, korban melakukan perlawanan terhadap

Terdakwa, yang mana korban berontak namun Terdakwa dengan sekuat

tenaga sehingga korban tidak berdaya dan juga korban takut akan ancaman

Terdakwa tersebut akan membunuh korban berikut keluarga korban;

- Bahwa setelah pemerkosaan terhadap korban, Saksi melihat korban selalu


43

mengurung diri didalam kamar dan melamun, menangis serta sering pingsan

- Bahwa menurut keterangan korban, bahwa pada saat Terdakwa melakukan

pemerkosaan terhadap diri korban tersebut dengan posisi selalu korban

disuruh untuk nungging oleh Terdakwa tersebut ;

- Bahwa korban lahir pada tanggal 14 Desember 1960 atau umur 57 (lima

puluh tujuh);

- Bahwa Saksi sering ke masjid sedangkan Terdakwa tidak ;

- Bahwa Barang bukti golok milik Terdakwa, sedangkan celana dan daster

milik istri Saksi;

- Bahwa kamar mandi tidak dikasih pintu sudah sejak dahulu dan itu sudah

kebiasaan di kampung kami;

- Terhadap keterangan Saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;

4. Saksi ROHAYA Als NENG Binti LIMIN

- Bahwa saksi adalah adik dari Saksi korban;

- Bahwa Saksi mengetahui kejadian yang menimpa saksi Korban dari cerita

korban kepada Saksi pada tanggal 3 Oktober 2016;

- Bahwa Korban diancam oleh Terdakwa dengan menggunakan golok ;

- Bahwa yang melaporkan kepada kepolisian yaitu abang Saksi;

- Terhadap keterangan Saksi tersebut Terdakwa menyatakan tidak keberatan;

Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan keterangan

yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa Terdakwa telah melakukan perbuatan menyetubuhi Saksi Limih yang


44

merupakan mertua Terdakwa pada tanggalnya lupa bulan Juni 2016 sekitar

pukul 04.30 Wib bertempat di kamar mandi rumah ibu Limih dengan

alamat Kp. Siluman Rt.005/005 Desa Mangun Jaya Kec. Tambun Selatan

Kab. Bekasi;

- Bahwa Terdakwa sering melakukan pemerkosaan terhadap korban dan yang

terakhir yaitu pada hari Selasa tanggal 03 Oktober 2017 sekira jam 10.00

Wib bertempat di rumah ibu Limih dengan alamat Kp. Siluman Rt.005/005

Desa Mangun Jaya Kec. Tambun Selatan Kab. Bekasi;

- Bahwa Terdakwa kenal dengan ibu Limih sejak sebelum saya menikah

dengan Suti Jun Susilawati Als Susi yaitu anak kandung ibu Limih (korban)

tersebut pada tahun 2016;

- Bahwa yang tinggal di rumah korban (ibu Limih) adalah Terdakwa, bapak

Iping (Ayah Mertua), Susi Jun Susilawati Als Susi (istri Terdakwa) dan anak

kandung Terdakwa yaitu Askaril Haikal Al Indra ;

- bahwa setiap kali melakukan pemerkosaan terhadap korban, Terdakwa selalu

mengancam akan membunuh korban, suaminya dan juga Susi istri Terdakwa

yang tidak lain adalah anak kandung korban dan dengan menggunakan 1

(satu) bilah golok milik Terdakwa;

- bahwa kejadian tersebut terjadi lebih dari 5 (lima) kali yang dilakukan di

kamar mandi, di dapur, di ruang tengah, di kamar tidur dan di warung milik

ibu Limih;

- bahwa Terdakwa melakukan pemerkosaan terhadap korban karena Terdakwa

suka kepada ibu mertua Terdakwa tersebut, awalnya Terdakwa sayang

kepada ibu mertua sebagai orang tua tapi lama-lama jadi suka dan ingin

melakukan hubungan intim dengan korban ;


45

- bahwa Korban ibu Limih tidak pernah merayu Terdakwa;

- bahwa benar Terdakwa pernah membujuk korban akan memberikan hadiah

agar korban mau melayani Terdakwa;

- bahwa benar Terdakwa sering menonton video porno ;

- bahwa Terdakwa ditahanan disuruh membaca Al-Qur’an untuk membuang

hasrat Terdakwa tersebut ;

- Bahwa Terdakwa melakukan hubungan intim dengan istri 5 (lima) kali dalam

sehari dan selalu dilayani oleh istri dengan baik, setelah melakukan, tiga jam

kemudian ingin melakukan hubungan intim kembali ;

- Bahwa Terdakwa melakukan pemerkosaan hanya dengan ibu mertua saja dan

Terdakwa mengancam korban hanya untuk menakut-nakuti korban saja,

setiap Terdakwa akan melakukan pemerkosaan terhadap korban, korban

selalu berontak ;

- Bahwa sebelum menikah Terdakwa belum pernah melakukan hubungan suami

istri, Terdakwa melakukan hubungan suami istri setelah saya menikah;

- Bahwa Terdakwa menyesal atas perbuatan yang Terdakwa lakukan kepada

korban dan Terdakwa ingin meminta maaf ;

Menimbang, bahwa di persidangan dibacakan hasil Visum Et Repertum dari

Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor :

01/VER/RSUD/X/2017 tanggal 04 Oktober 2017 yang dibuat dan ditandatangani

oleh dr. NANDI NURHADI, Sp.OG, dengan kesimpulan : “Liang Senggama dari

seorang perempuan yang sudah sering melahirkan anak” ;

Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut

- 1 (satu) bila senjata tajam jenis golok bergagang kayu warna coklat;
46

- 1 (satu) helai baju kaos tanpa lengan warna merah merk JIMBOSS;

- 1 (satu) helai celana pendek warna hijau Lis Hitam merk NIKE;

- 1 (satu) potong baju kaos lengan panjang warna merah;

- 1 (satu) potong rok corak warna kombinasi;

- 1 (satu) potong celana dalam warna Pink;

- 1 (satu) potong kerudung warna merah;

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan

diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:

- Bahwa perbuatan Terdakwa dalam perkara ini ini terjadi sejak bulan Juni

tahun 2017 sampai dengan perbuatan terakhir pada hari Selasa tanggal 3

Oktober 2017 bertempat di rumah Saksi Limih Binti Limin di Kp Siluman

Rt.005/005 Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten

Bekasi;

- Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut berupa Terdakwa memasukkan

kemaluannya ke dalam kemaluan Saksi Limih Binti Limin dari arah belakang

badan Saksi tersebut sedangkan Saksi tersebut disuruh nungging oleh

Terdakwa;

- Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan oleh Terdakwa kepada Saksi

Limih Binti Limin lebih dari satu kali bertempat di kamar mandi, ruang

dapur, ruang tengah, kamar tidur dan warung milik Saksi tersebut dengan

cara yang sama;

- Bahwa Saksi Limih Binti Limin mengikuti kemauan Terdakwa karena

Terdakwa selalu membawa golok dan mengancam akan membunuh Saksi

Limih Binti Limin, suami Limih Binti Limin yaitu saksi Iping Bin Sawal dan
47

anak Limih Binti Limin yang merupakan isteri Terdakwa yaitu Saksi Siti Jun

Susilawati Binti Iping;

- Bahwa Terdakwa merupakan menantu Saksi Limih Binti Limin, merupakan

suami dari Siti Jun Susilawati yang merupakan anak Limih Binti Limin dan

mereka tinggal dalam satu rumah di tempat kejadian;

- Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan karena Terdakwa tidak dapat

menahan hasrat seksnya meskipun sudah dipenuhi oleh isteri Terdakwa ,

disamping itu Terdakwa mempunyai rasa suka kepada Saksi korban;

- Bahwa terhadap Saksi Limih Binti Limin telah dilakukan pemeriksaan oleh

dokter yang dituangkan dalam Visum Et Repertum dari Rumah Sakit Umum

Daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor : 01/VER/RSUD/X/2017

tanggal 04 Oktober 2017 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. NANDI

NURHADI, Sp.OG, dengan kesimpulan : “Liang Senggama dari seorang

perempuan yang sudah sering melahirkan anak”;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan

telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum didakwa dengan surat

dakwaan Pertama sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

rumah Tangga Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP atau dakwaan Kedua sebagaimana diatur

dan diancam Pasal 285 KUHP Jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan

fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan alternatif Pertama


48

sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam rumah Tangga Jo.

Pasal 64 Ayat (1) KUHP yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang;

2. Melakukan perbuatan kekerasan seksual terhadap orang yang menetap dalam

lingkup rumah tangga;

3. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang diteruskan/

berlanjut;
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan hukum pidana materiil kekerasan dalam rumah tangga dalam

Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 1578/Pid.Sus/2017/PN.Bks

1. Kronologi Kasus

Bahwa Terdakwa WILDAN Bin Alm HERMAN sejak bulan Juni 2017

sampai dengan hari Selasa tanggal 03 Oktober 2017 sekira jam 10.00 Wib atau

setidak- tidaknya pada waktu lain yang masih termasuk dalam bulan Juli sampai

dengan Oktober tahun 2017 atau setidak-tidaknya pada waktu lain masih dalam

tahun 2017, bertempat di rumah saksi LIMIH dengan alamat Kampung Siluman

Rt. 005/Rw. 005 Desa Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten

Bekasi yang berwenang mengadili perkara tersebut, telah “melakukan perbuatan

kekerasan seksual terhadap LIMIH yang menetap dalam lingkup rumah tangga,

jika antara beberapa perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan

atau pelanggaran, ada hubungannya sedemikian rupa sehingga harus dipandang

sebagai satu perbuatan berlanjut, perbuatan tersebut dilakukan oleh terdakwa

dengan cara sebagai berikut :

 Pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas, berawal sekitar bulan

Juni tahun 2017 (saat bulan puasa) di rumah LIMIH pada saat LIMIH

sedang mandi sekira pukul 04.30 Wib, Terdakwa tiba-tiba masuk ke dalam

kamar mandi saat LIMIH dalam keadaan telanjang bulat, lalu LIMIH yang

terkejut kemudian berkata kepada Terdakwa,

“YA ALLAH KAKAK NGAPAIN DISINI, JANGAN…JANGAN” lalu


Terdakwa berkata “UDAH DIEM AJA MIH, NUNGGING AJA
LANGSUNG, KALAU MAMIH GAK MAU AKAN SAYA BUNUH! ”,

sehingga akhirnya LIMIH merasa ketakutan atas ancaman Terdakwa dan

melakukan perintah Terdakwa. Selanjutnya


49
Terdakwa membuka celananya dan langsung memasukan dengan paksa

alat kelaminnya ke dalam alat kelamin LIMIH sekitar 1 (satu) menit,

walaupun LIMIH berusaha untuk memberontak, selanjutnya Terdakwa

mengeluarkan sperma di dalam alat kemaluan LIMIH kemudian setelah

selesai Terdakwa keluar dari kamar mandi tersebut.

 Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan lebih dari sekali dengan

cara yang sama dan dilakukan saat suasana rumah sedang sepi tepatnya di

dalam kamar mandi, di dapur dan di dalam kamar tidur dengan cara

menarik LIMIH secara paksa kemudian memerintahkan LIMIH untuk

berdiri dan membelakangi Terdakwa, apabila LIMIH tidak menuruti

perintah LIMIH maka Terdakwa mengancam akan membunuh LIMIH dan

karena LIMIH merasa ketakutan sehingga LIMIH kembali mengikuti

kemauan Terdakwa.

 Bahwa perbuatan Terdakwa yang terakhir kali terjadi pada hari Selasa

tanggal 03 Oktober 2017 pada pukul 10.00 wib di ruang tamu, dan kembali

LIMIH berusaha menolak perintah Terdakwa dan tiba-tiba Terdakwa

membanting botol plastik air mineral (aqua), selanjutnya Terdakwa

menunjukan 1 (satu) bilah GOLOK, dan mengancam LIMIH dengan

berkata,

“AWAS KALAU MAMIH GAK MAU INI GOLOKNYA, MAMIH AKAN


KU BUNUH!”

selanjutnya Terdakwa juga mengancam akan membunuh istri Terdakwa

yaitu SUSI yang merupakan anak kandung dari LIMIH dan suami LIMIH

yaitu IPING yang merupakan bapak mertua Terdakwa sehingga LIMIH saat

itu dibawah ancaman dan paksaan kembali melakukan perintah Terdakwa.

 Selanjutnya karena LIMIH sudah tidak kuat menahan rasa takut atas

50
perbuatan Terdakwa, lalu melaporkan perbuatan Terdakwa ke petugas

Polsek Tambun untuk diproses lebih lanjut.

 Bahwa berdasarkan hasil Visum et Repertum dari Rumah Sakit Umum

Daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor. 01/VER/RSUD/X/2017

tanggal 04 Oktober 2017 yang ditandatangani oleh dr. NANDI NURHADI,

Sp.OG dengan kesimpulan “LIANG SENGGAMA DARI SEORANG

PEREMPUAN YANG SUDAH SERING MELAHIRKAN ANAK. ”

 Bahwa LIMIH dan Terdakwa memiliki hubungan keluarga yaitu Terdakwa

sebagai menantu dan LIMIH sebagai ibu mertua yang menetap dalam satu

tempat tinggal dengan alamat Kampung Siluman Rt. 005/Rw. 005 Desa

Mangunjaya Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi.

Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam Pidana dalam Pasal 46

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP;

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh

Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan Terdakwa Wildan Bin Alm Herman bersalah melakukan

tindak pidana “kekerasan dalam rumah tangga” sebagaimana diatur

dan diancam pidana dalam dakwaan pertama: Pasal 46 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

2. Menjatuhkan pidana kepada Wildan Bin Alm Herman dengan pidana

penjara selama 7 (tujuh) tahun dikurangi selama Terdakwa berada

dalam tahanan sementara, dan agar terdakwa tetap dalam tahanan;


51
3. Menyatakan barang bukti:

- 1 (satu) bila senjata tajam jenis golok bergagang kayu warna coklat;

- 1 (satu) helai baju kaos tanpa lengan warna merah merk JIMBOSS;

- 1 (satu) helai celana pendek warna hijau Lis Hitam merk NIKE;

- 1 (satu) potong baju kaos lengan panjang warna merah;

- 1 (satu) potong rok corak warna kombinasi;

- 1 (satu) potong celana dalam warna Pink;

- 1 (satu) potong kerudung warna merah; Dirampas untuk dimusnahkan;

4. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);

3. Fakta Hukum

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan

dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan

memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan

alternatif Pertama sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam rumah Tangga Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP yang unsur-unsurnya adalah

sebagai berikut :

1. Setiap orang;

2. Melakukan perbuatan kekerasan seksual terhadap orang yang menetap

dalam lingkup rumah tangga;

3. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang diteruskan/

berlanjut.

52
Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut :

Ad. 1. Unsur Setiap orang;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “setiap orang” adalah subyek

hukum yaitu orang yang dapat dipertanggung jawabkan atas kesalahan dan

perbuatannya sebagaimana didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah menghadapkan

Terdakwa Wildan Bin Herman dan Terdakwa membenarkan identitas yang termuat

dalam Surat Dakwaan Penuntut Umum tersebut adalah diri Terdakwa, sehingga

tidak terjadi error in persona dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan pengamatan Majelis Hakim, ternyata

Terdakwa sehat jasmani dan rohani, sehingga apabila Terdakwa terbukti

melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan kepadanya, maka dapat

dipertanggung jawabkan kepada Terdakwa;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka unsur “setiap

orang” telah terpenuhi;

Ad.2. Unsur melakukan kekerasan seksual terhadap orang yang

menetap dalam lingkup rumah tangga;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kekerasan seksual berdasarkan

Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan

yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan

cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang

lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu;

Menimbang, bahwa yang dimaksud lingkup rumah tangga sebagaimana


53
dimaksud dalam Pasal 2 adalah:

a. Suami, isteri dan anak;

b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang

sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan,

persusuan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga dan/atau;

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah

tangga tersebut;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta persidangan:

- Bahwa perbuatan Terdakwa dalam perkara ini ini terjadi sejak bulan

Juni tahun 2017 sampai dengan perbuatan terakhir pada hari Selasa

tanggal 3 Oktober 2017 bertempat di rumah Saksi Limih Binti Limin

di Kp Siluman Rt.005/005 Desa Mangunjaya, Kecamatan Tambun

Selatan, Kabupaten Bekasi;

- Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut berupa Terdakwa memasukkan

kemaluannya ke dalam kemaluan Saksi Limih Binti Limin dari arah

belakang badan Saksi tersebut sedangkan Saksi tersebut disuruh

nungging oleh Terdakwa;

- Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan oleh Terdakwa kepada

Saksi Limih Binti Limin lebih dari satu kali bertempat di kamar

mandi, ruang dapur, ruang tengah, kamar tidur dan warung milik Saksi

tersebut dengan cara yang sama;

- Bahwa Saksi Limih Binti Limin mengikuti kemauan Terdakwa karena

Terdakwa selalu membawa golok dan mengancam akan membunuh

Saksi Limih Binti Limin, suami Limih Binti Limin yaitu saksi Iping

Bin Sawal dan anak Limih Binti Limin yang merupakan isteri

Terdakwa yaitu Saksi Siti Jun Susilawati Binti Iping jika kemauan
54
Terdakwa tidak diikuti;

- Bahwa Terdakwa merupakan menantu Saksi Limih Binti Limin,

merupakan suami dari Siti Jun Susilawati yang merupakan anak Limih

Binti Limin dan mereka tinggal dalam satu rumah di tempat kejadian;

- Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan karena Terdakwa tidak

dapat menahan hasrat seksnya meskipun sudah dipenuhi oleh isteri

Terdakwa , disamping itu Terdakwa mempunyai rasa suka kepada

Saksi korban;

- Bahwa terhadap Saksi Limih Binti Limin telah dilakukan pemeriksaan

oleh dokter yang dituangkan dalam Visum Et Repertum dari Rumah

Sakit Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Bekasi Nomor :

01/VER/RSUD/X/2017 tanggal 04 Oktober 2017 yang dibuat dan

ditandatangani oleh dr. NANDI NURHADI, Sp.OG, dengan

kesimpulan : “Liang Senggama dari seorang perempuan yang sudah

sering melahirkan anak”;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hokum tersebut terbukti Terdakwa

melakukan perbuatan pemaksaan hubungan seksual terhadap ibu dari isterinya

(mertua) yang tinggal menetap dalam satu rumah tangga, sehingga unsure kedua

terpenuhi dalam perbuatan Terdakwa;

Ad.3. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang

diteruskan/berlanjut;

Menimbang, bahwa beberapa perbuatan yang satu sama lain ada

hubungannya, supaya dapat dipandang sebagai satu perbuatan yang diteruskan

menurut pengetahuan dan praktek harus memenuhi syarat-syarat:

a. Timbul dari satu niat, kehendak atau keputusan;

55
b. Perbuatan tersebut harus sama atau sama macamnya;

c. Waktu antaranya tidak boleh terlalu lama;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hokum tersebut di atas, Terdakwa

melakukan perbuatannya dalam kurun waktu antara bulan Juni 2017 sampai

perbuatan yang terakhir tanggal 3 Oktober 2017, bertempat di dalam rumah Saksi

Limih Binti Limin akan tetapi di ruangan yang tidak tetap yaitu di kamar mandi, di

ruang dapur, di ruang tengah, di kamar tidur Terdakwa dan di warung. Perbuatan

tersebut juga dilakukan dengan cara yang sama;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang demikian itu Majelis Hakim

berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa memenuhi syarat sebagai perbuatan yang

diteruskan/berlanjut;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di atas seluruh

unsure dakwaan Pertama sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam rumah Tangga Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa oleh karenanya Terdakwa haruslah dinyatakan telah

terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan dalam dakwaan alternatif Pertama;

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan berlangsung tidak ditemukan

alas an pemaaf atau pembenar terhadap sifat melawan hukumnya perbuatan

Terdakwa maka Terdakwa harus dinyatakan bersalah tentang hal itu dan dijatuhi

pidana yang setimpal dengan perbuatannya;

Menimbang, bahwa pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa pada

pokoknya hanya mohon hukuman Terdakwa diringankan dengan alasan

sebagaimana tersebut di atas, Majelis Hakim mempertimbangkannya sebagai


56
keadaan-keadaan yang meringankan tersebut di bawah ini;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah dikenakan

penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan

penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan

terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar

Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

4. Analisis Penulis dan Pendapat Hukum

Dalam perkara ini, Terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut :

1. Setiap orang;

2. Melakukan perbuatan kekerasan seksual terhadap orang yang

menetap dalam lingkup rumah tangga;

3. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang

diteruskan/ berlanjut.

Menurut penulis, penerapan hukum pidana materiil dalam kasus ini sudah

tepat, dimana penuntut umum di dalam dakwaannya telah benar dengan

menyatakan terbukti bersalah karena melakukan perbuatan kekerasan seksual

terhadap orang yang menetap dalam ruang lingkup rumah tangga dilakukan

sebagai perbuatan yang diteruskan/ berlanjut, sehingga pertimbangan yang

dilakukan oleh Majelis Hakim dalam memutus tindak pidana Terdakwa dengan

dakwaan pertama yaitu Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

B. Pertimbangan hakim dalam memutus kasus pemerkosaan dalam rumah

tangga berdasarkan putusan Nomor 1578/Pid.Sus/2017/PNBks

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan


57
mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas,

Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang

didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum didakwa dengan

surat dakwaan Pertama sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam rumah Tangga Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP atau dakwaan

Kedua sebagaimana diatur dan diancam Pasal 285 KUHP Jo Pasal 64 Ayat

(1) KUHP;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum

dengan dakwaan yang berbentuk alternatif, sehingga Majelis Hakim dengan

memperhatikan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung dakwaan

alternatif Pertama sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam rumah Tangga Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP yang unsur-unsurnya

adalah sebagai berikut :

1. Setiap orang;

2. Melakukan perbuatan kekerasan seksual terhadap orang yang menetap

dalam lingkup rumah tangga;

3. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang

diteruskan/berlanjut.

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim

mempertimbangkan sebagai berikut:

1. Unsur Setiap orang;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “setiap orang” adalah

subyek hukum yaitu orang yang dapat dipertanggung jawabkan atas


58
kesalahan dan perbuatannya sebagaimana didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini Penuntut Umum telah

menghadapkan Terdakwa Wildan Bin Herman dan Terdakwa

membenarkan identitas yang termuat dalam Surat Dakwaan Penuntut

Umum tersebut adalah diri Terdakwa, sehingga tidak terjadi error in

persona dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan pengamatan Majelis Hakim,

ternyata Terdakwa sehat jasmani dan rohani, sehingga apabila

Terdakwa terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana

didakwakan kepadanya, maka dapat dipertanggung jawabkan kepada

Terdakwa;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka

unsur “setiap orang” telah terpenuhi;

2. Unsur melakukan kekerasan seksual terhadap orang yang menetap

dalam lingkup rumah tangga;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan kekerasan seksual

berdasarkan Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan

hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak

wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan

orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu;

Menimbang, bahwa yang dimaksud lingkup rumah tangga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah:

a. Suami, isteri dan anak;

59
b. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan

orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan

darah, perkawinan, persusuan, dan perwalian, yang menetap

dalam rumah tangga dan/atau;

c. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap

dalam rumah tangga tersebut;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta persidangan :

a. Bahwa perbuatan Terdakwa dalam perkara ini terjadi sejak

bulan juni tahun 2017 sampai dengan perbuatan terakhir pada

hari selasa tanggal 03 Oktober 2017 bertempat di rumah Saksi

Limih Binti Limin di Kp Siluman Rt.005/005 Desa

Mangunjaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi;

b. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut berupa Terdakwa

memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan Saksi Limih

Binti Limin dari arah belakang badan Saksi tersebut

sedangkan Saksi tersebut disuruh nungging oleh Terdakwa;

c. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan oleh Terdakwa

kepada Saksi Limih Binti Limin lebih dari satu kali bertempat

di kamar mandi, ruang dapur, ruang tengah, kamar tidur dan

warung milik Saksi tersebut dengan cara yang sama;

d. Bahwa Saksi Limih Binti Limin mengikuti kemauan

Terdakwa karena Terdakwa selalu membawa golok dan

mengancam akan membunuh Saksi Limih Binti Limin, suami

Limih Binti Limin yaitu saksi Iping Bin Sawal dan anak

Limih Binti Limin yang merupakan isteri Terdakwa yaitu

Saksi Siti Jun Susilawati Binti Iping jika kemauan Terdakwa


60
tidak diikuti;

e. Bahwa Terdakwa merupakan menantu Saksi Limih Binti

Limin, merupakan suami dari Siti Jun Susilawati yang

merupakan anak Limih Binti Limin dan mereka tinggal dalam

satu rumah di tempat kejadian;

f. Bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dilakukan karena

Terdakwa tidak dapat menahan hasrat seksnya meskipun sudah

dipenuhi oleh isteri Terdakwa , disamping itu Terdakwa

mempunyai rasa suka kepada Saksi korban;

g. Bahwa terhadap Saksi Limih Binti Limin telah dilakukan

pemeriksaan oleh dokter yang dituangkan dalam Visum Et

Repertum dari Rumah Sakit Umum Daerah Pemerintah

Kabupaten Bekasi Nomor : 01/VER/RSUD/X/2017 tanggal

04 Oktober 2017 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr.

NANDI NURHADI, Sp.OG, dengan kesimpulan : “Liang

Senggama dari seorang perempuan yang sudah sering

melahirkan anak”;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hokum tersebut terbukti

Terdakwa melakukan perbuatan pemaksaan hubungan seksual

terhadap ibu dari isterinya (mertua) yang tinggal menetap dalam satu

rumah tangga, sehingga unsure kedua terpenuhi dalam perbuatan

Terdakwa;

3. Beberapa perbuatan yang dipandang sebagai perbuatan yang

diteruskan/berlanjut;

Menimbang, bahwa beberapa perbuatan yang satu sama lain ada

hubungannya, supaya dapat dipandang sebagai satu perbuatan yang


61
diteruskan menurut pengetahuan dan praktek harus memenuhi

syarat-syarat:

a. Timbul dari satu niat, kehendak atau keputusan;

b. Perbuatan tersebut harus sama atau sama macamnya;

c. Waktu antaranya tidak boleh terlalu lama;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hokum tersebut di atas,

Terdakwa melakukan perbuatannya dalam kurun waktu antara bulan

Juni 2017 sampai perbuatan yang terakhir tanggal 3 Oktober 2017,

bertempat di dalam rumah Saksi Limih Binti Limin akan tetapi di

ruangan yang tidak tetap yaitu di kamar mandi, di ruang dapur, di

ruang tengah, di kamar tidur Terdakwa dan di warung. Perbuatan

tersebut juga dilakukan dengan cara yang sama;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta yang demikian itu Majelis

Hakim berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa memenuhi syarat

sebagai perbuatan yang diteruskan/berlanjut;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut di

atas seluruh unsure dakwaan Pertama sebagaimana diatur dan

diancam Pasal 46 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam rumah Tangga

Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa oleh karenanya Terdakwa haruslah dinyatakan

telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana

sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif Pertama;

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan berlangsung tidak

ditemukan alas an pemaaf atau pembenar terhadap sifat melawan


62
hukumnya perbuatan Terdakwa maka Terdakwa harus dinyatakan

bersalah tentang hal itu dan dijatuhi pidana yang setimpal dengan

perbuatannya;

Menimbang, bahwa pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa pada

pokoknya hanya mohon hukuman Terdakwa diringankan dengan

alasan sebagaimana tersebut di atas, Majelis Hakim

mempertimbangkannya sebagai keadaan-keadaan yang meringankan

tersebut di bawah ini;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah

dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa

penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya

dari pidana yang dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan

penahanan terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka

perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di

persidangan berupa:

a. 1 (satu) bila senjata tajam jenis golok bergagang kayu warna

coklat;

b. 1 (satu) helai baju kaos tanpa lengan warna merah merk

JIMBOSS;

c. 1 (satu) helai celana pendek warna hijau Lis Hitam merk NIKE;

d. 1 (satu) potong baju kaos lengan panjang warna merah;

e. 1 (satu) potong rok corak warna kombinasi;

f. 1 (satu) potong celana dalam warna Pink;

63
g. 1 (satu) potong kerudung warna merah;

Majelis Hakim sependapat dengan Penuntut Umum supaya dirampas

untuk dimusnahkan;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa, maka

perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang

meringankan Terdakwa;

Keadaan yang memberatkan;

- Perbuatan Terdakwa dilakukan terhadap orang yang seharusnya

dijunjung tinggi kehormatannya;

Keadaan yang meringankan;

- Terdakwa sopan dan terus terang mengakui perbuatannya;

- Terdakwa menyesali perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka

haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;

Memperhatikan, Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam rumah Tangga Jo. Pasal

64 Ayat (1) KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

1. Menyatakan Terdakwa Wildan Bin Herman bersalah melakukan

tindak pidana “melakukan kekerasan seksual dalam lingkup rumah

tangga yang dilakukan secara berlanjut”

2. Menjatuhkan pidana kepada Wildan Bin Herman dengan pidana

penjara selama 7 (tujuh) tahun;

3. Menetapkan lamanya masa penangkapan dan penahanan yang telah


64
dijalani sebelum putusan ini berkekuatan hokum tetap dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Terdakwa tetap dalam tahanan;

5. Menetapkan barang bukti:

a. 1 (satu) bila senjata tajam jenis golok bergagang kayu warna

coklat;

b. 1 (satu) helai baju kaos tanpa lengan warna merah merk

JIMBOSS;

c. 1 (satu) helai celana pendek warna hijau Lis Hitam merk NIKE;

d. 1 (satu) potong baju kaos lengan panjang warna merah;

e. 1 (satu) potong rok corak warna kombinasi;

f. 1 (satu) potong celana dalam warna Pink;

g. 1 (satu) potong kerudung warna merah;

6. Membebankan biaya perkara ini kepada Terdakwa sejumlah Rp.

2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Bekasi, pada hari Kamis, tanggal 1 Februari 2018, oleh

kami, Sri Senaningsih, S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua , Djuyamto, S.H. ,

Musa Arief Aini, S.H., M.Hum. masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa, tanggal 6

Februari 2018 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota

tersebut, dibantu oleh Mulyanti Pudji Astuti, Panitera Pengganti pada Pengadilan

Negeri Bekasi, serta dihadiri oleh Mia Natalina, S.H., Penuntut Umum dan

Terdakwa didampingi Penasihat Hukumnya.

65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas maka

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kekerasan dalam rumah tangga adalah merupakan berbagai bentuk

kekerasan yang terjadi didalam hubungan keluarga, antara pelaku dan

korbannya memiliki kedekatan tertentu. Tercakup disini penganiayaan

terhadap istri, bekas istri, tunangan, penganiayaan terhadap orang tua,

serangan seksual, atau perkosaan oleh anggota keluarga. Menurut

Undang-Undang Republi kIndonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, pada pasal 5 disebutkan

bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan terhadap orang dalam

lingkup rumah tangganya dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis,

kekerasan seksual ataupun penelantaran rumah tangga. Menyatakan

Terdakwa Wildan Bin Alm Herman bersalah melakukan tindak pidana

“kekerasan dalam rumah tangga” sebagaimana diatur dan diancam pidana

dalam dakwaan pertama: Pasal 46 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

66
Tangga. Menjatuhkan pidana kepada Wildan Bin Alm Herman dengan

pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun dikurangi selama Terdakwa berada

dalam tahanan sementara, dan agar terdakwa tetap dalam tahanan;

2. Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan

apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat

dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya;

Menimbang, bahwa Terdakwa oleh Penuntut Umum didakwa dengan surat

dakwaan Pertama sebagaimana diatur dan diancam Pasal 46 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan

Dalam rumah Tangga Jo. Pasal 64 Ayat (1) KUHP atau dakwaan Kedua

sebagaimana diatur dan diancam Pasal 285 KUHP Jo Pasal 64 Ayat (1) KUHP;

berdasarkan fakta hokum tersebut terbukti Terdakwa melakukan perbuatan

pemaksaan hubungan seksual terhadap ibu dari isterinya (mertua) yang tinggal

menetap dalam satu rumah tangga, sehingga unsur kedua terpenuhi dalam

perbuatan Terdakwa, Maka Hakim Menjatuhkan pidana kepada Wildan Bin Herman

dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun.

B. Saran

Berdasarkan Kesimpulan diatas, penulis memberikan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Ada baiknya pihak kepolisian mengadakan sosialisasi mengenai

perlindungan hukum terhadap hak-hak korban kekerasan dalam rumah

tangga agar sebagai korban tidak perlu merasa takut atau tertekan untuk

melaporkan kejahatan yang dialaminya.

2. ebagai korban kekerasan dalam rumah tangga, korban sebaiknya lebih cepat

melaporkan tindak pidana yang dialaminya agar sebagai aparat penegak


67
hukum lebih cepat menindaki kasus tersebut.

68
DAFTAR PUSTAKA

BUKU/LITERASI :

Syarifuddin Pettanasse, “Mengenal Kriminologi” , Penerbit Unsri, Palembang,

2018.

M.Ali Zaidan, “kebijakan kriminal”, Sinar Grafika, Jakarta, 2016.

Noach Simanjuntak, ”Kriminologi”, Bandung : Penerbit Tarsito, 1984,

Barda Nawawi Arif, “Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum

Pidana”, Kencana, Jakarta, 1998..

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu

Tinjauan Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001.

SUMBER LAIN:

https://nasional.tempo.co/read/570568/kekerasan-dalam-rumah-tangga-

meningkat

https://www.voaindonesia.com/amp/kekerasan-di-dalam-rumahtangga-

(kdrt)-meningkat-selama-pandemi/5513427.html

https://www.voaindonesia.com/amp/kekerasan-di-dalam-rumah-tangga-(kdrt)-

meningkat-selama-pandemi/5513427.html

https://m.ayobogor.com/read/2021/03/24/10015/137-kasus-kekerasan-anak-dan-

kdrt-terjadi-di-kota-bogor-selama-pandemi

https://www.kompas.tv/amp/article/135821/videos/kdrt-meningkat-selama-

pandemi-ini-bantuan-strategi-dari-komnas-perempuan-serta-kementerian-pppa

Rima Astuti [dalam hamja dan Faizin (2018)], ‘Hubungan Kesadaran Akan

Kerentanan Diri dan Mekanisme Coping Pada Perempuan Pekerja Malam di

69
Tempat Hiburan Karaoke di Wilayah Jakarta Barat’, (2011) 7(11) Jurnal

Kriminologi Indonesia, hlm193.

https://megapolitan.okezone.com/amp/2018/01/10/338/1842911/suami-injak-

perut-istri-yang-hamil-tua-hingga-bayinya-tewas-diancam-20-tahun-penjara.

Diakses pada 19 Juni 2021.

https://news.okezone.com/amp/2017/12/05/340/1825225/terbakar-api-

cemburu- suami-bacok-istri-12-kali-hingga-tewas. Diakses pada 19 Juni

2021.

70

Anda mungkin juga menyukai