Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Hukum Islam Dalam Tatanan Hukum Indonesia”

Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Islam


Dosen Pengampu : Drs. H. Ahmad Khairul Badri, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Sultan Akbar Pasya (22061963)
Semester : 3 (tiga)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
STKIP BUDIDAYA BINJAI
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya berupa kesempatan sehingga makalah berjudul “Hukum Islam
Dalam Tatanan Hukum Indonesia” ini bisa selesai pada waktunya. Shalawat dan
salam senantiasa dipanjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang
kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Tentunya sebagai insan, penulis tidak luput dari kesalahan. Jika ada
ketidaksempurnaan dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf. Penulisan
makalah ini tidak terlepas dari berbagai informasi yang dipetik dari beberapa buku
mengenai topik yang dibicarakan. Akhir kata semoga informasi/bahan yang
tercurahkan didalam makalah ini dapat dimengerti dengan mudah dan juga
memberikan manfaat.

Binjai, 15 November 2023

Sultan Akbar Pasya


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Hukum Islam......................................................................3
B. Perkembangan Hukum Islam di Indonesia...........................................3
C. Kendala dan Problematika Hukum Islam di Indonesia........................4
D. Kontribusi Hukum Islam Dalam Pembangunan Hukum Nasional.......4

BAB III PENUTUP.........................................................................................5


A. Kesimpulan...........................................................................................5
B. Saran.....................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk
Muslim terbesar di dunia, memiliki sejarah panjang dalam interaksi antara
agama Islam dan sistem hukumnya. Keberadaan Islam tidak hanya
memengaruhi aspek agama, tetapi juga membentuk landasan hukum yang
kuat dalam tatanan hukum Indonesia. Dalam makalah ini, kami akan
menjelajahi kompleksitas dan signifikansi peran Hukum Islam dalam
kerangka hukum Indonesia.
Sejak masa kolonial hingga perubahan-perubahan konstitusional
yang terjadi di Indonesia, Hukum Islam telah menjadi faktor yang
memengaruhi pembentukan kebijakan, praktik hukum, dan perkembangan
sosial di negara ini. Dalam perkembangannya, interaksi antara Hukum
Islam dan hukum nasional menghasilkan serangkaian peraturan, norma,
dan praktik hukum yang mencerminkan pluralitas masyarakat Indonesia.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih
dalam tentang bagaimana Hukum Islam mempengaruhi dan diintegrasikan
dalam tatanan hukum Indonesia, serta bagaimana hubungan ini
memengaruhi keadilan, hak asasi manusia, dan tatanan sosial. juga akan
menjelaskan perkembangan terkini dalam hal ini dan menggali isu-isu
penting yang masih menjadi perdebatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan hukum islam
2. Bagaimana Perkembangan Hukum Islam di Indonesia?
3. Bagaimana Kendala dan Problematika Hukum Islam di Indonesia?
4. Bagaimana Kontribusi Hukum Islam Dalam Pembangunan Hukum
Nasional?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian hokum islam.
2. Mengetahui perkembangan hokum islam di Indonesia.
3. Mengetahui kendala dan problematika hukum islam di indonesia.
4. Mengetahui kontribusi hokum islam dalam pembangunan hukum
nasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Islam


Hukum merupakan seperangkat norma atau peraturan yang
mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat. Norma maupun
peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dalam masyarakat.
Bentuknya bisa tertulis atau tidak tertulis. Hukum sengaja dibuat untuk
mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda dalam
masyarakat.
Hukum Islam, merupakan hukum yang berasal dari Allah SWT
yang kemudian dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umatnya.
Syariat Islam memiliki isi tentang aturan aturan dan hukum agama yang
digunakan oleh masyarakat yang menganut agama Islam. Seperti yang
disebutkan dalam surah Al-Ahzab ayat 36 yang maksudnya jika Sekiranya
Allah dan Nabi Muhammad telah menetapkan suatu perkara atau aturan,
maka mau tidak mau selaku umat islam kita mengikuti aturan dan hukum
yang berlaku dan tidak pula kita diperkenankan mengambil keputusan lain
yang melanggar aturan Allah dan Rasul-Nya.1
Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama islam yang konsep dasar dan kerangka hukum nya ditetapkan
oleh Allah SWT. Tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan benda dalam masyarakat tetapi juga hubunga mansia dengan
tuhan,dengan dirinya,masyarakat serta alam & sekitarnya.2
Hukum Islam bukalah istilah yang populer dalam tradisi Islam
awal. Ini adalah konsep yang baru. Konsep yang baru muncul di era
modern. Ini berbeda dengan konsep fiqih atau syariah yang sudah sangat
dikenal dalam tradisi Islam awal. Sehingga, ketika disebut kata hukum
Islam, maka harus ditelisik lebih lanjut bagaimana konsepsinya.
1
Tim redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah, Fokus Media, Bandung,
2009
2
Tata Negara Islam. Jurnal Hukum Islam, vol 19 no 2.
Istilah hukum merujuk pada berbagai peraturan atau norma yang
telah ada maupun yang sengaja dibuat untuk mengatur tingkah laku
individu dalam suatu masyarakat, dan itu ditegakkan oleh kekuasaan. Ini
merujuk pada konsepsi hukum dalam pengertian modern. Di mana
cenderung kuat dalam aspek legal positif.
Sedangkan istilah Islam merujuk pada agama Islam itu sendiri.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Istilah hukum Islam merupakan
peraturan legal-positif yang digali dari nilai-nilai Islam, baik fikih maupun
syariah, yang diberlakukan pada masyarakat oleh kekuasaan.
Satu hal yang menjadi ciri penting hukum Islam adalah, bahwa
hukum Islam bersumber pada Islam itu sendiri, baik syariah maupun fikih.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa konsepsi hukum Islam merujuk
pada nilai-nilai syariah dan atau fikih yang telah mengalami positifisasi.3
B. Perkembangan Hukum Islam di Indonesia
Sistem hukum yang dianut oleh sebuah Negara, pastilah mengikuti
bentuk pemerintahan yang diadopsinya. Indonesia sebagai negara yang
merdeka dari penjajahan Belanda, sediktinya mengadopsi tiga sumber
hukum yang diakui: yakni hukum adat, hukum Belanda atau Barat, dan
juga hukum Islam. Tiga sumber hukum tersebut menjadi inspirasi
penggalian nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang mewujud
dalam berbagai produk hukum, tak terkecuali UUD 1945.
Syariat Islam hadir di negara ini sudah dari dulu, sebelum sistem
Hukum Barat ditetapkan di Indonesia, Indonesia sendiri telah menganut
dua sistem Hukum yaitu Hukum adat dan Hukum Islam, namun keduanya
berjalan sangat harmonis dan saling mendukung.
Berdasarkan pendapat Ludwig von Bertalanffy, H. Thieery,
William A. Shorde Vouch Jr., sebagaimana yang dikutip oleh Bachsan
Mustofa menyatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem hukum adalah
sistem sebagai jenis satuan yang dibangun dengan komponen-komponen

3
M. Khusnul Khuluq, Jurnal Eksistensi Hukum Islam di Indonesia, Hakim PA Sungai
Penuh, Jambi. Hal 1-6
sistemnya yang berhubungan secara mekanik fungsional yang satu dengan
yang lainnya untuk mencapai tujuan. Sistem hukum terdiri dari komponen
jiwa bangsa, komponen struktural, komponen substansial, dan komponen
budaya hukum.4
Beranjak dari rumusan ini, maka sistem hukum nasional itu selalu
harus dikaitkan pula landasan Grondnorm yaitu Pancasila, UU D 1945,
dan asas-asas hukum umum. Dijadikannya UUD 1945 sebagai dasar
hukum menggariskan bahwa Indonesia tidak menjadi negara sekuler
seperti negara Barat dan Negara komunis. Indoensia tidak menjadi negara
agama atau negara Islam seperti beberapa negaradi Timur Tengah. Sesuai
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Indonesia menganut negara agama
terbuka atau negara dengan kebebasan beragama. Dalam model seperti ini,
negara hukum Islam tidak boleh menjadi sistem hukum yang absolut bagai
segala lembaga pemerintahan atau seluruh Indonesia, namun hanya
mempuyai kedudukan sebagaimana ditetapakan pada masa Belanda.5
C. Kendala dan Problematika Hukum Islam di Indonesia
Pembangunan hukum diarahkan pada terwujudnya sistem hukum
nasional yang menjadi kepentingan nasional, dengan penyusunan awal
materi hukum secara menyeluruh yang bersumber pada Pancasila dan
UUD 1945. Karena itu, perlu ditegaskan bahwa penyusunan program
legislatif nasional, termasuk upaya pergantian peraturan perundang-
undangan yang bersumber pada Pancasila dan UUD 1945, merupakan
upaya cerdas dalam proses perwujudan hukum nasional yang dijiwai oleh
nilai-nilai nasional dan keagamaan bangsa Indonesia.
Pemikiran akan terjadi perubahan hukum nasional itu, sebenarnya
suatu manifestasi dari kehendak melepaskan diri dari kehidupan yang
tidak demokratis, fasistis dan represif. Pikiran itu merupakan perkumpulan

4
Bachsan Mustofa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, (Bandung: Citra Aditya, 2003), 5-
6.
5
Mardani, Hukum Islam Kumpulan Peraturan Tentang Hukum Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2013), 17.
dari kekuatan yang tidak puas dengan sistem hukum warisan kolonial yang
tidak sejalan dengan nilai-nilai sosial kultural Indonesia.
Konsep ini terukir dalam sejarah dan nilai-nilai perjuangan bangsa
yang dikristalisasikan dalam konsensus Piagam Jakarta, sebagai titik
tertinggi yang menjiwai dan mencetuskan Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945. Hal ini menunjukkan bahwa hukum Islam sudah
mempunyai akar historis yang sangat jauh ke jiwa bangsa Indonesia.
Di samping peluang sebagaimana yang dinyatakan di atas, Hukum
Islam juga memiliki beberapa kendala dan problema, utamanya
menyangkut integritasnya ke dalam hukum nasional yaitu:6
Pertama, kemajemukan bangsa. Patut diingat bahwa negara
Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas, masing-masing memiliki
kondisi sosial dan kultural sendiri-sendiri sehingga tidak mudah untuk
mendekatkannya satu sama lain. Tetapi, upaya pengintegrasian aspek
sosio-kultural masingmasing elemen bangsa ini ke dalam sistem hukum
nasional, harus didahului dengan proses pemilahan pada bidang-bidang
yang dilakukan direunifikasikan secara relevan.
Kedua, metode pendidikan hukum. Selama ini, pelajaran ilmu
hukum yang diajarkan kepada mahasiswa adalah trikotomi antara hukum
Barat, hukum Islam, dan hukum adat. Berhubungan dengan masyarakat
Indonesia relatif heterogen dan wilayahnya cukup luas, maka semakin
berakibat pencarian titik temu di antara elemen hukum-hukum tersebut.
Jadi, diperlukan sekarang adalah pemahaman integral dari pakar hukum
dari ketiga sumber hukum tadi. Itu sudah pasti memerlukan perjuangan
intelektual yang sangat berat.
Ketiga, kurangnya pengkajian akademik di bidang hukum Islam.
Ketertinggalan dalam mengembangkan pusat-pusat pengkajian Islam
disebabkan oleh: (a) secara historis, pusat pengkajian yang tidak
menghargai hukum Islam yang lebih dahulu berkembang ternyata tidak

6
7 Said Agil Husin al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta: Penamadani,
2004, hlm. 17
memberi tempat bagi pengkajian hukum Islam; (b) pengkajian hukum
Islam terletak di antara pengkajian ilmu agama dan pengkajian ilmu
hukum, akibatnya aspek pengkajiannya tidak mendalam; (c)
perkembangan kualitas ketaatan umat Islam yang lemah, terutama
keyakinan akidah dan moral yang sulit dikendalikan sehingga
menimbulkan penurunan kualitas moral dalam pelaksanaan hukum; (d)
masih dianutnya kebijaksanaan hukum politik Belanda yang mempunyai
kepentingan politik sendiri, seperti: (1) umat Islam tidak boleh tunduk
kepada hukumnya sendiri, (2) belum sepenuhnya kemandirian Peradilan
Agama dalam sengketa perdata kecuali hukum keluarga; (e) banyak
masalah yang dihadapi umat Islam, sementara belum ada fatwa hukum
yang mampu merangkumkannya dalam satu perundangundangan yang
bisa diterima oleh semua elemen masyarakat Islam.
Inilah masalah-masalah yang dihadapi umat Islam disaat ini,
D. Kontribusi Hukum Islam Dalam Pembangunan Hukum Nasional
Sebagai upaya pembinaan dan pembangunan hukum nasional,
hukum Islam telah memberikan kontribusi yang sangat besar, paling tidak
dari segi jiwanya. Pernyataan ini diperkuat oleh lahirnya Undang- Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan
Kehakiman yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun
1999 yang telah diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta-
hun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2005 tentang Wakaf dan Kompilasi Hukum Islam yang
diberlakukan berdasarkan Inpres Nomor 1 Tahun 1991 yang saat ini
sedang digagas untuk ditingkatkan menjadi hukum terapan di kalangan
peradilan agama.
Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati
oleh mayoritas penduduk dan masyarakat Indonesia adalah hukum yang
telah hidup dalam masyarakat, dan merupakan sebagian dari ajaran dan
keyakinan Islam yang eksis dalam kehidupan hukum nasional, serta
merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannya.
Sejarah perjalanan hukum di Indonesia, kehadiran hukum Islam
dalam hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi. Teori eksistensi
merumuskan keadaan hukum nasional Indonesia, masa lalu, masa kini, dan
masa datang, menegaskan bahwa hukum Islam itu ada dalam hukum
nasional Indonesia, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. Ia ada dalam
berbagai lapangan kehidupan hukum dan praktik hukum.7
Teori eksistensi, dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah teori
yang menerangkan tentang adanya hukum Islam dalam hukum nasional
Indonesia. Jadi, secara eksistensial, kedudukan hukum Islam dalam hukum
nasional merupakan subsistem dari hukum nasional. Karenanya, hukum
Islam juga mempunyai peluang untuk memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan dan pembaruan hukum nasional, meski harus diakui
problema dan kendalanya yang belum pernah usai.
Secara sosiologis, kedudukan hukum Islam di Indonesia
melibatkan kesadaran keberagaman bagi masyarakat, penduduk yang
sedikit banyak berkaitan pula dengan masalah kesadaran hukum, baik
norma agama maupun norma hukum, selalu sama-sama menuntut
ketaatan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa hubungan antara keduanya
sangat erat. Keduanya sama-sama menuntut ketaatan dan kepatuhan dari

7
Dr. Mardani, HUKUM ISLAM Kumpulan Peraturan Tentang Hukum Islam di Indonesia,

PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2013.


warga masyarakat. Keduanya harus dikembangkan secara searah, serasi,
dan seimbang. Keduanya tidak boleh dibiarkan saling bertentangan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mengeksplorasi peran hukum Islam dalam tatanan hukum di
Indonesia, dapat disimpulkan bahwa keberadaan hukum Islam memiliki
dampak yang signifikan terhadap kerangka hukum negara ini. Seiring
berjalannya waktu, perkembangan sejarah hukum Islam di Indonesia
menunjukkan adaptasi dan integrasi dengan nilai-nilai lokal, yang
tercermin dalam konstitusi dan sistem hukum ganda yang ada. Meskipun
hak kebebasan beragama diakui secara konstitusional, implementasi
hukum Islam masih menghadapi sejumlah tantangan dan kontroversi.
Sistem hukum ganda yang ada, terdiri dari hukum nasional dan
hukum adat, menciptakan kompleksitas dalam merangkul hukum Islam.
Tantangan tersebut melibatkan upaya untuk mencapai keseimbangan
antara nilai-nilai keagamaan dan hak-hak individu yang dijamin oleh
konstitusi. Studi kasus kontemporer menyoroti dinamika kompleks ini,
mencerminkan bagaimana hukum Islam berinteraksi dengan kerangka
hukum Indonesia dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Kesimpulannya, keberadaan hukum Islam di Indonesia
mencerminkan warisan sejarah dan pluralitas budaya yang memperkaya
karakter hukum negara ini. Dalam menghadapi tantangan dan kontroversi,
penting bagi Indonesia untuk terus mengembangkan pendekatan inklusif
yang menghormati keberagaman dan hak-hak individu. Pemahaman
mendalam tentang hubungan antara hukum Islam dan tatanan hukum
Indonesia adalah kunci untuk mencapai keseimbangan yang adil dan
berkelanjutan dalam mengelola perbedaan keagamaan dalam masyarakat.
B. Saran
Untuk memperkuat peran hukum Islam di Indonesia, bisa dengan
memperbarui undang-undang sesuai dengan nilai-nilai Islam tanpa
melanggar konstitusi. Libatkan Lembaga aktif keagamaan dalam
pembuatan kebijakan dan sistem peradilan. Tingkatkan pemahaman
masyarakat dengan mengintegrasikan hukum Islam dalam pendidikan
formal dan melalui kampanye kesadaran hukum. Dorong dialog
antaragama untuk memperkuat pemahaman bersama. Kolaborasi lintas
sektor diperlukan agar implementasi hukum Islam dapat konsisten di
semua sektor.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mardani, HUKUM ISLAM Kumpulan Peraturan Tentang Hukum Islam di


Indonesia, PT Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2013.
Tim redaksi Fokusmedia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah, Fokus Media,
Bandung, 2009.
Tata Negara Islam. Jurnal Hukum Islam, vol 19 no 2.
Suntana, Ija. “Dari Internalisasi Hingga Formalisasi, Perkembangan Hukum
Islam di Indonesia”. The Islamic Quarterly: Vol 64,No 1.
Bachsan Mustofa, Sistem Hukum Indonesia Terpadu, (Bandung: Citra Aditya,
2003), 5-6.
Mardani, Hukum Islam Kumpulan Peraturan Tentang Hukum Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2013), 17.
M. Khusnul Khuluq, Jurnal Eksistensi Hukum Islam di Indonesia, Hakim PA
Sungai Penuh, Jambi. Hal 1-6.

Anda mungkin juga menyukai