Anda di halaman 1dari 13

Legislasi Hukum Keluarga

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Keluarga Di Asia Tenggara
Dosen Pengampu:
H.Ahmad Damiri, M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Muhammad Syahrul Azzikri 1203010098
Sri Dewi Komala 1203010149
Rika Sahara 1213010146
Saddam Naufal Anwar 1213010151

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita Nabi
MuhammadSAW.

Atas ridho Allah SWT makalah yang berjudul “ Legislasi Hukum Keluarga ” dapat
terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad
Damiri, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Keluarga di Asia Tenggara, yang
telah membimbing kami dengan penuh kesabaran. Kami juga ucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Serta kami ucapkan terimakasih
juga kepada kedua orang tua kami yang senantiasa selalu mendukung dalam pembuatan
makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan para
pembaca. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.

Bandung, 24 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah .......................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................................ 5
A. Definsi Legislasi Hukum........................................................................................................................... 5
B. Perkembangan Legislasi Hukum Keluarga di Indonesia. ............................................................. 6
C. Legislasi hukum keluarga menurut KHI ............................................................................................ 8
PENUTUP .................................................................................................................................................................11
Kesimpulan ..........................................................................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan hukum keluarga yang berprinsip hukum Islam, menyangkut tentang
perkawinan, kewarisan dan lain sebagainya yang tidak bisa disetarakan dengan yang
beragama non muslim, hal tersebut menjadi satu alasan tentang pentingnya hukum keluarga
Islam itu sendiri. Saat ini banyak masalah dalam pembentukan hukum dan undang undang,
di mana legislator lebih peduli dengan kepentingan subjektivitas intelektual daripada
kepentingan objektivitas kemanusiaan, sehingga kebijakan yang lahir tidakresponsif
terhadap kebutuhan masyarakat. Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan dan KHI (Kompilasi Hukum Islam) adalah jawaban dari keresahan,
ketidakpastian dan tuntutan masyarakat muslim untuk menjadi pedoman, dan rujukan
dalam mengatasi permasalahan seputar hukum keluarga. Dalam hal ini disini kita akan
menjelaskan sedikit tentang legislasi hukum keluarga baik di Indonesia itu sendiri dan juga
di dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam). Hal ini penting, karena setiap kebijakan atau
undang-undang yang dikeluarkan oleh pemerintah, pada saat yang bersamaan ada proses
politik yang panjang sehingga kebijakan itu sampai kepada masyarakat

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi legislasi hukum?
2. Bagaimana perkembangan legislasi hukum keluarga di Indonesia ?
3. Bagaimana legislasi hukum keluarga menurut KHI?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi legislasi hukum
2. Mengetahui perkembangan legislasi hukum keluarga di Indonesia?
3. Mengetahui legislasi hukum keluarga menurut KHI

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definsi Legislasi Hukum
Legislasi berarti proses (pembuatan hukum) maupun produk (hukum).
Pembuatnya sering disebut legislator. Dalam teori pemisahan negara, pembuat hukum
adalah Lembaga legislasif.
Menurut teori pemisahan negara diseutkan bahwa kekuasaan negara dibedakan
ke dalam beberapa fungsi utama. Tokoh pemikir yang dianggap paling berpengaruh
dalam membedakan fungsi-fungsi kekuasaan negara itu adalah Charles de secondar
bacon de Labriede et de Montesquieu, atau lebih dikenal dengan nama besarnya
Montesquieu dengan teori Trias Politicanya. 1 Yaitu kekuasaan legisatif, kekuasaan
eksekutif atau administrative dan kekuatan yudikatif. Kekuasaan legislatif sebagai
Lembaga negara pembuat undang-undang seperti disebutkan pada uraian di atas.
Sedangkan kekuasaan eksekutif sebagai Lembaga negara yang menjaga undang-
undang (Lembaga peradilan).
Kata legislasi dapat dijumpai, baik dalam kepustakaan hukum maupun dalam
kepustakaan hukum islam. Dalam kepustakaan hukum islam, padaan kata leislasi
adalah tasyri’, dan padanan kata legislator adalah syari’.
Perbedaan mendasar antara hukum positif dan hukum islam adalah bahwa
hukum positif mrupakan pernyataan kehendak manusia yang berhimpun dalam wadah
Bernama negara (2Political will of the state), sedangkan dalam hukum islam merupakan
hukum ketuhanan (Divine will). kata legislasi dimaksudkan untuk menyebut proses
(pembuatan) maupun prtoduk hukum yang berasal dari hukum islam menjadi huku
posotif (hukum nasional).
Legislasi hukum merujuk pada proses pembuatan, perubahan dan pengesahan
Undang-Undang atau peraturan hukum oleh lembaga legislatif, seperti parlemen atau
lembaga perwakilan rakyat. Proses legislasi merupakan bagian penting dalam sistem
hukum suatu negara dan memiliki peran utama dalam mengatur dan mengendalikan
masyarakat.

1
Jimly Ash-Shiddiqy, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Penerbit Konstitusi Press, Jakarta,
hlm. 12
2
EL-Izdiwaj:Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law, Khairudin; Legislasi Hukum Islam Pesrfektif
Tata Hukum Indonesia, Vol. 1 No. 1, Januari-Juni 2020, hlm 8-9

5
Legislasi hukum melibatkan berbagai tahapan, termasuk penyusunan
rangcangan undang-undang (RUU), pembahasan dan perdebatan di dalam lembaga
legislatif sampai akhirnya pengesahan atau penetapan undang-undang tersebut.
Undang-undang yang dihasilkan dalam proses legislasi hukum menjadi dasar hukum
yang mengatur berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk hak dan kewajiban
warga negara, tindakan ilegal, serta prosedur peradilan dan penegakan hukum.
Pada aspek hukum keluarga, legislasi hukum biasanya dirangcang untuk
menciptakan kerangka hukum yang mengatur berbagai aspek dalam kehidupan
keluarga, memberikan panduan dan perlindungan bagi anggota keluarga, dan
menentukan hak-hak dan tanggung jawab pada keluarga.

B. Perkembangan Legislasi Hukum Keluarga di Indonesia.


Perkembangan legislasi hukum keluarga di Indonesia dapat ditelusuri dari masa
pra-kolonial hingga masa reformasi. Berikut adalah beberapa tahapan penting dalam
sejarah hukum keluarga di Indonesia:
a. Masa pra-kolonial: Hukum keluarga di Indonesia sebelum kedatangan penjajah
berdasarkan pada adat istiadat dan agama masing-masing suku bangsa. Hukum
keluarga Islam di Indonesia juga berkembang seiring dengan penyebaran Islam di
Nusantara, yang dipengaruhi oleh berbagai mazhab dan aliran.
b. Masa kolonial: Hukum keluarga di Indonesia pada masa penjajahan Belanda
mengalami dualisme, yaitu antara hukum adat dan hukum Barat. Hukum adat tetap
berlaku bagi pribumi, sedangkan hukum Barat diberlakukan bagi orang Eropa dan
Timur Asing. Hukum keluarga Islam di Indonesia juga mengalami marginalisasi,
karena hanya berlaku bagi orang-orang yang memeluk agama Islam dan tidak
diakui oleh pemerintah kolonial.
c. Masa kemerdekaan: Hukum keluarga di Indonesia pada masa kemerdekaan
mengalami proses unifikasi dan kodifikasi, yaitu upaya untuk menyatukan dan
menertibkan berbagai hukum yang berlaku di Indonesia. Salah satu produk hukum
yang lahir pada masa ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan, yang mengatur tentang syarat, proses, akibat, dan pembubaran
perkawinan. Undang-undang ini juga mengakui keberadaan hukum keluarga Islam
di Indonesia, dengan memberikan ruang bagi penerapan Kompilasi Hukum Islam.
d. Masa reformasi: Hukum keluarga di Indonesia pada masa reformasi mengalami
dinamika dan pembaharuan, yaitu respons terhadap berbagai perubahan sosial,

6
politik, ekonomi, dan budaya yang terjadi di Indonesia. Beberapa isu yang menjadi
sorotan dalam hukum keluarga di Indonesia pada masa ini adalah perlindungan hak-
hak perempuan dan anak, pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pengaturan
poligami, perceraian, nafkah, waris, dan lain-lain.
Perkembangan legislasi hukum keluarga di Indonesia masa sekarang dapat
dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
a. Aspek substansi: Hukum keluarga di Indonesia saat ini masih mengacu pada
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang mengatur tentang
syarat, proses, akibat, dan pembubaran perkawinan. Undang-undang ini juga
mengakui keberadaan hukum keluarga Islam di Indonesia, dengan memberikan
ruang bagi penerapan Kompilasi Hukum Islam. Namun, Undang-Undang tersebut
mengalami perubahan dan revisi, sehingga diterbitkan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perkawinan. Perubahan dalam aspek substansi dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan mencakup beberapa aspek
diantaranya perubahan batas usia perkawinan, pemberlakukan syarat pranikah dan
pendidikan pranikah, perubahan dalam proses perceraian, perlindungan terhadap
anak dll.
b. Aspek proses: Hukum keluarga di Indonesia saat ini juga mengalami perubahan
dalam hal proses penyelesaian sengketa. Selain melalui jalur peradilan formal, ada
juga upaya untuk menggunakan jalur alternatif, seperti mediasi, arbitrase, atau
musyawarah. Hal ini bertujuan untuk mencari solusi yang lebih cepat, murah, dan
damai bagi para pihak yang bersengketa. Selain itu, ada juga upaya untuk
melakukan ijtihad kontemporer sebagai upaya pembaruan hukum keluarga di
Indonesia. Ijtihad kontemporer adalah proses penafsiran ulang terhadap sumber-
sumber hukum Islam dengan mempertimbangkan konteks zaman dan
kemaslahatan umat.
c. Aspek sosial: Hukum keluarga di Indonesia saat ini juga dipengaruhi oleh dinamika
sosial yang terjadi di masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
globalisasi, yang membawa dampak positif dan negatif bagi hukum keluarga. Di
satu sisi, globalisasi membuka akses informasi dan komunikasi yang lebih luas bagi
masyarakat, sehingga mereka dapat mengetahui berbagai model hukum keluarga
yang ada di dunia. Di sisi lain, globalisasi juga menimbulkan tantangan dan
ancaman bagi nilai-nilai lokal dan religius yang menjadi dasar hukum keluarga di
Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada keseimbangan antara pengakuan terhadap
7
keberagaman hukum keluarga dan pemeliharaan terhadap identitas nasional dan
agama.

C. Legislasi Hukum Keluarga Menurut Kompilasi Hukum Islam


Legislasi hukum islam di Indonesia sebenarnya dapat dilihat dari sejarah
masuknya Islam ke Nusantara, secara sosiologis dan kultural, hukum islam telah
berbaur dan menjadi hukum yang hidup ditengah masyarakat. Akulturasinya dengan
tradisi terkadang melahirkan sikap ekstrim dibeberapa daerah seperti Aceh, Sulawesi
Selatan, Riau dan Minangkabau, yang mana hukum islam diterima tanpa reserve,
sederajat dengan hukum adat setempat, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pepatah
yang mengatakan “Adat basandi syara, syara basandi kitabbulah dan syara mengato,
adat mamakai,” yang keduanya merefleksikan bagaimana kental dan menyatunya
hubungan antara hukum Islam dengan adat setempat. Maka dari sifat fleksibel dan
elastisnya hukum islam yang membuat semuanya terjadi, termasuk proses terjadinya
legislasi hukum islam dalam hal Hukum keluarga.3
Dinamika legislasi hukum Islam tergambar dalam sejarah lahirnya Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.
Dari sudut lingkup makna the ideal law, kehadiran KHI merupakan rangkaian sejarah
hukum nasional yang dapat mengungkapkan ragam makna kehidupan masyarakat
Islam Indonesia, terutama tentang : (1) adanya norma dinamika legislasi hukum Islam
yang tergambar dalam sejarah lahirnya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam. Dari sudut lingkup makna the ideal
law, kehadiran KHI merupakan rangkaian sejarah hukum nasional yang dapat
mengungkapkan ragam makna kehidupan masyarakat Islam Indonesia, terutama
tentang : (1) adanya norma hukum yang hidup dan ikut serta bahkan mengatur interaksi
sosial, (2) aktualnya dimensi normatif akibat terjadinya ekplanasi fungsional ajaran
Islam yang mendorong terpenuhinya tuntutan kebutuhan hukum, (3) responsi struktural
yang dini melahirkan rangsangan KHI, dan (4) Alim Ulama Indonesia mengantisipasi
ketiga hal di atas dengan kesepakatan bahwa KHI adalah rumusan tertulis hukum Islam
yang hidup seiring dengan kondisi hukum dan masyarakat Indonesia.4

3
Fitra Mulyawan dkk, POLITIK HUKUM DALAM BIDANG HUKUM KELUARGA ISLAM DI INDONESIA, Vol.3
No. 2 (2021)
4
Cik Hasan Bisri, KHI dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999)

8
Di Indonesia, hukum keluarga ini tercantum di dalam Undang-Undang Nomor
1 tahun 1974 tentang perkawinan yang telah diperbarui dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun Tahun 2019, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
pelaksanaannya dan Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam peraturan tersebut masalah
perkawinan, perceraian dan segala hal yang berkaitan dengan keluarga tercantum di
dalamnya. Dengan disempurnakan oleh Kompilasi Hukum Islam yang memiliki tiga
bab buku yang mana masing-masing memiliki pembahasan yang berbeda. Buku I
tentang Hukum Perkawinan, Buku II tentang Hukum Kewarisan dan Buku III tentang
Hukum Perwakafan. Ketiga peraturan perundang-undangan tersebut merupakan
sumber hukum materiil yang menjadi rujukan utama hukum keluarga di lingkungan
Peradilan Agama sebagai pengadilan yang salah satu kewenangannya menangani
masalah-masalah hukum keluarga bagi orang yang beragama Islam.Dalam Undang-
Undang tersebut menunjukan bahwa sumber utama yang mendominasi hukum keluarga
adalah hukum islam.5
Kompilasi Hukum Islam disusun atas prakarsa ketua Mahkamah Agung dan
Menteri Agama (melalui SKB) dan mendapat pengakuan ulama dari berbagai unsur.
Secara resmi KHI merupakan hasil konsensus (ijma’) ulama dari berbagai golongan
melalui media lokakarya yang dilaksanakan secara nasional yang kemudian mendapat
legalisasi dari kekuasaan negara yaitu Presiden. Kedudukan KHI dalam sistem hukum
nasional diukur oleh unsur-unsur sistem hukum nasional sebagaimana telah
dikemukakan. Pertama, landasan ideal dan konstitusional KHI adalah Pancasila dan
UUD 1945. Hal itu dimuat dalam konsideran Inpres dan dalam penjelasan Umum KHI.
Ia disusun sebagai bagian dari sistem hukum nasional yang menjamin kelangsungan
hidup beragama berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang sekaligus merupakan
perwujudan kesadaran hukum masyarakat dan bangsa Indonesia. Kedua, ia dilegalisasi
oleh instrumen hukum dalam bentuk Inpres yang dilakukan oleh keputusan Menteri
Agama, yang merupakan bagian dari rangkaian peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Ketiga, ia dirumuskan dari tatanan hukum Islam yang bersumber dari alQur‟an
dan Sunnah Rasul. Hal itu yang menjadi inti hukum Islam yang mencakup berbagai
dimensi: syari’ah, fiqih, fatwa, qanun, idarah, qadha, dan adat. Ia merupakan
perwujudan hukum Islam yang bercorak keindonesiaan. Keempat, saluran dalam

5
Encep Abdul Rojak, HUKUM KELUARGA DI DUNIA ISLAM (PERBANDINGAN KITAB MAJALLATUL
AHKAM DI TURKI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM DI INDONESIA, Vol.2 No.1 (2019)

9
aktualisasi KHI antara lain pengadilan dalam lingkungan peradilan agama,
sebagaimana dapat ditafsirkan secara teologis dari penjelasan umum KHI.
Menurut Abdul Gani Abdullah, dilihat dari tata hukum nasional, KHI
dihadapkan pada dua (2) pandangan: 6 Pertama, sebagai hukum tidak tertulis seperti
yang ditunjukkan oleh penggunaan instrmen hukum berupa Inpres yang tidak termasuk
dalam rangkaian tata urutan peraturan perundangan yang menjadi sumber hukum
tertulis. Kelemahan pandangan ini terletak pada pengabdian terhadap beberapa sumber
pengambilan bagi penyusunan buku I, II dan III KHI yang terdiri dari Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1946 jo UU Nomor 32 Tahun 1954. UU nomor 1 Tahun 1974 jo PP
Nomor 9 Tahun 1975, PP Nomor 28 tahun 1977. Sumber-sumber tersebut yang justru
mengakrabkan KHI menjadi hukum tertulis. Buku II cenderung mendukung pendapat
ini sekalipun dalam kenyatannya ia juga disusun dengan mengambil kaidah hukum dari
yurisprodensi Indonesia sepanjang mengenai kewarisan Islam. Kedua, KHI dapat
dikategorikan sebagai hukum tertulis. Sumber yang ditunjukkan sebagaimana tersebut
di atas menunjukkan KHI berisi law dan rule yang pada gilirannya terangkat menjadi
law dengan potensi political power. Inpres nomor 1 tahun 1991 dipandang sebagai salah
satu produk political power yang mengalirkan KHI dalam jajaran law. Melalui Inpres
Nomor 1 tahun 1991 pada saatnya akan membuktikan bahwa manusia dipandang
mampu mengantisipasi kebutuhan hukumnya seperti dalam semboyan The living law
dari pada sekedar mengklaim adanya the ideal law tanpa akhir.
Dengan demikian, meskipun bentuk formal KHI hanya didukung dalam bentuk
Inpres, tidak mengurangi sifat legalitas dan otoritasnya. Karena segala yang
dirumuskan di dalamnya benar-benar sangat dibutuhkan untuk ketertiban masyarakat
Islam masa kini dan masa akan datang. Kandungan isinyapun secara sungguh-sungguh
telah diupayakan agar benar-benar sesuai dengan keinginan dan kesadaran masyarakat
pemakainya.

6
Abdul Gani Abdullah, Pengantar KHI dalam Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Gema Insani Press, 1994)

10
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Legislasi hukum adalah proses pembuatan atau penyempurnaan perangkat hukum
tertulis melalui negara. Legislasi hukum dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan daerah, atau produk hukum lainnya yang memiliki kekuatan mengikat bagi
masyarakat. Legislasi hukum bertujuan untuk menciptakan kepastian, keadilan, dan
kesejahteraan hukum bagi warga negara.

Perkembangan legislasi hukum keluarga di Indonesia dapat ditelusuri sejak masa


kerajaan Hindu-Budha hingga masa reformasi. Pada masa kerajaan Hindu-Budha, hukum
keluarga di Indonesia dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu dan Budha, serta adat istiadat
setempat. Pada masa kolonial Belanda, hukum keluarga di Indonesia mengalami dualisme
antara hukum Barat dan hukum adat. Pada masa kemerdekaan, hukum keluarga di Indonesia
mulai diseragamkan melalui UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No. 9 Tahun 1975
tentang Pelaksanaan UU Perkawinan, UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dan
Kompilasi Hukum Islam (KHI). Pada masa reformasi, hukum keluarga di Indonesia mengalami
dinamika dan tantangan akibat perkembangan sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Beberapa
isu yang muncul antara lain adalah poligami, perceraian, nafkah, hak asuh anak, kewarisan,
perlindungan anak dan perempuan, serta harmonisasi hukum keluarga dengan prinsip-prinsip
hak asasi manusia.

Legislasi hukum keluarga menurut KHI adalah kumpulan ketentuan hukum yang
mengatur hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan
karena perkawinan bagi umat Islam di Indonesia. KHI merupakan produk hukum yang
dikeluarkan oleh pemerintah melalui Inpres No. 1 Tahun 1991 sebagai pedoman bagi hakim
peradilan agama dalam memutus perkara-perkara yang berkaitan dengan hukum keluarga
Islam. KHI mencakup materi-materi hukum yang berkaitan dengan perkawinan, perceraian,
talak, rujuk, khulu', fasakh, nusyuz, ila', zihar, li'an, iddah, hadhanah (asuhan anak), nafkah
(pemeliharaan), waris (pewarisan), wasiat (pemberian wasiat), wakaf (pemberian wakaf),
shadaqah (pemberian shadaqah), dan hibah (pemberian hibah). KHI bersumber dari Al-Qur'an,
Hadis Nabi Muhammad SAW., Ijma', Qiyas, serta mazhab-mazhab fiqih yang dianut oleh umat
Islam di Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA
Jimly Ash-Shiddiqy, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Penerbit Konstitusi
Press, Jakarta
EL-Izdiwaj:Indonesian Journal of Civil and Islamic Family Law, Khairudin; Legislasi
Hukum Islam Pesrfektif Tata Hukum Indonesia, Vol. 1 No. 1, Januari-Juni 2020

Fitra Mulyawan dkk, POLITIK HUKUM DALAM BIDANG HUKUM KELUARGA ISLAM DI
INDONESIA, Vol.3 No. 2 (2021)
Cik Hasan Bisri, KHI dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum Nasional (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1999)
Encep Abdul Rojak, HUKUM KELUARGA DI DUNIA ISLAM (PERBANDINGAN
KITAB MAJALLATUL AHKAM DI TURKI DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
DI INDONESIA, Vol.2 No.1 (2019)

Abdul Gani Abdullah, Pengantar KHI dalam Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Gema Insani
Press, 1994)

Dinamika Perkembangan Hukum Keluarga Di Indonesia - Neliti.


https://www.neliti.com/publications/56711/dinamika-perkembangan-hukum-keluarga-
di-indonesia.

Portal - Kanwil Kemenag Jabar. https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/rekontruksi-hukum-


keluarga-indonesia.

Portal - Kanwil Kemenag Jabar. https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/pembaruan-hukum-


keluarga-di-indonesia.

Ijtihad Kontemporer sebagai Upaya Pembaruan Hukum Keluarga di Indonesia.


https://www.academia.edu/88575792/Ijtihad_Kontemporer_sebagai_Upaya_Pembaru
an_Hukum_Keluarga_di_Indonesia.

Hukum Keluarga di Indonesia Halaman 1 - Kompasiana.com.


https://www.kompasiana.com/tiarakaulisa5601/6157e8460101902e4e1a9592/hukum-
keluarga-di-indonesia.

(PDF) SEJARAH DAN REGULASI HUKUM KELUARGA DI INDONESIA (PERIODE ....


https://www.academia.edu/37514070/SEJARAH_DAN_REGULASI_HUKUM_KE

12
UARGA_DI_INDONESIA_PERIODE_KERAJAAN_HINDU_BUDHA_SAMPAI_
DENGAN_ERA_REFORMASI.

Yurisprudensi sebagai Pilar Pembaharuan Hukum Keluarga.


https://www.kompasiana.com/nafiatulmualifah/60b3bee6d541df54275f6792/yurispru
densi-sebagai-pilar-pembaharuan-hukum-keluarga.

Hukum Keluarga Islam di Indonesia: dari Orde Lama hingga Orde Reformasi ....
http://www.ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/2059.

MODERNISASI HUKUM KELUARGA ISLAM: STUDI TERHADAP


PERKEMBANGAN DISKURSUS .... https://digilib.uin-suka.ac.id/13857/.

13

Anda mungkin juga menyukai