Abstract
This paper examines the deviations of law enforcement in land conflicts in East Java based on the
decision of the Supreme Court of the Republic of Indonesia No.38/Pra.Pe /2015.PN.Sby (case
of Notary Nora Maria Lidwina, SH). This empirical or socio legal research uses a case study
approach. The results show that irregularities in law enforcement in land conflicts by public
service providers and law enforcement officials are generally based on corrupt behavior and
violations of ethical codes, such as abuse of power, maladministration, case brokers, accepting
bribes from certain parties, violence, intervening in cases, and other human rights violations.
Mitigation efforts are improving the law enforcement officers isntitutions; improving the
judicial administration and justice management systems; imposing strict sanctions; conducting
supervision; conducting a transparent service and treatment; socializing anti-corruption
movement; and creating an anti-corruption culture and excellent public services.
Key words: Law Enforcement Irregularities, Land Conflict, East Java Province.
Abstrak
Tulisan ini mengkaji penyimpangan penegakan hukum pada konflik lahan di Provinsi Jawa
Timur berdasarkan putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.38/Pra.Per/2015.PN.Sby
(kasus Notaris Nora Maria Lidwina, SH). Penelitian empiris atau sosio legal ini menggunakan
pendekatan studi kasus. Hasil kajian menunjukkan bahwa penyimpangan penegakan hukum
pada konflik lahan oleh pegawai pemberi layanan publik maupun aparat penegak hukum
umumnya didasari oleh perilaku korupsi dan pelanggaran kode etik, seperti penyalahgunaan
kekuasaan, maladministrasi, makelar kasus, menerima suap dari pihak tertentu, kekerasan,
mengintervensi kasus, serta pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Upaya penanggulangannya
adalah memperbaiki institusi aparat penegak hukum; memperbaiki sistem administrasi yudisial
dan manajemen peradilan; memberikan sanksi tegas; melakukan pengawasan; pelayanan dan
penanganan yang transparan; sosialisasi gerakan anti korupsi; serta menciptakan budaya anti
korupsi dan pelayanan publik yang prima.
Kata Kunci: Penyimpangan Penegakan Hukum, Konflik Lahan, Provinsi Jawa Timur.
42 DOI: https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2021.01401.3
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 43
1 CNN Indonesia, “BPN Target Terbitkan 11 Juta Sertifikat Tanah Gratis di 2019”, https://www. cnnindonesia.
com/nasional/20190321134316-20-379420/bpn-target-terbitkan-11-juta-sertifikat-tanah-gratis-di-2019,
diakses 25 Februari 2020.
2 Almira Gusti Iqma, “Community Plantation Forests: As Implementation of Agrarian Reform in Forestry Sector
Village Lubuk Seberuk, Lempuing OKI, South Sumatera”, Interaktif Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 12, No. 2,
(2020): 1.
44 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
tahun 1945, sekaligus menjadi salah satu rute tidak mengakui keberadaan hutan adat padahal
untuk mencapai kesejahteraan masyarakat hutan adat merupakan bagian dari hak ulayat
(welfare state).3 masyarakat yang hingga kini masih dilindungi
Guna mendukung tercapainya tujuan oleh negara sebagaimana yang tercantum di
presiden sekaligus menjamin adanya dalam UUPA. Dalam praktiknya di lapangan,
kepastian hukum atas kepemilikan lahan, hal ini sering memicu permasalahan sebagai
sebagai landasan operasional pemerintah akibat dari tidak adanya sinkronisasi dan
menggunakan Undang-Undang Nomor 5 kordinasi antara Badan Pertanahan Nasional
tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- (BPN) dengan Kementerian Kehutanan.
Pokok Agraria (UUPA) sebagai payung hukum Demikian juga dengan Undang-undang
(umbrella act) dari peraturan-peraturan lain di Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya
bidang pertanahan. Air (UUSDA). Selain tidak menjadikan
Namun perjalanan waktu dan perubahan UUPA sebagai landasan yuridisnya, UUSDA
menuju era industrialisasi semakin membuka juga memiliki persoalan di tataran pemberian
peluang pergesekan terhadap UUPA tersebut. Hak Guna Air (HGA), Hak Guna Usaha Air
Banyak peraturan-peraturan baru yang dibuat (HGUA), dan Hak Guna Pakai Air (HGPA).
untuk kepentingan industri dan pembangunan Istilah “hak” yang digunakan menjadi kurang
yang justru bertolak belakang dan mengalami tepat karena dalam praktiknya hanya sebatas
pergesekan dengan UUPA. Berbagai peraturan pemberian izin. Berbeda dengan pasal 47
ini sering menyebabkan terjadinya kasus- UUPA ayat (1) yang menyatakan bahwa hak
kasus lahan yang pada akhirnya menimbulkan guna air ialah hak memperoleh air untuk
konflik sosial, baik secara vertikal maupun keperluan tertentu dan/atau mengalirkan air
horizontal. itu di atas tanah orang lain. Setelah UUSDA
Misalnya saja Undang-Undang Nomor 5 tersebut dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi
tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Kehutanan melalui Putusan Nomor 85/PUU-XI/2013
yang diperbarui dengan Undang-Undang maka Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974
Nomor 41 tahun 1999 (UUK). UUK tentang Pengairan diberlakukan kembali. Pada
memasukkan UUPA sebagai dasar yuridis implementasinya hal tersebut menimbulkan
tetapi batang tubuhnya tidak mengacu pada persoalan regulasi hingga saat ini.
pasal-pasal di dalam UUPA. Jika di dalam Permasalahan legislasi lainnya terdapat
UUPA negara mengakui keberadaan tanah pada Undang-Undang Nomor 4 tahun
negara, tanah ulayat masyarakat adat, dan 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
tanah hak maka UUK hanya mengakui Batubara (UU Minerba). UU Minerba tidak
keberadaan hutan negara dan hutan hak. UUK menjadikan UUPA sebagai sumber hukum
dan orientasinya lebih condong ke arah Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM);
produksi dan bukan konservasi. Selain dinilai (5) Pengaturan tentang good governance; (6)
menguntungkan pihak swasta dan berpotensi Hubungan antara orang dengan SDA; serta (7)
merugikan negara, UU Minerba juga tidak hubungan antara negara dengan SDA.5
mengatur secara tegas mengenai ganti rugi Kasus lahan yang terjadi di Indonesia
bagi pemegang hak atas tanah yang diambil hingga kini masih cukup tinggi. Kasus-kasus
untuk kegiatan pertambangan.4 tersebut cukup beragam, mulai dari konflik
UUPA yang nasionalis, populis, dan perebutan lahan antar perorangan, sengketa
mendasarkan pada hukum adat Indonesia perorangan dengan perusahaan, dualisme
tidaklah seperti tujuan pembentukannya sertifikat (sertifikat ganda), hingga kasus yang
semula. Berbagai penyimpangan UUPA disebabkan oleh perilaku maladministrasi
mendorong munculnya Ketetapan MPR para aparat pemberi layanan publik.
Nomor IX tahun 2001 tentang Reformasi Berdasarkan data Konsorsium Pembaruan
Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Agraria (KPA) 2020, konflik lahan di Indonesia
Alam (SDA), yang merupakan landasan sepanjang tahun 2020 mencapai 241 (dua
peraturan perundang-undangan di bidang ratus empat puluh satu) konflik dengan luasan
pembaharuan agraria dan pengelolaan wilayah konflik mencapai 624.272,711 (enam
sumber daya alam. Undang-undang sektoral ratus dua puluh empat ribu dua ratus tujuh
menjadi degradasi terhadap UUPA. Jika pada puluh dua koma tujuh ratus sebelas) hektar.
awalnya dimaksudkan sebagai lex generalis Jumlah masyarakat yang terdampak konflik
bagi pengaturan Sumber Daya Alam (SDA), mencapai 135.332 (seratus tiga puluh lima ribu
ternyata menjadi sederajat dengan undang- tiga ratus tiga puluh dua) kepala keluarga yang
undang sektoral lainnya dan dengan demikian tersebar di 420 (empat ratus dua puluh) desa di
menjadikan UUPA sebagai lex specialis 34 (tiga puluh empat) provinsi. Konflik yang
yang hanya mengatur bidang pertanahan. paling banyak berasal dari sektor perkebunan
Ditinggalkannya semangat dan prinsip- sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) kasus,
prinsip yang mendasari UUPA oleh undang- sektor kehutanan sebanyak 41 (empat puluh
undang sektoral ditengarai adanya perbedaan satu) kasus, sektor infrastruktur sebanyak 30
antara UUPA dengan undang-undang sektoral (tiga puluh) kasus, sektor properti sebanyak
dalam hal: (1) Orientasi; (2) Keberpihakan; 20 (dua puluh) kasus, sektor pertambangan
(3) Pengelolaan dan implementasinya; (4) sebanyak 12 (dua belas) kasus, sektor fasilitas
4 Wasis Susetio, “Disharmoni Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Agraria”, Lex Jurnalica Vol. 10, No. 3,
(Desember 2013): 135-136.
5 Okky Chahyo Nugroho, “Konflik Agraria di Maluku Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia (Agrarian
Conflict in Maluku Viewed from The Perspective of Human Rights)”, Jurnal HAM, Volume 9, Nomor 1, (Juli
2018): 88.
46 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
militer sebanyak 11 (sebelas) kasus, sektor kasus lahan antara warga dengan Kepala
pesisir kelautan sebanyak 3 (tiga) kasus, dan Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempe,
sektor agribisnis sebanyak 2 (dua) kasus.6 Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Pada awal
Sepanjang tahun 2020 sebaran wilayah Februari 2018, Kepala Desa Pandanwangi
konflik yang menjadi 5 (lima) besar adalah dan jajarannya beserta aparat keamanan dari
Provinsi Riau sebanyak 29 (dua puluh kepolisian dan Babinsa melakukan pematokan
sembilan) letusan konflik, Provinsi Jambi di atas lahan pertanian warga berukuran sekitar
sebanyak 21 (dua puluh satu) letusan 200 (dua ratus) hektar secara sepihak dengan
konflik, Provinsi Sumatera Utara sebanyak dalih “Reforma Agraria” untuk merampas
18 (delapan belas) letusan konflik, Provinsi kembali tanah-tanah re-claiming. Hal tersebut
Sumatera Selatan sebanyak 17 (tujuh belas) memicu terjadinya eskalasi konflik antara
letusan konflik, dan Provinsi Nusa Tenggara petani dengan massa bayaran oleh kepala desa.
Timur sebanyak 16 (enam belas) letusan Berbagai upaya advokasi telah dilakukan oleh
konflik. Di Provinsi Jawa Timur sepanjang warga terkait adanya dugaan maladministrasi
tahun 2020 terjadi sebanyak 12 (dua belas) yang dilakukan oleh pihak Kepala Desa
letusan konflik dengan luasan wilayah konflik Pandanwangi, tetapi hingga saat ini belum ada
mencapai 14.659,798 (empat belas ribu enam tindak lanjut.
ratus lima puluh sembilan koma tujuh ratus Contoh lain penyimpangan penanganan
sembilan puluh delapan) hektar.7 kasus lahan di Provinsi Jawa Timur terlihat
Meskipun tahun 2020 Provinsi Jawa Timur pada upaya mempidanakan Notaris Nora
tidak masuk dalam 5 (lima) besar provinsi Maria Lidwina, SH di Surabaya dalam proses
dengan konflik lahan tertinggi, tetapi konflik pembuatan Akta Jual Beli (AJB) atas objek
lahan di Provinsi Jawa Timur dapat dikatakan tanah. Notaris Nora dituduh telah memberikan
masih cukup tinggi dan butuh penanganan keterangan palsu di dalam AJB dan ditetapkan
yang serius. Pada tahun 2019 Provinsi Jawa sebagai tersangka oleh penyidik kepolisian
Timur bahkan berada di urutan ke-4 (keempat) selama 9 (sembilan) tahun tanpa adanya
wilayah dengan konflik lahan tertinggi, yaitu kejelasan akan tindak lanjut penyelesaian
dengan 21 (dua puluh satu) konflik.8 perkaranya. Pada tahun 2019 Majelis Hakim
Salah satu contoh kasus lahan di Provinsi Pengadilan Negeri Surabaya mencabut
Jawa Timur yang sempat mencuat adalah status tersangka Notaris Nora karena menilai
6 Bayu Galih, “KPA Catat 241 Kasus Konflik Agraria Sepanjang 2020 di Tengah Pandemi”, https://nasional.
kompas.com/read/2021/01/06/13013151/kpa-catat-241-kasus-konflik-agraria-sepanjang-2020-anomali-di-
tengah-pandemi?page=all, diakses 10 Maret 2021.
7 KPA/or/id, “Catatan Akhir Tahun 2020: Konsorsium Pembaruan Agraria”, http://kpa.or.id/assets/uploads/files/
publikasi/4db26-catatan-akhir-tahun-kpa_peluncuran-1_laporan-konflik-agraria-2020.pdf, diakses 10 Maret
2021.
8 Ibid.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 47
penetapan status tersangka pada dirinya telah kondisi instabilitas keamanan dan ketertiban
melanggar beberapa ketentuan, yakni pasal masyarakat yang membahayakan keutuhan
50 Kitab Undang-Undang Hukum Acara bangsa dan negara. Hal ini juga dikhawatirkan
Pidana (KUHAP); serta Peraturan Bersama akan menciptakan citra negatif dan rasa
Ketua Mahkamah Agung RI (MahkumJakpol) ketidakpercayaan (distrust) dari masyarakat
Nomor 299/2010 dan M.HH-35/2010 serta terhadap aparat, lembaga, dan bahkan sistem
Kep-059/2010 Standar Operasional Prosedur pemerintahan yang kemungkinan akan
(SOP) Penanganan Perkara Tindak Pidana meningkatkan praktik-praktik tindakan main
Umum. Berdasarkan peraturan tersebut, hakim sendiri (vigilante).
tidak seharusnya penetapan status tersangka Oleh sebab itu perlunya penanggulangan
dibiarkan sampai 9 (sembilan) tahun tanpa secara signifikan dan komprehensif terhadap
ditindaklanjuti. Selain itu Jaksa Penuntut penyimpangan penegakan hukum pada konflik
Umum (JPU) juga telah mengembalikan lahan menjadi motif utama penulis untuk
berkas perkara kepada penyidik kepolisian melakukan penelitian lebih lanjut.
hingga 13 (tiga belas) kali, jauh melebihi batas Tulisan ini akan menganalisis secara
maksimal yang diperbolehkan, yaitu hanya 3 yuridis penyimpangan penegakan hukum
(tiga) kali. pada konflik lahan untuk menemukan alasan
Penyimpangan penegakan hukum yang terjadinya penyimpangan tersebut serta
terjadi dalam proses penanganan kasus lahan menawarkan solusi guna penanggulangan
selama ini sering kali dibiarkan berlarut-larut penyimpangan penegakan hukum pada
tanpa adanya pembenahan, evaluasi, dan konflik lahan di Provinsi Jawa Timur.
penanganan yang tepat dan sigap. Pembiaran Penelitian ini menggunakan metode
terhadap kondisi ini tentunya akan membawa penelitian hukum normatif dan analisis
dampak buruk dan kerugian bagi Negara deskriptif eksplanatoris9 dengan pendekatan
Kesatuan Republik Indonesia karena hal ini studi kasus (case approach).10 Sumber data
jelas akan berpotensi menimbulkan berbagai menggunakan data sekunder dari arsip-
permasalahan baru, yakni terjadinya konflik arsip, dokumentasi, data resmi instansi
sosial yang bersifat horizontal dan vertikal pemerintahan terkait, undang-undang, dan
yang pada akhirnya akan mengarah pada makalah penelitian terkait.11
9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 158-
160.
10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), hlm. 133-136.
11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2015), hlm. 12-15.
48 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta pasal (4) Setiap orang yang diperiksa berhak
18 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 mendapatkan bantuan hukum sejak
saat penyidikan sampai adanya putusan
tentang Hak Asasi Manusia (HAM). pengadilan yang telah memperoleh
Pasal 50 ayat (1) dan (2) KUHAP kekuatan hukum tetap.
menyatakan: (5) Setiap orang tidak dapat dituntut untuk
(1) Tersangka berhak segera mendapat kedua kalinya dalam perkara yang
pemeriksaan oleh penyidik dan sama atas suatu perbuatan yang telah
selanjutnya dapat diajukan kepada memperoleh putusan pengadilan yang
penuntut umum; berkekuatan hukum tetap”.
(2) Tersangka berhak perkaranya segera Berdasarkan pasal tersebut diatas,
dimajukan ke pengadilan oleh penuntut
tidak seharusnya Notaris Nora ditahan
umum.
karena tidak terdapat cukup bukti yang
Ketentuan dalam pasal ini seharusnya telah
menunjukkan bahwa Notaris Nora dengan
memberikan jaminan perlindungan hak-hak
sengaja memasukkan keterangan palsu di
tersangka dan menjamin kepastian hukum
dalam AJB yang diterbitkannya. Sementara
yang adil bagi semua warga negara dalam
jika Notaris Nora melakukannya secara tidak
proses pemeriksaan. Tidak seharusnya kasus
sengaja, seharusnya kasus tersebut diserahkan
Notaris Nora dibiarkan berlarut-larut hingga 9
kepada majelis maupun penanggung jawab
(sembilan) tahun tanpa adanya kejelasan dan
kode etik dan diselesaikan di badan internal
tindak lanjut.
Begitu juga dengan pasal 18 Undang- kenotariatan, bukan alih-alih memaksakannya
Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak masuk ke ranah pidana. Melalui surat
Asasi Manusia (HAM) yang menyatakan: keterangan yang dikeluarkan oleh Ketua
(1) Setiap orang yang ditangkap, ditahan, Majelis Pengawas Daerah Kota Surabaya,
dan dituntut karena disangka melakukan Miftachul Machsum, juga disebutkan bahwa
sesuatu tindak pidana berhak dianggap
seluruh prosedur dalam pembuatan akta jual
tidak bersalah, sampai dibuktikan
kesalahannya secara sah dalam suatu beli yang dilakukan oleh Notaris Nora telah
sidang pengadilan dan diberikan segala sesuai dengan perundang-undangan.
jaminan hukum yang diperlukan untuk
Selain itu berdasarkan Peraturan Bersama
pembelaannya, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Ketua Mahkamah Agung RI (MahkumJakpol)
(2) Setiap orang tidak boleh dituntut untuk Nomor 299/2010 dan M.HH-35/2010 serta
dihukum atau dijatuhi pidana, kecuali Kep-059/2010 tentang Standar Operasional
berdasarkan suatu peraturan perundang-
Prosedur (SOP) Penanganan Perkara Tindak
undangan yang sudah ada sebelum tindak
pidana itu dilakukannya. Pidana Umum, telah ditentukan bahwa apabila
(3) Setiap ada perubahan dalam peraturan berkas perkara sudah 3 (tiga) kali diajukan
perundang-undangan, maka berlaku oleh penyidik dan dikembalikan oleh Jaksa
ketentuan yang paling menguntungkan
Penuntut Umum (JPU) maka perkara tersebut
bagi tersangka.
50 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
dinyatakan tidak layak atau tidak dapat Penanganan Perkara Tindak Pidana Umum.
dilanjutkan lagi. Selain dibebaskan, status Notaris Nora sebagai
Sedangkan dalam perkara ini berkas pejabat publik juga dipulihkan.
perkara sudah 13 (tiga belas) kali dikembalikan Apabila dikategorikan, konflik lahan yang
oleh JPU. Berkas perkara selalu dikembalikan akhirnya menjerat Notaris Nora tersebut di
karena JPU menilai bahwa penyidik tidak atas termasuk permasalahan yang bersifat
dapat memenuhi petunjuk dari JPU dan manifest conflict.
penyidik tidak bisa menunjukkan di mana Sebagaimana diungkapkan oleh Ron
letak keterangan palsu dalam akta jual beli Fisher, konflik adalah ketidakcocokan tujuan
atau nilai antara 2 (dua) atau lebih pihak dalam
yang diterbitkan oleh Notaris Nora seperti
suatu hubungan yang dikombinasikan dengan
yang dituduhkan kepadanya.
upaya untuk mengontrol satu sama lain dan
Berdasarkan ketentuan ini seharusnya
perasaan antagonis terhadap satu sama lain.12
kasus Notaris Nora tidak dapat dilanjutkan.
Adapun menurut Hocker dan Wilmot, konflik
Statusnya sebagai tersangka juga tidak
adalah ekspresi perjuangan antara minimal 2
boleh digantung selama 9 (sembilan) tahun
(dua) pihak yang saling ketergantungan dan
dan secepatnya harus mendapatkan suatu
merasa adanya ketidaksesuaian dalam tujuan,
kepastian. Kepastian ini diatur dalam Peraturan
kelangkaan sumber daya, dan adanya campur
Bersama No.099/KMA/ SKB/V/2010 tentang
tangan dari pihak lain dalam mencapai tujuan
Sinkronisasi Ketatalaksanaan Sistem Peradilan
mereka.13
Pidana Dalam Mewujudkan Penegakan HAM Dalam suatu organisasi atau lembaga, baik
yang Berkeadilan yang dikeluarkan oleh ketua lembaga pemerintah maupun swasta, proses
Mahkamah Agung (MA), Menteri Hukum dan konflik dapat dipahami dengan menggunakan
HAM, Jaksa Agung, dan Kapolri. model Pondy tentang episode konflik yang
Pada tahun 2019 Majelis Hakim ditunjukkan melalui serangkaian tahapan
Pengadilan Negeri Surabaya akhirnya berikut:14
mencabut status tersangka Notaris Nora karena 1) Latent conflict, tahap munculnya faktor-
menilai penetapan status tersangka pada faktor yang menjadi penyebab awal mula
dirinya telah melanggar pasal 50 KUHAP, terjadinya konflik di dalam organisasi.
serta Peraturan Bersama Ketua Mahkamah 2) Perceived conflict, tahap dimana salah
Agung RI (MahkumJakpol) Nomor 299/2010 satu pihak memandang bahwa pihak
dan M.HH-35/2010 dan Kep-059/2010 lain akan menghambat atau mengancam
tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) pencapaian tujuannya.
12 Ron Fisher, “Sources of Conflict and Methods of Conflict Resolution”, http://www. communicationcache.com/
uploads/1/0/8/8/10887248/sources_of_conflict_and_ methods_of_resolution. pdf , accessed 15 April 2020.
13 Myra Warren Isenhart and Michael Spangle, Collaborative Approaches to Resolving Conflict, (New Delhi:
Sage Publications Inc, 2000), p. 342.
14 Umar Nimran, Perilaku Organisasi, (Bandung: Citra Media, 1997), hlm. 11.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 51
15 Ibid.
52 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
represif kekerasan maupun penangkapan undangan, antara lain pasal 55 dan pasal
tanpa prosedural terhadap masyarakat yang 107 Undang-Undang Nomor 39 tahun 2014
mencoba bertahan di tanah mereka. Herannya, tentang Perkebunan, Undang-Undang Nomor
TNI juga terlihat bertindak sama. Lembaga 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah; pasal
yang ditujukan sebagai penegak kedaulatan 12, pasal 82 ayat (1) huruf a, pasal 17, dan pasal
dan penjaga keutuhan wilayah republik ini 92 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 tahun
tidak jarang juga tercatat melakukan tindak 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
kekerasan kepada masyarakat saat terjadi Hutan; serta pasal 160, pasal 170, pasal 187,
konflik agraria di lapangan.16 dan pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum
Begitu juga dengan oknum-oknum preman Pidana (KUHP).
yang terkadang dilibatkan oleh para pelaku Selain itu terdapat juga pasal-pasal tidak
perampasan tanah. Tercatat para oknum lazim yang terlihat digunakan oleh aparat untuk
ini sering kali tampil sebagai organisasi- melemahkan perjuangan warga masyarakat
organisasi sipil yang hadir untuk mengusik dan petani di wilayah-wilayah konflik dan
dan mengusir warga dengan cara-cara penggusuran. Seperti yang dialami oleh Budi
intimidasi dalam peristiwa perampasan tanah Pego, warga penolak tambang Tumpang
dan konflik. Selain itu cara-cara kekerasan Pitu asal Banyuwangi yang dikriminalisasi
seperti penggunaan senjata ternyata begitu dengan pasal 107 huruf (a) Undang-Undang
ampuh dan terus dilakukan oleh pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Perubahan
dalam upaya penangan konflik. Terlebih lagi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
aparat negara seperti tentara dan kepolisian yang berkaitan dengan Kejahatan Terhadap
cenderung tidak netral dalam menangani Keamanan Negara. Pasal ini dikenakan
konflik atau sengketa yang terjadi. Hal ini terhadap dirinya karena ia dituduh membawa
terlihat dari aparat kepolisian yang selalu simbol (bendera) yang identik dengan partai
memakai prosedural pendekatan hukum komunis ketika melakukan aksi demonstrasi
positif tetapi faktanya yang terjadi justru menolak tambang.18
adanya praktik kriminalisasi terhadap warga Berdasarkan penjabaran di atas dapat
yang sedang mempertahankan haknya.17 dikatakan bahwa penyimpangan dalam
Tindakan ini ditempuh dengan penanganan kasus lahan masih marak terjadi di
menggunakan berbagai pasal-pasal karet Indonesia. Penyimpangan yang kerap terjadi
yang terdapat dalam peraturan perundang- umumnya didasari oleh tindakan korupsi dan
16 Ibid.
17 Ibid.
18 Kompas.com, “Kisah Budi Pego, Aktivis dengan Tuduhan Komunis: Tetap Tolak Tambang Emas Usai Dibui
(Bagian I)”, https://nasional. kompas.com/read/2019/12/16/07255421/kisah-budi-pego-aktivis-dengan-
tuduhan-komunis-tetap- tolak-tambang-emas-usai, diakses 18 April 2020.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 53
pelanggaran kode etik. Contohnya seperti terdapat ketidakserasian antara nilai, kaidah,
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), dan pola perilaku dalam penegakan hukum
maladministrasi, makelar kasus, melakukan di Indonesia. Menurut Soejono Soekanto,
kekerasan, menerima suap dari pihak tertentu ketidakserasian penegakan hukum tersebut
untuk menekan pihak lainnya, mengintervensi disebabkan oleh faktor-faktor berikut:20
kasus, serta pelanggaran hak asasi manusia 1) Faktor hukumnya itu sendiri, yaitu
lainnya. Perilaku penyimpangan tersebut bermula dari adanya undang-undang
dilakukan oleh pegawai pemberi layanan yang bermasalah. Hal ini disebabkan
publik seperti pegawai Badan Pertanahan oleh: (a) Tidak diikutinya asas-asas
Nasional (BPN) maupun pegawai terkait keberlakuannya; (b) Belum ada peraturan
lainnya; serta aparat penegak hukum seperti pelaksanaan dalam penerapan undang-
polisi/tentara, Pejabat Pembuat Akta Tanah undang; (c) Ketidakjelasan (multitafsir)
(PPAT), dan bahkan jaksa maupun hakim.19 dari kata-kata yang terdapat dalam
Dalam kasus yang menimpa Notaris undang-undang.
Nora, tampak jelas bahwa penyidik kepolisian 2) Faktor penegak hukumnya, yaitu pihak-
Surabaya telah melakukan penyimpangan pihak yang langsung maupun tidak
penegakan hukum dalam kasus lahan. langsung terlibat dalam penegakan
Mengingat kurangnya bukti dan proses hukum mulai dari polisi, jaksa, hakim,
pengembalian berkas perkara yang telah penasihat hukum (advokat), hingga
melebihi batas maksimum, tampak bahwa petugas sipir pemasyarakatan. Pada
kasus tersebut terkesan dipaksakan. Kasus praktiknya penegakan hukum belum
tersebut tidak seharusnya dibawa ke ranah berjalan di koridor yang tepat sehingga
pidana. Penyimpangan penegakan hukum penegakan hukum mengalami kendala
yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam dalam tingkatan teknis operasional di
hal ini terlihat dilandasi oleh perilaku masing-masing penegak hukum. Hal
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) ini disebabkan oleh: (a) Rendahnya
yang mungkin saja diprakarsai oleh tindakan kualitas aparat penegak hukum; (b)
korupsi. Tidak diindahkannya prinsip the right
Penyimpangan-penyimpangan yang man in the right place; (c) Rendahnya
demikian ini jugalah yang sering kali komitmen mereka terhadap penegakan
menimbulkan dan memperparah suatu hukum; (d) Tidak adanya mekanisme
konflik lahan. Hal ini disebabkan karena penegakan hukum yang terintegrasi,
19 Ahkam Jayadi, “Problematika Penegakan Hukum dan Solusinya”, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum Vol. 15, No.
2, (Juli, 2015): 12.
20 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1983),
hlm. 35.
54 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
baik, dan modern; (e) Kuatnya pengaruh apa saja yang dianggap baik (sehingga
dan intervensi politik dan kekuasaan dianut/dilakukan) dan apa yang dianggap
ke dalam dunia caturwangsa, terutama buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai
di badan kepolisian, kejaksaan, dan tersebut lazimnya terdiri dari nilai-
kehakiman; (f) Tingginya korupsi dan nilai konservatisme dan nilai-nilai
kejahatan terorganisir (organized crime) inovatisme yang mencerminkan 2 (dua)
antar anggota penegak hukum dengan keadaan ekstrim yang harus diserasikan/
tuduhan mafia peradilan. diselaraskan.
3) Faktor sarana dan fasilitas, yaitu manusia Dalam penegakan hukum, kelima faktor
yang berpendidikan tinggi dan terampil, tersebut di atas akan saling berkaitan erat
organisasi yang baik, peralatan yang antara satu dengan lainnya. Faktor satu
memadai, keuangan yang cukup, dan sama lain akan saling mempengaruhi dalam
sebagainya. Tanpa dukungan sarana dan upaya penegakannya. Kelemahan yang
fasilitas yang memadai maka penegakan satu akan berdampak kepada yang lainnya
hukum tidak dapat dilakukan secara karena keseluruhannya menjadi hal pokok
optimal. dalam penegakan hukum serta dalam rangka
4) Faktor masyarakat. Indonesia terdiri memperoleh tolok ukur dari efektivitas
dari masyarakat yang majemuk dengan penegakan hukumnya.
berbagai golongan etnik dan ragam
kebudayaan. Oleh sebab itu penegak B. Penanggulangan Penyimpangan
hukum harus mengenal stratifikasi sosial Penegakan Hukum Pada Konflik
atau pelapisan masyarakat yang ada Lahan di Provinsi Jawa Timur
dalam suatu lingkungan beserta tatanan Dalam Bahasa Yunani tanah disebut
status/kedudukan dan peranan yang ada dengan “pedon” dan dalam Bahasa Latin
untuk memudahkan penegak hukum disebut“ solum” yang berarti bagian kerak
untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan bumi yang tersusun dari mineral dan bahan
norma-norma atau kaidah-kaidah yang organik. Tanah berasal dari hasil pelapukan
berlaku di lingkungan tersebut sehingga batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan
penegakan hukum dapat diterapkan. organik dan organisme (vegetasi atau hewan)
5) Faktor kebudayaan. Pada prinsipnya, yang hidup di atasnya atau di dalamnya.21
kebudayaan pasti mencakup nilai-nilai Peruntukannya dapat digunakan sebagai
yang mendasari hukum yang berlaku. sumber pencaharian perekonomian maupun
Nilai-nilai mana yang merupakan menjadi alas pembangunan rumah yang akan
konsepsi-konsepsi abstrak mengenai digunakan sebagai tempat hunian. Dengan
21 Mahfud Arifin, Novarina Dermawan Putri, dkk, “Pengaruh Posisi Lereng Terhadap Sifat Fisika dan Kimia
Tanah pada Inceptisols di Jatinangor”, Soilrens Vol. 16, No. 2, (Juli-Desember 2018): 37.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 55
demikian tanah dapat didefinisikan sebagai perbedaan kepentingan di antara 2 (dua) belah
lapisan kerak bumi yang berada di lapisan pihak atau lebih. Namun kedua istilah tersebut
paling atas yang juga merupakan penyangga dapat dibedakan dari segi kosa kata. “Conflict”
seluruh kehidupan yang ada di muka bumi. sudah diserap ke dalam Bahasa Indonesia
Banyaknya manfaat dari tanah berdasarkan menjadi “konflik” sedangkan “dispute” dapat
kegunaan dan jenisnya membuat negara diterjemahkan sebagai sengketa.23
dalam hal ini pemerintah merasa perlu untuk Lebih lanjut ditegaskan bahwa konflik
mengatur dan menata pemanfaatan tanah yang tidak akan berkembang menjadi sengketa
akan dikelola sesuai dengan peruntukannya. apabila pihak yang merasa dirugikan
Chapin menggolongkan tanah dalam 3 hanya memendam perasaan tidak puas
(tiga) golongan, yaitu yang memiliki:22 atau keprihatinannya. Suatu konflik akan
1. Nilai keuntungan, yang dihubungkan berkembang menjadi sengketa bilamana pihak
dengan tujuan ekonomi dan yang dapat yang merasa dirugikan telah menyatakan
dicapai dengan jual-beli tanah di pasaran ketidakpuasannya.24
bebas. Menurut Richard L. Abel (1973), William
2. Nilai kepentingan umum, yang L. F. Felstiner (1974, 1975), dan Paul Wehr
berhubungan dengan pengaturan untuk (1979) sebagaimana dikutip oleh Steven
masyarakat umum dalam perbaikan Vago,25 pengertian konflik adalah sesuatu yang
kehidupan bermasyarakat. terjadi dalam kehidupan yang dapat dikelola
3. Nilai sosial, yang merupakan hal mendasar dan diatur alih-alih diselesaikan. Intervensi
bagi kehidupan (misalnya sebidang tanah dari pihak ketiga hanya mewakili penyelesaian
yang dipelihara, peninggalan, pusaka, komponen publik dan bukan mengurangi
dan sebagainya), dan yang dinyatakan kekuatan yang mendasari ketegangan yang
oleh penduduk dengan perilaku yang diciptakan oleh konflik tersebut.
berhubungan dengan pelestarian, tradisi, Pemetaan tipologi konflik dilakukan
kepercayaan, berkeluarga, bersekolah, dengan cara mengelompokkannya ke dalam
beribadat, berekreasi, berolahraga, dan ruang-ruang konflik. Kriteria-kriteria ruang
sebagainya. konflik tersebut menurut Fuad dan Maskanah
Menurut Rachmadi Usman, baik kata dalam Rachmad Safa’at dan Indah Dwi
“conflict” maupun “dispute” sama-sama Qurbani26 terbagi ke dalam 5 (lima) ruang
mengandung pengertian tentang adanya konflik, yaitu:
22 Johara T. Jayadinata, Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan, dan Wilayah, (Bandung:
Penerbit ITB, 1999), hlm. 28.
23 Rachmadi Usman dalam Sarjita, Teknik dan Strategi Mengelola Sengketa dan Konflik Pertanahan (Memadukan
Antara Teori dan Studi Empirik), Tanpa penerbit, 2004, hlm. 7.
24 Ibid., hlm 8.
25 Steven Vago, Law and Society, Third Edition, (New Jersey: Prentice Hall, 1991), p. 174.
26 Rachmad Safa’at dan Indah Dwi Qurbani, “Alternatif Penyelesaian Sengketa Pertambangan (Studi di Kabupaten
Lumajang Provinsi Jawa Timur)”, Jurnal Konstitusi Vol. 14, No. 1, (Maret 2017): 157-158.
56 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
1. Konflik data, terjadi ketika seseorang terjadi ketika seseorang berusaha untuk
mengalami kekurangan informasi yang memaksakan suatu sistem nilai kepada
dibutuhkan untuk mengambil keputusan orang lain atau mengklaim suatu sistem
yang bijaksana, mendapat informasi nilai yang eksklusif dan di dalamnya
yang salah, tidak sepakat mengenai data tidak dimungkinkan adanya percabangan
yang relevan, menerjemahkan informasi kepercayaan. Penegakan regulasi
dengan cara yang berbeda, atau memakai merupakan sumber konflik yang paling
tata cara pengkajian yang berbeda. dominan.
2. Konflik kepentingan, disebabkan oleh 5. Konflik struktural, terjadi ketika adanya
27 Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian, (Jakarta: Salemba Empat, 2010),
hlm. 22.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 57
1. Konflik intrapersonal atau konflik dan staf seperti antara pekerja dengan
seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik pekerja serta pekerja dengan manajemen
ini terjadi apabila pada waktu yang sama merupakan 2 (dua) macam bidang konflik
seseorang memiliki 2 (dua) keinginan antar kelompok.
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. 5. Konflik antara organisasi. Contohnya
2. Konflik interpersonal atau konflik seperti di bidang ekonomi dimana
pertentangan antar seseorang dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain
orang lain yang terjadi karena adanya dianggap sebagai bentuk konflik dan
pertentangan kepentingan atau keinginan. konflik ini biasanya disebut dengan
Hal ini sering terjadi antara 2 (dua) orang persaingan. Konflik ini menyebabkan
yang berbeda status, jabatan, bidang timbulnya pengembangan produk-
kerja, dan lain-lain. produk baru, teknologi baru, servis baru,
3. Konflik antar individu-individu dan dan pemanfaatan sumber daya secara
kelompok-kelompok. Konflik ini sering lebih efisien.
kali berhubungan dengan cara individu Terlepas dari itu konflik atau sengketa
menghadapi tekanan-tekanan untuk sering kali digunakan secara bergantian
mencapai konformitas yang ditekankan dengan makna yang sebenarnya kurang lebih
kepada mereka oleh kelompok kerja sama. Hal tersebut bisa dimengerti karena
mereka. istilah konflik atau sengketa dipahami sebagai
4. Konflik antara kelompok dalam organisasi representasi dari suatu perselisihan. Namun
yang sama. Konflik ini merupakan tipe begitu, konflik atau sengketa sebenarnya
konflik yang banyak terjadi di dalam dapat dibedakan berdasarkan kategori tertentu
organisasi-organisasi. Konflik antar lini seperti dijelaskan dalam tabel berikut:
Sementara jika dilihat dari peraturan sengketa dapat diketahui sebagai berikut:
perundang-undangan, definisi konflik atau
Tabel 2. Definisi Konflik atau Sengketa menurut Peraturan Perundang-Undangan
Sumber Definisi Konflik atau Sengketa
Peraturan Menteri ATR/ Ka.BPN Sengketa tanah adalah perselisihan pertanahan antara orang
No. 11 tahun 2016 tentang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak
Penyelesaian Kasus Pertanahan berdampak luas. Konflik tanah adalah perselisihan pertanahan
antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi,
badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan
atau sudah berdampak luas.
Peraturan Menteri LHK No. 84 Konflik tenurial hutan adalah berbagai bentuk perselisihan atau
tahun 2015 tentang Penanganan pertentangan klaim penguasaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan
Konflik Tenurial Kehutanan penggunaan kawasan hutan.
UU No. 7 tahun 2012 tentang Konflik sosial, yang selanjutnya disebut konflik adalah
Penyelesaian Konflik Sosial perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara
2 (dua) kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung
dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan
ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu
stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional.
UU No. 32 tahun 2009 tentang Sengketa lingkungan hidup adalah perselisihan antara 2 (dua)
Perlindungan dan Pengelolaan pihak atau lebih yang timbul dari kegiatan yang berpotensi dan/
Lingkungan Hidup atau telah berdampak pada lingkungan hidup.
Berbagai konflik atau sengketa ini dalam akan mempengaruhi gaya para pihak dalam
penanganannya sangat tergantung pada sikap menghadapinya. Untuk dapat memahami tiap
pihak-pihak terkait. Sayangnya sikap dalam perspektif yang umumnya muncul, instrumen
menghadapi konflik sangat dipengaruhi Kenneth W. Thomas dan Ralph H. Kilmann
oleh perspektif para pihak tentang konflik. dapat diuraikan sebagai berikut:
Perspektif tiap-tiap pihak terhadap konflik
Berdasarkan gambar di atas, perspektif dalam tindakan tersebut tidak jelas siapa
atas konflik yang umumnya dapat dilihat dari yang menang dan siapa yang kalah.
pihak-pihak yang berkonflik adalah berupa: 4. Bersaing (competiting), yaitu suatu gaya
menghindar (avoiding), mengakomodasi sengketa yang dicirikan oleh tindakan-
(accommodating), berkompromi tindakan agresif, mementingkan pihak
(compromising), bersaing (competiting), dan sendiri, menekan pihak lain, dan
bekerja sama (collaborating). Kelima sikap berperilaku tidak kooperatif.
yang diekspresikan oleh para pihak yang 5. Bekerja sama (collaborating), dicirikan
28 Konsorsium Pembaruan Agraria, Catatan Akhir Tahun 2017: Reforma Agraria di Bawah Bayangan Investasi:
Gaung Besar di Pinggir Jalan, (Jakarta: Konsorsium Pembaruan Agraria, 2018), hlm. 15-16.
29 Kertas Posisi KOMNAS HAM 2017-2018, “Percepatan Penyelesaian Konflik Agraria dalam Kerangka Reforma
Agraria dengan Berbasis HAM”, https://www.komnasham. go.id/files/20181126-kertas-posisi-penyelesaian-
konflik-$AINDB.pdf, diakses 27 Maret 2021.
60 ARENA HUKUM Volume 14, Nomor 1, April 2021, Halama 42-66
30 Herlina Ratna Sambawa Ningrum, “Analisis Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa Atas Tanah Berbasis
Keadilan”, Jurnal Pembaharuan Hukum Vol. I, No.2, (Mei-Agustus 2014): 225.
31 Ibid.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 61
merekrut orang-orang dari disiplin ilmu menolak atau tidak terlibat dalam
lain yang memiliki keahlian di bidang aktivitas suap, pungli, dan sebagainya.37
manajemen, bidang komputer, bidang 7. Menciptakan budaya anti korupsi dan
data processing, bidang psikologi, dan pelayanan publik yang prima yang
sebagainya yang dapat membenahi tercermin dari: (a) Transparansi, yaitu
sistem administrasi dan manajemen.34 pelayanan yang bersifat terbuka, mudah,
3. Memberikan sanksi tegas terhadap dan dapat di akses oleh semua pihak
oknum-oknum yang melakukan yang membutuhkan, serta disediakan
pelanggaran dan tidak bekerja sesuai secara memadai dan mudah dimengerti;
dengan Standar Operasional Prosedur (b) Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang
(SOP) yang berlaku. dapat dipertanggungjawabkan sesuai
4. Diperlukan suatu lembaga pengawasan dengan ketentuan peraturan perundang-
peradilan yang independen, imparsial, undangan; (c) Kondisional, yaitu
dan jujur (independent, impartial, and pelayanan yang sesuai dengan kondisi
honest judiciary) yang dapat mengawasi dan kemampuan pemberi dan penerima
terus-menerus setiap tindakan-tindakan pelayanan dengan tetap berpegang pada
koruptif maupun pelanggaran peraturan prinsip efisiensi dan efektivitas; (d)
yang dilakukan oleh aparat penegak Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat
hukum.35 mendorong peran serta masyarakat
5. Menciptakan sistem pelayanan dan dalam penyelenggaraan pelayanan
penanganan kasus yang transparan dan publik dengan memperhatikan aspirasi,
terbuka terhadap partisipasi dan respons kebutuhan, dan harapan masyarakat; (e)
pengawasan masyarakat.36 Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang
6. Diseminasi program Gerakan Nasional tidak melakukan diskriminasi dilihat
Anti Korupsi secara terus-menerus dari aspek apa pun khususnya suku,
yang disosialisasikan sejak dini kepada ras, agama, golongan, status sosial, dan
masyarakat sehingga masyarakat tahu lain-lain; serta (f) Keseimbangan hak
dan mewaspadai bahaya korupsi dan dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
dengan berani melawan atau melaporkan mempertimbangkan aspek keadilan
praktik-praktik korupsi yang dilakukan antara pemberi dan penerima pelayanan
oleh para aparat penegak hukum, serta publik.38
34 Ibid.
35 Maryanto, “Pemberantasan Korupsi Sebagai Upaya Penegakan Hukum”, Jurnal Ilmiah CIVIS Vol. 2, No.2,
(Juli 2012): 5.
36 Ibid.
37 Ridwan, “Upaya Pembentukan Perilaku Penegak Hukum yang Anti Korupsi Melalui Rekam Sidang Tipikor”,
MMH Jilid 43, No.3, (Juli 2014): 406.
38 Robi Cahyadi Kurniawan, “Inovasi Kualitas Pelayanan Publik Pemerintah Daerah”, Fiat Justisia Vol.10,
Issue.03, (Juli-September 2016): 573-574.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 63
DAFTAR PUSTAKA
Nimran, Umar. Perilaku Organisasi. Bandung: Kurniawan, Robi Cahyadi. “Inovasi Kualitas
Citra Media, 1997. Pelayanan Publik Pemerintah Daerah”.
Soekanto, Soerjono. Faktor-Faktor yang Fiat Justisia Vol. 10, Issue. 03, (Juli-
Mempengaruhi Penegakan Hukum. September 2016): 573-574.
Jakarta: Rajawali Press, 1983. Maryanto. “Pemberantasan Korupsi Sebagai
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Upaya Penegakan Hukum”. Jurnal
Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Ilmiah CIVIS Vol. 2, No.2, (Juli 2012):
Press, 2015.\ 5.
Usman, Rachmadi dalam Sarjita. Teknik Nugroho, Okky Chahyo. “Konflik Agraria di
dan Strategi Mengelola Sengketa dan Maluku Ditinjau dari Perspektif Hak
Konflik Pertanahan (Memadukan Asasi Manusia (Agrarian Conflict in
Antara Teori dan Studi Empirik). Tanpa Maluku Viewed from The Perspective
penerbit, 2004. of Human Rights)”. Jurnal HAM Vol. 9,
Vago, Steven. Law and Society, Third Edition. No. 1, (Juli 2018): 88.
New Jersey: Prentice Hall, 1991. Ningrum, Herlina Ratna Sambawa. “Analisis
Wirawan. Konflik dan Manajemen Konflik: Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa
Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Atas Tanah Berbasis Keadilan”. Jurnal
Salemba Empat, 2010. Pembaharuan Hukum Vol. I, No. 2,
(Mei-Agustus 2014): 225.
Jurnal Ridwan. “Upaya Pembentukan Perilaku
Arifin, Mahfud, Novarina Dermawan Putri, Penegak Hukum yang Anti Korupsi
dkk. “Pengaruh Posisi Lereng Terhadap Melalui Rekam Sidang Tipikor”. MMH
Sifat Fisika dan Kimia Tanah Pada Jilid. 43, No.3, (Juli 2014): 406.
Inceptisols di Jatinangor”. Soilrens Vol. Safa’at, Rachmad dan Indah Dwi Qurbani.
16, No.2, (Juli-Desember 2018): 37. “Alternatif Penyelesaian Sengketa
Iqma, Almira Gusti. “Community Plantation Pertambangan (Studi di Kabupaten
Forests: As Implementation of Agrarian Lumajang Provinsi Jawa Timur)”.
Reform in Forestry Sector Village Jurnal Konstitusi Vol. 14, No. 1, (Maret
Lubuk Seberuk, Lempuing OKI, South 2017): 157-158.
Sumatera”. Interaktif Jurnal Ilmu-Ilmu Susetio, Wasis. “Disharmoni Peraturan
Sosial Vol. 12, No. 2, (2020): 1. Perundang-Undangan di Bidang
Jayadi, Ahkam. “Problematika Hukum dan Agraria”. Lex Jurnalica Vol. 10, No. 3,
Solusinya”. Jurnal Ilmu Syariah dan (Desember 2013): 135-136.
Hukum Vol. 15, No. 2, (Juli, 2015): 12.
Putra, Analisa Yuridis Penyimpangan Penegakan Hukum pada Konflik Lahan... 65
go.id/files/20181126-kertas-posisi- tetap-tolak-tambang-emas-usai.
penyelesaian-konflik-$AINDB.pdf. Diakses 18 April 2020.
Diakses 27 Maret 2021. KPA/or/id. “Catatan Akhir Tahun 2020:
Kompas.com. “Kisah Budi Pego, Aktivis Konsorsium Pembaruan Agraria”.
dengan Tuduhan Komunis: Tetap Tolak http://kpa.or.id/assets/uploads/files/
Tambang Emas Usai Dibui (Bagian p u b l i k a s i / 4 d b 2 6 - c a t a t a n - a k h i r-
I)”. https://nasional.kompas. com/ tahun-kpa_peluncuran-1_laporan-
read/2019/12/16/07255421/kisah-budi- konflik-agraria-2020.pdf. Diakses 10
pego-aktivis-dengan-tuduhan-komunis- Maret 2021.