Anda di halaman 1dari 10

Perbedaan Antara Positivisme Hukum dan Hukum Alam

(Tugas Penemuan Hukum)

Oleh:

Ni Kadek Erika Manggala (1910121321)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hukum adalah suatu peraturan tertulis yang di dalamnya mengatur suatu perintah yang
harus dilaksanakan oleh semua warga negara dan bersifat larangan agar setiap warga negara
dapat menghindari sesuatu yang harus dijauhi semata-mata untuk menciptakan suatu tertib
sosial (social order) dalam masyarkat. Baik perintah dan larangan tersebut dalam hukum
merupakan sebuah cermin dari sesuatu yang disepakati bersama dalam suatu komunitas
masyarakat sehingga isi perintah dan larangan tersebut bersumber dari nilainilai yang hidup
dalam masyarakat (living law).

Pada dasarnya hukum itu sulit untuk dibagi atau diklasifikasikan karena antara bidang
hukum yang satu dengan yang lainnya sulit untuk dipisahkan dan hanya dapat dibedakan
keberadaannya. Saat ini hukum di Indonesia berada pada landasan filsafat positivisme yang
merupakan kepanjangan tangan dari ajaran Cartesian-Newtonian. Sesungguhnya positivisme
hukum merupakan aliran pemikiran yang memperoleh pengaruh kuat dari ajaran positivisme
(pada umumnya).Positivisme adalah aliran pemikiran yang bekerja berdasarkan empirisme
dalam upaya untuk merespon keterbatasan yang diperlihatkan oleh filsafat spekulatif seperti
yang menonjol melalui aliran idealisme Jerman klasik, terutama Immanuel Kant.

Membicarakan positivisme hukum tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan hukum alam.
Sebagaimana dinyatakan W. Friedmann dalam bukunya legal theory ”hukum alam, dalam
berbagai bentuknya, sebagai satu ungkapan untuk mencari cita-cita yang lebih tinggi dari
hukum positif. Demikian juga Hans Kelsen, menyatakan adanya dualisme antara hukum alam
dan hukum positif, di dalam bukunya general theory of law and state. Kelsen, menegaskan
bahwa diatas hukum positif yang tidak sempurna, terdapat hukum alam yang
sempurna.Dengan menetakan hukum,bila hukum itu merupakan subyek dari ilum hukum
tertentu sebagai norma,berarti hukum terbatasi pada alam dan ilmu hukum juga berarti
terbatasi ilmu alam.

Dalam filsafat hukum, positivisme hukum dan teori hukum alam secara historis
bertentangan posisi. Ketidaksepakatan terdalam mereka menyangkut jenis alasan apa, jika ada,
yang harus diikuti orang hukum. Secara tradisional, posisi positivisme hukum adalah bahwa

1
sanksi memberi orang alasan untuk mematuhi hukum, sedangkan posisi hukum alam adalah
bahwa ada alasan moral untuk mematuhi hukum.Ada beberapa diskusi penting mengenai
perbedaan mendasar hukum alam dan hukum positif agar bisa ditemukan benang merah dan
alur fikirannya..Tulisan ini akan membahas lebih konkrit mengenai perbedaan dari hukum,
positivisme hukum dan hukum alam.

1.2 Rumusan Masalah

1.Apa perbedaan antara Positivisme Hukum dan Hukum Alam?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui perbedaan Positivisme Hukum dan Hukum Alam.

1.4.Manfaat

1.Bagi masyarakat, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai


perbedaan Positivisme Hukum dan Hukum Alam.

2.Untuk dapat dijadikan bahan masukan, guna memperjelas konsep aliran Positivisme
Hukum dan Hukum Alam di Indonesia sendiri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perbedaan Antara Positivisme Hukum dan Teori Hukum Alam

Ada beberapa perbedaan antara hukum alam dan positivisme hukum. Namun, sebelum
menyelami perbedaannya, definisi untuk kedua teori tersebut harus diberikan. Pada dasarnya
hukum alam adalah hukum yang bersumber dari keabsahan moralitas dan akal budi. Hukum
kodrat diyakini juga dilayani demi kepentingan terbaik bersama. Bagi positivisme hukum,
dipandang dalam sumber hukum tidak ada hubungan antara akal dan moralitas. Positivisme
hukum harus berasal dari pembentukan hukum itu oleh beberapa otoritas hukum yang diakui
secara sosial. Ada pemisahan yang jelas antara hukum dan moralitas dalam positivisme hukum.
Positivisme hukum seperti John Austin memandang hukum pada aspek logis hukum, di mana
moralitas tidak mendapat tempat. Perbedaan utama antara hukum alam dan positivisme hukum
adalah unsur moralitas. Hukum alam menyatakan bahwa hukum harus mencerminkan tatanan
moral sedangkan positivisme hukum menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara hukum dan
moralitas. Dalam positivisme hukum, H.L,A Hart telah dating.Jika dilihat dari definisinya saja
perbedaan utama antara kedua konsep hukum tersebut sudah terlihat.Hukum Alam dan
Positivisme Hukum adalah dua aliran pemikiran yang memiliki pandangan yang berlawanan
tentang hubungan antara hukum dan moral. Hukum alam berpandangan bahwa hukum harus
mencerminkan penalaran moral dan harus didasarkan pada tatanan moral, sedangkan
positivisme hukum berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara hukum dan tatanan moral.

Jika Hukum Alam memperoleh validitasnya dari tatanan moral dan alasan, dan
didasarkan pada apa yang diyakini melayani kepentingan terbaik dari kebaikan bersama .
Penting juga untuk dicatat bahwa standar moral yang mengatur perilaku manusia sampai batas
tertentu diturunkan dari sifat bawaan manusia dan sifat dunia. Dalam perspektif hukum alam,
hukum yang baik adalah hukum yang mencerminkan tatanan moral alam melalui akal dan
pengalaman. Penting juga untuk dipahami bahwa kata moral di sini tidak digunakan dalam
pengertian agama, tetapi merujuk pada proses penentuan apa yang baik dan apa yang benar
berdasarkan penalaran dan pengalaman.Sedangkan Positivisme hukum adalah yurisprudensi
analitis yang dikembangkan oleh para pemikir hukum seperti Jeremy Bentham dan John Austin.

3
Landasan teoritis dari konsep ini dapat ditelusuri ke empirisme dan positivisme logis. Hal ini
secara historis dianggap sebagai lawan dari teori hukum alam.Positivisme Hukum
berpandangan bahwa sumber hukum haruslah penetapan hukum itu oleh beberapa otoritas
hukum yang diakui secara sosial. Juga berpandangan bahwa tidak ada hubungan antara hukum
dan moral karena penilaian moral tidak dapat dipertahankan atau ditetapkan dengan argumen
atau bukti rasional. Namun bagi positivisme hukum, sebuah hukum dianggap sebagai hukum
yang baik ketika hukum itu dibuat oleh otoritas hukum yang tepat, mengikuti aturan, prosedur,
dan batasan sistem hukum. Hal ini dikemukakan oleh ahli positivisme hukum yaitu John Austi n.
John Austin lebih terkenal dengan teori Komandonya di mana ia percaya bahwa sekali ada
orang yang berdaulat atas suatu negara dan penguasa ini memberikan perintah yang harus
diikuti jika tidak akan ada sanksi sebagai konsekuensinya. Ini terlepas dari apakah moralitas
berperan atau tidak

Terlepas dari perbedaan antara mereka dan di antara mereka, para ahli teori ini
semuanya terutama terlibat dalam deskripsi atau analisis tentang perbedaan kedua teori hukum
diatas.Seperti yang sudah dibahas diatas Kelsen, menegaskan bahwa diatas hukum positif yang
tidak sempurna, terdapat hukum alam yang sempurna. Hans Kelsen memaparkan bahwa norma
akan mengikat dan ditaati masyarakat bila dikehendaki bersama menjadi hukum yang
dituangkan dalam bentuk peraturan hukum tertulis (hukum positif) dan memuat perintah.

Menelusuri sejarah hukum alam berarti mengikuti sejarah manusia yang


berjuang menemukan suatu keadilan mutlak dengan berbagai persoalan yang dihadapi. Hukum
alam sesungguhnya merupakan suatu konsep yang mencakup banyak teori di dalamnya.
Berbagai anggapan dan pendapat yang dikategorikan kepada hukum alam bermunculan dari
masa ke masa. Ronald Dworkin mendasarkan teori hukumnya pada kritiknya yang terus
menerus terhadap teori hukum positivis, terutama teori yang dikembangkan oleh Hart dalam
“The Concept of Law ”. Ronald Dworkin adalah salah satu pemikir hukum terkemuka yang
menjauh dari pengaruh positivisme hukum yang terus dominan bahkan dalam versi modifikasi
dalam filsafat hukum HLA Hart. Dworkin memberikan dukungan kepada filsafat hukum prinsip-
prinsip moralitas dan etika Kant. Dworkin menempatkan martabat manusia sebagai ciri khas
filsafat hukumnya. Dia terutama berfokus pada martabat, tanggung jawab dan kehendak bebas
dalam kaitannya dengan kebebasan berbicara, hak atas privasi dan hak asasi manusia. Dworkin
membedakan martabat dari moralitas, dengan cara yang sangat berbeda menekankan bahwa

4
moralitas adalah tentang orang lain (yaitu, objektif) sedangkan martabat adalah tentang diri
sendiri, yaitu subjektif. Menurutnya, martabat mengandung arti otonomi individu dimana setiap
individu harus mampu menikmati cara yang diinginkan untuk menikmatinya.

Pendukung utama teori hukum alam bernama St. Augustine dan Thomas Aquinas.
Keduanya memiliki persepsi yang sama tentang Hukum Alam, bahwa “hukum alam merupakan
kewajiban tertinggi yang diciptakan oleh alam yang dapat membatalkan kewajiban setiap orang
apabila bertentangan dengan moral atau immoral. Teori Hukum Alam Tradisional versi Thomas
Aquinas merupakan suatu uraian Filsafat Hukum yang sistematis, komprehensif dan tetap
dikembangkan.

Tesis utama Thomas Aquinas dideskripsikan sebagai berikut:

a) Visi dasarnya bahwa alam semesta itu ciptaan oleh yang tunggal, pengatur abadi dan
menganugerahkan sistem hukum.

b) Keseluruhan sistem itu didasarkan pada arahan dan otoritas pembentuk hukum dan
hakim tertinggi, yakni Tuhan.

c) Sistem hukum ini dalam pertingkatannya (hirarkhi), tersusun paling atas hukum
abadi, hukum tuhan, dan hukum alam, paling bawah hukum manusia.

d) Hukum abadi itu terdiri atas asas-asas yang ditetapkan Tuhan untuk tindakan dan
menggerakkan benda-benda yang memungkinkan setiap benda menampilkan fungsinya yang
baik dalam keseluruhan tertib alam semesta.

e) Hukum alam terdiri atas asas-asas khusus dari hukum abadi untuk umat manusia.
Seperti asas-asas-asas yang dapat dikenali oleh kekuatan pikiran alamiah kita dan asas-asas itu
memandu ke arah apa yang baik bagi manusia.

f) Dengan demikian, asas-asas itu adalah baik bagi manusia untuk hidup dengan
tenang satu sama lain dalam masyarakat, dan karena itu asas-asas hukum alam memerlukan
larangan berperilaku jahat di masyarakat seperti halnya pembunuhan, dan pencurian.

g) Asas-asas hukum alam membantu kita mencapai kebaikan, yang dapat dicapai di
dunia ini. Namun terlalu sedikit kebaji kan yang bi sa di capai manusia di dunia yakni
keselamatan abadi. Figur hukum yang eksis melampaui dan berada di atas hukum alam
memandu kita untuk menuju kebaikan; yaitu Hukum Tuhan.

5
h) Menurut Aquinas, istilah hukum manusia adalah hukum positif yang terdiri dari
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pemimpin masyarakat politik (negara) untuk
kebaikan umum warga negara. Dalam beberapa kasus misalnya menurut logika sederhana
dideduksi dari asas-asas hukum alam. Contohnya, hukum positif, melawan pembunuhan, secara
logika ditentukan oleh hukum alam yang pada umumnya melarang seseorang atas
kesalahannya merugikan orang lain. Setiap orang akan setuju 6 bahwa pembunuhan adalah
satu bentuk kesalahan yang merugikan, hukum mengenai pembunuhahan itu menurut logika
diturunkan dari asas-asas hukum alam.

Selain itu ada pendapat dari Fuller tokoh pendukung teori hukum alam modern.Fuller
mengakui bahwa di antara ide dasar Teori Hukum Alam dapat dipertahankan: perlunya
mengaitkan antara hukum positif dengan moralitas, dan keterkaitan itu berakar pada sifat
hukum itu sendiri, meskipun perlunya hubungan itu tidak sekuat pemikir-pemikir hukum alam
yang mengemukakan postulat, hukum positif yang tidak adil dan bertentangan dengan moral
tidak perlu dipatuhi. Tetapi menurut Fuller, kemungkinan fakta jika sistem hukum yang tidak
adil secara moral hukum positif itu tidak wajib dipatuhi. Diperingatkan pula lebih tegas bahwa,
inner morality tidak menjamin bahwa setiap sistem hukum genuine itu adalah hukum yang adil,
dan apabila hukum itu secara serius tidak adil dari sisi moral fundamental maka kewajiban
prima facie (kewajiban utama) untuk mematuhi harus dikesampingkan, dengan perkataan lain
hukum yang tidak adil menurut moral secara fundamental tidak perlu ditaati.

Pandangan Dworkin dan Fuller menunjukkan bahwa hubungan antara hukum alam dan
hukum positif selalu aktual sampai abad ini. Aktualisasi versi teori hukum alam modern (abad
ke-20) terlihat jelas pada Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 dan Deklarasi Rule of
Law, International Jurists Conference, 1959 di New Delhi, dan Pengadilan Nuremburg tentang
Kejahatan Perang Dunia II, mengadili pimpinan Nazi seperti Hermann Goering, Wakil Adolf
Hitler, merangkap Komandan Angkatan Udara Nazi, yang dikualifikasi sebagai “pelanggaran
HAM berat” tergolong “extraordinary crime” (kejahatan luar biasa).

Selain itu ada beberapa perbedaan lagi antara Positivisme Hukum dan Hukum Alam dapat
dilihat dari table berikut:

No Positivisme Hukum Hukum Alam


1 Orang-orang yang percaya pada hukum Orang-orang yang percaya pada
alam dikenal sebagai “Naturalis”. positivisme hukum atau hukum positif

6
dikenal sebagai “Positivisme.”
2. Hukum alam adalah hak yang melekat, Positivisme hukum adalah hukum yang
tidak diberikan oleh tindakan legislasi. diberikan oleh tindakan legislasi.
3. Hukum alam adalah hukum universal. Hukum positif hanya berlaku untuk
wilayah politik yang ditentukan secara
geografis seperti yang dikendalikan oleh
pemerintah
4. Hukum alam adalah abadi dan konstan. Hukum positif dapat diubah atau
dibatalkan.
5. Hukum alam didasarkan pada akal dan Hukum positif mengatur apa yang benar
manusia memiliki kebebasan untuk atau salah dan orang-orang harus
memilih apa yang mereka rasa benar atau mematuhi aturan tersebut, dan ini
salah. ditegakkan oleh institusi seperti polisi dan
pengadilan.
6. Hukum alam bisa ada tanpa adanya Hukum positif tergantung pada
manusia. keberadaan manusia.
7. Hukum kodrat adalah hukum yang isinya Positivisme hukum adalah hukum yang
diatur oleh alam dan karenanya berlaku di dibuat oleh manusia.
mana-mana.
8. Hukum alam adalah kombinasi antara Positivisme hukum adalah pemisahan
hukum dan moral. hukum dan moral.

7
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Perbedaan utama antara kedua konsep hukum tersebut sudah terlihat dari pengertian
umumnya saja.Hukum Alam dan Positivisme Hukum adalah dua aliran pemikiran yang memiliki
pandangan yang berlawanan tentang hubungan antara hukum dan moral. Hukum alam
berpandangan bahwa hukum harus mencerminkan penalaran moral dan harus didasarkan pada
tatanan moral, sedangkan positivisme hukum berpendapat bahwa tidak ada hubungan antara
hukum dan tatanan moral.Seperti yang dikemukakan oleh John Austin memandang hukum
pada aspek logis hukum, di mana moralitas tidak mendapat tempat. Jika Hukum Alam
memperoleh validitasnya dari tatanan moral dan alasan, dan didasarkan pada apa yang diyakini
melayani kepentingan terbaik dari kebaikan bersama Positivisme hukum adalah yurisprudensi
analitis yang dikembangkan oleh para pemikir hukum seperti Jeremy Bentham dan John Austin.
Bagi positivisme hukum, sebuah hukum dianggap sebagai hukum yang baik ketika hukum itu
dibuat oleh otoritas hukum yang tepat, mengikuti aturan, prosedur, dan batasan sistem hukum.
Hal ini dikemukakan oleh ahli positivisme hukum yaitu John Austin

Berbagai anggapan dan pendapat yang dikategorikan kepada hukum alam bermunculan
dari masa ke masa. Ronald Dworkin mendasarkan teori hukumnya pada kritiknya yang terus
menerus terhadap teori hukum positivis, terutama teori yang dikembangkan oleh Hart dalam
“The Concept of Law ”. Pendukung utama teori hukum alam bernama St. Augustine dan
Thomas Aquinas. Keduanya memiliki persepsi yang sama tentang Hukum Alam, bahwa “hukum
alam merupakan kewajiban tertinggi yang diciptakan oleh alam yang dapat membatalkan
kewajiban setiap orang apabila bertentangan dengan moral atau immoral. Menurut Aquinas,
istilah hukum manusia adalah hukum positif yang terdiri dari peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh pemimpin masyarakat politik (negara) untuk kebaikan umum warga negara.
Dalam beberapa kasus misalnya menurut logika sederhana dideduksi dari asas-asas hukum
alam. Selain itu ada pendapat dari Fuller tokoh pendukung teori hukum alam modern.Fuller
mengakui bahwa di antara ide dasar Teori Hukum Alam dapat dipertahankan: perlunya

8
mengaitkan antara hukum positif dengan moralitas, dan keterkaitan itu berakar pada sifat
hukum itu sendiri, meskipun perlunya hubungan itu tidak sekuat pemikiran – pemikiran ahli
yang lain

Daftar Pustaka

Buku:

- Hukum dan Moral,Seri Teori Hukum Murni ( Hans Kelsen)


- Teori Hans Kelsen tentang Hukum. Jakarta: KonPress. Asshiddhiqie, Jimly, dkk. (2012).

Jurnal

- Dialektika antara Aliran Hukum Alam dan Hukum Positif dan Relevansi dengan Hukum
Islam Hajar M. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl. HR.
Soebrantas No. 155 KM. 15 Tampan Pekanbaru
- Hukum dan Moralitas, Suadarama Ananda

Internet:

- https://www.academia.edu/42353106/
TEORI_HUKUM_PANDANGAN_AHLI_HUKUM_ALAM_DAN_HUKUM_POSITIF20200328_95
428_71vei5
-

Anda mungkin juga menyukai