Anda di halaman 1dari 4

3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Mariani

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030420188

Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4130/Pengantar Ilmu Hukum/ PTHI

Kode/Nama UPBJJ : Palembang

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.
Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum sebagai
landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen Indonesia sebagai
negara hukum pun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD
1945 hasil amandemen.

Dimanapun juga, sebuah Negara menginginkan Negaranya memiliki penegak-


penegak hukum dan hukum yang adil dan tegas dan bukan tebang pilih. Tidak ada sebuah
sabotase, diskriminasi dan pengistimewaan dalam menangani setiap kasus hukum baik
PIDANA maupun PERDATA.

Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik daripada pujian.
Berbagai kritik diarahkan baik yang berkaitan dengan penegakkan hukum , kesadaran
hukum , kualitas hukum, ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses
berlangsungya hukum dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan.
Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan dengan penegakan hukum di Indonesia.
Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa hukum di Indonesia itu dapat dibeli,
yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang punya uang banyak pasti aman dari
gangguan hukum walau aturan negara dilanggar.
Ada pengakuan di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli maka aparat
penegak hukum tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakkan hukum secara
menyeluruh dan adil.
Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi tetapi juga
dipermainkan seperti barang dagangan . Hukum yang seharusnya menjadi alat
pembaharuan masyarakat, telah berubah menjadi semacam mesin pembunuh karena
didorong oleh perangkat hukumyangmorat-marit.
Praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti, mafia hukum di
peradilan, peradilan yang diskriminatif atau rekayasa proses peradilan merupakan realitas
yang gampang ditemui dalam penegakan hukum di negeri ini.
Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil, seperti anak dibawah
umur saudara Hamdani yang 'mencuri' sandal jepit bolong milik perusahaan di mana ia
bekerja di Tangerang, Nenek Minah yang mengambil tiga butir kakao di Purbalingga,
serta Kholil dan Basari di Kediri yang mencuri dua biji semangka langsung ditangkap dan
dihukum seberat beratnya.
Sedangkan seorang pejabat negara yang melakukan korupsi uang milyaran rupiah
milik negara dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya. Berbeda halnya dengan kasus-
kasus yang hukum dengan tersangka dan terdakwa orang-orang yang memiliki kekusaan,
jabatan dan nama. Proses hukum yang dijalankan begitu berbelit-belit dan terkesan
menunda-nuda. Seakan-akan masyarakat selalu disuguhkan sandiwara dari tokoh-tokoh
Negara tersebut. Tidak ada keputusan yang begitu nyata.
Pada kondisi tertentu, ketika keadilan terus menerus dihindari bukan tidak tidak
mungkin pertahanan dan keamanan bangsa menjadi taruhannya. Ketidakadilan akan
memicu berbagai tindakan alami berupa perlawanan-perlawanan yang dapat terwujud ke
dalam berbagai aksi-aksi anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif terhadap
pembangunan bangsa.
Dengan kata lain, situasi ketidakadilan atau kegagalan mewujudkan keadilan melalui
hukum menjadi salah satu titik problem yang harus segera ditangani dan negara harus
sudah memiliki kertas biru atau blue print untuk dapat mewujudkan seperti apa yang
dicita citakan pendiri bangsa ini .
Namun menta dan moral korup yang merusak serta sikap mengabaikan atau tidak
hormat terhadap sistim hukum dan tujuan hukum dari pada bangsa Indonesia yang
memiliki tatanan hukum yang baik , menurut penulis , sebagai gambaran bahwa
penegakkan hukum merupakan karakter atau jati diri bangsa Indonesia sesuai apa yang
terkandung dalam isi dari Pancasila dan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 .
Dengan situasi dan kondisi seperti sekarang ini norma dan kaidah yang telah
bergerasar kepada rasa egoisme dan individual tanpa memikirkan orang lain dan inilah
nilai ketidakadilan akan meningkatkan aksi anarkhisme, kekerasan yang jelas-jelas tidak
sejalan dengan karakter bangsa yang penuh memiliki asas musyawarah untuk mufakat
seperti yang terkadung dan tersirat dalam isi Pancasila .
2. Bagaimana jaminan Hak Asasi Manusia ditinjau dari sudut pandang Hukum Tata
Negara?
Dari sudut pandang hukum internasional, penerima hak asasi manusia adalah
individu, dan hak asasi hanya dapat dialamatkan kepada negara. Oleh sebab itu, hak asasi
manusia tidak dapat dialamatkan kepada pihak perorangan ataupun organisasi masyarakat
yang bukan bagian dari pemerintah,walaupun pemerintah tetap diwajibkan untuk
melindungi rakyatnya dari pelanggaran HAM yang dilakukan oleh swasta Hak asasi
manusia pada dasarnya berlaku pada masa damai maupun perang, meskipun terdapat
berbagai hak dapat dikurangi dalam keadaan darurat.Hak asasi manusia sendiri dilindungi
di tingkat internasional dengan tujuan untuk menjaga martabat manusia, sehingga hak-
hak tersebut haruslah hak yang bersifat mendasar.
Proklamasi Teheran pada tahun 1968 menyatakan bahwa hak asasi manusia bersifat
utuh atau tidak dapat dibagi (indivisible).[Dalam Deklarasi dan Program Aksi Wina yang
dikumandangkan pada tahun 1993, negara-negara juga mengakui bahwa hak asasi
manusia bersifat "universal", "tidak dapat dibagi", "saling bergantung" (interdependent),
dan "saling berhubungan" (interrelated).Hal ini ditegaskan kembali dalam Pertemuan
Puncak Dunia 2005 dan juga oleh Resolusi Majelis Umum PBB tahun 2006 yang
mendirikan Dewan Hak Asasi Manusia PBB.[Selain itu, Deklarasi dan Program Aksi
Wina juga menyatakan bahwa "penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan
dasar tanpa membeda-bedakan atas dasar apapun merupakan aturan dasar hukum hak
asasi manusia internasional",dan instrumen-instrumen hak asasi manusia di tingkat
internasional menjamin hak kesetaraan dan non-diskriminasi.
3. Kompleksitas penegakan hukum agraria menjadi persoalan serius, hal ini didasarkan pada
fungsi tanah yang sangat strategis dalam menunjang aktivitas kemajuan ekonomi, social,
budaya, teknologi dan informasi. Dengan demikian harus ada kemauan dan komitmen
bersama untuk mencari solusi alternative konflik pertanahan di Indonesia yang telah
memakan banyak korban jiwa, baik Pemerintah Daerah, Aparat Penegak Hukum,
Perguruan Tinggi dan seluruh masyarakat agar mendahulukan penyelesaian secara
kekeluargaan, namun apabila belum tercapai dapat dilakukan melalui mediasi, apabila
masih belum tercapai, maka pengadilan merupakan jalan terakhir yang harus ditempuh.
Sehingga putusan hakim sebagai Ultimum remedium (jalan terakhir) dalam sengketa
pertanahan, dan siapapun wajib melaksanakan putusan Pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap, karna posisinya sebagai hukum dalam kasus konkrit. Manusia sebagai
perorangan atau individu cenderung untuk berkumpul dengan individu-individu lain, dan
dengan itu membentuk kelompok manusia yang hidup bersama. Karena kecenderunganya
berkelompok ini manusia dinamakan makhluk sosial. Fakta ini sudah diketahui sejak
dahulu kala, dan filsuf yunani terkenal Aristoteles karenanya menamakan itu "Zoon
Politiken" (makhluk sosial). Walaupun ada juga manusia yang hidup sendiri atau
menyendiri dengan maksud tertentu, misalnya bertapa atau bersemedi, hal ini merupakan
pengecualian. Cerita terkenal yang hidup sendiri karena terdampar yaitu Robinson Crusoe
dalam novel karangan Daniel Defoe sering dipakai untuk menggambarkan bagaimana
orang yang semula hidup sendiri secara berangsur-angsur membentuk kelompok yang
semakin besar hukum dan bebas melakukan apapun sekehendak hatinya. Tetapi
situasinya berubah ketika kemudian terdampar lagi seorang lain yang karena kepalanya
mengalami benturan melupakan segalanya termasuk namanya sendiri. Robinson yang
menolong dan memelihara orang itu dan memberikan nama si Jumat, karena menurut
perhitungannya ia menemukan orang tersebut pada hari jumat. Hadirnya si Jumat
memunculkan persoalan pertama tentang siapa yang berhak menentukan pemanfaatan
segala sesuatu yang ada di lahan tempat mereka hidup dan sekitarnya. Tetapi karena
hubungan antar manusianya masih amat sederhana dan apa yang mereka butuhkan untuk
hidup masih tersedia dalam jumlah cukup, kehidupan mereka tanpa aturanaturan prilaku
yang dirumuskan secara eksplisit masih dirasakan nyaman dan tanpa mengalami
gangguan yang berarti. Kehidupan yang tenang dan menyenangkan itu mulai berubah
ketika penduduk pulau itu mulai bertambah baik karena ada lagi kapal yang terdampar
maupun karena kedatangan orangorang yang menghuni pulau lain. Hubungan orang-
orang di pulau ini mulai majemuk. Upaya penyelesaian konflik yang terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat, dilakukan dengan cara menggunakan metode
penyelesaian konflik disesuaikan dengan tipe konflik,
besarnya konflik, serta dampak yang ditimbulkan di dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai