PEN D A HU L UA N
An imperative idea, an idea of a rule laid down by the law making organ
of a politically organized society, deriving its force from its intrinsic
reasonableness or conformity to ideals or right merely recognized, not
made by the sovereign (Roscoe Pond, 1935)
Kegiatan Belaj ar 1
1. Teori Hukum yang mempertentangkan antara “apa yang nyata” (what is)
dan apa yang seharusnya (what should be) atau dalam teori hukum
selanjutnya di manifestasikan pada prinsip “Ius Constitutum” prinsip
hukum yang berlaku dan Ius Constituendum yang merupakan prinsip
hukum yang di cita citakan. Konsep ini memberikan kontribusi dalam
melakukan abstraksi dan sebaliknya melakukan inferensi logis antara ide
dan gagasan ke dalam hukum positif. Demikian sebaliknya antara hukum
positif dengan fakta.
2. Hubungan alam dengan kemanusiaan sebagai keterkaitan. Konsep ini
mempengaruhi Hukum penalaran. Dalam pandangan berdasarkan pada
nilai-nilai keagamaan, aspek kemanusian memiliki tujuan dan akhir yang
sudah pasti melalui penalaran natural dan kebutuhan manusia. Dalam
pandangan religius tujuan akhir manusia (predetermined end) sudah ada
sehingga manusia memiliki tujuan yang sama menuju akhir kehidupan.
3. Keyakinan bahwa proposisi atau pandangan dari Hukum Alam dapat
dibuktikan melalui alam itu sendiri secara empiris (self evident). Hukum
Alam memberikan konsepsi penalaran yang dapat dibuktikan secara
alamiah sebagai contoh dari Nilai-nilai Ketuhanan, Nilai-nilai umum yang
dianut oleh masyarakat, atau melalui nilai-nilai politik dan ekonomi yang
diperjuangkan oleh manusia. Nilai-nilai politik dan ekonomi yang
diperjuangkan oleh manusia sebagai contoh adalah Deklarasi Hak Asasi
Manusia, Pengakuan terhadap Masyarakat Adat, .
4. Pandangan bahwa Hukum Alam memiliki variabel yang dapat
berpengaruh seperti variabel waktu, tempat dan situasi dan kondisi.
Seiring dengan perkembangan akal dan pemikiran manusia, Hukum Alam
juga mengakomodasi keterbatasan akal dan nalar manusia dalam
memahami dan memaknai alam.
a. Analogi orang tua dan anak. Secara historis sejak keberadaan suatu
masyarakat berisikan konflik kepentingan orang tua dimana para anak
bergantung pada mereka.
b. Masyarakat terbentuk dari sebuah kontrak sosial dimana masyarakat yang
tidak setuju dengan “common values” akan keluar dari masyarakat
tersebut.
c. Kohesi sosial dari masyarakat yang majemuk merupakan hasil dari
kesepakatan bersama.
Lebih lanjut Aristoteles melihat bahwa manusia memiliki sifat hakiki yang
baik sehingga Negara memiliki kewajiban untuk memfasilitasi manusia untuk
mencapai tujuannya. Dengan kemampuan akal dan lebih lanjut juga manusia
sebagai “insan politik” (political animals) yang mampu mengkombinasikan
kehidupan berdasarkan tujuan bersama. Artistoteles menyatakan bahwa
keadilan universal memiliki tingkat dan kedudukan yang lebih tinggi dari apa
yang ada pada hukum yang baik sekalipun.
Salah satu tokoh penting lain adalah Cicero yang menyatakan bahwa
hukum alam sebagai dasar berpikir yang benar yang bersumber dari kesesuaian
dengan alam. Pandangan ini menyatakan bahwa hukum positif harus
bersumber dari hukum alam dan dinyatakan tidak valid apabila bertentangan
dengan hukum alam. Menurut Cicero Hukum Positif (lex vulgus) merupakan
hasil dari kekuasaan politik yang dapat bertentangan dengan Hukum Tuhan
(divine law) yang disebut sebagai lex caelestis. Lex caelestis merupakan
sumber dari hukum alam (lex naturae) yang merupakan dasar yang baik untuk
membuat hukum positif. Dalam hukum romawi, lex naturae dapat ditemukan
dalam konsep jus gentium yang merupakan prinsip hukum yang berlaku secara
universal di dunia. Sedangkan prinsip yang berlaku secara khusus dalam suatu
negara disebut sebagai jus civile.
Prinsip-prinsip keadilan yang ada pada hukum positif berasal dari hukum
eternal.
Salah satu tokoh penting dalam masa ini adalah Thomas Aquinas (1225-
1224) yang mengklasifikasikan hukum secara hierarkis menjadi 4 tingkatan:
a. Lex Aeterna (eternal will of God). Hukum Tuhan berisikan norma yang
mengatur seluruh yang ada di dunia menuju pada keadaan yang baik
sesuai peruntukannya.
b. Lex Divine (divine law, merupakan ajaran Ketuhanan seperti dituliskan
dalam kitab kitab suci)
c. Lex Naturalis (natural law merupakan hukum yang berasal dari pemikiran
hakiki dari manusia yang berasal dari divine law maupun lex aeterna))
d. Lex Humana (positive law, merupakan hukum yang dibuat oleh organisasi
kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu)
Dalam pandangan Hobbes kewajiban manusia untuk patuh dan taat akan
gagal atau berakhir apabila negara tidak dapat menjaga keteraturan dan
keamanan. Fungsi negara sebagai penjaga keamanan dan ketertiban didasarkan
dari sebuah kontrak sosial dengan masyarakat. Hal ini disebabkan adanya
pendapat bahwa keteraturan dan keamanan merupakan unsur penting dari
kontrak sosial
Tokoh lainnya dalam masa ini adalah John Lock (1632-1704). Lock
mengemukakan 2 aspek penting dalam kaitannya dengan kemerdekaan
manusia dan kekuasaan dari negara:
a. Penolakan terhadap kekuasaan yang tak terbatas
b. Setiap orang memiliki hak dasar untuk hidup, sehat, kemerdekaan dan
pemilikan harta benda.
4. Pascaperang Dunia ke II
Pascaperang dunia ke II yang ditandai oleh kemenangan Sekutu, juga
berpengaruh terhadap keberadaan ajaran hukum alam. Pada abad ke 20 ini
merupakan masa jayanya positivisme hukum, terjadi pertentangan antara
positivisme dan naturalisme hukum. Munculnya kembali ajaran naturalisme
hukum didasari oleh kemenangan Amerika dan Inggris dalam Perang Dunia
ke II. Pada akhir perang dunia tersebut ajaran Hukum Alam banyak
dipengaruhi oleh doktrin hukum alam Jerman. Pada doktrin ini sosial kontrak
didasarkan pada tiga hal dibawah ini (Thomas Hobes, 1588-1679):
a. Pactum Unionis, merupakan perjanjian atau kontrak dasar untuk bersama
sama membentuk masyarakat dalam rangka untuk keluar dari “natural
state”
b. Pactum Ordinationis, merupakan sebuah perjanjian atau kontrak bersama
masyarakat yang diberikan kepada pemerintah;
c. Pactum Subordinationis, sebuah perjanjian untuk mematuhi hukum dan
perintah yang dikeluarkan oleh pemerintah yang terpilih.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Teori hukum alam lahir didorong oleh berbagai pandangan dan asas yang
mendasarkan pada ....
A. hubungan alam dengan manusia
B. ketergantungan manusia pada alam
HKUM4401/MODUL 1 1.13
2) Norma hukum yang tidak secara formal di buat oleh negara namun berlaku
didalam masyarakat juga disebut sebagai ....
A. ius constituendum
B. ius constitutum
C. ius soli
D. ius gentium
5) Pada masa penerahan atau the age of reason, menurut Thomas Hobbes
keteraturan dan keamanan merupakan prasyarat dari kontrak sosial dapat
diterapkan. Hal ini melahirkan konsekuensi, kecuali ....
A. kekuasaan negara tak terbatas
B. setiap manusia memiliki hak dasar untuk hidup layak
C. setiap manusia memiliki kebebasan yang sama
D. negara berkewajiban menjamin keamanan dan ketertiban
1.14 Interpretasi dan Penalaran Hukum
Kegiatan Belajar 2
Positivisme Hukum
Pandangan legal posivistme ini sebagian besar diilhami oleh berbagai ahli
seperti Jerremy Bentham (1748-1832), John Austin (1790-1859), ajaran
Begriffsjurisprudenz, Hans Kelsen dan HLA Hart melalui Analytical legal
theory. Pandangan legal positivism juga sering disebut sebagai pendekatan
legal dogmatis (formal-dogmatic analysis of law). Legal positivisme diawali
pada masa kerajaan Romawi yang melahirkan ajaran konstitusionalisme kuno.
Pada ajaran ini perkembangan hukum dipengaruhi oleh perkembangan ajaran
demokrasi yang meletakkan kontrak sosial sebagai hukum dasar (leges
fundamentales).
1.16 Interpretasi dan Penalaran Hukum
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Tes Formatif 1
1) C. Keteraturan dan keseimbangan alam.
2) B. Ius constitutum.
3) C. Lex humana.
4) A. Nilai moral.
5) A. Kekuasaan negara tak terbatas.
Tes Formatif 2
1) C. Berdasarkan pada peraturan.
2) B. Tertutup.
3) B. Kontrak sosial.
4) C. Iurisdictio.
5) A. Rule of recoqnition.
1.22 Interpretasi dan Penalaran Hukum
Daftar Pustaka
Andrei Marmor 2005. Interpretation and Legal Teory 2nd Edition, Oregon:
Hart Publising
Glaen Morris, 1996. Laying Down the Law: the Foundation of Legal
Reasoning.
H. Patric Glen, 2004. Legal Tradition of the World. London: UK: Cambridge
University Press.
Jerzy Stelmach dan Bartosz Brozek 2006. Methods of legal reasoning, the
Netherlands: Springer
Michael Head & Scott Mann. 2005. Law in Perspective: Ethics Society and
Critical Thingking. Sydney: New Perss.
HKUM4401/MODUL 1 1.23
Sharon Hanson. 2003. Legal Method and Reasoning, 2nd Edition, Great
Britain: Cavendish Publishing Limited.