S YANG
MENGALAMI TUBERKULOSIS PARU (TB PARU) DENGAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS
DI RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
ASTELINA RISMARANTIKA
NIM.P.14007
DISUSUN OLEH :
ASTELINA RISMARANTIKA
NIM.P.14007
i
ii
Motto :
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji sukur saya panjatlan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat,rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn.J dan Ny.S Yang Mengalami
Tuberkulosis Paru (TB Paru) dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di
RSUD Karanganyar”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini saya banyak mendapat bimbingan
dan dukungann dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat
vii
8. Lucia Wicky W, S.Kep selaku pembimbing lahan yang sudah membimbing
dan memfasilitasi serta memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar
dan melakukan pengelolaan kasus.
9. Kedua orangtuaku, keluarga besarku, dan orang terkasih yang selalu menjadi
inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
11. Pasien dan keluarga pasien yang telah memberikan ijin, waktu dan
kesempatan penulis untuk mengambil informasi pasien dan melakukan
pengelolaan kasus.
Astelina Rismarantika
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
2.2.2. Batasan Karakteristik ......................................... 18
2.3. Asuhan Keperawatan
2.3.1. Pengkajian ............................................................ 18
2.3.2. Diagnosa keperawatan ........................................ 24
2.3.3. Perencanaa Keperawatan ................................... 25
2.3.4. Implementasi Keperawatan ................................ 32
2.3.5. Evaluasi keperawatan ......................................... 32
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengkajian ......................................................................... 64
5.2. Diagnosa Keperawatan .................................................... 69
5.3. Perencanaan Keperawatan .............................................. 70
5.4. Tindakan Keperawatan .................................................... 72
5.5. Evaluasi Keperawatan ..................................................... 73
x
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ....................................................................... 75
6.1.1.Pengkajian ................................................................ 75
6.1.2.Diagnosa Keperawatan .......................................... 75
6.1.3.Perencanaan Keperawatan .................................... 76
6.1.4.Tindakan Keperawatan .......................................... 76
6.1.5.Evaluasi Keperawatan ........................................... 76
6.2. Saran ................................................................................. 76
6.2.1.Bagi Institusi RS ..................................................... 77
6.2.2.Bagi tenaga kesehatan ............................................ 77
6.2.3.Bagi Institusi Pendidikan ....................................... 77
6.2.4.Bagi pasien .............................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
LAMPIRAN
Lampiran 5. Jurnal
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) terutama pada saat batuk atau bersin
(Marni, 2014). Penderita tuberkulosis akan mengalami tanda dan gejala seperti
makan, batuk, sputum berdarah, nyeri dada, sesak napas (Fachmi, 2004 dalam
Mardiono, 2013). Tuberkulosis paru sering dijuluki the great imitator, yaitu
suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah klien
laporan WHO (2011) penderita TB di dunia sekitar 12 juta atau 178 per
100.000 dan setiap tahunnya ditemukan 8,5 juta dengan kematian sekitar 1,1
juta (Nizar, 2017). Data terbaru yang dikeluarkan World Health Organization
(WHO) pada tahun 2015 dalam Global TB Report 2015, menunjukkan bahwa
1
2
pada tahun 2014, terdapat ± 9,6 juta terdeteksi kasus baru TB dimana 58%
dari kasus tersebut berasal dari negara‐negara di kawasan Asia Tenggara dan
India dan China. Menurut WHO dalam Global TB Report 2015, prevalensi TB
berdasarkan penemuan kasus baru, hasil CDR pada tahun 2014 yaitu 46% atau
turun dari 60% dari CDR tahun 2013. Berdasarkan aturan terbaru CDR saat
ini telah diganti dengan Case Notification Rate (CNR) yaitu laporan seluruh
(BTA) positif di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2006 terdapat 231.645
kasus, meningkat pada tahun 2007 sebanyak 232.358 kasus dan pada tahun
2008 sebanyak 228.485 kasus (Depkes RI, 2009). Menurut laporan Riskesdas
tuberkulosis paru yang tercatat di Jawa Tengah, sebesar 61,09%. Hal ini
kab/kota adalah kasus baru tuberkulosis paru BTA positif daripada kasus baru
TB BTA Negatif dengan Rontgen Positif. Data ini juga menunjukkan prioritas
diobati sudah baik. CNR untuk semua kasus sebesar 89,01 per 100.000
Tengah mengalami penurunan dibanding dengan tahun 2013 sebesar 114 per
pentingnya berobat secara teratur sesuai dengan jadwal sampai sembuh. Inilah
masuk melewati jalan napas kemudian melekat pada paru sehingga terjadi
merupakan suatu metode batuk yang benar, dimana klien dapat menghemat
energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara
contoh penempatan tangan di bawah garis tulang iga dan instruksikan menarik
napas secara perlahan sampai pengembangan dada tercapai setelah itu tahan
napas selama 3 detik dan hembuskan napas secara perlahan sampai kontraksi
maksimal dada tercapai melalui mulut. Saat sekresi terdengar, setelah itu
membersihkan secret pada jalan nafas serta mampu mengatasi sesak nafas,
batuk efektif.
5
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn.J dan Ny.S yang
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Tn.J dan
di RSUD Karanganyar ?
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1. Bagi Perawat
yang akan datang pada bidang keperawatan, dan juga dapat berguna
4. Bagi Klien
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
infeksi tertua dan masih menjadi salah satu penyebab terbesar kematian
kematian lebih kurang 100 juta orang diseluruh dunia. Saat ini TB
menyebabkan sekitar 2-3 juta kematian di seluruh dunia (Smeltzer & Bare,
2013).
tapi yang paling banyak adalah paru-paru (Nurrarif & Kusuma, 2013).
dan tebal 0,3-0,6 mm, kuman ini berstruktur atas lipid (lemak) dan
membuat kuman lebih tahan lama terhadap berbagai gangguan fisik, kimia
8
9
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) terutama pada saat batuk atau
2.1.2. Etiologi
yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe human isa berada di bercak
ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB terbuka dan orang
yang rentan terinfeksi TB ini bila menghirup bercak ini (Nurrarif &
Kusuma, 2013).
1. Demam 40-41oC
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Malaise
6. Keringat malam
9. Pada anak :
minggu
10
2.1.4. Patofisiologi
yang berbeda. Penyakit paru biasanya muncul, tetapi infeksi dapat terjadi
pada daerah lain, meliputi meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe.
udara. Saat pasien TB batuk, inti droplet terdapat diudara dan diisap orang
perlindungan dijalan napas dan mencapai alveoli. Pada keadaan ini dapat
oleh makrofag non spesifik dan disebarkan dari paru melalui hematogen
dan sistem limfa ke suluruh tubuh. Setelah itu organisme dikenali oleh sel
tapi tidak berproduksi dan meskipun tidak sakit, penjamu tetap terinfeksi
Keluar dari
tracheobionchinal Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan paru
besama sekret
Terjadi proses peradangan
Sembuh tanpa
pengobatan Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag
Mempengaruhi hipotalamus
Hipertermi Sarang primer/ afek primer
Mempengaruhi sel point
(focus ghon)
Menyebar ke organ lain (paru Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
lain, saluran pencernaan, pengobatan fibrosis
tulang) melalui media
(bronchogen percontinuitum
hematogen, limfogen)
Mual,muntah
1. Penatalaksanaa Medis
- Siswa-siswi pesantren.
d) Pemeriksaan CT Scan
dll)
a. Kategori I
dsb.
b. Kategori II
fase lanjutan bila setelah 3 bulan sputum masih tetepa positif, maka
lanjutan.
c. Kategori III
kelainan parunya tidak luas dan kasusu TB di luar paru selain yang
2 HRZ/6 HE
2 HRZ/4 HR
2 HRZ/4 H3R3
d. Kategori IV
2. Penatalaksanaa Keperawatan
dapat bervariasi mulai dari jarang sekali sampai sering atau hamper
setiap hari. Variasi lainya adalah jumlah darah yang dibatukkan ke luar
mulai dari sangat sedikit (berupa garis darah pada sputum) sampai
Bila percabangan arteri yang terkena, batuk darah akan jauh lebih
hebat dari vena. Cabang arteri pulmonalis, bila terkena, akan jauh lebih
jantung.
c. TB Larings
terjadilah TB larings.
d. Pleuritis Eksudatif
e. Pnemotoraks
g. Abses Paru
h. Cor Pulmonale
Semakin parah destruks paru dan makin luas proses fibrotik di paru
kanan, sehingga akan terjadi hepertrofi dan kalau ini berlanjut terus,
akan terjadi pula dilatasi ventrikel kanan dan berakhir dengan payah
2.2.1. Pengertian
tidak ada batuk, ada suara nafas tambahan, perubahan frekuensi napas,
yang tidak efektif, ortopnea, gelisah, dan mata terbuka lebar (Herdrman,
2015).
2.3.Asuhan Keperawatan
2.3.1. Pengkajian
1. Biodata
1) Identitas Pasien
pekerjaan.
1) Keluhan Utama
golongan, yaitu :
19
a) Batuk
b) Batuk darah
darah.
c) Sesak napas
d) Nyeri dada
terkena TB.
20
a) Demam
antara batuk darah dan muntah darah, karena pada keadaan klinis,
diabetes mellitus.
rumah.
5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
matahari kurang.
6) Pemeriksaan Fisik
b. B1 (Breathing)
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
lapang paru.
d) Auskultasi
c. B2 (Blood)
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d. B3 (Brain)
e. B4 (Bladder)
terutama Rifampisin.
f. B5 (Bowel)
g. B6 (Bone)
teratur.
(Triyana, 2013).
mestinya
- Kelola pemberian
bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembeb udara
kassa basah NaCl lembab
- Atur intakecairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor status pernafasan
dan status O2
2. Gangguan pertukaran NOC NIC
gas berhubugan Status Pernafasan : Manajemen Jalan Nafas
dengan perubahan Pertukaran Gas (0402) (3140)
membrane alveolar Status pernafasan : - Buka jalan napas,
kapiler Ventilasi (0403) gunakan teknik chin lift
Tanda-tanda Vital (0802) atau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan - Identifikasikan kebutuhan
peningkatan ventilasi actual/potensial pasien
dan oksigenasi yang untuk memasukkan alat
adekuat membuka jalan nafas
Memelihara kebersihan - Masukkan alat
paru-paru dan bebas nasopharyngeal airway
dari tanda-tanda (NPA) atau
distress pernafasan oropharyngeal airway
Mendemostrasikan (OPA), sebagaimana
batuk efektif dan sura mestinya
napas yang bersih, tidak - Lakukan fisioterapi dada
ada sianosis dan jika perlu
dyspneu (mampu - Buang secret dengan
mengeluarkan sputum batuk/suction
mampu bernafas - Motivasi pasien untuk
dengan mudah, tidak bernafas pelan, dalam,
ada pursed lips) berputar, dan batuk
Tanda vital dalam - Auskultasi suara napas,
rentang normal catat adanya suara
tambahan
- Lakukan suction melalui
endotrakea atau
nasotrakea, sebagaimana
mestinya
- Kelola pemberian
bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
- Atur intake unruk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
- Monitor status pernafasan
dan status O2
- Monitor kecepatan,
kedalaman, irama dan
kesulitan bernafas
- Catat pergerakan dada,
catat ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-otot
bantu nafas,dan retraksi
pada otot supraclavikular
dan interkosta
- Monitor suara napas
tambahan, seperti ngorok
atau mengi
- Monitor pola napas
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot
diafragman (gerakan
paradoksis)
- Auskultasi suara napas,
catat area penurunan/
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Kaji perlunya penyedotan
pada jalan nafas dengan
auskultasi nafas ronkhi di
paru
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
3. Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Status Nutrisi : Asupan Manajemen Nutrisi (1100)
kebutuhan tubuh Makanan dan Cairan - Identifikasi adanya alergi
berhubungan dengan (1008) atau toleransi makanan
faktor biologis Status Nutrisi : Asupan yang dimiliki pasien
Nutrisi (1009) - Tentukan apa yang
Kriteria Hasil : mennjadi preferensi
Adanya peningkatan makanan bagi klien
berat badan sesuai - Instruksikan pasien
dengan tujuan mengenai kebutuhan
Berat badan ideal sesuai nutrisi
dengan tinggi badan - Tentukan jumlah kalori
Mampu dan jenis nutrisi yang
mengiidentifikasikan dibutuhkan untuk
kebutuhan nutrisi memenuhi persyaratan
Tidak ada tanda-tanda gizi
malnutrisi - Atur diet yang diperlukan
Menunjukkan - Ciptakan lingkungan yang
peningkatan fungsi optimal pada saat
pengecapan dan mengkomsumsi makan
menelan - Monitor kalori dan asupan
Tidak terjadi penurunan makanan
berat badan yang berarti - Ajurkan pasien untuk
memantau kalori dan
29
intake makanan
- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari demam
yang berlebihan
- Beritahukan tentang
indikasi terjadinya
keletlahan akibat panas
dan penanganan
emergensi yang tepat,
sesuai kebutuhan
- Informasikan mengenai
indikasi dari hipotermi
dan penanganan yangn
diperlukan
- Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan antipiretik jika
perlu
darah sistolik)
- Identifikasi penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
(Setiadi, 2010).
METODE PENELITIAN
keperawatan pada pasien yang mengalami tuberkulosis paru (Tb Paru) dengan
melalui udara (droplet nuclei) terutama pada saat batuk atau bersin.
3.3 Partisipan
Unit analisis atau partisipan dalam asuhan keperawatan ini mengambil dari
sejak tanggal 24 Mei 2017 sampai 26 Mei 2017 untuk pasien 1 dan 29 Mei
33
34
3.5.1 Wawancara
auskultasi.
data utama yaitu klien, perawat expert dan referensi buku yang berkaitan
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan
ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analis yang di gunakan
masalah. Selain itu dapat pula dengan cara observasi oleh peneliti dan studi
rekomendasi dalam intervensi tersebut. Setelah data terkumpul, hasil dari data
dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan klien di jamin
dengan jalan mengaburkan identitas dari klien. Dari data yang di sajikan
ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin (RB) bernama RB
masyarakat di Karanganyar, yang pada waktu itu dipimpin oleh Bapak Narjo
Adirejo selaku Bupati Kepala Daerah Tk.II Kabupaten Karanganyar saat itu.
dan pantry.
4.2 Pengkajian
4.2.1 Biodata/Identitas
Table 4.1 Identitas pasien dan penanggung jawab
IDENTITAS
PASIEN 1 PASIEN 2
PASIEN
Nama Tn.J Ny. S
Alamat Pandan kidul, Karang pandan Jembangan , Tasikmadu
Umur 61th 81th
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SD
Pekerjaan Buruh Tidak bekerja
Status perkawinan Kawin Kawin
36
37
IDENTITAS
PENANGGUNG PASIEN 1 PASIEN 2
JAWAB
Nama Ny . N Tn .B
Alamat Pandan Kidul, Karang Pandan Jembangan, Tasikmadu
Umur 58th 35th
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SMA
Pekerjaan Buruh Buruh
Hubungan dengan Isteri Anak
klien
a) Keluhan utama
keluar, sesak napas, suara napas grok-grok, badan terasa lemas timbul
keringat pada malam hari, nafsu makan berkurang, berat badan turun,
cegukan hilang timbul, pada tanggal 18 Mei 2017 oleh keluarga pasien
Mawar 1.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki/perempuan meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Hubungan
: Klien
: Tinggal serumah
a) Keluhan utama
dibawa ke klinik Kriya Husada untuk berobat tapi tidak ada perubahan
kental, suara napas grok-grok, pusing, mual, tidak mau makan, saat di
tahun yang lalu. Satu tahun yang lalu pernah dirawat di RSUD
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki/perempuan meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: Hubungan
: Klien
: Tinggal serumah
b. BAK d. BAK
Sebelum sakit : Sebelum sakit :
Frekuensi : 5-6 x/hari Frekuensi : 5-6 x/hari
Jumlah : ±250cc sekali BAK Jumlah : ±250cc sekali BAK
Warna : kuning Warna : kuning
Keluhan : - Keluhan : -
Pola
Aktivitas
&Latihan
Gambar 4.3 Pola Aktivitas Dan Gambar 4.4 Pola Aktivitas Dan
Latihan Latihan
Pasien 1 Pasien 2
1. Keadaan/penampilan umum 1. Keadaan/penampilan umum
a. Kesadaran : Composmentis a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda-tanda vital b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90mmHg Tekanan darah : 190/90mmHg
Nadi Nadi
Frekuensi : 80x/menit Frekuensi : 82x/menit
Irama : teratur Irama : teratur
Kekuatan : kuat Kekuatan : kuat
Pernafasan Pernafasan
Frekuensi : 28x/menit Frekuensi : 30x/menit
Irama : tidak teratur Irama : tidak teratur
Suhu : 36,20C Suhu : 36,40C
2. Kepala 2. Kepala
Bentuk kepala : bulat Bentuk kepala : mesochepal
Kulit kepala : bersih Kulit kepala : bersih
Rambut : beruban Rambut : beruban
45
3. Muka 3. Muka
a. Mata a. Mata
Palbepra : tidak bengkak Palbepra : tidak bengkak
Konjungtiva : anemis Konjungtiva : anemis
Sclera : ikterik Sclera : ikterik
Pupil : isokor Pupil : isokor
Diameter : 3/3 Diameter : 3/3
Reflek terhadap cahaya : positif Reflek terhadap cahaya : positif
Penggunaan alat bantu : kacamata Penggunaan alat bantu : tidak ada
b. Hidung : bentuk simetris, bersih b. Hidung : bentuk simetris, bersih
c. Mulut : mukosa bibir kering c. Mulut : mukosa bibir kering
d. Gigi : gigi tidak ompong, bersih d. Gigi : gigi ompong, bersih
e. Telinga : bentuk simetris bersih e. Telinga : bentuk simetris bersih
4. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar 4. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid tyroid
5. Dada (Thorax) 5. Dada (Thorax)
Paru-Paru Paru-Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : ekspansi paru kanan dan Palpasi : ekspansi paru kanan dan
kiri sama kiri sama
Perkusi : sonor Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar ronchi Auskultasi : terdengar ronchi
Jantung Jantung
Inspeksi : tidak ada jejas, ictus Inspeksi : tidak ada jejas, ictus
cordis tidak tampak cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ic 5 Palpasi : ictus cordis teraba di ic 5
mid clavicula mid clavicula
Perkusi : suara pekak Perkusi : suara pekak
Auskultasi : bunyi jantung I-II Auskultasi : bunyi jantung I-II
murni, regular, mur-mur (-) murni, regular, mur-mur (-)
6. Abdomen 6. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas Inspeksi : tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus normal Auskultasi : bising usus normal
12x/menit 10x/menit
Perkusi : tympani Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan Palpasi : tidak ada nyeri tekan
7. Genetalia : tidak terkaji 7. Genetalia : tidak terpasang DC
8. Rectum : tidak terkaji 8. Rectum : tidak terkaji
9. Ekstremitas 9. Ekstremitas
a. Atas a. Atas
Kekuatan otot ka/ ki : 5/4 tangan kiri Kekuatan otot ka/ ki : 4/5 tangan
terpasang infuse kanan terpasang infuse
ROM ka/ki : aktif ROM ka/ki : aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada Perubahan bentuk tulang : tidak ada
perubahan perubahan
Perabaan akral : hangat Perabaan akral : hangat
b. Bawah b. Bawah
Kekuatan otot ka/ ki : 5/5 Kekuatan otot ka/ ki : 5/5
ROM ka/ki : aktif ROM ka/ki : aktif
Perubahan bentuk tulang : tidak ada Perubahan bentuk tulang : tidak ada
perubahan perubahan
Perabaan akral : hangat Perabaan akral : hangat
46
4.6.1 Pasien 1
INDEX
MCV 82.0-92.0 fL 80.6 Low
MCH 27.0-31.0 pg 25.0 Low
MCHC 32.0-37.0 g/dL 31.0 Low
HITUNG JENIS
Gran % 50.0-70.0 % 76.8 High
Limfosiit % 25.0-40.0 % 17.0 Low
Monosit% 3.0-9.0 % 2.7 Low
Eosinofil % 0.5-5.0 % 3.1
Basofil % 0.0-1.0 % 0.4
tuberculosis
47
4.6.2 Pasien 2
INDEX
MCV 82.0-92.0 fL 94.9 High
MCH 27.0-31.0 pg 29.6
MCHC 32.0-37.0 g/dL 31.2 Low
HITUNG JENIS
Gran % 50.0-70.0 % 95.2 High
Limfosiit % 25.0-40.0 % 3.2 Low
Monosit% 3.0-9.0 % 1.0 Low
Eosinofil % 0.5-5.0 % 0.5
Basofil % 0.0-1.0 % 0.1
KIMIA
HATI
SGOT 0-46 u/L 19
SGPT 0-42 u/L 32
Albumin 3.5-5.5 g/dL 3.8
GINJAL
Creatinin 0.5-0.9 Mg/DL 1.22 High
pattern. Bayangan lesi terletak dilapang paru atas atau segmen apikal
tuberkulosis
48
Inhalasi :
Antrovent 20ml/8j Obat saluran napas, Pengobatan dan
am anti asma pemeliharaan
bronkospasme
Pasien 2
Senin Cairan IV : 20tpm Larutan elekrolit Mengembalikan
29 Mei Ringer laktat keseimbangan cairan
2017 (RL) elektrolit
Obat parenteral :
Furosemid 10mg/8 Diuretik Udema karena
jam gangguan jantung,
sirois hati, gangguan
ginjal, hipertensi
ringan dan sedang
Pasien 2
Ds : Mukus/sekret Ketidakefektifa
Pasien mengatakan sesak napas dalam jumlah n bersihan jalan
pasien mengatakan batuk berdahak 8 hari berlebih napas (00031)
Pasien mengatakan suara napas grok-grok
Pasien mengatakan bentuk terjadi terutama pada
saat malam hari
Do :
Auskultasi paru terdengar bunyi ronchi dikedua
lapang paru
Sputum putih kental
Tampak infiltrat dikedua paru dengan
gambaran reticulogranuler pattern
TD : 190/90 mmHg N : 82x/menit
S : 36,50C RR : 30x/menit
Ds : Faktor biologis Ketidakseimban
Keluarga mengatakan pasien susah makan (pusing, mual) gan nutrisi
Pasien mengatakan tidak suka makanan rumah kurang dari
sakit kebutuhan
Keluarga pasien mengatakan berat badan pasien (00002)
turun
Pasien mengatakan batuk-batuk ketika malam,
dan mual
Do :
Pasien terlihat lemas
A : BB 41kg, TB 150cm, IMT 18,2 (kurang BB
tingkat ringan)
B : HB 14,4g/dl, Hemaktokrit 46,2%, Leukosit
12,55 10^3/UL, Trombosit 341 10^3/UL
C : rambut beruban, mukosa lembab, mata bersih
D : makan 3x sehari ( bubur, sayur, lauk pauk,
air putih, sari kacang hijau) ½ porsi habis
Ds : Kelemahan Intoleransi
Pasien mengatakan badannya lemas sehingga umum aktivitas
susah beraktivitas (00092)
Pasien mengatakan semua aktivitas di bantu oleh
keluarganya
Pasien mengatakan hanya tinduran dibed
Do :
Pasien tampak lemas
Pasien tampak memanggil keluarga saat butuh
sesuatu
TD : 190/90 mmHg N : 82x/menit
S : 36,50C RR : 30x/menit
52
Pasien 2
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas (00031) berhubungan dengan mukus
dalam jumlah belebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan (00002) berhubungan
dengan faktor biologis (pusing, mual)
3. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan umum
Pasien 2
Diagnosis 1 Setelah dilakukan tindakan NIC :
Ketidakefektifan keperawatan selama 3x24 jam Airway suction (3160)
bersihan jalan diharapkan jalan napas pasien -Auskultasi suara napas dan kaji
napas (00031) bersih dengan kriteria hasil : pernapasan
berhubungan NOC : -Monitor TTV dan status
dengan mukus Status pernafasan : ventilasi oksigen
(secret) dalam (0403) -Buka jalan napas
jumlah berlebih Status pernapasan : kepatenan -Posisikan pasien untuk
jalan napas (0410) memaksimalkan ventilasi (semi
- Kemudahan dalam bernapas fowler)
-RR 16-24x/menit -Anjurkan minum air hangat
-Mampu mengeluarkan -Ajarkan batuk efektif
sputum atau mampu -Kolaborasi dengan tim medis
melakukan batuk efektif
-Suara nafas bersih/ tidak ada
ronchi
-Menunjukkn jalan napas yang
paten
Diagnosis 2 Setelah dilakukan tindakan NIC :
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam Manajem nutrisi (1100)
nutrisi kurang dari diharapkan nutrisi terpenuhi Monitor nutrisi (1160)
kebutuhan (00002) dengan kriteria hasil : -Identifikasikan adanya alergi
berhubungan NOC : atau toleransi makan yang
dengan faktor Status nutrisi : asupan dimiliki pasien
biologis makanan dan cairan (1008) -Monitor asupan makan dan
Status nutrisi : asupan nutrisi lingkungan selam makan
(1009) -Catat adanya anoreksia dan
-Nafsu makan meningkat mual, muntah
54
O: O: O:
-Pasien tenang -Pasien tampak -Pasien tampak
dan lemas tenang dan lemas tenang dan lemas
TD:130/90 TD:110/80 TD:120/90
mmHg, mmHg, mmHg,
S:36,20C S:36,50C S:36,40C
N:80x/menit, N:86x/menit N:80x/menit
RR:28x/menit RR:26x/menit RR:24x/menit
O:
-Paseien tampak
paham dengan
arahan perawat
Secret keluar
sedikit berwarna
putih kental
10.00 Memberikan
terapi medis
Inj.Ceftriaxon
1gr/12jam
Inj:OMZ
40mg/12jam
Inj:VitK
10mg/12jam
S:
-Pasien
mengatakan
bersedia
O:
-Pasien tampak
tenang tidak
kesakitan
-Obat sudah
masuk melaluai IV
-Pasien tidak
alergi obat
Dx 11.55 Mencatat status 09.30 Mengajurkan 09.30 Menciptakan
2 nutrisi pasien pasien untuk lingkungan yang
S: makan sedikit tapi nyaman
-Pasien sering S:
mengatakan S: -Pasien
berat badan -Pasien mengatakan
turun mengatakan akan senang dengan
-Pasien makan sedikit tapi suasanaa tenang
mengatakan sering/ngemil tidak berisik
tidak suka snack buatan istri
56
makanan RS pasien O:
mengatakan -Pasien tampak
O: cegukan tenang
BB 42kg,
-Turgor kulit O:
buruk -Pasien tampak
-Tidak nafsu tenang
makan
09.45 Menganjurkan
12.15 Mengidentifi- pasien banyak
kasi adanya minum air putih
alergi atau hangat
toleransi S:
makanan -Pasien
S: mengatakan
-Pasien bersedia minum
mengatakan air putih
tidak alergi hangat,cegukan
terhadap berkurang
makanan apapun
O:
O: -Pasien tampak
-Pasien tampak tenang
tenang dan
lemas
Dx 12.45 Memonitor pola 10.00 Memberikan 09.45 Membatasi
3 tidur dan jam musik sesuai kunjungan ke
tidur pilihan pasien pasien
S: S: S:
-Pasien -Pasien -Keluarga pasien
mengatakan mengatakan mengatakan
tidak dapat tidur menyukai musik bersedia
nyenyak campursari O:
-Pasien -Pasien -Pasien tampak
mengatakan mengatakna sering nyaman dengan
tidak nyaman mendengarkan suasana tenang
dengan musik campursari
lingkungan RS sebelum tidur
O:
-Pasien tampak O:
tenang dan -Pasien tampak
lemas senang dengan
Pola tidur siang musik pilihannya
1 jam
Pola tidur
malam ±4jam
57
Pasien 2
DX 29 Mei 2017 30 Mei 2017 31 Mei 2017
DX 08.05 Memoitor TTV 08.30 Memonitor TTV 08.40 Memoitor TTV
1 S: S: S:
-Pasien -Pasien -Pasien
mengatakan mengatakan mengatakan
bersedia bersedia bersedia
O: O: O:
-Pasien tenang -Pasien tampak -Pasien tenang
dan lemas tenang dan lemas dan lemas
TD: TD: TD:
190/90 mmHg, 180/90mmHg, 170/80mmHg,
S : 36,40C S : 36,3 0C S : 36,20C
N : 82x/menit, N : 80x/menit N : 86x/menit,
RR: 30x/menit RR : 26x/menit RR: 22x/menit
12.00 Memberikan
terapi inhalasi
nebulizer
Combiven/8jam
S:
-Pasien mengatakn
sesak napas
berkurang saat
diuap dahaknya
bisa keluar
O:
-Pasien merasa
lebih nyaman
Dx 09.00 Mencatat status 09.45 Mengajurkan 11.00 Menciptakan
2 nutrisi pasien pasien untuk lingkungan
S: makan sedikit tapi yang nyaman
-Pasien sering S:
mengatakan S: -Keluarga
berat badan -Pasien mengatakn akan
turun mengatakan akan memberikan
-Pasien makan sedikit tapi lingkungan
mengatakan sering yang nyaman
tidak suka -Pasien untuk pasien
makanan rumah mengatakan suka
sakit makan buah O:
-Pasien -Pasien -Pasien tampak
mengatakan mengatakan masih tenang
merasa mual sedikit mual
59
O: O:
BB 41kg, -Pasien tampak
-Turgor kulit tenang
buruk
-Tidak nafsu 10.00 Menganjurkan
makan pasien banyak
minum air putih
09.30 Mengidentifikas hangat
i adanya alergi S:
atau toleransi -Pasien
makanan mengatakan
S: bersedia minum
-Keluarga air putih
mengatakan hangat,cegukan
tidak alergi berkurang
terhadap
makanan apapun O:
-Pasien tampak
O: tenang
-Pasien tampak
tenang dan
lemas
Dx 11.00 Mengidentifikas 10.15 Menganjurkan 10.45 Menganjurkan
3 i aktivitas yang pasien untuk pasien
mampu melakukan mobilisasi
dilakukan aktivitas ringan miring kanan
S: seperti makan kiri dan duduk
-Pasien sendiri tanpa bantuan
mengatakan S: orang lain
aktivitas di -Pasien S:
bantu oleh mengatakan -Pasien
keluarga bersedia mengatakan
-Pasien -Keluraga bersedia
mengatakan mengatakan akan melakukan
badannya lemas mengawasi/menda mobilisasi
-Pasien mpingi pasien -Keluarga
mengatakan mengatakan
hanya tiduran di O : pasien bisa akan
bed melakukan mengawasi/
aktivitas ringan : memantau -
O: makan Pasien saat
-Pasien tenang berlatih
dan lemas mobilisasi
O:
-Pasien bisa
melakukan
mobilisasi
miring kanan
dan kiri
60
Dx 2 S: S: S:
-Pasien mengatakan -Pasien mengatakan -Pasien mengatakan
tidak nafsu makan sudah makan sedikit sudah makan sedikit
-Pasien mengatakan tapi sering tapi sering
berat badan turun 5kg -Pasien mengatakan -Pasien mengatakan
-Pasien mengatakan dibuatkan snack sehat suka dengan suasana
tidak suka makanan RS oleh istrinya tenang
-Pasien mengatakan -Pasien mengatakan -Pasien mengatakan
batuk,cegukan,mual nafsu makan kembali nafsu makan kembali
-paien mengatakan karena dibuatakan sedikit-sedikit
tidak alergi dengan snack
makanan apapun O:
O: -Pasien tampak tenang
O: -Pasien tampak tenang
-Pasien lemas -Pasien tampak A:
-BB: 42kg, memakan snack -Masalah teratasi
-Turgor kulit buruk -Pasien tampak sebagian
61
Dx 2 S: S: S:
-Pasien mengatakan -Pasien mengatakan -Keluarga mengatakan
tidak nafsu makan sudah makan sedikit akan memberikan
-Pasien mengatakan tapi sering lingkungan yang
tidak suka makanan -Pasien mengatakan nyaman saat pasien
rumah sakit porsi makan bertambah makan
-Pasien mengatakan -Pasien mengatakan -Porsi makan
mual masih sedikit mual bertambah
-paien mengatakan -Pasien mengatakan
tidak alergi dengan O: sudah tidak mual ketika
makanan apapun -Pasien tampak tenang makan
-Porsi makan
O: bertambah dari 2 O:
-Pasien lemas sendok makan menjadi -Pasien tampak tenang
-BB: 41kg, ½ porsi makanan dari A : Masalah teratasi
-Turgor kulit buruk rumah sakit sebagian
-Tidak nafsu makan
A : Masalah teratasi P : Lanjutkan Inter
A : Masalah teraksi sebagian vensi
sebagian -Monitor TTV
P : Lanjutkan inter -Kolaborasi tim medis
P : Lanjutkan inter vensi
vensi -Ciptakan lingkungan
-Anjurkan pasien yang nyaman
makan sedikit tapi
sering
Dx 3 S: S: S:
-Pasien mengatakan -Pasien mengatakan -Pasien mengatakan
aktivitas dibantu oleh aktivitas masih dibantu sudah biisa miring
keluarga -Pasien mengatakan kanan dan miring kiri
-Pasien mengatakn aktivitas masih berada -Pasien mengatakan
badannya lemas diatas dibed belum bisa berkativitas
-pasien mengatakn sepenuhnya
63
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien
tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan untuk membahas tujuan
khusus pada pasien 1 dan pasien 2. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan
5.1. Pengkajian
sekarang, status kesehatan atau penyakit saat ini, riwayat ginekologi, riwayat
64
65
Hasil pengkajian pada pasien 1 yang dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017
adalah pasien batuk ngikil ± 2 minggu, batuk berdahak susah keluar, sesak
napas, suara napas grok-grok, badan terasa lemas timbul keringat pada malam
hari, nafsu makan berkurang, berat badan turun, cegukan hilang timbul,
pasien mengalami batuk berdarah. Pada pasien 2 yang dilakukan pada tanggal
29 Mei 2017 adalah pasien mengalami sesak napas, batuk berdahak, sudah 8
hari, batuk berdahak dahak putih kental, pusing, mual, tidak mau makan.
Secara umum, keluhan utama pada tuberkulosis paru yaitu batuk terus
menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih dan gejala lain yang sering
dijumpai yaitu batuk berdarah, dahak bercampur darah, sesak napas, dan rasa
nyeri dada badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa
(Corwin, 2007) tanda dan gejala yang muncul pada pasien tuberkulosis paru
yaitu demam terutama pada siang hari, malaise, keringat malam, hilangnya
66
nafsu makan dan penurunan berat badan, batuk purulen produktif disertai
Dari tanda dan gejala yang disebutkan diatas, antara teori dan observasi
atara teori dengan kasus yaitu salah satu keluhan utama pasien yang meliputi
sesak napas, batuk, produksi sputum yang berlebihan. Sesak napas yaitu
kinerja otot pernapasan akan bertambah dan dapat memberikan perubahan dan
berlebih terjadi karena adanya reflek protektif yang timbul akibat iritasi
mendapatkan hasil inspeksi : simetris kiri dan kanan, palpasi : ekspansi paru
kanan dan kiri sama, perkusi : paru sonor kanan dan kiri, auskultasi :
ekspansi paru kanan dan kiri sama, perkusi : paru sonor kanan dan kiri,
fisik menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Potter &
Perry, 2009). Pada pemeriksaan fisik paru paru pada pasien Tuberkulosis Paru
Paru, terlihat adanya otot bantu napas. Pada saat inspeksi biasanya, dapat
terlihat bentuk dad barrel chest, terdapat cara bernapas pursed lips breathing
bantu napas, pada palpasi didapatkan sela iga melebar, pada perkusi
kenaikan pada kadar lekosit 10.98 10^3/uL, trombosit 523 10^3/uL. Hasil
MCHC 31.2g/dL, limfosit 3.2 %, monosit 1.0% dan kenaikan pada kadar
endap darah (LED) dan jumlah leukosit. Dalam keadaan aktif atau
eksaterbasi, jumlah lekosit akan meninggi dan pada hitung jenis didapatkan
keadaan shift to the left serta sedikit peningkatan jumlah limfosit. Sedangkan
lesi terletak dilapang paru atas atau segmen apikal lobus bawah, kelaianan
lesi terletak di lapang paru atas atau segmen posterior lobus superior,
atau ganda, bayangan milier, bayangan yang menetap atau relative menetap
pengkajian pada teori dan kasus ditemukan adanya kesesuaian antara teori
banyak digunakan adalag Ziehl Nielsen yang dapat mendeteksi BTA dengan
5.2.Diagnosa Keperawatan
ngikil ± 2 minggu, batuk berdahak susah keluar, sesak napas, suara napas
kental, hasil foto thorax menunjukkan infiltrasi lesi pada area paru kanan atas,
berdahak, sudah 8 hari, batuk berdahak dahak putih kental, data objektif
Auskultasi paru terdengar bunyi ronchi, sputum putih kental, tampak infiltrat
pada masalah keperawatan ini yaitu tidak ada batuk, ada suara nafas
sputum dalam jumlah berlebihan, batuk yang tidak efektif, ortopnea, gelisah,
dan mata terbuka lebar (Herdrman, 2015). Dari pengkajian dan observasi
ditemukan adanya kesesuaian antara teori dengan tanda dan gejala pada
pasien 1 dan pasien 2, jadi antara diagnosis penulis dan teori sudah sesuai.
tanggal 24 Mei 2017 pada pasien 1 di ruang Mawar dan 29 Mei 2017 pasien 2
mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk
5.3.Perencanaan/Intervensi Keperawatan
khusus).
keperawatan 3x24 jam diharapkan jalan napas efektif dengan kriteria hasil
efektif, suara nafas bersih/ tidak ada ronchi, menunjukan jalan napas yang
paten, RR 16-24x/menit.
mengkaji respirasi yaitu irama, dan suara otot tambahan dengan rasional agar
dapat mengetahui perubahan fungsi respirasi dan adanya otot napas tambahan
posisi semi fowler dengan rasional agar paru-paru dapat mengembang secara
maksimal, hal itu terjadi karena diafragma turun ke bawah, Anjurkan minum
air putih hangat yang banyak 1-2 liter/hari, dengan rasional air putih dapat
proses penyembuhan.
72
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil dalam rentang
antara lain mengkaji respirasi, monitor TTV, pada tanggal 25 Mei 2017
anjurkan minum air putih hangat yang banyak 1-2 liter/hari melakukan
kolaborasi dengan dokter. pada tanggal 26 Mei 2017 antara lain mengkaji
respirasi, monitor TTV. Pada pasien 2 tanggal 29 Mei 2017 antara lain
mengkaji respirasi, monitor TTV, pada tanggal 30 Mei 2017 memonitor TTV,
mengatur posisi semi fowler, mengajarkan batuk efektif, anjurkan minum air
putih hangat yang banyak 1-2 liter/hari melakukan kolaborasi dengan dokter.
pada tanggal 31 Mei 2017 antara lain mengkaji respirasi, monitor TTV.
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien
sengaja. Namun dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh
paru didapatkan hasil bahwa pada pasien 1 setelah dilakukan tindakan batuk
efektif didapatkan hasil dahak pasien bisa keluar, sesak nafas berkurang RR :
tindakan batuk efektif di dapatkan hasil dahak pasien bisa keluar, sesak nafas
adalah pasien TB paru setelah melakukan latihan batuk efektif sebagian besar
5.5.Evaluasi Keperawatan
respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain untuk
tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnosa
subjektif yaitu pasien mengatakan sesak napas sudah mulai berkurang, batuk
berkurang, dahak bisa keluar sedikit, suara nafas grok-grok sudah mulai
teratasi sebagian karena pada kasus pasien 1 masih terdapat suara napas grok-
hasil sebagai berikut subjektif subjektif yaitu pasien mengatakan sesak napas
sudah mulai berkurang, batuk berkurang, dahak bisa keluar sedikit, suara
nafas grok-grok sudah mulai berkurang. Objektif Pasien tampak tenang, Irama
masih terdapat suara napas grok-grok meskipun sudah berkurang, TTV tidak
sesuai kriteria hasil. Planning memonitor TTV, kolaborasi dengan tim medis.
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian
mengalami sesak napas, hasil foto thorax menunjukkan infiltrasi lesi pada
area paru kanan atas, tidak nafsu makan, batuk, mual, tidak dapat tidur
makan, batuk, mual, tidak dapat tidur nyenyak, aktivitas dibantu oleh
belebihan.
75
76
anjurkan minum air putih hangat yang banyak 1-2 liter/hari, ajarkan batuk
mengatur posisi semi fowler, anjurkan minum air putih hangat yang
6.2 Saran
Tuberkulosis Paru penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
Paru.
yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain dalam
Paru.
Apriyadi. 2013. Latihan Nafas Dalam dan Batuk Efektif. Online dalam :
http://uung-perawatalirsyad.blogspot.com/2013/06/latihan-nafas-dalam-
san-batuk-efektif_19.html. diakses tanggal 16 Juli 2017.
Danusantoso Halim. 2016. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru Edisi 2. Jakarta : EGC.
Dermawan , D. 2012. Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka
Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
DINKES JATENG. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014.
Semarang.
Djojodibroto, R. D. 2008. Respiratori Medicine. Jakarta : EGC.
Thomas, J & Monaghan, T. 2010. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Keterampilan
Praktis. Jakarta : EGC.
Wibowo, Arif. 2016. Upaya Penanganan Gangguan Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Tuberculosis Di Rsud Dr. Soehadi Prijonegoro. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa yang
ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Penderita Tuberkulosis akan mengalami tanda
dan gejala seperti berkurangnya berat badan, demam, keringat, mudah lelah, kehilangan nafsu makan, batuk,
sputum berdarah, nyeri dada, sesak napas. Batuk efektif adalah aktivitas perawat untuk membersihkan sekresi
pada jalan nafas, yang berfungsi untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi
sekresi. Setelah diberikan tindakan batuk efektif dalam waktu 1 x 24 jam diharapkan pasien mengalami
peningkatan bersihan jalan nafas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan batuk efektif
terhadap Frekuensi Pernafasan pasien TB paru di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Pelabuhan
Palembang tahun 2013. Desain penelitian ini adalah Quasi Experiment sebagai eksperimen semu, dengan
pendekatan One group Pretest-Postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru yang dirawat
selama bulan Mei 2013, perkiraan jumlah populasi perbulan ditentukan berdasarkan kunjungan pertahun 2013
yaitu rata-rata 58 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 43 sampel. Analisis data yang dilakukan dengan
menggunakan uji wicoxson dengan nilai α = 0,05. Hasil penelitian ini adalah rata-rata frekuensi pernafasan
sebelum melakukan batuk efektif yaitu 23,37 kali per menit dengan standar deviasi 6,45, nilai minimum 8 dan
maksimum 31, rata-rata frekuensi pernafasan sesudah nelakukan batuk efektif yaitu 19,81 kali per menit dengan
standar deviasi 4,17, nilai minimum 10 dan maksimum 25, ada perbedaaan yang signifikan antara frekuensi
pernafasan sebelum dan sesudah tindakan latihan batuk efektif (p value = 0,000). Hendaknya penelitian ini dapat
dijadikan masukan bagi RS Pelabuhan Palembang dan dapat diterapkan oleh perawat yaitu latihan batuk efektif
pada pasien TB paru.
224
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi Pernafasan Pasien TB Paru.........
Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No.2 Desember 2013
226
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi Pernafasan Pasien TB Paru.........
Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No.2 Desember 2013
227
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi Pernafasan Pasien TB Paru.........
Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No.2 Desember 2013
228
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi Pernafasan Pasien TB Paru.........
Sasono Mardiono
Jurnal Harapan Bangsa Vol. 1 No.2 Desember 2013
Pranowo, 2012
Efektifitas Batuk Efektif dalam
Pengeluaran Sputum untuk
Penemuan BTA pada Pasien TB Paru
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus. 2012
Somantri, 2008
Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Salemba Medika.
Jakarta.
Widoyono, 2008
Penyakit Tropis Epidemiologi,
Penularan, Pencegahan Dan
Pemberantasannya,. Erlangga,
Surabaya
Septherisa, 2012
Efektifitas Latihan Batuk Efektif
dalam Peningkatan Sekresi Mucus
pada Klien Asma Bronkial di IRNA
Penyakit Dalam Teratai Rumah Sakit
AK. Gani Palembang. 2013.
Anne, 2012
http://www.anneahir.com/pengertian
batuk efektif.html Depkes RI, 2006
Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Edisi 2. Cetakan
1.Jakarta.
Rusyono, 2003
229
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Frekuensi Pernafasan Pasien TB Paru.........
Sasono Mardiono