Adnan Buyung Nasution : Bapak Advokat Indonesia yang Lahirkan Tokoh Hebat di
Dunia Hukum Indonesia
“Adnan Buyung Nasution and Associates menjadi role model bagi law firm
saat ini.”
Siapa yang tidak kenal dengan Adnan Buyung Nasution, sosok inspirasional di
dunia hukum Indonesia. Pria yang akrab disapa Bang Buyung walau telah wafat
sejak 2015 lalu, sumbangsihnya kepada Indonesia masih terasa hingga saat ini.
Beliau merupakan orang yang memula pendirian lembaga pelindung Hak Asasi
Manusia (HAM) bagi rakyat miskin pencari keadilan, Lembaga Bantuan Hukum.
“Jagalah LBH dan YLBHI. Teruskan perjuangan bagi si miskin dan orang- orang
tertindas,” demikian pesan yang diberikan oleh Bang Buyung kepada Todung Mulya
Lubis saat menjenguknya di rumah sakit.
Adapun nilai-nilai yang diciptakan oleh Bang Buyung yang sampai sekarang hidup
di YLBHI adalah:
1. Sesungguhnya keadilan adalah hak setiap orang karena itu penegakan hukum
harus terus diusahakan secara berkesinambungan dengan membangun sistem
secara demokratis, beradab, berperikemanusiaan;
2. Keadilan hukum merupakan pilar utama masyarakat hukum;
3. Mengamalkan perbuatan baik dan mencegah perbuatan tercela merupakan
penegakan penebaran dan hak Nurani masyarakat sosial yang adil;
4. Pemberian bantuan hukum bukan sekedar tindakan kedermawanan, tetapi
merupakan pembebasan manusia dari segala bentuk penindasan;
5. Kebhinekaan masyarakat Indonesia mengharuskan pemberian bantuan hukum
yang tidak mengenal sara dan politik keturunan, latar belakang.
Bang Buyung yang nama di dalam akta kelahirannya ialah Adnan Bahrum Nasution
lahir di Jakarta, 20 Juli 1934 juga kerap menjadi tonggak berdirinya law firm
modern di Indonesia. Ahmad Fikri Assegaf dalam Jurnal Hukum dan Pasar Modal
volume VII/Edisi 10 Juli – Desember 2015 yang diterbitkan oleh Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Adnan Buyung Nasution and Associates
menjadi role model bagi law firm generasi selanjutnya selain Lubis Ganie
Surowidjojo, Hadiputranto, Hadinoto & Partners, Makarim & Taira, dan lainnya.
Mantan Jaksa Agung yang juga pernah menjadi Hakim Agung dan advokat, Abdul
Rahman Saleh membeberkan ceritanya bersama Bang Buyung. Menurutnya, Bang
Buyung dinilai sebagai sosok yang rendah hati dan sangat berani. Beliau kerap
dikenal dalam perjuangannya yang merangkul generasi-generasi muda. Pada
masih bersama Bang Buyung, Abdul Rahman Saleh pernah membeberkan bahwa
Bang Buyung tidak pernah ingin dipanggil “Pak”. Bang Buyung lebih menyukai
dipanggil “Bang”. Hal ini dikarenakan Bang Buyung tidak mengenal pertanggaan
sosial.
Selain itu, Bambang juga sangat kagum terhadap model dakwah yang dijalankan
oleh Bang Buyung. Bang Buyung merupakan sosok yang sangat visioner. Beliau
tau bahwa generasi muda merupakan kunci perubahan dunia. Sehingga, sikapnya
yang cenderung lebih merangkul para pemuda dinilai sangat jenius.
Salah satu momen yang paling Bambang ingat dengan Bang Buyung adalah terkait
kasus HR Soedarsono. Saat itu, Bang Buyung merupakan advokat dari HR
Dharsono. Pada tahun 1987, Bang Buyung dikenai tuduhan atas tindakan
contempt of court atau penghinaan atas lembaga peradilan ketika sedang
membela kasus subversi HR Dharsono tersebut. Tuduhan yang ditimpakan kepada
Bang Buyung terjadi sebab Bang Buyung berkacak pinggang dan menginterupsi
ucapan hakim.
Selain berkiprah di berbagai kasus hukum nan kontroversial, Bang Buyung juga
pernah menjabat sebagai Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) pada masa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2007. Dilantiknya
Bang Buyung sebagai Wantimpres memiliki konflik tersendiri. Konflik pertama yang
dihadapi ialah Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) memohon kepada Presiden SBY
untuk memberhentikan Bang Buyung sebagai anggota Wantimpres karena adanya
isu tumpang tindih jabatan. Hal ini disampaikan oleh Adardam Achyar, Sekretaris
Jenderal DPP Ikatan Advokat Indonesia. Permohonan ini disampaikan karena
sampai saat mereka melaporkan kepada presiden melalui Menteri Sekretaris
Negara, Hatta Rajasa, Bang Buyung tidak pernah menyampaikan permohonan cuti
sebagai seorang advokat. Padahal jika merujuk UU Advokat telah jelas bahwa
advokat yang menjadi pejabat negara atau pejabat pemerintah wajib mengajukan
cuti.
TM Luthfi Yazid yang pernah menjadi asisten pribadi Bang Buyung, menyampaikan
bahwa Bang Buyung merupakan seorang pemberani, peduli, motivator, pengkader,
pioneer, dan tidak lain merupakan seorang panutan.
Pada waktu lain, Bang Buyung pernah mendatangi sebuah pemakaman di Tebet,
kebetulan pemakan tersebut memiliki jalan yang sempit. Bang Buyung datang
menaiki mobil Land Cruiser yang notabene merupakan mobil besar. Bang Buyung
geram menyalahkan mobilnya sendiri, sebagai bentuk penghalangan terhadap hak
asasi orang. “Sebegitu pedulinya Bang Buyung,” terang Luthfi tentang pria lulusan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu.
Kenangan Bang Buyung akan lekang di setiap zaman. Cita-cita Bang Buyung
dalam mencari sebuah kepastian hukum dan keadilan, nilai-nilai yang beliau anut
beserta segala perjuangannya pada dunia advokat akan selalu dikenang dan
menjadi contoh pada generasi saat ini. Bara api semangat yang Bang Buyung
miliki akan melahirkan api baru baik secara langsung atau tidak langsung pada
setiap advokat di Indonesia.
ANH/ FDW
KlikLegal.com
http://kliklegal.com