Anda di halaman 1dari 12

Hakikat dan Karakteristik

Hukum Pidana Islam

Disusun Oleh :
Cholqi Choirunnisa (05020320034)
M. Saifuddin (05020320050)

Dosen pengampu :
Prof. Dr. H. Muh. Fathoni Hasyim, M.Ag.

Prodi Hukum Pidana Islam


Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2022-2023
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Hakikat dan Karakteristik Hukum Pidana Islam,
dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada
Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H. Muh. Fathoni Hasyim,
M.Ag selaku dosen mata kuliah Filsafat Hukum Pidana Islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Kami pun menyadari bahwa di makalah ini masih ada banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritikan dan saran. Demikian yang
dapat kami sampaikan semoga makalah yang kami buat ini bisa memberi manfaat kepada para
pembaca.

Gresik, 11 Maret 2021

Penulis

2
Daftar Isi

Bab I ........................................................................... 4
Pendahuluan .................................................................... 4
Bab II .......................................................................... 5
Hakikat Hukum Pidana Islam ...................................................... 5
karakteristik Hukum Pidana Islam................................................. 11
Bab III ........................................................................ 11
Daftar Pustaka ................................................................. 12

3
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Filsafat sebagai kebijaksanaan rasional untuk segala sesuatu Seperti yang
dikatakan James K. Feibleman, alam adalah kebijaksanaan rasional untuk segala
sesuatu, terutama dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Filsafat didefinisikan
dalam istilah "asas atau dasar kehidupan" dan juga didefinisikan sebagai "pengetahuan
yang sangat dalam". Muhtar Latif (2015) mengatakan kajian filosofis yang menjawab
pertanyaan tentang hakikat ilmu, dimana filsafat ilmu diwujudkan melalui deskripsi dan
estimasi yang sistematis baik dari perspektif ontologis maupun ontologis,
pembelajaran, epistemologi, dan aksioma. Hakikat berasal dari kata Arab “Al-Haqq”
yang berarti benar. Makna kebenaran merupakan kata kunci dari hakikat kebenaran,
sehingga bersifat tradisional atau abadi. Ciri-ciri pemikiran filosofis antara lain bersifat
sistematis, universal, radikal (mendasar), rasional, komprehensif, runtut, konseptual,
bebas dan bertanggung jawab. Dari pengertian tersebut kebijakan rasional yang
mempunyai makna kebenaran dan berpikir secara sistematis.
Hukum Indonesia merupakan suatu badan hukum tersendiri, ada beberapa
faktor yang membedakan hukum Indonesia dengan sistem hukum asing. Hukum sendiri
adalah dalam segala isinya mengajarkan hukum dalam segala bentuk dan
manifestasinya, ilmu hukum sebagai ketaatan, ilmu hukum sebagai ilmu akal, dan ilmu
hukum sebagai ilmu realitas. Maqashid al-syari'ah adalah untuk mencapai kebaikan
dengan menghindari kejahatan, atau menarik manfaat dan menghilangkan mudharat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat hukum pidana islam?
2. Apa karakteristik hukum pidana islam?
3. Bagaimana perkembangan hukum pidana islam?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hakikat hukum pidana islam.
2. Untuk mengetahui karakteristik hukum pidana islam.
3. Agar mengerti perkembangan hukum pidana islam.

4
Bab II
Pembahasan

A. Hakekat Hukum Pidana Islam


Istilah hukum Islam berasal dari tiga kata dasar yaitu “hukum”, “pidana”, dana
“islam”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “hukum” diartikan dengan
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dilakukan oleh
penguasa, pemerintah,, otoritas, udangan-undang dan lain-lain. Untuk mengatur
pergaulan hidup masyarakat itu menggunakan patokan (kaidah, ketentuan) mengenai
peristiwa alam dan lain sebagainya. Dan keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan
oleh hakim (dalam pengadilan) yakni vonis.1
Pengertian hukum menurut para ahli yanga dikutip dari C.S.T. Kansil, dalam
bukunya ”Pengantar Hukum dan Tata Hukum Indonesia” adalah sebagai berikut.
b. E.M. Mayers, dalam bukunya De Aglemene begrippen van bet Burgerlijk Reech.
Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan, ditujukan
kepadan tingkah laku manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi
Penguasa-penguasa Negara dalam melakukan tugasnya.
c. Leon Duguit, hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaanya pada saat tertentu, di suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan jika dilanggar mimbulkan reaksi bersama terhadap orang
yang melakukan pelanggaran itu.
d. Immanuel Kant, hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini menjadi
kehendak bebas dari orang yang satau dapat menyesuaikan diri drngan kehendak
bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentant kemerdekaan.
e. E. Utrech, memberikan batasan hukum, sebagai berikut: hukum ialah himpunan
peraturan-peraturan meliputi (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu
masyarakat dank arena it harus ditaati oleh masyarakat itu.
f. S.M. Amin dalam bukunya yang berjudul Bertanya ke Alam Hukum, hukum
dirumuskan sebagai berikut: kumpulan-kumpulan peraturan yang terdiri dari norma
dan sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketertiban
dalam kehidupan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.

1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 360

5
g. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto, dalam bukunya berjudul Pelajaran
Hukum Indonesi. Hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh
Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan
tadi berakibat diambilnya tindakan, yakni dengan hukuman yang telah ditentukan.
h. M.H. Tirtaatmidjaja dalam bukunya Pokok-pokok Hukum perniagaan. Ditegaskan
bahwa Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku
atau tindakan dalam pergaulan hiduo dengan ancaman mesti mengganti kerugian,
jika melanggar aturan itu maka akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umapanya orang akan kehilangan kemerdekaanya, didenda dan sebagainya. 2
Secara sederhana hukum dapat dipahami sebagai peraturan-peraturan atau
norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik
peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara
tertentu dan ditegakkan oleh penguasa.3 Dalam wujudnya, hukum ada yang tertulis
dalam bentuk undang-undang seperti hukum modern (hukum barat) dan ada yang
tidak tertulis seperti hukum adat dan hukum Islam.
Dan kata yang kedua yakni “Pidana”, berarti merujuk pada kejahatan atau
kriminal missal tentang pembunuhan, korupsi, dan lain-lain.4
Yang ketiga yakni Islam oleh Mahmud Syaltut didefinisikan sebagai Had,
bukan ta’zir.5 Istilah yang identic dengan Jinayah yakni Jarimah.
Bila hukum dihubungkan dengan Islam maka hukum Islam adalah seperangkat
peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukallaf yang diakui dan diyakini berlaku dengan mengikat untuk semua umat yang
beragama Islam. Istilah hukum Islam sebenarnya tidak ada ditemukan sama sekali
didalam Al-Qur’an dan Sunnah dan literature hukum Islam. Yang ada hanyalah
syari’ah fikih, hukum Islam merupakan terjemahan dari kata “Islamic Law” dari
literature Barat. Ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam itu

2
Suparman usman.Itang.Filsafat Hukum Islam.(Surabaya: Laksita Indonesia,2015).hal 3-4.
3
Mohammad Daud Ali,Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum Indonesia, (Jakarta: LP3ES,
1989),Hal 38
4
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 871
5
A. Jazuli, Fiqh Jinayah,(Jakarta: Rajawali Pers,2000),Hal 2

6
adalah keseluruhan bangunan dari peraturan dalam agama Islam baik lewat syariat,
fikih, dan pengembanganya seperti fatwa, qanun, siyasah dan lain-lain.
Sebutan Hukum Islam adalah terminologi baru dalam khazanah keilmuan Islam.
Sebutan yang lazim digunakan di kalangan umat Islam untuk menunjuk Hukum
Islam sebelum dipopulerkan istilah itu adalah istilah al-syari’ah, al-hukm, al-syar’i,
dan al-fiqh. Diperkirakan sebutan Hukum Islam mulai digunakan setelah umat Islam
mengalami kontak dengan dunia Barat, pada saat itu system social mereka lebih
maju penataanya termasuk didalam aspek hukum. Kemajuan yang dialami Barat ini
mendorong umat Islam untuk melakukan penegasan identitas diri dengan menyebut
hukumnya dengan Hukum Islam untuk membedakankanya secara jelas dengan
perkembangan hukum di Barat. Penyebutan itu juga didorong semangat
pembaharuan di kalangan umat Islam yang menyadari keterbelakangan hukumnya
dengan Hukum Islam untuk membedakan secara jelas dengan perkembangan hukum
di Barat. Penyebutan itu juga di dorong semangat pembaharuanya dan berupaya
melakukan penafsiran ulang dengan perkembangan zaman. Kemungkinan
penyebutan hukum telah ada muncul sejak kalangan Barat yang mengkaji Islam
dengan tujuan untuk mempermudah pengkategorian ilmu.
Dengan demikian, untuk memahami hakekat atau pertain Hukum Islam
mestilah dikembalikan kepada peristilahan yang digunakan umat Islam sejak awal
dan melihat perkembangan penggunaanya dalam sejarah. Istilah yang dikenal di
kalangan umat Islam dan literature-literatur sejak awal dalam menunjukan Hukum
Islam adalah al-syari’ah, al-hukum, al-syar’i, dan fiqh. Pengeratian dari istilah itu
ditemukan dalam makna kebahasaanya dan upaya system dari umat islam untuk
merumuskan ajaran-ajaran yang di kandung didalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah.6

6
Faisar Ananda Arfa,Filsafat Hukum Islam (Medan: Cita Pustaka, 2007).hal 13-16

7
B. Karakteristik Hukum Pidana Islam
Hukum Islam adalah hukum status pribadi yang memiliki ciri-ciri yang berbeda
dengan ilmu-ilmu hukum lainnya, dan sifat-sifat tersebut merupakan ketentuan yang
tidak berubah, yaitu dimana hukum Islam bersifat integrasi (kesempurnaan), moderasi
(seimbang dan serasi), gerakan (movement), dan berkembang dari waktu ke waktu.7
Karakteristik dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) Maknanya adalah sifat-sifat
psikologis atau kejiwaan, moral, atau kepribadian yang membedakan seseorang dengan
yang lain, watak atau tabiat. Dalam karakteristik hukum pidana mempunyai ciri-ciri
atau hal-hal yang dimiliki pelaku secara berbeda-beda baik berupa tindak pidana,
frekuensinya, kejadiannya, untuk setiap bentuk pelanggarannya, daerah terjadinya dan
tahun terjadinya.8 Dari deskripsi diatas bahwa karakteristik hukum pidana islam yaitu
memiliki pribadi yang berbeda dengan ilmu hukum lainnya dan dijalankan sesuai Al-
Qur’an dan Sunnah Nabi.
1. Sempurna/ Kesempurnaan yang artinya utuh. Kesempurnaan hukum islam
(Syariat) dapat dilihat dengan diturunkannya syariat islam dalam bentuk yang
umum dan mengglobal permasalahannya, kecuali hal-hal yang bersifat kongkret
dan teknis. Seperti perkawinan, perceraian dan warisan. Dalam bentuk yang umum
dan mengglobal dalam penetapan al-Qur’an untuk hukum hukum yang rinci
dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada para ulama untuk berijtihad
sesuai dengan panggilan, tuntunan dan kebutuhan sosial sesuai situasi dan kondisi.
Dengan adanya tersebut syariat islam dapat benar benar menjadi petunjuk yang
universa;, dapat diterima disemua tempat dan setiap saat dan juga diharapkan
hukum islam berlaku sepanjang masa.
2. Elastis yang artinya mudah diubah bentuknya, dan mudah kembali ke bentuk
asalnya yang mencakup disegala bidang rohani dan jasmani, maupun hubungan
manusia dengan tuhannya atau interaksi sesama manusia dan tutunan kehidupan
didunia dan akhirat. Hukum islam memperhatikan segala aspek kehidupan manusia
baik dibidang muamalah, ibadah, jinayah, siayasah dan dibidang lainnya tetapi

7
Sya’ban Mauludin,”Karakteristik hukum islam (konsep dan implementasinya)”,Watak Hukum
Islam.Agustus 2016.
8
Dinda Nurul Hasanah. “THE CHARACTERISTIC OF CRIMINAL ACT OF THEFT WITH WEIGHTING(A
STUDY IN LEGAL JURISDICTION OF THE DISTRICT COURT OF BANDA ACEH”. Bidang Hukum Pidana.
Vol. 4(3). Agustus 2020.

8
dengan adanya aturan tersebut tidak menjadi hukum islam terlihat kaku, keras dan
memaksa.
Dalam nash tuhan menghendaki adanya prinsip prinsip dan tujuan tujuan
pelaksanaan kewajiban secara garis besar kecuali untuk masalah dan kaitan tertentu
nash tidak memuat cara dan pengaturan pelaksanaan kewajiban. Dengan demikian
nash membuka peluang untuk berijtihad dan memilih dengan cara yang paling
sesuai. Berijtihad bukan saja hak imam para mujtahid juga merupakan hak muslim
dituntut untuk terus berusaha meningkatkan kualitas dirinya untuk mencapai ke
jenjang mujtahid. Dengan adanya proses ijtihad mengindikasikan bahwa hukum
islam bersifat elastis. Seperti pada surat Al-Baqarah ayat 275 yang artinya Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, dan demikian ayat tersebut
tentang hukum jual beli. Dan pada bidang pidana contohnya seperti tentang
jarimah, dibidang kenegaraan dan dibidang ekonomi.
3. Universal yang berarti umum, berlaku untuk semua orang yang bersifat melingkupi
seluruh dunia. Seperti pada surat Al-Anbiya ayat 7 yang artinya “Dan tiadalah,
kami (Allah) mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam”. Qur’an surat Al-Saba ayat 28 yang artinya” Dan kami (Allah)
tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. Dari kedua ayat tersebut menyatakan
bahwa syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW tidak hanya untuk orang arab
saja tetapi seluruh umat manusia.
4. Dinamis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa penuh semangat
dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dalam keadaan
dan sebagainya. Kedinamisan hukum islam terletak pada dasar dasar yang menjadi
dasar dan tiang pokok bagi hukum. adaapun sendi sendi dari kedinamisan hukum
islam yaitu
a. Meniadakan kepicikan, dalam undang undang islam memperhatikan
kemudahan dan menjauhkan kesukaran segala hukum islam berada
dalam keadaan dapat dilaksanakan oleh manusia. Contohnya Allah
mensyariatkan puasa dengan membolehkan musafir, wanita hamil
dan wanita yang sedang menyusui anak.
b. Menyedikitkan tugas, para sahabat Rasullah untuk bertanya kepada
rasuk mengenai hukum hukum yang belum ada hukumnya, karena
9
masalah masalah itu nanti dipetik hukumnya dari kaidah kaidah
umum.
c. Mensyariatkan hukum dengan cara berangsur angsur
d. Memperhatikan kemaslahatan manusia
e. Mewujudkan keadilan yang merata, sama semua tidak ada
kekurangan dan menjadi kelebihan anatara keturunannya,
kekayaannya, kedudukannya atau kebangsaannya.
5. Sistematis yaitu syariat islam yang mencerminkan sejumlah doktrinnya
bertalian dan berhubungan diantara satu dengan lainna. Seperti perintah
makan dan minum diiringi dengan kalimat “tetapi jangan berlebih-lebihan”.
Dalam hukum pidana perintah potong tangan bagi pencuri jika keadaan
masyarakat sedang kacau dan terjadi kelaparan. Dengan demikian hukum
islam dengan lembaganya daling berhubungan satu sama lainnya.
6. Ta’abbudii dan Ta’aqquli. Al-Syatibi menyatakan bahwa ta’abbudi
merupakan Ta’abbudi yang diartikan sebagai konsep yang didalamnya
mengandung “ajaran Islam yang baku” yakni ajaran yang berkaitan dengan
tauhid. Sementara ta’aqquli yang diartikan sebagai (dapat dipikirkan), ajaran
yang perlu dikembangkan oleh akal manusia dan dirumuskan sesuai dengan
perkembangan masyarakat, kebutuhan hukum dan keadilan pada suatu masa,
tempat dan lingkungan.

10
Bab III
Kesimpulan

Hakekat atau pertain Hukum Islam mestilah dikembalikan kepada peristilahan yang
digunakan umat Islam sejak awal dan melihat perkembangan penggunaanya dalam sejarah.
Istilah yang dikenal di kalangan umat Islam dan literature-literatur sejak awal dalam
menunjukan Hukum Islam adalah al-syari’ah, al-hukum, al-syar’i, dan fiqh. Dan dalam
karakteristik hukum islam terdapat karakter sempurna, elastis, universal, dinamis, sistematis
dan Ta’abbudii dan Ta’aqquli.

11
Daftar Pustaka

Zaelani, Abdul Qadir. 2014. Konsep Ta’aqquli dan Ta’abbudii Dalam Konteks Hukum
Keluarga Islam. vol6, No1.
Arfa, Faisar Ananda. 2007. Filsafat Hukum Islam. citapustaka. Jakarta.
Marsaid. 2020. Al-Fiqh Al-Jinayah (Hukum Pidana Islam. Rafahpress. Palembang.
Mauluddin, Sya'ban. 2016. Karakteristik Hukun Islam (Konsep dan Implementasinya). vol 2,
No.1.
Arifin, Nur. 2015. Filsafat Hukum Islam. Laksita. Serang

12

Anda mungkin juga menyukai