Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PANCASILA

Analisis; Bagaimana Pandangan Pribadi Tentang Penegakan Hukum di Indonesia

DOSEN PENGAMPU : JURISMAN,S.H.,M.H

DISUSUN OLEH : ANNISYA

NUR (12020723221)

1/PIH-F

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH dan HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN AJARAN 2020/2021
Menurut pandangan saya Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum
sebagai landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen Indonesia sebagai
negara hukum pun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945
hasil amandemen.
Penegak hukum nampaknya masih “pandang bulu” terhadap para pelanggar hukum. Karena sifat
“pandang bulu” inilah, masyarakat berpikir asalkan punya uang, atau punya koneksi-koneksi
tertentu, maka bisa terhindar dari hukum. Orang-orang yang memiliki kerabat yang “penting”
dapat terhidar dari hukum dengan mudahnya. Penegak pun masih “takut” dengan hal tersebut,
padahal seharusnya, di mata hukum semua orang itu sama. Hukum dibuat agar menertibkan, dan
sanksi-sanksi pun bukan untuk merugikan, tetapi agar ada efek jera.
Dimanapun juga, sebuah Negara menginginkan Negaranya memiliki penegak- penegak hukum
dan hukum yang adil dan tegas dan bukan tebang pilih. Tidak ada sebuah sabotase, diskriminasi
dan pengistimewaan dalam menangani setiap kasus hukum baik PIDANA maupun PERDATA.
Seperti istilah di atas, 'Runcing Kebawah Tumpul Keatas' itulah istilah yang tepat untuk
menggambarkan kondisi penegakkan hokum di Indonesia. Apakah kita semua merasakannya?
Apakah kita bisa melihat kenyataanya? Saya yakin pasti seluruh masyarakat Indonesia juga
melihat kenyataanya.
Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik daripada pujian. Berbagai kritik
diarahkan baik yang berkaitan dengan penegakkan hukum , kesadaran hukum , kualitas hukum,
ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungya hukum dan juga
lemahnya penerapan berbagai peraturan.
Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan penegakan hukum di Indonesia. Kebanyakan
masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu dapat dibeli, yang mempunyai
jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau
aturan negara dilanggar.
Ada pengakuan di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli maka aparat penegak hukum
tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakkan hukum secara menyeluruh dan adil. Sejauh
ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga dipermainkan seperti
barang dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat pembaharuan masyarakat, telah berubah
menjadi semacam mesin pembunuh karena didorong oleh perangkat hukumyangmorat-marit.
Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti, mafia hukum di peradilan,
peradilan yang diskriminatif atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas yang gampang
ditemui dalam penegakan hukum di negeri ini. Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak
pencurian kecil, seperti anak dibawah umur saudara Hamdani yang 'mencuri' sandal jepit bolong
milik perusahaan di mana ia bekerja di Tangerang, Nenek Minah yang mengambil tiga butir
kakao di Purbalingga, serta Kholil dan Basari di Kediri yang mencuri dua biji semangka
langsung ditangkap dan dihukum seberat beratnya.
Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang milyaran rupiah milik negara
dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya. Berbeda halnya dengan kasus-kasus yang hukum
dengan tersangka dan terdakwa orang-orang yang memiliki kekusaan, jabatan dan nama. Proses
hukum yang dijalankan begitu berbelit-belit dan terkesan menunda-nuda.
Seakan-akan masyarakat selalu disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh Negara tersebut. Tidak
ada keputusan yang begitu nyata. Contohnya saja kasus Gayus Tambunan, pegawai Ditjen Pajak
Golongan III menjadi miliyader dadakan yang diperkirakan korupsi sebesar 28 miliar, tetapi
hanya dikenai 6 tahun penjara, kasus Bank Century dan yang masih hangat saat ini Ketua
Mahkamah Konstitusi (MK), Akhil Mochtar ditangkap dalam Operasi Tangkap Tangan.
Dalam operasi itu, KPK telah menyita uang dollar Singapura senilai Rp 3 miliar yang
menunjukkan penegakan hukum di bangsa Indonesia dalam kondisi awas, hampir semua kasus
diatas prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas. Padahal semua kasus
tersebut begitu merugikan Negara dan masyarakat kita. Kapankan ini semua akan berakhir ?
Kondisi yang demikian buruk seperti itu akan sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan dan
kekuatan demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang memperjualbelikan
hukum sama artinya dengan mencederai keadilan. Merusak keadilan atau bertindak tidak adil
tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat.
Pada kondisi tertentu, ketika keadilan terus menerus dihindari bukan tidak tidak mungkin
pertahanan dan keamanan bangsa menjadi taruhannya. Ketidakadilan akan memicu berbagai
tindakan alami berupa perlawanan-perlawanan yang dapat terwujud ke dalam berbagai aksi-aksi
anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif terhadap pembangunan bangsa.Dengan kata lain,
situasi ketidakadilan atau kegagalan mewujudkan keadilan melalui hukum menjadi salah satu
titik problem yang harus segera ditangani dan negara harus sudah memiliki kertas biru atau blue
print untuk dapat mewujudkan seperti apa yang dicita citakan pendiri bangsa ini .
Namun mental dan moral korup yang merusak serta sikap mengabaikan atau tidak hormat
terhadap sistim hukum dan tujuan hukum dari pada bangsa Indonesia yang memiliki tatanan
hukum yang baik , menurut penulis , sebagai gambaran bahwa penegakkan hukum merupakan
karakter atau jati diri bangsa Indonesia sesuai apa yang terkandung dalam isi dari Pancasila dan
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 .
Dengan situasi dan kondisi seperti sekarang ini norma dan kaidah yang telah bergerasar kepada
rasa egoisme dan individual tanpa memikirkan orang lain dan inilah nilai ketidakadilan akan
meningkatkan aksi anarkhisme, kekerasan yang jelas-jelas tidak sejalan dengan karakter bangsa
yang penuh memiliki asas musyawarah untuk mufakat seperti yang terkadung dan tersirat dalam
isi Pancasila .
Bangkitlah Penegakkan Hukum Negeri ku INDONESIA karena Kami anak anak bangsa
INDONESIA yang Cinta Negeri Kami dan Kami SIAP melawan Penjajahan Model Baru
terhadap Penegakkan Hukum .
Demi berlangsungnya keteraturan di Negeri ini, maka hukum harus ditaati oleh seluruh lapisan
masyarakat dengan menumbuhkan kesadaran dimulai dari diri sendiri. Kalau semua lapisan
masyarakat sudah sadar maka pasti akan tercipta Sistem hukum yang baik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai