Oleh:
Anisah
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. Pengertian kaidah Hukum............................................................................................5
B. Kaidah Sosial................................................................................................................7
C. Contoh Kaidah Sosial Yang Dijadikan Sebagai Hukum Nasional.................................11
BAB III PENUTUP...........................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami
sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah diketahui bahwa disamping kaidah kepercayaan atau keagamaan, kaidah
kesusilaan dan kaidah sopan santun masih diperlukan kaidah hukum. Kaidah hukum
ini melindungi lebih lanjut kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapat
perlindungan dari ketiga kaidah lainnya dan melindungi kepentingan-kepentingan
manusia yang belum mendapat perlindungan dari ketiga kaidah tadi.
Kaidah hukum ditujukan terutama kepada pelakunya yang konkrit yaitu dipelaku
pelanggaran yang nyata-nyata berbuat, bukan untuk penyempurnaan manusia,
melainkan untuk ketertiban masyarakatagar masyarakat tertib, agar jangan sampai
jatuh korban kejahatan, agar terjadi kejahatan.
Isi kaidah hukum itu ditujukan kepada sikap lahir manusia. Kaidah hukum
mengutamakan perbuatan lahir. Pada hakekatnya apa yang dibatin, apa yang
dipikirkan manusia tidak menjadi soal, asal lahirnya ia tidak melanggar hukum.
Apakah seseorang dalam mematuhi peraturan lalu lintas (misalnya : berhenti ketika
lampu lalu lintas menyalah merah) sambil menggerutu ia tergesa-gesa ia mau pergi
kuliah, tidaklah penting bagi hukum, yang penting ialah bahwa lahirnya apa yang
tampak dari luar ia patuh pada peraturan lalu lintas.1
Kaidah hukum berasal dari luar manusia. Kaidah hukum berasal dari kekuasaan
luar diri manusia yang memaksakan kepada kita (heteronom), masyarakatlah secara
resmi diberi kuasa untuk memberi sanksi / menjatuhkan hukuman.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian kaidah hukum
2. Menjelaskan kaidah sosial
3. Menjelaskan perbedaan kaidah hukum dengan kaidah sosial
4. Menjelaskan contoh kaidah sosial yang dijadikan sebagai hukum
1
Idrus, Fahmi. TT, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Gresindo Press
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi tiga, yaitu:
a. Kaidah hukum yang berarti perintah, yang mau tidak mau harus di ja;ankan atau
di taati seperti misalnya ketentuan dalam pasal 1 UU no.1 tahun 1947 yang
menentukan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membenmtuk keluarga yang berbahagia
dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.
b. Kaidah hukum yang berisi larangan, seperti yang tercantum dalam pasal 8 UU
no.1 tahun 1974 mengenai larangan perkawinan antara dua orang laki-laki dan
perempuan dalam keadaan tertuentu.
2
Kansil, C.S.T. 1989. Pengantar Ilmu hokum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
5
1. Proses lahirnya Kaidah Hukum
Kaidah hokum yang merupakan bagian dari kaidah social lahir adakalanya
berbentuk tulisan dan ada pula dalam bentuk yang tidak tertulis.Yang tertulis adakalanya
dianggap bersumber dari Tuhan, seperti hokum dalam Al-Quran,Injil, Taurat,Zabur Dll.
Atau yang bersumber dari pemegang otoritas tertinggi, seperti Undang-undang dasar dan
peraturan lainnya.
Sedangkan dilihat dari asal usul kaidah hokum tersebut pada pokoknya dapet
dibedakan menjadi 2:
1. Kaidah hokum yang berasal dari kaidah-kaidah social lainnya di dalam masyarakat,
yang dalam istilah Paul Bohannan dinamakan kaidah hokum yang berasal dari
proses double legitimacy atau pemberian legitimasi ulang dari kaidah social non
hokum (agam,kesusilaan/moral,dan kesopanan menjadi suatu kaidah hokum).
Misalnya, Larangan membunuh, larangan mencuri, larangan menipu, dll. kemudian
melauli proses double legitimacy (pemberian legitimasi ulang larangan-larangan
tadi dijadikan pula sebagai kaidah hokum yang tertuang dalam kitan Undang-
undang Hukum pidana (KUHP) Indonesia pasal 262, 338, 285 dan lain-lain.
2. Kaidah hokum yang diturunkan dari otoritas tertinggi (dalam konteks Indonesia
berasal dari penyelenggara Negara baik eksekutif (presiden) maupun legislative
(DPR).Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, dan langsung terwujud
dalam wujud kaidah hokum, serta sama sekali tidak berasal dari jaidah social
lainnya (non hokum), contohnya undang-undang lalu-lintas dan angkutan jalan,
Undang-undang Perseroan dan lain-lain.
6
1. Attribut of Authority yaitu bahwa hokum merupakan keputusan-keputusan dari
pihak-pihak yang berkuasa dalam masyarakat, keputusan-keputusan mana yang
ditujukan untuk mengatasi ketegangan-ketegangan yang ada dimasyarakat.
B. Kaidah Sosial
Dalam sistem hukum yang berlaku di Indonesia pada saat ini, ada empat jenis
kaidah sosial, yaitu;
1. Kaidah agama
Kaidah agama bukanlah kaidah yang bersifat mengikat kepada seluruh warga
Negara Indonesia, kaidah ini tergantung pada agama apa yang dianut oleh warga
tersebut. Oleh karenanya kaidah agama Islam tidak dapat diterapkan kepada
individu atau masyarakat yang beragama Kristen, ataupun sebaliknya.
2. Kaidah kesusilaan
Kaidah kesusilaan adalah suatu keadaan dimana manusia secara naluriah dapat
mengetahui dan membedakan tindakan yang baik dan tindakan yang buruk, hal
itu dikarenakan kaidah kesusilaan bersumber dari naluri manusia tersebut.
Naluri manusia yang demikian itu menjadikannya aturan-aturan tersendiri dalam
berperilaku, khususnya dalam menjaga diri dari tindakan-tindakan burukyang
dapat merugikan diri sendiri.
3. Kaidah kesopanan
7
Kaidah kesopanan ialah aturan-aturan dalam bertingkah laku di dalam
kehidupan bermasyarakat. Kaidah ini berisikan perintah maupun larangan untuk
agar ketertiban dalam masyarakat tetap terjaga, baik itu berupa
keamananmaupun kenyamanan.
Sopan santun merupakan salah satu sikap yang diperlukan seseorang untuk
dapat diterima dengan baik oleh masyarakatnya, di samping sikap-sikap yang
nebjadi syarat lainnya.
4. Kaidah Kebiasaan.
Kaidah kebiasaan merupakan aturan-aturan yang terbentuk oleh suatu kebiasaan
di dalam masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan tersebut membutuhkan waktu yang
lama serta kontinuitas dalam pelaksanaannya sebelum menjadi kaidah.
Hukum adat merupakan bagian dari kaidah kebiasaan, oleh karenanya kaidah
kebiasaan menjadi kaidah yang paling beragam seiring dengan beragamnya adat
dan kebudayaan yang ada di Indonesia.
1. Sumber kaidah:
8
kaidah kebiasaan memiliki sanksi beragam, tergantung pada adatnya.
Walaupun berbeda, kaidah sosial merupakan suatu bagian yang utuh dalam
sistem hukum yang berlaku di Indonesia.
Fungsi dan peran kaidah sosial di dalam kehidupan bermasyarakat adalah sesuai
dengan PP No.25 tahun 2000, yaitu aturan atau ketentuan yang menjadi pedoman
masyarakat tersebut dalam melaksanakan setiap kegiatannya. Diharapkan dengan adanya
kaidah sosial ini kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan tertib.
Kaidah sosial menjadi aturan hukum lain disamping hukum nasional yang berupa
hukum perdata, hukum pidana, ataupun aturan-aturan hukum yang lainnya, dengan
harapan dapat melengkapi ataupun menjadi hukum yang lebih jelas bagi kalangan
tertentu.
Dari segi tujuan kaidah hukum bertujuan menciptakan tata tertib masyarakat dan
melindungi manusia beserta kepentingannya, kaidah agama(kaidah kepercayaan) dan
kesusilaan bertujuan memperbaiki pribadi manusia agar menjadi manusia ideal (Insan
Kamil).
Dari asal-usul kaidah kesopanan (sopan santun) dari luar diri manusia itu sendiri,
Kaidah agama (kaidsah kepercayaan) berasal dari Tuhan yang maha Esa.
9
Kaidah berasal dari pribadi manusia.
Kaidah kesusilaan berasal dari suara yang berasa dari masing-masing pelanggar
(Otonom).
10
Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari
kaidah-kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila
terjadi pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang
belum cukup kuat.
3
Mahmudi, Dudu Duswara. 2000. Pengantar Ilmu hukum sebuah Sketsa. Bandung: Retika Aditama
11
Negara-negara maju seperti, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat
berhasil menekan angka perokok secara signifikan. Tetapi di Indonesia justru
mengalami peningkatan pesat.
13
UU Pengelolaan Sampah juga mengatur larangan membuang sampah
sembarangan. Warga masyarakat yang melanggar dapat dikenai hukuman pidana
penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 9 tahun. "Sejak diberlakukannya UU
ini, masyarakat tidak boleh membuang sampah sembarangan. Ada hukumannya," kata
Wakil Ketua Panitia Khusus RUU Pengelola Sampah, Syamsul Bachri, Rabu (8/4).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaidah hukum merupakan ketentuan tentang prilaku. Pada hakikatnya apa yang
dinamakan kaidah adalah nilai karena berisi apa yang “seyogyanya” harus dilakukan.
Sehingga harus dibedakan dari peraturan konkrir yang dapat dilihat dalam bentuk
kalimat-kalimat.
Dari segi tujuan kaidah hukum bertujuan menciptakan tata tertib masyarakat dan
melindungi manusia beserta kepentingannya, kaidah agama(kaidah kepercayaan) dan
kesusilaan bertujuan memperbaiki pribadi manusia agar menjadi manusia ideal (Insan
Kamil).
15
DAFTAR PUSTAKA
06Jul2016
16