(1) Setiap korban pelanggaran hak asasi manusia dan atau ahli warisnya berhak
mendapatkan ganti kerugian.
(2) Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan
mengajukan gugatan ke pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
ANGGOTA KELOMPOK
I. Khomarun Nisa
II. Ardelia Haniifah Salsabiila
III. Imelda Aisyabrina
IV. Muhamad Ray Albani
V. Reynaldi Aditya Furi
VI. Yazid M Rasik
Bab 1 PELANGGARAN HAM DALAM PERSPEKTIF PANCASILA
Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai nilai kemanusiaan, pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan dasar negara republik Indonesia. Pancasila sangat menghormati hak asasi
setiap warga negara maupun bukan warga negara Indonesia. Pancasila menjamin hak asasi
manusia dengan cara melalui nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai nilai Pancasila dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.
Hak asasi manusia merupakan hak yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap
individu di bumi. Setiap orang wajib menjaga, melindungi serta menghormati haknya setiap orang.
Sumber : https://umsu.ac.id/hak-asasi-manusia/
- Konsep kewajiban asasi manusia
Kewajiban Asasi Manusia merujuk pada tanggung jawab moral, hukum, dan etika yang melekat
pada setiap individu sebagai manusia. Ini mencakup hakikat hak asasi manusia yang dianggap
inheren dan tidak dapat diganggu gugat.
Sumber : https://fahum.umsu.ac.id/kewajiban-asasi-manusia-dan-contohnya/#:~:text=Apa%20Itu
%20Kewajiban%20Asasi%20Manusia,dan%20tidak%20dapat%20diganggu%20gugat.
Pada masa yang lalu, manusia belum mengakui akan adanya persamaan derajat antara manusia
satu dengan manusia yang lain, sehingga mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya. Contoh yang paling kongkret dapat dilihat pada penjajahan oleh
satu bangsa
terhadap bangsa yang lain, seperti Indonesia yang dijajah tanpa perikemanusiaan oleh kaum
kolonialisme yang menindas dan menyengsarakan bangsa ini. Puncak kesadaran atas HAM yang
telah
dirampas, maka bangsa Indonesia pun melakukan perjuangan untuk mendapatkan serta
mempertahankan hak asasi manusia yang dimilikinya, yaitu kemerdekaan, yang telah dirampas
oleh
Dalam konteks Negara Republik Indonesia, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia merumuskan pengertian HAM sebagai berikut: “Hak asasi manusia adalah hak
dasar
yang melekat pada diri manusia yang sifatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan
manusia
dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu oleh siapa pun”. Dengan
demikian, maka setiap manusia memiliki hak asasi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa. Hak
asasi
tersebut tidak boleh diabaikan, dirampas atau diganggu oleh siapa pun karena hak asasi tersebut
manusia dan masyarakat. Apabila ada perlakuan yang mengabaikan, merampas atau
mengganggu hak
asasi seseorang, berarti ia telah melakukan pelanggaran terhadap hak asasi seseorang.
Sedangkan
berdasarkan rumusan Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, HAM diartikan
sebagai berikut: “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai
makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakaan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia.” Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) ini secara tegas juga di atur
dalam Undang UndangNo. 39 tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan :
“Negara
Republik Indonesia mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar
manusia
sebagai hak yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus
dilindungi, dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahteraan,
Kebahagian, dan kecerdasan serta keadilan.
2. Mengenai kaitan atau hubungan antara hak asasi manusia dengan Pancasila.
Sila ini menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama, melaksanakan ibadah, dan
menghormati perbedaan agama.
Sila ini menempatkan setiap warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum
serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan
perlindungan hukum.
Sila ini mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga negara dengan
semangat rela berkorban dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini sesuai dengan prinsip hak asasi manusia,
bahwa hendaknya sesama manusia bergaul satu sama lainnya dalam
semangat persaudaraan.
Sila ini mengakui hak milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta
memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.
3. Kedudukan HAM dalam konstitusi RI
Hak asasi manusia juga dijamin oleh nilai-nilai instrumental Pancasila. Adapun,
peraturan perundang- undangan yang menjamin hak asasi manusia di antaranya
sebagai berikut.
HAM di Indonesia
HAM sebagai nilai universal telah dimuat dalam Konstitusi RI, baik dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 maupun dalam batang tubuh UUD 1945 dan
dipertegas dalam amandemen UUD 1945.
Pasal 28 A
(1) Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya
Sumber =
https://www.kemlu.go.id/portal/id/read/40/halaman_list_lainnya/indonesia-
dan-hak-asasi-manusia#:~:text=%E2%80%8BHAM%20di
%20Indonesia,dipertegas%20dalam%20amandemen%20UUD%201945.
Pasal 28 J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketetiban umum.
Sumber: http://respublikan.blogspot.com/2019/11/isi-pasal-28a-28j-uud-1945-
tentang-ham.html?m=1#:~:text=(1)%20Hak%20untuk%20membentuk
%20keluarga,keturunan%20melalui%20perkawinan%20yang
%20sah.&text=(2)%20Hak%20kebebasan%20untuk%20meyakini,dan
%20sikap%20sesuai%20hati%20nuraninya.
Mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang berat seperti genosida dan
kejahatan terhadap kemanusiaan yang berdasarkan hukum internasional
dapat digunakan asas retroaktif, diberlakukan pasal mengenai kewajiban untuk
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 J ayat(2) Undang-Undang Dasar
1945 yang berbunyi:
"Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis". Dengan
ungkapan lain asas retroaktif dapat diberlakukan dalam rangka melindungi hak asasi
manusia itu sendiri berdasarkan Pasal 28 J ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945
tersebut. Oleh karena itu Undang-undang ini mengatur pula tentang Pengadilan HAM ad
hoc untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-undang ini. Pengadilan HAM ad hoc
dibentuk atas usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan peristiwa tertentu dengan
Keputusan Presiden dan berada di lingkungan Peradilan Umum.
Di samping adanya Pengadilan HAM ad hoc, Undang-undang ini menyebutkan juga
keberadaan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud dalam
Ketetapan MPR-RI Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang akan dibentuk dengan undang-
undang dimaksudkan sebagai lembaga ekstra-yudicial yang ditetapkan dengan undang-
undang yang bertugas untuk menegakkan kebenaran dengan mengungkapkan
penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi manusia pada masa lampau,
sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang- undangan yang berlaku dan
melaksanakan rekonsiliasi dalam perspektif kepentingan bersama sebagai bangsa.
1) Setiap korban pelanggaran hak asasi manusia dan atau ahli warisnya
berhak mendapatkan ganti kerugian.
2) Tuntutan ganti kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan mengajukan gugatan ke pengadilan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
sistematis yang disokong negara terhadap 6 juta orang Jerman semakin memperluas kekuasaannya atas Eropa
Yahudi Eropa oleh rezim Nazi Jerman dan sekutu serta dengan menaklukkan negara-negara lain, membentuk
para kaki tangannya. United States Holocaust Memorial aliansi dengan pemerintah lain, dan menciptakan
Museum menetapkan periode 1933–1945 sebagai negara-negara boneka. Pada 1942, Nazi Jerman
rentang tahun kejadian Holocaust, yang dimulai pada menguasai sebagian besar wilayah benua Eropa dan
tahun 1933 ketika Adolf Hitler dan Partai Nazi naik ke sebagian wilayah Afrika Utara.
Partai Nazi merupakan gerakan politik antisemitisme. massal. Selama dan setelah invasi Jerman ke
Ketika Nazi naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada Polandia pada September 1939, otoritas Jerman
1933, mereka menggunakan pemerintah untuk memperlakukan penduduk sipil dengan brutal.
menyasar dan menyingkirkan orang Yahudi dari Kebrutalan ini mencakup kekerasan terhadap populasi
masyarakat Jerman. Di antara tindakan antisemitisme Yahudi yang besar. Otoritas Jerman
lainnya, rezim Nazi Jerman memberlakukan undang- mendirikan ghetto untuk mengisolasi dan memiskinkan
undang diskriminatif dan kekerasan terorganisasi yang warga Yahudi di pendudukan Polandia. Ghetto adalah
menyasar kaum Yahudi Jerman. Rezim tersebut bagian dari kota atau kota kecil di mana penjajah
menggunakan cara-cara ini dan tindakan lainnya untuk Jerman memaksa orang Yahudi untuk hidup dalam
menekan orang Yahudi Jerman agar beremigrasi. kondisi yang penuh sesak dan tidak sehat. Kehidupan di
pendudukan di Eropa timur, unit-unit pasukan Jerman Holocaust secara khusus mengacu kepada
melakukan penembakan massal terhadap orang-orang penganiayaan dan pembantaian sistematis yang
Yahudi setempat dalam skala yang belum pernah disokong oleh negara terhadap 6 juta orang Yahudi.
terjadi sebelumnya. Mereka membantai seluruh Namun, ada jutaan korban penganiayaan dan
komunitas Yahudi. Selain penembakan, unit-unit pembantaian Nazi lainnya selama periode yang sama.
pasukan Jerman terkadang menggunakan mobil van gas Selain kaum Yahudi, Nazi menganiaya kelompok lain
yang dirancang khusus untuk membantai orang-orang yang dipandang sebagai ancaman terhadap rakyat
Yahudi. Sebanyak 2 juta laki-laki, perempuan, Jerman. Kelompok-kelompok ini meliputi: lawan
dan anak-anak Yahudi tewas dalam pembantaian ini. politik; Saksi-Saksi Yehuwa; laki-laki yang dituduh
Pada 1941 dan 1942, Nazi Jerman membangun homoseksual; orang-orang antisosial; orang-orang yang
lima pusat pembantaian di wilayah pendudukan Jerman dituduh sebagai penjahat profesional atau residivis;
di Polandia: Chelmno, Belzec, Sobibor, Treblinka, Afro-Jerman; penyandang disabilitas; dan orang Roma
dan Auschwitz-Birkenau. Otoritas Jerman, berkat (Gipsi). Selama Perang Dunia II, rezim Nazi
bantuan sekutu dan kaki tangannya, mengangkut orang- melakukan pembantaian massal terhadap orang-orang
orang Yahudi dari seluruh Eropa ke pusat-pusat yang mereka anggap sebagai musuh rasial, politik,
pembantaian ini. Sebagian kecil dari orang-orang ini atau ideologis. Kelompok tersebut mencakup
dipilih untuk kerja paksa, dan sebagian besar dibunuh penyandang disabilitas, orang
seketika di kamar gas atau van. Hampir 2,7 juta laki- Roma, Polandia (terutama kaum intelektual dan elite
laki, perempuan, dan anak-anak Yahudi tewas di lima Polandia), pejabat Soviet, dan tawanan perang Soviet.
pusat pembantaian.
Perang Dunia II dan Holocaust berakhir di Eropa pada
Banyak orang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Mei 1945 ketika Pasukan Sekutu mengalahkan Nazi
Source :
https://encyclopedia.ushmm.org/content/
id/article/holocaust-abridged-article