Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI HAM DALAM UNDANG – UNDANG NO.

39 TAHUN 1999
TENTANG HAK ASASI MANUSIA

NI KADEK ERIKA MANGALA


(2380511011)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
PENDAHULUAN

Manusia yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ini mempunyai tugas untuk
memelihara dan menjaga kedamaian serta kesejahteraan bagi sesama manusia. Hal ini perlu
dilakukan agar keharmonisan lingkungan dapat terjaga, sehingga kehidupan manusia menjadi
lebih sejahtera dan lebih layak. Maka dari itu, sudah sejak lahir jika setiap manusia memiliki
hak-hak dasar yang sudah melekat di dalam dirinya. Hak-hak dasar itu harus dihormati, dihargai,
dipertahankan, dan tidak boleh dirampas atau direbut paksa oleh orang lain agar hubungan
sesama manusia bisa menjadi lebih harmonis.
Hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia itu lebih dikenal sebagai Hak Asasi Manusia
(HAM). Meskipun setiap manusia sudah memiliki HAM, tetapi antara manusia yang satu dengan
manusia lainnya harus menjaga kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hak ini
bukan dihadiahkan dari negara atau kelompok masyarakat, melainkan hak-hak fundamental
yang melekat dalam jiwa dan diri manusia, karena ia (manusia) itu bermartabat. Maka
dalam perkembangan sejarah manusia prinsip-prinsip keadilan bagi pembentukkan hukum dan
juga praktek hukum mendapat pernyataan dalam beberapa dokumen resmi-dokumen
yang terkenal lazimnya dengan nama dokumen hak asasi manusia-yang
menjustifikasikan prinsip-prinsip etis dan prinsip nilai moral dari eksistensi manusia
yang dituntut untuk dihargai dan dihormati. Terbukti hak-hak dasar manusia telah
dirumuskan dengan sistematika perumusan yang utuh, yang termaktub secara
eksposif pada beberapa deklarasi International HAM yang berlaku universal
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, HAM bersifat universal karena hak-hak tersebut
dinyatakan sebagai bagian dari kemanusiaan setiap manusia, kulit, jenis kelamin, usia, latar
belakang budaya, agama atau kepercayaannya. HAM dikatakan melekat dan inheren karena
hak-hak tersebut dimiliki setiap manusia semata-mata karena keberadaannya sebagai manusia
dan bukan karena pemberian dari suatu organisasi kekuasaan manapun 1. HAM sifatnya melekat
karena hak-hak yang dimiliki manusia tidak dapat dirampas dan dicabut.Dalam konteks ini sifat
HAM yang melekat dan inheren pada setiap manusia menghendaki tidak adanya institusi
kekuasaan atau siapapun yang diperbolehkan merampas dan mencabutnya kecuali adanya alasan
kemanusiaan yang rasional dan absah menurut hukum
1
Soetandyo Wignjosoebroto, Hak-Hak Asasi Manusia: Konsep Dasar dan Pengertiannya Yang Klasik pada
Masa-Masa Awal Perkembangannya,dalam Toleransi dan Keragaman: Visi untuk Abad ke-21 Kumpulan Tulisan tentang Hak
Asasi Manusia, Surabaya: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Surabaya dan The Asia Foundation, 2003, hal. 4.

1
Di mancanegara dan Indonesia khususnya, tercatat banyak kasus pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM) atau kejahatan atas kemanusiaan, dimana pelakunya bebas berkeliaran dan
bahkan tak terjangkau oleh hukum atau dengan kata lain perkataan membiarkan tanpa
penghukuman oleh negara terhadap pelakunya impunity.Impunitas yaitu membiarkan para
pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran berat Hak Asasi
Manusia seperti, kejahatan genosida, kejahatan manusia, dan kejahatan perang tidak diadili
merupakan fenomena hukum politik yang dapat kita saksikan sejak abad yang lalu hingga hari
ini.2
Berdasarkan penjabaran diatas dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan menjadi
fokus pembahasan ini yaitu Bagaimana Identifikasi HAM didalam Undang – Undang No.39
Tahun 1999 Tentang HAM?

PEMBAHASAN
2
Abdul Hakim G Nusantara,Sebuah Upaya Memutus Impunitas: Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran
Berat Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM. Vol 2. no. 2,2004,hal.7.

2
Secara konsepsional pemikiran hukum HAM tidak terlepas konstelasi historis. Artidjo
Alkostar mengatakan, kesaksian sejarah menyatakan setiap ada krisis HAM selalu ada revolusi
sosial. Setelah ada revolusi sosial selaku diikuti munculnya dokumen HAM, seperti Charters,
Documents, Declarations, Treaties yang berkolerasi dengan krisis HAM. Munculnya dokumen-
dokumen HAM sebagai manifestasi dari kosmos, merupakan konsekuensi etis dari adanya
Chaos, berupa pelanggaran HAM, konflik politik, revolusi sosial dan sejenisnya. Setelah itu lalu
diperlukan adanya logos berupa perangkat hukum. Dokumen-dokumen sejarah HAM itu
diantaranya Piagam Madinah tahun 632, Magna Charta tah1un 1225, Declaration of
Independence 1776, Declaration L’Homme Et Du Citoyen tahun 1789, UUD tahun 1945, dan
DUHAM tahun 19483.
Secara teoritik, hukum HAM pada dasarnya mengatur hubungan antara individu-individu
dengan negara. HAM telah disepakati sebagai hukum internasional yang telah menjadi standar
yang kuat bagaimana negara harus memberlakukan individu-individu di dalam wilayah
yurisdiksinya. HAM memberikan jaminan moral dan hukum kepada individu–individu setiap
manusia untuk melakukan kontrol dan mendorong aturan dan praktek-praktek kekuasaan yang
menghormati HAM, memastikan adanya kebebasan individu dalam berhubungan dengan negara
dan meminta negara untuk melakukan pemenuhan terhadap hak-hak dasar individu dalam
wilayah yurisdiksinya. Dalam konteks ini, negara dapat ditegaskan sebagai petugas dan
pemangku kewajiban (duty-bearer) untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan
memenuhi (to fulfil), sedangkan individu-individu yang berdiam dalam wilayah yurisdiksinya
adalah sebagai pemangku hak (rights holder) daripada kewajiban dan tanggungjawab negara.4
Pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia telah ada sejak di sahkannya Pancasila sebagai
dasar pedoman negara Indonesia, meskipun secara tersirat.Baik yang menyangkut mengenai
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, maupun hubungan manusia dengan manusia.
Hal ini terkandung dalam nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila yang terdapat pada
pancasila.Dalam Undang- Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hah Asasi Manusia, pengaturan
mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan berpedoman pada deklarasi Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa Bangsa. Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang penghapusan segala

3
Artidjo Alkostar, Penegakan Hukum Kasus HAM, Makalah Mata Kuliah Sistem Perlindungan HAM di Magister
Fakultas Hukum UII, 2010,hal 7
4
Ifdhal Kasim (Ed), Hak Sipil dan Politik : Esai-esai Pilihan, Buku I, Jakarta : Elsam, hal.200.

3
bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hak-hak
anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur mengenai Hak Asasi Manusia.
Materi UndangUndang ini tentu saja harus disesuaikan dengan kebutuhan hukum masyarakat
dan pembangunan hukum nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar
1945.
Selanjutnya langkah kongrit negara dalam melindungi HAM ialah dengan
memberikan fasilitas pengaduan kepada siapa saja untuk bisa mengadu apabila ia
melihat adanya pelanggaran HAM.UU Nomor 39 Tahun 1999 karena lahir pada masa
Reformasi dan adanya pengaruh Internasional dan isu-isu HAM yang pada saat itu sedang
memuncak membuat pembentuk undang-undang sangat berhati-hati dan teliti dalam
mencantumkan jenis atau macam-macam hak asasi yang wajib dilindungi.Ada nilai positif
dan ada nilai negatif apabila lahir sebuah produk peratiran perundang-undangan, hal ini
disebabkan adanya benturan-benturan kepentingan dan paham didalam sebuah masyarakat.
Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pengaturan
mengenai hak asasi manusia ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia
Perserikatan Bangsa, Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita, Konvensi Perserikatan Bangsabangsa tentang Hak-hak
Anak, dan berbagai instrument internasional lain yang mengatur mengenai hak asasi manusia.
Materi UndangUndang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan hukum masyarakat dan
pembangunan hukum nasional yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945.
Sedangkan di dalam UndangUndang Dasar 1945 (yang diamandemen), masalah mengenai HAM
dicantumkan secara khusus dalam Bab X Pasal 28 A sampai dengan 28 J, yang merupakan hasil
Amandemen Kedua Tahun 2000.
Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, Hak Asasi
Manusia terdiri dari beberapa macam di antaranya:
1. Hak Asasi untuk Hidup
Contoh dari hak asasi untuk hidup, seperti setiap manusia berhak untuk hidup, setiap
manusia berhak untuk mempertahankan hidupnya, dan setiap manusia berhak meningkatkan
kesejahteraan hidupnya..
2. Hak Asasi Berkeluarga dan Melanjutkan Keturunan
Terdapat beberapa contoh dari hak asasi berkeluarga dan melanjutkan keturunan, yaitu

4
setiap manusia atau individu berhak untuk membangun sebuah keluarga tanpa harus ada tekanan
serta berhak untuk memiliki keturunan lewat suatu perkawinan yang sah. Dalam hal ini,
perkawinan dinyatakan sah, jika calon suami dan calon istri sudah memenuhi ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku, baik itu hukum agama atau hukum negara.
3. Hak Mengembangkan Diri
Setiap manusia berhak untuk mengembangkan dirinya secara layak. Oleh sebab itu,
muncullah hak asasi untuk mengembangkan diri. Adapun contoh dari hak ini yaitu setiap
manusia berhak untuk berkomunikasi serta mendapatkan informasi sesuai kebutuhannya, setiap
manusia berhak untuk merasakan manfaat dari pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
4. Hak Memperoleh Keadilan
Setiap manusia berhak untuk mendapatkan keadilan yang sama di mata hukum, sehingga
tidak ada diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu. Hak memperoleh keadilan
memiliki beberapa contoh, seperti adanya asas praduga tidak bersalah atau seseorang berhak
untuk tidak dinyatakan bersalah, jika belum ada keputusan hukum yang sah dari sidang
pengadilan. Selain itu, setiap manusia berhak memiliki bantuan hukum saat dimulainya suatu
penyidikan hingga putusan pengadilan.
5. Hak Atas Kebebasan Pribadi
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia berhak untuk menentukan kebebasan yang
akan dipilihnya. Kebebasan itu masih akan diperbolehkan selama tidak merugikan atau
membahayakan orang lain.
6. Hak Atas Rasa Aman
Setiap orang berhak untuk mendapatkan rasa aman, sehingga dalam menjalani kehidupan
akan lebih tenang. Hak atas rasa aman mempunyai beberapa contoh, yaitu setiap orang berhak
untuk mendapatkan perlindungan diri dan keluarga, setiap orang berhak bebas dari perbuatan
buruk (penyiksaan, kekerasan, dan lain-lain), dan setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan,
dipaksa, dan dibuang dengan sewenang-wenang.
7. Hak Kesejahteraan
Adanya hak asasi manusia ini memberikan manusia untuk mendapatkan hak
kesejahteraan. Manusia yang dapat hidup sejahtera, maka kehidupannya bisa berjalan dengan
baik. Dengan adanya hak kesejahteraan ini, maka setiap orang tidak boleh mengambil secara
paksa atau merampas hak-hak dasar orang lain.

5
8. Hak Untuk Ikut Serta dalam Pemerintahan
Indonesia yang menganut sistem pemerintahan demokrasi ini memberikan kebebasan
berpendapat untuk masyarakatnya dan memberikan kebebasan dalam memilih pilihan politiknya.
Oleh sebab itu, hadirlah hak untuk ikut serta dalam
9. Hak Wanita
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 ini, terdapat hak wanita. beberapa
contoh dari hak wanita, seperti wanita berhak untuk memperoleh perlindungan khusus dalam
melaksanakan pekerjaannya, wanita berhak untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, wanita berhak menentukan kewarganegaraannya (setelah
menikah dengan pria berkewarganegaraan asing.
10. Hak Anak
Setiap anak yang lahir di dunia ini mempunyai hak atas perlindungan oleh orang tua,
keluarga, masyarakat, dan negara.
Dapat dikatakan reformasi yang terjadi salah satunya adalah menyuarakan aspirasi yang
sangat kuat mengenai penyelesaian dan mengadili pelanggaran HAM dan KKN yang terjadi di
era Orde Baru. Dengan kata lain era Reformasi ini telah terjadi perubahan arus penegakan
HAM dari yang penuh pelanggaran dan sangat refresif oleh aparat penegak hukum
menjadi lebih berpihak kepada perlindungan HAM. Ini dapat dilihat dengan banyaknya
konvensi-konvensi Internasional yang diratifikasi oleh pemerintah mengenai
HAM.Adapun hal-hal yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
berdasarkan sistematika maka dapat dikategorikan kepada :
1. .Bab sebanyak 11 (sebelas) dengan jumlahPasal sebanyak 106(seratus enam).
2. Bab I mengenai ketentuan umum, berupa definisi atau terminologi kata yang berkaitan
erat dengan hak asasi manusia, Pasal 1.
3. Bab II mengenai asas-asas dasar, berupa landasasan hukum dan asal usul
hak asasi sehingga adanya pengakuan hak asasi tersebut, mulai pasal 2-8.
4. 4.Bab III mengenai pembagian atau jenis-jenis hak yang diakui oleh konstitusi atau
undang-undang, mulai pasal 9-66
5. Bab IV mengenai kewajiban manusia, mulai pasal 67-706.
6. Bab V mengenai kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, mulai pasal 71-727.
7. Bab VI mengenai pembatasan berlakunya hak asasi dan larangan, mulai pasal 73-74

6
8. Bab VII mengenai Komisi Nasional HAM, mulai pasal 75-99.
9. Bab VIII mengenai partisipasi masyarakat dalam melindungi HAM, mulai pasal100-103
10. Bab IX mengenai Pengadilan HAM, pada pasal 104.
11. Bab X mengenai ketentuan yang berlaku pada pasal 105.
12. Bab XI mengenai ketentuan penutup pada pasal 106.
Jadi dapat dikatakan bahwa banyaknya jenis atau macam-macam hak yang diatur
didalam undang-undang ini diharapkan mampu memberikan jaminan yang sepenuhnya
atas penegakan HAM di Indonesia.5 Selain itu yang sangat signifikan perubahan hak asasi
manusia mengenai kebebasan berpolitik. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia Pasal 23 Ayat 1 dan 2, berbunyi:
1. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.
2. Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya,secara lisan dan atau tulisan
melalui media cetak maupun elektonik dengan memperhatikan nilai-nilai
agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.6

5
Nurjalal, ANALISIS UU. NO. 39 TAHUN 1999 TENTANG HAM, Jurnal Pahlawan Volume 1, Nomor 1, Fakultas
Hukum Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai,2018,hal 5.
6
Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia,Kencana Jakarta 2007,hal 55.

7
KESIMPULAN

Secara teoritik, hukum HAM pada dasarnya mengatur hubungan antara individu-individu
dengan negara. HAM telah disepakati sebagai hukum internasional yang telah menjadi standar
yang kuat bagaimana negara harus memberlakukan individu-individu di dalam wilayah
yurisdiksinya. Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pengaturan mengenai hak asasi manusia ditentukan dengan berpedoman pada Deklarasi Hak
Asasi Manusia Perserikatan Bangsa, Konvensi Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita, Konvensi Perserikatan
Bangsabangsa tentang Hak-hak Anak, dan berbagai instrument internasional lain yang mengatur
mengenai hak asasi manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia terdiri dari 10 macam. Selanjutnya langkah kongrit negara
dalam melindungi HAM ialah dengan memberikan fasilitas pengaduan kepada siapa saja
untuk bisa mengadu apabila ia melihat adanya pelanggaran HAM.UUNomor 39
Tahun 1999 karena lahir pada masa Reformasi dan adanya pengaruh Internasional dan isu-
isu HAM yang pada saat itu sedang memuncak membuat pembentuk undang-undang
sangat berhati-hati dan teliti dalam mencantumkan jenis atau macam-macam hak asasi
yang wajib dilindungi.Ada nilai positif dan ada nilai negatif apabila lahir sebuah produk
peratiran perundang-undangan, hal ini disebabkan adanya benturan-benturan
kepentingan dan paham didalam sebuah masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal:
- Abdul Hakim G Nusantara,Sebuah Upaya Memutus Impunitas: Tanggung Jawab
Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia, Jurnal HAM. Vol 2. no.
2,2004.
- Nurjalal, ANALISIS UU. NO. 39 TAHUN 1999 TENTANG HAM, Jurnal Pahlawan
Volume 1, Nomor 1, Fakultas Hukum Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai,2018.
Buku
- Artidjo Alkostar, Penegakan Hukum Kasus HAM, Makalah Mata Kuliah Sistem
Perlindungan HAM di Magister Fakultas Hukum UII, 2010.
- Ifdhal Kasim (Ed), Hak Sipil dan Politik : Esai-esai Pilihan, Buku I, Jakarta : Elsam.
- Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia,Kencana
Jakarta,2007
- Soetandyo Wignjosoebroto, Hak-Hak Asasi Manusia: Konsep Dasar dan
Pengertiannya Yang Klasik pada Masa-Masa Awal Perkembangannya,dalam
Toleransi dan Keragaman: Visi untuk Abad ke-21 Kumpulan Tulisan tentang Hak Asasi
Manusia, Surabaya: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Surabaya dan The Asia
Foundation, 2003.
Per Undang – Undangan :
- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Anda mungkin juga menyukai