Abstrak
Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat lepas dari orang lain. Untuk
memenuhi keperluannya seseorang harus berinteraksi dengan orang lain. Interaksi
tersebut berkemungkinan akan terjadi pertentangan didalamnya dan tidak akan
terlepas dari sebuah masalah. Oleh karena itu, adalah hukum yang akan mengatur
permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Hukum yang
akan mengadili tingkah laku masyarakat itu juga. Pada dasarnya hukum berfungsi
untuk mengatur hubungan interaksi sosial. Hukum menjadi dasar dari mengenai
apa yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakuakan dengan harapan segala
sesutu berjalan dengan tertib dan teratur. Hukum agama juga turut menyumbang
bagian sebagai dasar interaksi sosial. Bahkan yang satu ini mempunyai dampak
yang sangat signifikan di tengah masyarakat.
Kata Kunci: Hukum, Interaksi Sosial dan Hubungan.
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang unik. Selain sebagai makhluk individu, manusia juga
termasuk makhluk sosial. Tingkah laku manusia sebagai makhluk individu berbeda
dengan tingkah laku manusia sebagai makhluk sosial. Tingkah laku manusia sebagai
makhluk sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sebagai makhluk sosial
manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka perlu bantuan orang lain, perlu bekerja sama
dengan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, seseorang tidak dapat lepas dari orang lain. Untuk
memenuhi keperluannya seseorang harus berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi
tersebut kemungkinan terjadi pertentangan. Meskipun demikian, interaksi sosial sangat
dibutuhkan dalam masyarakat. Dilakukannya interaksi sosial memungkin-kan terjadinya
pengembangan pola keteraturan serta dinamika dalam kehidupan sosial.
Karena manusia adalah makhluk sosial yang akan terus malakukan interaksi
antara satu sama lain, yang mana dalam interaksi tersebut berkemungkinan akan terjadi
pertentangan didalamnya dan tidak akan terlepas dari sebuah masalah, maka hukum tegak
demi mengatur permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut.
Hukum yang akan mengadili tingkah laku masyarakat itu juga. Karena hukum merupakan
kumpulan-kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi.
Tujuan hukum itu adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga
keamananan dan ketertiban akan terpelihara.
Agar kita lebih paham dan mengerti mengenai hukum dan interaksi sosial kami
akan membahas dan menampilkan apa saja yang berkaitan dengan hukum dan interaksi
sosial beserta hubungan antara hukum dan interasi sosial tersebut. Oleh karena itu,
bagaimana hubungan hukum dengan intraksi sosial?
Pembahasan
A. Hukum.
1. Definisi hukum.
Berbagai definisi tentang hukum oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a) Hukum sebagai asas moralitas atau asas keadalian yang bernilai universal,
dan menjadi bagian inheran sistim hukum alam.
1
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka Indonesia, Jakarta
1992, hlm 11.
2
Ibid, hlm 11-12
3
Soesi idayanti, sosiologi hukum, tanah air beta, yogyakarta 2020, hal 2.
4
Soesi idayanti, sosiologi hukum, tanah air beta, yogyakarta 2020, hal 5.
b) Hukum sebagai kaidah-kaidah dan positif yang berlaku pada suatu waktu
dan tempat tertentu, dan tertib sebagai produk eksplisit suatu sumber
kekuasaan politik tertentu yang berlegitimasi.
c) Hukum sebagai institusi sosial yang riil dan fungsional didalam sistem
pemulihan dan ketertiban dan penyelesaian sengketa maupun dalam proses
pengarahan dan pem-bentukan pola-pola perilaku yang baru.
2. Hukum Islam.
Istilah hukum Islam adalah sebuah prosa atau gabungan kata dalam
bahasa Indonesia, prosa ini terdiri dari dua kata yakni hukum dan Islam. Prosa
hukum Islam jika dikaji lebih dalam sebenarnya muncul dari terjemahan
bahasa Arab yakni syariah, fiqh dan hukm bahkan istilah lain yakni qanun
juga kita temukan dalam beberapa teks.5
3. Tujuan hukum.
9
Ahmad Sukardja, Mujar Ibnu Syarif, Tiga Kategori Hukum: Syariat, Fikih, dan Kanun (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), hlm. 93.
10
Abdul Haq Syawqi, Sosiologi Hukum Islam, Duta Media Publishing, pamekasan 2019. hlm 112.
5) Kanalisasi perubahan-perubahan sosial.11
Maksud dan tujuan ini dapat dicapai oleh hukum dengan perantara
undang-undang, sehingga relevansinya dapat diuraikan hukum sebagai
keseluruhan proses-proses regulasi normatif yang oleh atau berdasarkan surat
kuasa negara dipertahankan dan ditunjang.
B. Interaksi Sosial
1. Pengertian
Secara harfiah interaksi adalah tindakan yang berbalasan antar individu atau
kelompok. Berikut ini adalah definisi interaksi sosial menurut beberapa pakar.
Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan antara
11
Soesi idayanti, sosiologi hukum, tanah air beta, yogyakarta 2020, hal 3.
12
Soesi idayanti, sosiologi hukum, tanah air beta, yogyakarta 2020, hal 4.
individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok
dengan kelompok13. Menurut Maryati dan suryawati, interaksi sosial adalah
kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
Sementara itu, menurut Sutherland, interaksi sosial merupakan saling
merupakan saling mempengaruhi secara dinamis dari kekuatan-kekuatan
dalam kontak di antara pribadi dan kelompok yang menghasilkan perubahan
sikap dan tingkah laku partisipan14.
Pendapat lain milik Bonner, interaksi sosial merupakan suatu hubungan
anatara dua orang atau lebih individu, di mana kelakuan individu
mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.
Dengan demikian, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-
hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa
hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok
yang satu dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan
individu.
13
Sri Sudarmi, W. Indriyanto, Sosiologi, (Jakarta: CV. Usaha Makmur, 2009), hal 37.
14
Kemedikbud, Menjauhkan yang dekat dan Mendekatkan yang jauh, (Jakarta: t.p, 2017), hal 6.
15
Sri Sudarmi, W. Indriyanto, Sosiologi, (Jakarta: CV. Usaha Makmur, 2009), hal 37.
anda yang berbunyi, “apa artinya Bang Messi?” terhadap status WA teman,
juga termasuk contoh kontak yang tanpa fisik.
Kontak sosial memiliki beberapa sifat, yaitu kontak sosial positif dan
kontak sosial negatif. Kontak sosial positif adalah kontak sosial yang
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah
kepada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan
kontak sosial.
Komunikasi, sebagai syarat kedua dari interaksi sosial, adalah suatu proses
penyampaian pesan (ide atau gagasan) dari suatu pihak kepada pihak yang
lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Komunikasi terjadi
kalau seseorang memberi arti pada perlakuan orang lain dengan
menyampaikan suatu perasaan. Orang lain tersebut pada akhirnya akan
memberikan reaksi terhadap perasaan yang disampaikan oleh orang yang
bersangkutan16.
Berkomunikasi bisa dengan menggunakan kata-kata atau verbal seperti
berbicara melalui telepon genggam, dan dapat juga menggunakan non verbal
atau isyarat seperti anggukan, gelengan dan lambaian tangan Bibi Inem.
Berdasarkan apa yang telah disebutkan di atas, meskipun terlihat sama dan
tidak bisa terlepas, sejatinya kontak dan komunikasi sangatlah berbeda dan
dapat dipisahkan. Kontak dapat terjadi hanya dengan sentuhan (sesuai asal
katanya), sementara komunikasi dapat terjadi bila ada respon dari pihak lain.
Orang timur tengah yang bertemu orang Jawa telah sahih disebut terjadi
kontak, tapi tidak ada komunikasi bila orang timur tengah tersebut berbicara
dengan bahasa Arab sementara si orang Jawa tidak mau tahu.
16
Ruswanto, Sosiologi, (Jakarta: Mefi Caraka, 2009), hal 55.
Proses asosiatif adalah interaksi yang mengarah kepada persatuan dan
dapat meningkatkan solidaritas sosial antar individu atau kelompok. Proses ini
dapat berbentuk kerja sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi17.
Sebagian sosiolog menganggap kerja sama merupakan bentuk interaksi
sosial yang pokok. Kerja sama menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk
interaksi sosial atau dengan kata lain, dasar segala macam bentuk interaksi
sosial adalah kerja sama. Ada beberapa bentuk kerja sama, antara lain:
Pertama, bargaining atau tawar menawar, yakni pelaksanaan perjanjian
melalui pertukaran barang-barang dan jasa-jasa, baik antara dua organisasi
atau lebih.
Kedua, kooptasi atau cooperation, yaitu bentuk kerja sama yang dilakukan
dengan menyepakati pimpinan yang ditunjuk mengendalikan jalannya
organisasi atau kelompok.
Ketiga, koalisi, yaitu kerja sama yang dilakukan oleh dua organisasi atau
lebih demi mencapai tujuan bersama. Dalam suatu pemberitaan dinyatakan
bahwa Prabowo membentuk koalisi besar kepung Ganjar.
Keempat, joint-ventrue, yaitu kerja sama dalam usaha proyek-proyek
tertentu atas dasar bagi hasil. Bentuk kerja sama ini juga disebut dengan
“usaha Patungan.”
Bentuk interaksi selanjutnya adalah akomodasi. Akomodasi adalah suatu
proses di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang
mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Mudahnya, akomodasi adalah interaksi
sosil antara individu dan kelompok dalam upaya menyelesaikan perseteruan
atau konflik. Akomodasi dapat menjadi cara menyelesaikan pertentangan
tanpa menghancurkan dan mengilangkan kepribadian pihak lawan. Adapun
tujuan akomodasi diantaranya untuk mengurangi pertentangan akibat
perbedaan paham dan mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara
waktu. Gencatan senjata dan arbitrasi (menyelesaikan pertentangan dengan
melibatkan pihak ketiga) adalah di antara bentuk akomodasi.
17
Kemedikbud, Menjauhkan yang dekat dan Mendekatkan yang jauh, (Jakarta: t.p, 2017), hal 13.
Asimilasi adalah bentuk interaksi asosiatif selanjutnya. Asimilasi adalah
proses sosial tingkat lanjut. Ia adalah pembauran dua kebudayaan atau lebih
yang berbeda, saling memengaruhi yang mengakibatkan hilangnya ciri khas
budaya asli dan membentuk kebudayaan baru. Proses ini timbul ketika
kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda saling
bergaul secara interaktif dalam jangka waktu yang lama. Pernikahan dua etnis
atau ras sehingga menghasilkan keturunan campuran adalah contoh asimilasi.
Bentuk yang terakhir adalah akulturasi. Ia adalah proses sosial yang
timbul karena penerimaan dan pengolahan unsur-unsur kebudayaan asing
tanpa menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli. Dalam akulturasi unsur-
unsur kebudayaan asing tersebut melebur ke dalam kebudayaan asli, dengan
tidak menghilangkan kepribadian kedua unsur kebudayaan tesebut. Musik
keroncong merupakan contoh akulturasi, yaitu perpaduan antara musik
Melayu dan Spanyol.
Sementara itu, interaksi yang bersifat disosiatif adalah interaksi yang
mengarah kepada pertentangan atau konflik yang berbentuk persaingan,
kontravensi, pertikaian dan permusuhan. Interaksi ini juga disebut dengan
proses oposisi.
Ada tiga bentuk interaksi disosiatif, antara lain:
Pertama, persaingan, yaitu proses sosial yang ditandai dengan adanya
saling berlomba atau bersaing secara individu atau antar kelompok tanpa
menggnakan anacaman atau kekerasan untuk mencapai satu tujuan.
Pertandingan sepak bola, balap motor, balap unta dan perlombaan lainnya
adalah contohnya.
Kedua, kontravensi, adalah bentuk proses sosial yang berada di tangah
antara persaingan dan konflik. Demo mahasiswa lantaran menolak kebijakan
pemerintah atau provokasi, intimidasi, fitnah dan semacamnya yang dilakukan
oleh kelompok orang adalah contoh kontravensi.
Ketiga, konflik, yakni proses sosial di mana orang-perorangan atau
kelompok ingin mencapai tujuan dengan cara menentang pihak lawan yang
disertai ancaman dan kekerasan18.
Hubungan hukum dengan interaksi sosial sangatlah erat. Hal ini dikarenakan
hukum senantiasa dipengaruhi oleh proses interaksi sosial. Semakin tinggi
intensitas interaksi dan hubungan sosial maka semakin tinggi pula tingkat
penggunaan hukum untuk melancarkan proses interaksi sosial.
18
Sri Sudarmi, W. Indriyanto, Sosiologi, (Jakarta: CV. Usaha Makmur, 2009), hal 50.
kepada aturan agama. Larangan berbuat zina membuat masyarakat menganggap
tidak bermoral pasangan lawan jenis yang bermesraan di tempat sepi, dan sebisa
mungkin menjauhi perbuatan tersebut. Tidak hanya itu, aturan berbuat baik,
tersenyum saat bertemu di jalan dan aturan hukum agama yang lain menjadi
acuan bagaimana manusia harus bertingakah dan berinteraksi.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Abd. Wahhab Khallaf, ‘Ilm Ushul al Fiqh, (Kairo: Maktabah al-Da’wah al-Islamiyah,
1942)
Abdul Haq Syawqi, Sosiologi Hukum Islam, Duta Media Publishing, pamekasan 2019
Kemedikbud, Menjauhkan yang dekat dan Mendekatkan yang jauh, (Jakarta: t.p, 2017)
Ruswanto, Sosiologi, (Jakarta: Mefi Caraka, 2009)
Soesi idayanti, sosiologi hukum, tanah air beta, yogyakarta 2020.
Sri Sudarmi, W. Indriyanto, Sosiologi, (Jakarta: CV. Usaha Makmur, 2009)
Ahmad Sukardja, Mujar Ibnu Syarif, Tiga Kategori Hukum: Syariat, Fikih, dan Kanun
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
C.S.T. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka
Indonesia, Jakarta 1992.
Muhammad ‘Ali Al-Syaukani, Irshad al-Fuhul (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1994).