Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULAUN

TUBERCULOSIS PARU

1.   Definisi

Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang disebabkan Mycobacterium Tuberkulosis


terutama menyerang parenkim paru, dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termaksuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe. (Brunner, 2002: hal 349).

Tuberkulosis (TB) penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis


yang mampu menginfeksi secara laten maupun progresif. (Elin, 2009: hal 918).

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium


Tuberculosis dan biasanya menjangkiti paru. (Esther, 2010: hal 193).

Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).

Tuberculosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang disebabkan


oleh Mycobacterium Tuberculosis.Penyakit ini bisanya mengenai paru, tetapi mungkin
menyerang semua organ atau jaringan di tubuh. (Robins, 2007: hal 544).

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular, menyerang pada paru,


disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulosa (Murwani, 2009: hal 11).

2.   Klasifikasi

    Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2233), klasifikasi   tuberculosis Paru, yaitu

a.    Pembagian secara patologis: 

1)   Tuberculosis primer (childhood tuberculosis).

2)   Tuberculosis post-primer ( adult tuberculosis)

b.   Pembagian secara aktivitas  radiologis tuberculosis paru (Koch Pulmonum) aktif , non aktif
dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)

c.    Pembagian secara radiologis (luas lesi)

1)   Tuberculosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrate nonka-vitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2)   Moderately advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm.
jumlah infiltrate bayangan halus tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.

3)   Far advanced tuberculosis, terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan moderately
advanced tuberculosis.

        Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil
berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:

a.    Kategori 0: Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes
tuberculin negatif.

b.   Kategori I: Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat kontak
positif, tes tuberculin negatif.

c.    Kategori II: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif, radiologis dan
sputum negatif.

d.   Kategori III: Terinfeksi tuberculosis dan sakit.

        Di Indonesia klasifikasi yang banyak di pakai adalah berdasarkan kelainan klinis, dan
mikro biologis:

a.    Tuberculosis paru.

b.   Bekas tuberculosis paru.

c.    Tuberkulosis tersangka .

Tuberculosis tersangka terbagi menjadi tuberculosis tersangka yang diobati, disini sputum
BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif.dan tuberculosis paru tersangka yang tidak
diobati, disini sputum BTA negatiaf, dan tanda-tanda lain juga meragukan.

Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termaksuk TB paru aktif
atau bekas TB paru. Dalam klsifikasi ini perlu dicantumkan: status biakan bakteriologi,
mikriskopik sputum BTA, (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis, kelainan yang
relevan untuk tuberculosis paru, dan status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti
tuberkuosis.

WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yaitu:

a.    Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan  kasus baru dengan
bentuk TB berat.

b.   Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum  BTA positif.

c.    Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I

d.   Kategori IV ditujikan kepada : TB kronik.


3.   Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Paru-paru

(Sumber : Sylvia,   Patofsiologi : Konsep klinis Proses-proses penyakit. EGC)

 Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.

Jadi di dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang di tarik dari udara
masuk ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis .seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorus (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke sarambi kiri jantung (atrium sinistra) ke
aorta ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran) .
sebagian ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan
melalui  peredaran darah vena masuk ke jantung  (serambi kanan / atrium dextra)  ke bilik
kanan (ventrikel dextra) dan  dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru.
Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran
CO2  iniadalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, di dalam
hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli) pada laring
terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
tidak masuk ke trakea, sedangkan sewaktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika
makanan masuk ke dalam laring maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba
mengeluarkan  makanan tersebut dari laring.

Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu,
kotoran dan benda asing.Adanya benda asing / kotoran tersebut memberikan rangsangan
kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi
batuk.akibatnya benda asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut.
Dari kejadian tersebut diatas udara yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-benar
bersih

a.       Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung      (septum nasi).didalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang
rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan  karang
hidung (konka nasalis)  yang berjumlah  tiga buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis
media dan konka nasalis superior.

Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan
bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior ( lekukan bagian
bawah). Meatus-meatus ini  lah yang dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat
lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut kona. dasar dari rongga hidung
dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa
rongga yang di sebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus
frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
etmoidalis  pada rongga tulang tapis.

Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju konka
nasalis.Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman sel tersebut terutama terdapat di bagian
atas.pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf
penciuman  (nerfus olfaktorius).

b.      Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke atas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, kedepan berhubungan
dengan rongga mulut tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua
lubang, kedepan lubang laring, ke belakang lubang esophagus.

Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya terdapat dua buah
tonsil kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan.

c.       Laring

Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah
empeng tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan  menutupi laring.

d.      Trakea

Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda  ( huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, hanya bergerak kea rah luar.panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot polos.

sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri
disebut karina.

e.       Bronkus

Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar

dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6 sampai 8 cincin, mempunyai 3 cabang

bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkiolus terdapat
gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.

f.       Paru-paru

Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2.  Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah  dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi menjadi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus puimo dektra
superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules.paru-paru kiri,
terdiri dari puimo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai
10 segmen yaitu 5 buah segemen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis,
dan 3 buah segmen pada segmen inferior. Tiap – tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan – belahan yang bernama lobules.

Diantara lobules yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat sebuah
bronkiolus.Di dalam lobules bronkiolus bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap – tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2 – 0,3 mm.

Latak paru- paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru – paru dibungkus oleh selaput yang disebut
pleuara. Pleura dibagi menajadi: Pleura visceral  yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru dan, pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keuda pleura ini terdapat rongga (cavum) yang disebut cavum pleura. Pada
keadaan normal kavum plura ini  vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat kembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat), yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernapas.

g.      Pembuluh darah paru

Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari tebal
ventrikel kiri.Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan
jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri.
Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dan
aorta  melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah yang kaya oksigen dibandingkan
dengan darah pulmonal yang relative kekurangan oksigen.Darah ini kembali melalui vena
pulmonalis ke atrium kiri.Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung
oksigen dari ventrikel kanan ke paru-paru.

 Cabang-cabang nya menyentuh saluran-saluran bronchial, sampai ke alveoli


halus.  Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringn kapiler itu
menyentuh dinding alveoli (gelembung udara).Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh
dinding kapiler.Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai menjadi vena
pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke
serambi jantung kiri (darah mengandung oksigen), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari
setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena cava inferior maka dengan
demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.
Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di
dalamnya, kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a)      Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada bebrapa hal: kondisi paru-
paru, umur, sikap dan bentuk seseorang.

b)      Kapasitas vital yaitu,  jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi


maksimal.  Dalam keadaan yang  normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak
kurang lebih 5 liter. Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara pada
waktu kita bernapas bisasa. Udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2,5 liter).
Jumlah pernapasan dalam keadaan normal orang dewasa  16-18 kali/ menit. Dalam keadaan
tertentu keadaan tersebut akan berubah, misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa
bertambah cepat dan sebaliknya.

h.      Proses terjadinya pernapasan

Terdiri dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi.Bernapas berarti melakukan
inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.Bernapas
merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflex bernapas ini diatur
oleh pusat pernapasan yang terletak dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh
karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti
bahwa reflex bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka
terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila
mukulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.

Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah mendapat rangsangan kemudian


mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarakan antara
sternum  (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka
pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang
dan masuklah udara dari luar.

Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali,
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan  ini terjadi karena adanya
perbedaaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Pernapasan dada, pada waktu orang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu
pada orang-orang muda dan pada perempuan.

Pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut.Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini
banyak ditemukan pada pria. (Syaifuddin, 2006: hal 192).
4.   Etiologi

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan


Mycobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 – 4 mikron x 0,3 – 0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam
mikolat).

Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik.  Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan
dingin, bersifat dorman dan anaerob.

Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 – 10 menit atau pada
pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 – 95 % selama 15- 30 detik. Bakteri ini
tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-
bulan), dapaat hidup bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberculosis aktif lagi,  namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun
1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri
memerlukan 40 kali partukaran udara.

Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma
makrofag  yang semula memfagositasi  malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada bagian apical paru – paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).

5.   Patofisiologi

Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis Paru,


yaitu :

a.    Tuberkulosis primer

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari -
hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat,  ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukuran partikel  < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian
baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di
sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru
akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek
primer atau sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan
paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga
masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi
limfedenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ
seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke
seluaruh bagian paru menjadi TB milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Sarang primer limfangitis lokal  + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke).
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :

1)      Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.

2)      Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan ± 10 % diantaranya dapat
terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.

3)      Berkomplikasi dan menyebar secara: perkontinuitatum, yakini menyebar ke sekitarnya.


Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya, kuman dapat
juga dapat tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus. Secara limfogen
ke organ tubuh lain- lainya. Secara hematogen  ke organ tubuh lainnya. Semua kejadian di
atas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer.

b.   Tuberculosis pasca primer (sekunder)

Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai
90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau
inferior).Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan
berbagai jaringan ikat.

TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi  TB
usia tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat
menjadi :
1)      Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.

2)      Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran.Sarang dini
yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan
bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila
jaringan keju dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam
jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas
adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan  TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang
jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut.

   Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak  kavitas dapat

1)      meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke
dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru
sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus  jadi TB usus. Sarang ini
selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB
endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke pleura .

2)      Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik
kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma .

3)      Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil.kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,
menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.

Secara keseluruhan akan terdapat tiga macam sarang yakini :

1)      Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.

2)   Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.

3)      Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat sembuh spontan
tetapi mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya di berikan pengobatan yang
sempurna juga.

6.   Manifestasi Klinis

         Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala  tuberculosis Paru, yaitu :

a.       Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 oC.serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali.  Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.

b.      Batuk atau batuk darah

Gejala ini banyak di temukan.Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam
jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan  peradangan bermula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.

c.       Sesak napas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.

d.      nyeri dada

gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik atau melepaskan napasnya.

e.       Malaise

Penyakit tuberculosis bersifat randang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan


berupa aneroksia, tidak ada nafsu maka, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain.Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

7.   Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a.       Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis.

b.      Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.

c.       Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)


Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

d.      Tes Mantoux / Tuberkulin

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

e.       Tehnik Polymerase Chain Reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.

f.       Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)

Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.

g.      MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah.

h.      Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral

Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :

1)      Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah

2)      Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular )

3)      Adanya kavitas, tunggal atau ganda

4)      Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru

5)      Adanya klasifikasi

6)      Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

7)      Bayangan millier

 Menurut Sudoyo, dkk (2009 :  hal  2235), pemeriksaan diagnostic

 yang dapat dilakukan pada klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a.       Pemeriksaan radiologis (Photo Thorax)

Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau
segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di
daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas.Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang
tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.lama-lama


dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan yang
bergaris-garis.Pada klasifikasi bayangannya tambak sebagai bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai penciutan yang
dapat terjadi pada sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru.

Gambaran tuberculosis millier terlihat berupa bercak-bercak halus yang umumnya


tersebar merata pada seluruh lapang paru.

Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam
radioulsen di pinggir paru/pleura (pnemothorax)

Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.

b.      Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di
rumah sakit rujukan  adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini
lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat
lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.

c.       Magnetic Resonsnce Imaging ( MRI )

Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses
dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut.Sayatan dapat dibuat transversal,
segital dan koronal.

d.      Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang


meragukan, hasilnya tidak sensitive dan tidak spesifik. Pada saat tuberculosis baru mulai aktif
akan didapatkan jumlah leukosit sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.
Jumlah limfosit masih di bawah normal.Laju endap darah mulai meningkat.Bila penyakit
mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi, laju endap
darah mulai turun kearah normal lagi.

e.       Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman  BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum.

f.       Tes tuberculin/ tes mantoux

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan diagnosis


tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai tes mantoux yakini dengan
menyuntikan  0,1 cc tuberculin P.P.D (purified protein derivative).

Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu  1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup berarti.
Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah terserang
Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.

Tes mantoux ini dapat dibagi kedalam beberapa kategori yaitu :

1)      Indurasi 0-5 mm (diameternya ) mantoux negative = golongan  non sensitivity.

2)      Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody
normal masih menonjol.

3)      Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody
selular paling menonjol.

8.   Penatalaksanaan  Medik

a.       Pengobatan

Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan  yang dapat diberikan  pada klien


dengan tuberculosis Paru, yaitu :

1)      Kategori I (2 HRZE/4 H3R3) untuk pasien TBC baru.

2)      Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori 1 nya gagal).

3)      Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative RO positif

4)      Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir tahap intensif dari
pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA positif. Obat diminum
sekaligus 1 jam sebelum sarapan pagi.

Dosis pemberian obat kategori 1:

a)      Tahap permulaan diberikan setiap hari selama 2 bulan (2 HRZE) :

1)      INH (H)               : 300 mg – 1 tablet.


2)      Rimfapisin (R)     : 450 mg  - 1 kaplet

3)      Pirazinamid (P)    :1500 mg -  3 kaplet @ 500 mg

4)      Ethambutol (E)   : 750 mg – 3 kaplet @250 mg

Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II

b)      Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :

1)      INH (H)              : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg

2)      Rimfapisin (R)    : 450 mg – 1 kaplet

Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini
disebut kombipak III.

     Ta

b.      Menurut Mansjoer (2000 : hal 474 ), pembedahan pada TB Paru.

 Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah berkembang.Indikasi


pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak dan indikasi relative.

1)      Indikasi mutlak pembedahan adalah:

a)      semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.

b)      Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif

c)      Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif.

2)      Indikasi relative pembedahan adalah:

1.      Pasien denga sputum negative dan batuk-batuk darah perulang

2.      Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan

3.      Sisa kavitas yang menetap.

9.      Komplikasi

Menurut Sudoyo, dkk (2009 :  hal  2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :

a.       Pleuritis tuberkulosa

Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga
atau columna vertebralis.
b.      Efusi pleura

Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang
kaya akan protein.

c.       Empiema

Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).

d.      Laryngitis

Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis tuberculosis.

e.       TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)

Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di  dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
dan saluran pencernaan.

f.       Keruskan parennkim paru berat

Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika
tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.

g.      Sindrom gagal napas (ARDS)

Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas
atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

10.     Prognosis.

Tuberculosis paru dapat disembuhkan secara total dengan pemberian obat


antituberculosis (OAT) yang di konsumsi selama ± 6 bulan secara rutin. (Sylvia,  1995 : hal
759) 

 11.     Pencegahan

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium


tuberkuloisi adalah sebagai berikut :

a.       Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).

b.      Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi


c.       Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu perhatian
khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara, dan penyinaran
matahari di rumah.

d.      Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).

e.       Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.


PENGKAJIAN

A. IDENTIFIKASI
1. KLIEN

Nama initial : Ny. A.D

Umur : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Menikah

Agama/ suku : Islam

Warga Negara : Indonesia

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : IRT

Alamat Rumah :-

No Medrec :-

Tgl MRS : 8 Februari 2018

Tgl Pengkajian : 15 Februari 2018

Diagnosa Medik : TB.Paru

2. PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. S.G

Alamat :-

Hubungan dengan Klien : Suami

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG.

1) Keluhan Utama :
Sesak Nafas
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Sesak nafas dialami oleh klien sejak 2 minggu sebelum masuk RS. Klien juga
mengalami demam. Batuk dialami oleh klien sejak 1 bulan yang lalu.

3) Riwayat Penyakit dahulu :


Klien mengatakan pernah mengkonsumsi obat anti TB tahun 2017 tapi
pengobatan klien sempat putus.

4) Riwayat Penyakit Keluarga :


Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami
klien.

C. DATA MEDIK

Dikirim oleh : IGD

Diagnosa Medik : TB Paru relaps on treatment kategori I.

D. KEADAAN UMUM

1. Keadaan umum : Pasien tampak lemah


Alat medic : IVFD NaCl 20 gtt/mnt
O2 Binasal Kanul 3-4 L/m

2. TANDA-TANDA VITAL :

Kesadaran
Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif :

Skala Coma Glasgow :


 Respon motorik :6
 Respon bicara :5
 Respon membuka mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Sadar.
Tekanan darah: 120/80 mmHg.
Suhu : 36,50C – axilla.

Nadi : 80 x/mnt

Pernafasan : 24 x/mnt
Jenis : Dada dan perut (torakoabdominal )

3. Pengukuran

 Lingkar lengan atas : 21 cm

 Lipat kulit triceps : 18 cm

 Berat badan : 46 kg MRS.

4. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Garis keturunan

: Perempuan

: Klien

E. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

1. Kajian Persepsi Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan

Riwayat penyakit yang di alami :


Klien mengatakan pernah di rawat di RS karena penyakit yang sama. Riwayat
mengkonsumsi obat anti TB namun sempat putus. Di rumah klien dan keluarga
mengetahui penyakit yang di derita oleh klien, namun keluarga tidak memahami
tentang perawatan klien.

a) Data subjektif.
a. Keadaan sebelum sakit
o Klien mengatakan selalu menjaga kesehatan
o Tidak pernah mengalami gangguan seperti ini sebelumnya.
b. Keadaan sejak sakit.
o Klien mengatakan saat ini dia dalam keadaan sakit, sesak nafas sehingga
klien perlu mendapatkan perawatan di RS.
b) Data objektif

a. observasi
o Kebersihan rambut : Bersih
o Kulit kepala : Tidak ada benjolan atau lesi
o Kebersihan kulit: cukup : Bersih
o Hygiene rongga mulut : Bersih
o Kebersihan genitalia : Tidak di kaji
o Kebersihan anus : Tidak di kaji

2. KAJIAN NUTRISI METABOLIK

 Data subjektif

a) Keadaan sebelum sakit :


o klien mengatakan klien makan nasi, sayur (kadang), ikan dan buah
o Makan : 3 x/hari
o Minum air putih : 6-7 gelas/hari.
b) Keadaan sejak sakit :
o Klien mengatakan sejak sakit nafsu makannya berkurang.
o Porsi makan tidak dihabiskan
o Anjuran Diet TKTP
 Data objektif

1. Observasi
Porsi makan klien tidak dihabiskan
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan rambut : Tumbuh merata
b. Hidrasi kulit : Lembab
c. Palpebrae : Ikterus
d. Conjungtiva : Anemis
e. Sclera : Ikterus
f. Hidung : Bersih
g. Rongga mulut : Bersih Gusi : Tidak berdarah
h. Gigi geligi : Karies Gigi palsu : Tidak ada
i. Kemampuan mengunyah keras :baik.
j. Lidah : Bersih tonsil : Tidak ada peradangan
k. Pharing : Tidak ada peradangan
l. Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
m. Kelenjar parotis : normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid :
normal
n. Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, lemas
Bayangan vena : tidak tampak

Benjolan vena : tidak tampak


- Palpasi : tanda nyeri umum : tidak ada, distensi(-)
Massa : tidak ada
Hidrasi kulit : cukup lembab
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
- Perkusi :
Asites : negative
 Kulit :
o Edema : negative
o Icteric : negative
o Tanda-tanda radang : negative
 Lesi : negative

3. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
Hematologi rutin normal
 Leukosit : 14.000 4.000-10.000 /ul
 Eritrosit : 4,02 4.25-5.40 juta/ul
 Hb : 9,2 12-16 /dl
 Hematokrit: 31,4 37-47 %
 Trombosit : 959 150-450 ribu/ul
 MCH : 22,9 27 – 35 pg
 MCHC : 31.7 30 – 40 g/dl
 MCV : 72,1 80 – 100 fi
 SGOT : 11 < 33 U /L
 SGPT : 10 < 43U / L
 Ureum Darah : 19 10 – 40 Mg / dl
 Netrofil segmen 80% 50 – 70 %
 GDS : 67 70 – 125 Mg / dl
 Chlorida darah : 98,0 98,0 – 109,0 mEq / L
 Kalium darah : 4,20 3,50 – 5,30 mEq / L
 Natrium darah : 132 135 – 153 mEq / L
o Terapi

o IVFD Nacl 20 gtt


o 02 4 – 5 L ( Binasal Kanul)
o Ranitidine 50mg 2 x 1 amp / iv
o Ceftriaxone 1 x 2 gr / iv
o PCT 500mg 3 x 1 tab
o Vit B Complex 3x1 tab
o Sucralfat 2cth trap 6 jam
o SaT 3 tab trap 24 jam
o OAT YFDC 3 Tab trap 24 jam
o Vit B6 1 tab trap 24 jan

3. KAJIAN POLA ELIMINASI


 Data subjektif

1. Keadaan sebelum sakit :


Klien.mengatakan BAB lancar 1 hari 1 kali, feses banyak, warna kuning
kecoklatan, BAK lancar, kalau malam hari 1 x bangun untuk BAK,
keringat banyak dikeluarkan dalam batas normal.

2. Keadaan sejak sakit :


Klien. ; BAB, warna kuning tua, sedangkan BAK 3 x/hari, warna kuning
tapi banyak.
 Data Objektif

1. Observasi :
BAB klien normal, urine kadang-kadang banyak, kadang sedikit warna
urine kuning jernih.
2. Pemeriksaan fisik :

a. Peristaltic usus : 20 x/mnt

b. Palpasi suprapubika : kandung kemih ; kosong

c. Nyeri ketuk ginjal : tidak ada nyeri

d. Mulut urethra : negative.

e. Anus :

 Peradangan : negative
 Fissure : negative
 Hemorrhoid : negative
 Prolaps recti : negative
 Fistula ani : negative
 Massa tumor : negative
4. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

 Data subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan di rumah klien melakukan aktifitas sendiri

2. Keadaan sejak sakit :


Klien mengatakan tidak bisa lagi bekerja seperti biasanya.
 Data objektif

1. Observasi

a. Aktifitas harian
 Makan 2
 Mandi 2
 Berpakaian 2
 Buang air besar 0
 Buang air kecil 0
 Mobilisasi di tempat tidur 0
 Ambulasi : tempat tidur 0
 Postur tubuh : tegak
 Gaya jalan :
 Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
 Fiksasi : Tidak ada
 Trakeostomi : tidak ada
2. Pemeriksaan fisik

a. Perfusi pembuluh perifer kuku :< 3 detik.


b. Thorax dan paru-paru
 Inspeksi bentuk thorax : simetris kiri dan kanan
Stridor : negative
Dyspnea effort : Positif
Sianosis : negative
Bunyi nafas : Ronchi
Palpasi : vocal fremitus : negative
Perkusi : sonor batas paru hepar : dalam batas normal
Kesimpulan : normal
- Jantung
o Inspeksi : iktus cordis : dalam batas normal
o Auskultasi : bunyi jantung irama gallop : negative
Murmur : negative
N : 80 x/mnt
- Lengan dan tungkai
o Atrofi otot : positif, Tempat : anggota gerak bawah
o Rentang gerak : tidak aktif
Mati sendi : tidak ada
Kaku sendi : ada
o Uji kekuatan otot : kiri :5 Kanan : 5
o Reflek fisiologik : ada
o Reflex patologik : babinski kiri : negative Kanan :
negative
o Clubbing jari-jari : negative
o Varises tungkai : negative
- Columna vertebralis
o Inspeksi : kelainan bentuk : tidak tampak
o Kaku kuduk : tidak ada
5. KAJIAN POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

 Data subjektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan jam tidur cukup. Klien tidur jam 21.00 bangun pagi jam
06.00. kadang-kadang siang hari digunakan untuk istirahat 1-2 jam.

2. Keadaan sejak sakit :

Klien mengatakan tidur malam jam 20.00 dan bangun jam 05.30. klien
mengatakan sering terbangun karena sesak nafas.

6. KAJIAN POLA PERSEPSI KOGNITIF

 Data subjektif

1. Keadaan sebelum sakit :

Klien mengatakan klien melihat baik, pendengaran, penciuman baik. Tidak


menggunakan kacamata untuk melihat, dan daya ingat masih baik.
2. Keadaan sejak sakit :

Klien mengatakan klien melihat baik, pendengaran, penciuman baik. Tidak


menggunakan kacamata untuk melihat, daya ingat baik, saat ini klien
hanya di tempat tidur.

 Data objektif

Klien berespon dengan baik saat di panggil.

7. KAJIAN POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

 Data subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan klien orang yang suka bergaul, dan berinteraksi dengan
orang di sekitar rumah.
2. Keadaan sejak sakit.
Klien mengatakan setelah saat ini hanya pasrah dan menyerahkan
tanggung jawab kepada dokter dan perawat.
 Data Objektif
1. Kontak mata : baik.
2. Rentang perhatian : jelas
3. Suara dan cara bicara : jelas
8. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

 Data Subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan klien suka bergaul, rajin pergi ibadah dan berinteraksi
dengan masyarakat.
2. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan, klien sudah tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan.

 Data Objektif
Klien selalu mendapat perhatian dari keluarga.
9. KAJIAN POLA REPRODUKSI-SEKSUALITAS

 Data subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
2. Keadaan sejak sakit :

10. KAJIAN POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP


STRES

 Data subjektif

1. Keadaan sebelum sakit :


Klien mengatakan, klien termasuk orang yang aktif dalam kegiatan di
masyarakat.
2. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan, setelah sakit klien kadang ikut kegiatan karena di
rumah sakit
11. KAJIAN NILAI KEPERCAYAAN

 Data Subjektif
Klien sebelum sakit, rajin beribadah. Klien mengatakan sakit yang ia derita
diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
 Data Objektif :
Keluarga klien sering datang mengunjungi klien dan beribadah bersama.

F. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b/d suplai 02 kurang
INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnose Keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention Jam Implementa


(NANDA) Classification (NOC) Classification (NIC)
GANGGUAN Status Pernafasan : Manajemen Jalan 09.10 Auskultasi suara
PERTUKARAN GAS Pertukaran Gas (0402) Nafas (3140) Bunyi Nafas : Ro
Status pernafasan : Jenis pernafasan
Domain 3 : Eliminasi dan Ventilasi (0403) Aktivitas-Aktivitas :
Pertukaran Dada & perut
Tanda-tanda Vital  Posisikan pasien
Kelas 4 : Fungsi Respirasi untuk (torakoabdomina
Indikator : memaksimalkan
Gangguan Pertukaran 040301 Frekuensi ventilasi. Mengatur posisi
Gas (00030) Pernafasan  Buang secret 09.25
Posisi semi fowle
040302 Irama dengan
DEFINISI : Kelebihan Pernafasan memotivasi
atau defisit pada oksigenasi 040303 Kedalaman pasien untuk
dan/atau eliminasi Menganjurkan pa
Inspirasi melakukan 10.00
karbondioksida pada untuk mengeluar
040318 Suara Perkusi batuk atau
membrane alveolar – secret.
Nafas menyedot lender.
kapiler
040326 Hasil Rontgen  Memotivasi
Batasan karakteristik :
Dada pasien untuk Menganjurkan pa
 pH darah aretri abnormal
040309 Penggunaan otot bernafas pelan, 10.20
untuk bernafas pe
 pH aretri abnormal bantu nafas dalam, berputar dan dalam.
 pernapasan abnormal 040310 Suara Nafas dan batuk.
(mis : tambahan  Instruksikan
kecepatan,irama,kedalam 040331 Akumulasi bagaimana agar Mengajarkan pad
an) Sputum bisa melakukan 10.35
pasien teknik naf
 warna kulit abnormal batuk efektif. dalam dan batuk
(missal :  Auskultasi suara
pucat,kehitaman) nafas, catat area
 konfusi
yang ventilasinya Memberikan tera
 penurunan 12.00
menurun atau nebulizer obat
karbondioksida
tidak ada dan Ventoline 2,5 mg
 diaphoresis
 dispnea
adanya suara (inhalasi).
 sakit kepala saat bangun
tambahan
 hiperkapnea  Kelola
pemberian 12.30
 hipoksemia Memberikan tera
 irritabilitas bronkodilator, 4-5 L/m.
 napas cuping hidung sebagaimana
 gelisah mestinya.
13.00
 somnolen  Kelola Memonitor status
 takikardia pemberian pernafasan dan
nebulizer oksigenasi pasien
sebagaimana
faktor yang mestinya.
berhubungan :  Posisikan untuk 13.20 Memberikan
 perubahan membrane meringankan penyuluhan kepa
alveolar-kapiler sesak nafas. klien tentang kep
 Ketidakseimbangan terapi.
 Monitor status
ventilasi-perfusi
pernafasan dan
oksigenasi,
sebagaimana
mestinya.

Diagnose Keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention Jam Implementa


(NANDA) Classification (NOC) Classification (NIC)
GANGGUAN Status Pernafasan : Manajemen Jalan 13.20 Auskultasi suara
PERTUKARAN GAS Pertukaran Gas (0402) Nafas (3140) Bunyi Nafas : Ro
Status pernafasan : Jenis pernafasan
Domain 3 : Eliminasi dan Ventilasi (0403) Aktivitas-Aktivitas :
Pertukaran Dada & perut
Tanda-tanda Vital  Posisikan pasien
untuk (torakoabdomina
Kelas 4 : Fungsi Respirasi
Indikator : memaksimalkan
Gangguan Pertukaran 040301 Frekuensi ventilasi. Mengatur posisi
Gas (00030) Pernafasan  Buang secret 13.30
Posisi semi fowle
040302 Irama dengan
DEFINISI : Kelebihan Pernafasan memotivasi
atau defisit pada oksigenasi 040303 Kedalaman pasien untuk
dan/atau eliminasi Menganjurkan pa
Inspirasi melakukan 13.45
karbondioksida pada untuk mengeluar
040318 Suara Perkusi batuk atau
membrane alveolar – secret pada saat p
Nafas menyedot lender.
kapiler merasa sesak.
040326 Hasil Rontgen  Memotivasi
Dada pasien untuk
Batasan karakteristik :
 pH darah aretri abnormal
040309 Penggunaan otot bernafas pelan, Mengajarkan pad
 pH aretri abnormal bantu nafas dalam, berputar 13.50
pasien teknik naf
 pernapasan abnormal 040310 Suara Nafas dan batuk. dalam dan batuk
(mis : tambahan  Instruksikan
kecepatan,irama,kedalam 040331 Akumulasi bagaimana agar
an) Sputum bisa melakukan Memberikan tera
 warna kulit abnormal batuk efektif. 14.10
nebulizer obat
(missal :  Auskultasi suara Ventoline 2,5 mg
pucat,kehitaman) nafas, catat area (inhalasi).
 konfusi yang ventilasinya
 penurunan menurun atau
karbondioksida tidak ada dan Memberikan tera
 diaphoresis adanya suara 14.35 3-4 L/m.
 dispnea tambahan
 sakit kepala saat bangun
 Kelola
 hiperkapnea 14.45 Memonitor status
pemberian
 hipoksemia pernafasan dan
bronkodilator,
 irritabilitas
sebagaimana oksigenasi pasien
 napas cuping hidung
 gelisah
mestinya.
 somnolen  Kelola
pemberian 16.00 Memberikan
 takikardia
nebulizer penyuluhan kepa
sebagaimana klien tentang kep
faktor yang mestinya. terapi.
berhubungan :  Posisikan untuk
 perubahan membrane meringankan
alveolar-kapiler sesak nafas. 16.35 Menganjurkan ke
 Ketidakseimbangan klien untuk beris
 Monitor status
ventilasi-perfusi sesuai dengan po
pernafasan dan
oksigenasi, yang nyaman bag
sebagaimana klien.
mestinya.
16.45 Menganjurkan ke
keluarga untuk
membantu klien
memenuhi kebutu

Anda mungkin juga menyukai