Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH HUKUM ISLAM

Disusun Oleh Kelompok 1:


RIFKY RESTU JATI (1752011096)
ANNISA RIYANTIKA (1812011189)
MELISA RATNA SARI (1812011018)
AFIF AHMAD YASIR (1812011323)
DALILAH AGUSTIANI H S (1812011151)
APRIMA DAMAYANA (1842011009)
FRANNIKA PITALOKA (1842011038)
NADYA TRIMAY SARI (1812011146)
ALIFFIA RAMADITA MARANI (1952011028)
AULIA USRI AKBAR (1912011371)

Dosen :
Dr. Nunung Rodliyah, DRA., M.A..

ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Islam ini tepat pada
waktunya. Makalah mengenai materi kuliah pertemuan 1 dan 2 ini disusun untuk memenuhi
tugas dalam perkuliahan Hukum Islam . Makalah ini membahas mengenai keseluruhan
tantang materi perkuliahan pada pertemuan ke-1 dan ke-2

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu dosen atas segala arahan dan bimbingan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat member manfaat kepada pembaca dan utamanya kepada
penulis sendiri. Penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalahini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
penyempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 10 September 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI .......................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................1
C. Tujuan ................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2


BAB III PEMBAHASAN......................................................................................4
3.1..................................................................................................Pengertian Kredit.......4
3.2................................................................................................Unsur-unsur Kredit.......4
3.3......................................................................................Tujuan dan Fungsi Kredit.......5
3.4...................................................................................................Jenis-jenis Kredit.......6
3.5......................................................................................................Jaminan Kredit.......8
3.6........................................................................................Penyaluran Kredit Bank.......9
3.7.................................................................................................Kredit Bermasalah.....11
3.8..............................................................Penyebab dan Gejala Kredit Bermasalah.....12
A. Penanggulangan Kredit Bermasalah.................................................................13

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Republik Indonesia bukan negara sekular dan agama,yaitu negara yang
didasarkan agama tertentu. Menurut pasal 29 ayat 1 UUD 1945 negara RI adalah negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Menurut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978
salah satu wujud pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah “Percaya dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Mata kuliah hukum islam dinamakan hukum islam satu tahun 1983. Hukum islam
dibagi 2 bagian. Bagian satu disebut hukum islam I dan bagian dua disebut hukum islam II.
Hukum islam II adalah lanjutan dari hukum islam I, hukum islam II berisi hukum perkawinan
dan kewarisan islam.

Sekularisme/sekular merupakan nama suatu sistem etika dan filsafat yang bertujuan
memberi interpretasi atau pengaturan terhadap kehidupan manusia.
Paham atau aliran yang dianut sekularisme :
• Tanpa kepercayaan atau keyakinan kepada Tuhan • Tidak mempercayai kitab-kitab suci
• Tidak percaya pada hari akhir/hari kiamat

Adapun sebab hukum islam ada didalam kurikulum fakultas hukum diantaranya :

1. Karena Alasan Sejarah


Disekolah tinggi hukum yang didirikan oleh Belanda diajarkan hukum islam atau mereka
sebut dengan Mohammedaansch Recht. Tradisi ini dilanjutkan oleh fakultas hukum yang
didirikan setelah Indonesia merdeka.Tapi tidaklah benar kalau orang menyebut agama islam
sebagai Mohammedanism dan hukum islam sebagai Mohammedan Law, atau pun
Mohammedaansch Recht karena berbeda dengan hukum-hukum islam yang lain.

2. Karena Alasan Penduduk


Dulunya hampir 90 % penduduk Indonesia beragama islam mulai dari pegawai pejabat, dan
para pemimpin mereka dibekali dengan pengetahuan keislaman.

4
3. Karena Alasan Yuridis
Di tanah air hukum islam berlaku secara normatif dan formal yuridis.

a. Secara normatif, hukum islam mempunyai sanksi apabila norma-norma dilanggar.


Contohnya, dalam pelaksanaan ibadah sholat, puasa, zakat, dan haji serta semua bagian
hukum islam yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.

b. Secara formal yuridis, hukum islam yang mengatur hubungan manusia dengan manusia
lain dan benda dalam masyarakat.

4. Karena Alasan Ilmiah


Orang barat mempelajari islam secara ilmiah untuk tujuan politik guna mengukuhkan
penjajahan barat dibenua-benua yang mayoritas beragama islam. Dalam seminar hukum
islam di Belanda tahun 1932, 1937, dan 1948, dilanjutkan di Paris tahun 1952 para peserta
menghadiri The Week of Islamic Law (pekan hukum islam) yang terdiri dari para ahli
perbandingan hukum menyatakan bahwa:

a. Asas-asas hukum islam mempunyai nilai tinggi yang tidak dapat dipertikaikan lagi.

alasan ilmiah

b. Dalam berbagai mazhab yag ada didalam lingkungan besar hukum islam terdapat kekayaan
pemikiran hukum serta teknik yang mengagungkan.

5. Karena Alasan Konstitusional


Dalam pasal 29 ayat 1 UUD 1945 dinyatakan bahwa, negara Indonesia

berdasarkan asas Ketuhanan Yang Maha Esa, terdapat norma dasar sebagai berikut:

a. Dalam negara RI tidak boleh terjadi sesuatu yang bertentangan

dengan kaidah islam bagi umat islam dan agama-agama lainnya. b. Negara RI wajib
menjalankan syariat islam bagi umat islam dan begitu juga dengan agama-agama lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut :
1. Mengapa Mahasiswa harus mempelajari mata kuliah Hukum Islam?

5
2. Bagaimana mata kuliah Hukum Islam dapat dicermati dengan baik dan benar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengerti, memahami, menyebutkan, menjelaskan asas-asas hukum islam dan
mampu melukiskan, memaparkan pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam.
2. Untuk memahami dan mampu melukiskan, memaparkan pertumbuhan dan
perkembangan hukum islam.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Islam


Makna syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab) orang
mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air yang
diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri.
Kata syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-
kelok, juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syari’ah ini bermakna peraturan,
adat kebiasaan, undang-undang dan hukum.
Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk ummat
islam, baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang berupa perkataan,
perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan).
Pengertian tersebut meliputi ushuluddin (pokok-pokok agama), yang menerangkan
tentang keyakinan kepada allah berserta sifat-sifatnya, hari akhirat dan sebagainya, yang
semuanya dalam pembahasan ilmu tauhid atau ilmu kalam. Ia juga mencakup kegiatan-
kegiatan manusia yang mengarah kepada pendidikan jiwa dan keluarga serta masyarakat.
Demikian pula tentang jalan yang akan membawanya kepada kehidupan yang sejahtera dan
bahagia. Ini semuanya termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
Menurut pengertian-pengertian tersebut, syariah itu meliputi hokum-hukum Allah
bagi seluruh perbuatan manusia, tentang halal, haram makruh, sunnah dan mubah pengertian
inilah yang kita kenal ilmu fiqih, yang sinonim dengan istilah “undang-undang”.
Para pakar hukum islam selalu berusaha memberikan batasan pengertian “Syariah”
yang lebih tegas, untuk memudahkan kita mebedakan dengan fiqih,yang dia antaranya
sebagai berikut:
2.1. Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam mengatakan :
Artinya “ bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi orang-
orang mukallaf dalam segala perbuatan, perkataan dan akidah mereka.
2.2. Syikh Muhammad Ali ath-thawi dalam bukunya kassyful istilahil funun mengatakan :
Artinya “Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hokum-
hukum yang telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang
berkaitan dengan cara pelaksanaanya, dan disebut dengan far’iyah amaliyah, lalu

7
dihimpun oleh ilmu kalam dan syari’ah ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat
disebut juga dengan diin(agama) dan millah.
Definisi tersebut menegaskan bahwa syariah itu muradif(sinonim) dengan diin dan
milah(agama). Berbeda dengan ilmu fiqih, karena ia hanya membahas tentang amaliyah
hukum(ibadah), sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan dengan alam
ghaib dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid.
2.3. Prof.DR. Mahmud Salthut mengatakan bahwa :
“sayariah ialah segala peraturan yang telah diisyaratkan allah,atau ia telah mensyariatkan
dasar-dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya sendiri dalam
berkomunikasi dengan tuhannya dengan sesama muslim dengan sesama manusia denga
alam semesta dan berkomunikasi dengan kehidupan.

2.2 Ruang Lingkup Hukum Islam


Jika kita bandingkan hukum islam bidang muamalah ini dengan hukum barat yang
membedakan antara hukum privat (hokum perdata) dengan hukum public,maka sama halnya
dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak membedakan (dengan tajam) antara
hukum perdata dengan hukum publik disebabkan karena menurut system hukum islam pada
hukum perdata terdapat segi-segi publik ada segi-segi perdatanya.
Itulah sebabnya maka dalam hukum islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu.
Yang disebutkan adalah bagian-bagian nya saja seperti misalnya, (1) munakahat (2) wirasah
(3) muamalat dalam arti khusus (4) jinayat atau ukubat (5) al – ahkam as sulthaniyah
(khilifah), (5) siyar dan (7) mukhasamat.
Jika bagian-bagian hukum islam disusun menurut sistematik hukum barat yang
membedakan antara hokum perdata dengan hokum publik seperti yang di ajarkan dalam
pengantar ilmu hokum di tanah air kita, yang telah pula di singung di muka, susunan hokum
muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai berikut:
Hukum perdata ( islam ) adalah (1) munakahat mengatur segala sesuatu yang
berhubungan dengan perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya; (2) wirasah mengatur
segala masalh yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris, harta peninggalan serta
pembagian warisan. Hukum kewarisan Islam ini disebut juga hukum fara’id; (3) muamalat
dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas benda, tata hubungan
manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan, dan
sebagainya. Hukum publik(islam) adalah (4) jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai
perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman baik dalam jarinah hudud maupun

8
dalam jarimah ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana yang telah
ditentukan bentuk dan batas hukumanya dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi MUhamad (hudud
jamak dari hadd = batas ). Jarimah ta’zir adalah perbuatan pidana yang bentuk dan ancaman
hukumanya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir = ajaran atau
pengajaran); (5) al-ahkam as sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan
kepala Negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah, tentara, pajak dan
sebagainya; (6) siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama dan Negara lain; (7) mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan
hokum acara.
Jika bagian-bagian hukum islam bidang muamalah dalam arti luas tersebut di atas
dibandingkan dengan susunan hokum barat seperti yang telah menjadi tradisi diajarkan dalam
pengantar Ilmu hokum di tanah air kita, maka butir (1) dapat disamakan dengan hokum
perkawinan, butir (2) dengan hokum kewarisan , butir (3) dengan hokum benda dan hokum
perjanjian, perdata khusus, butir (4) dengan hokum pidana, butir (5) dengan hokum
ketatanegaraan yakni tata Negara dan administrasi Negara, butir (6) dengan hokum
internasional, dan butir (7) dengan hokum acara.

2.3 Ciri- ciri Hukum Islam


Ciri-ciri khas hukum islam. Yang relevan untuk dicatat disini adalah hukum islam.
Berwatak universal berlaku abadi untuk ummat islam dimanapun mereka berada tidak
terbatas pada ummat islam di suatu tempat atau Negara pada suatu masa saja. Menghormati
martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan jasmani serta memelihara
kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan. Pelaksana annya dalam praktik
digerakkan oleh iman(akidah) dan akhlak ummat manusia.

2.4 Hukum Islam dan Hak Asasi Manusia


Hukum Islam sebagai bagian agama islam melindunggi hak asasi manusia hal ini
dapat di lihat pada tujuan hukum islam yang akan dibicarakan dibawah. Kalau hukum islam
dibandingkan dengan pandangan atau pemikiran (hukum) barat (eropa, terutama amerika )
tentang hak asasi manusia akan kelihatan perbedaannya. Perbedaan itu terjadi karena
pemikiran (hukum) barat memandang hak asasi manusia semata-mata antroposentris artinya
berpusat pada manusia. Dengan pemikiran itu manusia sangat dipentingkan. Sebaliknya,
pandangan hukum islam yang bersifat teosentris. Artinya berpusat pada tuhan. Manusia
adalah penting tetapi yang lebih utama adalah allah. Allahlah pusat segala sesuatu.

9
Oleh karena perbedaan pandangan itu, terdapat pokok antara Deklarasi Hak-Hak
Asasi Manusia yang disponsori Barat dengan Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia yang
dikeluarkan oleh ummat islam. Deklarasi Kairo tahun 1990, misalnya yang dikeluarkan oleh
Organisasi Konfrensi Islam (OKI), di dalamnya termasuk juga Indonesia, merupakan
pendiriaan resmi ummat islam mengenai hak-hak asasi manusia;berbeda kerangka acuannya
dengan deklarasi atau pernyataan hak-hak asasi manusia yang dikeluarkan atau disponsori
oleh Negara-negara barat. Dinyatak dalam deklarasi itu bahwa semua hak dan kebebasan
yang terumus dalam deklarasi tunduk pada syari’at atau hukum islam. Satu-satunya ukuran,
mengenai hak-hak asasi manusia adalah syari’at islam.
Hak-hak yang dirumuskan dalam deklarasi itu kebanyakan hak ekonomi. Hak politik,
seperti hak untuk mengutarakan pendapat secara bebas, tidak boleh bertentangan dengan
asas-asas syariah. Dinyatakan pula bahwa semua indivudu samadi muka hukum. Ketentuan
lain adalah keluarga merupakan dasar masyarakat, wanita dan pria sama dalam martabat
kemanusiaan. Hal atas hidup, dijamin. Pekerjaan adalah hak individu yang di jamin oleh
Negara.
Demikian juga hak atas pelayanan kesehatan, social dan kehidupan yang layak.
Ditegaskan pula bahwa tidak ada sanksi. Kecuali sanksi yang di tentukan dalam syari’at atau
hukum islam.
2.5 Tujuan Hukum Islam
Hukum yang mejadi penutan masyarakat merupakan cita-cita social yang tidak pernah
berhenti dikejar sampai akhir hayat. Cita-cita sosial bersandarkan pada hukum.Setiap
keberadaan hukum tidak dapat terlepas dari tujuan dan harapan subjek hokum.Harapan
manusia terhadap hokum pada umumnya meliputi harapan keamanan dan ketenteraman hidup
tanpa batas waktu. Manusia berharap pada beberapa hal-hal berikut:
1. Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain
2. Menegakkan keadilan
3. Persamaan hak dan kewajipan dalam hukum
4. Saling control dalam masyarakat
5. Kebebasan berekpresi,berpendapat,bertindak dengan tidak melebihi batasan hukum.
6. Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab

Apabila satu menit sahaja kehidupan sosial tidak terjamin oleh hukum yang kuat,
masyarakat dengan semua komponennya akan rusak, karena semenit tanpa adanya jaminan
hukum bagaikan adanya bencana yang melanda dalam sesuatu masyarakat tersebut.

10
Asas legalitas sebagai pokok dari hidup dan berlakunya hukum yang berbahaya lagi
adalah memendan hukum tidak berguna lagi karena keberpihakan hukum kepada keadilan
dan persamaan hak sehingga masyarakat kurang percaya kepada hukum.

Cita-cita hukum adalah menegakkan keadilan, tetapi yang menegakkan keadilan


bukan teks-teks hokum,melainkan manusia yang meneria sebutan hakim, pengacara penguasa
hukum, penegak hukum, polisi dan sebagainya. Identitas hukum Islam adalah adil, member
rahmat dan mengandungi hikmah yang banyak bagi kehidupan.Dengan yang demikian setiap
hal yang merupakan kezaliman, tidak member rasa keadilan, jauh dari rahmat, menciptakan
kemafsadatan bukan merupakan tujuan hokum Islam.

Asy Syatibi mengatakan bahawa tujuan Syariat Islam adalah mencapai kemaslahatan
hamba baik di dunia maupun di akhirat. Antara kemaslahatan tersebut adalah seperti berikut:

1. Memelihara Agama
2. Memelihara Jiwa
3. Memelihara Akal
4. Memelihara Keturunan
5. Memelihara Kekayaan

11
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Hukum Islam ialah ketentuan Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf
yang mengandung suatu tuntutan, pilihan, sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu
yang lain. Syariat Islam menyamaratakan hukum dan keadilan antara sesama umat
Islam.Islam mengerahkan kekuatan manusia kepada tujuan besar, yaitu kepentingan
masyarakat dengan memanfaatkan segala bentuk kebajikan yang disumbangkan setiap
individu.
Sedangkan Ruang Lingkup Hukum Islam Jika kita bandingkan hukum islam bidang
muamalah ini dengan hukum barat yang membedakan antara hukum privat (hokum perdata)
dengan hukum public,maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam
tidak membedakan (dengan tajam) antara hukum perdata dengan hukum publik disebabkan
karena menurut system hukum islam pada hukum perdata terdapat segi-segi publik ada segi-
segi perdatanya.
Itulah sebabnya maka dalam hukum islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu.
Yang disebutkan adalah bagian-bagian nya saja seperti misalnya, (1) munakahat (2) wirasah
(3) muamalat dalam arti khusus (4) jinayat atau ukubat (5) al–ahkam as sulthaniyah
(khilifah), (5) siyar dan (7) mukhasamat. Harapan manusia terhadap hokum pada umumnya
meliputi harapan keamanan dan ketenteraman hidup tanpa batas waktu. Manusia berharap
pada beberapa hal-hal berikut:
a. Kemaslahatan hidup bagi diri orang lain
b. Menegakkan keadilan
c. Persamaan hak dan kewajipan dalam hukum
d. Saling control dalam masyarakat
e. Kebebasan berekpresi,berpendapat,bertindak dengan tidak melebihi batasan
hukum.
f. Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab

12
Dengan yang demikian setiap hal yang merupakan kezaliman, tidak member rasa
keadilan, jauh dari rahmat, menciptakan kemafsadatan bukan merupakan tujuan hukum
Islam.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Zainuddin Ali, 2008. Hukum Islam : Pengantar Hukum Islam di Indonesia. Penerbit Sinar
Grafika : Jakarta

Kaelany HD. 2005. Islam dan Aspek- Aspek Kemasyarakatan Edisi ke-2. Jakarta: Bumi
Aksara.

Hussain, Syaukat. 1996. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Terjemahan oleh Abdul Rochim.
Gema Insani Press, Jakarta.

Rojak, J. (1). Hak Asasi Manusia dan Hukum Islam: Telaah terhadap Pemikiran Masyood A.
Baderin. Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam

B. Sumber lain

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum_Islam_di_Indonesia
http://berandahukum.com/a/ciri-ciri-hukum-islam

Anda mungkin juga menyukai