Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

‘‘PROSES PERUMUSAN KHI DAN SUMBER-SUMBER RUJUKAN KHI’’

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuiah Hukum Perdata Islam Di Indonesia

Dosen Pengampu : Ramadhan Syahmedi Srg, Dr.M.H

Disusun Oleh Kelompok 1

Rabiatul Adawiyah Siregar (0204213131)

Nasaruddin Harahap (0204213170)

Asrul Hadi (0204213070)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga kami sebagai
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas kelompok.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ramadahan Syahmedi Srg, Dr. M.H
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Hukum Acara Perdata Islam Di Indonesia sehingga kami
dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul ‘‘PROSES PERUMUSAN KHI DAN SUMBER-
SUMBER RUJUKAN KHI’’. Dan kami juga mengucapkan terima kasih keada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami penyusun menyadari makalah ini masih ada kekurangan dan jauh dari kata semurna.
Untuk itu, kami sangat mengharakan kritik dan saran yang membangun dari embaca demi
kesemurnaan makalah ini. Kami sangat berhara makalah ini dapat menambah wawasan,
pengalaman dan daat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari baik oleh embaca mauun kami
sendiri selaku penulis.

Medan, 8 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2

A. Proses Perumusan KHI.................................................................... .......................... 2

B. Sumber-Sumber Rujukan KHI ................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses perumusan KHI (Kompilasi Hukum Islam) sebagai hukum perdata Islam di Indonesia
bermula pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Hindia Belanda pada abad ke-19. Pada
saat itu, hukum Islam diatur oleh kitab-kitab hukum yang disusun oleh para ulama dan tidak
memiliki landasan hukum yang jelas dari pihak pemerintah.

Dalam KHI sendiri terdapat beberapa bab yang memuat aturan-aturan hukum perdata Islam,
seperti hukum waris, hukum perkawinan, hukum perwalian, hukum wasiat, dan sebagainya.
Selain itu, terdapat juga ketentuan-ketentuan umum yang mengatur tentang pelaksanaan hukum
perdata Islam di Indonesia.

Dalam praktiknya, KHI menjadi acuan utama dalam penyelesaian sengketa hukum perdata
Islam di Indonesia, baik di pengadilan agama maupun di pengadilan umum. Oleh karena itu,
pemahaman dan penggunaan KHI menjadi sangat penting bagi masyarakat muslim di Indonesia
dalam menjalankan urusan hukum perdata mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Proses Perumusan KHI dalam Hukum Perdata Islam di Indonesia ?

2. Apa saja yang terdapat Sumber-Sumber Rujukan KHI dalam Hukum Perdata Islam Di
Indonesia ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Proses Perumusan KHI dalam Hukum Perdata Islam di Indonesia

2. Untuk mengetahui Sumber-Sumber Rujukan KHI dalam Hukum Perdata Islam Di


Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Perumusan KHI

Proses perumusan KHI dimulai pada tahun 1945 ketika Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Pada masa itu, hukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada hukum
kolonial Belanda yang belum sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu hukum yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia,
termasuk hukum perdata Islam.1

Pada tahun 1945-1949, Indonesia mengalami periode transisi dari kolonialisme ke


kemerdekaan. Pada saat itu, Indonesia belum memiliki sistem hukum nasional yang lengkap dan
sistematis. Oleh karena itu, pada tanggal 18 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden yang berisi tentang pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) yang bertugas untuk menyusun undang-undang dan menjalankan pemerintahan.2

Pada tanggal 1 Juni 1946, PPKI membentuk Panitia Usaha Persiapan Undang-Undang
Hukum, yang kemudian menjadi Panitia Perumus Undang-Undang Hukum. Panitia ini bertugas
untuk menyusun suatu undang-undang yang berisi tentang hukum yang berlaku di Indonesia.
Salah satu bagian dari undang-undang ini adalah hukum perdata Islam.

Setelah melalui beberapa tahapan, akhirnya pada tanggal 1 April 1974, Pemerintah Indonesia
melalui Menteri Agama mengeluarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Penetapan Kompilasi Hukum Islam sebagai Hukum Nasional Indonesia. Dengan diterbitkannya
Keputusan Menteri Agama tersebut, KHI secara resmi diakui sebagai bagian dari hukum
nasional Indonesia.

1
Heru Susetyo dan Arifin Junaidi. 2013. “Kajian Atas Pelaksanaan Hukum Perdata Islam Di Indonesia”. Jurnal
Ilmu Hukum IUS QUIA IUSTUM 20 (1): 53-70.
2
Huda, N., & Amalia, M. 2021. “The Elaboration of Islamic Civil Law: A Study on the Application of the
Compilation of Islamic Law in the Indonesian Judiciary”. Journal of Social and Political Sciences, 4(2), 1122-1132.

2
Untuk melihat gambaran umum hukum islam sebagai bagian hukum nasional,dengan
mengikuti proses perumusan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Untuk mendeskripsikan proses
peramusan kompilasi hakum Islam, tidak terlepas pada latar belakang Kompilasi Hukum Islam,
Landasan Yuridis dan Landasan Fungsional.

1. Latar Belakang Penyusunan Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Setelah Indonesia merdeka, ditetapkanlah 13 kitab fikih sebagai referensi hukum materia di
pengadilan agama cha Surat Edaran Kepala Huo Peradilan Agama RE No 81/765 moggal 18
februar 1938.3 Hal ini dilakukan karena hukiam laine yang berlaku tengah tengah masyarakat
ternyata tidak tertulis dan berserakan di berbagai kitab fikih yang berbeda-beda. Akan tetapi
penetaan kitab-kitab tersebut juga tidak berhasil menjamin kepastian dan kesatuan hukum di
pengadilan agama. Berbagai hal dan situasi hukum Islam itulah yang mendorong dilakukannya
kompilasi terhadap hukum slam di Indonesia untuk menjamin kepastian dan kesatuan penerapan
hukum Islam di Indonesia.

Lahirnya KHI tidak dapat dipisahkan dari latar belakang dan perkembangan dan pemikiran
Islam di Indonesia. Di satu sisi pembentukan KHI terkait dengan usaha –usaha untuk kehuar dari
dan kondisi hukum dalam yang intelektual dalam hukum islam dalam konteks hukum nasional,
melepaskan diri dari pengaruh teori receptie, khususnya dalam rangkaian usaha pengembangan
pengadilan agama.4

Hukum islam di Indonesia memng sejak lama telah berjalan di tengah tengah masyarakat.
Namun harus dicatat bahwa hukum Islam tersebut tidak lain merupakan hukum fiqh hasil
interpretasi ulama-alama abad ke dua hijriyah dan abad-abad sesudahnya. Pelaksanaan hukum
Islam sangat diwarnai suasana taqlid serta sika fanatisme mazhab yang cukup kental. Ini makin
diperparah dengan anggapan bahwa fiqh identik dengan Syari'ah atau hukum Islam yang
merupakan wahyu aturan Tuhan, sehingga dia dapat berubah. Umat Islam akhirnya terjebak ke
dalam pemahaman yang tampung tindih antara yang sakral dengan yang profan.

3
Syarifah Syafiqah, et al. 2021. “Legal Culture of Islamic Civil Law in Indonesia”. Journal of Physics: Conference
Series 1783, 012008.
4
Djamaluddin Ancok dan H. Asyari Usman. 2012. Hukum Perdata Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

3
Situasi tersebut berimplikasi negatif terhadap pelaksanaan hukum islam di lingkungan
Peradilan agama. Pengidentifikasian fiqh dengan syariah atau hukum islam seperti telah
membawa akibat kekeliruan dalam penerapan hukum islam yang sangat "keterlaluan". Dalam
menghadapi penyelesaian kasus-kasus perkara di lingkungan peradilan agama,para hakim
menoleh kepada kitab-kitab sebagai rujukan utama. Jadi putusan pengadilan bukan didasarkan
kepada hukum, melainkim dokrin serta pendaat-pendapat mazhab yang telah terdeskripsi di
dalam kitab-kitab fiqh. 5

Akibat dari cara kerja yang demikian, maka lahirlah berbagai produk putusan Pengadilan
Agama yang berbeda-beda meskiun menyangkut satu perkara hukum yang sama. Hal ini menjadi
semakin rumit dengan adanya beberapa muzhab dalam fiqh itu sendiri, sehingga terjadi
pertarungan antar mazhab dalam penerapan hukum Islam di Pengadilan Agama.

Proses penerapan hukum islam yang simpang-siur tersebut di atas tentu saja tidak dapat
dibenarkan dalam praktek peradilan modren, karena menimbulkan ketidakpastian hukum dalam
masyarakat. Menjadikan kitab-kitab fiqh sebagai rujukan hukum materil pada pengadilan agama
juga telah menimbulkan keruwetan lain. Kenyataan-kenyataan ini mengharuskan dibentuknya
sebuah unifikasi hukum islam yang akibatnya berhasil diahkan pada tahun 1991, yakni
Kompilasi Hukum Islam yang diberlakukan oleh Inpres No. 1 tahun 1991. 6

2. Landasan Yuridis

Landasan yuridis mengenai perlunya hakim memperhatikan kesadaran hukum masyarakat


adalah Undang-Undang No 4 Tahun 2014 Phaal 28 ayat yang berbunyi: ’’Hakim wajib
menggali, mengikuti, dan memahami nilai nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat. Selain itu, Fikih Islam mengungkapkan kaidah Hukum latam dapat berubah karena
perubahan waktu, tempat dan keadaan.’’ Keadaan masyarakat itu selalu berkembang, karenanya
pelaksanaan hukum menggunakan metode yang memperhatikan rasa keadilan masyarakat.
Diantara metode itu ialah maslahat mursalah, istishan, istishab, dan urf.

5
Mochtar Kusumaatmadja. 2016. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
6
Heru Susetyo dan Arifin Junaidi. 2013. “Kajian Atas Pelaksanaan Hukum Perdata Islam Di Indonesia”. Jurnal Ilmu
Hukum IUS QUIA IUSTUM 20 (1): 53-70.

4
3. Landasan Fungsional

Kompilasi Hukum Islam adalah fiqh Indonesia karena ia disusun dengan memperhatikan
kondisi kebutuhan hukum umat Islam Indonesia. Fiqih Indonesia dimaksud adalah fiqih yang
telah dicetuskan oleh Hazairin dan T.M. Hasbi Ash-Shiddiqi. Fiqih sebelumnya mempunyai tipe
fiqih lokal semacam Fiqih Hijazy, Fiqih Mishry, Fiqih Hindy, dan Fiqih lain-lain yang sangat
memperhatikan kebutuhan dan kesadaran hukum masyarakat setempat. Ia mengarah keada
unifikasi mazhab dalam hukum islam. Oleh karena itu, di dalam sistem hukum di Indonesia ini
merupakan bentuk terdekat dengan kodikifikasi hukum yang menjadi arah pembangunan hukum
nasional di Indonesia. 7

KHI terdiri dari empat buku yaitu buku tentang perkawinan, harta kekayaan, waris, dan
wakaf. Setiap buku terdiri dari beberapa bab yang mengatur berbagai aspek yang berkaitan
dengan hukum perdata Islam, seperti ketentuan tentang pernikahan, perceraian, harta bersama,
pembagian warisan, dan pengelolaan wakaf.

Salah satu contoh ketentuan dalam KHI adalah tentang harta bersama. Dalam KHI, harta
bersama adalah harta yang didapat oleh suami dan istri selama perkawinan. Harta bersama dapat
dibagi menjadi dua yaitu harta bersama yang diperoleh selama perkawinan berlangsung dan harta
bersama yang diperoleh di awal perkawinan. Harta bersama yang diperoleh selama perkawinan
berlangsung akan dibagi secara adil antara suami dan istri jika terjadi perceraian atau kematian
salah satu pihak.8 Sedangkan harta bersama yang diperoleh di awal perkawinan adalah milik
suami atau istri sesuai dengan yang ditentukan dalam perjanjian perkawinan yang dibuat sebelum
perkawinan dilangsungkan.9

Selain itu, KHI juga mengatur tentang waris. Dalam Islam, ada ketentuan khusus mengenai
pembagian warisan, di mana laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat dari perempuan.
Namun, dalam KHI, prinsip ini tidak diterapkan secara mutlak. KHI mengatur bahwa perempuan

7
Dirjen Binbaga Islam, Sejarah Penyusunan Kompilasi hukum Islam di Indoesia, (Jakarta: Departemen Agama RI,
1991), h.139.
8
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam , (Jakarta: Akademika Pressindo, 2007), h.15.
9
Ibid, h.6

5
juga berhak mewarisi, meskipun tidak sebesar laki-laki. Pembagian warisan dilakukan secara
adil dan setiap ahli waris berhak mendapatkan bagian yang sesuai dengan haknya.

Selain mengatur tentang perkawinan, harta kekayaan, waris, dan wakaf, KHI juga mengatur
tentang tata cara pengadilan agama dan beberapa aspek lainnya yang berkaitan dengan hukum
perdata Islam.

B. Sumber-Sumber Rujukan KHI

Hukum perdata Islam di Indonesia telah mengalami perkembangan seiring dengan


perkembangan masyarakat Islam di Indonesia. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Hak Asasi Manusia telah
mengakomodasi kepentingan hukum perdata Islam dalam hukum nasional.10 Dalam hal ini,
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) sebagai hukum positif Indonesia
mempunyai hubungan yang erat dengan hukum perdata Islam. Oleh karena itu, adapun sumber-
sumber rujukan KHI dalam Hukum Perdata Islam di Indonesia :

KHI atau Kompilasi Hukum Islam adalah salah satu sumber hukum yang digunakan dalam
sistem hukum perdata Islam di Indonesia. KHI terdiri dari beberapa sumber rujukan, antara lain :

1. Al-Qur'an dan Hadits: KHI mengambil dasar hukum dari Al-Qur'an dan Hadits sebagai
sumber hukum utama dalam hukum Islam.

2. Ijma' (kesepakatan para ulama): Ijma' adalah kesepakatan para ulama dalam mengambil
suatu hukum atau fatwa dalam hukum Islam.

3. Qiyas (analogi): Qiyas adalah penggunaan analogi atau perbandingan dengan hukum
yang telah ada untuk menetapkan hukum baru dalam situasi yang belum terdapat aturan
hukum yang jelas.

4. Urf (kebiasaan atau adat istiadat): 'Urf atau kebiasaan atau adat istiadat juga menjadi
salah satu sumber hukum dalam KHI. 'Urf digunakan sebagai panduan dalam

10
Mochtar Kusumaatmadja. 2016. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

6
menentukan hukum pada kasus-kasus tertentu yang belum diatur secara tegas dalam
hukum Islam.

5. Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia): Fatwa MUI juga menjadi salah satu sumber
hukum dalam KHI. Fatwa MUI digunakan sebagai pedoman atau panduan dalam
menentukan hukum pada kasus-kasus tertentu yang belum diatur dalam hukum Islam.

6. Putusan Pengadilan Agama: Putusan Pengadilan Agama juga menjadi salah satu sumber
hukum dalam KHI. Putusan pengadilan agama digunakan sebagai panduan dalam
menentukan hukum pada kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan hukum Islam.11

Dalam praktiknya, penggunaan sumber-sumber rujukan KHI dalam hukum perdata Islam di
Indonesia bergantung pada kebijakan hakim dalam menentukan suatu putusan. Namun demikian,
sumber-sumber rujukan KHI tersebut memberikan dasar yang kuat dalam menentukan suatu
hukum atau putusan dalam hukum perdata Islam di Indonesia. Ada juga sumber-sumber rujukan
KHI dalam kitab undang-undang lainnya yaitu :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

KUHPerdata adalah kitab undang-undang yang mengatur tentang hak dan kewajiban
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. KUHPerdata juga mengatur
tentang hukum perdata Islam di Indonesia. KUHPerdata menjadi sumber rujukan utama
dalam menyelesaikan sengketa perdata yang berkaitan dengan hukum perdata Islam,
seperti sengketa waris, wasiat, hibah, wakaf, dan lain sebagainya.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama mengatur tentang tata
cara proses peradilan agama di Indonesia. Undang-Undang ini menjadi sumber rujukan
utama dalam menyelesaikan sengketa perdata Islam di pengadilan agama. Dalam hal ini,

11
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hal. 584

7
KHI juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
dalam menyelesaikan sengketa perdata Islam.12

3. Putusan Mahkamah Agung

Putusan Mahkamah Agung juga menjadi sumber rujukan dalam menyelesaikan sengketa
perdata Islam di Indonesia. Putusan Mahkamah Agung memiliki kekuatan hukum yang
mengikat dan menjadi preseden bagi putusan hakim dalam menyelesaikan sengketa
perdata Islam di Indonesia.

4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menjadi sumber rujukan dalam
menyelesaikan sengketa perdata Islam di Indonesia. MUI memiliki kewenangan untuk
memberikan fatwa atau pendapat hukum dalam masalah-masalah agama. Fatwa MUI
memiliki kekuatan hukum yang mengikat bagi umat Islam di Indonesia.13

5. Asas-Asas Hukum Islam

Asas-asas hukum Islam juga menjadi sumber rujukan dalam menyelesaikan sengketa
perdata Islam di Indonesia. Asas-asas hukum Islam meliputi Al-Quran, Hadis, Ijma',
Qiyas, dan Urf.14 Dalam menyelesaikan sengketa perdata Islam, hakim harus mengacu
pada asas-asas hukum Islam untuk memutuskan sengketa perdata Islam.

Huda, N., & Amalia, M. 2021. “The Elaboration of Islamic Civil Law: A Study on the Application of the
12

Compilation of Islamic Law in the Indonesian Judiciary”. Journal of Social and Political Sciences, 4(2), 1122-1132.
13
Syarifah Syafiqah, et al. 2021. “Legal Culture of Islamic Civil Law in Indonesia”. Journal of Physics: Conference
Series 1783, 012008.
14
Antonio, Syafi'i. 2009. Kitab Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proses perumusan KHI dimulai pada tahun 1945 ketika Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Pada masa itu, hukum yang berlaku di Indonesia didasarkan pada hukum
kolonial Belanda yang belum sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu hukum yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia,
termasuk hukum perdata Islam. Untuk mendeskripsikan proses perumusan kompilasi hakum
Islam ini terdapat pula dalam yaitu :

1. latar belakang Kompilasi Hukum Islam

2. Landasan Yuridis

3. Landasan Fungsional

Dan adapun sumber-sumber rujukan KHI dalam Hukum Perdata Islam Di Indonesia yaitu :

1. Al-Qur'an dan Hadits

2. Ijma' (kesepakatan para ulama

3. Qiyas (analogi)

4. Urf (kebiasaan atau adat istiadat

5. Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia)

6. Putusan Pengadilan Agama

Dan dalam Kitab Undang-Undang lainnya terdapat juga sumber-sumber rujukan KHI dalam
Hukum Perdata Islam Di Indonesia yaitu :1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, 3. Putusan
Mahkamah Agung, 4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), 5. Asas-Asas Hukum Islam

9
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaluddin, dan H. Asyari Usman. 2012. Hukum Perdata Islam Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers.

Emong, Komariah. 2016. Hukum Perdata Islam: Kajian Terhadap Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Hosen, Nadirsyah. 2006. Shari'a and Constitutional Reform in Indonesia. Singapore: Institute of
Southeast Asian Studies. Huda, N., & Amalia, M. 2021. “The Elaboration of Islamic
Civil Law: A Study on the Application of the Compilation of Islamic Law in the
Indonesian Judiciary”. Journal of Social and Political Sciences, 4(2), 1122-1132.

Junaidi, Arifin, dan Heru Susetyo. 2013. “Kajian Atas Pelaksanaan Hukum Perdata Islam Di
Indonesia”. Jurnal Ilmu Hukum IUS QUIA IUSTUM 20 (1): 53-70.

Kusumaatmadja, Mochtar. 2016. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. Antonio, Syafi'i. 2009. Kitab Hukum Acara Peradilan Agama.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syarifah Syafiqah, et al. 2021. “Legal Culture of Islamic Civil Law in Indonesia”. Journal of
Physics: Conference Series 1783, 012008.

10

Anda mungkin juga menyukai