Anda di halaman 1dari 23

Modul 1

Sejarah dan Perkembangan


Sistem Hukum
Prof. Daryono, S.H., M.A., Ph.D.

PEN D A HU L UA N

P erkembangan hubungan manusia baik yang simpel maupun kompleks


menimbulkan konsep ataupun prinsip yang mendasari hubungan tersebut
dapat berjalan dengan baik dan teratur. Prinsip-prinsip tersebut mengatur hak
dan kewajiban dari anggota kelompok. Kemudian prinsip berkembang antar
kelompok dan juga berlaku untuk kelompok yang lainnya sehingga membuat
sebuah sistem hukum yang memiliki ruang lingkup yang lebih luas. Sistem
hukum berevolusi mengikuti perkembangan hubungan manusia dan juga
mengalami ekspansi yang disebabkan oleh proses kolonialisasi ataupun proses
adopsi.
Sistem hukum pada umumnya berisikan prinsip baik yang khusus maupun
yang bersifat universal sehingga dalam berbagai hal sistem hukum satu dengan
lainnya saling berinteraksi dikarenakan kesamaan prinsip dasarnya. Prinsip
dasar ini pada umumnya berasal dari nilai-nilai kemanusiaan yang menjelma
menjadi norma dan kemudian diadopsi menjadi hukum. Interpretasi dan
penalaran hukum sangat dipengaruhi oleh bagaimana sistem hukum suatu
negara dan tentunya juga budaya hukum maupun infrastruktur hukum sebagai
bagian dari sistem penegakan hukum. Dengan mempelajari modul ini
mahasiswa diharapkan dapat
1. menjelaskan perkembangan sistem hukum di dunia;
2. menjelaskan ajaran hukum alam (natural law);
3. menjelaskan ajaran hukum positif (legal positivist);
4. membandingkan berbagai sistem hukum yang ada;
5. menjelaskan keterkaitan sistem hukum dengan interpetasi dan penalaran
hukum.
1.2 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

HUKUM DAN SISTEM HUKUM

Setiap hubungan manusia didasarkan pada prinsip yang menimbulkan


ikatan ikatan tertentu. Prinsip hubungan manusia ini pada akhirnya menjelma
menjadi norma yang diterima secara universal oleh masyarakat. Dalam
perkembangannya norma inilah pada tahap awalnya disebut sebagai hukum
yang kemudian diikutri oleh sanksi yang mengikutinya. Hans Kelsen (1881-
1973) yang pertama mengemukakan bahwa hukum merupakan norma yang
mengandung sanksi yang kemudian diikuti oleh teori hukum klasik.
Dalam perkembangannya definisi hukum menjadi sangat kompleks tidak
hanya merupakan norma yang mengandung sanksi namun juga peraturan
perundang-undangan dan juga keputusan pengadilan yang secara formal
berlaku dalam masyarakat. Namun tidak hanya hal tersebut, hukum juga
didefinisikan sebagai norma yang tidak secara formal dibuat oleh Negara akan
tetapi juga norma yang berlaku dalam masyarakat (Ius Constitutum) dan juga
norma yang dicita-citakan (Ius Constituendum). Kedua definisi hukum ini
dapat dipergunakan sebagai pemahaman awal. Dari konsepsi awal tersebut
hukum didefinisikan sebagai

An imperative idea, an idea of a rule laid down by the law making organ
of a politically organized society, deriving its force from its intrinsic
reasonableness or conformity to ideals or right merely recognized, not
made by the sovereign (Roscoe Pond, 1935)

Secara harfiah dapat diartikan hukum sebagai gagasan kewajiban yang


berisikan kewajiban dan norma yang diterapkan oleh lembaga pembuat hukum
dari masyarakat. Kekuatan pemberlakuannya didasarkan pada ideal yang dicita
citakan bersama atau dari hak yang diakui oleh masyarakat, bukan dari
kekuasaan (Roscoe Pond, 1935).
Dalam mendefinisikan hukum akan mudah untuk membedakannya
menjadi tiga hal (Richard A Posner, 1990).
1. Pertama hukum sebagai institusi sosial yang khusus, dalam hal ini seperti
halnya hukum kebiasaan (adat);
2. kedua hukum sebagai kumpulan dari pernyataan pernyataan berupa
larangan, perintah maupun hal hal yang diperbolehkan,
3. hukum sebagai sumber dari hak, kewajiban dan kekuasaan.
 HKUM4401/MODUL 1 1.3

Dari perkembangan definisi hukum tersebut, interpretasi dan penalaran


hukum berkembang seiring dengan perkembangan teorisasi hukum selama ini.
Untuk mengetahui dasar dari perkembangan ini kita lihat kembali beberapa
teorisasi hukum yang memberikan pengaruh besar dalam interpretasi dan
penalaran hukum.
1.4 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

Kegiatan Belaj ar 1

Hukum Alam/Kodrat (Natural Law)

H ukum alam merupakan teorisasi hukum yang lahir didorong oleh


pandangan bahwa keseimbangan dan keteraturan alam merupakan salah
satu tertib hukum. Dibeberapa literature Natural Law juga diterjemahkan
sebagai Hukum Kodrati. Namun ada juga pendapat yang menyatakan Hukum
Alam berbeda dengan Hukum Kodrati. Hukum Kodrati merupakan subset dari
Hukum Alam yang memfokuskan pada perbuatan manusia berkaitan dengan
kodratnya sebagai subjek dari hukum alam (law of the nature). Pada modul ini
Natural Law diterjemahkan sebagai Hukum Alam.
Tertib hukum didasarkan pada keteraturan alam yang saling berhubungan.
Hukum alam menyakini bahwa Hukum harus didasarkan pada sumber sumber
moral yang berasal dari alam (universe) yang dimanifestasikan oleh hukum
penalaran atau penalaran manusia. Hukum alam menentang pendapat bahwa
hukum merupakan produk dari penguasa. Hukum alam sering dijadikan
referensi dalam menentukan hubungan antara sesuatu dinyatakan sebagai
“baik” dengan hal yang menjadi suatu kenyataan alamiah yang terjadi dalam
masyarakat (empirical).
Sebagai contoh “perkawinan” antara laki-laki dan perempuan yang
berfungsi salah satunya untuk melangsungkan keturunan merupakan sesuatu
yang baik secara alamiah diterima sebagai sesuatu yang baik. Dikarenakan
hanya dengan perkawinan, keberlangsungan manusia dapat terjadi dan
peradaban manusia berkembang. Hukum perkawinan yang dituangkan dalam
hukum positif memiliki hakikat sebagai “hal yang baik” sesuai dengan kodrat
manusia untuk melangsungkan kehidupannya.
Demikian halnya dengan pelembagaan hukum yang lainnya yang berasal
dari hakikat manusia sebagai makhluk individu maupun sosial. Setiap manusia
secara hakikat memiliki hak hidup sehingga manusia lainnya harus memiliki
kewajiban untuk menjaga hak hidup orang lain. Hak hidup sebagai hak kodrati
yang berasal dari alam dan moralitas sehingga perbuatan yang mengurangi hak
hidup seseorang sebagai perbuatan yang dilarang.
Prinsip-prinsip kodrati manusia dan alam untuk menjamin
keberlangsungan hidup manusia melahirkan asas-asas hukum alam yang
hingga saat ini menjadi bagian “legal corpus” baik di hukum internasional
maupun hukum nasional di berbagai negara.
 HKUM4401/MODUL 1 1.5

Hukum alam berisikan asas-asas yang dapat didefinisikan dalam konteks


perkembangannya, (Sharah Hausan. 2003) meliputi:
1. Alam (nature). Didalam konteks dengan Alam atau nature, hukum alam
memberikan pedoman dan prinsip serta asas bagaimana makhluk hidup
(living organism) dapat hidup secara berdampingan dengan alam (non-
living organism). Prinsip dan asas hukum alam ini diturunkan secara turun
menurun dan diperbaharui oleh generasi selanjutnya.
2. Etika dan Moral (ethical and moral considerations). Etika dan moral
menjadi bagian penting yang membangunn hukum alam. Seiring dengan
perkembangan peradaban dan kemanusian nilai-nilai etika dan moral juga
berkembang yang banyak mempengaruhi perkembangan hukum alam.
3. Nilai-nilai atau Prinsip Agama (religious percept). Nilai dan prinsip
hukum agama mempengaruhi hukum alam diawali pada kurang lebih abad
2000 BC pada saat lahirnya polytheisme. Pada masa Kerajaan Romawi
telah melahirkan legal corpus yang sangat fenomenal hingga sekarang,
legal corpus Justinian yang berasal dari the Twelve Tables yang
dipengaruhi oleh ajaran agama Kristiani. Berbagai nilai-nilai agama juga
menjadi bagian dari hukum alam melalui hukum kebiasaan (customary
law).
4. Kontrak sosial (social contract). Pada awal lahirnya “negara” terdapat
kontrak sosial antara rakyat dengan penguasa. Kontrak sosial yang sangat
popular tersebut pada masa kerajaan Romawi oleh Plato disebut sebagai
Apology dan Crito.
5. Akal/Nalar Manusia (human reason). Akal/Nalar manusia merupakan
sumber dari sebuah ilmu pengetahuan sehingga menjadi bagian dari
perkembangan hukum alam. Masa ini juga disebut sebagai “Masa
Pencerahan” (enlightenment). Akal dan nalar manusia sebagai sumber
ilmu pengetahuan tumbuh dikarenakan melemahnya pengaruh ajaran
agama (religious) dalam kehidupan manusia. Kemanusiaan sangat
tergantung dari lingkungan sosialnya dan bagaimana mereka berinteraksi.

Hukum alam memberikan kontribusi dalam Penalaran dan Interpretasi


yang sampai saat ini juga dipergunakan sebagai salah satu teori yang
mengilhami para ahli hukum. Teori Hukum Alam menyumbangkan pemikiran
dalam hukum penalaran dan interpreatsi meliputi (law in perspectives):
(Michael Head & Scott Mann. 2005).
1.6 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

1. Teori Hukum yang mempertentangkan antara “apa yang nyata” (what is)
dan apa yang seharusnya (what should be) atau dalam teori hukum
selanjutnya di manifestasikan pada prinsip “Ius Constitutum” prinsip
hukum yang berlaku dan Ius Constituendum yang merupakan prinsip
hukum yang di cita citakan. Konsep ini memberikan kontribusi dalam
melakukan abstraksi dan sebaliknya melakukan inferensi logis antara ide
dan gagasan ke dalam hukum positif. Demikian sebaliknya antara hukum
positif dengan fakta.
2. Hubungan alam dengan kemanusiaan sebagai keterkaitan. Konsep ini
mempengaruhi Hukum penalaran. Dalam pandangan berdasarkan pada
nilai-nilai keagamaan, aspek kemanusian memiliki tujuan dan akhir yang
sudah pasti melalui penalaran natural dan kebutuhan manusia. Dalam
pandangan religius tujuan akhir manusia (predetermined end) sudah ada
sehingga manusia memiliki tujuan yang sama menuju akhir kehidupan.
3. Keyakinan bahwa proposisi atau pandangan dari Hukum Alam dapat
dibuktikan melalui alam itu sendiri secara empiris (self evident). Hukum
Alam memberikan konsepsi penalaran yang dapat dibuktikan secara
alamiah sebagai contoh dari Nilai-nilai Ketuhanan, Nilai-nilai umum yang
dianut oleh masyarakat, atau melalui nilai-nilai politik dan ekonomi yang
diperjuangkan oleh manusia. Nilai-nilai politik dan ekonomi yang
diperjuangkan oleh manusia sebagai contoh adalah Deklarasi Hak Asasi
Manusia, Pengakuan terhadap Masyarakat Adat, .
4. Pandangan bahwa Hukum Alam memiliki variabel yang dapat
berpengaruh seperti variabel waktu, tempat dan situasi dan kondisi.
Seiring dengan perkembangan akal dan pemikiran manusia, Hukum Alam
juga mengakomodasi keterbatasan akal dan nalar manusia dalam
memahami dan memaknai alam.

Keempat konsep tersebut yang mendasari hukum interpretasi dan


penalaran dari para ahli hukum penganut teori hukum alam.

A. BAGAIMANA PERKEMBANGAN HUKUM ALAM ITU


SENDIRI?

Hukum Alam mengalami pertumbuhan dimulai saat lahirnya Hukum


Romawi hingga sekarang paska Perang Dunia ke II. Tahapan perkembangan
Hukum Alam secara umum dapat dikategorian dalam 4 (empat) tahap:
 HKUM4401/MODUL 1 1.7

1. Kekaisaran Yunani dan Romawi


Para tokoh yang sangat fenomenal pada masa
kekaisaran Yunani dan Romawi adalah Plato dan
muridnya Aristoteles. Plato sebenarnya juga
mendapatkan banyak pengaruh dari gurunya
Socrates. Plato mengemukakan gagasannya
bahwa tujuan utama dari suatu masyarakat
berdasarkan pada akal dan nalar manusia pada
masa tersebut. Sehingga hukum tidak hanya
meyakinkan tujuan tersebut namun juga
mengajak dan mendidik masyarakat. Menurut
Plato dalam kaitannya Kewajiban untuk
melakukan sesuatu dalam kontrak sosial terdapat
2 aspek yaitu Apology dan Crito.
a. Apology. Plato berpendapat Negara dalam kondisi apapun tidak dapat
melakukan pemaksaan atau meminta seseorang untuk melakukan
kejahatan. Demikian halnya dengan Negara tidak dapat menghukum
masyarakat yang mempercayai nilai-nilai universal yang berasal dari
nilai-nilai religius.
b. Crito . Plato berpendapat bahwa setiap Individu memiliki kewajiban untuk
mentaati hukum. Hukumlah yang menentukan seseorang salah atau benar.
Sehingga tidak dimungkinkan seseorang menyatakan salah kepada orang
lain. Orang yang merasa mendapatkan ketidakadilan harus
menyerahkannya kepada Negara.

Mengapa seseorang harus atau wajib mentaati hukum?

Dalam kaitannya dengan kewajiban untuk mentaati hukum, Plato


mengemukakan 3 alasan penting terkait dengan hal ini dan masih sangat
relevan dengan perkembangan teori hukum maupun yurisprudensi.
1.8 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

a. Analogi orang tua dan anak. Secara historis sejak keberadaan suatu
masyarakat berisikan konflik kepentingan orang tua dimana para anak
bergantung pada mereka.
b. Masyarakat terbentuk dari sebuah kontrak sosial dimana masyarakat yang
tidak setuju dengan “common values” akan keluar dari masyarakat
tersebut.
c. Kohesi sosial dari masyarakat yang majemuk merupakan hasil dari
kesepakatan bersama.

Lebih lanjut Aristoteles melihat bahwa manusia memiliki sifat hakiki yang
baik sehingga Negara memiliki kewajiban untuk memfasilitasi manusia untuk
mencapai tujuannya. Dengan kemampuan akal dan lebih lanjut juga manusia
sebagai “insan politik” (political animals) yang mampu mengkombinasikan
kehidupan berdasarkan tujuan bersama. Artistoteles menyatakan bahwa
keadilan universal memiliki tingkat dan kedudukan yang lebih tinggi dari apa
yang ada pada hukum yang baik sekalipun.
Salah satu tokoh penting lain adalah Cicero yang menyatakan bahwa
hukum alam sebagai dasar berpikir yang benar yang bersumber dari kesesuaian
dengan alam. Pandangan ini menyatakan bahwa hukum positif harus
bersumber dari hukum alam dan dinyatakan tidak valid apabila bertentangan
dengan hukum alam. Menurut Cicero Hukum Positif (lex vulgus) merupakan
hasil dari kekuasaan politik yang dapat bertentangan dengan Hukum Tuhan
(divine law) yang disebut sebagai lex caelestis. Lex caelestis merupakan
sumber dari hukum alam (lex naturae) yang merupakan dasar yang baik untuk
membuat hukum positif. Dalam hukum romawi, lex naturae dapat ditemukan
dalam konsep jus gentium yang merupakan prinsip hukum yang berlaku secara
universal di dunia. Sedangkan prinsip yang berlaku secara khusus dalam suatu
negara disebut sebagai jus civile.

2. Masa Tradisi Judaeo-Kristiani


Akhir dari masa kerajaan Romawi banyak dipengaruhi oleh ajaran agama
Kristen pada masa pemerintahan Raja Constantine. Pada masa tradisi ini
prinsip hukum banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja. Pada masa ini ajaran
gereja menentang perbudakan dan fudalisme. Beberapa prinsip hukum yang
berlaku hingga saat ini antara lain “Hukum yang tidak adil bukan hukum”
(unjust law is not law). Hukum yang tidak adil yang dibuat oleh pemerintah
 HKUM4401/MODUL 1 1.9

dianggap sebagai hukum yang tidak memiliki moralitas. Menurut sumbernya


hukum dapat dikelompokkan menjadi:
a. Hukum positif (lex temporalis), hukum yang dibuat oleh penguasa
b. Hukum eternal (lex aeterna), hukum ini berasal dari prinsip ketuhanan
(“the will of God”)

Prinsip-prinsip keadilan yang ada pada hukum positif berasal dari hukum
eternal.
Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah Thomas Aquinas (1225-
1224) yang mengklasifikasikan hukum secara hierarkis menjadi 4 tingkatan:
a. Lex Aeterna (eternal will of God). Hukum Tuhan berisikan norma yang
mengatur seluruh yang ada di dunia menuju pada keadaan yang baik
sesuai peruntukannya.
b. Lex Divine (divine law, merupakan ajaran Ketuhanan seperti dituliskan
dalam kitab kitab suci)
c. Lex Naturalis (natural law merupakan hukum yang berasal dari pemikiran
hakiki dari manusia yang berasal dari divine law maupun lex aeterna))
d. Lex Humana (positive law, merupakan hukum yang dibuat oleh organisasi
kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu)

Hukum Alam menurut tradisi ini diekspresikan pada karakteristik manusia


dengan keinginan keinginannya, termasuk penggunaan akal untuk
mewujudkan keinginan manusia. Hukum Alam memiliki 2 prinsip utama:
a. Prinsip primer: meliputi keinginan untuk mewujudkan keberlangsungan
hidup (self preservation), keturunan, pendidikan, mencari dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politiknya.
b. Prinsip sekunder: meliputi struktur sosial yang didasarkan pada hubungan
hierarki dari yang teratas sampai terendah. Hukum Alam bekerja melalui
suatu keteraturan sosial maupun alam yang sudah terbentuk dan diterima
secara akal sehat.

3. Masa Kejayaan Akal (The Age of Reason)


Masa ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang pesat, penemuan benua baru, perkembangan perdagangan antar negara
dan benua serta munculnya negara baru. Masa ini juga disebut sebagai “Masa
Pencerahan” (enlightenment). Beberapa tokoh penting pada masa ini adalah
John Lock (1632-1704) dan Immanuel Kant (1724-1804). Dasar dari ajaran ini
1.10 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

antara lain adalah melemahnya pengaruh ajaran agama (religious) dalam


kehidupan manusia. Kemanusiaan sangat tergantung dari lingkungan sosialnya
dan bagaimana mereka berinteraksi.
Pengaruh terbesar terhadap hukum pada masa ini adalah diterimanya
kekuasaan dari negara sebagai salah satu sumber dari hukum sehingga kontrak
sosial menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Thomas Hobbes
(1588-1679) menyatakan kontrak sosial menjadi salah satu prasarat dari
keteraturan dan kepatuhan manusia. Thomas Hobbes menyatakan 2 prinsip
mendasar:
a. Manusia harus mewujudkan kedamaian namun dapat melakukan
pembelaan diri apabila tidak dimungkinkan terjadinya kedamaian.
b. Manusia harus mendapatkan kebebasan seperti layaknya manusia lainnya

Dalam pandangan Hobbes kewajiban manusia untuk patuh dan taat akan
gagal atau berakhir apabila negara tidak dapat menjaga keteraturan dan
keamanan. Fungsi negara sebagai penjaga keamanan dan ketertiban didasarkan
dari sebuah kontrak sosial dengan masyarakat. Hal ini disebabkan adanya
pendapat bahwa keteraturan dan keamanan merupakan unsur penting dari
kontrak sosial
Tokoh lainnya dalam masa ini adalah John Lock (1632-1704). Lock
mengemukakan 2 aspek penting dalam kaitannya dengan kemerdekaan
manusia dan kekuasaan dari negara:
a. Penolakan terhadap kekuasaan yang tak terbatas
b. Setiap orang memiliki hak dasar untuk hidup, sehat, kemerdekaan dan
pemilikan harta benda.

Apabila kedua prinsip diatas terlanggar maka manusia dapat melakukan


penuntutan atau melakukan perlawanan kepada negara. Gagasan John Lock
terkait dengan kekayaan individu (property) yang merupakan salah satu dasar
munculnya kapitalisme yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak penuh
terhadap property (exclusive property right) yang tidak dapat diganggu oleh
kekuasaan/negara. John Lock meletakkan dasar pengakuan terhadap hak milik
individu (property rights) khususnya tanah yang sebelumnya dikuasai oleh
para tuan tanah.
Tokoh lainnya dalam masa ini adalah JJ Rousseau (1712-1778). Rousseau
menekankan pada hak untuk hidup dan kemerdekaan merupakan dasar dari
suatu kontrak sosial.
 HKUM4401/MODUL 1 1.11

4. Pascaperang Dunia ke II
Pascaperang dunia ke II yang ditandai oleh kemenangan Sekutu, juga
berpengaruh terhadap keberadaan ajaran hukum alam. Pada abad ke 20 ini
merupakan masa jayanya positivisme hukum, terjadi pertentangan antara
positivisme dan naturalisme hukum. Munculnya kembali ajaran naturalisme
hukum didasari oleh kemenangan Amerika dan Inggris dalam Perang Dunia
ke II. Pada akhir perang dunia tersebut ajaran Hukum Alam banyak
dipengaruhi oleh doktrin hukum alam Jerman. Pada doktrin ini sosial kontrak
didasarkan pada tiga hal dibawah ini (Thomas Hobes, 1588-1679):
a. Pactum Unionis, merupakan perjanjian atau kontrak dasar untuk bersama
sama membentuk masyarakat dalam rangka untuk keluar dari “natural
state”
b. Pactum Ordinationis, merupakan sebuah perjanjian atau kontrak bersama
masyarakat yang diberikan kepada pemerintah;
c. Pactum Subordinationis, sebuah perjanjian untuk mematuhi hukum dan
perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah yang terpilih.

Dari tiga bentuk perjanjian ini bentuk Pactum Ordinationis merupakan


keputusan bersama dimana pemerintah harus melaksanakan yang disebut
sebagai “constitutional agreement” atau lebih sering disebut sebagai
Konstitusi. Konstitusi merupakan hukum dasar (basic law) dimana negara
harus melaksanakannya.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Hukum alam mengalami perkembangan yang dipengaruhi oleh berbagai


konteks. Jelaskan konteks perkembangan hukum alam tersebut dan
berikan contohnya!
2) Hukum alam pada masa kekaisaran Yunani dan Romawi telah menjadi
awal kodifikasi yang diawali oleh Plato dan Aristoteles. Menurut kedua
ahli tersebut mengapa orang harus mentaati hukum. Jelaskan berdasarkan
pada kontrak sosial dan berikan contohnya!
3) Thomas Aquinas mengelompokkan hukum secara hierarkis, Jelaskan
kelompok hukum tersebut dan berikan contohnya.
1.12 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Konteks perkembangan hukum alam (natural law) dipengaruhi oleh 4


tahap perkembangan akal pikir manusia yang mendasarinya, seperti Masa
Kekaisaran Romawi dan Yunani, Masa Tradisi Judaco-Kristiani, masa
Kejayaan Akal dan Masa Paska Perang Dunia ke II.
2) Terdapat 2 prinsip uatam dalam teori kontrak sosial yang melahirkan
kewajiban (duty and obligation) dalam kontrak sosial antara negara dan
masyarakat berupa Apology dan Crito.
3) Hirarki dari hukum menurut Thomas Aquinas dibagi menjadi 4 tingkat:
a. Lex Aeterna
b. Lex Divine
c. Lex Naturalis
d. Lex Humana

R A NG KU M AN

Sejarah perkembangan hukum alam (Natural Law) menjadi bagian


diskursus Ilmu Hukum yang sangat penting dimulai dari masa kerajaan
Romawi dan Yunani hingga saat ini paska Perang Dunia ke II. Teori teori
Hukum Alam hingga saat ini telah menjadi tradisi hukum yang penting
melalui pertimbangan antara moralitas dan hukum. Bahkan teori hukum
alam telah melahirkan ajaran hukum yang baru dengan masuknya nilai-
nilai moralitas, keadilan dan kemanusiaan dalam teori hukum paska
positivism.
Teori-teori hukum alam telah melahirkan konsep ilmu hukum
fundamental seperti pembatasan kekuasaan negara, kontrak sosial,
berorienatsi pada kebebasan individu, dan lahirnya teori konstitusi awal.

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Teori hukum alam lahir didorong oleh berbagai pandangan dan asas yang
mendasarkan pada ....
A. hubungan alam dengan manusia
B. ketergantungan manusia pada alam
 HKUM4401/MODUL 1 1.13

C. Keteraturan dan keseimbangan alam


D. Kodrat manusia

2) Norma hukum yang tidak secara formal di buat oleh negara namun berlaku
didalam masyarakat juga disebut sebagai ....
A. ius constituendum
B. ius constitutum
C. ius soli
D. ius gentium

3) Menurut Thomas Aquinas hukum yang dibuat oleh organisasi kekuasaan


untuk mencapai tujuan tertentu disebut sebagai ....
A. lex divine
B. lex aeterna
C. lex humana
D. lex naturalis

4) Pada masa tradisi Judaeo-Kristiani melahirkan prinsip hukum alam yang


tidak dapat dipisahkan antara hukum sebagai hukum yang dibuat oleh
penguasa dengan nilai ....
A. moral
B. budaya
C. ekonomi
D. politik

5) Pada masa penerahan atau the age of reason, menurut Thomas Hobbes
keteraturan dan keamanan merupakan prasyarat dari kontrak sosial dapat
diterapkan. Hal ini melahirkan konsekuensi, kecuali ....
A. kekuasaan negara tak terbatas
B. setiap manusia memiliki hak dasar untuk hidup layak
C. setiap manusia memiliki kebebasan yang sama
D. negara berkewajiban menjamin keamanan dan ketertiban
1.14 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 HKUM4401/MODUL 1 1.15

Kegiatan Belajar 2

Positivisme Hukum

P ositivisme hukum diawali dengan pemikiran dari David Hume (1711-


1776) yang menyatakan hukum merupakan produk dari penguasa.
Positivism dapat diartian hukum secara umum lato sensu diterapkan (posited),
buatan manusia (man-made), dan berisikan cita cita (artificial). Hal ini juga
seperti dikemukakan oleh John Austin hukum sebagai buatan dari kekuatan
politik (political formation). Positivisme hukum didasarkan pada pendapat
sebagai berikut (Jerzy Steemach. 2006):
1. Hukum dibuat oleh manusia tidak ditemukan.
2. Hukum merupakan hasil dari keinginan penguasa
3. Hukum hanya berisiskan peraturan
4. Hakim harus tunduk pada hukum tanpa kecuali (keputusan pengadilan
harus didasarkan pada peraturan)
5. Tidak terdapat hubungan antara hukum dan moralitas atau antara hukum
yang berlaku dengan hukum yang seharusnya.
6. Studi tentang Hukum harus dipisahkan dari studi tentang sejarah hukum,
sosiologi hukum maupun psikologi.
7. Sistem hukum dipandang sebagai sistem logika yang tertutup (closed
logical system)

Pandangan legal posivistme ini sebagian besar diilhami oleh berbagai ahli
seperti Jerremy Bentham (1748-1832), John Austin (1790-1859), ajaran
Begriffsjurisprudenz, Hans Kelsen dan HLA Hart melalui Analytical legal
theory. Pandangan legal positivism juga sering disebut sebagai pendekatan
legal dogmatis (formal-dogmatic analysis of law). Legal positivisme diawali
pada masa kerajaan Romawi yang melahirkan ajaran konstitusionalisme kuno.
Pada ajaran ini perkembangan hukum dipengaruhi oleh perkembangan ajaran
demokrasi yang meletakkan kontrak sosial sebagai hukum dasar (leges
fundamentales).
1.16 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

A. KONSTITUSIONLISME KUNO (ANCIENT


CONSTITUTIONALISM)

Positivisme hukum banyak dipengaruhi oleh ajaran “constitutionalism


agreement” yang berkembang paska perang dunia kedua. Teori konstitusi
sebenarnya sudah berkembang sejak masa kerajaan Romawi seperti halnya
yang berkembang di English Common Law. Teori konstitusi ini lebih disebut
sebagai Teori Konstitusi Kuno (Ancient Constitutionalism). Terdapat dua
konsep kompetensi (competence) yang mendasari konstitusi sebagai dasar
hukum dari suatu negara yaitu berikut ini.
1. Iurisdictio. Konsep ini merupakan dasar hukum untuk mengatur kontrak
dan perjanjian antar individu dan yang terkait dengan hak individu.
Konsep ini dalam perkembangannya melahirkan Hukum Privat/Perdata.
2. Gubernaculum. Konsep ini sebagai dasar untuk mengatur pelaksanaan
aktivitas politik, pemerintah maupun administrasi. Konsep ini dalam
perkembangannya melahirkan apa yang disebut sebagai Hukum Publik.

Pada konstitusionalisme kuno lebih berisikan konsep yang mengatur


hubungan antar individu, seperti hak perdata, hak atas kebendaan dan
kekayaan, perjanjian dll (Iurisdictio).
Pandangan konstitutionalisme kuno melahirkan ajaran hukum positif
klasik (classical positivism) yang pada dasarnya menyatakan bahwa hukum
berlaku dalam suatu waktu dan tempat tertentu yang berdasarkan pada formal
institusi daripada moral atau etika. Clasical positivism memiliki dua
karakteristik penting:
1. Pemisahan hukum dari moral atau faktor lainnya seperti ekonomi dll
(separation of law from morality).
2. Hukum sebagai suatu sistem perintah yang meliputi: perintah, kedaulatan
dan sanksi. (a theory of command)

Dalam perkembangan Hukum Konstitusi dipengaruhi oleh ajaran hukum


alam Jerman yang juga disebut sebagai hukum dasar atau leges fundamentales.
Kemudian teori kontrak sosial menjadi awal dari Hukum Konstitusi Modern
yang mendasarkan pada tiga doktin kontrak sosial: Pactum Unionis, Pactum
Ordinationis dan Pactum Subordinationis.
 HKUM4401/MODUL 1 1.17

B. KONSTITUSIONALISME MODERN (MODERN


CONSTITUTIONALISM)

Konstitusionalisme modern banyak dipengaruhi oleh berkembangnya


Demokrasi melalui suatu kontrak sosial. Modern konstitusionlism tidak hanya
memfokuskan pada bagaimana pemerintah melaksanakan tugas tugasnya
namun juga mengatur siapa yang akan diberikan kekuasaan untuk mengatur.
Pada konstitusi modern seiring dengan berkembangnya demokrasi sebagai
popular sovereignty.
Konstituionalisme modern merupakan konvergensi antara konsepsi
hukum dasar (fundamental law) tidak lagi sebagai hukum kebiasaan namun
sebagai hukum yang dibuat oleh legislator dengan konsepsi konstitusi sebagai
bentuk struktur dari kekuasaan negara. Pembuat konstitusi bukan seseorang
namun “people” yang juga harus tunduk pada konstitusi yang dibuatnya.
Sehingga berlaku maxim Quod omnes tangit, ab omnibus approbetur yang
berarti bahwa hukum yang berlaku untuk semua orang harus disetujui oleh
semua orang.
Konstitusi bukan merupakan produk dari pemerintah namun rakyat yang
membuat konstitusi dan berlaku bagi semua. Melalui konstitusilah rakyat
membuat “pemerintah” sehingga pemerintah melaksanakan kekuasaannya
harus berdasarkan pada konstitusi. Konstitusi berisikan kehendak bersama
(general will).
Ajaran Positivisme Hukum menekankan pada 2 premis utama: pertama
bahwa hukum merupakan sistem sosial yang berdiri sendiri (autonomous
social spere) sehingga hukum hanya dipersepsikan sebagai hukum negara
(state law). Premis kedua, hukum tidak hanya dibuat oleh manusia (man made)
namun juga berupa fakta (fact). Hal ini berbeda dengan ajaran Hukum
Naturalime yang lebih menekankan hukum berupa ideas, belief dan values.
Berdasarkan pada fakta fakta inilah hukum dibuat sehingga hukum memiliki
validitas
Ajaran contitutionalisme modern juga disebut sebagai modern legal
positivism. H.L.A. Hart mengemukakan pendapatnya yang sangat penting
pada awal modern positivism dengan memisahkan primary rule of substantive
law dan secondary rule. Hart lebih lanjut mengklasifikasikan secondary rule
menjadi 3 jenis.
1. Rule of recoqnittion, sebagai bentuk pengakuan atau penerimaan hukum
oleh aparat pemerintah dan masyarakat.
1.18 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

2. Rule of change, sebagai pengakuan bahwa hukum sebagai hasil dari


dinamik masyarakat yang selalu berubah.
3. Rule of adjudication, sebagai mekanisme untuk melaksanakan ”remedies”
apabila terjadi pelanggaran atas primary rule.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!
1) Apa yang mendasari lahirnya ajaran positivisme hukum (legal positivism)
Jelaskan!
2) Ajaran postivisme hukum mendorong lahirnya constitutionalism theory.
Bagaimanakah hubungan positivisme hukum dan teori konstitusi,
Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Teori hukum positif lahir sebagai response atas melemahnya pengaruh


nilai agama terhadap hukum dan diterimanya hukum sebagai produk dari
manusia (penguasa). Hukum menurut John Austin merupakan buatan dari
kekuatan politik yang di terapkan (posited), buatan manusia (man made)
dan berisikan cita cita manusia (artificial).
2) Legal positivism diawali pada masa kerajaan Romawi yang melahirkan
ajaran konstitutionalisme kuno. Pada ajaran ini perkembangan hukum
dipengaruhi oleh perkembangan ajaran demokrasi yang meletakkan
kontrak sosial sebagai hukum dasar (leges fundamentales). Teori
konstitusionalisme didasarkan pada 2 dasar pemikiran konstitusi sebagai
dasar hukum suatu negara, meliputi: Iurisdictio dan Gubernaculum.

R A NG KU M AN

Ajaran hukum positif (legal postivism) muncul bersamaan dengan


menurunnya pengaruh hukum agama dan mulai diterimanya kontrak
sosial sebagai dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan. Ajaran
positivisme hukum dalam perkembangannya melahirkan ajaran
 HKUM4401/MODUL 1 1.19

konstitusionalisme kuno. Kontrak sosial sebagai dasar penyelenggaraan


pemerintah berfungsi sebagai kesepakatan bersama (constitutionalism
agreement). Teori konstitusi kuno ini melahirkan 2 konsep hukum penting
sebagai dasar hukum privat (Iurisdictio) dan hukum publik
(Gubernaculum).
Berkembangnya demokrasi telah melahirkan teori konstitusionalisme
modern yang lebih difokuskan pada kedaulatan rakyat dengan legal
maximnya Quod omnes tangit, ab omnibus approbetur yang berarti bahwa
hukum yang berlaku untuk semua orang harus disetujui oleh semua orang.
Dalam perkembangannya Hart menganggap penting pemisahan 2
klasifikasi primary rule dan secondary rule.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Positivisme hukum muncul merupakan reaksi atas berkembangnya akal


manusia dan menurunnya pengaruh nilai-nilai agama terhadap hukum.
Ajaran positivisme hukum mendasarkan keputusan pengadilan harus....
A. memprioritaskan rasa keadilan
B. mengutamakan kebebasan hakim untuk membuat hukum
C. berdasarkan pada peraturan
D. berdasarkan keyakinan hakim

2) Ajaran positivisme hukum memaknai sistem hukum sebagai sistem....


A. terbuka
B. tertutup
C. organik
D. mekanik

3) Positivisme hukum melahirkan ajaran konstitusionalisme kuno sebagai


awal dari demokrasi yang meletakan hubungan penguasa dan rakyat
didasarkan pada ....
A. perwakilan
B. kontrak sosial
C. hukum dasar
D. konsensus
1.20 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

4) Konsep yang mendasari lahirnya hukum perdata/privat yang mengatur


perjanjian antar individu disebut sebagai ....
A. Begriffsjurisprudenz
B. Gubernaculum
C. Iurisdictio
D. Ius constituendum

5) Bentuk pengakuran dari aparatur negara maupun masyarakat terhadap


hukum menurut Hart termasuk dalam ....
A. rule of recoqnition
B. rule of change
C. rule of adjudication
D. rule of law.

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian,
gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 HKUM4401/MODUL 1 1.21

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C. Keteraturan dan keseimbangan alam.
2) B. Ius constitutum.
3) C. Lex humana.
4) A. Nilai moral.
5) A. Kekuasaan negara tak terbatas.

Tes Formatif 2
1) C. Berdasarkan pada peraturan.
2) B. Tertutup.
3) B. Kontrak sosial.
4) C. Iurisdictio.
5) A. Rule of recoqnition.
1.22 Interpretasi dan Penalaran Hukum 

Daftar Pustaka

Andrei Marmor 2005. Interpretation and Legal Teory 2nd Edition, Oregon:
Hart Publising

Dworkin R 1986. Law’s Empire. London: Fontana Press

Frederick Schauer 2009. Thinking Like a Lawyer: a New Introduction to Legal


Reasoning. London: Harvard University Press.

Glaen Morris, 1996. Laying Down the Law: the Foundation of Legal
Reasoning.

H. Patric Glen, 2004. Legal Tradition of the World. London: UK: Cambridge
University Press.

H.L.A. Hart 1966. The Concept of Law, Oxford: Clarendon Press

Jerzy Stelmach dan Bartosz Brozek 2006. Methods of legal reasoning, the
Netherlands: Springer

Larry Alexander dan Emily Sherwin. 2008. Demystifying legal reasoning,


Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Lloyd I. Weinreb. 2005. The use of analogy in legal argument, Cambridge,


UK: Cambridge University Press.

Massimo la Torre. 2007. Constitutionalism and Legal Reasoning, the


Netherlands: Springer.

Michael Head & Scott Mann. 2005. Law in Perspective: Ethics Society and
Critical Thingking. Sydney: New Perss.
 HKUM4401/MODUL 1 1.23

Sharon Hanson. 2003. Legal Method and Reasoning, 2nd Edition, Great
Britain: Cavendish Publishing Limited.

Shidarta, 2013. Hukum Penalaran dan Penalaran Hukum, Yogyakarta: Genta


Publishing.

Anda mungkin juga menyukai