PEMBAHASAN
Tanah atau wilayah merupakan unsur utama penting bangsa. Bagi bangsa
Indonesia dimana merupakan bangsa agraris ataiu negara berbentuk kepulauan, tanah
sisi, bagi negara dan pembangunan, tanah adalah suatu kebutuhan dasar bagi
rakyat. Karena kedudukan itu maka pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
Model Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu negara hukum yang bertujuan
dalam kesejahteraan umum sebagaimana tertuang dalam Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, tidak akan lepas dari sengketa hukum pertanahan yang
Dalam bentuk negara seperti itu, pemerintah akan memasuki hampir seluruh elemen
1
Maria S.W. Sumardjono Tanahh Dalam Pandangan Hak Ekonomi, Budaya dan sosial ( Kompas Jakarta,
2009) hlm.41
1
Tuntutan kehidupan daerah dapat terjadi sebagai satu kesatuan, menjaga
terselenggaranya kepentingan umum sangat penting. Hal ini dapat dipahami jika ada
aturan, ketetapan atau standariasi yang harus dilaksanakan daerah setempat. Karena
merupakan hak utama, hak istimewa atas kepemilikan ttanah sangat penting sebagai
indikasi kehadiran, kesempatan, hingga harga diri seseorang. 2Kemudian lagi, komitmen
untuk memastikan kepastian yang sah atas hak-hak istimewa tanah meskipun fakta
bahwa kebebasan ini tidak langsung dengan alasan bahwa mereka dibatasi oleh
Dalam realita biasa, persoalan pertanahan muncul dan mampu dilakukan oleh
semua lapisan masyarakat. Perdebatan tanah adalah isu yang sering muncul dan selalu
berbagai kepentingan. Persoalan tanah adalah hal yang sangat berbelit-belit dan sifatnya
sangat pelik, karena mencakup beragam aspek kehidupann manusia, baik itu sosial,
finansial, politik, mental, dll, sehingga dalam mengurus masalah pertanahan tidak hanya
harus fokus. pada perspektif yuridis namun di samping itu harus fokus pada bagian
kehidupan yang berbeda. orang lain agar masalah tidak menjadi persoalan yang nantinya
penguasaan, dan tanggung jawab di negara kita belum sistematis dan terkoordinasi.
Masih banyak peliputan tanah yang melibatkan beragam keperluan yang tak seperti yang
2
Budi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang – undang Pokok Agraria, isi dan
pelaksanannya ( Djambatan : Jakarta,2003 ) hlm.24.
2
pemilikan dan penguasaan tanah masih tumpang tindih. Ada perkumpulan kecil yang
memiliki wilayah secara gelap dan selangit, dan ada pula perkumpulan besar yang hanya
memiliki lahan yang sangat terbatas. Kenyataannya, banyak yang tidak memiliki apa-apa,
sehingga mereka terpaksa hidup sebagai kultivator. Bukan tidak konsisten, dan bukan
secara tunggal. Bisa dikata pertanyaan dalam hal tanah tidak pernah surut, bahkan
mempertanyakan realitas suatu regulasi yang berkaitan dengan pertanahan. Ini bisa
Hampir semua bagian tanah dapat muncul sebagai sumber perdebatan tanah, seperti
salah menilai batas tanah atau salah memberikan warisan. Dengan cara ini, tanah harus
dikelola dan yayasan negara yang secara eksplisit terlibat dan disetujui dalam usaha tanah
atau tanah yang berurusan dengan masalah. Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang
(BPN) yang siap dengan mempertimbangkan tujuan dan bagian dari kerjasama daerah
untuk membantu bantuan pemerintah secara keseluruhan. Dengan tujuan agar BPN
berperan membantu dan melayani daerah dalam mendapatkan hak-hak istimewa atas
3
jawaban jika nantinya muncul suatu persoalan antara masyarakat mengenai hak- haknya
dalam pertanahan.
tanah mengingat keberadaannya, tanah memiliki hubungan yang sangat nyaman dengan
keberadaan dan kehidupan manusia, berbagai pengaturan dapat diambil untuk mengatasi
masalah pertanahan yang telah dikuasai dalam pedoman pendeta agraria. dan penataan
Agraria dan Penataan Ruang/Puncak Badan Pertanahan Umum Nomor 21 Tahun 2020
tentang Nomor
diarahkan bagaimana menentukan sengketa tanah baik non -gugatan dan penuntutan.
lokal yang paling berbelit-belit, harus terlihat dari protes yang sering terjadi dalam
merupakan keinginan masyarakat lokal. daerah yang membutuhkan bantuan orang luar
berbeda.
pedoman imam agraria dan penataan ruang/atas organisasi pertanahan umum nomor 21
Kantor Pertanahann
4
Umum menempatkan Perwakilan Evaluasi dan Penanganan Masalah Pertanahan dan
Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2007. Sejalan dengan itu, selain layak
untuk digunakan, tujuan utama usaha dan elemen Organisasi Pertanahan Umum dapat
mengingat tujuan debat untuk sepanjang garis ini. Mengingat bahwa masyarakat
kesepakatan serta dalam perangkat hukum umum publik melalui eksekutif hukum,
dipercaya bahwa pemanfaatan Pedoman Imam Usaha Agraria dan penataan ruang/ Badan
Pertanahan Umum Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembinaan dan Penyelesaian Perkara
Ilustrasi kasus yang terjadi pada batas tanah objek Deklarasi Kemerdekaan Hak
Milik Nomor 00971/Songka demi Sugeng yang ditunjukkan oleh adik perempuan Bakti
Aryanti memasuki wilayahnya; bahwa yang menjadi objek pertanyaan adalah tempat
dimana terdapat Perjanjian Hak Milik Nomor 00971/Kelurahan Songka, surat penetapan
yang dibagikan mengingat Pengucapan Kepala Kantor Pertanahan Kota Palopo tanggal 1
kemudian disebutkan untuk diintervensi oleh Bakti Ariyanti melalui perantaranya, Yudi
Asrul, S.H. dihubungkan dengan pertanyaan batas; bahwa objek perdebatan pertama
adalah tanah yang dibeli oleh saudara Sugeng pada tahun 2016 ketika
5
objek daerah tersebut ditunjuk oleh Basri, salah satu penerima manfaat utama dari pemilik
tanah; bahwa tanah yang dibeli oleh Sugeng pada ayat (3) tersebut selanjutnya disebut-
sebut untuk memberikan wasiat melalui administrasi Akuntan Publik Risma Irma
Purnamasari, SH., M.Kn; itu saudara kandung Bakti Aryanti Tahun 20220 kemudian
Desember 2016 tercatat atas nama Sugeng yang diindikasikan terjadi perbedaan luas dan
masuk pada tanah yang dibelinya; bahwa terhadap permasalahan ini Bakti Aryanti
Pertanahan Kota Palopo guna meminta Klarifikasi atas penerbitan Sertifikat Hak Milik
Nomor.0971/Songka atas nama Sugeng; Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik dari
uraian kasus diatas bahwa setelah dilakukan kajian maka terhadap permasalahan ini perlu
adanya tindak lanjut penyelesaian karena merupakan kategori kasus yang berada dalam
Kantor Pertanahan Kota Palopo dalam hal penerbitan Sertifikat Hak Milik
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun 2021 Perlu diadakan Mediasi guna penelitian
Dari Penjelasan kasus diatas maka kemudian akan menghasilkan dampak positif
bagi kedua belah pihak apabila suatu kasus dapat diselesaikan melalui jalur Mediasi.
Sehingga dengan uraian tersebut yang telah diterangkan di atas, maka penulis tertarik
untuk meneliti dan mengusulkannya dalam suatu skripsi dengan judul : “Tinjauan
6
Sengketa Tanah di Kantor Pertanahan kota Palopo Berdasarkan Peraturan
21 tahun 2020.”
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji
2. Bagaimana Tata cara penyelesaian Sengketa Tanah di Kantor Pertanahan Kota Palopo
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian
ini yaitu :
Pertanahan kota Palopo berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan tata ruang/Kepala
Pertanahan Kota berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan tata ruang/Kepala Badan
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumbangan bagi ilmu
pengetahuan serta menjadi kajian studi ilmu hukum khususnya yang terkait
7
dengan upaya penanganan dan penyelesaian sengketa tanah dan pentingnya
peradilan.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai tambahan wawasan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rujukan Kata Besar Bahasa Indonesia yang diedarkan oleh Dinas Diklat
permukaan atau lapisan bumi yang ada di atasnya. 3Pengertian tanah menurut agronomi
geografi, tanah merupakan lapisan bebas permukaan dunia yang berada di lapisan atas.
areal pertanian dan tanah manor. Sementara itu, apa yang digunakan untuk membangun
Tanah adalah lapisan bumi yang paling luar, yang dalam pemanfaatannya meliputi
bagian tubuh dunia di bawahnya dan bagian ruang di atasnya, dengan halangan dalam
pasal 4 hanya diperlukan untuk keuntungan yang langsung dikaitkan dengan pemanfaatan
tanah yang bersangkutan. dalam batas-batas sesuai Peraturan Dasar. Peraturan Agraria
pemanfaatannya harus dibatasi sehingga disadari dalam arti apa istilah tersebut
3
Muhammad Hatta, Hukum Tanah Nasional Dalam Perspektif Negara Kesatuan, Media Abadi,
Yogyakarta,2005,Hlm.24
4
Y.W Sunindhia, dan Ninik Widiyanti. Pembaharuan Hukum Agraria. Bina Aksara. Jakarta.,1988 Hlm.8
5
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. Djambatan.Jakarta: 2008. Hlm.262
9
segi yuridis, sebagai suatu pengertian yang secara formal telah dibedakan dengan
Tanah adalah lapisan terluar bumi atau lapisan bumi yang berada di atas sekali.
6
Tanah dalam arti yang sah memainkan peran penting dalam keberadaan manusia karena
ia dapat menentukan keberadaan dan kesesuaian hubungan dan kegiatan yang sah, baik
mengenai orang maupun pengaruhnya terhadap orang lain. Tanah dalam perspektif
yuridis adalah lapisan terluar bumi, kebebasan tanah adalah hak istimewa atas bagian
tertentu dari permukaan dunia, yang dibatasi, memiliki dua aspek dengan panjang dan
lebar. 7Premis kepastian yang sah dalam penyusunan pedoman-pedoman yang sah sebagai
pelaksana dari Peraturan Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, memungkinkan individu-
individu yang terlibat secara dekat untuk dengan mudah memahami peraturan yang
bersangkutan dan para ahli serta komitmen-komitmen terkini di atas tanah yang mereka
miliki. Karena kebutuhan manusia akan tanah saat ini semakin berkembang.
Hal ini karena jumlah penduduk yang meningkat, sedangkan wilayah daratan tidak
bertambah. Peraturan Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pedoman Pokok Agraria (UUPA) dan
yang mengandung pengertian tanah adalah lapisan terluar bumi. Pasal 4 ayat (1)
Pasal 2, diputuskan bahwa ada berbagai macam kebebasan di permukaan dunia, yang
disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dimiliki oleh orang perseorangan, baik
sendiri atau bersama-sama dengan orang lain dan zat yang sah."
6
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,2008,Kamus Besar Bahasa
Indonesia,Jakarta:Rajagrafindopersada.Hal.1433.
7
Effendiperangin,1994,Hukumagrariaindonesia,Suatutelaahdarisudutpandangpraktisihukum,Jakarta
,Rajagrafindo,Hal.17
1
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) masih dipandang sebagai batas peraturan
pertanahan umum, Peraturan Pokok Agraria (UUPA) mengatur hamper semua hak-hak
atas tanah sebagaimana diarahkan dalam pasal 16 dengan pengecualian hak istimewa
(UUPA) hanya memperhatikan arti penting pengaturan tanah sebagaimana diatur dalam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diputuskan bahwa ada berbagai macam hak-hak
istimewa atas permukaan dunia, yang disebut tanah yang diberikan kepada dan dimiliki
Dalam perspektif John Salindeho, itulah yang dia ungkapkan: Tanah adalah objek
yang bernilai finansial dalam perspektif masyarakat Indonesia, dia juga orang yang sering
memberikan getaran dalam harmoni dan sering menyebabkan guncangan di arena publik,
kemudian, pada saat itu dia juga sering menyebabkan keterkejutan dalam pelaksanaan
perbaikan.9
Menurut Asuransi, tanah hanyalah satu bagian dari bumi. 10Pembatasan pengertian
tanah dengan lapisan bumi yang demikian itu diatur lebih lanjut dalam penjelasan Pasal-
pasal Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat
II angka I bahwa yang dimaksud dengan tanah adalah tanah. lapisan luar bumi.
8 Zaman,Nurus,2016,Politik Hukum Pengadaan Tanah Antara Kepentingan Umum dan Perlindungan Hak
Asasi Manusia, Madura: Refika Aditama, Hlm.2.
9 John Salindeho,1993,Masalah Tanah Dalam Pembangunan,Cetakan Kedua,Jakarta:
SinarGrafika,Hlm.23
10 A.P Perlindungan,1990,Konversi Hak-Hak Atas Tanah,Bandung: Mandar Maju,Hlm.90
1
Pengaturan pertanahan menunjukkan hubungan sinergis antara bagian- bagian
pengaturan yang berbeda tentang hubungan pertanahan. Hal ini tergantung pada
bagaimana setiap aktivitas individu (korpus) di darat yang sah akan terus-menerus
dikaitkan secara konsisten dan memasukkan bagian-bagian yang sah yang diarahkan oleh
Internasional.11
kepulauan Indonesia". Hak ini karena hipotesa peraturan pertanahan Indonesia yang baku
penduduk asli atas tanah, yang tidak sama dengan hubungan sinergis antara peraturan
sebagai: “berbagai pedoman yang mengarahkan hubungan sinergis dari berbagai bagian
pengaturan dan status yang sah dari kesetaraan sosial individu atas tanah sebagai barang
tahan lama, yang dikendalikan untuk diklaim. atau digunakan dan hasilnya dinikmati oleh
11
Herman Soesangobeng,2012,Filosofi,Asas,Ajaran,TeoriHukumPertanahan ,
danAgraria,Yogyakarta:STPNPrees,Hlm.12
12
Ibid, Hlm. 5-6
13
Ibid,Hlm.7
1
Sebagian dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan
tanah adalah bagian dari permukaan dunia termasuk tubuh bumi di bawahnya serta yang
terendam yang secara langsung dibatasi oleh negara atau diklaim dengan hak-hak
Hak terhadap tanah adalah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang
yang memiliki hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.
Hak atas tanah berbeda dengan hak penggunaan atas tanah.14Apabila melihat ketentuan
Agraria), maka macam-macam hak atas tanah dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
Hak terhadap tanah artinya hak yang menyampaikan wewenang pada seorang yang
mempunyai hak buat mempergunakan atau merogoh manfaat atas tanah tadi. Hak atas
tanah tidak sama menggunakan hak penggunaan atas tanah. apabila melihat ketentuan
Agraria), maka macam-macam hak atas tanah bisa dibagi menjadi tiga (3), yaitu :
1. Hak atas tanah yang bersifat permanen, yaitu hak-hak atas tanah yg akan permanen
macam hak atas tanah yg masuk pada kelompok ini yaitu Hak Milik, Hak Guna
perjuangan, Hak Guna Bangunan, Hak pakai, Hak Sewa buat Bangunan, Hak
14
Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia,Jilid I Hukum Tanah Nasional, Jakarta, Djambatan,200) hlm. 330.
1
2. Hak atas tanah yang akan ditetapkan menggunakan undang-undang, maksudnya
adalah hak atas tanah yang akan lahir kemudian, yang akan ditetapkan menggunakan
undang-undang. Hak atas tanah yg disebutkan dalam Pasal 16 jo. Pasal 53 Undang-
Undang pokok Agraria (UUPA) tidak bersifat limitatif, merupakan, pada samping hak-
hak atas tanah yg disebutkan pada Undang-Undang pokok Agraria (UUPA), kelak
masih dimungkinkan lahirnya hak atas tanah baru yg diatur secara khusus
3. Hak atas tanah yang bersifat sementara, yaitu Hak atas tanah yang sifatnya
sementara, dalam waktu singkat diusahakan akan dihapus sebab mengandung sifat-
sifat pemerasan, feodal, dan yang tidak sesuai dengan jiwa atau asas-asas Undang-
Undang Pokok Agraria (UUPA). Macam- macam hak atas tanah yang bersifat
sementara ini adalah Hak Gadai (Gadai Tanah), Hak Usaha Bagi Hasil (Perjanjian
Hak atas tanah diatur dalam pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria yaitu hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka
tanah dan hak memungut hasil hutan serta hak-hak lain yang bersifat sementara
yang diatur dalam pasal 53 yakni hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak
menumpang, dan hak sewa tanah pertanian.Berikut ini adalah pengertian hak-hak
15
Chulaemi Ahmad, Hukum Agraria, Perkembangan, Macam-macam Hak atas Tanah, Semarang : FH UNDIP,
l993.
1
A. Pengertian Hak Milik
Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuhi yang dapat
dipunyai oleh orang atas tanah, dengan sifat mengingat ketentuan Pasal 6 (berfungsi
sosial). Hak milik dapat beralihdan dialihkan (Pasal 20). Dalam Undang-Undang Pokok
Agraria (UUPA), hak milik atas tanah diatur pada Pasal 20 sampai dengan Pasal 27
Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung
oleh negara dalam jangka waktu yang ditentukan guna untuk perusahaan pertanian,
perikanan dan peternakan. Hak guna usaha di atur pada Pasal 28-34 Undang-Undang
Tahun1996.16
Hak guna bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan di
atas tanah yang bukan miliknya dalam jangka waktu paling lama 30 tahun, dan dapat
diatur dalam Pasal 35 sampai 40 Undang-Undang Pokok Agraria jo. Pasal 19 sampai 38
Hak pakai adalah hak untuk memakai dan/atau memungut hasil dari tanah yang
dikuasai langsung oleh negara atau milik orang lain dalamn jangka waktu yang
Hak membuka tanah dan memungut hasil hutan adalah hak yang berasal dari
hukum adat sehubungan dengan adanya hak ulayat.Hak membukatanah dan memungut
hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warga negara Indonesia yang diatur dengan
Hak-hak yang bersifat sementara adalah hak-hak atas tanah yang diatur pada
Pasal 53 Undang-Undang Pokok Agraria. Hak atas tanah yang bersifat sementara ini
adalah hak yang sangat merugikan pemilik tanah gadai dan penggarap tanah.
Berikut ini adalah macam-macam hak atas tanah yang bersifat sementara:
1. Hak gadai adalah hak gadai tanah pertanian merupakan pengertian “jual gadai” tanah
2. Jual gadai adalah penyerahan sebidang tanah oleh pemiliknya kepada pihak lain
dengan membayar uang kepada pemilik tanah dengan perjanjian bahwa tanah akan
dikembalikan pekan agar hak-hak ini dihapuskan dari hukum pertanahan atau hukum
agraria nasional.17
17
Umar Said Sugiarto, 2013. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta:Sinar Grafika.
1
Sengketa adalah pertentangan, perselisihan, atau percekcokan yang terjadiantara
pihak yang satu dengan pihak lainya dan atau antara pihak yang satu dengan
berbagai pihak yang berkaitan dengan sesuatu yang bernilai, baik itu berupa uang
maupun benda.18
Istilah sengketa berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu dispute. Sedangkan
dalam bahasa belanda disebut dengan istilah geding atau process. Sementara itu,
penggunaan istilah sengketa itu sendiri belum ada kesatuan pandangan dari para ahli.
Ada ahli yang menggunakan istilah sengketa, dan ada juga yang menggunakan istilah
konflik. Kedua istilah itu sering kali digunakan oleh para ahli.
Berikut ini beberapa pandangan Ahli yang menggunakan Istilah sengketa dan
istilah konflik :
Sesuatu yang bernilai dimaknakan sebagai suatu yang mempunyai harga atau
nilai.
2. Daen G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin menggunakan istilah konflik, yaitu melihat dari
3. Priyatna Abdulrasyid mengemukakan bahwa dalam setiap sengketa, salah satu pihak
mungkin merupakan pihak yang benar, juga kemungkinan memiliki elemen hak
hukum satu pihak mungkin benar dalam satu masalah dan pihak lain benar
18
Salim, Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Di Indonesia, Mataram: Pustaka Reka Cipta, 2012,
hlm. 221.
19
Salim, Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Di Indonesia, hlm. 219
1
tuntutan pada dasarnya bermanfaat untuk keduanya, atau salah satu pihak
mungkin benar secara hukum namun pihak lainya benar secara moral. Oleh
konsep yang membuat kedua pihak benar jika ditinjau dari sudut yang berbeda.20
Perkembangan sifat dan substansi kasus sengketa pertanahan tidak lagi hanya persoalan
kompleksitas tanah tersebut sudah merambah kepada ranah politik, sosial, budaya dan
terkait dengan persoalan nasionalisme dan hak asasi manusia. Persoalan tanah juga
masuk ke persoalan hukum pidana yakni persengketaan tanah yang disertai dengan
1. Penguasaan tanah tanpa hak, yaitu perbedaan persepsi, nilai, atau pendapat,
kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang tidak atau
belum dilekati hak (tanah negara), maupun yang telah dilekati hak oleh pihak
tertentu.
2. Sengketa batas, yaitu perbedaan, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan
20
Priyatna Abdulrasyid, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Fikahati Aneska, 2002, hlm.
6.
21
Robert L. Weku, Kajian Terhadap Tanah Ditinjau Dari Aspek Hukum Pidana dan Hukum Perdata,
Jurnal Penyerobotan Tanah, portalgaruda.org., 1 Desember 2017.
1
ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang
mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang berasal dari warisan.
suatu bidang tanah tertentu yang memiliki sertipikat atas haktanah lebih.
6. Sertifikat pengganti, yaitu suatu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkansertipikat hak terhadap
7. Akta jual beli palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya Akta Jual Beli palsu.
mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yangtelah
9. Tumpang tindih, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena terdapatnya
1
10. Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak
atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.22
Badan Pertanahan Nasional atau biasa disingkat dan disebut dengan BPN adalah
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden dan dipimpin oleh kepala, ini sesuai dengan Peraturan presiden
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sedangkan pengertian dari
Kantor pertanahan adalah suatu instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional di
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional
1. Kepala;
2. Sekretariat Utama;
Konflik Pertanahan;
22
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Penanganan Kasus Pertanahan,
http://www.bpn.go.id., 1 Januari 2017.
2
Badan Pertanahan Nasional).
dari Badann Pertanahan Nasional Adalah “Menjadi lembaga yang mampu mewujudkan
tanah dan pertanahan untuk sebesar- besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan
Indonesia”.
Nasional) adalah :
ketahanan pangan;
(P4T);
berbagai sengketa, konflik dan seluruh perkara pertanahan di seluruh tanah air dan
memberikan akses seluas – luasnya pada generasi yang akan datang terhadap
2
dan aturan yang tertuang dalam Undang-Undang Pokok Agraria dan aspirasi
Sesuai dengan pengertian dari Kantor Pertanahan sendiri dalam Peeraturan Kepala
Badan Pertanahan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan bahwa Kantor
pertanahan merupakan instansi yang meliputi di bawah Badan Pertanahan Nasional, maka
Kantor Pertanahan yang bertanggung jawab kepada Badan Pertanahan Kabupaten / kota
Pada tahun 1948 - 1951, pemerintah membentuk pada tahun 1948 Panitia
tahun kemudian terbit Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1951 yang membentuk
Panitia Agraria itu sebagai upaya mempersiapkan lahirnya unifikasi hukum pertanahan
2
kepribadian bangsa Indonesia.
membentuk Kementrian Agraria yang berdiri sendiri dan terpisah dari Departemen
Dalam Negeri. Pada 1956 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1956
membubarkan Panitia Agraria Jakarta. Tugas Panitia Negara Urusan Agraria ini antara
(UUPA).
Pada tahun 1957 - 1958, tepat pada 1 Juni 1957 Panitia Negara Jakarta selesai
menyusun Rancangan Undang - Undang Pokok Agraria. Pada saat yang sama,
1958 yang berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 97 Tahun 1958 dan Panitia
Urusan Agraria dibubarkan. Pada 24 April 1958 Rancangan Undang - Undang Agraria
Titik tolak reformasi hokum Pertanahan Nasional terjadi pada 24 September 1960.
Pada saat itu Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria disetujui menjadi Undang-
nasional yang bersumber dari hukum adat. Tahun 1960 ini menandai lahirnya
2
Nomor 1 Tahun 1964, ditetapkan tugas, susunan, dan pimpinan Dapertemen
Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak Pengelolaan yang
Kehutanan dalam organisasi. Pada periode ini terjadi penggabungan antara Kantor
,dan Kantor Pendaftaran Tanah –Dapertemen Kehakiman. Pada tahun 1965 agraria
dipisah dan dijadikan sebagai lembaga yang terpisah dari naungan Menteri Pertanian dan
pada saat itu Menteri Agraria pada saat itu dipimpin oleh R.Hermanses,S.H.
Pada tahun 1986 secara kelembagaan mengalami perubahan pada saat itu
dimasukkan dalam bagian Departemen Dalam Negeri dengan nama Direktoral Jenderal
Agraria. Pada tahun 1988-1990 mengalami perubahan lembaga yang menangani Urusan
Agraria dipisah dari Departemen Dalam Negeri dan dibentuk menjadi Lembaga Non
Presiden Nomor
Namun pada tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993 tugas
kepala Badan Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri Negara Agraria.
Kedua lembaga dipimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara Agraria/Kepala
2
merumuskan kebijakan yang bersifat koordinasi sedangkan Badan Pertanahan
Nasional lebih berkonsentrasi pada hal-hal yang bersifat operasional. Pada tahun 1999
terbit Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun 1999 Tentang Perubahan Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 1988. Kepala Badan Pertanahan dirangkap oleh Menteri
struktur organisasi saja tugas dan fungsi juga berubah. Pada tahun 2015 Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia berubah menjadi Kementrian Agraria dan Tata
2015 Tentang Kementrian Agraria yang Berfungsi Tata Ruang dan Peraturan Presiden
Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Badan Pertanahan Nasional yang ditetapkan pada 21
Januari 2015.
2
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
pertanahan;
wilayah-wilayah khusus;
15. Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang
pertanahan;
pertanahan;
2
badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
berlaku.
tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam
lingkungan Badan Pertanahan Nasional sendiri maupun dalam hubungan antar instansi
pemerintah baik pusat maupun daerah. Tertera dalam Peraturan Kepala Badan
4 Tahun 2006 tentang lembaga instansi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
melaksanakan sebagian tugas dari Badan Partanahan Nasional di Kabupaten / Kota yang
pertanahan;
2
tanah, pemeliharaan data pertanahan dan administrasi tanah aset pemerintah;
(SIMTANAS);
dan swasta;
14. Pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, sarana serta prasarana,
2.5.1 Litigasi
melalui badan peradilan. Menurut Usman penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi
merupakan cerminan dari doktrin trias politica dimana badan-badan peradilan diberi
sengketa melalui jalur litigasi, para pihak yang terlibat dalam sengketa harus
menempuh prosedur yang telah ditetapakan dalam hukum acara (due toprocess).
2
Sengketa perdata yang terjadi antara dua pihak, yaitu pihak penggugat dan pihak
tergugat yang bersengketa. Barang siapa yang merasa hak pribadinya dilanggar oleh
pengadilan, menurut pasal 118 HIR/Pasal 142 RBG harus mengajukan gugatan dengan
permohonan agar pengadian memanggil kedua belah pihak untuk menghadap dimuka
sengketa yang terjadi antara para pihak yang bersengketa, dimana dalam penyelesaian
sengketa itu diselesaiakan oleh pengadilan. Penyelesaian melalui litigasi tidak hanya
menyelesaikan sengketa, tetapi lebih dari itu, yaitu menjamin suatu bentuk ketertiban
Sengketa perdata yang terjadi antara dua pihak, yaitu pihak penggugat dan pihak
tergugat yang bersengketa. Barang siapa yang merasa hak pribadinya dilanggar oleh
142 RBG harus mengajukan gugatan dengan permohonan agar pengadian memanggil
kedua belah pihak untuk menghadap dimuka sidang pengadilan untuk diperiksa
Prosedur formal dan tahapan prosedur sebagaimana diatur dalam hukum acara
dilembaga peradilan ternyata memerlukan biaya yang tinggi serta membutuhkan waktu
23
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia,Yogyakarta, Liberty, 2006, hlm. 113.
24
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa, Dalam Seri Dasar Hukum.
2
melalui jalur litigasi mengakibatkan adanya pemenang dan pecundang, tidak ada
tawaran solusi win-win solution. Ketidakpercayaan para pencari keadilan terhadap jalur
Beranjak dari realitas tersebut, para pencari keadilan mulia berfikir untuk menggunakan
resolution).
2.5.2 Non-ligitasi
mekanisme badan peradilan. Lazimnya, penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi
dapat melalui cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli dan
arbitrase.
1. konsultasi
akan diambil oleh para pihak, meskipun adakalanya pihak konsultasi juga diberi
2. Negosiasi
25
Nia Kurniati, Hukum Agraria Sengketa Pertanahanpenyelesaian Melalui Arbitrase Dalam Teori Dan
Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2016, hlm. 186.
3
kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan
beraneka ragam, dapat lembut dan bernuansa, sebagaimana manusia itu sendiri.
kebuntuhan. Hal ini bisa terjadi disebabkan masing- masing pihak tetap bertahanpada
posisi tawarannya dan bersikap saling kompetitif. Tindakan ini dilakukakan dalam rangka
mempertahankan kepentingan, hak-hak, dan status kekuasaan yang dimiliki para pihak.
Ketiga hal ini merupakan faktor penentu berhasil tidaknya para negosiator mencapai
berikut;
bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau
bersengketa.26
Dalam kaitannya dengan negosiasi, rumusan yang diberikan dalam pasal 6 ayat
diselesaikan dalam pertemuan langsung oleh para pihak dalam waktu paling lama 14
26
Departemen Pendidikan Nasional Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Edisi Ketiga,
Balai Pustaka, 3003.
27
Nia Kurniati,H Ukum Agraria Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalui Abitrase Dalam Teori
Dan Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2016, hlm.187-190.
3
3. Mediasi
Kata mediasi berasal dari bahasa Inggris “mediator”, yang artinya penyelesaian
sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah. Orang yang menengahinya
negosiasi pemecahan masalah dimana pihak luar yang tidak memihak dan netral
sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini, para pihak mengusakan kepada
asumsinya, pihak ketiga akan mampu mengubah kekuatan dan dinamika social hubungan
konflik dengan cara mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku pribadi para pihak,
dengan memberi pengetahuan atau informasi atau dengan menggunakan proses negosiasi
yang lebih efektif, dan dengan demikian membantu para peserta untuk menyelesaikan
4. Konsiliasi
mediasi, Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa tidak memberikan suatu rumusan secara eksplisit atas pengertian
28
Syahril Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, Dan Hukum Adat, Hukum
Nasional, Bandung: Kencana Prenada Media Group,2016, hlm. 190-192.
3
temui satu ketentuan pun dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Kata konsiliasi sebagai salah satu lembaga alternative penyelesaian sengketa dapat
ditemukan dalam ketentuan pasal 1 angka 10 dan alinea ke-9 penjelasan umum
sengketa ataubeda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yaitu
5. Penilaian Ahli
alternatif penyelesaian sengketa, dan bahwa ternyata arbitrase dalam suatu bentuk
pendapat maupun sengketa yang terjadi diantara para pihak dalam perjanjian pokok,
melainkan juga dapat memberi konsultasi dalam bentuk opini atau pendapat
hukum atas permintaan dari setiap pihak yang memerlukannya tidak terbatas pada
Pemberian pendapat hukum tersebut diberikan atas nama permintaan dari para
29
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Alternative Penyelesaian Sengketa, Jakarta: Pt Raja Garindo, 2001,
hlm. 96.
3
menyelesaikan suatu perbedaan pendapat atau perselisihan paham maupun sengketa yang
ada, atau lahir dari suatu perjanjian, maka pendapat hukum ini pun bersifat akhir
(final) bagi para pihak yang meminta pendapatnya pada lembaga arbitrase
termaksud. Hal ini ditegaskan kembali dalam rumusan pasal 52 Undang -Undang
dapat dilakukan perlawanan dalam bentuk upaya hukum apapun. Jika memperhatikan
sifat pendapat hukum yang diberikan, yang secara hukum mengikat dan merupakan
hukum yang diberikan oleh lembaga arbitrase ini termasuk dalam pengertian atau
6. Arbitrase
penyelesaian suatu sengketa perdata diluar pengadilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, hanya perkara perdata saja yang dapat
kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis
30
Nia Kurniati, Hukum Agrarian Sengketa Pertanahan Penyelesaian Melalaui Arbitrase Dalam Teori Dan
Praktik, Bandung: Refika Aditama, 2016, hlm. 199-200.
3
atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul
litigasi sengketa pribadi dalam arbitrase. sifat pribadi dari arbitrase memberikan
arbitrase, para pihak menyetujui untuk menyelesaiakan sengketanya kepada pihak netral
Dalam arbitrase, para pihak dapat memilih hakim yang mereka inginkan,
berbeda dengan sistem pengadilan yang telah menetapkan hakim yang akan berperan.
Hak ini dapat menjamin kenetralan dan keahlian yang mereaka anggap perlu dalam
sengketa mereka. Arbitrase dapat lebih cepat dan murah dibandingkan dengan
adjudikasi public karena para pihak secara efektif memilih hakim mereka. Mereka tidak
besar yurisdiksi, hal tersebut betul-betul merupakan suatu penantian yang panjang.
tidak begitu dan lebih dapat menyesuaikan. Karna arbitrase tidak sering mengalami
Garry Goodpaster, Tinjauan Terhadap Penyelesaian Sengketa Seri Dasar-Dasar Hukum Ekonomi Arbitrase
31
3
2.6 Kerangka Fikir
3. Penelitian B. Negosiasi
7. Penyelesaian kasus
3
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan suatu penelitian tentunya diperlukan suatu metode. Sebab hal itu
adalah suatu cara yang dalam melakukan suatu penelitian guna mendapatkan,, mengelola,
normatiff merupakan menelaah hukum suatu kaidah dimana dianggap sama halnya
kepustakaan dengan cara mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas
konsepsi,hukum, pandangan, peraturan hukum serta sistem hukum yang berkaitan dengan
pendekatan yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian
dilapangan guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas.
Dalam hal ini penulis melakukan pemantauan dan wawancaira dengan Pegawai/Staf
Lokasi Penelitian yang akan dijadikan tempat untuk melakukan penelitian adalah di
32
Lexy J. Meleong, 2011, Metode Penelitian, Pt Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 186.
3
1. Data Primer Data .Primer adalah data yang didapat .secara .langsung melalui
Sumberpertama Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi .lapangan
.yang .pastinya .bersangkut dengann masalah yang akan diteliti dan dibahas.
Penulis .akan meneliti dan mengkaji .sumber datayang diperoleh dari hasil penelitian
2. Data Sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara,
yaitu :
Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan wawancara yang dibicarakan jawaban atas pertanyaan itu. Untuk
mendapatkan data – data terkait penelitian yang peneliti butuhkan. Maka dilakukan
wawancara langsung dengan pihak- pihak yang berkopeten dengan penelitian ini.
dengan materi penelitian berupa tulisan para ahli atau pihak-pihak yang berwenang
dan juga untuk memperoleh informasi baik dalam bentuk ketentuan formal maupun
3
3.5 Teknik Analisa Data
Analisa data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan
tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan proses kerja itu Data yang diperoleh
baik dari data primer maupun sekunder. Diolah dan dianalisa secara kuantitatif
penelitian ini, sehingga menjadikan datanya dapat mudah dipahami dan menjawab
3
BAB IV
Palopo
Sengketa tanah merupakan salah satu masalah yang tidak ada habis- habisnya
untuk dibahas dan dibicarakan. Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagai lembaga
pemerintahan Non kemeterian salah satu fungsinya adalah melakukan pengkajian dan
kota Palopo dapat dikatakan tidak pernah surut seiiring dinamika dibidang ekonomi,
sosial, politik dan budaya. Oleh karena itu diperlukan Badan Pertanahan Nasional, yang
dalam hal ini mengatur persoalan tentang tanah, termasuk ikut serta dalam
sengketa atau kasus tanah pada ranah pengadilan, apabila penyelesaian di Badan
Pertanahan Nasional (BPN) tidak dapat titik temu antara kedua belah pihak yang
tanah yang masuk di Kantor Pertanahan kota Palopo akan di tangani oleh kepala
bidang pengedalian dan penanganan sengketa. Kasus sengekta tanah yang di tangani
oleh kepala Bidang Pengedalian dan Penanganan Sengketa akan melakukan tahapan
4
Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan:33
1. Pengkajian kasus
memuat:
a. Judul;
c. Riwayat kasus;
e. Klasifikasi kasus;
2. Gelar Awal
d. Menentukan data yuridis, data fisik, data lapangan dan bahan yang diperlukan;
4
33
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 tahun 2020 tentang
Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan
Adapun hasil Gelar Awal untuk:
penelitian.
3. Penelitian
a. data fisik berupa peta tematik maupun kadastral, terestris maupun fotogrametris,
peta citra yang menunjukkan letak, luasa dan batas tanah, peta tata ruang, peta
penatagunaan tanah dan peta lain yang terkait dengan kasus yang ditangani;
status tanah, riwayat tanah, putusan pengadilan menyangkut objek kasus, dan
kasus; dan/atau
4
d. bahan keterangan merupakan data/informasi dari orang-orang yang terlibat dalam
pihak yang mengetahui hubungan antara para pihak dengan tanah yang menjadi
ketentuan peraturan perundang- undangan disertai dengan surat tugas dan surat
Apabila dalam hal penelitian, data fisik dan data yuridis tidak ditemukan
maka dilakukan:
a. penelusuran terhadap proses penerbitan hak atas tanah dalam daftar isian/daftar
umum;
d. meminta keterangan kepala desa/lurah atau instansi terkait atau pihak lain yang
diperlukan.
Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara penelitian yang ditandatangani oleh
petugas dan diketahui oleh kepala kantor wilayah atau kepala kantor pertanahan atau
menjelaskan status hukum produk maupun posisi hukum masing- masing pihak.
4
a. Evaluasi dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam penanganan dan
penyelesaian kasus;
d. Memastikan kesesuaian hal-hal yang menjadi pengaduan dengan bukti fakta yang
f. Melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga atau pihak terkait dalam hal kasus
Ekspos hasil penelitian dituangkan dalam berita acara yang berisi kesimpulan dan
5. Rapat koordinasi
a. Penyelesaian kasus;
4
b. Rekomendasi atau petunjuk masih diperlukan data atau bahan keterangan
6. Gelar akhir
Gelar akhir dilakukan untuk mengambil keputusan penyelesaian kasus yang akan
dilakukan oleh Menteri, kepala kantor wilayah atau kepala kantor pertanahan, serta
dimaksudkan untuk:
b. Memastikan kesesuaian antara data bukti dan bahan keterangan saksi dan/atau
ahli;
pertanahan jika gelar akhir dilakukan oleh kementerian akan tetapi penerbitan
kantor pertanahan;
b. Surat usulan penyelesaian kasus yang disampaikan kepada menteri jika gelar
akhir dilakukan oleh kantor wilayah dan/atau kantor pertanahan akan tetapi
c. Surat ususla penyelesaian kasus disampaikan kepada kepala kantor wilayah jika
4
penerbitan keputusan penyelesaian kasus merupakan kewenangan kantor
wilayah;
pertanahan jika gelar akhir dilakukan oleh kementerian dan/atau kantor wilayah
pertanahan.
Dalam hal tindak lanjut kewenangan penyelesaian kasus ada pada kantor
wilayah atau kantor pertanahan, hasil gelar akhir yang dilaksanakan kementerian
disampaikan kepada kepala kantor wilayah atau kepala kantor pertanahan dalam bentuk
surat yang berisi kesimpulan dan rekomendasi untuk dilakukan penyelesaian kasus.
Dalam hasil gelar alhir yang dilaksanakan oleh kepala kantor wilayah dan kepala
kantor pertanahan dilaporkan kepada menteri, yang kemudian dituangkan dalam berita
7. Penyelesaian kasus
Hasil putusan dalam gelar akhir akan dibuatkan dalam bentuk risalah pengolahan
data yang ditandatangani oleh pengolah sampai dengan Dirjen VII apabila
kewenangan penyelesaian kasus ada pada menteri, pengolah sampai dengan kepala
kasus ada pada kepala kantor wilayah dan pengolah samoai dengan kepala seksi V
pada kepala kantor pertanahan yang kemudian disebut dengan penyelesaian kasus.
4
Palopo.
2020 48 Kasus
2021 22 Kasus
Jumlah 70
sejak tahun 2020 hingga 2021 berjumlah 70 kasus. Data pengaduan terbanyak terjadi
pada tahun 2020 sebanyak 48 kasus sedangkan data pengaduan paling sedikit terjadi pada
tahun 2021.
Pertanahan terjadi setelah Perubahan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Nomor 11 tahun 2016 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus
Pertanahan Nasional Nomor 21 tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus
Pertanahan. Hasil Wawancara dengan Bapak Achmad Aidil Marala, S.H selaku Kasubsi
4
4.2 Tata Cara Penyelesaian Sengketa Tanah di Kantor Pertanahan
Palopo
.dan yang mengeluarkan sertifikat pasti mempunyai tugas dalam hal sertifikat
Peraturan .Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 Tahun
2022 yan i Penanganan Kasus yang Selanjutnya disebut .penanganan dalah mekanisme
.atau proses .yang dilaksanakan oleh Kementrian .Agraria dan Tata .Ruang/Badan
.Pertanahan
.dalam hal ini diperlukan .peranan .BPN untuk memberikan .penyelesaian secara .non-
ligitasi berupa mediasi fasilitasi kepada para pihak yang bersengketa agar
.ligitasi/pengadilan.
Non litigasi atau alternative dispute resolution adalah sengketa di luar mekanisme
badan peradilan. Lazimnya, penyelesaian sengketa non ligitasi dapat melalui cara
4
Pertanahan Kota Palopo dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Konsultasi, Negosiasi,
A. Konsultasi
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat “personal” antara suatu pihak
tertentu (klien) dengan pihak lain yang merupakan pihak konsultan, dimana pihak
merasa sedang mengalami masalah pertanahan, dimana pendapat tersebut sifatnya tidak
mengikat dalam artian keputusan mengenai langkah selanjutnya yang akan diambil oleh
kepadanya.
Pemberian pendapat ini dilakukan oleh pihak yang dinilai memiliki wewenang
kekuasaan dan otoritas untuk memberikan pertimbangan, saran atau usulan yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah pertanahan yang sedang dialami oleh suatu
pihak. Dalam hal Penyelesaian Masalah Sengketa Tanah yang terjadi di Kantor
Pertanahan Kota Palopo melalui jalur konsultasi, Pihak Kantor Pertanahan bertindak
sebagai Pihak yang berwenang memberikan pendapat atau saran terkait langkah-langkah
apa yang seharusnya dilakukan oleh pihak yang merasa sedang mengalami masalah
pertanahan.
B. Negosiasi
Negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh para pihak dengan sukarela
untuk bertatap muka secara langsung untuk memperoleh kesepakatan yang dapat diterima
kedua belah pihak mengenai suatu masalah tertentu yang sedang dibahas. Negosiasi
4
sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya
tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, sehingga tidak ada prosedur baku, akan
tetapi prosedur dan mekanismenya diserahkan kepada kesepakatan para pihak yang
Masalah Pertanahan yang terjadi di Kantor Pertanahan Kota Palopo dalam Proses
Penyelesaian Sengketa Tanah secara jalur Negosiasi, Pihak Kantor Pertanahan Kota
Palopo hanya bertindak sebagai Pihak yang memfasilitasi tempat pertemuan kedua belah
pihak, dan tidak memiliki wewenang memberikan pendapat atau putusan mengenai
C. Konsiliasi
kepada para pihak yang bersengketa. Jika pihak yang bersengketa tidak mampu
merumuskan suatu kesepakatan, maka pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari
Konsiliasi, Pihak Kantor Pertanahan kota Palopo sebagai Konsiliator bertugas untuk
5
Pertanahan kota Palopo lalu memberikan pendapat atau saran yang nantinya menjadi
D. Mediasi
Mediasi merupakan kosa kata atau istilah yang berasal dari kosa kata inggris yaitu
mediation. Dalam KKBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mediasi adalah proses
pengikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat.
menyelesaiakan sengketa secara adil. Hal ini disebabkan karena proses mediasi
merupakan musyawarah antara para pihak yang bersengketa. Aparatur pertanahan baik
pusat maupun daerah dituntut secara aktif untuk menyelesaikan sengketa dan konflik
Sebagai instansi vertikal yang berada dibawah naungan dan bertanggung jawab
langsung kepada menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan Wilayah Badan Pertanahan
Nasional nomor 21 tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan,
dengan kewenangannya dan/atau atas inisiatif pihak yang bersengketa. Dalam proses
mediasi apabila salah satu pihak atau para pihak di undang 3 (tiga) kali secara patut tetapi
tidak hadir maka mediasi dinyatakan gagal. Apabila mediasi tercapai kesepakatan
perdamaian akan dituangkan dalam akta perdamaian dan didaftarkan oleh para pihak di
pengadilan negeri ilayah hukum letak tanah yang menjadi objek kasus untuk memperoleh
5
dan/atau gagal maka kementerian, kantor wilayah, kantor pertanahan sesuia
Tabel II. Penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur non litigasi di Kantor Pertanahan Kota
Palopo.
Tahun Kasus
2020 41 Kasus
2021 14 Kasus
Jumlah 55
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Jumlah Kasus Sengketa Tanah yang
diselesaikan melalui jalur non litigasi mulai dari tahun 2020 hingga tahun 2021 berjumlah
55 kasus. Penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur non litigasi terbanyk terjadi pada
Hasil Wawancara dengan Bapak Achmad Aidil Marala, S.H selaku Kasubsi
Jalur penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur Non Litigasi (Mediasi) merupakan
itikad baik dari Kantor Pertanahan Kota Palopo sebagai Fasilitator dalam mencari solusi
terhadap kedua belah pihak yang sedang berurusan dengan perkara Sengketa Tanah.
Namun memang pada kenyataannya dilapangan jalur Mediasi nantinya kebanyakan tidak
membuahkan hasil (gagal) disebabkan masing-masing pihak bersikeras. Kantor
Pertanahan Kota Palopo tidak sebagai pihak yang mempunyai kewenangan mengatakan
pihak mana yang salah atau benar karena tugas tersebut berada pada ranah Pengadilan.
4.2.2 Ligitasi
5
melalui ligitasi/peradilan dapat dikatakan sebagai penyelesaian sengketa yang memaksa
salah satu pihak untuk menyelesaiakan sengketa dengan perantara pengadilan. Ligitasi
Putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap merupakan salah satu cara
untuk mencapai tujuan dan fungsi hukum. Karena putusan yang dikeluarkan oleh
pengadilan yang sah dan berwenang merupakan tolak ukur ataupun dasar seseorang untuk
Dalam penyelesaian sengketa tanah jalur ligitasi merupakan cara yang sering
dilakukan oleh pihak yang bersengketa. Jalur ligitasi biasanya ditempuh apabila dalam
mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka Badan Pertanahan Nasional akan memberikan
rekomendasi untuk diselesaikan melalui jalur ligitasi. Dalam jalur ligitasi yang ditempuh
oleh salah satu pihak yang bersengketa, biasanya Badan Pertanahan Nasional ikut serta
dalam tergugat dikarenakan pihak tidak setuju oleh putusan Badan Pertanahan Nasional
yang disimpulkan atau hasil dari mediasi. Penyelesaian kasus sengketa tanah melalui
peradilan. Badan Pertanahan Nasional selalu diikut sertakan baik itu sebagai saksi
maupun sebagai tergugat. Dalam proses penyelesaian sengketa melalui ligitasi terdapat 2
(dua) peradilan yang harus dilalui agar mendapatkan hak atas tanah yang bersengketa,
atas tanah yang bersengketa. Namun sertifikat yang dibuat oleh Badan Pertanahan
Nasional tidak akan dibatalkan. Jika pihak tergugat ingin membatalkan sertifikat yang
telah dibuat oleh Badan Pertanahan Nasional, maka pihak yang bersengketa juga harus
5
Pertanahan Nasional nomor 21 tahun 2020 tentang Penanganan dan penyelesaian
a. Pejabat dan pegawai pemerintah Non pegawai negeri di lingkungan Ditjen VII di
b. Pejabat dan pegawai pemerintah Non pegawai negeri di kantor wilayah berdasarkan
d. Dalam hal tertentu kuasa khusus dapat juga diberikan kepada jaksa pengacara negara,
d. Penyiapan jawaban/gugatan;
e. Penyiapan replik/duplik;
f. Penyiapan bukti;
h. Pemeriksaan setempat;
i. Kesimpulan; dan
j. Upaya hukum.
Tabel III. Penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur litigasi di Kantor Pertanahan Kota
Palopo.
5
Tahun Kasus
2020 7 Kasus
2021 8 Kasus
Jumlah 15 Kasus
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Jumlah Kasus Sengketa Tanah yang
diselesaikan melalui jalur litigasi mulai dari tahun 2020 hingga tahun 2021 berjumlah 15
kasus. Penyelesaian Sengketa Tanah melalui jalur Litigasi terbanyak terjadi pada tahun
2021 dengan jumlah 8 Kasus. Sedangkan Penyelesaian sengketa dengan jumlah paling
Hasil wawancara dengan Bapak Achmad Aidil Marala, S.H selaku Kasubsi
Upaya yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional dalam suatu peradilan baik
sebagai saksi maupun tergugat. Badan Pertanahan Nasional akan mengeluarkan atau
membeberkan yang menjadi alas-alas hak dalam penerbitan atau pembuatan sertifikat
tanah yang bersengketa.
5
BAB V
PENUTUP
Penanganan dan Penyelesaian masalah Sengketa Tanah di Kantor Pertanahan kota Palopo
Nasional Nomor 21 tahun 2020.” Maka dapat Penulis kemukakan Kesimpulan dan Saran
sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Penelitian yang berangkat dari Rumusan masalah yang diangkat, maka
1. Kantor Pertanahan Kota Palopo selaku penyelenggara dibidang pertanahan dan badan
yang menerbitkan sertifikat tentu mempunyai tanggung jawab terhadap sertifikat yang
5
mekanisme badan peradilan. Lazimnya, penyelesaian sengketa non ligitasi dapat
melalui cara konsultasi, negoisasi, mediasi, konsiliasi, penilaian ahli, dan arbitrase.
Namun, khususnya dalam hal penyelesaian sengketa tanah di Kantor Pertanahan Kota
dan mediasi. Dalam penyelesaian sengketa tanah melalui jalur Ligitasi merupakan cara
yang sering dilakukan oleh pihak yang bersengketa. Jalur ligitasi biasanya ditempuh
melalui jalur ligitasi. Dalam jalur ligitasi yang ditempuh oleh salah satu pihak yang
dikarenakan pihak tidak setuju oleh putusan Badan Pertanahan Nasional yang
5.2 Saran
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 21 tahun
1. Hendaknya Badan Pertanahan Nasional Kota Palopo dalam mengatasi sengketa tanah
yang terjadi di Kota Palopo lebih meningkatkan lagi layanan dan kinerja pegawai atau
5
2. Pihak-pihak yang bersengketa sebaiknya perlu memperhatikan dan juga
3. Kantor Pertanahan Kota Palopo dalam menerbitkan Sertifikat Tanah harus lebih teliti
dalam melihat Alas Hak sebagai dasar dalam menerbitkan Sertifikat Tanah. Sehingga
dapat terhindari.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Harun, Badriyah. 2013. Solusi Sengketa Tanah dan Bangunan. Penerbit Pustaka
Yustisia.Yogyakarta.
5
Murad, Rusmadi, 2003. Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan dan Penanganan
Kasus Tanah. Jakarta.
Sigit Angger dan Widayanto Erdha. 2015. Awas Jangan Beli Tanah Sengketa.
Pustaka Yustisia. Yogyakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
21 Tahun 2020Tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan.
Artikel Internet
http://derryjie.blogspot.co.id/2013/11/makalah-sengketa-lahan_26.html http://intan-
isna.blogspot.co.id/2013/06/penerapan-prinsip-prinsip-mediasi-di.html
http://www.bpn.go.id/Tentang-Kami/Sejarah
5
http://www.hukumtenagakerja.com/mediasi-hubungan-industrial/
6
6