Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
ABSTRAK
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak kodrati setiap manusia. Hak Asasi
Manusia menjadi dasar suatu negara dalam membentuk segala ketentuan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM)sebagai lembaga independen, juga berlandaskan kepada pasal 28
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menegaskan bahwa;
perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia adalah
tanggungjawab negara. Dalam menjalankan tugasnya, Komnas HAM dapat berwenang
melakukan penyelidikan terhadap dugaan kasus pelanggaran HAM dan mengeluarkan
hasil rekomendasi berdasarkan penyelidikan tersebut. Rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini pertama, bagaimana peran Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
dalam menyelesaikan dugaan kasus pelanggaran HAM. Kedua, bagaimana sifat
rekomendasi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dalam proses penyelidikan Hak Asasi
Manusia. Ketiga, bagaimana penerapan hasil penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia terhadap dugaan pelanggaran HAM kepada lembaga negara. Jenis penelitian
yang digunakan adalah yuridis emnpiris. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan wawancara dan studi dokumen berupa Undang-Undang dan buku-buku
ilmiah. Jenis data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara
deskriptif. Hasil penelitian dan pembahasan menjelakan bahwa pertama, menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM bahwa dalam melakukan perlindungan
dan jaminan terhadap Hak Asasi Manusia, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia memiliki
peran dan fungsi pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, mediasi, dan memiliki
kewenangan untuk menyelidiki dugaan kasus pelanggaran HAM berat, serta
mengeluarkan rekomendasi setelahnya. Kedua, Rekomendasi yang dikeluarkan oleh
Komnas HAM setelah dilakukannya penyelidikan merupakan tindak hukum publik
karena menghasilkan hubungan hukum antara Komnas HAM dengan Pemerintah selaku
penerima rekomendasi dan Substansi dari rekomendasi Komnas HAM mengenai adanya
suatu kasus pelanggaran HAM dan berbagai solusi dalam penyelesaiannya. Ketiga, hasil
rekomendasi yang dikeluarkan oleh Komnas HAM tidak memiliki kekuatan hukum yang
mengikat dan memaksa layaknya putusan pengadilan yang memiliki nilai eksekutorial.
Oleh sebab itu, rekomendasi Komnas HAM ada yang ditindaklanjuti oleh lembaga negara
yang dituju, ada pula yang tidak.
i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hak kodrat manusia diperkenalkan oleh John Locke, seorang filsuf Inggris.
keteraturan. Keadaan ideal ini terjadi karena dalam keadaan naturalis, tidak
ada hak-hak dasar manusia yang dilanggar. Negara dan hukum diciptakan
untuk melindungi hak milik, hak hidup, dan kebebasan. Konsep dari locke
Salah satu unsur utama yang dimiliki oleh negara hukum ialah
1
Satya Arinanto dan Ninuk Triyanti, 2006, Memahami Hukum: Dari Kontruksi Sampai
Implementasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta: hlm. 10.
2
Indra Kusumawardhana, 2018, Indonesia Di Persimpangan: Urgensi “Undang-Undang
Kesetaraan Dan Keadilan Gender” Di Indonesia Pasca Deklarasi Bersama Buenos Aires Pada
Tahun 2017, Jurnal HAM Vol. 9 No. 2, hlm 163.
1
Republik Indonesia Tahun 1945. Adanya perlindungan konstitusional
manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis3.
tanpa memandang status sosial, ras, suku, dan agama agar mampu
tetap berada di dalam batas-batas Hak Asasi Manusia, juga berlaku bagi
3
Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi (Human
Rights in Democratische Rechsstaat), Jakarta: Sinar Grafika, hlm 58.
2
Undang-Undang Dasar.4
Hak Asasi Manusia, Negara adalah salah satu elemen utama dalam
menunjang dan melindungi Hak Asasi Manusia. Secara umum, Pasal ini
dunia dewasa ini, merupakan konsep dunia modern setelah Perang Dunia
Kedua.5
persamaan hak antar negara. Tanggung jawab negara timbul apabila ada
internasional maupun.
Republik Indonesia tahun 1945 (Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J),
4
Harifin A. Tumpa, 2010, Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM Di
Indonesia, Jakarta: Kencana, hlm. 59
5
Saafroedin Bahar, 2002 Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, hlm. 357.
3
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, serta
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, maka dapat
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka pada tahun 1993 Presiden
4
Pembentukan Komisi nasional Hak Asasi Manusia sebagai
agency).7
Indonesia tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ini,
pelaksanaan Hak Asasi Manusia yang bersifat nasional. Selain itu, tujuan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan Hak Asasi manusia sesuai dengan
7
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, 2010, Hukum Lembaga Kepresidenan, Bandung:
Alumni, hlm. 148.
5
independen yang di dalam menjalankan tugas serta fungsinya memiliki
tersebut terdapat pelanggaran hak asasi manusia dalam masalah publik dan
HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.9 Dengan
judicial).
8
Ibid.
9
Luh Gede Mega Karisma dan I Gde Putra Ariana, 2011, Kedudukan Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia Sebagai Lembaga Negara Independen Dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia, Bali: Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, hlm. 5.
6
untuk memberikan rekomendasi mengenai pembentukan,
perubahan, dan pencabutan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan hak asasi manusia;
c. Penerbitan hasil pengkajian dan penelitian;
d. Studi kepustakaan, studi lapangan dan studi banding di negara lain
mengenai hak asasi manusia;
e. Pembahasan berbagai masalah yang berkaitan dengan
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia; dan
f. Kerjasama pengkajian dan penelitian dengan organisasi, lembaga
atau pihak lainnya, baik tingkat nasional, regional, maupun
internasional dalam bidang hak asasi manusia.”
berlangsung.
B. Perumusan Masalah
7
Indonesia?
8
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sebagai: Actor’s part; one’s task or function yang berarti aktor; tugas
seseorang atau suatu fungsi. Sedangkan istilah peran dalam “Kamus Besar
adalah hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut
berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.
10
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uac
t=8&ved=0ahUKEwjf44WN_d7XAhWMwI8KHf67CbwQFggmMAA&url=http%3A%2F%2Fdig
ilib.unila, diakses tanggal 12 Desember 2022 pukul 23.03 WIB
11
Ibid
12
Ibid
9
b) Peran yang seharusnya (Expexted)
c) Peran yang dianggap oleh diri sendiri (Percieved role)
d) Peran sebenarnya dilakukan (actual role)
Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat). Salah satu ciri dari negara
Manusia.
killing) yang kerap kali disebabkan oleh belum adanya pemahaman yang
Manusia.
13
Ibid
10
Manusia tersebut, maka pada tahun 1998 Majelis Permusyawaratan
fungsi dan peran Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ke dalam Undang-
Undang.
50 tahun 1993 tentang Komnas HAM yang berisi beberapa poin menarik
kepada pemerintah dan negara; dan mengadakan kerja sama regional dan
14
Zainal Arifin Mochtar, Memikirkan Kembali Seleksi Lembaga Negara Independen
KHTN ke-2 dengan tema Menata Proses Seleksi Pimpinan Lembaga Negara, Padang: 11
September 2015, hlm. 7.
11
sendiri merupakan lembaga negara yag bersifat independen yang
15
Rika Marlina , “Summary For Policymakers,” in Climate Change 2013 - The Physical
Science Basis, ed. Intergovernmental panel on Climate Change, Vol. 1 (Cambrige: Cambrige
University Press, 2018), 1-30, https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
16
Ibid, hlm. 149.
17
Pasal 89 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
12
Pada Pasal 89 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
1. Fungsi Penyuluhan
13
Asasi Manusia melalui lembaga Pendidikan formal dan non-formal serta
2. Fungsi Pemantauan
Fungsi pemantauan pada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, diatur pada
Hak Asasi Manusia dalam masalah publik dan acara pemeriksaan oleh
14
pengadilan yang kemudian pendapat Komnas HAM tersebut wajib
3. Fungsi Mediasi
ditindaklanjuti.
pelanggaran HAM berat ini, Komnas HAM dapat membentuk tim ad hoc yang
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 18 hingga Pasal 20
15
kewenangan yang diberikan oleh negara kepada Komnas HAM dalam rangka
sangatlah luas.
Nomor 26 TAhun 2000 tentang Pengadilan HAM. Oleh Karena itu, Komnas
HAM yang diberikan oleh Undang-Undang seperti yang telah dituliskan di atas,
maka Komnas HAM telah menjadi lembaga publik yang memiliki kekuasaan,
18
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Hukum Lembaga Kepresidenan, Alumni, Bandung:
2010, hlm. 148.
19
Soerjono Soekanto, 1983, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Jakarta: Penerbit
Alumni, hlm 47-48.
16
lembaga mempunyai sebuah instrumen hukum yang dihasilkan dari
Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Instrumen yang
penyelesaiannya.20
20
Suhardin, “Eksistensi Komnas Ham Indonesia Dalam Menjalankan Perannya Sebagai
Upaya Mencari Keadilan Sehubungan Dengan Pelanggaran Ham”, Dinamika: Jurnal Ilmu Hukum,
Vol. 27, No. 2, Januari 2021, hlm. 21
21
Pasal 89 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia
17
ditangani oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk ditindaklanjuti
membentuk tim ad hoc. Hasil dari temuan adanya pelanggaran HAM yang
dari siding paripurna Komnas HAM tersebut, sub komisi pemantauan dan
22
Pasal 1 Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nomor 2 Tahun 2010
18
penyelidikan menghasilkan berbagai rekomendasi kepada pemerintah atau
dalam hal ini pemerintah dan DPR. Substansi dari rekomendasi Komnas
19
aslinya.
a. Pemeriksaan surat
tertentu
nilai, tujuan, dan opini bersama. Van den Heuvel menggunakan istilah
23
Pasal 89 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
20
perkembangannya.24 Sejalan dengan tipe pengawasan ini, rekomendasi
yang dilakukan oleh Komnas HAM seperti adanya sanksi atau ancaman
tersebut dianggap tidak sesuai dan tidak dapat dilaksanakan karena dalam
24
Irfan Fachryddin, 2004, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan
Pemerintah, PT Alumni, Bandung, hlm 190.
21
pengiriman ulang berkas rekomendasi kepada yang tidak menindaklanjuti
rekomendasi tersebut.
merupakan salah satu bagian dari tindakan pemerintah. Maka dari itu
yakni pemerintah, DPR, dan instansi terkait. Tindakan hukum publik yang
berkehendak satu pihak, dalam artian Komnas HAM itu sendiri karena
Undang.
22
dikeluarkan oleh Komnas HAM. Tetapi dalam.upaya hukum melalui
lebih tindakan lisan atau tertulis yang menjurus ke arah dan tidak
25
Made Jayantara, 2015, Kedudukan Hukum dan Fungsi DPRD (Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah) Dalam Penyelenggaraan Kewenangan Perizinan oleh Pemerintah Daerah, Tesis,
Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hlm. 73.
23
pihak yang dirugikan. Hasil tindakan yang diambil berdasarkan
rekomendasi.26
tertulis Komnas HAM yang disampaikan kepada para pihak yang relevan
rekomendasi.
Mulai tahun 2000, Komnas HAM bekerja melalui visi dan misi
yang telah dirumuskan.28 Visi Komnas HAM adalah Hak Asasi untuk
26
Ibid.
27
Profil Komnas HAM, selengkapnya dapat dibaca pada laporan tahun 1999, (Jakarta:
Komnas HAM, 1999), hlm 7-8
28
Visi dan Misi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
24
2. Menegakan, memajukan, memelihara HAM
masyarakat
Komnas HAM menjadi salah satu lembaga mandiri dan independen yang
25
diminta menyerahkan bukti yang diperlukan; e) peninjauan di tempat
Komnas HAM tersebut wajib diberitahukan oleh hakim kepada para pihak.
akan membentuk tim khsusus yang terdiri dari internal Komnas HAM dan
tersebut.
26
yang telah dilakukan. Rekomendasi tersebut berisikan tentang apakah
Hak Asasi Manusia, maka pihak-pihak yang dituju oleh Komnas HAM
27
adalah kasus tragedy penghilangan orang secara paksa pada tahun 1965.
2008 lalu. Pada saat itu, Komnas HAM membentuk tim khusus yang
tersebut. Ini menandakan bahwa tidak ada kepastian hukum terhadap hasil
28
Keamanan, Mahfud M.D.
memiliki kekuatan hukum yang cukup kuat untuk wajib dijalani seperti
29
Peraturan Komnas HAM tidak pernah mengatur mengenai eksekusi hasil
2002-2003
HAM Jakarta
Semanggi II 1998-1999
Wamena 2003
paksa 1997-1998
29
Data yang diperoleh penulis dari Wawancara Penelitian dengan Unun Kholisa selaku
Kordinator Bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) pada tanggal 11 Januari 2022.
30
9 Penghilangan secara paksa Tidak ditindaklanjuti
G30SPKI 1965-1966
1985
1998-1999
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis
31
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
HAM berat.
32
penelitian penulis dengan Unun Kholisa selaku Kordinator
menindaklanjutinya.
B. Saran
Dari hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :
33
memiliki Undang-Undang tersendiri guna adanya ikatan
34
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI.
Bambang Sugiono, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
C.S.T. Cansil dan Christine S.T. Kansil, 2000, Hukum Tata Negara Republik
Indonesia 1, cetakan ketiga, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Harifin A. Tumpa, 2010, Peluang dan Tantangan Eksistensi Pengadilan HAM Di
Indonesia, Jakarta: Kencana.
Irfan Fachryddin, 2004, Pengawasan Peradilan Administras Terhadap Tindakan
Pemerintah, Bandung: PT Alumni.
Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, 2010, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia,
Bandung: PT Alumni.
Johnny Ibrahim, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
Malang: Bayumedia Publishing.
Luh Gede Mega Karisma dan I Gede Putra Ariana, 2011, Kedudukan Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia Sebagai Lembaga Negara Independen Dalam
Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Bali: Bagian Hukum Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
Miriam Budiardjo, 1998, Menggapai Kedaulatan Untuk rakyat, Bandung:
Penerbit Mizan.
Ni’Matul Huda, 2012, Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi, Jakarta:
Rajawali Pers.
Nurul Qamar, 2013, Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Demokrasi
(Human Rights in Democratische Rechsstaat), Jakarta: Sinar Grafika.
P. Aston, 2013, Promoting Human Rights Through Bills of Rights, (Oxford:
University Press, 1999), p. 14, sebagaimana dikutip Hesti Armiwulan
Sochmawardiah, “Bab II Diskriminasi Rasial, Kebebasan dan Kesetaraan
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia Dan Hukum”, dalam Hesti
Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum HAM:
Studi Tentang Diskriminasi Terhadap Etnis Tionghoa, Yogyakarta: Genta
Publishing.
Saafroedin Bahar, 2002, Konteks Kenegaraan Hak Asasi Manusia, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Saldi Isra, 2021, Lembaga Negara: Konsep, Sejarah, Wewenang, dan Dinamika
Konstitusional, Depok: Rajawali Pers.
Satya Arinanto dan Ninuk Triyanti, 2006, Memahami Hukum: Dari Kontruksi
Sampai Implementasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soerjono Soekanto, 1983, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Jakarta:
Penerbit Alumni.
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Soerjono Soekanto, 2015, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan,“pendekatan kualitatif, kuantitatif
R & D, Bandung: Alfabeta.
Sumadi Suryabrata, 1983, Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Titik Triwulan Tutik dan H. Ismu Gunadi Widodo, 2003, Hukum Tata Usaha
Negara dan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara Indonesia,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Titon Slamet Kurnia, 2005, Reparasi terhadap Korban Pelanggaran HAM di
Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Ketetapan MPR Nomor 17 Tahun 1998 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia
Peraturan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Pemantauan dan Penyelidikan
C. Tesis
Made Jayantara, 2015, Tesis: Kedudukan Hukum dan Fungsi DPRD (Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah) Dalam Penyelenggaraan Kewenangan
Perizinan Oleh Pemerintah Daerah, Universitas Udayana.
D. Jurnal
Gunawan A. Tauda, “Kedudukan Komisi Negara Independen dalam Struktur
Ketatanegaraan”, Jurnal Alumni Magister Ilmu Hukum UGM, Pranata
Hukum, Vol. 6, No. 2 Tahun 2011.
Indra Kusumawardhana, Indonesia Di Persimpangan: Urgensi “Undang-Undang
Kesetaraan Dan Keadilan Gender” Di Indonesia Pasca Deklarasi
Bersama Buenos Aires Pada Tahun 2017, Jurnal HAM Vol. 9 No. 2 Tahun
2018
Rika Marlina , “Summary For Policymakers,” in Climate Change 2013 - The
Physical Science Basis, ed. Intergovernmental panel on Climate Change,
Vol. 1 Tahun 2018.
Sri Hastuti Puspitasari, Komnas HAM Indonesia Kedudukan dan Perannya dalam
Struktur Ketatanegaraan Indonesia, Jurnal Hukum, Vol. 9, No. 21 Tahun
2002.
Suhardin, “Eksistensi Komnas Ham Indonesia Dalam Menjalankan Perannya
Sebagai Upaya Mencari Keadilan Sehubungan Dengan Pelanggaran
Ham”, Dinamika: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 27, No. 2 Januari 2021.
E. Website
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=r
ja&uact=8&ved=0ahUKEwjf44WN_d7XAhWMwI8KHf67CbwQFggmM
AA&url=http%3A%2F%2Fdigilib.unila
https://jikn.go.id/index.php/komisi-nasional-hak-asasi-manusia-republik-indonesia
https://referensi.elsam.or.id/wp-content/uploads/2014/09/Peran-Komnas-HAM-
Dalam-Pemajuan-Dan-Perlindungan-Hak-Asasi-Manusia-di-Indonesia.pdf
https://www.komnasham.go.id/index.php/about/1/tentang-komnas-ham.html