Anda di halaman 1dari 12

PENYELESAIAN KONFLIK PERTANAHAN DI PROVINSI

LAMPUNG

DIMIYATI GEDUNG INTAN


Fakultas Hukum Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai. Jl. Imam Bonjol 468, Bandar Lampung

Abstract

This study is about land conflict resolution In Lampung Province. The legal framework
is land in forest areas in the register 45 and the other forest regions. Later this study
will discuss also foundation for local governments and communities to resolve land
conflicts in each district in Lampung province which as a basis for achieved long-
term development objectives, namely address the problems of poverty, develop
community economic system, development of economic stability and environmental
preservation. Rights granting Industrial Forest Plantation Management should be
examined in order to prevent illegal activities in forests Register 45, because its
management is not in accordance with permission granted to the company. Local
government should helps to resolve land dispute with communities affected by
company, which has not been held and compensation have not been register, right to
cultivate the National Land Agency, and examine the documents that exist in the
company.

Keyword : Conflic, Land, Resolution

I. PENDAHULUAN Jumlah luas tanah di daerah-daerah


kabupaten dan kota di setiap provinsi
Tanah merupakan kurnia Tuhan Yang semakin lama semakin berkurang, kebutuhan
Maha Esa bagi bangsa Indonesia yang akan tanah oleh manusia semakin banyak,
dikuasai oleh Negara untuk kepentingan jumlah manusia semakin bertambah
hajat hidup orang banyak, baik yang dan manusia banyak memerlukan tanah untuk
telah dikuasai atau dimiliki oleh orang tempat tinggal dan juga kemajuan
seorang, kelompok orang termasuk perkembangan pembangunan, ekonomi,
masyarakat hukum adat dan atau badan sosial-budaya dan teknologi menghendaki
hukum maupun yang belum diatur pula tersedianya tanah terutama untuk
dalam hubungan hukum berdasarkan perkebunan, peternakan, pabrik-pabrik,
peraturan perundang-undangan yang perumahan-perumahan, perkantoran,
berlaku. Berbagai bentuk hubungan jalan-jalan untuk perhubungan dan lain
hukum dengan tanah yang berujud hak- sebagainya.
hak atas tanah memberikan wewenang Kebutuhan tanah semakin meningkat
untuk menggunakan tanah sesuai dengan maka akan timbul konflik atau sengketa
sifat dan tujuan haknya berdasarkan tanah merupakan persoalan yang bersifat
persediaan, peruntukan, penggunaan, klasik, dan selalu ada dimana-mana di
dan pemeliharaannya. Tanah sangat erat provinsi di Indonesia, khususnya Kabupaten
sekali hubungan dengan kehidupan dan Kota di Provinsi Lampung. Oleh
manusia. Setiap orang tentu memerlukan karena itu, konflik yang berhubungan dengan
tanah baik untuk kepentingannya. tanah juga merupakan akumulasi konflik

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Provinsi Lampung (Dimiyati Gedung Intan) 184


kepentingan pihak-pihak yang bersengketa 13. pelayanan administrasi umum
tanah antara perseorangan dengan pemerintahan;
perorangan, perseorangan dengan badan 14. pelayanan administrasi penanaman
hukum swasta, badan hukum swasta modal;
dengan badan hukum swasta, perseorang- 15. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;
an dengan badan hukum publik (pe- dan
merintah dan atau pemerintah daerah 16. urusan wajib lainnya yang diamanatkan
BUMN/BUMD), badan hukum swasta oleh peraturan perundang-undangan.
dengan badan hukum publik, dan Masyarakat berkembang suatu
perseorangan dengan badan hukum wilayah kabupaten dan kota di Provinsi
swasta maupun badan hukum publik, Lampung, banyak membutuhkan tanah
yang pada akhirnya semua konflik tanah untuk perorangan, badan hukum,
itu bermuara ke lembaga peradilan, maupun pemerintah daerah dalam
apabila penyelesaian secara bermusyawarah melaksanakan pembangunan, maka
tidak tercapai kesepakatan di antara para konflik atau sengketa tanah semakin
pihak yang bersengketa. muncul dipermukaan, terutama konflik
Kita ketahui bersama berdasarkan tanah-tanah Register, tanah adat, tanah
Pasal 10 Undang Undang Nomor 32 Tahun hak guna usaha, dan pembebasan tanah,
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai dan masalah menduduki tanah tanpa
konsekuensi penerapan asas desentralisasi, ijin yang berhak. Konflik tanah yang
maka kewenangan Pemerintah di bidang semula dapat diselesaikan oleh masyarakat
pertanahan menjadi kewenangan yang melalui hukum adat, saat ini tidak demikian
wajib dilaksanakan oleh pemerintah selalu melibatkan beberapa komponen
kabupaten dan kota. Di dalam Pasal 14 ayat yang memiliki kepentingan yang berbeda,
(1) Undang Undang Nomor 32 Tahun yaitu antara pemilik tanah, kepentingan
2004 ditegaskan bahwa : Urusan wajib pemilik modal atau swasta, dan kepentingan
yang menjadi kewenangan pemerintah- pemerintah, sehingga penyelesaian
an daerah untuk kabupaten/kota merupa- konflik tanah bergeser semula melalui
kan urusan yang berskala kabupaten/kota hukum adat atau musyawarah, sekarang
meliputi : menggunakan lembaga Peradilan Umum dan
1.perencanaan dan pengendalian Peradilan Tata Usaha Negara.
pembangunan; Jika kita perhatikan Pasal 4 huruf j
2. perencanaan, pemanfaatan, dan Tap MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang
pengawasan tata ruang; Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
3. penyelenggaraan ketertiban umum dan Daya Alam, menyebutkan mengakui
ketenteraman masyarakat; dan menghormati, dan melindungi
4. penyediaan sarana dan prasarana umum; hak masyarakat hukum adat dan keaneka-
5. penangan bidang kesehatan; ragaman budaya, bahasa atas sumber daya
6. penyelenggaraan pendidikan; agraria atau sumber daya alam. Menurut
7. penanggulangan masalah sosial; Nasikum (2003: 16-22). Setiap masyarakat
8. pelayanan bidang ketenagakerjaan; mengandung konflik-konflik di dalam
9. fasilitas pengembangan koperasi, usaha dirinya, atau dengan perkataan lain,
kecil dan menengah; konflik adalah merupakan gejala yang
10. pengendalian lingkungan hidup; melekat di dalam masyarakat, telah lama
11. pelayanan pertanahan; menjadi keyakinan atau anggapan dari
12. pelayanan kependudukan, dan catatan pandangan Penganut Teori Pendekatan
sipil Konflik. Penganut teori ini berkeyakinan

185 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


bahwa konflik tanah adalah merupakan dinamis. Untuk itu tanah hutan dan
gejala kemasyarakatan yang akan atau kawasan hutan harus diurus dan
senantiasa melekat di dalam kehidupan dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan
setiap masyarakat, dan tidak mungkin secara berkesinambungan bagi kesejah-
dilenyapkan. Upaya yang dapat dilakukan teraan masyarakat Provinsi Lampung,
hanyalah mengendalikan agar konflik bagi generasi sekarang maupun yang akan
yang terjadi di antara kekuatan sosial datang.
yang saling berlawanan tidak akan terujud Dalam kedudukannya sebagai salah
di dalam bentuk kekerasan. Menurut satu penentu sistem penyangga kehidupan,
Rusman Murad sengketa pertanahan tanah hutan dan atau kawasan hutan
adalah perselisihan yang terjadi antara telah memberikan manfaat yang besar
dua pihak atau lebih yang merasa atau bagi masyarakat Provinsi Lampung, oleh
dirugikan pihak-pihak tersebut untuk karena itu harus dijaga kelestariannya. Tanah
penggunaan dan penguasaan hak atas hutan dan atau kawasan hutan mempunyai
tanahnya, yang diselesaikan melalui peranan sebagai penyerasi dan penyeim-
musyawarah atau melalui pengadilan. bangan lingkungan global, sehingga
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Peraturan keterkaitannya dengan kepentingan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan nasional menjadi sangat penting dengan tetap
Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1999 mengutamakan kepentingan Provinsi htt
tentang Tata Cara Penangan Sengketa Lampung. Sejalan dengan Undang Undang
Pertanahan, yaitu perbedaan pendapat Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional
mengenai : keabsahan suatu hak; yang mewajibkan agar bumi, air dan
pemberian hak atas tanah; dan pendaftaran kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
hak atas tanah termasuk peralihannya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
dan penerbitan tanda bukti haknya. untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,
Konflik pertanahan dapat diklasifikasikan maka penguasaan dan pengelolaan tanah
berdasarkan subtansi dan pihak-pihak atau hutan dan atau kawasan hutan senantiasa
pelakunya serta cara penyelesaiannya. harus dilakukan dengan asas manfaat
Subtansinya konflik pertanahan dan lestari, kerakyatan, keadilan,
berkaitan dengan: peruntukan dan/atau kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan
penggunaan serta penguasaan hak atas dan bertanggung jawab. Pengaturan
tanah; keabsahan suatu hak atas tanah; penguasaan tanah hutan dan atau kawasan
prosedur pemberian hak atas tanah; hutan oleh Negara bukan merupakan
dan pendaftaran hak atas tanah termasuk pemilikan, tetapi Negara memberikan
peralihan dan penerbitan tanda bukti wewenang kepada pemerintah untuk
haknya. mengatur dan mengurus segala sesuatu
yang berkaitan dengan tanah hutan dan
atau kawasan hutan sesuai dengan Undang
II. PEMBAHASAN Undang Pokok Agraria. Pemerintah dan
pemerintah daerah menetapkan hubungan
Tanah hutan dan atau kawasan hukum antara orang dengan tanah hutan dan
hutan merupakan modal pembangunan atau kawasan hutan, serta mengatur perbuatan
nasional memiliki manfaat yang nyata hukum mengenai terhadap tanah hutan dan
bagi kehidupan dan penghidupan atau kawasan hutan. Selanjutnya pemerintah
bangsa Indonesia khususnya di Provinsi mempunyai wewenang untuk memberikan
Lampung, baik manfaat ekologi, sosial izin dan hak kepada pihak lain untuk
budaya maupun ekonomi, secara seimbang melakukan kegiatan di bidang kehutanan.

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Provinsi Lampung (Dimiyati Gedung Intan) 186


Untuk hal tertentu yang sangat penting, Dimasukkannya hutan-hutan yang
berskala dan berdampak luas serta ber- dikuasai masyarakat hukum adat dalam
nilai strategis, pemerintah harus memperhati- pengertian hutan negara, adalah sebagai
kan aspirasi rakyat melalui persetujuan konsekuesi adanya hak menguasai dan
Dewan Perwakilan Rakyat. Sumber daya mengurus oleh Negara sebagai organisasi
hutan dan atau kawasan hutan mem- kekuasaan seluruh rakyat dalam prinsip
punyai peran penting dalam menyediakan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
bahan baku industri, sumber pendapatan, Dengan demikian masyarakat hukum
menciptakan lapangan kerja. Hasil dari adat sepanjang menurut kenyataannya
tanah hutan dan atau kawasan hutan masih ada dan diakui keberadaanya,
merupakan komoniti yang dapat dapat melakukan kegiatan pengelolaan
diubah menjadi hasil olahan dalam pada areal hutan dan pemungutan hasil
upaya mendapat nilai tambah serta hutan. Sedangkan hutan hak adalah hutan
membuka peluang kesempatan kerja dan yang berada pada tanah yang telah dibebani
kesempatan berusaha. Upaya pengolahan hak atas tanah menurut ketentuan Undang
tanah hutan dan atau kawasan hutan Undang Pokok Agraria, seperti hak milik,
tidak boleh mengakibatkan rusaknya hutan hak guna usaha, dan hak pakai.
dan atau kawasan hutan sebagai sumber Dalam rangka memperoleh manfaat
bahan baku industri. Agar selalu terjaga yang optimal dari tanah hutan dan atau
keseimbangan antara kemampuan penye- kawasan hutan bagi kesejahteraan
diaan bahan baku dengan industri masyarakat, maka pada prinsipnya semua
pengolahannya, maka pengaturan, pem- tanah hutan dan atau kawasan hutan
binaan dan pengembangan industri peng- dapat dimanfaatkan dengan tetap
olahan hasil hutan dan atau di kwasan hutan memperhatikan sifat, karekteristik, dan
diatur oleh Menteri Kehutanan. kerentanannya, serta tidak dibenarkan
Sejalan dengan Undang Undang Nomor mengubah fungsi pokoknya. Untuk menjaga
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan kualitas lingkungan maka di dalam
Daerah, maka pelaksanaan sebagian pemanfaatan pada tanah hutan sejauh
pengurusan tanah hutan dan atau kawas- mungkin dihindari terjadinya konversi
an hutan yang bersifat operasional dari hutan alam yang masih produktif
diserahkan kepada pemerintah daerah menjadi hutan tanaman. Pemanfaatan
tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/ tanah hutan dan atau di kawasan hutan
kota, sedangkan pengurusan hutan dilakukan dengan pemberian izin lokasi,
bersifat nasional atau makro, wewenang izin pemanfaatan kawasan, izin pemanfaatan
pengaturannya dilaksanakan oleh jasa lingkungan, izin pemanfaatan hutan
pemerintah pusat. Mengantisipasi timbulnya kayu dan izin pemanfaatan hasil hutan
konflik pertanahan, maka perkembangan bukan kayu, izin pemungutan hasil hutan
aspirasi masyarakat, maka di dalam undang- kayu dan bukan kayu. Pemegang izin
undang ini hutan di Indonesia digolongkan harus bertanggung jawab atas segala
ke dalam hutan negara dan hutan hak. macam gangguan terhadap hutan dan
Hutan negara ialah hutan yang berada atau kawasan hutan yang dipercayakan
pada tanah yang tidak dibebani hak-hak kepadanya.
atas tanah menurut Undang Undang Pokok Agar pelaksanaan pengelolaan tanah
Agraria, termasuk di dalamnya tanah hutan dapat mencapai tujuan dan sasaran
hutan-hutan yang sebelumnya dikuasai yang ingin dicapai, maka pemerintah dan
masyarakat hukum adat yang disebut hutan pemerintah daerah wajib melakukan
ulayat, hutan marga, atau sebutan lainnya. pengawasan terhadap kehutanan. Masyarat

187 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


dan atau perorangan beperan serta 45 yang diduduki oleh warga Sungai Buaya
dalam pengawas dan pelaksanaan dan Simpangpematang Mesuji. Kawasan
pembangunan kehutanan baik langsung hutan Register 45 Sungai Buaya yang
maupun tidak langsung sehingga masyarat kembali menjadi perebutan di masyarakat.
dapat mengetahui rencana peruntukan Setelah kelompok warga tergabung dalam
hutan, pemanfaatan hasil hutan dan sebuah organisasi massa, giliran Pangeran
informasi kehutanan. Hak penguasaan Sartawisa Pagaralam melalui Yayasan
tanah hutan tetap berada pada Kepala Pangeran Sartawisa Pagaralam (YPSPA)
Badan Pertanahan Nasional, sedangkan Indonesia mengancam akan menduduki tanah
Menteri Kehutanan hanya mengenai hutan negara tersebut. Keturunan kelompok warga
dalam arti tegakan-tegakan yang ada yang di advokasi Masyarakat Pemantau
dikawasan hutan, tidak meliputi kewenangan Hutan Indonesia (MPHI) mengklaim tanah
mengenai tanahnya. seluas 35.000 hektar, lokasi tersebut mulai dari
Masalah konflik pertanahan di atas, tanah Pos I Kementerian Kehutanan
prioritas pertama yang harus dikerjakan depan Kantor PT. Tunas Baru Lampung
adalah bagaimana menemukan cara (TBL), dan alba II Mesuji Lampung.
penyelesaian masalah pertanahan untuk Rencana tersebut menjadi bahan rebutan
mengelola konflik pertanahan, penyelesaian berbagai pihak, karena ketidaktegasan
konflik perseorangan, badan hukum swasta, pemerintah dan pemerintah daerah dalam
konflik antar etnis, dan pemerintah baik menangani kawasan hutan tersebut, maupun
yang menimbulkan kekerasan atau tidak, perusahaan sebagai pemegang hak
harus dilakukan dengan cara peraturan pengelolaan hutan tanaman industri (HPHTI).
perundang-undangan dalam menyelesaikan Ketua YPSPA (Edriansyah Pagaralam, S.H),
konflik tersebut. Pemerintah Daerah mengatakan bahwa surat tersebut menjelas-
Provinsi, Kabupaten dan Kota tidak kan dasar kepemilikan keturunan Pagaralam
boleh menggunakan cara-cara yang bersifat di kawasan Register 45 :
pasif, acuh tak acuh, dan menghindari 1. surat dari penyimbang adat Raja
atau menggunakan kekerasan untuk men- Pagaralam, yakni Oesman Yusuf Raja
capai suatu tujuan dan masyarakat Pagaralam dan Sihul Raden Paksi,
dikorbankan demi kepentingan badan tertanggal 1 Febuari1973, surat itu
hukum swasta dan kepentingan pem- menerangkan Pangeran Sartawisa pernah
bangunan. Konflik pertanahan yang timbul menjadi Kepala Kampung Talang Batu
banyak sekali dipermukaan dibeberapa pada Tahun 1897, mantri cacar, dan
kabupaten di Provinsi Lampung. Penulis pemborong jalan adalah putra ketiga Raja
mengemukakan beberapa konflik pertanahan Pagaralam. Mereka juga mengklaim ada
saja yang dipandang dominan untuk tanah adat yang terletak di sebelah utara
dipaparkan : Sanggai Pedada dan sekitar Sungai Buaya,
Kecamatan Mesuji Timur
Konflik tanah di Kabupaten Mesuji 2. surat keterangan dari Panji Kesuma
Kabupaten Mesuji adalah Daerah (Yudha, B.A) tertanggal 19 Maret 1973
Otonomi Baru (DOB), konflik prrtanahan yang merupakan Camat Menggala dan
di kabupaten ini banyak sekali terjadi Mesuji saat masih bergabung dengan
antara pemerintahan daerah dengan Lampung Utara. Isinya menerangkan
warga masyarakat yang menduduki kawasan Pangeran Sartawisa (alm.) memiliki hak
hutan Register 45, dan antara PT. Siva Inhutani milik hutan di atas tanah yang terletak di
Lampung (SIL) dengan warga masyarakat. sebelah utara Sungai Pedada, Sungai
Konflik pertanahan di kawasan hutan Register Buaya, dan sekitarnya.

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Provinsi Lampung (Dimiyati Gedung Intan) 188


3. surat keterangan dari Ahmad Bukhori hektar telah ditempati oleh masyarakat
tanggal 2 April 1973, yang menerangkan dua desa ialah Desa Talangbatu dan
Pangeran Sartawisa memiliki luas lahan Desa Labuhanbatin, ini menempati wilayah
dan hutan. Selain dua surat tersebut, milik PT Silva Inhutani Lampung (SIL).
ada juga empat surat lain yang mendukung Permasalah yang tidak bisa kita toleransi
pernyataan., yakni surat keterangan adalah adanya praktek jual-beli tanah
Ismail Gelar Ratu Sedjagat Tahun 1973, di kawasan hutan Register 45, apa lagi
dan Keputusan Pengadilan Negeri disana sebelumnya konflik sudah ada
Kelas I Tanjungkarang No. 261/1974/ masyarakat yang menempati di kawasan
Permohonan dari Keluarga Pangeran hutan tersebut, semakin lama semakin
Sartawisa Pagaralam. ramai karena ada cukung-cukong yang
Merujuk surat Wahana Lingkungan memperjual-belikan tanah di Register 45,
Hidup Indonesia (Walhi) Lampung. Lembaga dan sebagian kecil di kawasan hutan
peduli lingkungan itu meminta supaya Register 45 menurut informasi telah
pemerintah dan pemerintah daerah segera dikeluarkan Sertipikat tanah oleh Badan
mencabut hak pengengelolaan hutan tanaman Pertanahan Nasional Kabupaten Mesuji.
industri (HPHTI) yang diberikan Kementerian Untuk mengatasi praktik-praktik jual-
Kehutanan itu. Pihak perusahaan sudah beli tanah di kawasan hutan Register 45,
kerap menyalahgunakan penggunaan tanah maka pemerintah daerah membentuk
di kawasan hutan Register 45. Selain Tim Kerja Perlindungan Hutan Provinsi
pengerusan tanah, perusahaan juga menanam Lampung, anggotanya terdiri dari Polisi, TNI,
singkong di atas tanah milik negara tersebut, dan pemerintah Provinsi Lampung
kata Direktur Eksekutif Walhi Lampung untuk menangkap cukong-cukong tanah di
(Hendrawan). Walhi akan menerjunkan tim kawasan hutan Register 45, dan cukong-
untuk mengecek aktivitas perusahaan tanah cukong tanah banyak yang tertangkap
negara, apakah telah sesuai hak pengelolaan untuk jalan keluar terbaik agar kawasan
yang diberikan oleh Menteri kehutanan hutan tidak semakin parah. Tanah di kawasan
kepada perusahaan hak pengelolaan hutan hutan Register 45 pengelolaannya memang
tanaman industri, dan hasilnya tim akan ditangan PT. Silva Inhutani Lampung,
diserahkan kepada Panitia Khusus Hutan namun tanah itu tetap milik negara dan
Register 45 DPRD Lampung. tidak boleh diperjual-belikan. Oleh karena
Pemberian izin HPHTI perlu dikaji itu tokoh masyarakat dan tokoh adat
ulang guna mencegah kegiatan ilegal di- bersama-sama menjaga kawasan hutan
kawasan hutan Register 45 Sungai Buaya, Register 45 ini dari tangan usil para perambah
Mesuji Timur, pihak perusahaan sudah hutan dan atau cukung-cukong tanah.
sewenang-wenang memanfaatkan tanah- Camat dan Kepala Kampung jangan
tanah yang berada di kawasan Register 45 sampai melakukan proses pembiaran dengan
dan tidak sesui dengan izin yang diberikan mengeluarkan identitas diri dari perambah
kepada HPHTI. Sebagian titik kawasan kawasan hutan, jika konflik tanah tersebut
hutan register sudah mulai digerus oleh belum selesai menurut hukum yang berlaku.
perusahaan PT. Silva Inhutani Lampung (SIL), Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Lampung
luas tanah yang dikelola PT. Silva Inhutani (Warsito) mengatakan kawasan hutan
Lampung sebanyak 41.000 hektar. Apakah Register 45 murni milik negara. Tim kerja
tanah yang dieksplotasi itu diperjual-belikan ini dibentuk untuk membersihkan kawasan
atau dipergunakan sendiri oleh pihak hutan Register 45 dari para perambah
perusahaan perlu diadakan penelitian lebih yang sudah mencapai 5.000 orang.
lanjut. Dari jumlah tersebut sekitar 10.000 Dalam kegiatan sosialisasi tersebut tim kerja

189 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


perlindungan hutan berdialog langsung dengan 6. No.1-5, pemerintah dan pemerintah daerah
camat, kepala kampung, dan warga Mesuji harus jujur dan adil untuk melakukan
yang berada diperbatasan kawasan hutan penyelesaian secara peraturan perundang-
Register 45 dan dihadiri oleh unsur-unsur undangan yang berlaku, negara kita
pemerintahan daerah kabupaten Mesuji dan adalah negara hukum.
tokoh-tokoh masyarakat. Masyarakat
berharap tim kerja perlindungan hutan Konflik Tanah di Kabupaten Tulang Bawang
bekerja netral dan bertindak tegas. Camat Barat
Simpangpematang (Idra Wijaya Kesuma) Konflik tanah terjadi anrara warga
melontarkan tim jangan sampai memihak, Kampung Gunungkatunmalay dan Gunung-
sebab konflik yang dialami warga katuntanjungan luas tanah 1.900 hektar
Talanggunung sudah berdomisili di sana dikuasai dari Tahun 1997 - 2010 , Kecamatan
sebelum zaman penjajahan Belanda atau Tulang Bawang Udik, Kabupaten Tulang
sebelum adanya hutan register. Warga Bawang Barat dengan PT. Umas Jaya
Talanggunung seakan tidak pernah memiliki Agrotama (UJA), tanah seluas 1.100
tanah tersebut. Sampai saat ini, mereka h.a yang belum dilaksanakan ganti
merasa seperti diusir dari tanahnya sendiri, rugi warga kampung tersebut. Tanah
tim ini bisa menyelesaikan konflik tanah yang dikuasai PT. Umas Jaya Agrotama
tersebut. (UJA) merupakan pelimpahan dari PT.
Menurut penulis untuk penyelesaian Aria Pelangi seluas 1.100 hektar, sedang-
konflik di kawasan hutan Register 45, kan tanah 800 hektar itu milik PT. Umas Jaya
perlu pemerintah dan pemerintah daerah Agrotama (UJA) telah memiliki izin
mengkaji ulang kawasan tersebut dengan lokasi dan belum memiliki Sertipikat Hak
cara: Guna Usaha terhitung sejak Tahun 1997-
1. Peta kawasan hutan Register 45 2010. Tanah seluas 1.100 hektar dan
ditunjukkan atau diperlihatkan kepada tanah 800 hektar masih tumpang tindih karena
masyarakat serta batas-batas tanah belum diadakan pengukuran dari Badan
register tersebut Pertanahan Nasional Kabupaten Mesuji.
2. Menetapkan patok atau batas-batas Tanah yang baru dibuka atau diusahakan
tanah sesuai dengan peta Register 45. oleh PT. Umas Jaya Agrotama (UJA) seluas
3. Menginpentarisasi ulang penduduk di 759 hektar. Pihak PT. Umas Jaya Agrotama
kawasan hutan Register 45, yang mana (UJA) mengekaui tanah yang baru ditanam
penduduk lama dan mana penduduk berkisar seluas 343 hektar dan sisanya
yang baru yang diperoleh tanah secara 416 hektar dikuasai oleh warga. Tuntutan
jual-beli. warga meminta bantuan Pejabat Tulang
4. Berapa jumlah tanah di kawasan hutan Bawang Barat untuk menyelesaikan
Register 45 yang telah dikeluarkan konflik tanah dengan PT. Umas Jaya Agrotama
sertipikat tanah oleh Badan Pertanahan (UJA) seluas 1.100 hektar dengan mem-
Nasional Kabupaten Mesuji, apakah bentuk tim khusus dengan melibatkan warga
menurut persedur hukum yang berlaku atau kedua kampung tersebut.
tidak melaui prosedur. Beberapa permasalahan, point nya
5. Meninjau ulang izin yang dikeluarkan oleh meliputi:
Menteri Kehutan kepada PT. Silpa 1. PT. Umas Jaya Agrotama (UJA) untuk
Inhutani Lampung, apakah telah sesuai hak menyampaikan data berupa : izin lokasi,
pengelolaannya dengan izin yang data ganti rugi dari PT. Aria Pelangi kepada
dikeluarkan. Jika melanggar perlu surat izin PT. Umas Jaya Agrotama (UJA), dan data
tersebut dicabut. Hak Guna Usaha dari PT. Aria Pelangi

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Provinsi Lampung (Dimiyati Gedung Intan) 190


2. kepada siapa mereka mengganti rugi 2. PT. Umas Jaya Agrotama dapat
tanah seluas 1.100 hektar tersebut, karena menunjukkan batas-batas tanah yang
hingga kini tidak ada warga atau di kuasai serta dokumen-dukumen
pemilik tanah yang merasa pernah menjual atas pemilikan tanah. Apakah sudah
tanah itu. ada izin prinsip atau belum secara
3. warga kedua kampung meminta agar PT. tertulis dari pemerintah daerah kepada
Umas Jaya Agrotama segera diusir PT. Umas Jaya Agrotama, dan sudah
dari tanah yang diduduki tanpa izin yang sesuai atau tidak dengan Rencana Tata
berhak. Ruang Wilayah Kabupaten tersebut.
4. PT. Umas Jaya Agrotama tidak dapat 3. Pemerintah daerah setelah meneliti
menunjuki dokumen bukti pemilikan perusahaan tersebut, telah memperoleh izin
tanah yang kuat, dan juga belum memiliki sesuai dengan prosedur dan tata ruang,
Sertipikat Hak Guna Usaha (HGU) yang hanya masalah ganti rugi saja maka
dikeluarkan oleh Badan Pertanahan pemerintah daerah memerintahkan kepada
Nasional (BPN). perusahaan untuk menyelesaikan
5. Dari ribuan hektar tanah yang diduduki permasalahannya dengan masyarakat
oleh PT Umas Jaya Agrotama, yang 4. Jika PT. Umas Jaya Agrotama melanggar
mereka bayar pajaknya hanya sekitar 700 ketentuan perundang-undangan yang
hektar. berlaku maka pemerintah daerah
Tim penyelesaian sengketa tanah mengambil tindakan tegas dan memberikan
ingin memfasilitasi penyelesaian permasalahan sanksi pidana.
sengketa warga dengan PT. Umas Jaya
Agrotama, maka tim mengundang per- Konflik Tanah di Kabupaten Waykanan
usahaan tersebut diundang sampai dua Konflik pertanahan terjadi antara
kali tapi tidak memenuhi undangan PT. Inhutani V dengan 14 kampung
tersebut. Maksud dari tim agar PT. Umas warga Waykanan untuk sepakat untuk
Jaya Agrotama dapat menunjukkan menduduki kembali tanah Register 42, 44,
dokumen-dokumen atas kepemilikan dan 46 seluas 56.000 hektar yang kini
tanah tersebut, sekaliguas akan mempasilitasi dikuasai oleh PT. Inhutani V. Konflik
guna mencari jalan keluar terbaik agar timbul karena PT. Inhutani V tindak pernah
penduduk tidak dirugikan dan agar PT. Umas mengindahkan aturan dalam penguasaan
Jaya Agrotama menjalankan usahanya dengan hutan Register tersebut, dan tidak berupaya
aman. Pemerintahan daerah (Bupati) akan untuk mengembalikan fungsi tanah
menindaklanjuti tuntutan masyarakat untuk register dengan melakukan penanaman
penyelesaian konflik tanah bersama dengan pohon hutan kembali sesuai dengan
DPRD Tulang Bawang Barat. Menurut kewajiban pemegang Hak Penguasaan Hutan
pendapat penulis konflik tanah yang terjadi (HPH) tidak dipenuhinya. Hak Penguasaan
antara masyarakat pemilik tanah dengan PT. Hutan telah diatur dalam Undang Undang
Umas Jaya Agrotama, penyelesaiannya Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
dengan cara : (dahulu Undang Undang Nomor 5 Tahun
1. Pemerintah daerah bersama-sama dengan 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
instansi yang berhubungan dengan Kehutanan). Lahan sebagian telah berubah
konflik tanah perlu menggail PT.Umas fungsi menjadi hutan singkong atau ubi
Jaya Agrotama UJA), untuk meminta kayu, bahkan PT Inhutani V telah melakukan
pertanggung jawab atas tanah yang ia kerja sama dengan pihak ketiga untuk
duduki, apakah memperoleh tanah mengolah hutan menjadi perkebunan
secara legal atau ilegal. singkong, hal ini tentunya melanggar undang-

191 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


undang kehutanan, dan izin yang telah Waykanan bersatu akan menarik diri
diberikan kepada perusahaan tersebut. dari areal yang telah duduki oleh warga
Tuntutan masyarakat agar tanah yang dan juga akan mengizinkan untuk beroperasi
dikuasai tersebut dikembalikan fungsi kembali secara normal PT. Budi Lampung
lahannya kepada masyarakat yang selama Sejahtera (BLS). Konflik kawasan
ini memiliki hak atas tanah tersebut sesuai hutan Register 42 dan 44 yang melibatkan
dengan keputusan hasil rapat bersama PT. Inhutani V sebagai pemegang kuasa
14 tokoh adat Waykanan, karena tanah itu Hak Pengelolaan Hutan Tanaman Industri
pada zaman Belanda, lahan itu tanah adat (HPHTI) dengan masyarakat Lima Kebuayan,
Waykanan. Tuntutan 14 kampung warga masih menunggu Keputusan Menteri
Waykanan telah bulat untuk mengambil Kehutanan. Jika penulis perhatikan undang-
alih tanah register tersebut dari PT. Inhutan V. undang kehutanan Pasal 3, bertujuan untuk
Upaya untuk menduduki tanah Register 42, sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan
44, dan 46 oleh warga 14 kampung telah berkelanjutan dengan:
didukung oleh Keputusan Pansus (Panitia 1. menjamin keberadaan hutan dengan luasan
Khusus) DPRD Lampung dan DPRD yang cukup dan sebaran yang proposional,
Kabupaten Waykanan, secara tegas 2. mengoptimalkan aneka fungsi hutan
merekomendasikan pencabutan surat yang meliputi fungsi konservasi, fungsi
keputusan PT. Inhutani V kepada Menteri lindung, dan fungsi produksi untuk
Kehutanan. mencapai manfaat lingkungan, sosial,
Tokoh adat Waykanan kesepakatan budaya, dan ekonomi, yang seimbang dan
untuk pertama menduduki tanah Register serasi
46 yang dikuasai PT. Budi Lampung 3. meningkatkan daya dukung daerah aliran
Sejahtera (BLS). Konflik tanah di Register sungai
46 perlu diketahu oleh masyarakat Adat 4. meningkatkan kemampuan untuk meng-
Lima Kebuayan Waykanan. PT. Budi embangkan kapasitas dan keberdayaan
Lampung Sejahtera (BLS) pengelolaannya masyarakat secara partisipatif, ber-
berdasarkan Surat Keputusan Menteri keadilan, dan berwawasan lingkungan
Kehutanan No. 53/Kpts-II/1977 tentang sehingga mampu menciptakan ketahanan
Pemberian Hak Kepenguasaan Hutan sosial dan ekonomi serta ketahanan
Tanam Industri (HPHTI) atas areal hutan terhadap akibat perubahan eksternal, dan
seluas 9.600 hektar kepada PT. Budi 5. menjamin distribusi manfaat yang ber-
Lampung Sejahtera (BLS). Dalam Surat keadilan dan berkelanjutan.
Keputusan tersebut dinyatakan PT. Budi Jika kita perhatikan hal tersebut di atas,
Lampung Sejahtera harus membantu maka hutan negara dapat berupa hutan
pemerintah dalam melaksanakan pembang- adat, yaitu hutan negara yang diserahkan
unan masyarakat di dalam dan sekitar areal pengelolaannya kepada masyarakat hukum
kerjanya, antara lain pengadaan tempat adat (rechtsgemeenschap). Hutan adat
ibadah, fasilitas kesehatan, fasilitas tersebut sebelumnya disebut hutan
pendidikan dan kewajiban menyisihkan dana ulayat. Hutan yang dikelola masyarakat
maksimal 5 persen dari keuntungan untuk hukum adat dimasukkan ke dalam pen-
pembinanan dan pengembangan golongan gertian hutan negara sebagai konsekuensi
ekonomi lemah atau koperasi. adanya hak menguasai oleh negara sebagai
Sebagai timbal balik kesediaan PT. Budi organisasi kekuasaan seluruh rakyat pada
Lampung Sejahtera (BLS) berdedia tingkatan yang tertinggi dan prinsip Negara
memenuhi hal-hal tersebut di atas, maka warga Kesatuan Republik Indonesia. Dengan
yang tergabung dalam kelompok masyarakat dimasukkannya hutan adat dalam pengertian

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Provinsi Lampung (Dimiyati Gedung Intan) 192


hutan negara, tidak meniadakan hak-hak Kpts-II/90.519/Kpts/HK/050/70/90 dan
masyarakat hukum adat sepanjang Nomor 23-VII-1990 tentang Ketentuan
kenyataannya masih ada dan diakui Pelepasan Kawasan Hutan dan Pemberian
keberadaannya, untuk melakukan pengelolaan Hak Guna Usaha untuk Pengembangan Usaha
hutan. Pertanian.
Hutan negara dikelola oleh desa dan Pelepasan kawasan hutan dalam
dimanfaatkan untuk kesejahteraan Keputusan Bersama adalah pengubahan
desa disebut hutan desa. Hutan negara yang status kawasan hutan menjadi tanah yang
pemanfaatan utamanya ditujukan untuk dikuasai oleh negara untuk keperluan
memberdayakan masyarakat disebut usaha pertanian. Tujuan pelepasan kawasan
hutan kemasyarakatan. Hutan hak yang hutan untuk keperluan pertanian : peman-
berada pada tanah yang dibebani hak faatan kawasan hutan yang tidak produktif;
milik lazim disebut hutan rakyat. Kementerian kawasan hutan itu belum ditetapkan
Kehutanan Republik Indonesia (Kemenhut sebagai kawasan hutan atau hutan cadangan;
RI) akan melakukan penataan tanah dan kawasan itu layak dan cocok untuk
terkait konplik tanah di Register 42, 44, dan pengembangan usaha pertanian. Pelepasan
46 di Kabupaten Lampung Utara kawasan hutan untuk keperluan
dan Waykanan yang saat ini dikelola oleh PT. pengembangan usaha pertanian diharapkan
Inhutani V. Surat Pansus yang dikirim dapat meningkatkan dan menampung tenaga
DPRD Lampung ke Kementerian kehutanan kerja. Kawasan hutan dapat dilepaskan
yang berisikan 19 rekomendasi sedang untuk usaha pertanian adalah : kawasan hutan
dipelajari, jika ada kekurangan akan yang berdasarkan kemampuan tanahnya
diberitahukan. Komisi I DPRD Lampung cocok untuk usaha pertanian adalah areal
telah mengirim surat rekomendasi kepada tanah kosong, padang alang-alang, semak,
Gubernur Lampung dan Menteri Kehutanan belukar, dan kawasan hutan yang sebahagian
untuk membahas penggunaan serta penyalah- tegakan tidak mempunyai nilai ekonomis.
gunaan kawasan hutan lindung yang dilakukan Disebabkan kawasan hutan tersebut kurang
oleh PT. Inhutani V. Surat rekomendasi yang memberikan manfaat di bidang kehutanan;
berisi 19 poin tersebut itu dibuat oleh tim dan menurut tata guna tanah hutan tersebut
pengawas Komisi I DPRD Lampung terkait tidak dipertahankan sebagai kawasan
perubahan fungsi kawasan hutan register, baik hutan tetap atau kawasan untuk keperluan
sebagai hutan produksi maupun hutan lindung. lainnya. Kawasan hutan yang tidak dilepaskan
Kementerian Kehutanan tengah mencari adalah : kawasan taman nasional; kawasan
penyelesaian kawasan hutan Register 45 suaka alam; hutan wisata; hutan lindung; dan
Sungai Buaya dan Simpangpematang hutan produksi terbatas.
Mesuji, kemungkinan solusi yang diambil Penyelesaian konflik pertanahan
pemerintah nantinya adalah mengajak tersebut di atas, di dalam Undang Undang
masyarakat di kawasan tersebut bekerja Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
sama dengan pemanfaatan hasil hutan. Lingkungan Hidup dan Undang Undang
Pelepasan kawasan untuk pengembangan Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
usaha pertanian pada mulanya diatur dalam telah ditentukan pola penyelesaia sengketa,
Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor baik sengketa di bidang lingkungan
145/Kpts-II/1986 tertanggal 5 Mei 1986. hidup maupun sengketa di bidang kehutanan.
Kemudian ketentuan itu dicabut berdasarkan Pola konflik tersebut melalui pengadilan
Surat Keputusan Bersama Menteri antara para pihak atau antara pemegang
Kehutanan, Menteri Pertanian dan Kepala izin pemanfaatan hutan dengan Departemen
Badan Pertanahan N asional Nomor 363/ Kehutanan dan Perkebunan atau lembaga

193 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011


lainnya, di mana dalam penyelesaian III. PENUTUP
konflik itu diselesaikan oleh pengadilan.
Putusan bersifat mengikat. Sedangkan Kesimpulan
penyelesaian sengketa di luar pengadilan 1. Kerangka hukum tanah di kawasan hutan
adalah suatu pola penyelesaian Register 45 maupun di kawasan-kawasan
atau mengakhiri suatu konflik, di mana para hutan lainnya, kedepannya nanti tidak
pihak menyetujui untuk menyelesaikan hanya merupakan landasan berpijak
konflik di luar pengadilan. Penulis mencoba bagi pemerintahan daerah dan masyarakat
menggunakan berbagai literatur ada dua untuk mengatasi berbagai konflik
pola penyelesaian konflik tersebut, adalah : pertanahan yang dimbul disetiap
1. The binding adjudicative procedure, kabupaten Provinsi Lampung dan sebagai
yaitu suatu prosedur di dalam penyelesaian dasar bagi tercapainya tujuan pembang-
konflik, di mana hakim di dalam unan jangka panjang, yaitu mengatasi
memutuskan perkara mengikat para masalah kemiskinan, mengembangkan
pihak. Bentuk penyelesaian konflik ini sistem ekonomi kerakyatan, pembangunan
dapat dibagi menjadi empat macam, stabilitas ekonomi dan pelestarian
yaitu: litigasi; arbitrase; mediasi arbitrase; lingkungan hidup.
dan hakim partikelir. 2. Pemberian izin Hak Pengelolaan Hutan
2. The non binding adjudicative, yaitu suatu Tanaman Industri (HPHTI) perlu dikaji
proses penyelesaian konflik, di mana ulang guna mencegah kegiatan ilegal di
hakim atau orang yang ditunjuk di dalam kawasan hutan Register 45, karena
memutuskan perkara tidak mengikat pengelolaanya tidak sesuai dengan izin
para pihak. Penyelesaian konflik ini yang diberikan kepada perusahaan
dibagi menjadi enam macam, yaitu : tersebut.
konsiliasi; modiasi; mini-trial; summary 3. Pemerintah daerah membantu penyelesaian
juri trial; neutral expert fact-finding; konflik tanah dengan masyarakat yang
danearly expert neutral evalution. dirugikan oleh PT. Umas Jaya Agrotama,
Kedua penyelesaian konflik di atas, yang belum diadakan ganti rugi serta belum
berbeda antara satu dengan yang lainnya. terdaftar hak guna usaha di kanor Badan
Perbedaannya terletak pada kekuatan Pertanahan Nasional, serta memeriksa
mengikat dari putusan yang dihasilkan oleh dokumen-dokumen yang ada pada
institusi tersebut. Pada the binding perusahaan tersebut.
adjudicative procedure, putusan yang 4. Kebijaksanaan hukum pertanahan
dihasilkan oleh institusi yang memutuskan diakomodasikan ke dalam perencanaan
perkara adalah mengikat para pihak. pembangunan baik jangka pendek,
Adapun dalam the non binding adjudicative menengah maupun jangka panjang.
procedure, putusan yang dihasilkan tidak Pemerintah daerah dapat menetapkan arah
mengikat para pihak, artinya dengan adanya kebijaksanaan sesuai dengan prioritas di
putusan itu para pihak dapat menyetujui atau daerah masing-masing.
menolak isi putusan tersebut. Persamaan dari 5. Menyesuaikan dengan perkembangan
kedua pola penyelesaian konflik tersebut kondisi sosial, ekonomi, politik dalam
adalah sama-sama memberikan putusan atau masyarakat, kerangka hukum pemilikan
pemecahan dalam suatu konflik. tanah di kabupaten Provinsi Lampung, rasa
keadilan bagi rakyat dan selalu menjaga
konseistensinya sehingga tujuan hukum
tanah di setiap kabupaten Provinsi
Lampung dapat tetap tercapai.

Penyelesaian Konflik Pertanahan di Provinsi Lampung (Dimiyati Gedung Intan) 194


Saran DAFTAR PUSTAKA
1. Pemerintah dan pemerintah daerah
segera menginstruksikan kepada Buku :
dinas kehutanan kabupaten dan kota Maria SW. Sumardjono, Kebijakan
untuk menginventarisasi kembali seluruh Pertanahan, Penerbit Buku Kompas,
kawasan hutan Register-register yang Jakarta, 2005.
berada di setiap kabupaten dan kota Perangin Effendi, 1986, Mencegah Sengketa
masing-masing. Tanah, Penerbit CV Rajawali, Jakarta,
2. Kawasan-kawasan hutan mana yang 1986.
perlu dipertahankan sebagai kawasan Sarjita, Pelaksanaan urusan Pertanahan
hutan negara dan kawasan-kawasan Dalam Era Otonomi Daerah, Penerbit
hutan lindung. Untuk menjaga jangan Tugu Jogja, Yogyakarta, 2005
sampai kawasan hutan semakin
perambah-perambah hutan oleh manusia
yang tidak bertanggung jawab dan Peraturan Perundang-undangan :
menjaga kelestarian kawasan hutan
3. Pemerintah dan pemerintah daerah Undang undang Dasar 1945
yang mengeluarkan izin hak pengelolaan di Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
kawasan hutan register dimasing- Peraturan Dasar Pokok-pokok
masing kabupaten dan kota, serta surat Agraria.
izin untuk perkebunan hak guna usaha Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999
harus diawasi penggunaanya sesuai tentang Kehutanan
dengan keputusan yang diberikan kepada Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004
perusahaan tersebut. Jika melanggar tentang Pemerintahan Daerah
dari ketentuan yang diberikan pemerintah Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
dan pemerintah daerah harus tegas tentang Pengadaan Tanah Bagi
untuk mencabut keptusan yang diberikan Pelaksanaan Pembangunan Untuk
kepada perusahaan itu. Negara Indonesia Kepentingan umum jo Peraturan
adalah negara hukum, hukum harus Presiden Nomor 65 Tahun 2006
ditegakkan. tentang Perubahan atas Peraturan
4. Dinas kehutanan mempunyai aparat Presiden Nomor 36 Tahun 2005
kepolisian kehutanan disetiap kabupaten tentang Pengadaan Tanah Bagi
dan kota, aparat ini perlu diaktifkan Pelaksanaan Pembangunan Untuk
sebagai polisi kehutanan yang berada Kepentingan Umum.
dihutan untuk mengawasi kawasan Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan
hutan yang berada dikabupaten masing- Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
masing. Kawasan hutan yang mana 1999 tentang Tata Cara Penanganan
perlu dipertahankan dan yang mana telah Sengketa Pertanahan.
dilepaskan kepada masyarakat.
5. Pemerintah daerah harus juga konsekuen
dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam melaksanakan
tugas sebagai pemerintahan di daerah.

195 KEADILAN PROGRESIF Volume 2 Nomor 2 September 2011

Anda mungkin juga menyukai