Anda di halaman 1dari 77

HASIL PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS PERAN INTELEJEN KEPOLISAN


DALAM PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK
DI KABUPATEN LUWU UTARA

A. HERI ASDIMAN ABMAH


19.023.74.201.160

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
2023

i
LEMBAR
PERSETUJUAN HASIL
PENELITIAN

TINJAUAN YURIDIS PERAN INTELEJEN KEPOLISAN


DALAM PROSES PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK
DI KABUPATEN LUWU UTARA

Disusun oleh :

A. HERI ASDIMAN ABMAH


19.023.74.201.160

Telah diperiksa dan disetujui untuk hasil penelitian


pada Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Andi Djemma Palopo

Palopo, Februari 2023


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Haedar Djidar, SH., MH. Sulastryani, SH.,


NIDN. 09 121082 04 MH. NIDN. 09 110589
01

i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

Setelah memeriksa hasil penelitian yang ditulis oleh:

Nama : A. Heri Asdiman Abmah


NIM : 19.023.74.201.160
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : Hukum
Judul Skripsi : Tinjaun Yuridis Peranan Intelegen Kepolisian Dalam
Proses Pemilihan Kepala Desa Serentak Di
Kabupaten Luwu Utara.

Telah diujikan pada Hari ………………., Tanggal............................,

dinyatakan telah sesuai dengan saran dan rekomendasi penguji :

No. Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Dr. Haedar Djidar, SH., MH Ketua

2 Sulastryani, SH., MH. Sekertaris

3 Andi Takdir Djufri, SH., MH Anggota

4 Umar Laila, SH., MH. Anggota

5 Hary Zulfikar, SH., MH. Anggota

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah

mencurahkan segala rahmat dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat

meyelesaikan hasil penelitian ini. Dan tak lupa pula salawat serta taslim penulis

panjatkan bagi baginda rasulullah saw. beserta keluarga dan parasahabatnya.

Penyusunan hasil penelitian ini dengan judul Analisis Hukum Peran

Intelejen Kepolisian Dalam Proses Pemilihan Kepala Desa Serentak Di

Kabupaten Luwu Utara tentu saja tidak bisa penulis kerjakan secara sendiri

namun dukungan dari berbagai pihak telah penulis rasakan. Untuk itu, rasa

terima kasih yang tak terhingga juga penulis haturkan kepada pada:

1. Kedua orang tua penulis : Ibunda tercinta (alm) Andi Mahfiah dan ayahanda

tercinta Andi Abdullah yang senantiasa memberi dukungan baik materil

maupun berupa dorongan untuk menjadi lebih baik.

2. Istri terkasih drh. Desy Ariani Ferdianti, S.KH, serta kedua anak tersayang

Andi Qaesaer Altaf Risy dan Andi Artharaja Aranta Risy yang selalu

menjadi penyemangat dalam memberi yang terbaik kepada keluarga.

3. Rektor Universitas Andi Djemma, bapak Dr. Anas Boceng, M.Si.

4. Bapak Dr. Haedar Djidar, SH., MH. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Andi Djemma Palopo, sekaligus sebagai pembimbing I penulis.

5. Bapak Burhanuddin, SH. MH selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Andi Djemma Palopo.

6. Ibu Sulastryani, SH., MH. Selaku Wakil Dekan II dan Penasehat Akademik

penulis sekaligus sebagai pembimbing II penulis yang telah banyak

membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

7. Ibu Irayantinur, SH., MH., selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum.

i
8. Para Bapak dan Ibu Dosen beserta para Staff Universitas Andi Djemma

Palopo yang telah membantu baik dari segi Ilmu dan dorongan moril hingga

penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini

9. Para sahabat dan rekan kerja yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis sangat

mengaharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari narasumber

penulis diseminar proposal penelitian nantinya.

Palopo, Februari 2023

Penulis
A. Heri Asdiman Abma

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Rumusan Masalah 8
1.3.Tujuan Penelitian 8
1.4.Kegunaan Penelitian 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Tinjauan Yuridis 10
2.2.Intelejen Kepolisian 11
2.3.Tugas dan Fungsi Intelejen Kepolisian 17
2.4.Gambaran Umum Tentang Desa 24
2.5.Pemerintah Desa 26
2.6.Pemilihan Kepala Desa Serentak 31
2.7.Kerangka Pikir 35

BAB III METODE PENELITIAN


3.1.Jenis Penelitian 36
3.2.Lokasi Penelitian 36
3.3.Jenis dan Sumber Data 36
3.4.Teknik Pengumpulan data 37
3.5.Teknik Analisis Data 37

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pemilihan Serentak
Di Kabupaten Luwu Utara 38
4.2. Peran Intelejen Kepolisan dalam proses pemilihan
kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara 45
4.3. Faktor-faktor yang menjadi penghambat Intelejen
Kepolisan Dalam Proses Pemilihan Kepala Desa
Serentak di Kabupaten Luwu Utara 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan 67
5.2. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA

v
Daftar Pustaka
Buku

Djoko Prakoso, Tugas dan Wewenang Polisi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
Jakarta: 1987

Juliantara, Dadang . 2003. Pembahuruan Desa, Bertumpu Pada Angka Terbawah.


Yogyakarta. Lappera Pustaka Utama.

Josef Mario Monteiro, S.H. , M.H., 2016, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka
Yustisia.

Kuanta Magnar, 1984, Pokok-Pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah


Administratip, CV. Armico, Bandung.

Ni’matul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang.

R. Abdussalam, Penegakan Hukum Dilapangan Oleh Polri, Dinas Hukum Polri,


Jakarta: 1997

Rusman Hadi. 2012. Polri Menuju Reformasi. Jakarta, Yayasan Tenaga Kerja,
Baintelkam POLRI.

Satjipto Raharjo, 2006, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis. PT. Citra
Aditya Bakti., Bandung.

Sirajuddin, Anis Ibrahim, Shinta Hadiyantina, Catur Wido Haruni,2016.Hukum


Administrasi Pemerintahan Daerah, Setara Press, Malang.

Suhartono, 2001, Politik Loca, Parlemen Desa Awal Kemerdekaan Sampai Jaman
Otonomi Daerah, Lapera: Yogyakarta.

Soepomo Soegirman. 2011. Inteligen Profesi Untuk Orang-orang Aneh, Jakarta.


Bumi Aksara.

Tabah Anton, Membangun Polri Yang Kuat, Mitra Hardhasana, Jakarta, 2013.

Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia. Prestasi Pustaka


Publisher.Jakarta, 2005.

Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada:


Jakarta.

WJS. Poerwadrminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai


Pustaka.
Y Zakaria, 2005, Pemulihan Kehidupan Desa dan UU No 22 Tahun 1999, Dalam
Desentralisasi, Globalisasi, dan Demokrasi Lokal, LP3S, Jakarta.

Jurnal
Amiryllah Umar, “Demokratisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,”
Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol. 7, No 2, (Juli 2014).

Neneng Yani Yuningsi, “Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa, ”Jurnal Politik.
Vol. 1, No 2, (Februari, 2016).

Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Pemerintah (selanjutnya disingkat PP) Nomor 43 Tahun 2014 Tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Internet
http:/,repository.gac,id:1015/id/eperint/18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai sebuah bangsa besar sejak merdeka telah mengenal

demokrasi, merdeka dan besar dengan demokrasi seharusnya menjadikan

bangsa Indonesia syarat pengalaman terhadap demokrasi, tapi praktiknya bisa

kita lihat, bahwa perjalanan bangsa dan negara Indonesia pasti masalah

pokok yang dihadapi adalah bagaimana demokrasi mewujudkan dirinya dalam

berbagai sisi kehidupan berbangsa dan bernegara?, memang belum

sepenuhnya hak-hak kewarga negaraan terpenuhi, tapi setidaknya sedikit

demi sedikit bangsa ini telah melakukan transisi dari berbagai model

demokrasi, yang terhitung ada empat fasemodel demokrasi pada negara

Indonesia dengan berbagai macam problem di dalamnya; pasca awal

kemerdekaan periode demokrasi Parlementer 1945-1959, demokrasi

Terpimpin periode 1959-1965, demokrasi Pancasila periode 1965-1998, dan

demokrasi periode 1998 (Reformasi) hingga sekarang. Sederhananya

demokrasi Parlementer dan Terpimpin ada pada era Soekarno, demokrasi

Pancasila pada era Soeharto – baik keduanya dengan problem otoritarianisme

dan kediktatoran – dan terakhir model demokrasi Reformasi, adalah periode

pasca runtuhnya Soeharto yang di dalamnya diisi secara bergantian pemimpin

negara dari B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri, hingga Susilo

Bambang Yudhoyono.

1
Demokrasi sampai saat ini masih menjadi topik pembicaraan yang

sangat digemari, dipastikan orang yang mendukung demokrasi jumlahnya

lebih besar daripada yang menolak demokrasi. Karena dalam prinsip

demokrasi merupakan sistem yang konstruktif dan mampu menjadikan

keberbedaan bersuku, beragama, dan berfikir ke arah yang sama, tanpa

membedakan faktor-faktor dan identitas sebagai pemisah, ini yang dicita-

citakan masyarakat.

Negara dengan bentuk pemerintahan demokrasi adalah Negara yang di

selenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau

dari sudut organisasi ia (demokrasi) berarti pengorganisasian yang dilakukan

oleh rakyat sendiri atau persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan

rakyat. Sehingga tidak salah Indonesia menerapkan sistem pemerintahan

yang desentralistic sebagai jembatan atas keterlibatan masyarakat dalam

menentukan kebijakan pemerintah, terutama pada pemerintahan tingkat paling

bawah yaitu Desa.

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam suatu Negara tersebut

adalah keterlibatannya dalam Pemilihan Umum. Pemilu merupakan salah satu

ciri pemerintahan yang demokratis. Termasuk didalamnya adalah pemiihan

kepala Desa secara langsung yang selanjutnya disingkat menjadi Pilkades.

Tidak dipungkiri secara historis bahwa Pilkades (Pemilihan Kepala Desa)

merupakan pemilu langsung Indonesia. Tetapi dalam perjalanan justru

pemilihan kepala Desa menjadi sistem pemilihan yang paling statis dan

2
tradisional. Seakan menjadi anak tiri dalam kesatuan sistem pemilihan umum

di Indonesia.

Pemilihan Kepala Desa dalam sistem demokrasi sudah menjadi bagian

dari politik, di mana masyarakat dianjurkan ikut berpartisipasi dalam pemilu.

Dalam penelitian Sadu Wasistiono (1993) Pemilihan Kepala Desa tidak dapat

dilepaskan dari perkembangan dinamika politik yang terjadi di Desa.1

Pemilihan Kepala Desa diterapkan agar masyarakat bisa memilih pemimpin

daerah dengan keinginannya sendiri tanpa ada paksaan atau intervensi dari

pihak manapun. Pemilihan Kepala Desa merupakan pesta demokrasi tingkat

Desa, dimana masyarakat desa dapat berpatisipasi dengan memberikan suara

untuk memilih calon Kepala Desa yang bertanggung jawab dan dapat

mengembangkan desa tersebut. Oleh karena itu, pemilihan Kepala Desa

sangat penting karena sangat mendukung Penyelenggaraan pemerintahan

desa.

Sistem Pemilihan Kepala Desa dilakukan dengan transparan dan

partisipasi masyrakat, dimana calon Kepala Desa tidak diusung oleh partai

melainkan perseorangan sehingga tidak ada kepentingan partai yang di bawa

oleh calon Kepala Desa. Pemilihan Kepala Desa merupakan suatu hal yang

dilaksanakan di setiap Desa, merupakan suatu proses rutinitas pergantian

pemimpin desa. Kepala Desa merupakan pimpinan dari desa, masa jabatan

Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat dipilih kembal untuk dua kali

masa jabatan. Persoalan demokrasi dalam konteks pemilihan Kepala Desa

1 Neneng Yani Yuningsi, “Demokrasi dalam Pemilihan Kepala Desa, ”Jurnal Politik. Vol. 1, No 2, (Februari, 2016).
Hal : 2

3
tidak sekedar mengukur partisipasi masyarakat (partisipasi politik) tetapi,

pemerintah sebagai penyelenggara Negara mampu mengontrol jalannya

partisipasi masyrakat sehingga menghasilkan keputusan politik yang baik.2

Pemilihan kepala desa secara konseptual sangat erat terkait dengan

upaya untuk mewujudkan tujuan yang hakiki dari adanya otonomi

pemerintahan desa itu sendiri, yaitu terciptanya pemerintahan desa yang

demokratis dan terwujudnya kesejahteraan masyarakat desa. Adanya otonomi

desa berarti adanya pengakuan hak untuk mengatur urusan rumah

tanggahnya sendiri dengan dasar dari prakarsa dari masyarakat.3

Saat ini telah disahkannya undang-undang yang mengatur secara

khusus mengenai desa yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa atau juga yang sering disebut UU Desa. Undang-undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa juga ikut mempengaruhi system pemilihan kepala desa.

Berdasarkan Undang-undang Desa yang berlaku saat ini, pemilihan kepala

desa harus dilaksanakan secara serentak diseluruh wilayah kabupaten dan

kota. Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan

pelaksanaan pemilihan Kepala Desa secara serentak dengan Peraturan

Daerah Kabupaten/Kota. Tata cara pemilihan kepala desa serentak di atur

dengan atau berdasarkan peraturan pemerintah.

Mekanisme pemilihan kepala desa secara serentak masih tergolong baru

di dilakukan. Pemilihan kepala desa secara serentak di sebagian kecil daerah

2 Amiryllah Umar, “Demokratisasi dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,” Jurnal Ilmu Pemerintahan.
Vol. 7, No 2, (Juli 2014). Hal. 112
3Juliantara, Dadang . 2003. Pembahuruan Desa, Bertumpu Pada Angka Terbawah. Yogyakarta. Lappera Pustaka
Utama. Hal : 116.

4
namun dengan adanya Undang-undang Desa mengatur hal terkait pemilihan

kepala desa secara lebih terperinci. Sebagai contoh terkait dengan masalah

dana pilkades yang saat ini sesuai dengan ketentuan dari undang-undang

berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota,

berbeda dengan sebelumnya dimana dana pilkades berasal dari desa yang

mengadakan pilkades. Selain dana pilkades, dalam Undang-undang Desa

juga mengatur mengenai adanya panitia kepala desa yang bertugas

mengadakan penjaringan dan penyaringan bakal calon berdasarkan

persyaratan yang ditentukan, melaksanakan pemungutan suara, menetapkan

calon Kepala Desa terpilih, dan melaporkan pelaksanaan pemilihan Kepala

Desa. Regulasi pemilihan kepala desa yang diatur dalam Undang-undang

Desa merupakan hal yang baru sehingga membutuhkan penyesuaian dengan

kondisi masyarakat desa dan tatanan desa itu sendiri. Di daerah Sulawesi

Selatan sendiri pemilihan kepala desa secara serentak sejak berlakunya

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 baru berlangsung di beberapa

kabupaten.

Pemilihan kepala desa dijadikan sebuah pesta rakyat desa untuk

menyalurkan haknya, untuk menyalurkan aspirasinya dengan cara memilih

calon kepala desa sesuai dengan hati nuraninya masing-masing. Akan tetapi

pada kenyataannya di lapangan dalam pelaksanaan pemilihan kepala desa

banyak ditemui hal-hal yang tidak sesuai dengan asas-asas pemilihan kepala

desa sebagaimana dikutip pada pasal 34 ayat (2) Undang-undang Nomor 6

tahun 2014 tentang Desa yaitu pemilihan kepala desa bersifat langsung,

5
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dalam proses pemilihan kepala desa

masih sering ditemukan adanya suatu hal yang menjadi sengketa dalam

pemilihan, beberapa cara yang dilakukan para calon untuk mengambil simpati

dari rakyat agar memilih para calon tersebut. Dengan menggunakan politik

uang dimana terjadinya operasi fajar disetiap rumah yang dilakukan siang

ataupun malam hari, pembagian makanan, adanya tekanan-tekanan dari para

tim sukses antar calon, dan adanya hubungan kekeluargaan serta

ketetanggaan dengan salah satu calon.

Pelaksanaan pemilihan kepala desa yang dilakukan secara serentak

tentu meiliki tantangan tersendiri, baik dari segi mekanisme pelaksanaan

maupun dari segi keamanan. Berjalan lancar atau tidaknya pemilihan kepala

desa serentak sangat dipengaruhi oleh tingkt keamanan pelaksanaan

pemilihan tersebut. Oleh karena itu, peran aparat penegak hukum terutama

aparat kepolisian sangatlah penting.

Kepolisian merupakan alat negara yang memiliki tugas pokok

sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut dengan Undang-

Undang Dasar NRI Tahun 1945) yang menyebutkan bahwa “Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan

ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani

masyarakat, dan menegakkan hukum.” Yang kemudian dijabarkan lebih lanjut

di dalam Pasal 2 UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

menyebutkan bahwa “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

6
pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat”. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut maka dalam

institusi kepolisiandiperlukan fungsi-fungsi kepolisian yang mempunyai wilayah

kerja masing-masing yang saling terkait dan terpadu. Fungsi kepolisian

tersebut salah satunya adalah Intelijen keamanan atau yang biasa disebut

intelkam.

Intelkam merupakan bagian integral dari fungsi organik kepolisian yang

menyelenggarakan kegiatan dan operasi Intelijen baik berupa penyelidikan,

pengamanan maupun penggalangan dalam bidang keamanan bagi

kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen kepolisian dalam

rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.4 Fungsi intelkam merupakan

fungsi yang bertugas Sebagai Mata dan Telinga kepolisian yang berkewajiban

melaksanakan deteksi dini (early warning system) dan memberikan peringatan

masalah dan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam

masyarakat, dan juga bertugas mengidentifikasi ancaman, gangguan terhadap

keamanan dan ketertiban masyarakat.5

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, di Kabupaten Luwu Utara pada

tahun 2022 telah dilaksanakan pemilihan kepala desa serentak. Dalam rangka

pengamanan dan mengantisipasi segala bentuk ancaman dan potensi

gangguan agar pelaksanaan Pilkades tersebut dapat berjalan dengan aman,

tertib dan lancar, Kepolisian Resor Luwu Utara beserta seluruh jajarannya

4 Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia. Prestasi Pustaka Publisher.Jakarta, 2005. Hal : 34
5 3Tabah Anton, Membangun Polri Yang Kuat, Mitra Hardhasana, Jakarta, 2013. Hal : 41

7
melaksanakan pengamanan rangkaian kegiatan Pemilihan Kepala Desa

Serentak keempat tahun 2022 dengan Jumlah Desa yang akan melaksanakan

Pilkades sebanyak 23 (dua puluh tiga) Desa dari 167 Desa di Kabupaten Luwu

Utara dengan mengedepankan kegiatan pencegahan/ penanggulangan untuk

terciptanya stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah

Kabupaten Luwu Utara.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis bermaksud

melakukan penelitian dengan judul Tinjauan Yuridis Peran Inteljen

Kepolisian Dalam Proses Pemilihan Kepala Desa Serentak Di Kabupaten

Luwu Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah diatas, penulis bermasksud

untuk memberikan pembatasan penelitian pada dua (2) rumusan masalah.

Dimana rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah peran Intelejen Kepolisan dalam proses pemilihan kepala

serentak di Kabupaten Luwu Utara ?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penghambat Intelejen Kepolisan

Dalam Proses Pemilihan Kepala Desa Serentak Di Kabupaten Luwu Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian tentang peran intelejen kepolisan dalam

proses pemilihan serentak ini yaitu :

8
1. Untuk mengetahui peran Intelejen Kepolisan dalam proses pemilihan

kepala serentak di Kabupaten Luwu Utara

2. Untuk mengetahui . faktor-faktor penghambat Intelejen Kepolisan Dalam

Proses Pemilihan Serentak Di Kabupaten Luwu Utara.

1.4. Manfaat Penelitian.

Dari penelitian ini, penulis berharap adanya manfaat dari penelitian ini. Adapun

mafaat yang penulis maksud yaitu :

1. Dapat menambah bahan referensi bagi mahasiswa Fakultas Hukum pada

umumnya dan khususnya bagi Penulis sendiri dalam menambah wawasan

berpikir serta menambah ilmu pengetahuan tentang peran intelejen

kepolisan dalam proses pemilihan serentak.

2. Mampu menjadi salah satu bahan informasi ataupun masukan bagi

masyarakat dan pemerintah dalam rangka pembinaan kesadaran hukum

agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan dalam proses pemilihan kepala

desa serentak.

3. Dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pemerintah agar lebih
memperhatikan penegakan hukum di Indonesia, khususnya dalam

penegakkan hukum terhadap banyaknya pelanggaran dalam proses

pemilihan serentak.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Yuridis

Kajian adalah hasil dari mengkaji sesuatu. Kajian berasal dari kata Kaji

yang berarti penyelidikan tentang sesuatu. Apabila seseorang mengkaji

sesuati berarti seseorang tersebut belajar/ mempelajari/ memeriksa/

menyelidiki akan suatu hal yang akan menghasilkan suatu Kajian. Proses yang

dilakukan saat mengkaji sesuatu adalah disebut sebagai Pengkajian. Yuridis

berdasarkan kamus hukum berarti menurut hukum atau secara hukum.

Pengertian yuridis dari para ahli adalah hukum, kata ini banyak digunakan

untuk aspek yuridis. Di Indonesia Aspek yuridis adalah aspek hukum

Pancasila. Dalam hal penulisan karya ilmiah pengertian yuridis adalah segala

hal yang memiliki arti hukum dan disahkan oleh pemerintah. Berdasarkan

pengertian di atas kajian yuridis dapat disimpulkan menjadi penyelidikan

tentang sesuatu secara hukum.

Tinjauan Yuridis adalah sesuatu kegiatan kegiatan dalam memeriksa

atau dalam meneliti, menyelidiki, mengumpulkan bahan hukum yang dilakukan

dalam secara sistemasi dan objektif untuk memecahkan persoalan menurut

hukum dan dari segi hukum. Istilah yuridis ini berasal dari Bahasa inggris yaitu

Yuridicial yang disamakan dengan arti kata hukum atau normatif yang berarti

kajian atau analisis suatu masalah berdasarkan hukum dam perundang-

1
undangan Paul Schotten menyatakan yaitu interprestasi dan penafsiran hukum

merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan hukum. Dalam

undang-undang yang merupakan bagian dari keseluruhan perundang-

undangan merupakan bagian di dalam keseluruhan dalam perundang-

undangan. Begitu juga halnya dengan undang-undang yang baru, yang segera

diambil kedalam struktur keseluruhan tersebut maka oleh itu jika orang ingin

memberi arti pada suatu undang-undang tertentu maka dia wajib melakukanya

di dalam konteks yang sedemikian rupa. Dalam hubungan ini maka kata-kata

suatu undang-undang mungkin tidak hanya baru menjadi jelas manakala

dipahami dalam hubungannya dengan yang lain, melainkan juga mencoba

untuk memahami juga mencoba untuk memahami masing-masing per undang-

undangan seperti sedemikan rupa agar merupakan satu kesatuan yang

berkaitan satu sama lain. Jadi dalam kesimpulan yang sudah dijelaskan diatas

tinjauan yuridis memuat analisis melalu intreprestasi hukum dan peundang-

undangan, penalaran logi, penggunaan dasar-dasar teori hukum dalam

pengkajian suatu masalah.6

Jadi tinjauan yuridis dapat diartikan sebagai kegiatan pemeriksaan yang

teliti, pengumpulan data atau penyelidikan yang dilakukan secara sistematis

dan objektif terhadap kemampuan dan kekuasaan pengadilan (competency of

a certain court) untuk memecahkan suatu persoalan.

2.2. Intelejen Kepolisian

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), merupakan ujung tombak

aparat penegak hukum dalam system peradilan pidana sebagai pelopor,


6 Satjipto Raharjo, 2006, Penegakan Hukum: Suatu Tinjauan Sosiologis. PT. Citra Aditya Bakti., Bandung.

1
stabilisator dan dinamisator dalam pembangunan nasional untuk mencapai

tujuan nasional yang tercantum dalam alinea empat pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945.7 Menurut G. Gewin tugas Polisi adalah bagian daripada

tugas negara, perundang-undangan, dan pelaksanaan untuk menjamin tata

tertib ketentraman dan keamanan Negara, menanamkan ketaatan dan

kepatuhan.8

Pada Pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas

pokoknya Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

7 R. Abdussalam, Penegakan Hukum Dilapangan Oleh Polri, Dinas Hukum Polri, Jakarta: 1997 Hal. 1.
8 Djoko Prakoso, Tugas dan Wewenang Polisi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta: 1987, H al. 136

1
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia;

j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan

kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; serta

l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Lembaga Kepolisian Negara adalah lembaga pemerintahan tinggi yang

bersifat non departemen sebagaimana Kejaksaan Agung . Kepolisian atau

Polisi merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum pidana sehingga

tidaklah berlebihan jika polisi dikatakan sebagai hukum pidana yang hidup.

Semakin berkembangnya dunia kejahatan dan kriminalitas, membuat

Kepolisian harus membuat suatu kemajuan khususnya dibidang intelijen dan

keamanan (intelkam) dimana bidang tersebut menjadi pintu dalam membantu

mengungkap kejahatan dan kriminalitas.

1
Polri merupakan institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok

penegakkan hukum, memelihara kamtibmas serta meberikan perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas

pokok tersebut maka dalam institusi Polri diperlukan fungsi-fungsi kepolisian

yang mempunyai wilayah kerja masing-masing yang saling terkait dan terpadu.

Fungsi kepolisian tersebut salah satunya adalah Intelijen keamanan atau yang

biasa disebut intelkam. Fungsi ini merupakan salah satu fungsi kepolisian.

Intelejen Keamanan (Intelkam) Polri adalah sebagai mata dan telinga

kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakan deteksi dini dan memberikan

peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan

sosial dalam masyarakat. Serta dapat mengidentifikasi ancaman, gangguan,

atau hambatan terhadap Kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat).9

Kata Inteljen berasala dari bahasa inggris “Intelligence” yang seacara harfia

berarti kecerdasan. Secara khusus yang berkaitan dengan upaya

mengamankan Negara dan Bangsa. Dalam dasar intelijen, Intelijen dapat kita

bedakan yaitu intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah, sebagai

Organisasi dan sebagai Kegiatan. Ketiga pengertian ini, walaupun terpisah

namun selalu berkaitan satu dengan yang lain.

Istilah intelijen dikalangan masyarakat sering dikaitkan dengan

kerahasiaan,”clock and dagger” (matel panjang dan belati), bahkan sering

disamakan dengan spionage yang serba tertutup. Tedapat pula berbagai

istilah tentang intelijen, seperti “intelijen dalam negeri”, ”intelijen luar negeri”,

”intelijen militer dalam negeri”, “intelijen strategis”, “combat intellegence”,


9 Rusman Hadi. 2012. Polri Menuju Reformasi. Jakarta, Yayasan Tenaga Kerja, Baintelkam POLRI. Hal : 35

1
“police intellegence”, “criminal intelellegence”, “intelijen bisnis”, dan

sebagainya.10 Menurut Supono Soegirman bahwa pengertian intelijen sebagai

organisasi adalah struktur formal dalam sebuah negara sebagai wadah

sejumlah sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan

khusus dengan karakteristik khusus yang secara umum bersifat tertutup dan

bertujuan mengamankan kepentingan nasional.11

Intelijen keamanan (intelkam) merupakan bagian integral dari fungsi

organik Polri yang menyelenggarakan kegiatan dan operasi Intelijen baik

berupa penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan dalam bidang

keamanan bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen

Polri dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri. Fungsi intelkam

merupakan fungsi intelkam yang bertugas Sebagai Mata dan Telinga kesatuan

Polri yang berkewajiban melaksanakn deteksi dini dan memberikan peringatan

masalah dan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam

masyarakat, dan juga bertugas mengidentifikasi ancaman, gangguan, atau

hambatan terhadap Keamanan dan Ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

Salah satu tugas intelejen keamanan (intelkam) adalah Sebagai Mata

dan Telinga kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakn deteksi dini dan

memberikan peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan

kehidupan sosial dalam masyarakat. Serta dapat mengidentifikasi ancaman,

gangguan, atau hambatan terhadap Kamtibmas. Didalam intelkam Polri

terdapat Sistem deteksi Intelpampol, sistem ini sebagai bagian dari Sistem

10 WJS. Poerwadrminta. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Hal : 154.
11 Soepomo Soegirman. 2011. Inteligen Profesi Untuk Orang-orang Aneh, Jakarta. Bumi Aksara. Hal : 10.

1
Operasional Intelpampol dalam rangka mewujudkan kemampuan Intelpampol

sebagaimana yang ditetapkan. Pada hakekatnya sistem deteksi dini ini bertitik

tolak dari dasar-dasar pelaksanaan tugas Intelpampol. Dasar-dasar

pelaksanaan tugas Intelpampol bermula dari pengertian bahwa Intelejen itu

adalah untuk Pimpinan dalam kualifikasinya Sebagai Kepala/Komandan,

Sebagai unsur pemerintah, Sebagai Pimpinan masyarakat, Sebagai Bapak

dari keluarga besar Polri. Dimana pelaksanaan tugas Intelpampol

diselenggarakan oleh jaringan Intelpampol di atas permukaan secara struktural

formal dengan didukung oleh adanya jaringan Intelijen di bawah permukaan.

Sistem Deteksi Intelpampol dapat dilihat dari subyek penyelenggaranya,

metoda yang dipakai serta obyek sasarannya.

Satuan Intelijen Keamanan dapat berperan sebagai Penyelidik

sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Badan Intelijen Keamanan

Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2013 tentang

Penyelidikan Intelijen Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sehingga

berdasarkan prinsip koordinasi antar kesatuan di Kepolisian sesuai ketentuan

Pasal 48 Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia serta Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) bahwa Penyelidik dan

Penyidik adalah pejabat kepolisian negara Republik Indonesia , sehingga

Satuan intelijen keamanan dapat berperan melakukan penyelidikan terhadap

suatu tindak pidana untuk mengumpulkan bahan serta keterangan terhadap

1
suatu peristiwa yang dapat menggangu stabilitas keamanan dan kenyamanan

atas permintaan Penyidik.

2.3. Tugas dan Fungsi Intelejen Kepolisian

Satuan Intelijen kemanan bertugas menyelenggarakan/membina fungsi

Intelijen bidang keamanan, termasuk persandian, dan pemberian pelayanan

dalam surat izin/ keterangan yang menyangkut orang asing, senjata api, dan

bahan peledak, kegiatan sosial/politik masyarakat dan surat keterangan

cartatan Kepolisian (SKCK) kepada warga masyarakat yang membutuhkan

serta melakukan pengawasan / pengawanan dan pelaksanaannya.

Satuan Intelijen kemanan dipimpin oleh Kepala satuan Intelijen

keamanan, disingkat Kasat Intelkam yang bertanggung jawab kepada

Kapolres dan pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Waka Polres.

Sat Intelkam terdiri dari urusan administrasi dan ketatausahaan, serta

sejumlah unit diantaranya:

1) Urusan pembinaan operasi disingkat Urbin Ops.

2) Urusan sandi bertugas melaksanakan giat persandian.

3) Urusan Yanmin bertugas melaksanakan pelayanan administrasi.

4) Unit Opsnal:

a. Unit bidang sosial ekonomi ,

b. Unit bidang sosial budaya,

c. Unit bidang keamanan,

1
d. Unit bidang politik,

e. Wasendak (pengawasan senjata dan bahan peledak),

f. POA (pengawasan orang asing).

Adapun yang menjadi tugas pokok Satuan Intelijen keamanan adalah:

1. Sebagai mata dan telinga kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakan

deteksi dini dan memberikan peringatan masalah dan perkembangan

masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat.

Mengidentifikasi ancaman, gangguan, atau hambatan terhadap Kamtibmas.

2. Melaksanakan pengamatan terhadap sasaran-sasaran tertentu dalam

masyarakat di bidang Ipoleksosbudhankam bagi kepentingan yang

membahayakan masyarakat khususnya dalam kegiatan kontra Intelijen.

3. Menciptakan kondisi tertentu yang mengntungkan dalam masyarakat bagi

pelaksana tugas Polri.

Penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan untuk keperluan

pelaksanaan tugas dan fungsi kepolisian, terutama penegakan hukum,

pembinaan kamtibmas, serta keperluan tugas bantuan pertahanan dan

kekuatan sosial. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2011 tentang Intelejen Negara, adapun tugas dan peran, tujuan dan

fungsi Intelijen adalah :

Pasal 4

Intelijen Negara berperan melakukan upaya, pekerjaan, kegiatan, dan


tindakan untuk deteksi dini dan peringatan dini dalam rangka pencegahan,
penangkalan, dan penanggulangan terhadap setiap hakikat ancaman
yang mungkin timbul dan mengancam kepentingan dan keamanan
nasional.

1
Pasal 5

Tujuan Intelijen Negara adalah mendeteksi, mengidentifikasi, menilai,


menganalisis, menafsirkan, dan menyajikan Intelijen dalam rangka
memberikan peringatan dini untuk mengantisispasi berbagai kemungkinan
bentuk da sifat ancaman yang potensional dan nyata terhadap
keselamatan dan eksistensi bangsa dan Negara serta peluang yang ada
bagi kepentingan dan keamanan nasioinal.
Pasal 6

(1) Intelijen Negara menyelenggarakan fungsi penyelidikan,


pengamanan, dan penggalangan.
(2) Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan dan tindakan yang dilakukan
secara terencana dan terarah untuk mencarai, menemukan,
mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi Intelijen, serta
menyajikannya sebagai bahan masukan untuk perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan.
(3) Pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana dan terarah
untuk mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan, kegiatan
Intelijen, dan/atau pihak lawan yang merugikan kepentingan dan
keamanan nasional.
(4) Penggalangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
serangkaian upaya, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan yang dilakukan
secara terencana dan terarah untuk memengaruhi sasaran agar
menguntunkan kepentingan dan keamanan nasional.
(5) Dlam menyelenggarakan fungsi sebagai mana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) harus menghormati hukum, nilai-
nilai demokrasi, dan hak asasi manusia.

Adapun yang menjadi Intelijen keamanan yang berkemampuan

pengindera dini dan pencegah efektif, setiap gangguan keamanan dalam

negeri yang akan merusak sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,

sedangkan Misi Satuan Intelkam adalah:

1) Mendeteksi secara dini sumber-sumber potens gangguan keamanan

dalam negeri.

1
2) Mewujudkan kondisi yang mendukung terselenggaranya giat

pemerintahan dan kehidupan masyaraka serta terjaminnya kepentingan

nasional.

3) Mewujudkan Intelijen keamanan sebagai pusat informasi keamanan yang

akurat, aktual dan terpercaya dalam rangka mengamankan kehidupan

bermasyarakat.

4) Membangun Intelijen keamanan beserta infrastukturnya dalam satu sistem

terintegrasi dan tergelar dari tingkat pusat sampai tingkat kewilayahan

yang didukung oleh etika profesi Intelijen.

5) Membangun dan mengembangkan kerjasama dengan badan Intelijen

dalam dan luar negeri sebagai salah satu wujud sinergi upaya

pemeliharaan keamanan.

6) Membangun jaringan komunikasidalam masyarakat sejalan dengan

pemberdayaan masyarakat dalam keamanan dan ketertiban masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka jelas bahwa visi dan misi Sat Intelkam

adalah melakukan pendeteksian, pengawasan, dan pemeliharaan keamanan

dan ketertiban masyarakat.

Intelkam polri sangat berperan penting dalam meberikan diteksi dini

terutama dalam mengantisipasi gangguan kamtibmas yang dapat terjadi

kapnpun yang tidak mengenal waktu dan tampat. Situasi kamtibmas dan

tindak kriminalitas memiliki kecendrungan meningkat dari tahun ke tahun

seirama dengan perkembangan berbagai aspek kehidupan masyarakat,

sementara itu situasi keamanan dan ketertiban yang kondusif adalah mutlak,

2
untuk mewujudkan guna mendukung terselenggaranya pembangunan

nasional termasuk berjalannya roda pemerintahan dan perekonomian bangsa.

Intelkam polri sebagai pelaksana fungsi intelijen yang meliputi penyelidikan,

pengamanan dan penggalangan guna terpeliharanya stabilitas keamanan dan

ketertiban masyarakat yang kondusif, harus dapat mengantisipasi berbagai

perkembangan situasi sehingga apabila muncul ancaman faktual dapat

ditangani secara prfesional dan proporsional.

Di dalam intelkam terdapat intel dasar dimana Intelijen dasar digunakan

untuk pengetahuan dasar atau catatan dasar bagi pihak yang menggunakan

yang bertujuan untuk memberikan arti pada gejala-gejala dan perubahan-

perubahan yang terjadi pada suatu waktu di masa lalu. Tanpa adanya

pengetahuan dasar mengenai sesuatu masalah tertentu, sukar untuk dinilai

secara tepat suatu fenomena atau perubahan yang terjadi mengenai masalah

tersebut, dan mungkin tidak akan ada artinya pengetahuan mengenai

perkembangan mengenai masalah tersebut dimasa yang akan datang

terutama tentang perkembangan ketertiban dan keamanan masyarakat.

2.4. Gambaran Umum tentang Desa.

Istilah “Desa” secara etimologis berasal dari kata “swadesi” bahasa

Sansekerta yang berarti wilayah, tempat atau bagian yang mandiri dan

otonom. Diintrudusir pula oleh Sutardjo Kartohadi Koesomo bahwa:

”Perkataan “desa” , “dusun”, “desi‟‟ (ingatlah perkataan swadesi), seperti juga

halnya dengan perkataan “negara‟‟, „‟negeri‟‟, ‟‟negari‟‟, „‟nagari”, “negory”

(dari perkataan “negarom‟‟), asalnya dari perkataan Sanskrit (sansekerta),

2
yang artinya tanah air, tanah asal, tanah kelahiran”. Ateng Syafruddin juga

memberikan informasi tentang istilah yang digunakan sebagai kesamaan

istilah“desa”, yakni ”swargama” (gramani), dhisa, marga, nagari, mukim, kuria,

tumenggungan, negorey, wanua atau negoriy, manoa, banjar dan penanian.12

Berikut definisi tentang desa dari beberapa sumber literature dan ahli :

1. H.A.W. Widjaja. Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal-usul yang bersifat

istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa

adalah keanekaragaman,partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan

pemberdayaan masyarakat.13

2. R.H. Unang Sunardjo. Desa sebagai suatu kesatuan masyarakat

berdasarkan adat dan hukum adat yang menetapkan dalam suatu wilayah

yang tertentu batas-batasnya; memiliki ikatan lahir dan batin yang kuat,

baik karena keturunan maupun karena sama-sama memiliki susunan

pengurus, mempunyai harta dan harta benda, bertindak sebagai kesatuan

dunia luar dan tidak mungkin desa itu dibubarkan.14

3. Sutoro Eko Desa pada umumnya umumnya mempunyai pemerintahan

sendiri yang di kelola secara otonom tanpa ikatan hirarkis-struktural

dengan struktur yang lebih tunggi.15

12Sirajuddin, Anis Ibrahim, Shinta Hadiyantina, Catur Wido Haruni,2016.Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah,
Setara Press, Malang. Hal : 329
13 Widjaja, HAW. 2003. Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Hal : 329
14 Josef Mario Monteiro, S.H. , M.H., 2016, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. Hal : 122
15 Ni’matul Huda, 2015, Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang, hlm 34. 18Ibid.Ni’matul Huda, 2015.
Hal
: 34.

2
4. Geertz. Desa berasal dari bahasa Sanskrit yang berarti daerah pinggiran,

tempat, daerah yang tergantung pada kekuasaan yang lebih tinggi atau

daerah yang di perintah oleh suatu kekuasaan di luar desa.16

5. Y Zakaria. Desa adalah negara kecil, karena sebagai masyarakat hukum,

desa memiliki semua perangkat suatu negara, seperti wilayah, warga,

aturan dan pemerintahan. Selain itu, pemerintahan desa memiliki alat

perlengkapan desa seperti polisi dan pengadilan yang memiliki

kewenangan untuk menggunakan kekerasan didalam teritori atau wilayah

hukumnya.17

6. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

yang dikutip Suhartono disebutkan bahwa desa adalah: (1) Sekelompok

rumah di luar kota yang merupakan kesatuan; kampung; dusun; (2) Udik

atau dusun; (3)tempat; tanah; daerah.18

Desa dilihat dari sudut pandang hukum dan politik yang telah

menekankan kepada tata aturan yang menjadi dasar pengaturan kehidupan

masyarakat, desa di pahami sebagai suatu daerah kesatuan hukum yang

dimana bertempat tinggal suatu masyarakat, yang berkuasa (memiliki

wewenang) mengadakan pemerintahan sendiri dan seringkali dipandang

sebagai suatu pemerintahan terendah di Indonesia atau kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai identitas, entitas yang berbeda-beda dan memiliki

16 Ibid.Ni’matul Huda, 2015. Hal : 34.


17 Y Zakaria, 2005, Pemulihan Kehidupan Desa dan UU No 22 Tahun 1999, Dalam Desentralisasi, Globalisasi, dan
Demokrasi Lokal, LP3S, Jakarta. Hal : 332
18 Suhartono, 2001, Politik Loca, Parlemen Desa Awal Kemerdekaan Sampai Jaman Otonomi Daerah, Lapera:
Yogyakarta. Hal : 9

2
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1, Desa

adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa,adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya. Desa sebagai

unit organisasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat dengan segala

latar belakang kepentingan dan kebutuhannya mempunyai peranan yang

sangat strategis, khususnya dalam pelaksanaan tugas dibidang pelayanan

publik. Maka desentralisasi kewenangan-kewenangan yang lebih besar

disertai dengan pembiayaan dan bantuan sarana prasarana yang memadai

mutlak diperlukan guna penguatan otonomi menuju kemandirian dan alokasi.

Desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan

masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka

posisi desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan

perhatian yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena

dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan

perwujudan Otonomi Daerah.Selanjutnya mengenai kewenangan desa di atur

2
khusus dalam Permendagri Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan

Desa.

Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa berhak:

a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak

asalusul, adat-istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa;

b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;

c. Mendapatkan sumber pendapatan;

Sementara itu, desa juga memiliki kewajiban sebagai berikut :

a. Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan

masyarakat desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan

e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa.

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan

penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan

peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan

pembangunan hingga ditingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat

yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni: pertama, faktor

penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga, kedua, faktor luas

2
yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga, faktor

letak yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun,

keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan,

pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima, faktor

sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan

bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan

masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

2.5. Pemerintah Desa.

Pemerintahan desa merupakan suatu sistem dalam penyelenggaraan

tata kelola desa. Pembentukan pemerintahan desa bertujuan untuk

memberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakatnya berdasarkan hak asal-usul dan ciri khas daerah tersebut. Hal

tersebut sebenarnya sebagai usaha dalam mewujudkan nilai demokrasi.19

Kedaulatan masyarakat desa yang memiliki kekhasan tersendiri dan

keanekaragaman budaya, suku, dan lain sebagainya sudah sepantasnya

diberikan kewenangan dalam menentukan arah pemerintahannya sendiri.

Pemerintahan desa memiliki peranan yang sangat strategis dalam hal

memberdayakan masyarakat desa ke arah yang berkemajuan dan tentunya

masih tetap mempertahankan nilai yang tumbuh berkembang dalam

masyarakat desa. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa Pasal 25 bahwa Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau

yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat desa.

Kuanta Magnar, 1984, Pokok-Pokok Pemerintah Daerah Otonom dan Wilayah Administratip, CV. Armico,
19

Bandung. Hal : 22.

2
Selanjutnya pada pasal 26 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

disebutkan : Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

perangkat desa adalah Pembantu Kepala Desa dan pelaksanaan tugas

menyelenggaraan Pemerintahan Desa, melaksanakan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat desa.

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, kepala desa bersama dengan

Badan Permusyawaratan Desa membuat rencana strategis desa. Hal ini

tercantum pada Pasal 55 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Badan Permusyawartan Desa juga memiliki hak untuk mengawasi

penyelenggaraan pemerintahan desa.Pemerintah desa berkewajiban

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan sesuai dengan kewenangannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 18

disebutkan bahwa kewenangan desa meliputi kewenangan dibidang

penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan desa,

pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa,

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa.

Untuk melaksanakan tugas-tugas ini diperlukan susunan organisasi dan

perangkat desa yang memadai agar mampu menyelenggarakan pemerintahan

dengan baik. Dengan demikian susunan organisasi pemerintah desa yang ada

saat ini perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dalam upaya

melaksanakan amanat Undang-undang Desa.

2
Kepala desa merupakan pemimpin dalam penyelenggaraan

pemerintahan desa. Kepala desa memiliki peran penting sebagai

perpanjangan tangan pemerintah di desa. Dengan posisi demikian prinsip

pengaturan kepala desa sebagai berikut : 20

a. Sebutan kepala desa disesuaikan dengan sebutan lokal;

b. Kepala desa berkedudukan di tingkat desa sebagai pemimpin di desa;

c. Kepala desa dipilih secara demokratis dan secara langsung oleh

masyarakat desa,kecuali ditentukan lain; dan

d. Pencalonan kepala desa dalam pemilihan langsung tidak menggunakan

basis partai politik sehingga kepala desa dilarang untuk menjadi partai

politik.

Dalam melaksanakan tugas kepala Desa dituntut untuk mengabdi dan

berintegritas tinggi. Adapun kewajiban kepala desa dalam melaksanakan

tugas sesuai Pasal 26 Undang-undang Desa, yaitu:

a. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir

tahun anggaran kepada Bupati/Walikota;

b. Menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa setiap akhir

masa jabatan kepada Bupati/Walikota;

c. Memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa secara tertulis

kepada Badan Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran;dan

d. Mempublikasikan hasil penyelenggaraan pemerintahan desa kepada

masyarakat desa yang bersangkutan setiap akhir tahun anggaran.

20
Ibid.Ni’matul Huda, 2015. Hal : 218.

2
Adapun fungsi Kepala Desa yaitu :21

1. Menyelenggarakan pemerintahan desa;

2. Menetapkan peraturan desa;

3. Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;

4. Memegang pengelolaan keuangan dan aset desa;

5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

6. Membina kehidupan masyarakat desa;

7. Membina ketertiban dan ketentraman masyarakat desa;

8. Membina dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk

sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;

9. Mengembangkan sumber pendapatan desa;

10. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagai kekayaan negara guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;

11. Mengembangkan kehidupan kehidupan sosial budaya budaya masyarakat

desa;

12. Memanfaatkan teknologi tepat guna; m.Mengoordinasikan pembangunan

desa secara partisipatif;

13. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan;

14. Melaksanakan wewenang lain sesuai peraturan perundang-undangan.

21
Josef Mario Monteiro, S.H. , M.H., 2016, Hukum Pemerintahan Daerah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta. Hal : 127-
128

2
Sementara itu, kewenangan Kepala Desa dalam Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa, yaitu :

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk

sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; mengembangkan

kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; memanfaatkan teknologi tepat

guna;

k. Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

l. Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

m. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3
2.6. Pemilihan Kepala Desa Serentak

Pemilihan Kepala Desa (pilkades) merupakan salah satu ajang pesta

demokrasi dari tingkatan terrendah yakni desa. yang bertujuan untuk memilih

pemimpin yang berasal dari masyarakat desa, seperti pemilihan lain, dan

dalam proses inipun tentu ada yang menang dan adapula yang kalah, akan

tetapi tak semua kekalahan itu bisa diterima dengan ikhlas, dengan hati lapang

dada dan menjadikan pilkades adalah proses yang biasa dalam setiap

pergantian kepemimpinan. Tidak sedikit pula peserta atau pendukung yang

menerima akan kekalahan dalam pilkades, dengan berbagai sebab atau

alasan diantaranya yang paling banyak mengemukan adalah merasa dirugikan

dengan hasil yang diperolehnya, ada kecurangan atau bahkan ada politik

uang. Ketidakterimaan atas hasil pilkades tersebut harus berujung pada konflik

antar pendukung yang tak kunjung selesai, dan bahkan terhadap pihak yang

kalah dalam pilkades mengajukan keberatan atau sengketa hasil pilkades

sesuai prosedur yang ada menurut peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan pilkades tidak lepas dari peraturan yang telah di buat oleh

pemerintah yang kemudian di tetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam bentuk peraturan

perundangundangan baik tingkat pusat maupun daerah. Harus diakui

bahwasanya dan telah menjadi pengetahuan umum kalau demokrasi tertua di

republik ini ada di desa, karena desa sejak kurang lebih 2 (dua) abad lalu atau

massa kolonial sudah menggelar pemilihan untuk menentukan pemimpinnya.

Hal ini menjadi ciri perwujudan demokrasi tingkat desa dengan adanya

3
pilkades secara langsung sudah berlangsung sejak lama dan bahkan

terpelihara dengan baik, karena dari desa kita mengenal namanya pemilihan

pemimpin secara langsung dengan masyarakat dengan memberikan hak

suaranya masing-masing.

Beberapa kali perubahan peraturan tentang pilkades di lakukan hingga

saat ini, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

pemerintah mengatur pilkades dilaksanakan secara bersama-sama atau

serentak seperti pemilihan kepala daerah (pilkada), ketentuan ini diatur dalam

ketentuan pasal 31 ayat (1) UU Desa. Selanjutnya dalam aturan pelaksanaan

UU Desa yaitu dalam ketentuan pasal 40 ayat (1) dan (2) Peraturan

Pemerintah (selanjutnya disingkat PP) Nomor 43 Tahun 2014 Tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa,

yang menyatakan, ayat (1) “Pemilihan kepala Desa dilaksanakan secara

serentak di seluruh wilayah kabupaten/kota”, sedangkan ayat (2) menyatakan

“Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka

waktu 6 (enam) tahun”.

Berdasarkan hal tersebut kemudian Menteri Dalam Negeri selaku

pelaksana tugas dan fungsi (selanjutnya disingkat tufoksi) yang mengurus

pemerintah daerah dan pemerintah desa menerbitkan Peraturan Menteri

Dalam Negeri (selanjutnya disingkat Permendagri) Nomor 112 Tahun 2014

Tentang Pemilihan Kepala Desa, sebagaimana dalam pasal 2 menyatakan

“Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara serentak satu kali atau dapat

3
bergelombang”. Selanjutnya dalam pasal 4 ayat (2) menyatakan “Pemilihan

Kepala Desa secara bergelombang sebagai mana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun”.

Dan ayat (3) menyatakan “Pemilihan Kepala Desa bergelombang

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan interval waktu paling

lama 2 (dua) tahun”.

Sehingga pelaksanaan pilkades harus dilaksanakan secara serentak di

seluruh wilayah kabupaten atau kota, dengan ditetapkan Peraturan Daerah

(Perda) Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Tata Cara

Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa, pasal 4 menyatakan 4 : (1)

Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 huruf a dilaksanakan di seluruh wilayah daerah. (2) Pemilihan Kepala Desa

secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakann

bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.

(3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilakukan dengan interval waktu paling lama 2 (dua) tahun. (4) Pemilihan

Kepala Desa serentak untuk pertama kali dilaksanakan pada tahun 2016. (5)

Jadwal pelaksanaan pemilihan Kepala Desa serentak ditetapkan oleh Bupati

atas usul panitia pemilihan kabupaten.

Salah satu prinsip dasar pengaturan pilkades adalah demokrasi secara

langsung, umum, bebas dan rahasia, yang selama ini akrab di kenal dengan

sebutan LUBER, sebagaimana prinsip Pemilihan Umum (Pemilu) sejak tahun

3
1971.22 Pelaksanaanpilkades harus benar-benar mengahasilkan pemimpin

yang demokratis secara subtantif dan prosedural. Sehingga demi

terlaksananya hal tersebut penting tersedianya aturan main yang jelas dan

konsisten dalam pelaksanaan pilkades termasuk mekanisme penyelesaian

sengketa yang pasti akan terjadi. Karena catatan bersama konflik yang kerap

terjadi di Indonesia sebagian karena proses pemilihan, baik kepala daerah

maupun kepala desa. Selalu diawali dari proses ketidakpuasan salah satu

calon yang kalah dalam pemilihan.23

22
http:/,repository.gac,id:1015/id/eperint/18, (diakses tanggal 29 November 2022)
23
Ibid.

3
2.7. Kerangka Pikir

3. Analisis Hukum Peran Intelejen Kepolisian Dalam Proses


Pemilihan Kepala Desa Serentak Di Kabupaten Luwu Utara
4.

5.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
6.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
7.
Peraturan Pemerintah (selanjutnya disingkat PP) Nomor 43 Tahun 2014
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Peran 8.
Intelejen Kepolisan dalam
proses pemilihan kepala serentak : Faktor-faktor yang menjadi
9.
1. Melakukan deteksi dini penghambat Intelejen Kepolisan
2. Mengidentifikasikan hakekat Dalam Proses Pemilihan kepala
10.
ancaman yang tengah dan DesaSerentak :
akan dihadapi
3. Memberikan peringatan dini 1. Sumber Daya Manusia (SDM)
11. yang kurang baik dari
sebagai bahan dasar serta
penentuan arah bagi kuantitas dan kualitas
12.
kebijaksanaan dan 2. Sarana dan Prasarana
pengambilan keputusan atau 3. Anggaran pembiayaan
tindakan oleh pimpinan Polri. aktivitas Intelijen Polri.
4. Melakukan pengamanan dan 4. Kurangnya pemahaman
pembatasan mobilisasi sasaran masyarakat tentang demokrasi

Pelaksanaan Pemilihan kepala desa serentak berjalan dengan baik

3
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian normatif-empiris,

yang merupakan penggabungan antara hukum normatif dan hukum empiris.

Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan

baku utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas

hukum, doktrin hukum dan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke

lapangan untuk melihak secara langsung penerapan perundang-undangan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Polres Luwu Utara, karena pemilihan

desa serentak di Kabupaten Luwu Utara merupakan kewenangan dan wilayah

hukum Polres Luwu Utara.

3.3 Jenis Dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh melalui penelitian di lapangan yang dilakukan

dengan cara observasi dan wawancara dengan pihak terkait.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui kepustakaan yaitu terdiri dari : Undang-

Undang, Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang, serta peraturan

perundang-undangan lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Bahan

hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan

3
merupakan dokumen-dokumen resmi, seperti buku-buku teks, kamus-

kamus hukum, skripsi, tesis, disertasi, dan jurnal hukum.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Metode wawancara adalah usaha memperoleh informasi terkait

dengan permasalahan yang diteliti dengan cara mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada responden yang terkait dalam penelitian.

2. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca,

menelaah, menganalisis dokumen, perundang-undangan, buku, jurnal, dan

skripsi yang berkaitan dengan peran dan fungsi intelejen kepolisian serta

tentang pemilihan kepala desa serentak..

3.6 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini baik dari studi kepustakaan

maupun penelitian dilapangan, kemudian dianalisa dengan menggunakan

metode deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh di lapangan maupun

kepustakaan, disusun secara sistematis setelah diseleksi berdasarkan

permasalahan dan dilihat kesesuainnya dengan ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya disimpulkan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang

diteliti.

3
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Pemilihan Serentak Di Kabupaten Luwu Utara.

Dalam sistem ketatanegaraan Polri merupakan alat negara yang diberikan

tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat, hal ini diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Keamanan dan ketertiban masyarakat yang

menjadi salah satu tugas Polri tersebut merupakan suatu situasi yang dibutuhkan

dalam mendukung pelaksanaan pembangunan dan semua kegiatan masyarakat.

Maka situasi aman sangat diharapkan oleh seluruh masyarakat untuk dapat

diwujudkan, sehingga menimbulkan perasaan tentram dan damai bagi setiap

masyarakat dan dapat meningkatkan motivasi dan semangat dalam beraktivitas,

karena tidak ada rasa takut akibat kemungkinan adanya gangguan yang akan

menimpa.

Hal ini sependapat dengan Raharjo bahwa polisi merupakan alat negara yang

bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan

pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada masyarakat. Selanjutnya

Raharjo yang mengutip pendapat Bitner menyebutkan bahwa apabila hukum

bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya melawan

kejahatan. Akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut

sebagai penegakan keamanan dan ketertiban di masyarakat.24

24
Rahardjo, S. 2009. Penegakan Hukum suatu tinjauan sosiologis. Genta. Publishing.Yogyakarta. Hal 7

3
Dalam melaksanakan tugas kepolisian, Polri mempersiapkan kegiatan untuk

membuat personil yang mewakili bidang pembinaan masyarakat, guna membangun

kemitraan antara Polri dengan masyarakat sehingga terwujud rasa saling percaya,

saling menghargai dan saling menghormati antara Polri dengan masyarakat.

Sehingga Polri dapat diterima dan didukung oleh masyarakat.

Intelkam merupakan bagian integral dari fungsi organik kepolisian yang

menyelenggarakan kegiatan dan operasi Intelijen baik berupa penyelidikan,

pengamanan maupun penggalangan dalam bidang keamanan bagi kepentingan

pelaksanaan tugas operasional dan manajemen kepolisian dalam rangka

mewujudkan keamanan dalam negeri.2 Fungsi intelkam merupakan fungsi yang

bertugas Sebagai Mata dan Telinga kepolisian yang berkewajiban melaksanakan

deteksi dini (early warning system) dan memberikan peringatan masalah dan

perkembangan masalah dan perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat, dan

juga bertugas mengidentifikasi ancaman, gangguan terhadap keamanan dan

ketertiban masyarakat (Kamtibmas).25

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor

22 tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian

Daerah, terdapat berbagai satuan yang mempunyai fungsi masing-masing, yang

dimana untuk konteks antisipasi konflik tentunya sudah menjadi tugas dan fungsi

pokok Direktorat Intelkam Keamanan (Ditintelkam) dimana salah satu tugas intelkam

adalah Sebagai Mata dan Telinga kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakan

25
Tabah Anton, Membangun Polri Yang Kuat, Mitra Hardhasana, Jakarta, 2013. Hlm 41

3
deteksi dini dan memberikan peringatan masalah dan perkembangan masalah dan

perubahan kehidupan sosial dalam masyarakat.

Setiap informasi yang diberikan anggota intelkam polri yang bertujuan

memberikan masukan kepada pimpinan untuk melakukan deteksi dini tidak semata-

mata diberikan secara mentah, tetapi melalui tahapan-tahapan pengolahan dengan

analisa yang tinggi. Sehubungan dengan hal tersebut, satuan intel Polres Luwu

Utara memiliki peranan penting dalam pemelihan kepala desa serentak.

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa serentak Gelombang Keempat dilaksanakan

berdasarkan Peraturan Bupati Nomor : 25 tahun 2022 tentang perubahan kedua

atas peraturan Bupati Nomor 2 tahun 2021 tentang tata cara Penyelenggaraan

Pemilihan Kepala Desa.

Selain itu, Surat Edaran Mendagri Nomor : 141 / 6698 / SJ Tentang Jumlah

Pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada Pemilihan Kepala Desa Serentak

di era Pandemi Covid-19, sehingga perlu dilakukan pembatasan maksimal 500

orang jumlah pemilih setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS). Penyelenggaraan

tahapan pemilihan kepala Desa Serentak se Kab. Luwu Utara tahun 2022, maka

Bupati Luwu Utara telah menetapkan Keputusan Pembentukan Panitian Pemilihan

Kabupaten Dalam Rangka Pemilihan Kepala Desa Serentak Tahun 2022 dalam

Surat Keputusan Bupati Luwu Utara Nomor 188.4.45/273/IV/2022, tanggal 19 April

2022 dan Keputusan Pembentukan Panitia Pemilihan Kecamatan Dalam Rangka

Pemilihan Kepala Desa Serentak Tahun 2022 dalam Surat Keputusan Bupati Luwu

Utara Nomor :188.4.45/406/VII/2022 tanggal 01 Juli 2022.

4
Dari data yang penulis dapatkan, jadwal tahapan Pelaksanaan Pemilihan

Kepala Desa Serentak Tahun 2022 di Kab. Luwu Utara :

JADWAL
NO JENIS KEGIATAN
AWAL AKHIR
1 2 3 4
1 Penyusunan Peraturan Bupati, 15 Juni 2022 17 Juni 2022
Pembentukan Panitia TK. Kabupaten
dan Rapat Koordinasi Persiapan
Pemilihan Kepala Desa (PILKADES)
2 Sosialisasi Pilkades bagi Kepala Desa 23 Juni 2022 24 Juni 2022
dan BPD terkait Pembentukan Panitia
Pemilihan Kepala Desa (PPKD) dan
Bagi Camat terkait Pembentukan
Panitia Pemilihan Kecamatan
3 Pembentukan PPKD dan Panitia 27 Juni 2022 8 Juli 2022
Pemilihan Tingkat Kecamatan
4 Sosialisasi Pilkades bagi PPKD, Panitia 19 Juli 2022 20 Juli 2022
Kecamatan dan Pemberian Data
Daftar Pemilih Sementara
5 Penjaringan dan Penyaringan Calon 20 Juli 2022 30 Ags 2022
Kades (Cakades)
6 Pemutakhiran Daftar Pemilih Tetap 20 Juli 2022 30 Ags 2022
(DPT) dan Penetapan Daftar Pemilih
Tetap (DPT)
7 Evaluasi Kelengkapan Berkas Cakades 1 Ags 2022 30 Ags 2022
di TK. Kabupaten
8 Penetapan Calon Kepala Desa dan 1 Sep 2022 7 Sep 2022
Pengambilan Nomor Urut Cakades
9 Orientasi Calon Kepala Desa 8 Sep 2022 9 Sep 2022
10 Kampanye (Pemaparan visi, misi dan 12 Sep 2022 16 Sep 2022
program kerja), dan Distribusi Kotak
Suara
11 Minggu Tenang, Distribusi Surat Suara 19 Sep 2022 27 Sep 2022
12 Pemungutan suara 28 Sep 2022 28 Sep 2022
13 Penetapan dan Pelantikan Kepala 3 Okt 2022 31 Des 2022
Desa Terpilih

4
Sementara itu, Daftar Desa yang akan melaksanakan Pilkades Serentak

Gelombang IV (empat) di Kab. Luwu Utara Tahun 2022 :

JUMLAH JUMLAH
NO KECAMATAN / DESA KET
DPT TPS
1 2 3 4 5
I KEC. MALANGKE (2 DESA)

1 Ds. Tolada 3135 7


2 Ds. Takkalala 1868 5

II KEC. BONE-BONE (1 DESA)

1 Ds. Sukaraya 1810 4

III KEC. TANALILI (3 DESA)

1 Ds. Patila 3318 8


2 Ds. Bungadidi 3084 7
3 Ds. Sumberdadi 1583 4

KEC. MASAMBA (4 DESA)

1 Ds. Lapapa 720 2


2 Ds. Rompu 1115 3
3 Ds. Sepakat 1157 3
4 Ds. Pandak 999 3

V KEC. SABBANG (2 DESA)

1 Ds. Sabbang 1547 4


2 Ds. Tulak Tallu 1146 3

VI KEC. RONGKONG (1 DESA)

1 Ds. Komba 371 1

VII KEC. SUKAMAJU (2 DESA)

4
1 Ds. Kaluku 1814 4
2 Ds. Tulung Sari 912 2

VIII KEC. SEKO (1 DESA)

1 Ds. Hono 737 2

IX KEC. MALANGKE BARAT (5 DESA)

1 Ds. Kalitata 1102 3


2 Ds. Waelawi 862 3
3 Ds. Pao 1897 4
4 Ds. Wara 1255 3
5 Ds. Pombakka 866 2

X KEC. BAEBUNTA (1 DESA)

1 Ds. Bumi Harapan 1027 3

XI KEC. BAEBUNTA SELATAN (1 DESA)

1 Ds. Mukti Jaya 802 2


JUMLAH 33127 82

Berdasarkan hasil mapping sementara tentang dinamika penyelenggaraan

tahapan Pilkades tahun 2022, dan merujuk pada karakteristik kerawanan masing-

masing wilayah serta letak geografis wilayah, maka berikut ini disajikan simulasi

kebutuhan personil yang dibutuhkan dalam rangka pengamanan penyelenggaraan

tahapan Pilakdes serentak tahun 2022 :

JUMLAH JUMLAH JUMLAH PERSONIL


NO KECAMATAN / DESA KET
DPT PPKD TPS PAM
1 2 3 4 5 6
I KEC. MALANGKE (2 DESA)
1 Ds. Tolada 3135 35 7 14

4
2 Ds. Takkalala 1868 21 5 10
II KEC. BONE-BONE (1 DESA)
1 Ds. Sukaraya 1810 21 4 8
III KEC. TANALILI (3 DESA)
1 Ds. Patila 3318 35 8 16
2 Ds. Bungadidi 3084 35 7 14
3 Ds. Sumberdadi 1583 21 4 8
IV KEC. MASAMBA (4 DESA)
1 Ds. Lapapa 720 11 2 4
2 Ds. Rompu 1115 15 3 6
3 Ds. Sepakat 1157 15 3 6
4 Ds. Pandak 999 11 3 6
V KEC. SABBANG (2 DESA)
1 Ds. Sabbang 1547 21 4 8
2 Ds. Tulak Tallu 1146 15 3 6
VI KEC. RONGKONG (1 DESA)
1 Ds. Komba 371 5 1 2
VII KEC. SUKAMAJU (2 DESA)
1 Ds. Kaluku 1814 21 4 8
2 Ds. Tulun Sari 912 11 2 4
VIII KEC. SEKO (1 DESA)
1 Ds. Hono 737 11 2 4
IX KEC. MALANGKE BARAT (5 DESA)
1 Ds. Kalitata 1102 15 3 6
2 Ds. Waelawi 862 10 3 6
3 Ds. Pao 1897 21 4 8
4 Ds. Wara 1255 15 3 6
5 Ds. Pombakka 866 11 2 4
X KEC. BAEBUNTA (1 DESA)
1 Ds. Bumi Harapan 1027 11 3 6
XI KEC. BAEBUNTA SELATAN (1 DESA)
1 Ds. Mukti Jaya 802 11 2 4
JUMLAH 33.127 398 82 164

4
Dalam rangka pengamanan dan mengantisipasi segala bentuk ancaman dan

potensi gangguan agar pelaksanaan Pilkades tersebut dapat berjalan dengan aman,

tertib dan lancar, Kepolisian Resor Luwu Utara beserta seluruh jajarannya akan

melaksanakan pengamanan rangkaian kegiatan Pemilihan Kepala Desa Serentak

keempat tahun 2022 dengan Jumlah Desa yang akan melaksanakan Pilkades

sebanyak 23 (dua puluh tiga) Desa dari 167 Desa di Kabupaten Luwu Utara dengan

mengedepankan kegiatan pencegahan / penanggulangan untuk terciptanya

stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kabupaten Luwu Utara.

Perkiraan Keadaan Intelijen Kepolisian Singkat (Kirkat) ini dibuat sebagai

bahan masukan kepada Pimpinan dalam mengambil langkah pertimbangan

terhadap perubahan - perubahan situasi kamtibmas di Kab. Luwu Utara yang terkait

dengan pelaksanaan tahapan penyelenggraan Pemilihan Kepala Desa Serentak

Gelombang keempat Tahun 2022, sehingga setiap gejolak yang berkaitan dengan

hal tersebut dapat dieliminir sedini mungkin dan suksesnya pelaksanaan kegiatan

pengamanan.

4.2. Peran Intelejen Kepolisan dalam proses pemilihan kepala desa serentak di
Kabupaten Luwu Utara.

Pemilihan Kepala Desa (pilkades) merupakan salah satu ajang pesta

demokrasi dari tingkatan terrendah yakni desa. yang bertujuan untuk memilih

pemimpin yang berasal dari masyarakat desa, seperti pemilihan lain, dan dalam

proses inipun tentu ada yang menang dan adapula yang kalah, akan tetapi tak

semua kekalahan itu bisa diterima dengan ikhlas, dengan hati lapang dada dan

menjadikan pilkades adalah proses yang biasa dalam setiap pergantian

kepemimpinan. Tak sedikit pula peserta atau pendukung yang menerima akan

4
kekalahan dalam pilkades, dengan berbagai sebab atau alasan diantaranya yang

paling banyak mengemukan adalah merasa dirugikan dengan hasil yang

diperolehnya, ada kecurangan atau bahkan ada politik uang. Ketidakterimaan atas

hasil pilkades tersebut harus berujung pada konflik antar pendukung yang tak

kunjung selesai, dan bahkan terhadap pihak yang kalah dalam pilkades mengajukan

keberatan atau sengketa hasil pilkades sesuai prosedur yang ada menurut peraturan

perundang-undangan.

Pelaksanaan pilkades tidak lepas dari peraturan yang telah di buat oleh

pemerintah yang kemudian ditetapkan oleh DPR atau DPRD dalam bentuk

peraturan perundangundangan baik tingkat pusat maupun daerah. Harus diakui

bahwasanya dan telah menjadi pengetahuan umum kalau demokrasi tertua di

republik ini ada di desa, karena desa sejak kurang lebih 2 (dua) abad lalu atau

massa kolonial sudah menggelar pemilihan untuk menentukan pemimpinnya. Hal ini

menjadi ciri perwujudan demokrasi tingkat desa dengan adanya pilkades secara

langsung sudah berlangsung sejak lama dan bahkan terpelihara dengan baik,

karena dari desa kita mengenal namanya pemilihan pemimpin secara langsung

dengan masyarakat dengan memberikan hak suaranya masing-masing.

Beberapa kali perubahan peraturan tentang pilkades di lakukan hingga saat

ini, sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,

pemerintah mengatur pilkades di laksanakan secara bersama-sama atau serentak

seperti pemilihan kepala daerah (pilkada), ketentuan ini diatur dalam ketentuan

pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Desa. Selanjutnya dalam aturan pelaksanaan

Undang-Undang Desa yaitu dalam ketentuan pasal 40 ayat (1) dan (2) Peraturan

4
Pemerintah (selanjutnya disingkat PP) Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa2 , yang

menyatakan, ayat (1) :

“Pemilihan kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah


kabupaten/kota”, sedangkan ayat (2) menyatakan “Pemilihan kepala Desa
secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun”.

Salah satu prinsip dasar pengaturan pilkades adalah demokrasi secara

langsung, umum, bebas dan rahasia, yang selama ini akrab di kenal dengan

sebutan LUBER, sebagaimana prinsip Pemilihan Umum (Pemilu) sejak tahun 1971.

Pelaksanaan pilkades harus benar-benar mengahasilkan pemimpin yang demokratis

secara subtantif dan prosedural. Sehingga demi terlaksananya hal tersebut penting

tersedianya aturan main yang jelas dan konsisten dalam pelaksanaan pilkades

termasuk mekanisme penyelesaian sengketa yang pasti akan terjadi. Karena

catatan bersama konflik yang kerap terjadi di Indonesia sebagian karena proses

pemilihan, baik kepala daerah maupun kepala desa. Selalu diawali dari proses

ketidakpuasan salah satu calon yang kalah dalam pemilihan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dalam menjaga keadaan yang

kondusif dan memastikan pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara,

satuan intel memiliki peranan yang sangat penting, diantaranya :

1. Melakukan deteksi dini.

Polri merupakan institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok

penegakkan hukum, memelihara keamanan dan keretiban masyarakat serta

meberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut maka dalam institusi Polri

4
diperlukan fungsi-fungsi kepolisian yang mempunyai wilayah kerja masing-

masing yang saling terkait dan terpadu. Fungsi kepolisian tersebut salah

satunya adalah Intelijen keamanan atau yang biasa disebut intelkam. Dalam

dasar intelijen, Intelijen dapat kita bedakan yaitu intelijen sebagai bahan

keterangan yang sudah diolah, sebagai Organisasi dan sebagai Kegiatan.

Ketiga pengertian ini, walaupun terpisah namun selalu berkaitan satu dengan

yang lain. Intelijen keamanan merupakan bagian integral dari fungsi organik

Polri yang menyelenggarakan kegiatan dan operasi Intelijen baik berupa

penyelidikan, pengamanan maupun penggalangan dalam bidang keamanan

bagi kepentingan pelaksanaan tugas operasional dan manajemen Polri dalam

rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, peranan intelegen kepolisian

dalam proses pemilihan serentak khususnya di Kabupaten Luwu Utara

memastikan kondusifnya keamanan dan berjalan lancarnya pemilihan kepala

desa serentak. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan olehe penulis

kepada H. Andi Yusuf, M.M. selaku Kasat Intel, beliau berpendapat bahwa :

“Fungsi intelegen kepolisian atau yang lebih dikenal dengan sebutan intel
merupakan fungsi intel yang bertugas Sebagai Mata dan Telinga kesatuan
Polri khususnya di Polres Luwu Utara ini yang berkewajiban melaksanakn
deteksi dini dan memberikan peringatan masalah dan perkembangan
masalah serta perubahan kehidupan sosial masyarakat dalam hal
pelaksanaan pemilihan serentak kepala desa di Kabupaten Luwu Utara.
Selain itu juga bertugas mengidentifikasi ancaman, gangguan, atau
hambatan yang akan dihadapi baik sebelum pelaksanaan pemilihan
serentak, pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan pemilihan. Untuk itu
peranan intel disini sangat dibutuhkan demi menjaga kemanan dan
ketertiban masyarakat agar pemilihan desa serentak berjalan sesuai
dengan harapan kita”.

4
Fungsi Intelegen kepolisan sebagai pelaksana fungsi intelijen keamanan

yang meliputi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan guna

terpeliharanya stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif,

harus dapat mengantisipasi berbagai perkembangan situasi sehingga apabila

muncul ancaman faktual dapat ditangani secara prfesional dan proporsional

sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan. Fungsi Intelegen kepolisan sangat berperan dalam memberikan

masukan kepada pimpinan tentang perkembangan keamanan dan ketertiban

dalam proses pemilihan kepala desa serentak.

Lebih lanjut Bapak H. Andi Yusuf, M.M., menerangkan bahwa :

“Diperlukan analisa intelijen yang tajam dan akurat sehingga segala


kemungkinan tentang perkembangan situasi dan kondisi dilapangan dalam
proses pemilihan kepala desa serentak di wilayah hukum Polres Luwu
Utara dapat diantisipasi oleh pihak kepolisian. Sistem Deteksi dini yang
berajalan akan menghasilkan informasi Intelijen yang diperoleh melalui
suatu proses pengolahan dari bahan keterangan yang didapat. Bahan
keterangan merupakan bahan dasar yang masih mentah. Bahan mentah
ada yang memenuhi syarat dan ada yang tidak memenuhi syarat untuk
dijadikan intelijen”.

Bahan mentah yang memenuhi syarat untuk dijadikan intelijen adalah

bahan-bahan yang berkaitan dengan masalah keamanan, yang dapat dipercaya

sumbernya dan relevan dengan masalah yang dicari atau dibutuhkan dalam hal

ini apa yang terlihat dalam masyarakatan di daerah pemilihan kepala desa di

Kabupaten Luwu Utara. Intelijen sebagai bahan keterangan yang sudah diolah

adalah merupakan hasil terakhir atau produk daripada pengolahan yang

selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak pemakai untuk dipergunakan

sebagai bahan penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang akan ditempuh

4
dan yang memungkinkan untuk bahan mengambil keputusan. Dalam hal ini

initelijen juga merupakan suatu pengetahuan yang perlu diketahui sebelumnya,

dalam rangka untuk menentukan langkah - langkah dengan resiko yang

diperhitungkan. Dengan kata lain, intelijen diperlukan untuk membuat keputusan

yang tepat dalam tiga aspek, yaitu perencanaan, kebijaksanaan dan cara

bertindak dalam proses pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu

Utara, mulai dari tahapan kampanye (persiapan pemilihan), pelaksanaan

pemilihan hingga pasca pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu

Utara.

2. Mengidentifikasikan hakekat ancaman yang tengah dan akan dihadapi.

Intelegen kepolisan khususnya di Polres Luwu Utara sangat berperan

penting dalam meberikan deteksi dini dalam mengantisipasi ancaman yang

dapat terjadi pada pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara.

Setelah dilakukannya deteksi, intelegen kepolisian Polres Luwu Utara

melakukan identifikasi terhadap ancaman baik yang tengah dihadapi maupun

yang akan dihadapi. Situasi keamanan dan ketertiban yang kondusif adalah hal

mutlak yang harus ada guna mendukung terselenggaranya pemilihan kepala

serentak di Kabupaten Luwu Utara.

Intelegen kepolisan sebagai pelaksana fungsi intelijen yang meliputi

penyelidikan, pengamanan dan penggalangan guna terpeliharanya stabilitas

keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif, harus dapat

mengantisipasi berbagai perkembangan situasi sehingga apabila muncul

ancaman faktual dapat ditangani secara prfesional dan proporsional. Di dalam

5
intelkam terdapat intel dasar dimana Intelijen dasar digunakan untuk

pengetahuan dasar atau catatan dasar bagi pihak yang menggunakan yang

bertujuan untuk memberikan arti pada gejala-gejala dan perubahan-perubahan

yang terjadi pada suatu waktu di masa lalu. Tanpa adanya pengetahuan dasar

mengenai sesuatu masalah tertentu, sukar untuk dinilai secara tepat suatu

fenomena atauperubahan yang terjadi mengenai masalah tersebut, dan

mungkin tidak akan ada artinya pengetahuan mengenai perkembangan

mengenai masalah tersebut dimasa yang akan datang terutama dalam hal

pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara.

Berdasarkan data yang penulis dapatkan terdapat kerawanan yang

diperkirakan timbul pada tahapan pemilihan Kepala Desa serentak di Kabupaten

Luwu Utara pada tahun 2022. Kerawanan yang dimaksud diantaranya :

1) Tahapan Kampanye (pemaparan Visi, Misi, dan Program Kerja) dan

Distribusi Kotak Suara. diperkirakan akan terjadi hal-hal sebagai berikut :

a) Pelanggaran jadwal dan lokasi kampanye

b) Penularan covid-19

c) Ketidak patuhan penerapan protokol kesehatan covid-19

d) Black campaign dan negatif campaign

e) Money politik

f) Penggunaan tempat ibadah, lembaga pendidikan dan kantor

pemerintahan untuk kampanye.

g) Pengrusakan apk dan bahan kampanye

h) Intimidasi pemilih marginal atau minoritas

5
i) Ancaman kekerasan terhadap calon

j) Keterlambatan proses pengadaan logistik pemilu

k) Kekurangan logistik pemilu dan apd (alat pelindung diri)

l) Kerusakan surat suara

m) Surat suara yang sudah tercoblos

n) Keterlambatan proses distribusi logistik pemilu

o) Kerusakan logistik pemilu pada saat distribusi karena faktor cuaca dan

faktor geografis wilayah

p) Sabotase dalam proses distribusi logistik pemilu.

2) Tahapan Masa tenang, Distribusi Kotak Suara.diperkirakan akan terjadi hal-

hal sebagai berikut :

a) Kampanye tersebulung / kampanye di luar waktunya.

b) Intimidasi terhadap masyarakat menggunakan cara kekerasan/

premanisme.

c) Money politik.

d) Bentrokan antar massa pendukung / terhadap basis wilayah

pendukung.

e) Pemanfaatan isu sara / penyeberan hoax dan hate speech.

f) Black campaign dan negatif campaing.

3) Tahapan Pemungutan dan penghitungan suara di TPS diperkirakan akan

terjadi hal-hal sebagai berikut :

a) Penempatan lokasi dan standar TPS yang tidak memenuhi standar.

b) Ketidak profesionalan petugas PPKD atau tidak netral.

5
c) Tidak diterapkannya standar protokol kesehatan covid-19 di TPS.

d) Penularan covid-19.

e) Intimidasi terhadap pemilih dan petugas PPKD di TPS.

f) Money politik di TPS.

g) Kekurangan surat suara maupun surat suara tertukar.

h) Gangguan bencana alam di tps .

i) Pemaksaan kehendak memilih yang tidak memenuhi syarat.

j) Mobilisasi pemilih ke tps.

k) Polemik suara sah dan tidak sah.

l) Gangguan oleh orang dengan gangguan jiwa (odgj) di tps.

m) Provokasi pendukung atau simpatisan Calon Kepala Desa pada saat

penghitungan suara.

n) Perubahan sertifikat hasil penghitungan suara.

4) Tahapan Penetapan Kepala Desa terpilih diperkirakan akan terjadi hal-hal

sebagai berikut :

a) Penolakan hasil penetapan Kepala Desa terpilih.

b) Intimidasi/ intervensi PPKD agar acara tidak berjalan lancar.

c) Ancaman kekerasan terhadap PPKD.

d) Menggunakan Sarana Komunikasi terutama HandPhone dengan

menyebarkan issu.

e) Provokatif dan menyesatkan kepada satu sama lain.

5
5) Tahapan Pelantikan Kepala Desa terpilih terpilih diperkirakan akan terjadi

hal-hal sebagai berikut :

a) Ancaman kekerasan terhadap penyelenggara Pilkades dan calon

terpilih.

b) Unjuk rasa penolakan pelantikan Kepala Desa terpilih.

c) Mobilisasi massa dan bentrokan antar pendukung.

d) Sabotase pada lokasi pelantikan Kepala Desa Terpilih.

3. Memberikan peringatan dini sebagai bahan dasar serta penentuan arah


bagi kebijaksanaan dan pengambilan keputusan atau tindakan oleh
pimpinan Polri.

Forecasting (ramalan) Intelijen mempunyai peranan penting bagi intelijen

Polri. Karena perkembangan yang lampau dan perkembangan yang sedang

terjadi dicerminkan oleh Intelijen Dasar Diskriptif fan Intelijen Aktual, sedangkan

intelijen yang diramalkan meramalkan perkembangan yang akan terjadi di masa

datang sebagai lanjutan proses perkembangan yang sedang terjadi. Dengan

kata lain sebagai bentuk gambaran spekulatif tentang apa yang akan terjadi.

Dengan demikian intelijen yang yang diramalkan mempunyai arti sebagai

“peringatan dini” bagi pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan

rencana-rencana dan langkah-langkah untuk menentukan arah bagi Polri untuk

mengambil keputusan ataupun tindakan apa yang akan diambil oleh pimpinan

polri.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pemilihan kepala desa serentak

di Kabupaten Luwu Utara, intelejen kepolisan sangat berperan penting dalam

memberikan peringatan dini terutama dalam mengantisipasi gangguan bahkan

5
ancaman yang dapat terjadi kapanpun tanpa mengenal tempat dan waktu.

Tentunya hal tersebut dapat menghambat proses pemilihan kepala desa

serentak yang akan dilaksanakan di Kabupaten Luwu Timur.

Berdasarkah hasil wawancara penulis dengan bapak ANDI MUNAFRAH

AKBAR, beliu berpendapat bahwa :

“Setiap informasi yang diberikan anggota intelkam polri yang bertujuan


memberikan masukan kepada pimpinan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan dan tindakan yang akan dilakukan,tidak semata-mata diberikan
secara mentah, tetapi melalui tahapan-tahapan pengolahan dengan analisa
yang tinggi. Proses Analisis Intelijen meliputi : analisis data yang harus
memberi arti dari semua data dan berusaha menempatkan semua kepingan
data bersama-sama, sehingga tergambar mosaik dan menguji keabsahan
hipotesa yang dibuat. Keabsahan Hipotesa tersebut diterima melalui
percobaan, dan keyakinan tentang kebenarannya bertambah ketika implikasi
yang ditelusuri sesuai dengan kenyataan. Proses analisis mempunyai dua
tujuan langsung yaitu : untuk mencari kebenaran faktual dan untuk
menciptakan hubungan diantara masalah tersebut.”

Setelah melalui analisis yang panjang maka akan mengahsilkan produk

intelijen yang akurat. Disinilah peran intelijen memberi masukan kepada

pimpinan untuk mengetahui perkembangan dan kondisi di lapangan yakni di

daerah-daerah memilihan yang akan melaksanakan pemilihan kepala desa

serentak. Maka intelijen kepolisan di Polres Luwu Utara menjadi komponen

terdepan dalam merespon Polri terhadap berbagai tuntutan tersebut. Intelijen

akan berfungsi bagi satuan apabila organisasi intelijen cukup solid, sistem dan

metodenya berkembang sesuai dengan hakekat ancaman yang dihadapinya.

Namun yang lebih penting adalah pelaksanaan tugas intelijen, baik perorangan

maupun unit harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap inteijen, maupun

mengimplementasikan dan mengembangkan teori intelijen dalam kondisi

5
lapangan yang berubah-ubah, serta menghasilkan produk intelijen yang tajam,

akurat dan terpercaya dalam mencegah gangguan dan ancaman yang mungkin

bisa terjadi daerah pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara.

4. Melakukan pengamanan dan pembatasan mobilisasi sasaran.

Dalam Undang-undang Kepolisian Nomor Tahun 2002 Pasal 13 tentang

Tugas dan wewenang kepolisian disebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian

Negara Republik Indonesia adalah :

1) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

2) Menegakkan hukum.

3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Ketiga tugas pokok tersebut sebenernya bukan merupakan urutan prioritas,

sebab ketiga-tiganya sangat penting, sedangkan dalam pelaksanaanya tugas

pokok mana yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi

masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas

pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan.

Disamping itu dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum,

mengindahkan norma agama, kesopanan, dan kesusilaan, serta menunang

tinggi hak asasi manusia. Karena itu, ketiganya dirumuskan kedalam satu istilah

yang mengandung pengertian umum sebagaii berikut “keamanan dan ketertiban

masyarakat adalah kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat

terselenggaranya proses pembangunan nasional yang ditandai oleh teraminnya

keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman,

5
yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan

kekuatan masyarakat dalam menangkal , mencegah, dan menanggulangi,

segala bentuk pelanggaran hokum, dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang

dapat meresahkan masyarakat.

Lalu penjabaran tentang tugas pokok diatas diatur dalam Pasal 14

Undang-undang Kepolisian Nomor 02 Tahun 2002. Selain itu sebagaimana

disebutkan dalam Pasal 2 disebutkan bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu

fungsi pemerintakan negara bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegak hukum, pengayoman dan pelayanan masyarakat.

Eksistensi kepolisian dalam kehidupan masyarakat sangat penting dengan

perannya sebagai penegak hukum, keadilan serta kemanfaatan yang dapat

dirasakan oleh masyarakat. Sebagaimana juga dijelaskan dalam pasal 4

undang-undang Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam

negeri yang meliputu terpeliharanya keamanan dan ketertiban mastarakat, tertib

dan tegaknya hukum, terlaksananya perlindungn, pengayoman, pelayanan

kepada masyarakat serta terbinanya ketentraman dan menjunjung tinggi hak

asasi manusia.

Selain itu POLRI dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Kepolisian

Nomor 02 Tahun 2002 merupakan alat negara yang yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberi perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam

rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Singkatnya Polri memiliki fungsi

5
preventif yang dilaksanakan dalam rangka memberi perlindungan, pengayoman

pada masyarakat dan fungsi represif yaitu sebagai penegak hukum.

Tugas pokok kepolisian sebagaimana disebutkan tidak lain untuk

menjamin terciptanya situasi kondusif bagi masyarakat dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Dengan demikian kepolisian dapat diartikan sebagai

pelayan bagi masyarakat dalam memelihara keamanan ketertiban. Sesuai

dengan apa yang terjadi di lapangan terkait pengamanan pemilihan kepala desa

yang dilakukan oleh Kepolisian Sektor Jennggawah dalam pengamanan

pemilihan Kepala Desa sudah dapat dibilang cukup baik dan telah sesuai

dengan Tugas dan wewenang Kepolisian Pasal 13.

Dari urain diatas sehubungan dengan pelaksanaan pemilihan kepala

desa serentak yang dilaksanakan di Kabupaten Luwu Timur, inteljen kepolisian

sebagai salah satu unit yang sangat penting dalam tubuh Polri terkhusus di

Kabupaten Luwu Utara, memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga

keamanan serta melakukan pembatasan mobilisasi sasaran yang akan terjadi

pada saat proses pemilihan, baik yang terjadi di masa kampanye, pada saat

dilaksanakannya pemilihan maupun pasca pemilihan kepala desa serentak.

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Bapak ANDI

MUNAFRAH AKBAR Beliau menjelaskan bahwa :

“Terhadap kemungkinan bahkan kekacauan yang terjadi pada proses


pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara, unit intelkam
berwenang melakukan pengamanan berdasarkan prosedur yang ada.
Tindakan yang diambil demi untuk menjaga kondusifitas dilapangan agar
pemilihan kepala desa serentak dilaksanakan sesuai harapan semua pihak. “

5
Dalam pengamanan pemilihan kepala desa serentak dikabupaten Luwu

Utara di dapat beberapa strategi yang dierapkan oleh intelejen kepolisan yang

dibantu pihak-pihak terkait. Strategi itu meliputi dua tahapan yakni tahapan

pertama merupakan persiapan, dalam tahapan ini polres Luwu Utara

bekerjasama dengan para pihak untuk mengatasi langkah-langkah yang

digunakan dalam mengatasi masalah yang ada di lapnagan atau daerah

pemilihan kepala desa. Selain itu pihak Kepolisan juga menyiapkan beberapa

hal diantaranya :

1) Persiapan Latihan Pra Operasi atau evaluasi.

2) Persiapan anggota polri yang ditugaskan dalam pengawalan dari awal

hingga akhir masa pemilihan Kepala Desa.

3) Persiapan Personel dalam hal kenetralan anggota Polisi.

4) Persiapan prasarana penunjang seperti alat transportasi dan alat

komunikasi.

5) Persiapan menjaga msyarakat dari suap atau kampanye hitam.

6) Kekompakan antar pihak, Koordinasi yang baik dan bagus antar pihak

Jika ada kerusuhan segera lakukan tindakan yang profesional layaknya

polisi bukan malah bertindak berlebihan yang justru memicu

Kontraproduktif.

7) Solidaritas dan sinergitas antar anggota harus baik.

Tahapan selanjutnya adalah tahapan Penyelenggaraan dimana Polsek

jenggawah bekerasama untuk meningkatkan keamanan dan kemampuan

pelaksanaan tugas dan fungsi personel. Dalam pemilihan kepala desa serentak

5
di Kabupaten Luwu Utara juga ada beberapa hal yang dirasa kurang berkenan

dan harus diperbaiki oleh pihak kepolisian yang tengah berjaga. Beberapa

masyarakat melihat bahwa kurangnya cepat tanggap oleh pihak kepolisian

dalam peleraian sebuah masalah yang terjadi dalam lapangan atau tempat

pemilihan kepala desa.

4.3. Faktor-faktor yang menjadi penghambat Intelejen Kepolisan Dalam Proses


Pemilihan Kepala Desa Serentak di Kabupaten Luwu Utara.

Fenomena dan keadaan politik jelang dan sampai selesai diadakannya

pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara yang sangat nampak

adalah adu strategi yang dilakukan oleh masing-masing kandidat melalui berbagai

macam cara. Dalam hal ini intelegen kepolisian sebagai penegak hukum dan

pengayoman masyarakat diharapkan bisa menekan adanya kecurangan dalam

pemilihan kepala desa. Intelegen Kepolisian diharapkan juga bisa adu strategi untuk

mengamankan jalannya pemilihan kepala desa, karena pemilihan kepala desa yang

sukses bukan hanya terpilihnya kepala desa baru, melainkan juga bagaimana

proses tersebut terjadi.

Untuk itu sebelum dilakukannya sebuah pemilihan umum tentang kepala desa

atau apapun biasaya pihak intelegen kepolisian Polres Luwu Utara telah

menyiapkan berbagai strategi yang akan diterapkan di lapangan. Karena banyaknya

rangkaian demi rangkaian yang akan dilalui dalam tahap pemilihan kepala desa

maka dalam hal ini kinerja intelegen kepolisian sebagai garda terdepan dalam

pengamanan akan menjadi sorotan dan patut dipertanyakan apakah telah sesuai

dengan Undangundang yang menaungi tugas dari Kepolisian. Namun dalam

6
prakteknya pemilihan kepala desa yang sudah diatur oleh perundangundangan

untuk saat ini sangat sulit terselenggara dengan lancar dan berkualitas karena

bermainnya faktor-faktor penghambat seperti adanya kepentingan politik,

kepentingan untuk ingin berebut kekuasaan ketimbang hakikat yang diingini oleh

yaitu pemerintahan yang legitimate.26

Berdasar wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada bapak ANDI

MUNAFRAH AKBAR beliau menjelaskan bahwa :

“Situasi dan kondisi dilapangan telah di upayahkan agar tercipta keadaan yang
kondusif sehingga pemilihan kepala desa serentak yang dilaksanakan di Luwu
Utara berjalan lancar. Namun demikian, kenyataan yang dihadapi oleh pihak
Polres LUwu Utara terkhusus pada bagian Unit Intelkam, terdapat beberapa
hambatan yang dihadapi diantaranya masyarakat kurang memahami tentang
demokrasi yang dianut oleh bangsa ini. Selain itu pula, tidak dapat dipungkiri
bahwa kurangnya SDM Porles Luwu Utara terutama dalam Unit Intelkan baik
jumlah maupun pengetahuan masih sangat minim. Sehingga harus meminta
bantuan dasri satuan lahin, bahkan dari Polres lainnya yang berdekatan dengan
Polres Luwu Utara.”

Dar uraian diatas penulis berkesimpulan bahwa dalam pelaksanaan tugas

integen kepolisian dalam proses pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu

Utara menghadapi beberapa faktor penghambambat. Diantara faktor-faktor

penghambat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang baik dari kuantitas dan kualitas.

Pencapaian kinerja organisasi besar seperti institusi Polri sangat

dipengaruhi oleh pengelolaan sumber daya manusia. Ditinjau dari aspek

kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas merupakan jumlah personil atau anggota

polri dalam suatu unit, sedangkan kualitas adalh tingkat pemahaman dan

pengetahuan anggota polri.. Pengembangan sumber daya manusia harus

26
Haw Widjaja, Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa,(Jakarta, PT.Raja Grafindo. 1996),24

6
menjadi bagian utama dari rencana strategik organisasi termasuk di Polres

Luwu Utara. Organisasi publik seperti Polri akan mampu melaksanakan tugas,

jika telah mempunyai sumber daya manusia yang profesional, bermoral dan

modern. Profesionalisme Polisi hanya mungkin dapat dilakukan dengan

memberikan konseptual , teoretikel mengenai berbagai pengetahuan sosial dari

kepolisian, dan mampu menganalisa untuk mengatasi dan meredamnya.

Dalam menangani pemilihan kepala desa serentak, Intelegen kepolisian

selalu menjadi terdepan, hal ini sesuai dengan tugas pokoknya. Kegiatan

pemilihan desa kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara tentu

memutuhkan tengana dan pikiran yang luar biasa. Mengingat pemilihan kepala

desa serentak dilaksankan di Kabupaten Luwu Utara terdapat 23 Desa yang

melakukan pemilihan kepala desa serentak dengan jumlah TPS sebanyak 82

titik dan jumlah DPT sebanyak 33.127 orang. Berdasarkan data tersebut maka

agar mampu menangani pemilihan kepala desa serentak tersebut maka

diperlukan kesiapan personel yang profesional baik secara kuantitas maupun

kualitas.

Jumlah personel di Polres Luwu Utara 394 orang. Sedangkan Unit

Intelkam hanya berjumlah 22 orang. Dan jika dihadapkan tantangan tugas

dilapangan maka jumlah tersebut masih kurang, mengingat jumlah desa yang

melaksanakan pemilihan serentak di Kabupaten Luwu Utara mencapai 23 desa

dengan jumlah pemilih mencapai 33.127 orang. Disamping itu menurut

Peraturan Kapolri Nomor 16 tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian

6
Massa. Jumlah kompi Dalmas seharusnya tiga kompi dan setiap kompi terdiri

dari 138 orang.

2. Sarana dan Prasarana.

Sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai sangat menentukan

berkualitas atau tidaknya suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Sebab sarana dan prasarana sangat mendukung kelancaran tugas dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan sarana prasarana

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat dalam

menangani unjuk rasa diperlukan sarana dan prasarana yang cukup. Karena

sumber daya manusia tanpa didukung sarana dan prasarana yang memadai

akan menghambat pelaksanaan tugas di lapangan.

Demikian halnya dengan intekal Polres Luwu Utara perlu adanya

dukungan sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan tugas dalam

pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara. Sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh satuan intelgen kepolisian polres Luwu Utara belum

semuanya terpenuhi. Seperti misalnya kendaraan operasional yang masih

kurang serta alat komonikasi masih harus menggunakan alat komonikasi pribadi

anggota intelkam.

3. Anggaran pembiayaan aktivitas Intelijen Polri

Dalam pelaksanaan tugas dan tanggungjawab organisasi selalu bersadar

pada penganggaran terhadap organisasi tersebut. Sama halnya dengan Polres

Luwu Utara khusunya unit intelkam dalam melaksanakan tugasnya tentu tidak

6
terlepas dari anggran yang tersedia. Semakin tinggi anggran yang diberikan

maka semakin maksimal pelaksanaan tugas yang akan dilakukan.

4. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang demokrasi.

Pemilihan Kepala Desa merupakan perwujudan demokrasi desa dalam

rangka menentukan kepemimpinan desa yang berkualitas. Pemilihan Kepala

Desa, atau seringkali disebut Pilkades, adalah suatu pemilihan kepala desa

secara langsung oleh warga desa setempat, berbeda dengan lurah yang

merupakan pegawai negeri sipil, kepala desa merupakan jabatan yang dapat

diduduki oleh warga biasa.

Setelah keluarnya Undang- Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa

yang menggantikan undang- undang nomor 32 tahun 2004, dalam pasal 31 ayat

1 dan 2 maka pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh

wilayah Kabupaten/Kota. Pemilihan Kepala Desa merupakan kesempatan bagi

rakyat untuk menunjukkan kesetiaan dan preferensi lokal mereka. Sementara itu

menurut Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 pasal 1 (5), Pemilihan kepala

desa adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih

kepala desa yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu kunci suksesnya

pelaksanaan Pemilu. Besar atau kecilnya partisipasi masyarakat sangat

menentukan kualitas dari Pemilu. Umumnya minat masyarakat dalam Pemilihan

Kepala Desa cukup tinggi untuk ikut berpartisipasi dalam proses pemilihan

kepala desa (pilkades), karena sebagian masyarakat tidak ada lagi tekanan dan

intimidasi politik dari pihak manapun, namun bagi sebagian masyarakat lain

6
adanya paksaan dari salah satu kandidat calon kepala desa melalui tim

suksesnya dengan membagikan kaos dan stiker serta adanya tekanan- tekanan

para pembotoh yang hadir dalam pelaksanaan pemilihan berlangsung. Kondisi

tersebut membuat ada sebagian masyarakat tidak mau untuk turut berpartisipasi

dalam pelaksanaan Pilkades. Salah satunya adalah dengan tidak hadir pada

saat pencoblosan berlangsung. Hal ini membuat persentase suara masyarakat

menjadi berkurang. Padahal partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam

pelaksanaan Pilkades tersebut.

Pengawasan oleh masyarakat khususnya di darah pemilihan kepala desa

serentak di Kabupaten Luwu Utara masih cenderung kurang, khususnya terkait

dengan berbagai kepatuhan para calon kepala desa dalam pelaksanaan

Pilkades. Sehingga control tentang kelancaran jalannya Pilkades juga

cenderung masih dirasakan kurang optimal. Partisipasi bertujuan mendorong

aktif kegiatan demokrasi untuk semua proses kepemiluan. Kepentingan fokus

partisipasi menjadi indikator peningkatan kualitas demokrasi dan kehidupan

politik bangsa. Partisipasi politik masyarakat, dibutuhkan baik dalam bentuk

formal maupun ekstra formal dalam ikut serta mengawasi atau memantau

jalannya penyelenggaraan Pemilu.

Landasan Hukum partisipasi masyarakat dalam dalam pemilu adalah

Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum pasal 448.

Dengan landasan hukum yang kuat, seharusnya masyarakat bisa berpartisipasi

secara aktif pada pemilu. Namun pada faktanya justru partisipasi masyarakat

masih tergolong rendah terutama di pengawasan mengenai Peran Partisipasi

6
Masyarakat dalam Pengawasan Pemilihan Umum Serentak Anggota Legislatif

dan Pilpres tahun 2019 juga mengemukakan bahwa Pemilu membutuhkan

dukungan banyak pihak untuk aktivitas pengawasannya. Salah satunya adalah

dengan mengajak segenap, kelompok masyarakat sipil untuk terlibat dalam

partisipasi pengawasan. Keterlibatan masyarakat dalam Pemilu tidak hanya

sekedar datang dan memilih, tetapi juga turut melakukan pengawasan atas

potensi adanya kecurangan yang terjadi serta melaporkan kecurangan tersebut

kepada Bawaslu sebagai lembaga yang bertugas mengawasi proses Pemilu.

6
BAB V

KESIMPULAN DAN

SARAN

Dari hasil pemaparan tentang peran integen kepolisan dalam proses pemilihan

kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara pada bab terdahulu, penulis

mengambil kesimpulan saran sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan.

1) Peran Intelejen Kepolisan dalam proses pemilihan kepala serentak :

a. Melakukan deteksi dini tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan

terjadi, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan hingga pasca

pelaksanaan pemiliha kepala desa serentak di Kabupaten Luwu Utara.

b. Mengidentifikasikan hakekat ancaman yang tengah dan akan dihadapi.

c. Memberikan peringatan dini sebagai bahan dasar serta penentuan arah

bagi kebijaksanaan dan pengambilan keputusan atau tindakan oleh

pimpinan Polri.

d. Melakukan pengamanan dan pembatasan mobilisasi sasaran.

2) Faktor-faktor yang menjadi penghambat Intelejen Kepolisan Dalam Proses

Pemilihan kepala DesaSerentak :

a. Faktor Internal :

(1)Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang baik dari kuantitas dan

kualitas yang masih sangat kurang.

(2)Sarana dan Prasarana yang masih minim.

(3)Anggaran pembiayaan aktivitas Intelijen Polri yang masih kurang

6
b. Faktor Eksternal : pemahaman masyarakat di Kabupaten Luwu Utara

yang masih kurang tentang sistem demokrasi terutama dalam hal

pemilihan kepala desa.

5.2. Saran.

1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, intelegen kepolisian di Polres

Luwu Utara harus bekerja keras dan professional agar tercipta suasana yang

kondusif di lapangan, sehingga pemilihan kepala desa serentak yang

dilaksanakan di 23 desa di Kabupaten Luwu Utara berjalan sesuai

perencanaan sebagaimana harapan pemerintah dan masyarakat.

2) Dalam menghadapi hambatan-hambat dalam pemilihan kepala desa

serentak, sebaiknya pihak Polres Luwu Utara melengkapi sarana dan

prasaran untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas intelakam,

memberikan anggran sesuai dengan kebutuhan, serta melakukan kordinasi

dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Selain itu, sebaiknya polres Luwu

Utara khususnya unit intelkam melaksanakan sosialisasi atau pemberian

pemahaman kepada masyarakat tentang sistem demokrasi yang berjalan

khususnya dalam pemilhan kepala desa serentak di kabupaten Luwu Utara.

Anda mungkin juga menyukai