TUBERCULOSIS PARU
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Mansjoer, 2009: hal 472).
Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikro-organisme Mycobacterium Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang, dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. (Elishabeth, 2001: hal 414).
2. Klasifikasi
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru (Koch Pulmonum) aktif , non aktif
dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
1) Tuberculosis minimal, terdapat sebagian kecil infiltrate nonka-vitas pada satu paru maupun
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Moderately advanced tuberculosis, ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm.
jumlah infiltrate bayangan halus tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.
3) Far advanced tuberculosis, terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi keadaan moderately
advanced tuberculosis.
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang diambil
berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:
a. Kategori 0: Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes
tuberculin negatif.
b. Kategori I: Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat kontak
positif, tes tuberculin negatif.
c. Kategori II: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif, radiologis dan
sputum negatif.
Di Indonesia klasifikasi yang banyak di pakai adalah berdasarkan kelainan klinis, dan
mikro biologis:
a. Tuberculosis paru.
c. Tuberkulosis tersangka .
Tuberculosis tersangka terbagi menjadi tuberculosis tersangka yang diobati, disini sputum
BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif.dan tuberculosis paru tersangka yang tidak
diobati, disini sputum BTA negatiaf, dan tanda-tanda lain juga meragukan.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termaksuk TB paru aktif
atau bekas TB paru. Dalam klsifikasi ini perlu dicantumkan: status biakan bakteriologi,
mikriskopik sputum BTA, (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis, kelainan yang
relevan untuk tuberculosis paru, dan status kemoterapi, riwayat pengobatan dengan obat anti
tuberkuosis.
a. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan
bentuk TB berat.
b. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA positif.
c. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbon dioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan
disebut ekspirasi.
Jadi di dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang di tarik dari udara
masuk ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis .seterusnya CO2 akan
dikeluarkan melalui traktus respiratorus (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui
kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke sarambi kiri jantung (atrium sinistra) ke
aorta ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran) .
sebagian ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan
melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan / atrium dextra) ke bilik
kanan (ventrikel dextra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru.
Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran
CO2 iniadalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan
dikeluarkan melalui traktus urogenetalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, di dalam
hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli) pada laring
terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan
tidak masuk ke trakea, sedangkan sewaktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika
makanan masuk ke dalam laring maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba
mengeluarkan makanan tersebut dari laring.
Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu,
kotoran dan benda asing.Adanya benda asing / kotoran tersebut memberikan rangsangan
kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi
batuk.akibatnya benda asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut.
Dari kejadian tersebut diatas udara yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-benar
bersih
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).didalamnya terdapat bulu-bulu
yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang
rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang
hidung (konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis
media dan konka nasalis superior.
Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan
bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior ( lekukan bagian
bawah). Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat
lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut kona. dasar dari rongga hidung
dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa
rongga yang di sebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus
frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
etmoidalis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju konka
nasalis.Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman sel tersebut terutama terdapat di bagian
atas.pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf
penciuman (nerfus olfaktorius).
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke atas berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, kedepan berhubungan
dengan rongga mulut tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat dua
lubang, kedepan lubang laring, ke belakang lubang esophagus.
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya terdapat dua buah
tonsil kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi
menutup laring pada waktu menelan makanan.
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu dapat di tutup oleh sebuah
empeng tenggorok yang di sebut epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk oleh 16
sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku
kuda ( huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, hanya bergerak kea rah luar.panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang
terdiri dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot polos.
sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri
disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah yang
terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan
trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping
ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkiolus terdapat
gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari gelembung
(gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika
dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi menjadi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus puimo dektra
superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobules.paru-paru kiri,
terdiri dari puimo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari
belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah
segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai
10 segmen yaitu 5 buah segemen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis,
dan 3 buah segmen pada segmen inferior. Tiap – tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan – belahan yang bernama lobules.
Diantara lobules yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat sebuah
bronkiolus.Di dalam lobules bronkiolus bercabang-cabang banyak sekali, cabang-cabang ini
disebut duktus alveolus. Tiap – tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2 – 0,3 mm.
Latak paru- paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum.Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru – paru dibungkus oleh selaput yang disebut
pleuara. Pleura dibagi menajadi: Pleura visceral yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru-paru dan, pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara keuda pleura ini terdapat rongga (cavum) yang disebut cavum pleura. Pada
keadaan normal kavum plura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat kembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat), yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu
ada gerakan bernapas.
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari tebal
ventrikel kiri.Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan
jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri.
Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dan
aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah yang kaya oksigen dibandingkan
dengan darah pulmonal yang relative kekurangan oksigen.Darah ini kembali melalui vena
pulmonalis ke atrium kiri.Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung
oksigen dari ventrikel kanan ke paru-paru.
a) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada bebrapa hal: kondisi paru-
paru, umur, sikap dan bentuk seseorang.
Terdiri dalam dua bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi.Bernapas berarti melakukan
inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.Bernapas
merupakan gerak reflek yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Reflex bernapas ini diatur
oleh pusat pernapasan yang terletak dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh
karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti
bahwa reflex bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka
terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirasi terjadi bila
mukulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung,
muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali,
maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya
perbedaaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu orang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu
pada orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut.Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini
banyak ditemukan pada pria. (Syaifuddin, 2006: hal 192).
4. Etiologi
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA), serta tahan
terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberculosis juga tahan dalam keadaan kering dan
dingin, bersifat dorman dan anaerob.
Bakteri tuberculosis ini mati pada pemanasan 100 0C selama 5 – 10 menit atau pada
pemanasan 60 oC selama 30 menit, dan dengan 70 – 95 % selama 15- 30 detik. Bakteri ini
tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-
bulan), dapaat hidup bertahun-tahun di dalam lemari es, hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
tuberculosis aktif lagi, namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun
1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90 % udara bersih dari kontaminasi bakteri
memerlukan 40 kali partukaran udara.
Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni di dalam sitoplasma
makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak
mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman
lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada bagian apical paru – paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apical ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Widoyono, 2008: hal 15).
5. Patofisiologi
a. Tuberkulosis primer
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari -
hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, ia akan
menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofi, kemudian
baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
keluar dari percabangan trakeobronkial bersama dengan gerakan silia bersama sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringn paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di
sini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru
akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek
primer atau sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan
paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka akan terjadilah efusi pleura. Kuman dapat juga
masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulait, terjadi
limfedenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ
seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke
seluaruh bagian paru menjadi TB milier.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis
regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional = kompleks primer (ranke).
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
1) Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang banyak terjadi.
2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus,
keadaan ini terdapat pada lesi pnemunia yang luasnya > 5 mm dan ± 10 % diantaranya dapat
terjadi reaktivitas lagi karena kuman yang dormant.
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan mucul bertahun – tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas reinfeksi mencapai
90%.Tuberculosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alcohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal.Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau
inferior).Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10 minggu
sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan
berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB
usia tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie, sarang dini ini dapat
menjadi :
1) Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2) Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan
fibrosis. Ada yang membungkus diri menjdai keras, menimbulakan perkapuran.Sarang dini
yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan
bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila
jaringan keju dibatukan keluar maka akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula
berdinding tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam
jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan kavitas
adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh
makrofag, dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF nya. Bentuk perkijuan lain yang
jarang adalah cryptic dissesminaate TB yang terjadi pada immunodifisiensi dan usia lanjut.
Disini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak kavitas dapat
1) meluas kembali dan menimbulakan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk ke
dalam peredaran darah arteri, maka akan teradi TB Milier. Dapat juga masuk ke paru
sebelahnya atau tertelan masuk ke lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus. Sarang ini
selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB
endobronkial dan TB endotrakeal atau empiema bila rupture ke pleura .
2) Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma ini dapat mengapur dan
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi kavitas lagi. Komplikasi kronik
kavitas adalah kolonisasi oleh fungus seperti aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma .
3) Bersih dan menyembuh disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuh dengan
membungkus diri menjadi kecil.kadang-kadang berkahir sebagai kavitas yang terbungkus,
menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped.
1) Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2) Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna.
3) Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat sembuh spontan
tetapi mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya di berikan pengobatan yang
sempurna juga.
6. Manifestasi Klinis
a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza tetapi panas badan kadang-kadang dapat
mencapai 40-41 oC.serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat
timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influsnza ini, sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza.Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
Gejala ini banyak di temukan.Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-prosuk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus di
setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah batuk berkembang dalam
jaringan paru yakini setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non Produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum).Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
d. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik atau melepaskan napasnya.
e. Malaise
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
b. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini
tidak spesifik karena hanya 30 – 70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak oleh
mikobakterium tuberculosis.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna
sisir akan berubah.
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah
5) Adanya klasifikasi
7) Bayangan millier
Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas atau
segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di
daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkial).
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas.Bila
lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan batas yang
tegas. Lesi ini dikenal dengan tuberkuloma .
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberculosis paru adalah penebalan
pleura (pleuritis), massa cairan dibagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam
radioulsen di pinggir paru/pleura (pnemothorax)
Pada satu foto dada sering di dapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada
tuberculosis yang sudah lanjut) seperti infiltrate, garis-garis fibrotik, klasivikasi kavitas (non
sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan emfisema.
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak dipakai di
rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-Scan). Pemeriksaan ini
lebih superior dibandingkan dengan radiologis biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat
lebih jelas dan sayatan dapat dibuat transversal.
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-proses
dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut.Sayatan dapat dibuat transversal,
segital dan koronal.
d. Darah
e. Sputum (BTA)
Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml
sputum.
Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U ( first
strength). kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negative, berarti
tuberculosis dapat disingkirkan , umumnya tes mantoux dengan 5 T.U. Sudah cukup berarti.
Tes tuberculin hanya menyatakan apakah seorang individu sedang atau pernah terserang
Mycobacterium tuberculosis, mycobacterium bovis.
2) Indurasi 6-9 mm: hasil meragukan = golongan low grade sensitivity. Disini peran antibody
normal masih menonjol.
3) Indurasi 10-15 mm: mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity disini peran antibody
selular paling menonjol.
8. Penatalaksanaan Medik
a. Pengobatan
2) Kategori II (2 HRZES / HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien yang pengobatan
kategori 1 nya gagal).
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative RO positif
4) Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila ada pemeriksaan akhir tahap intensif dari
pengobatan dengan kategori I atau kategori II ditemuukan BTA positif. Obat diminum
sekaligus 1 jam sebelum sarapan pagi.
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di sebut
kombipak II
b) Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen ini
disebut kombipak III.
Ta
a) semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.
b) Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c) Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara
konservatif.
9. Komplikasi
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening, sebab lain dapat
juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening yang menuju ronggal pleura, iga
atau columna vertebralis.
b. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan selaput paru,
yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke rongga pleura. Material
mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura yang
kaya akan protein.
c. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga pleura yang di
sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium tuberculosis (pleuritis
tuberculosis).
d. Laryngitis
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam saluran pernapasan
akan berkembang biak terutama pada orang yang daya tahan tubuhnya lemah, dan dapat
menyebat melalaui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi
mycobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal,
dan saluran pencernaan.
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim paru, sehingga jika
tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada parenkim yang terinfeksi.
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas, menyebabkan gagal napas
atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
10. Prognosis.
11. Pencegahan
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
d. Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor (polusi).
A. IDENTIFIKASI
1. KLIEN
Umur : 42 Tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT
Alamat Rumah :-
No Medrec :-
2. PENANGGUNG JAWAB
Alamat :-
1) Keluhan Utama :
Sesak Nafas
2) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Sesak nafas dialami oleh klien sejak 2 minggu sebelum masuk RS. Klien juga
mengalami demam. Batuk dialami oleh klien sejak 1 bulan yang lalu.
C. DATA MEDIK
D. KEADAAN UMUM
2. TANDA-TANDA VITAL :
Kesadaran
Kualitatif : Compos Mentis
Kuantitatif :
Nadi : 80 x/mnt
Pernafasan : 24 x/mnt
Jenis : Dada dan perut (torakoabdominal )
3. Pengukuran
4. Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Klien
a) Data subjektif.
a. Keadaan sebelum sakit
o Klien mengatakan selalu menjaga kesehatan
o Tidak pernah mengalami gangguan seperti ini sebelumnya.
b. Keadaan sejak sakit.
o Klien mengatakan saat ini dia dalam keadaan sakit, sesak nafas sehingga
klien perlu mendapatkan perawatan di RS.
b) Data objektif
a. observasi
o Kebersihan rambut : Bersih
o Kulit kepala : Tidak ada benjolan atau lesi
o Kebersihan kulit: cukup : Bersih
o Hygiene rongga mulut : Bersih
o Kebersihan genitalia : Tidak di kaji
o Kebersihan anus : Tidak di kaji
Data subjektif
1. Observasi
Porsi makan klien tidak dihabiskan
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan rambut : Tumbuh merata
b. Hidrasi kulit : Lembab
c. Palpebrae : Ikterus
d. Conjungtiva : Anemis
e. Sclera : Ikterus
f. Hidung : Bersih
g. Rongga mulut : Bersih Gusi : Tidak berdarah
h. Gigi geligi : Karies Gigi palsu : Tidak ada
i. Kemampuan mengunyah keras :baik.
j. Lidah : Bersih tonsil : Tidak ada peradangan
k. Pharing : Tidak ada peradangan
l. Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
m. Kelenjar parotis : normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid :
normal
n. Abdomen
- Inspeksi : bentuk datar, lemas
Bayangan vena : tidak tampak
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Laboratorium
Hematologi rutin normal
Leukosit : 14.000 4.000-10.000 /ul
Eritrosit : 4,02 4.25-5.40 juta/ul
Hb : 9,2 12-16 /dl
Hematokrit: 31,4 37-47 %
Trombosit : 959 150-450 ribu/ul
MCH : 22,9 27 – 35 pg
MCHC : 31.7 30 – 40 g/dl
MCV : 72,1 80 – 100 fi
SGOT : 11 < 33 U /L
SGPT : 10 < 43U / L
Ureum Darah : 19 10 – 40 Mg / dl
Netrofil segmen 80% 50 – 70 %
GDS : 67 70 – 125 Mg / dl
Chlorida darah : 98,0 98,0 – 109,0 mEq / L
Kalium darah : 4,20 3,50 – 5,30 mEq / L
Natrium darah : 132 135 – 153 mEq / L
o Terapi
1. Observasi :
BAB klien normal, urine kadang-kadang banyak, kadang sedikit warna
urine kuning jernih.
2. Pemeriksaan fisik :
e. Anus :
Peradangan : negative
Fissure : negative
Hemorrhoid : negative
Prolaps recti : negative
Fistula ani : negative
Massa tumor : negative
4. KAJIAN POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
Data subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan di rumah klien melakukan aktifitas sendiri
1. Observasi
a. Aktifitas harian
Makan 2
Mandi 2
Berpakaian 2
Buang air besar 0
Buang air kecil 0
Mobilisasi di tempat tidur 0
Ambulasi : tempat tidur 0
Postur tubuh : tegak
Gaya jalan :
Anggota gerak yang cacat : Tidak ada
Fiksasi : Tidak ada
Trakeostomi : tidak ada
2. Pemeriksaan fisik
Data subjektif
Klien mengatakan jam tidur cukup. Klien tidur jam 21.00 bangun pagi jam
06.00. kadang-kadang siang hari digunakan untuk istirahat 1-2 jam.
Klien mengatakan tidur malam jam 20.00 dan bangun jam 05.30. klien
mengatakan sering terbangun karena sesak nafas.
Data subjektif
Data objektif
Data subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan klien orang yang suka bergaul, dan berinteraksi dengan
orang di sekitar rumah.
2. Keadaan sejak sakit.
Klien mengatakan setelah saat ini hanya pasrah dan menyerahkan
tanggung jawab kepada dokter dan perawat.
Data Objektif
1. Kontak mata : baik.
2. Rentang perhatian : jelas
3. Suara dan cara bicara : jelas
8. KAJIAN POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
Data Subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan klien suka bergaul, rajin pergi ibadah dan berinteraksi
dengan masyarakat.
2. Keadaan sejak sakit :
Klien mengatakan, klien sudah tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan.
Data Objektif
Klien selalu mendapat perhatian dari keluarga.
9. KAJIAN POLA REPRODUKSI-SEKSUALITAS
Data subjektif
1. Keadaan sebelum sakit :
2. Keadaan sejak sakit :
Data subjektif
Data Subjektif
Klien sebelum sakit, rajin beribadah. Klien mengatakan sakit yang ia derita
diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan.
Data Objektif :
Keluarga klien sering datang mengunjungi klien dan beribadah bersama.
F. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas b/d suplai 02 kurang
INTERVENSI, IMPLEMENTASI, DAN EVALUASI KEPERAWATAN