INDONESIA
Disusun oleh:
1. Zalfa Shidqiyyah (1119113)
2. Rizqi Ariana Zulma (1119118)
3. Annisa Sabira (1119144)
Kelas: HKI D
Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kahadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Reformasi dan Positifikasi Hukum Islam di
Indonesia.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN.......................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN..................................................................................................8
B. SARAN.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum Islam merupakan salah satu bidang hokum yang menjadi
sumber pembangunan nasional, selain hukum Adat dan hukum Barat.
Ketiganya mewarnai produk hukum yang dikeluarkan oleh Negara dari
tatanan Undang-Undang hingga tatanan peraturan teknis. Keberlakuan
hokum Islam sesuai dengan sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” dan
Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 29 UUD NRI Tahun 1945 menjadi dasar legitimasi bagi positivikasi
hukum yang berasal dari agama ke dalam hokum nasional melalui proses
legislasi. Frasa “menjamin” dalam Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun
1945 setidaknya dapat dimaknai sebagai wujud kata kerja aktif yang harus
dilakukan oleh Negara dalam rangka memberikan jaminan. Hal tersebut
bermakna bahwa Negara secara imperatif dan dan positif perlu
mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan syariat
agama-agama dan secara negatif dilarang mengeluarkan peraturan
perundang-undangan yang bertentangan dengan syariat agama-agama.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Makna Istilah Hukum Islam di Indonesia?
2. Bagaimana Konsep Reformasi Hukum Islam di Indonesia?
3. Bagaimana Positifikasi Hukum Islam di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Makna Istilah Hukum Islam di Indonesia.
2. Untuk Mengetahui Konsep Reformasi Hukum Islam di
Indonesia.
3. Untuk Mengetahui Positifikasi Hukum Islam di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Mardani, “Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional”, Jurnal Hukum dan
Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008, hlm 178.
2
sebagian masyarakat Indonesia untuk kembali menghidupkan
syariah dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan
3
etika Islam yang direpresentasikan dalam aksioma etika yaitu
landasan tauhid, keadilan, kehendak bebas, dn
3
Muhammad Aiz, “Format Hukum Islam di Indonesia”, STIT Al
Marhalah Al ‘Ulya Bekasi, Koordinat Vol. XVII 1 April 2018.
4
lama ada. Dalam sejarah Hukum Islam pemikiran hukum yang
dihasilkan oleh para ulama “swasta” lebih dapat diterima oleh
masyarakat dibandingkan hasil pemikiran hukum “negeri”. Hal ini
dapat dilihat dari banyaknya kitab-kitab fiqih yang dijadikan rujukan
utama masyarakat dibandingkan dengan warisan keputusan pengadilan
agama bahkan aturan negara. Berdasarkan hal tersebut, maka patutlah
dipertimbangkan persoalan-persoalan apa saja yang layak untuk diatur
oleh negara. Karena bagaimanapun juga tidak seharusnya semua
persoalan kehidupan masyarakat diatur oleh negara, apalagi yang
terkait dengan praktek-praktek keagamaan atau hukum diyani.
Campur tangan negara yang terlalu dominan dalam penerapan hukum
agama akan menimbulkan anggapan otoriternya hukum agama
tersebut.4
5
Receptie Exit milik Hazairin, teori Receptie a Contrario milik
Sayuti Thalib, teori Eksistensi miliknya Ichtijanto dan pemikiran
5
Suparman Usman, Hukum Islam, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam
dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Mediapratama, 2001, hlm. 187
6
sesungguhnya dimaksudkan dalam filsafat Islam terkait dengan
keberadaan sebuah hukum. Salah satu agenda yang relevan
dengan tujuan tersebut adalah pengaturan dalam bidang
mu‟amalah guna menghilangkan kesenjangan ekonomi dan
sosial yang semakin tinggi. Perkembangan masyarakat yang
sangat cepat, seringkali mampu meninggalkan aturan-aturan
dalam Hukum Islam. Berbagai problematika kontemporer
seharusnya mampu diimbangi dan dicarikan solusinya oleh
perkembangan Hukum Islam. Oleh karenanya Hukum Islam
harus mampu bergerak dinamis mengikuti kebutuhan
masyarakatnya. Konteks mu‟amalah yang terus mengalami
perkembangan menuntut adanya interaksi antara penafsiran
Hukum Islam dengan masyarakat secara terus-menerus. Tanpa
adanya interaksi yang berkesinambungan, maka akan sangat
sulit bagi Hukum Islam untuk dapat menjawab kebutuhan
masyarakat yang pada akhirnya diformulasikan dalam hukum
positif di Indonesia.6
7
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga negara.
Pasca kemerdekaan semangat yang muncul dari para ahli hukum
adalah perlunya unifikasi dan kodifikasi hukum yang difungsikan sebagai
pengganti hukum kolonial yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan
7
Mardani, "Kedudukan Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional", Jurnal
hukum, No. 2 Vol. 16 April 2009. Hal 34
8
nasional; atau (b) hukum Islam dapat menjadi hukum positif yang berlaku
bagi semua warga melalui proses legislasi yang sah seperti bidang
muamalah atau hukum privat.
Positivisasi hukum Islam memiliki prospek yang cerah karena era
reformasi
yang demokratis memiliki karakter hukum responsif, yang mana hal ini
berkebalikan dengan sistem hukum Barat/Kolonial yang sudah kurang
9
ekonomi. Bidang hukum keluarga tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan, sedangkan positivisasi hukum Islam di
bidang ekonomi tertuang dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Di ranah hukum publik, hukum pidana telah
dilakukan positivisasi sebagaimana dituangkan dalam Qanun yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Di era reformasi lahir beberapa perundang-undangan yang dapat
memperkokoh hukum Islam, di antaranya:
Undang-undang Penyelenggaraan Ibadah Haji
Undang-Undang Nomor 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 3 Mei1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 53 tambahan
lembar negara Republik Indonesia Nomor 3832).
9
Muchsin, Masa Depan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: STIH Iblam, 2004,
hlm. 41
10
Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat
disahkan dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 23 September 1999,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885).
Undang-Undang Wakaf
10
Farida Prihantini, dkk, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya
diIndonesia, Jakarta: Papan Sinar Sinanti & FHUI, 2005, hlm. 135
11
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Hukum Islam artinya seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini
berlaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.
12
lebih cerah. Dalam bidang hukum pidana tidak secerah dalam hukum privat. Hal
ini disebabkan karena bidang hukum yang diatur berbeda, yaitu menyangkut
kepentingan umum. Pengaturan dan penjagaan terhadap kepentingan umum
menjadi wewenang negara, sehingga ketentuan-ketentuan yang dijadikan alat
untuk mengatur berada di bawah otoritas pemerintah.
B. SARAN
Berdasarkan hasil dari pemaparan materi pengertian dan
perkembangannya dan reformasi hukum Islam di Indonesia diharapkan
mahasiswa dapat memahami secara ringkas materi tersebut.
13
DAFTAR PUSTAKA
Muchsin. 2004. Masa Depan Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: STIH Iblam
Farida Prihantini, dkk. 2005. Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan
Prakteknya di Indonesia. Jakarta: Papan Sinar Sinanti & FHUI
14