HASIL PENELITIAN
disusun oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
NIM : 19.023.74.201.152
Fakultas : Hukum
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur bagi Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianya serta atas segala limpahan rahmat dan ridhonya, sehingga penulis
senantiasa diberikan kemudahan dan kesehatan dalam menyelesaikan skripsi
dengan judul Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Bagi Terdakwa Dalam
Pemeriksaan Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri Masamba. Hasil penelitian ini
bertujuan sebagai sumbangan akhir jenjang pendidikan Strata Satu (S1) Fakultas
Hukum Universitas Andi Djemma Kota Palopo.
Mengawali ucapan terimakasih ini, saya sebagai penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Kedua orang tua penulis Bapak Abd.Latid dan Ibu Sumiati yang senantiasi
memberikan kasih sayang dan dukungan kepada penulis.
2. Kepada saudara/saudari tercinta penulis.
3. Bapak Dr.IR.H.Annas Boceng M.SI, selaku Rektor Universitas Andi
Djemma Palopo.
4. Bapak Dr. Haedar Djidar, SH.,MH selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Andi Djemma Palopo sekaligus Pembimbing I
5. Bapak Burhanuddin, SH.,MH, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Andi Djemma Palopo
6. Ibu Sulastryani, SH.,MH, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
Universitas Andi Djemma sekaligus Pembimbing II
7. Ibu Irayantinur, SH.,MH, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Andi Djemma Palopo.
8. Kepada Bapak Dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Andi Djemma
atas ilmu, pendidikan, dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis
selama duduk dibangku kuliah.
9. Segenap Staf Pegawai Fakultas Hukum yang telah banyak membantu
penulis selama ini.
10. Teman-teman angkatan 2019 Fakultas Hukum Universitas Andi
i
Djemma, terima kasih atas dukungan moral dari kalian semua.
11. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, dukungan, pemikiran,
membantu Penulis mulai dari awal penyusunan proposal hingga akhir
penyelesaian skripsi ini . Penulis ucapkan terima kasih.
Serta seluruh pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, dan semoga apa yang telah kita niat baikkan selalu mendapatkan
berkah Allah SWT.
v
Abstrak
Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum
kepada penerima bantuan hukum secara cuma-cuma. Bantuan hukum merupakan salah
satu hak asasi manusia untuk mewujudkan acces to justitie, equality before the law,
dan fair trial. Pemberian bantuan hukum menghindarkan tersangka atau terdakwa dari
perlakuan tidak adil dan tindakan sewenang- wenang dari para penengak hukum.
Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana Pelaksanaan Bantuan Hukum bagi
Terdakwa dalam Pemeriksaan Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri Masamba, Apa yang
menjadi Kendala dalam Pemberian Bantuan Hukum Bagi Terdakwa dalam Pemeriksaan
Perkara Pidana Di Pengadilan Negeri Masamba. Penelitian ini bertujuan Untuk
mengetahui bagaimana Pelaksanaan Bantuan Hukum bagi Terdakwa dalam Pemeriksaan
Perkara Pidana di Pengadilan Negeri Masamba, Untuk mengetahui apa yang menjadi
kendala dalam Pemberian Bantuan Hukum bagi Terdakwa dalam Pemeriksaan Perkara
Pidana di Pengadilan Negeri Masamba. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode penelitian hukum Normatif Empiris, penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri
Masamba Kabupaten Luwu Utara. Penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum telah sesuai dengan aturan uang
berlaku, yakni Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya
identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan
bantuan hukum, Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara, Melampirkan
surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa atau pejabat yang setingkat di tempat
tinggal pemohon bantuan hukum.
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI.......................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................7
1.3. Tujuan Penelitian....................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian..................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................48
5.2 Saran.............................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
viii
v
BAB I
PENDAHULUAN
dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945: “Negara Indonesia adalah
adalah pemberian bantuan hukum. Dalam negara hukum, negara berada sederajat
dengan individu dan kekuasaan negara dibatasi oleh hak asasi manusia. Oleh
karena itu, negara hukum dan hak asasi manusia memiliki keterkaitan dan
hubungan yang sangat erat serta tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
tidaknya dilatar belakangi oleh empat hal. Pertama, konteks bantuan hukum
sendiri bukanlah konsep yang sudah mati, artinya hingga sekarang ini kita harus
sosial, politik, dan ekonomi, serta kondisi lokal tentu memberikan pengaruh
1
keadilan melalui jalur hukum, perluasan spektrum fungsi dan peran profesi
nanti akan turut mewarnai corak dan watak bantuan hukum. Ketiga, perkaitan
yang erat antara hukum dengan masalah hak asasi manusia, meskipun dalam
konteks yang luas masalah hak asasi manusia sebenarnya tidak hanya berkaitan
erat dengan hukum, akan tetapi ia juga berkaitan erat dengan bidang-bidang
Empat, secara formal yuridis “jati diri” Negara Indonesia adalah sebuah negara
hukum (rechtsstaat).
yang dikenal dengan prinsip equality before the law maksud dari prinsip
equality before the law yaitu tidak hanya dimaknai sebagai persamaan dimata
hukum saja, melainkan dimaknai sebagai persamaan akan akses terhadap sistem
hukum dan keadilan. Berdasarkan hal tersebut terciptalah suatu konsep dan tujuan
yang bernama access to law and justice (akses terhadap hukum dan keadilan).
Berdasarkan prinsip tersebut dan tujuan access to law and justice, Pemerintah
2
“setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Pemenuhannya
sangat penting dan fundamental, karena selain sebagai bentuk perlindungan dan
mewujudkan peradilan yang adil (fair trial). Salah satu bentuk pengaturannya
Pembicaraan tentang bantuan hukum, hak asasi manusia dan atau negara
hukum dalam konteks Indonesia sebagai negara hukum menjadi penting artinya
mana kala kita mengingat bahwa dalam bangun negara hukum itu terlekati ciri-
Pendidikan.
2. Peradilan yang bebas dan tidak memihak tidak dipengaruhi oleh sesuatu
Oleh karena itu, misalnya suatu negara tentu tidak dapat kita katakan
3
mengatur mengenai kewajiban advokat dalam memberikan bantuan hukum bagi
orang atau kelompok orang miskin, sebagaimana diatur dalam Pasal 10 huruf e
dan tata cara yang ditentukan dalam Undang- Undang ini sampai dengan
perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah secara berdasarkan hukum.
masalah hukum keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun
(1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi
hak dasar secara layak dan mandiri. Hak dasar yang dimaksud meliputi hak atas
dan/atau perumahan.
pembela umum (Access to legal counsel) adalah hak asasi setiap manusia dan
merupakan salah satu unsur untuk memperoleh keadilan (Access to justice) bagi
semua orang (Access for all). Tidak ada seorang pun dalam negara hukum yang
boleh diabaikan haknya untuk memperoleh pembelaan dari seorang advokat atau
belakang agama, keturunan, ras, etnis, keyakinan politik, strata sosial ekonomi,
4
Pada hakekatnya posisi seorang terdakwa dalam proses pemeriksaan
aparat penegak hukum yang oleh undang- undang dibekali dengan sejumlah
bukan saja berakibat bagi orang yang dirugikan, akan tetapi lebih merupakan
menurut wujud dan sifatnya adalah bertentangan dengan tata atau ketertiban yang
dengan atau menghambat akan tata dalam pergaulan masyarakat yang baik dan
menegaskan juga dalam Pasal 18 ayat (1): “Setiap orang yang ditahan,ditangkap,
dan dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana berhak dianggap
tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu sidang
Pada prinsipnya kita semua ketahui bersama bahwa seorang terdakwa adalah
5
orang lain yang bertentangan dengan suatu ketertiban umum dan suatu aturan
yang berlaku. Oleh karena itu juga kebebasan terdakwa dalam hal memberikan
dihayati oleh para penegak hukum bukan saja dalam pemeriksaan pengadilan
yang harus menyadari tegas apa yang dipikulkan dipundaknya, yaitu mencari
kepentingan individu, tetapi juga terdakwa itu sendiri harus mengetahui dan
terdakwa untuk bebas dari segala tuntutan tetapi tujuan pembelaan dalam perkara
pidana untuk membela peraturan hukum jangan sampai peraturan hukum tersebut
salah atau tidak adil diterapkan dalam suatu perkara. Dengan demikian pemberian
bantuan hukum bagi terdakwa agar aparat dan penegak hukum dalam membuat
dan memutuskan suatu keputusan yang adil sesuai peraturan hukum yang berlaku.
hak yang dapat dituntut oleh setiap orang dan hak demikian dipandang sebagai
bagian dari hak asasi manusia, sebab bantuan hukum di tinjukan dalam rangka
6
maupun didalam pengadilan.
sebagaimana yang dijelaskan dalam ketentuan Pasal 54 dan Pasal 56 ayat (1)
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
7
2. Kendala-kendala dalam Pemberian Bantuan Hukum Bagi Terdakwa dalam
dan khususnya bagi Penulis sendiri dalam menambah wawasan berpikir serta
3. Menjadi salah satu bahan informasi atau masukan bagi proses pembinaan
sama.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah bantuan hukum masih merupakan hal yang baru bagi bangsa
tidak luput dari negara yang telah maju. Bantuan hukum dalam pengertiannya
yang luas dapat diartikan sebagai upaya untuk membantu golongan yang tidak
mampu dalam bidang hukum. Bantuan Hukum Tingkat Nasional tahun 1978
hukum yang diberikan kepada golongan yang tidak mampu (miskin) baik
tentang Bantuan Hukum, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan
hukum.
yang berarti pemberian jasa dibidang hukum kepada seseorang yang terlibat
dalam suatu kasus atau perkara. Pemberian jasa bantuan hukum dilakukan
dengan cuma-cuma, bantuan jasa hukum dalam legal aid lebih dikhususkan
bagi yang tidak mampu dalam lapisan masyarakat miskin, dan dengan
9
membela kepentingan hak asasi rakyat kecil yang tidak punya dan buta
hukum.
Bantuan hukum adalah sebagai terjemahan dari istilah “legal aid “ dan
agak berbeda satu sama lain. “Legal aid” biasanya digunakan untuk
jasa di bidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu perkara
secara cuma-cuma atau gratis khususnya bagi mereka yang tidak mampu
maksud untuk menjamin agar tidak ada seorangpun di dalam masyarakat yang
hanya oleh karena sebab tidak dimilikinya sumber dana finansial yang cukup.
Sementara itu, istilah “legal services” diartikan sebagai langkah- langkah yang
1
Bantuan hukum itu sendiri adalah merupakan hak dari orang miskin
yang dapat diperoleh tanpa bayar sebagai bentuk penjabaran persamaan hak di
Dasar 1945 dimana di dalamnya dengan tegas disebutkan bahwa fakir miskin
hadapan hukum (equality before the law) adalah hak asasi manusia yang
dan kepastian hukum, serta pelayanan hukum, maka dilakukan upaya berupa
mapan atau final. Secara konsepsional, apabila kita melihat pada tujuan
orientasi, sifat, cara pendekatan dan ruang lingkup aktivitas program bantuan
hukum, khususnya bagi golongan miskin dan buta hukum di Indonesia, pada
dasarnya dapat dikategorikan pada dua konsep pokok, yaitu konsep bantuan
Yesmil Anwar dan Adang membagi tiga konsep bantuan hukum, yaitu:
1
1. Konsep bantuan hukum tradisional, adalah pelayanan hukum yang
bagi tegaknya negara hukum. Sifat dan jenis dari bantuan hukum
ini adalah lebih aktif artinya bantuan hukum ini diberikan kepada
1
hukum dan pelaksanaannya dapat menjamin persamaan kedudukan
untuk rakyat miskin yang dilakukan dalam rangka usaha dan tujuan
subjek hukum. Sifat dan jenis dari bantuan hukum ini lebih aktif.
1
dilaksanakan secara merata di seluruh wilayah Negara Republik
Indonesia;dan
dipertanggungjawabkan.
Secara garis besar, tujuan bantuan hukum yang tercantum dalam Pasal 3
semata untuk memberikan jasa hukum bagi masyarakat akan tetapi sekaligus
2. Posbakum
3. LBH
1
1) Advokat
menjadi advokat.
yang mulia. Hal itu berarti setiap advokat tidak saja harus jujur
kepercayaan publik.
1
2) Pembela Publik
3) Paralegal
1
hukum tetapi mempunyai pengetahuan dan pemahaman dasar
masyarakat miskin, seperti hak atas upah yang layak, hak atas tanah,
hak atas lingkungan yang sehat dan bersih, hak atas kebebasan
1
kecakapan untuk memperjuangkan perwujudan hak- hak
hak-haknya tersebut.
masyarakat.
negara juga harus dibedakan pula antara hak konstitusional dan hak legal.
1
dan oleh Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan hak legal (legal rights)
para pihak yang dapat memberikan bantuan hukum. Tidak hanya advokat saja
yang dapat memberikan bantuan hukum, tetapi juga paralegal, dosen dan
1
berpendapat bahwa paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum memiliki
hak yang sama dengan advokat untuk memberi bantuan hukum kepada warga
hukum tanpa terkecuali meliputi hak untuk dibela (acces to legal counsel),
diperlakukan sama didepan hukum (equality before the law), keadilan untuk
Pidana
yang sangat besar, dengan mengatur secara rinci hak-hak yang dimiliki dan
2
dari bantuan hukum yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara
bab dan 36 pasal, diantara bab-bab dan pasal-pasal tersebut mengatur tentang
cuma-cuma, advokat asing, atribut, kode etik, dan dewan kehormatan advokat,
Hak atas bantuan hukum telah diterima secara universal yang dijamin
harus dihindarkan dari segala bentuk diskriminasi. Sedangkan Pasal 14 ayat (3)
pemberian bantuan hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau
atau kelompok orang miskin. Beberapa pokok materi yang diatur dalam
2
dan tata cara permohonan bantuan hukum, pendanaan, larangan, dan ketentuan pidana.
Tata cara pemberian Bantuan Hukum sendiri telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yaitu pada Pasal 14 sampai
Hukum:
Ketetuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan
2
Hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 tentang Syarat
dan Tata Cara Pemberian dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum. Pasal 6 peraturan
Bantuan hukum adalah hak bagi seorang terdakwa yang tidak mampu sudah
diatur secara rinci dalam peraturan perundang-undangan, hal ini bukan berarti bahwa
terdakwa dapat dengan mudah memperoleh bantuan hukum dari advokat dalam
penegakan ide bantuan hukum tersebut menjadi suatu kenyataan, akan tetapi terdapat
menerapkan hukum
diterapkan
e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
2
didasarkan pada karsan manusia di dalam pergaulan hidup
Menurut Moch Ali, mengatakan bahwa bagi pihak pengadilan untuk menunjuk
seorang advokat tidak mengalami suatu hambatan yang berarti, sebab advokat yang
ditunjuk pihak pengadilan selama ini senantiasa siap, dan bersedia untuk
advokat yang sudah ditunjuk oleh pengadilan tidak bersedia, akan tetapi pada
umumnya para advokat yang telah ditunjuk oleh pengadilan senantiasa bersedia.
bantuan hukum untuk masyarakat yang tidak mampu adalah dipengaruhi oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dana yang diberikan kepada pihak
Pengadilan tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan akan pendanaan
kepada para advokat, agar bersedia untuk memberikan bantuan hukumnya secara
cuma-cuma kepada masyarakat yang tidak mampu melalui Pos Bantuan Hukum
Dalam kajian Hak Asasi Manusia, hak atas bantuan hukum dianggap sebagai
bagian dari proses peradilan yang adil dan merupakan salah satu pilar dari prinsip
negara hukum. Hak tersebut telah mendapatkan pengakuan sebagai salah satu prinsip
Hak Asasi Manusia yang diterima secara universal. Jaminan atas hak ini diatur
2
persamaan kedudukan di muka hukum
menjamin bahwa semua orang berhak untuk perlindungan dari hukum serta
kekayaan
Hak ini termasuk jenis Non-derogable rights (tidak dapat dikurangi). Hal
tersebut diatas dimaksudkan juga dengan bantuan hukum yang diberikan pemerintah
kepada masyarakat yang kurang mampu. Bantuan hukum yang diberikan haruslah
memuat substansi Hak Asasi Manusia. Bantuan hukum harus mengacu pada Hak
Asasi Manusia karena harus melindungi hak-hak rakyat untuk mendapatkan bantuan
penguatan atas jaminan proses peradilan yang adil (free trial). Dalam hal ini
muka hukum, telah diatur dalam Pasal 28 D ayat (1) amandemen ke-2 Undang-
dan kepastian hukum yang adil dan perlakuan yang sama bagi setiap orang. Dalam
Hak Asasi
2
Manusia mengatur sejumlah hak-hak dasar yang dilindungi oleh Negara, antara lain
baik dalam perkara pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses
peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang
2
2.6 Kerangka Pikir
2
BAB III
METODE PENELITIAN
2
Interview atau wawancara merupakan Tanya jawab secara lisan dimana dua
pihak yang satu sebagai pencari Informasi dan pihak yang lain adalah
Adapun sumber data yang digunakan dalam penulisian proposal ini yaitu
meliputi:
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian yang
wawacara.
b. Data Sekunder
Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan fakta yang ada dilapangan dan
2
BAB IV
PEMBAHASAN
Visi
Masamba
3
4.2. Pelaksanaan Bantuan Hukum Bagi Terdakwa Dalam Pemeriksaan
negeri masamba dalam pemberian bantuan hukum terhadap masyarakat yang mampu
maupun tidak mampu, namun terlebih dahulu penulis tegaskan kembali tentang
bantuan hukum serta peran lembaga bantuan hukum itu sendiri, seperti yang telah
dijelaskan pada tinjauan pustaka bahwa bantuan hukum berarti sebagai bentuk
dengan maksud untuk menjamin agar tidak seorangpun didalam masyarakat yang
karena tidak memiliki sumber daya financial yang cukup. Lembaga bantuan hukum
juga memiliki peran tersendiri, yaitu mewujudkan suatu pemerataan dalam bidang
keadilan.
menyatakan bahwa:
Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum. Tujuan bantuan hukum
3
fungsi maupun integritas peradilan yang baik bagi mereka yang termasuk golongan
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. (Pasal 1 angka 14 Kitab
Konsep bantuan hukum yang pada awalnya hanya merupakan belas kasihan
atau kemurahan hati, kemudian berkembang menjadi hak setiap manusia dan
selanjutnya menjadi tanggung jawab profesi bagi para penegak hukum. Motivasi
Perubahan konsep bantuan hukum kearah yang lebih baik di atas penting artinya
karena merupakan perubahan dari yang semula bantuan hukum diberikan hanya atas
dasar belas kasihan, menjadi sebagai suatu hak yang memang dimiliki oleh setiap
orang yang membutuhkannya, bahkan saat ini berkembang bantuan hukum yang
memberikan kesejahteraan pada rakyatnya yang salah satunya adalah berupa bantuan
hukum. Pada dasarnya tujuan bantuan hukum menurut Adnan Buyung ada dua hal.
Pertama bahwa bantuan hukum yang efektif adalah merupakan syarat yang esensial
untuk berjalannya fungsi maupun integritas peradilan yang baik dan kedua bahwa
3
Bantuan hukum saat ini sebagaimana umumnya dikonsepsikan sebagai suatu
hak yang dapat dituntut oleh setiap orang dan hak yang demikian dipandang sebagai
bagian dari pada hak asasi manusia, bantuan hukum ini di tujukan dalam rangka
memperjuangkan penegakan hak asasi manusia dan diharapkan hak asasi manusia
akan diberikan penghargaan yang sepantasnya di dalam hukum. Para ahli membagi
dan praktisi hukum di Indonesia membagi bantuan hukum kepada dua macam yaitu
bantuan hukum kepada masyarakat tidak mampu dalam bentuk pendampingan oleh
membela kepentingan atau hak hukum masyarakat yang tidak mampu dalam proses
peradilan, namun dalam pengertian yang lebih luas lagi bertujuan untuk
Asas untuk mendapatkan bantuan hukum ini (access to legal counsel) tidak
diatur secara langsung dalam konstitusi kita, namun Pasal 28D yang menyatakan
bahwa “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum” menjamin hak untuk
mendapatkan keadilan dan perlakuan yang sama di depan hukum. Bantuan hukum
3
dalam pemenuhan hak atas keadilan dan perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Nomor 35 Tahun 1999 baru mengatur secara jelas hak mendapatkan bantuan hukum
ini yang dinyatakan bahwa “dalam perkara pidana seorang tersangka sejak saat
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan pasal tentang hak
mendapatkan bantuan hukum ini berada dalam pasal 38, dimana penasehat hukum
diganti menjadi advokat, namun penasehat hukum tidak hanya advokat, tetapi juga
pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum non profit dan peserta magang di
kantor-kantor advokat.
telah diatur dalam Pasal 54, 55 serta Pasal 56 dan Bab VII Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (Pasal 69-74) bahkan untuk kondisi tertentu bantuan hukum ini
menjadi wajib (Pasal 56). Lalu ada Pasal 114 yang merupakan pasal pendukung dari
Hukum Acara Pidana. Pasal 114 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ini
haknya memperoleh pendampingan penasehat hukum bagi dirinya, mulai sejak saat
tahap penyidikan sampai dengan tahap putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap
(asas legal assistance, setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi
3
diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya). Hal ini dapat
dilihat pada konsep dan ide Legal service yang terkandung makna dan tujuan
sebagai berikut :
dengan masyarakat kaya yang menguasai sumber dana dan posisi kekuasaan.
hukum bagi setiap anggota masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan
miskin.
Bantuan hukum memiliki dua konsep, yaitu konsep probono dan konsep legal aid.
b. Sukarela
c. Cuma-Cuma
Dalam khasanah hukum acara pidana terdapat suatu adagium yang menyatakan “ubi
jus ibi remedium” yang berarti dimana ada hak di sana ada
3
kemungkinan menuntut, memperolehnya atau memperbaikinya bilamana hak tersebut
dilanggar. Namun seseorang yang buta hukum tidak mungkin menuntut hak yang
dimilikinya karena ia tidak tahu hak apa yang dia miliki seseungguhnya, disinilah
pemenuhan hak atas bantuan hukum menjadi penting untuk menghilangkan diskriminasi
antar manusia (dalam hal ini yang mengerti hukum dengan mereka yang buta hukum).
bantuan hukum bagi seorang tersangka atau terdakwa, diatur melalui ketentuan dalam
Pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sampai dengan Pasal 56 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Sedangkan hak-hak bagi penasehat hukum untuk
dengan Pasal 74 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Melihat dari rumusan
Pasal 56 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana terdapat dua keadaan
terdakwa didakwa dengan ancaman hukuman pidana mati atau pidana penjara
lima belas tahun atau lebih. Kewajiban yang dibebankan kepada aparat penegak
disyaratkan apakah tersangka atau terdakwa dalam keadaan mampu atau tidak.
Jika tersangka atau terdakwa dalam keadaan mampu untuk menunjuk sendiri
penasehat hukum bagi dirinya, maka kewajiban bagi pejabat yang berwenang
3
hukum berdasarkan Pasal 56 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana, dengan sendirinya gugur. Namun jika si tersangka atau terdakwa yang
meski dalam keadaan mampu tidak menunjuk sendiri penasehat hukum bagi
penasehat hukum bagi tersangka dan terdakwa yang dalam keadaan mampu
tersebut.
penasehat hukum timbul dalam keadaan tersangka atau terdakwa didakwa dengan
ancaman hukuman pidana lima tahun atau lebih, dengan syarat tersangka atau
Tata cara pemberian Bantuan Hukum sendiri telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum yaitu pada Pasal 14
Pasal 14
Pasal 15
3
dari Penerima Bantuan Hukum.
4. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum
mencantumkan alasan penolakan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian Bantuan
Hukum diatur dengan Pengaturan Pemerintah.
Bantuan Hukum. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin. Pemberi Bantuan Hukum adalah
lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan
Hukum berdasarkan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
a. Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan
undang ini.
f. Kode etik Advokat adalah kode etik yang ditetapkan oleh organisasi profesi
3
a. Berbadan hukum
d. Memiliki pengurus
3. Syarat dan tata cara pemberian bantuan hukum, pengajuan permohonan bantuan
a. Fotocopy kartu tanda penduduk atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh
b. Surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa atau pejabat yang
4. Dalam, hal pemohon bantuan hukum tidak memiliki surat keterangan miskin,
3
5. Dokumen lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf I dapat berupa surat
keterangan yang dibuat oleh pemberi bantuan hukum dan wajib diketahui oleh
penuntutan.
tahanan miskin.
narapidana miskin.
e. Ketua Pengadilan atau Ketua Majelis Hakim yang memeriksa perkara orang
miskin.
Dalam hal pemohon bantuan hukum tidak memiliki identitas, pemberi bantuan
hukum membantu pemohon bantuan hukum untuk memperoleh surat keterangan alamat
sementara dan/atau dokumen lainnya dari instansi yang berwenang sesuai domisili
pemberi bantuan hukum. Surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain harus
diketahui oleh lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemberi
bantuan hukum.
4
surat kuasa.
undangan.
pembayaran dari penerima bantuan hukum dan/atau pihak lain yang terkait dengan
Penerima bantuan hukum adalah orang atau kelompok orang miskin yang tidak
dapat memenuhi hak dasar secara layak dan madiri dalam menghadapi masalah
hukum.
masamba
bahwa:
“Sampai saat ini bagi pihak pos bantuan hukum (Posbakum), terdakwa dan
pengadilan sendiri tidak ada suatu hambatan dalam menunjuk seorang advokat”.
Menurut Moch Ali, mengatakan bahwa bagi pihak pengadilan untuk
4
menunjuk seorang advokat tidak mengalami suatu hambatan yang berarti,
4
sebab advokat yang ditunjuk pihak pengadilan selama ini senantiasa siap, dan
mungkin hanya advokat yang sudah ditunjuk oleh pengadilan tidak bersedia, akan
tetapi pada umumnya para advokat yang telah ditunjuk oleh pengadilan senantiasa
pemberian bantuan hukum untuk masyarakat yang tidak mampu adalah dipengaruhi
oleh minimnya dana bantuan hukum yang disediakan oleh pemerintah melalui
kementerian hukum dan HAM. Dana yang diberikan kepada pihak pengadilan
tersebut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan akan pendanaan kepada
para advokat, agar bersedia untuk memberikan bantuan hukumnya secara cuma-
cuma kepada masyarakat yang tidak mampu melalui pos bantuan hukum
biasanya akan ada kendala ataupun hambatan dalam pemberian bantuan hukum, baik
itu kendala yang sifatnya mudah diatasi, maupun kendala yang agak sulit diatasi.
Secara umum kendala yang dihadapi pemberi bantuan hukum tidak jauh-jauh dari
masyarakat tentang lembaga bantuan hukum dan kesadaran masyarakat akan hukum
4
fasilitas.”
Indonesia sebagai Negara hukum, sebagaimana bunyi pasal 1 ayat (3) Undang -
Undang Dasar 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia adalah negara hukum”,
maka negara harus menjamin persamaan setiap orang di hadapan hukum serta
melindungi hak asasi manusia. Persamaan di hadapan hukum memiliki arti bahwa
semua orang memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality
before the law). Persamaan perlakuan di hadapan hukum bagi setiap orang berlaku
peradilan.
Untuk konsultasi dan advice mereka tanpa membawa persyaratan apapun tetap
dilayani. Pengguna jasa pos bantuan hukum (Posbakum), baik dari kalangan tidak
mampu atau mereka yang merasa mampu sama-sama bisa menggunakan jasa pos
bantuan hukum. Walaupun sudah ada ketentuan bahwa pos bantuan hukum
(Posbakum) ini hanya diperuntukan bagi orang-orang yang tidak mampu membayar
jasa advokat, akan tetapi masyarakat pencari keadilan yang mampu secara ekonomi
belum tentu dia mengerti akan hukum maka dari itu mereka juga dapat
Bantuan hukum adalah hak bagi seorang terdakwa yang tidak mampu sudah
diatur secara rinci dalam peraturan perundang-undangan, hal ini bukan berarti bahwa
terdakwa dapat dengan mudah memperoleh bantuan hukum dari advokat dalam
4
suatu kenyataan, akan tetapi terdapat juga beberapa faktor penghambat yang akan
dalam hal bantuan hukum menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut:
menerapkan hukum;
diterapkan;dan
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
mengenai struktur hukum (legal structure) akan dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri penegak hukum sendiri.
yang secara langsung memberikan jasa hukum kepada orang atau kelompok
orang miskin dalam bentuk bantuan hukum. Penegak hukum dari segi internal
tersebut mutlak menjadi sebuah alasan untuk tidak memberikan bantuan hukum,
karena ketika advokat memiliki kesadaran yang tinggi, maka advokat akan
4
menawarkan jasa hukum, mengigat juga pemberi bantuan hukum sangat terbuka,
baik ditingkat kepolisiaan, di pengadilan negeri melalui pos bantuan hukum dan
memberikan bantuan hukum dalam posisinya sebagai advokat baru yang baru
diangkat juga menjadi kondisi yang logis yang masih bisa dijumpai dalam
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar penegak hukum, selain dari luar penegak
mengemukakan bahwa, “tanpa adanya sarana dan fasilitas tertentu, maka tidak
mungkin penegak hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas
tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil,
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup dan
seterusnya
Petugas pos bantuan hukum dalam melayani tentunya tidak luput dari kendala-
1. Petugas pos bantuan hukum yang sedikit berdampak pada pelayanan yang kurang
dalam melakukan pelayanan yang efektif maupun pengguna jasa pos bantuan
hukum.
4
masyarakat tidak mampu baik secara cakap hukum maupun ekonomi.
1. Membuat masyarakat jadi tahu proses perkara yang mereka jalani dan
keadilan juga sebagai media bagi masyarakat untuk sadar akan hukum.
membuat proses perkara mereka jadi tidak ada kendala dan lancar dalam
3. Membantu biaya karena dalam hal pembuatan surat gugatan, konsultasi dan
advice hukum pos bantuan hukum melayani secara gratis dan juga adanya proses
pos bantuan hukum pengadilan, masyarakat yang menggunakan jasa pos bantuan hukum
merasa terbantu begitu juga masyarakat pencari keadilan yang tidak mampu, maka dari
itu pos bantuan hukum di pengadilan di setiap pengadilan perlu adanya peraturan yang
secara khusus mengatur dalam hal pelayanan maupun fasilitas yang disediakan dalam
petugas pos bantuan hukum menjalankan tugas bantuan hukum agar terciptanya
pelayanan yang lebih baik dan optimal, baik bagi petugas pos bantuan hukum maupun
Lembaga ini memiliki peran memberikan bantuan hukum secara gratis dalam
4
proses perkara perdata maupun pidana bagi orang yang tidak mampu sangatlah penting.
Seorang penasehat hukum dalam menjalankan profesinya harus selalu berdasarkan pada
suatu kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan guna mewujudkan suatu pemerataan dalam
bidang hukum yaitu kesamaan kedudukan dan kesempatan untuk memperoleh suatu
tujuan hukum itu sendiri, diantaranya memberikan kepastian hukum, pemenuhan asas
keadilan dan asas manfaat bagi masyarakat yang mencari keadilan. Khususnya bagi
kalangan miskin dan buta hukum yang paling sering menjadi korban kesewenang-
wenangan si penguasa maupun si kaya. Maka keberadaan bantuan hukum (struktural) ini
juga melibat dimensi untuk menanggulangi masalah kemiskinan itu sendiri melalui jalur
hukum, dan lebih luas lagi adalah untuk melakukan kembali dan mengankat harkat
4
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
konstitusional setiap warga negara. Hal ini harus sesuai dengan Undang-
bentuk litigasi dalam lingkup pengadilan serta non litigasi tanpa biaya atau
prodeo.
mampu.
maksimal.
4
5.2. SARAN
masyarakat.
bantuan hukum.
5
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adnan Buyung Nasution, 2009. Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Mandar Maju. Bandung
Kansil, C.S.T, 1996. Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika. Jakarta
Mohammad, AbdulKadir, 2006. Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung
5
Soekanto Soerjono, 1983. Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Yuridis, Ghalia
Indonesia. Jakarta
Topo Santoso, 2020. Hukum Pidana Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada.
Depok
Umar Said Sugiarto, 2017. Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika. Jakarta Yulies
Tiena Masriani, 2004. Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika. Jakarta Zainuddin
Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pemberian Dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum
Artikel di Internet
ttps://bphn.go.id/services/bantuan-hukum
diakses pada tanggal 26 Desember 2022
https://jakarta.kemenkumham.go.id/alur-prosedur-pelayanan-2/brosur-bantuan- hukum
diakses pada tanggal 26 Desember 2022
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/253.pdf diakses
pada tanggal 26 Desember 2022
5
LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI
2. SURAT PENELITIAN