Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

YURISPRUDENSI PENGADILAN AGAMA/MAHKAMAH SYAR’IYAH DAN


KONTRIBUSINYA BAGI PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Peradilan Agama di Indonesia
Dosen Pengampu: Agus Wahyudi, SHI., M.H.

Oleh:
1. Ahmad Makruf 202121031
2. Setiyo Budi Santoso 202121023

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022/2023

1
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami. Sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad Saw., karena
dengan risalahnya sebagai petunjuk bagi umat manusia bias mengarahkan dalam menjalankan
kehidupan di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua termasuk dalam golongan umat
Beliau yang bias mendapatkan syafa’atnya kelak di hari akhir. Atas pertolongan Allah,
alhamdulillah kami dari kelompok ketiga yang mendapatkan tugas dari mata kuliah peradilan
agama di Indonesia dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Yurispudensi Pengadilan
Agama/Mahkamah Syar’iyah dan Kontribusinya Bagi Pembangunan Hukum Nasional”
Makalah ini dibuat sebagai bahan materi presentasi. Hal ini ditujukan untuk menambah
wawasan ilmu bagi para pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Agus Wahyudi, SHI., M.H. yang telah
memberikan tugas ini, sehingga bias menambah wawasan bagi kami khususnya pembuat
makalah dan teman-teman pada umumnya. Dengan tugas ini kami berusaha mencari,
memahami dan menuliskan materi berdasarkan buku, jurnal dan media lainnya sehingga
memberikan banyak kemanfaatan bagi kami. Dalam pembuatan makalah ini, penyusun
menyadari bahwasannya dalam pembuatannya masih memiliki banyak kekurangan dan
memerlukan koreksi baik dari segi penulisan maupun isi materi. Oleh karena itu, kami
memerlukan kritik dan saran yang membangun guna pembuatan makalah yang lebih baik di
masa mendatang.

Surakarta, 01 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
A. Pengertian dan Syarat-syarat Yurisprudensi ......................................................................... 6
B. Pentingnya Yurisprudensi dalam produk Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah ......... 8
C. Kontribusi Yurisprudensi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah dalam pembinaan
Hukum Nasional .................................................................................................................... 10
D. Upaya pengembangan Hukum Nasional Lewat Yurisprudensi. ...................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 12
B. Saran......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam praktek hukum, ada suatu istilah yurisprudensi. Istilah tersebut di timbulkan
oleh putusan-putusan pegadilan, terutama putusan-putusan dari pengadilan negara tertinggi
(Mahkamah Agung). Namun, putusan tersebut tidak langsung menimbulkan hukum akan
tetapi hanya sebagai faktor pembentukan hukum. Hal tersebut dikarenakan biasanya
putusan dari pengadilan tertinggi di ikuti oleh putusan pengadilan yang lebih rendah.
Kebiasaan yang dianut oleh pengadilan yang lebih rendah, itulah yang kemudian menjadi
kebiasaan pengadilan atau yurisprudensi.
Pada awal perkembangan agama Islam, istilah yurisprudensi diartikan sebagai
Ijtihad. Sedangkan ijtihad itu ada setelah pada masa Rasulullah Saw. Beliau mengajarkan
kepada para sahabatnya untuk menggunakan daya nalarnya dalam menetapkan hukum. Hal
ini menjadi dasar terbentuknya ijtihad atau yurisprudensi. Sebagai contohnya adalah
peristiwa ketika Umar bin Khattab mencium istrinya dalam keadaan berpuasa. Menurut
ijtihad Umar bin Khattab, puasanya batal. Namun ketika permasalahan tersebut
disampaikan kepada Rasulullah Saw., beliau memberikan jawaban melalui sebuan analogi
berkumur-kumur. Rasulullah Saw. Bertanya kepada Umar bin Khattab: “Bagaimana
pendapatmu apabila kau berkumur-kumur, apakah puasamu batal?”. Kemudian Umar bin
Khattab menjawab: “menurutku kumur-kumur tidak membatalkan puasa”. Rasulullah Saw.
Kemudian berkata: “kalau begitu, lanjutkan puasamu”.
Negara Indonesia adalah negara hukum dan mempunyai beberapa dasar hukum
sesuai yang tercantum dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia. Tidak
bisa dipungkiri bahwa mayoritas penduduk di Indonesia adalah beragama Islam, namun
aturan hukum di Indonesia tidak berpatokan pada aturan yang ada dalam agama Islam.
Lalu, bagaimana kemudian negara ini bisa berjalan dengan baik tanpa ada pertikaian
diantara masyarakat yang beda agama, padahal mayoritas penduduk beragama Islam. Pada
kesempatan yang berbahagia ini, nantinya akan dibahas bagaimana peran Yurisprudensi
pengadilan agama dalam pembangunan hukum nasional di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan syarat -syarat Yurisprudensi?
2. Bagaimana pentingnya Yurisprudensi dalam produk Pengadilan Agama/Mahkamah
Syariah?

4
3. Apa kontribusi Yurisprudensi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah dalam
pembinaan Hukum Nasional?
4. Bagaimana upaya pengembangan hukum lean Yurisprudensi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian dan syarat-syarat Yurisprudensi.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran penting Yurisprudensi dalam produk Pengadilan
Agama/Mahkamah Syariah.
3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Yurisprudensi Pengadilan Agama/Mahkamah
Syariah dalam pembinaan Hukum Nasional.
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengembangan hukum lewat Yurisprudensi.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Syarat-syarat Yurisprudensi
Secara bahasa, kata Yurisprudensi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
Jurisprudence yang berarti general theory of law (teori ilmu hukum). Sedangkan dalam
bahasa latin berasal dari kata Jurispudentia yang berarti keputusan hakim yang berisi suatu
peraturan yang dibuatnya sendiri untuk menyelesaikan suatu perkara yang diberikan
wewenang kepadanya. Secara istilah Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan dari hakim
terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur di dalam UU dan dijadikan
sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk menyelesaian suatu perkara yang sama.
Secara teoritis, Yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia
selain sumber hukum lainnya seperti Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Traktat
(perjanjian) dan Doktrin (pendapat para ahli hukum terkemuka).1 Sebagai sumber hukum,
Yurisprudensi mempunyai kedudukan dan arti penting dalam pembangunan hukum nasional
di Indonesia. Yurisprudensi dapat dijadikan sumber atau acuan dalam pembentukan,
mengambil keputusan terhadap masalah yang sama oleh hakim lainnya terhadap hal-hal
yang belum diatur atau belum ditemukan hukumnya, dan juga berperan dalam
mengembangkan ilmu hukum melalui putusan-putusan peradilan.
Secara umum diakui bahwa sumber hukum formal adalah undang-undang,
kebiasaan, traktat, yurisprudensi dan doktrin. Dengan demikian, yurisprudensi merupakan
salah satu sumber hukum. Yurisprudensi selain sebagai sumber hukum, dalam dunia
peradilan mempunyai beberapa fungsi:
1. Menegakkan adanya standar hukum yang sama dalam kasus/perkara yang sama atau
serupa, karena undang-undang tidak atau tidak jelas mengatur hal itu;
2. Menciptakan kepastian hukum di masyarakat dengan adanya standar hukum yang sama;
3. Menciptakan adanya kesamaan hukum serta sifat dapat diperkirakan (predictable)
pemecahan hukumnya;
4. Mencegah kemungkinan terjadinya disparitas perbedaan dalam berbagai putusan hakim
pada kasus yang sama, sehingga jika terjadi perbedaan putusan antara hakim yang satu
dan yang lain dalam kasus yang sama, perbedaan putusan itu tidak sampai menimbulkan
disparitas, tetapi hanya bercorak sebagai variabel secara kasuistis; dan

1
Poulus Effendie Lotulung, Peranan Yurisprudensi sebagai sumber hukum, Departemen Kehakiman,1998, hlm
1.

6
5. Manifestasi dari penemuan hukum
Yurisprudensi semula merupakan doktrin yang berkembang dari ajaran “hukum
yang dibuat oleh hakim” (judge made law). Montesquieu mengatakan bahwa badan
peradilan sebagai salah satu unsur trias politica menjalankan kekuasaan mengawasi
pelaksanaan hukum dan menegakkan hukum. Dalam perkembangannya, selain mengawasi
pelaksanaan hukum dan menegakkan hukum, badan peradilan juga bertugas sebagai
pencipta (pembentuk) hukum, sehingga melahirkan ajaran “hukum yang dibuat oleh
hakim”. Ajaran judge made law itu berasalh dari sistem hukum Inggris dan negara-negara
dengan tradisi common law/case law system atau anglo saxon lainnya yang juga dikenal
sebagai precedent atau stare decisis.
Doktrin precedent yang mengikat (the doctrine of binding precedent) mengajarkan
bahwa hakim terikat pada putusan-putusan terdahulu yang dibuat oleh hakim yang sama
atau yang lebih tinggi tingkatannya di dalam susunan peradilan. Hal itu bermakna bahwa
ketika hakim mengadili suatu kasus, ia akan memeriksa apakah permasalahan yang sama
telah diputus oleh pengadilan sebelumnya. Doktrin precedent atau stare decisis tersebut
telah memberikan dampak positif berupa hukum yang dapat diperkirakan (predictable) yang
menimbulkan keajekan, keteraturan, kepastian dan keadilan dalam tradisi common law.
Berdasarkan studi banding yang dilakukan oleh delegasi Mahkamah Agung
Indonesia ke Hoge Raad Belanda, Putusan-putusan hakim peradilan Belanda selalu memuat
yurisprudensi dalam pertimbangan-pertimbangan hukumnya. Para akademisi juga
senantiasa membahas yurisprudensi dan mengkaji apakah kesatuan dan konsistensi hukum
telah diwujudkan.
Sistem hukum di Indonesia tidak menganut doktrin stare decisis, tetapi terjadinya
perbedaan putusan dalam perkara-perkara yang mirip atau serupa tidak dapat dibenarkan
bertentangan dengan rasa keadilan, kepastian hukum, dan keteraturan hukum. Di dalam
sistem hukum Eropa Kontinental, dikenal konsepyang disebut “legal uniformity” (kesatuan
hukum). Sistem peradilan Indonesia yang menganut sistem hukum Eropa Kontinental harus
pula menjaga kesatuan hukum.
Peraturan perundang-undangan selalu tertinggal dengan dinamika kehidupan
masyarakat, disisi lain hakim/pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan
mengadili perkara yang diajukan kepadanya dengan berdalih bahwa alasan hukumnya tidak
ada atau tidak jelas. Badan peradilan dituntut untuk melakukan inovasi hukum terhadap
perbagai ketertinggalan peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan
hukum yang hidup dalam masyarakat. Hal itu sejalan dengan amanat Pasal 5 ayat (1)
7
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yaitu bahwa hakim
wajib menggali, mengikuti, dan memahami nila-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
dalam masyarakat. Sangat disadari bahwa hakim memiliki kedudukan strategis sebagai
pembuat hukum kedua (secondary legislature), setelah parlemen (primary legislature).
Dengan otonomi yang ada padanya, hakim berkesempatan emas untuk membuat hukum
baru melalui putusan-putusannya.
Suatu putusan dapat di katakan sebagai Yurisprudensi tetap apabila sekurang-
kurangnya memenuhi beberapa syarat2, yaitu sebagai berikut:
1. Putusan atau perkara yang belum ada aturan hukumnya atau hukumnya kurang jelas;
2. Putusan tersebut telah berkekuatan hukum tetap
3. Putusan memiliki muatan kebenaran dan keadilan
4. Putusan telah berulang kali diikuti oleh hakim berikutnya dalam memutus kasus yang
mempunyai kesamaan fakta, peristiwa, dan dasar hukum
5. Putusan tersebut dibenarkan oleh Mahkamah Agung melalui Putusan Mahkamah Agung
maupun uji eksaminasi atau notasi oleh Tim Yurisprudensi Mahkamah Agung; dan
6. Putusan telah direkomendasikan sebagai putusan yang berkualifikasi yurisprudensi
tetap.
B. Pentingnya Yurisprudensi dalam produk Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah
Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat), artinya segala aspek dalam
penyelenggaraan dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus
didasarkan atas aturan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Yurisprudensi sebagai salah satu sumber hukum, merupakan acuan dalam tindakan
memutus dari Hakim, yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu perselisihan tertentu. Oleh
karena itu putusan Hakim pada dasarnya selalu berupa penyelesaian yang hanya berlaku
untuk hal yang konkrit yang menjadi perselisihan yang sedang diputuskan dan hanya
mengikat kepada pihak-pihak yang bersangkutan (kecuali dalam hal-hal yang bersifat “erga
omnes”). Sekalipun demikian, maka Yurisprudensi akan tetap menjadi kebutuhan
fundamental yang dapat dijadikan dasar dan acuan Hakim di dalam memutus perkara dalam
kasus yang serupa.

2
Biro Hukum dan Humas Badan Administrasi Mahkamah Agung RI, Himpunan Yurisprudensi Mahkamah Agung
Sampai dengan Tahun 2018, Edisi pertama, hlm. 7

8
Memang secara tradisional dan dari segi teoritis selama ini, daya mengikatnya
putusan (yurisprudensi) terhadap Hakim-hakim bawahan atau perkara-perkara berikutnya,
dikenal adanya dua sistem yang berbeda pandangannya satu sama lain. Namun dari segi
praktek, kedua sistem ini pada hakekatnya saling mendekati, sehingga kita sudah tidak dapat
terlalu ketat melihat perbedaan ini. Masalah lain yang tidak kurang pentingnya adalah 2
tentang perlunya diadakan seleksi terhadap putusan-putusan Hakim dalam perkara-perkara
tertentu, untuk dipublikasikan dan untuk seleksi tersebut diperlukan adanya ukuran-ukuran
atau kriterium-kriterium apa yang harus diperhatikan.
Publikasi putusan-putusan Hakim ini harus pula disertai annotasi atau komentar dari
para pakar dihidangnya atau dari kalangan Perguruan Tinggi. Hanya dengan publikasi dan
annotasi itulah, maka yurisprudensi dapat tersebar luas di dunia hukum, dan pada gilirannya
akan benar-benar efektif sebagai salah satu sumber hukum.Paulus Effendi Lotulung
berpendapat bahwa dalam pembentukan hukum melalui Yurisprudensi, ada beberapa nilai
dasar yang perlu di perhatikan, antara lain sebagai berikut:
a. Nilai filosofis, berarti bahwa putusan hakim harus mencerminkan dan berintikan rasa
keadilan dan kebenaran
b. Nilai sosiologis, berarti bahwa putusan hakim harus sesuai dengan budaya dan nilai
hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
c. Nilai yuridis, berarti bahwa putusan hakim harus sesuai dan mengacu pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila Yurisprudensi memenuhi 3 nilai dasar di atas, diharapkan dapat menjadi
solusi pada setiap permasalahan yang belum ada atau kurang jelas sumber hukumnya,
sehingga dapat menjadi sumber hukum baik para teoritisi maupun praktisi di Pegadilan
Agama. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk di Indonesia semakin banyak.
Maka semakin banyak pula permasalahan-permasalahan yang muncul di kehidupan
manusia terkhusus umat Islam. Jika tidak ada Yurisprudensi, maka hukum akan bersifat
kaku. Maksudnya dengan memperhatikan Yurisprudensi, maka akan lebih mudah untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di masa sekarang.3

3
Agus Andillah Ali, Kontribusi Hakim Peradilan Agama dalam Proses Pembentukan Yurisprudensi, Jakarta:2005,
hlm. 40-45.

9
C. Kontribusi Yurisprudensi Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah dalam pembinaan
Hukum Nasional
Badan Pembinaan Hukum Nasional pada tahun 1992/1993 telah membentuk satu
tim yang diperuntukkan dalam penugasan menginterventarisasi, sekaligus menganalisan
dan mengevaluasi yurisprudensi peradilan agam4a. Tim tersebut terdiri dari para teoritisi
ddan praktisi dari perguruan tinggi agama, pengadilan tinggi negeri dan juga mahkamah
agung. Dengan menggali asas-asas dan kaidah-kaidah hukum Islam untuk dijadikan bahan
baku penyusunan dan pembangunan hukum nasional melalui yurisprudensi terbukti berhasil
dengan baik. Sehingga Kompilasi Hukum Islam sekarang berlaku secara nasional dan
merupakan bagian dari hukum nasional Indonesia.5
Yurisprudensi peradilan agama sama makna dan unsurnya dengan yurisprudensi
peradilan umum, yang berbeda hanya ruang lingkupnya. Ruang lingkup yuriprudensi
peradilan agama terbatas pada hukum yang menjadi wewenang dalam hukum acara
peradilan agama. Dengan demikan, Yurisprudensi peradilan agama menjadi jalan terbaik
untuk di tempuh dalam pengembangan hukum Islam di Indonesia. Yuridprudensi peradilan
agama yang telah di analisis dan di evaluasi oleh tim analisa yang dibentuk oleh Badan
Hukum Nasional dapat dikembangkan menjadi Yurisprudensi tetap, karena bersifat
mengembangkan kaidah hukum Islam dan menjamin kepastian hukum di lingkungan
peradilan agama.
D. Upaya pengembangan Hukum Nasional Lewat Yurisprudensi.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa Yurisprudensi ada dua macam yaitu tetap
dan tidak tetap. Keduanya mempunyai kekuatan hukum dan bersifat mengikat. Sehingga
dapat dipahami bahwa Yurisprudensi mempunyai kontribusi besar dalam pembangunan dan
pengembangan hukum dari segi daya pengikat melalui putusan hakim yang tetap dari
peradilan agama.
Hukum nasional di Indonesia saat ini sudah mengakui tentang keabsahan
Yurisprudensi sebagai salah satu sumber hukum di Indonesia. Tentu ini menjadi hasil dari
upaya bahwa putusan hakim peradilan agama yang tetap dapat menjadi patokan dan bahan
pertimbangan ketika menghadapi kasus yang serupa di waktu yang akan datang. Kompilasi
Hukum Islam merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia yang pada awalnya

4
Ibid, hlm. 48
5
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), Cet. 2. Hlm.
361

10
terbentuk dari analisa dan pengembangan dari yuriprudensi yang ditetapkan oleh hakim
peradilan agama.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yurisprudensi merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia yang berisikan
putusan hakim secara tetap atas permasalahan-permasalahan yang diajukan di peradilan.
Secara dasar, yuriprudensi ada dua macam yaitu yurisprudensi tetap dan yuriprudensi tidak
tetap. Negara Indonesia mayoritas penduduknya beragama Islam. Sehingga peristiwa dan
perkembangan permasalahan yang terjadi setiap harinya semakin kompleks. Peran
yurisprudensi di sini sangat penting sekali dalam pengembangan hukum nasional di
Indonesia.6
Putusan hakim tetap atas permasalahan yang sudah terjadi akan mempermudah
menyelesaikan permasalahan yang serupa jika terjadi di masa yang akan datang. Maka dari
itu penyelesaian akan semakin cepat, efisien, dan tepat sasaran. Terbentuknya Kompilasi
Hukum Islam juga atas dasar pertimbangan dan analisa dari Yurisprudensi. Hal ini
membuktikan bahwa upaya pengembangan hukum nasional melalui yurisprudensi sangatlah
berperan penting. Sehingga hukum nasional di Indonesia saat ini diharapkan dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan sesuai dengan dasar hukum dan kondisi sosiologis
yang sudah terjadi pada masyarakat Indonesia.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan
pemakalah sendiri. Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Berperan atau tidaknya yurisprudensi tergantung sikap hakim dalam memutuskan suatu
perkara. Akan tetapi pada dasarnya yurisprudensi mempunyai peran penting dalam
pengembangan hukum nasional di Indonesia. Apabila ada kesalahan yang kami sengaja
ataupun yang tidak kami sengaja maka kami berharap ada kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca.

6
Kartini, Pemberdayaan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Islam, (Sulawesi: Jurnal Al-Adl, 2015), Vol. 8, hlm.
145

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Agus Andillah Kontribusi Hakim Peradilan Agama dalam Proses Pembentukan
Yurisprudensi. 2005. Jakarta.
Ali, Muhammad DaudHukum Islam dan Peradilan Agama. 2002. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Biro Hukum dan Humas Badan Administrasi Mahkamah Agung RI. Himpunan Yurisprudensi
Mahkamah Agung Sampai dengan Tahun 2018. Edisi pertama.
Harahap, Yahya. Peran Yurisprudensi sebagai Standar Hukum Sangan Penting Pada Era
Globalisasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kartini, Pemberdayaan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum Islam. 2015. Sulawesi: Jurnal
Al-Adl
Lotulung, Poulus Effendie. Peranan Yurisprudensi sebagai sumber hukum. Departemen
Kehakiman. 1998.

13

Anda mungkin juga menyukai