MAQDIR ISMAIL
A N D PA RT N E RS
35
MAESTRO HUKUM
setara Rp 2,43 triliun. Kemudian
ada perbubahan keterangan dari
M Adi Toegarisman, negara diduga
dirugikan 23,361 juta dolar atau
sekitar Rp 200 miliar, dan sekarang
dianggap merugikan negara dan hasil
penghitungan BPKP adalah sebesar
9,990,210,93 dolar dolar.
Kasus bioremediasi ini tidak akan
menjadi kasus seandainya tidak ada
egoisme sektoral yang dipaksakan
dan dipertunjukkan oleh Kejaksaan
Agung. Kalau betul ada dugaan
pelanggran terhadap undang-undang
lingkungan, maka kewenangannya
ada di Menteri Lingkungan Hidup.
Bahkan, kalau ada penyidikan
bersama tetap saja kendalinya ada di
Menteri Lingkungan Hidup. Akan
tetapi, dalam kasus ini Kejaksaan
Agung tidak memedulikan UndangUndang Lingkungan yang mengatur
secara sfesifik terhadap dugaan
pelanggaran dan atau kejahatan di
bidang lingkungan.
Masalah perizinan yang belum selesai
dianggap sebagai kejahatan korupsi
dan pekerjaan dianggap fiktif.
Kejaksaan Agung tidak memedulikan
SKK Migas yang mempunyai
perjanjian dengan PT Chevron Pacific
Indonesia, bahwa ada mekanisme
penyelesaian yang ditentukan untuk
mengatur segala bentuk perselisihan.
Bahkan, sampai akhir kontrak
saja perselisihan masih tetap dapat
dibicarakan oleh SKK Migas dan PT
Chevron Pacific Indonesia sebagai
kontraktor.
Dan hanya dengan meng-korupsikan perkara ini, Kejaksaan Agung
bisa potong kompas melakukan
penyidikan.
Inilah
bentuk
kriminalisasi yang secara sengaja
dilakukan atas suatu perjanjian perdata,
yang diduga melanggar UndangUndang Lingkungan. Penegakan
hukum dengan cara mengriminalkan
perjanjian perdata ini sangat tidak
baik bagi perkembangan hukum ke
depan. Ini bisa menjadi titik awal
hilangnya kepercayaan masyarakat
36
keluarga
37